Pendekatan Ekonomi Syariah terhadap Krisis

E. Reka Ulang Sistem Perbankan Dunia

Tidak diragukan lagi bahwa riba (bunga bank) dan maysir (judi dan spekulasi yang mirip perjudian) adalah faktor utama terjadinya krisis keuangan dunia saat ini. Kalau saja larangan riba dan maysir dipatuhi, diakuinya kepentingan orang lain terhadap sumber-sumber ekonomi, ditambah dengan diterapkannya nilai-nilai dan moral islami, tentu dunia tidak akan mengalami krisis seperti ini.

Namun demikian, apakah industri keuangan syariah yang ada sekarang merupakan suatu solusi? Jawabannya mungkin beragam. Namun ada baiknya kita melihat kembali jejak-jejak kejayaan ekonomi Muslim di abad keemasan sebelum negara-negara Muslim mengalami penjajahan. Zaman itu dikenal dalam sejarah dunia sebagai zaman kegelapan (the dark ages). Joseph Schumpeter, seorang penulis sejarah ekonomi dunia, bahkan mengabaikan ekonomi Muslim pada zaman itu. Padahal, selama masa itu, yang berlangsung lebih kurang 1000 tahun, tidak dikenal adanya krisis ekonomi. Mungkin ada baiknya kita menemukan lembaga dan sistem keuangan yang diterapkan pada masa itu sebagai bagian dari solusi terhadap krisis global sekarang ini.

Pada masa tersebut, pembiayaan yang berlaku adalah pembiayaan yang berdasarkan pasar (market-based financing) bukan berdasarkan bank (banking system). Transaksi keuangan yang terjadi adalah berdasarkan prinsip bagi hasil (PLS) dan jual beli. PLS itu dapat dikategorikan menjadi mudharabah dan musyarakah. Sementara prinsip jual beli dapat dilakukan dalam bentuk akad jual beli biasa (bay’), bay’ muajjal (jual beli dengan pembayaran ditangguhkan), dan salam (pembayaran di muka, delivery belakangan). Di luar hal ini, pembiayaan diberikan dalam bentuk utang tanpa bunga (qardh hasan), atau bentuk kedermawanan lainnya seperti zakat, hibah dan wakaf.

Dengan menggunakan pembiayaan berbasis pasar, maka keberadaan lembaga intermedier (baca: bank) menjadi kurang relevan. Terlebih, para pemberi pembiayaan mempunyai pengetahuan yang lebih tentang kliennya sesuai prinsip “know thy client” atau “kenali nasabah Anda”. Dengan demikian, moral hazard dan adverse selection yang selama ini menjadi masalah dalam industri keuangan dunia dapat diminimalisir.