Pengaruh Pakan Dengan Kadar Protein dan Rasio Energi Protein Yang Berbeda Terhadap Efisiensi Pakan dan Pertumbuhan Benih Ikan Baung (Mystus nemurus C.V)

PENGARUH PAKAN DEUGAN KAOAR PROTEIN DAN
RASlO ENERGI PROTEIN YANG SERBEDA TERHADAP
EFlSlENSl PAKAN DAN PERTUMBUHAN BENIH
IKAN BAUNG (Mystus nemurus C.V)

OLEH :
AGUS KURNIA

PROGRAM STUD1 lLMU PERAIRAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
AGUS KURNIA.

Pengaruh Pakan dengan Kadar Protein dan Rasio Energi

nemurus, C.V).
Protein yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Baung (Mystztb~
Dibawah bimbingan Dr. Ir.


)I.Ridwan

Affandi, DEA dan Dr. Ir. Ing Mokoyinta, MS

sebagai anggota komisi.
Tujuan genelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein dan rasio energi
protein yang tepat untuk efisiensi pakan dan pertumbuhan benih ikan baung (Mystus
nemurus C.V). Ikan yang digunakan pada percobaan ini mempunyai bobot individu ratarata 5 3k1.3 g dengan padat penebaran 10 ekor per akuarium. Pakan yang digunakan
sebagai pakan percobaan terdiri atas 6 jenis yakni A(Protein 30%; C/P 9.6)- B(29.1%;

C/P 11.5), C(37.4% ; C/P 8.9), D(38.2% ; C/P l l . O ) , E(46.7% ; Cff 8.5) dan F(47.0 ;
C/P 9.8). Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari pada kondisi satiasi (sampai
ikan kenyang).

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

dengan 3 uIangan.

Penimbangan bobot tubuh dilakukan tiap 10 hari sekali.


Lama

pemeliharaan adalah 40 hari.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa total energi pakan yang tinggi membatasi
jumlah pakan yang masuk. Hal ini mengakibatkan nutrien berupa protein yang masuk
juga rendah sehingga retensi protein rendah.

Sebaliknya energi pakan yang rendah

menyebabkan konsumsi pakan yang tinggi sehingga energi yang masuk dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pokok ikan sehingga protein dapat digunakan secara efisien
untuk pertumbuhan
dihasilkan.

Hal ini dibuktikan dengan rendahnya ekskresi ammonia yang

Berdasarlcan evaluasi terbdap parameter-parameter diatas bahwa pakan dengan
kadar protein 29.1% dan rasio energi protein 11.5 kkal DE/g pakan menghasilkan
efisiensi pakan dan laju pertumbuhan tertinggi. Hal yang sama juga dapat dicapai dengan

meningkatkan kadar protein sampai 37.4%, namun rasio protein energinya diturunkan
menjadi 8.9.

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
PENGARUH PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERG1 PROTEIN
YANG BERBEDA TERHADAP EFISIENSI PAKAN DAN PERTUMBUHAN BENLH
IKAN BAUNG (Mystusnemurus, C V)
Adalah benar rnerupakan basil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya

Bogor, Januari 2002

PENGARUH PAKAN DENGAN KADAR PROTERY DAN
RASIO ENERGI PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP
EFlSIENSI PAKAN DAN PERTUMBUHAN BENIH
IKAN BAUNG (Mysus nemurus C-V)

AGUS KURNIA

99449
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi nmu Perairan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANUN BOGOR
2002

: Pengamh Pakan Dengan Kadm Protein dan Rasio Energi

Tesis

Protein Yang Berbeda Terhadap Efisiensi Pakan dan
Pertumbuhan Benih Ikan Baung (Mystus nemurus C.V)
: Agus Kurnia

N a m a
Nomor Pokok

Program Studi

: 99449
: Ilmu Perairan

Menyetujui ,
1. Komisi Pembimbing

,w6%1
bk

I

Dr. Ir H

n

Dr. Ir. Ing Mokoginta, MS

andi DEA


Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Perairan

,

Dr. Ir. Kusman Sumawidiaia. MSc

Tanggal LuIus : 23 Januari 2002

3. Direktur Program Pascasarjana

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bau-Bau Kecamatan Wolio Kabupaten Buton pada tanggal
2 Agushls 1970 dari pasangan Drs. Mauso Patu dan Tinah Samahu. Pendidikan sarjana

ditempuh pada Jurusan Sudidaya Perairan, Fakdtas Perikanan Institut Pertmian Bogor,
lulus tahun 1994. Pada tahun 1999, penulis diterima di Program Studi Ilmu Perairan pada

Program Psscasarjana JPB, clan menamatkannya pada bulan Januari 2002. Beasiswa
pendidikan pascasarjana diperoleh dari BPPS Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Perikanan Fakultas Oertanian
Universitas Haluoleo Kendari sejak tahun 1996.
Pada tanggal 11 Agustus 1996 penuEs menikah dengan

M
i

Hafsah, S.H, dan

telah dikaruniai tiga orang anak yakni Mutiah Kholisah, Muhammad Fatih Fawwaz dan
Qonita Hafidzah.

PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W T atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul PENGARUFI PAKAN
DENGAN


KADAR

PROTEIN

DAN

RASIO

ENERGI

PROTEIN

YANG

BERBEDA TERHADAP EFISXENSI PAKAN DAN PERTUMBURAN BEN=

IKAN BAUMG (Mys-s

nemunrs,


C-V). Bertempat di Laboratorium Nutrisi Ikan

Kolam Percobaan Babakan Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Tr Ridwan Mandi, DEA dan Ibu Dr Ir. Ing
Mokoginta, MS, atas segala bimbingan selama penelitian dan penulisan tesis ini. Ucapan
terima kasih pula penulis sampaikan kepada proyek BPPS Dijen Pendidikan Tinggi dan
Universitas Haluoleo. Sujud bakti dan ungkapan terima kasih penulis talc lupa haturkan
kepada ayahanda, ibunda dan keluarga tercinta yang te1ah mernberikan do'a dan
memotivasi penuiis dalam menyelesaikan studi pada program pascasarjana IPB Terima
kasih pula penulis persembahkan kepada isteri, an&-anakku

terkasih yang telah

mendapingi penulis dalam suka dan duka selama pendidikan. Ucapan teima kasih pula
buat teman-teman seangkatan terutama, pak Natsir M.Si, pak EIeri, M.Si, pak Usman

M,Si, ibu Ani, ibu Yanti,M.Si, ibu Rina, M.Si,

pak M.Siara, M.Si, pak Fery, M,Si,


Kaspul, W S i dan semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan pendidikan
ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya pada
kita semua Amin.

Bogor, Januari 2002

Penulis

DAFTAR ISI
...

DAFTAR TABEL .................................................................

vul

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................

ix


PENDAHULUAN ................... .
.............................................
Latar Belakang
...................................................................
.
.
Tujuan Penel~t~an
.............................................................
Kegunaan Penelitian ............................................................
Pendekatan Pemecahan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hipotesis .........................................................................

1
1
2

2
3
4

TIIVJAUAN PUSTAKA ............................................................
Aspek Biofogi ....................................................................
Kebutuhan Protein dan Energi ..................................................
Kebutuhan Energi Non-Protein ................................................
Kebutuhan Lemak .........................................................
Kebutuhan karbohidrat .....................................................
Ekskresi Amonia .................................................................
Koefisien Respirasi .............................................................
BAHAN DAN METODE PENELITLAN ......................................
Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
Pakan Uji .........................................................................
Pemeliharaan Ikan ..............................................................
Analisis Proksimat Pakan dan Ikan...........................................
Fengukuran Konsurnsi 0 ~Produksi
.
COz dan Ekskresi Amonia .........
Peubah Yang Diukur ...........................................................
Analisis Data ....................................................................
HASTI, DAN PElMBAaASAN ................................................
Hasil ..............................................................................
Pernbahasan ..............................................................

23
23
26

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................
Kesimpulan
........................................
Saran ............................................................................

32
32
32

DAFTAR TABEL

Nomor

Teks

Halaman

1 . Kompasisi Pakan Percobaan ...........................................

17

2 . Komposisi Proksimat Pakan Percobaan ...............................

18

3 . Rata.rata. Konsumsi Pakan, Retensi Protein, Retensi Lemak
Laju Patumbuhan Harian dan Efisiensi Pakan ...................

4 . Kornpasisi Proksimat Tubuh Ikan Baung Pada Awal dan Akhir
Percobaan .............................................................
5 . Koefisien Respitasi dan Ekskresi Amonia Rata-Fbta Benih Ikan
Baung Pada Setiap Perlakuan .............................. ..........

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Teks

1. Prosedur anaiisis kadar protein pakan dan tubuh ikan (metode semi
mikro Kjeldahl.Takeuchi. 1988) .........................................

2 . Prosedur analisis kadar Lernak pakan dan tubuh ikan (metode ether
ekstraksi Soxhlet; Takeuchi. 1988)..........................................
3. Prosedur analisis kadar abu pakan dan tubuh ikan (Takeuchi. 1988)
4 . Prosedur analisis seritt kasar pakan (Takeuchi. 1988) ....................

5. Prosedur analisis kadar air pakan dm tubuh ikan (Takeuehi. 1988)
6. Prosedur analisis amonia (metode Phenate; T a m et a1.
dalam Ming, 1985) .............................................................

7. Prosedur analisis karbondioksida (COz) bebas .........................

8. Prosedur analisis oksigen (02) dengan metode titrimetrik ...............
9. Hasil analisis proksimat kasein, gelatin dan dekstrin ................

10. Pertumbuhan biomassa ikan baung pada tiap perlakuan selama
..
Penel~tlan......................................................................
1 1 . Konsumsi pakan benih ikan baung pada setiap perlakuan selama
perwbaan .......................................................................
12. Analisis ragam konsumsi pakan ikan baung ................................

13. Retensi protein ikan baung pada setiap ulangan tiap perlakuan.........

14. Analisis ragam retensi protein ikan baung .................................
15. Retensi lemak benih ikan baung pada setiap perlakuan selama

perwbaan .......................................................................
16. Analisis ragam retensi lemak ikan baung ..................................

17. Laju pertumbuhan harian benih ikan baung pada setiap perlakuan
selama percobaan ........................................................
18. Analisis ragam laju pertumbuhan harian ikan baung ....................

19. Efisiensi pakan benih ikan baung pada setiap perlakuan selama
percobaan ......................................................................
20. Analisis ragam efisiensi pakan ikan baung .................................

2 1. Laju konsumsi Oz setiap ulangan setiap perlakuan .................
22. Laju produksi COz setiap ulangan setiap perlakuan .....................

23. Laju ekskresi amonia setiap ulangan setiap perlalsuan ..................
24 . Bobot ikan baung saat pengukuran

02.

COz d m ammonia ............

25 . Pethitungan Retensi Protein dan Retensi Lemak .......................

PENDAHULUAN
Latar BeIakang
Ikan baung (Mystus n e m u m s CV) merupakan salah satu jenis ikan air tawar
yang terdapat di beberapa sungai di Indonesia, terutama di Sumatera dan Kalimantan
dan

ikan ini berpotensi untuk dibudidayakan. Ikan ini memiliki harga yang relatif

tinggi dan memiliki rasa daging yang enak.

Budidaya ikan baung belum banyak

dilakukan dan produksi ikan baung saat ini umumnya berasal dari hasil penangkapan
di sungai. Kegiatan penangkapan yang terus menerus dapat mengurangi produksinya
dan bahkan ikan ini dapat menjadi punah.

Oleh karena itu diperlukan usaha

pelestariannya dan sekaligus mendukung produksinya yaitu melalui usaha budidaya
intensif.
Usaha pemeliharaan ikan baung secara intensif baru dirintis terutama setelah
berhasilnya pemijahan dengan penyuntikan hormon dalam rangka penyediaan benih.
Dalam budidaya ikan secara intensif selain kebutuhan benih yang cukup juga
diperlukan pakan yang memadai.

Namun informasi yang ada sehubungan dengan

kebutuhan nutrisi pada tingkat benih masih sangat sedikit.

Sedangkan untuk

keberhasilan usaha pembenihan salah satunya dicapai dengan pendekatan pemberian
pakan yang tepat kualitas dan kuantitasnya bagi perturnbuhan benih ikan baung.
Pertambahan biomassa ikan sangat bergantung kepada energi yang tersedia
dan cara pemanfataannya di dalam tubuh ikan.

Dilihat dari aspek budidaya,

informasi tentang energi dalam ransum diperlukan untuk pertumbuhan ikan yang
optimal adalah sangat penting. Menurut Watanabe (1993) bahwa pertumbuhan hanya

dapat tejadi jika kebutuhan energi untuk pemeliharaan proses-proses hidup dan
fingsi-fingsi lain sudah terpenuhi. Jika terdapat kelebihan energi, maka sisa energi
tersebut

barn

dipergunakan

untuk

meningkatkan

pertumbuhan.

Olehnya

itu

kandungan energi hams menjadi pertimbangan pertama dalam pembuatan pakan ikan
Selain energi, protein merupakan zat makanan yang perlu diperhatikan karena
protein adalah komponen dasar dari jaringan hewan dan berfungsi penting untuk
pemeliharaan dan pertumbuhan . Pada tingkat perneliharaan tubuh, ikan memerlukan
protein

untuk pembentukan kembali jaringan yang hilang dan produk-produk

berbahan dasar protein seperti sel-sel epitelial usus, enzim dan hormon yang penting
untuk fingsi tubuh.

Kebutuhan protein untuk sintesis jaringan baru adalah mutlak,

karena 45-75 % pada bahan kering jaringan adalah berupa protein. Oleh karena itu
diperlukan keseimbangan yang tepat antara energi dan protein yang &kandung pakan
agar tercapai pertumbuhan ikan yang terbaik.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar protein optimum dan rasio
energi protein yang tepat untuk efisiensi pakan dan perturnbuhan terbaik benih ikan
baung (Mystusnemunrs CV).

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dasar dalam
penentuan kadar protein optimum dan rasio energi protein yang tepat untuk
memaksimalkan efisiensi pakan dan pertumbuhan benih ikan baung.

Pendekatan Pemecahan Masalah
Dalam menunjang keberhasilan budidaya ikan khususnya budidaya intensif,
pakan merupakan faktor yang sangat perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena
hampir 60% dari biaya produksi budidaya ikan digunakan untuk penyediaan pakan.
Pakan yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan pada ikan adalah yang mempunyai
kualitas baik,

dan ini sangat bergantung pada komposisi bahanlnutrien yang

digunakan.
Pertumbuhan ikan yang relatif

lambat disebabkan karena kandungan energi

pakan khususnya yang berasal dari karbohidrat dan lemak tidak cukup untuk proses
metabolisme. Akibatnya protein digunakan untuk proses tersebut, sehingga protein
dalam pakan tidak mencukupi bagi ikan untuk proses pertumbuhan.

Disamping itu

penggunaan protein secara berlebihan tidak ekonomis dan sisa metabolisme protein
yang disekresikan dapat meningkatkan kadar amonia, dan ini berbahaya bagi
kehidupan ikan.
Ketepatan dalam penyusunan komposisi nutrien khususnya, karbohidrat,
lemak dan protein adalah usaha untuk mempercepat perturnbuhan. Pakan yang telah
dibuat diujicobakan pada ikan dengan membuat kondisi lingkungan hidupnya
optimal. Untuk mengevaluasi kualitas pakan diukur konsumsi pakan, retensi protein,
retensi lemak, efisiensi pakan dan laju pertumbuhan ikan. Sementara sarnpai saat ini
belum diperoleh informasi tentang kadar protein optimum dan rasio energi protein
pakan dengan tepat untuk menunjang efisiensi pakan dan pertumbuhan terbaik benih
ikan baung.

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalarn penelitian ini adalah pemberian pakan dengan
kadar protein dan rasio energi protein yang tepat dapat menghasilkan efisiensi pakan
dan pertumbuhan benih ikan baung yang tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA

Aspek Biologi
Ikan baung (Mystus nemums, C.V)hidup di perairan tawar yang terdapat pada
sungai, danau dan rawa. Ikan ini mempunyai kumis atau sungut yang mencapai mata
Badannya tidak bersisik, mempunyai sirip dada dan sirip lemak yang besar, serta
mulutyang melengkung (Kottelat, m i t t e n , Kartikasari dan Wirjoatrnodjo, 1993)
Ikao baung berwarna coklat kehijauan dengan pita tipis memanjang jelas dari
tutup insang hingga pangkal ekor. Hidup di dasar perairan dan bersifat omnivora dengan
pakan terdiri dari anak ikan, moluska, udang remis, insekta dan rumput (Djadjadiredja,
Halimah dan Arifin, 1977). Daerah penyebaran ikan baung terdapat di kawasan tropika
yang meliputi Afrika, Asia Tenggara dan Asia Timur (Kottelat et al., 1993) dan di
Indonesia tersebar di pulau Kalimantan, Sumatera dan Jawa (Djadjadiredja et al., 1977).

Ikan baung secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam philum Chordata, kelas
Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysis, sub ordo Siluroide., famili Bagridae,
genus Macrones atau Mystrrs dan spesies Macrones nemurus C V (Saanin, 1968) atau
Mystus ?=mums C.V (Kottelat et al, 1993).

Kebutuhan Protein dan Energi

Protein adafah n u t r i a yang sangat penting untuk fUngsi jaringan normal, untuk
pemeliharaan tubuh, penggantian jaringan-jaringan

tubuh yang msak dan untuk

pertumbuhan. Kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh berbagai €&or seperti ukuran
ikan, suhu air, tingkat pemberian pakan, jumlah dan kualitas pakan alami, kandungan

energi pakan dan h a l i t a s protein (Watanabe, 1988). Kebutuhan protein pada stadia awal
lebih tinggi dibanding selama fase lanjutan dari pertumbuhan. Mangalik & I m

Lovell

(1989) menyatakan bahwa channel catfish yang berukuran 3 g memerlukan protein
hampir 4 kali febih banyak dibanding &an bemkuran 250 g untuk pertumbuhan
maksimum. Menurut Page dan Andrews (1973), kebutuhan protein bervariasi menurut
bobot tubuh. Mereka menemukan bahwa channel catifish ukuran 14-1 00 g memerlukan
pakan yang mengandung 35 % protein, sedangkan yang berukuran 114-500g memerlukan
hanya 25% protein
Jumlah protein yang diperlukan daIam pakan secara langsung dipengaruhi oleh
komposisi asam amino pakan. Ikan, seperti hewan lain tidak memiliki kebutuhan protein
yang mutlak tetapi memerlukan suatu campuran yang seimbang antara asam amino
esensial dan non-esensial. Selanjutnya NRC (1983) mengemukakan pula bahwa
kekurangan asam amino esensial mengakibatkan penurunan pertumbuhan.

Sumber

protein terbesar dalam pakan buatan Ictalums punctahrs adalah tepung ikan dan tepung
kacang kedelai.

Tepung kacang kedelai kekurangan asam amino metionin dan

kekurangan ini dipenuhi dari tepung ikan yang kaya akan asam amino lisin dan metionin
(Andrews, 1977).
Setiap

spesies

ikan

membutuhkan

kadar protein

yang

berbeda

untuk

pertumbuhannya dan dipengaruhi oleh umur/uhran ikan, namun pada umumnya ikan
membutuhkan protein sekitar 35 - 50 % dalam pakannya (Hepher, 1990). Kebutuhan
optimum protein pakan untuk beberapa spesies catfrsh telah ditentukan pada stadia yang
berbeda dari pertumbuhan dan pada kondisi yang beragam. lkan lefe (CImias b a h a c h s )

memerlukan kadar protein 30% (Chuapoehuk, 1987) dan African catfish, C. gariepinus,
45-49 % (Machiels dan Henken, 1984) dalam pakannya.
Selanjutnya Khm et al. (1993) mengemukakan bahwa kebutuhan protein ikan
Malaysian freshwater catfish, ikan baung

(Mystus nemurus) yang berukwan 25.4 g

adalah 42 % dan energi 3.69 kkal DE/g. Namun tingkat protein ini belum memberikan
informasi tentang kebutuhan protein dan energi protein rasio pakan optimum untuk benih
yang berukuran lebih kecil.
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan ikan terhadap protein.
Hastings (1973) menemukan bahwa pada suhu dibawah 24°C ikan channel catfish tidak
tumbuh lebih baik pada protein 35% dibanding kadar protein 25%, tetapi jika suhu air di
atas 24°C ikan akan tumbuh baik pada 30 dan 35% protein dalam pakan. Faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan protein adalah berhubungan dengan ikan itu sendiri.
Menurut Page dan Andrews (1973), kebutuhan protein befvariasi menurut bobot tubuh.
Mereka menemukan bahwa channel eatifish ukuran 14-100 g memerlukan pakan yang
mengandung 35 % protein, sedangkan yang berukuran 114-500 g memerlukan hanya

25% protein.
Pakan yang dikonsumsi ikan akan menyediakan energi yang sebagian besar
digunakan untuk metabolisme yang meliputi energi untuk hidup pokok, energi untuk
aktivitas, energi untuk pencernaan makanan dan energi untuk pertumbuhan, sedangkan
sebagian laimya dikeluarkan dalam bentuk feses dan bahan ekskresi lainnya (Brett dan
Groves, 1979).
Suatu ha1 perbedaan yang pokok dalam nutrisi antara ikan dan hewan darat adalah
bahwa jumlah energi yang diperlukan untuk sintesis protein lebih sedikit dibanding

hewan darat (Lovell, 1979). Ikan mempunyai kebutuhan energi yang lebih rendah sebab
ikan tidak mempertahankan suhu tubuh secara tetap, juga ikan relatif memerlukan energi
yang kurang untuk mempertahankan posisi dan bergerak di air dibanding marnalia dan
burung (Tucker daZm NRC, 19831, dan ikan urnumnya mengeluarkan buangan nitrogen
sebagai amonia (Goldstein dan Forster, dalmn NRC, 1983).
Pertumbuhan ikan sangat bergantung kepada energi yang tersedia dalam pakan
dan pembelanjaan energi tersebut. Kebutuhan energi untuk maintenance hams dipenuhi

terlebih dahulu, dan apabila berlebih maka kelebihannya akan digunakan untuk
pertumbuhan (Lovell, 1989). Eni berarti apabila energi dalam pakan jumlahnya terbatas
maka energi tersebut hanya digunakan untuk hidup pokok saja dan tidak untuk
pemunbuhan.
Kebutuhan energi hewan dipengamhi oleh umur, musim dan lingkungan. Hewan
muda memerlukan energi yang lebih tinggi per unit bobot tubuh untuk hidup pokok
dibanding dengan hewan dewasa, meskipun reproduksi meningkatkan kebutuhan energi
hewan dewasa. (Watanabe, 1988).
Keberadaan tingkat energi yang optimum dalam pakan adalah penting sebab
kelebihan atau kekurangan energi dapat mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan
(NRC, 1983). Kandungan energi dari pakan bergantung pada komposisi bahan kimianya.

dengan niiai pembakaran panas dari protein, lipid dan karbohidrat berturut-turut adalah
5.64, 9.44, 4.11 kkaUg dimana kandungan total pakan yang diperoleh dari pengukuran

nilai kalori disebut energi kotor. Akan tetapi secara kimia pakan hanya dipengaruhi oleh
panas dari pembakaran, atau energi kotor dan tidak ada informasi tentang apakah energi

atau nutrien tersedia untuk ikan melalui proses penyerapan.

Olehnya itu dalam

pembuatan pakan perlu mengetahui bioavailability energi pakan untuk hewan yang diberi
pakan WRC, 1993).
Henken dan Macfiiels (1984) menyatakan bahwa energi metabolisme untuk
pertumbuhan Clarias gariepims adalah minimal 8.4W tingkat energi dan menurun pada
tingkat protein yang lebih tinggi. Henken et al. (1986aj menyatakan bahwa pada spesies
ini juga dengan berat 40-120 g menunjukkan bahwa laju pertumbuhan, kadar

protein

dan protein yang dimanfaaikan adalah febih baik responnya pada 13 MJ/kg energi yang
dapat dimetabolisme dalam pakan dibanding dengan tingkat energi yang Iebih rendah
atau lebih tinggi (8 MJ dan 17 MJ per kg).

Sedangkan menurut Garling dan

purzctutus adalah 2750-3410
Wilson (1976), kebutuhan energi jenis ikan IctaZ~~n~s

ldrallkg pada protein pakan sebesar 36-40%. Suhenda (1988) menyatakan bahwa pakan
buatan dengan kadar protein 40 % d m kandungan energi 3000 kkaiflcg pakan dapat
digunakan dalam budidaya intensif benih ikan Iele (Clarias6atrachus).
Dalam penyusunan ransum ikan perlu diperhatikan keseimbangan antara protein
dan energi. Pakan yang kandungan energinya kurangl rendah akan menyebabkan ikan
menggunakan sebagian protein sebagai sumber energi untuk keperluan metabolisme,
sehingga bagian prdein untuk pertumbuhan menjadi berkurang.

Sebaliknya jika

kandungan energi pakan terlalu tinggi akan membatasi jumiah protein yang dimakan
ikan, &batnya pertumbuhan ikan menjadi refatif rendah (Lovell, 1988).
Pertumbuhan atau pembentukan jaringan tubuh paling besar dipengamhi oleh
keseimbangan protein dan energi dalam pakan. Pakan yang mempunyai kadar protein
tinggi belum tentu dapat mempercepat pertumbuhan apabila to& energi pakan rendah.
Karena energi pakan terlebih dahulu dipakai untuk kegiatan metabolisme standar

(maintenance) seperti untuk respirasi, transportasi iodmetabolit, dan pengaturan suhu
tubuh serta untuk aktivitas fisik lainnya.

Energi untuk seluruh aktivitas tersebut

diharapkan sebagian besar berasd dari nutrien non-protein (iemak dan karbohidrat).
Apabila sumbangan energi dari bahan non-protein tersebut rendah, maka protein akan
didegradasi untuk menghasilkan energi, sehingga firngsi protein sebagai nutrien
pembangun jaringan tubuh akan berkurang. Dengan kata lain. penambahan nutrien nonprotein sebagai penghasil energi dapat menurunkan penggunaan protein sebagai sumber
energi (protein sparing effect) sehingga dapat meningkatkan fbngsi protein dalam
menunjang perturnbuhan ikan (Furuichi, 1988).
Kebutuhan setiap spesies ikan akan protein dan energi berbeda dan dipengaruhi
oleh umur/ukuran ikan. Mokoginta, Suprayudi dan Setiawati (1995) menyatakan bahwa
benih ikan gurame berukuran 0.27 g mengalami pertumbuhan terbaik pada pemberian
pakan dengan kadar protein 43 % dengan rasio energi protein sebesar 8 kkawg protein.
Sedangkan pada penelitian Shiau dan Huang (1990) terhadap tilapia berkesimpulan
bahwa pertumbuhan ikan tilapia berukuran 1.60 g meningkat seiring dengan peningkatan
energi pada kadar protein 21 % dan 24 % dengan rasio energi 190, 230, 270 kkal
DE/100 g. Namun pertumbuhan tidak meningkat lagi pada tingkat energi yang lebih
tinggi yakni pada 310, 350, dan 390 kkal DE/ 100 gr. Page dan Andrews (1973)
menyatakan bahwa rasio protein dan energi ikan channel catfish pada bobot 526 g
sebesar 95 mg/kkal, sedangkan Garling dan Wilson (1976) menyatakan bahwa pada
bobot 34 g channel catfish memerlukan rasio protein energi optimum sebesar 94 mg/kkal.
Reis, Reutebuch dan Lovell (1989) menyatakan bahwa kebutuhan ikan channel
catfish (Ictalurus punctdus) yang berukuran 63.8 g terhadap protein adalah 39 % dan

energi 3.05 kkal DE/g. Stickney dan Love11 dalam NRC (1983) melaporkan bahwa rasio
energi dan protein sebesar 8 - 9 kkaYg protein memberikan pertumbuhan maksimal pada
fingerling channel catfish.

Selanjutnya Garling dan Wilson menyarankan bahwa

imbangan optimum antara energi dan protein untuk pertumbuhan channel catfish muda
adalah 9.6 lckal DElg dengan kadar protein 32 - 35 %.

Kebutuhan Energi Non-Protein
Kebutuhan FRmak
Satu unit lemak yang sama mengandung energi dua kali lipat dibandingkan
dengan protein dan karbohidrat.

Jika lemak dapat menyediakan energi untuk

pemeliharaan metabolisme, maka sebagian besar protein yang dikonsumsi dapat
digunakan tubuh untuk pertumbuhan dan bukan digunakan sebagai sumber energi

(NRC, 1983).
Kebutuhan ikan akan asam-asam lemak esensial berbeda u n h k setiap spesies ikan
(NRC, 1983; Furuichi, 1988). Perbedaan kebutuhan ini terutama dihubungkan dengan

habitatnya. Ikan yang hidup di laut lebih memerlukan asam lemak n-3, sedangkan ikan
yang hidup di air tawar ada yang hanya membutuhkan asam lemak n-6 atau kombinasi
asam lemak n-3 dan n-6 Vepher, 1990).
Diantara spesies air tawar seperti ikan ayu, channel catfish. coho salmon dan
rainbow trout memeriukan 18:3(n-3) atau EPA d a d atau DHA. Ikan chum salmon, ikan
mas dan sidat Jepang memerlukan campuran yang sama dari 18:2(n-6) dan 18:3(n-3)
sedangkan ikan nila dan Tilapia zilli hanya memerlukan 18:2(n-6) untuk pertumbuhan
maksimum dan efisiensi pakan (Webster &lam NRC, 1993). Takeuchi et al. (1987)

&lam NRC (1993) mengemukakan bahwa kandungan protein pakan rainbow trout dapat

diturunkan dari 48 % menjadi 35 % tanpa menurunnya pertambahan bobot badan, jika

kadar lemak pakan ditingkatkan dari 15 % menjadi 20 %. Akan tetapi penambahan
iemak ke dalam pakan perlu diperhatikan kuantitasnya, karena kaditr lemak yang terlalu
tinggi akan menyebabkan penyimpamn lemak pada tubuh ikan dan dapat mengakibatkan
penurunan konsumsi pakan dan pertumbuhan, degenerasi hati, dan memuunkan lcualitas
ikan pada waktu dipanen (NRC, 1993).
Keberadaan lemak dalam pakan, termasuk ikan channel catfish, telah ditunjukkan
dipengaruhi oleh ukuran ikan, umur, teknik pemberian pakan, dan komposisi pakan

w,
1983).

Menurut Sandra et al. (1992) bahwa komposisi pakan benih ikan channel

catfish sebesar 10 % menghasilkan bobot tubuh dan efisiensi pakan yang lebih besar
dibanding dengan l e d 5 %. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang diIakukan oleh
Gatlin dan Stickney (1982) yang menyatakan bahwa kadar lemak pakan antara 6-14 %
tidak berpengamh pada pertumbuhan dari channel catfish pada suhu air rata-rata 22.5"C.
Namun sejumlah penelitian lain dengan spesies ikan yang berbeda juga menunjukkan
bahwa ada pengaruh positif pada peningkatan lemak pakan terhadap pertumbuhan dan
pemanfaatan protein pakan

w,
1983).
Kebutuhan Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi yang rnurah untuk rnanusia dan hewan
peliharaan, tetapi pemanfaatannya oIeh ikan air tawar bervariasi (NRC, 1983). Peranan
karbohidrat selain sebagai sumber energi juga sebagai prekursor berbagai hasil metabolit
intermedim yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan misalnya untuk biosintesis asam-

asam amino non esensial dan asam-asam nukleat. Kemudian manfaat lain dengan adanya
karbohidrat dalam pakan adalah bahwa pakan yang mengandung karbohidrat dan lemak
yang tepat dapaf mengurangi penggunaan protein sebagai sumber energi yang dikenal
sebagai protein s p r i n g eflect. Terjadinya protein sparing efiecl oleh karbohidrat dan
lemak dapat menurunkan biaya produksi (pakan) dan mengurangi pengeluaran limbah
nitrogen ke lingkungan (Shiau dan Peng, 1993; Peres dan Teles, 1999). Sparing eflect
dari karbohidrat dan lemak terhadap penggunaan protein pakan untuk pertumbuhan ikan
telah dilaporkan antara lain pada ikan channel catfish, Zctalunrs punctcrtus (Garling dan
Wilson, 1977 dalam Catacutan dan Coioso, 1997).

Ikan mempunyai kemampuan lebih rendah dalam memanfaatkan karbohidrat
dibandingkan hewan darat, namun karbohidrat harus tersedia di dalam pakan ikan, sebab
jika karbohidrat tidak tersedia maka nutrien yang lain seperti protein dan lemak akan
dikatabolisme untuk dijadikan energi sehingga pertumbuhan ikan akan menjadi lambat
(Wilson, 1994). Selanjutnya NRC (1993) mengemukakan bahwa pertumbuhan fingerling
catfish lebih tinggi ketika pakannya mengandung karbohidrat dibandingkan hanya
mengandung lemak sebagai sumber energi non-protein.
&an-ikan air tawar dan ikan-ikan laut mencerna karbohidrat. Kemampuan ikan
laut mencerna karbohidrat adalah sekitar 20%, sedangkan ikan air tawar mampu
mencerna di atas 20 O h seperti 30 - 40 O h untuk ikan Cjprinus carpio (Satah, 1991 dalam
Wilson, 1994), 25 - 30 % untuk ikan Ictair~mspuncfnhrs (Wilson, 1991 & C a m
1994), dan sekitar 40 % untuk I'ilapia sp Guquet, 1991 daim Wilson, 1994).

Wilson,

Ekskresi Amonia

Jika karbohidrat dan lemak yang digunakan sebagai sumber energi, maka lemak
dan karbohidrat ini &an menghasilkan oksidasi lengkap menjadi karbondioksida dan air,
tetapi jika protein dipakai sebagai sumber energi, hanya ikatan karbonnya yang dipakai
sebagai surnber energi sedangkan nitrogen (amino) yang dipakai sebagai sumber energi,
maka tidak dapat dimetabolisme dan hams dikeluarkan.

Proses kimia dimana m g u s

amino dikeluarkan dari asam amino dikenal sebagai proses transaminasi dan deaminasi.
Reaksinya dikatalisis oleh enzim amino transferase didalam sitosol hepatocyt dan enzim
glutamat dehidrogenase dalam mitokondria. Amonia yang telah terbentuk kernudian
dilepaskan ke pembuluh darah hepatic untuk selanjutnya diangkut ke organ pengeluaran
yang dalam ha1 ini insang meldui sistem sirkulasi darah
1990)

(Dosdat et al., 1996; Hepher,

Nitrogen yang diekskresikan oleh ikan khususnya ikan-ikan teleostei sebagian

besar berupa amonia (75 - 90 %), selebihnya berupa urea (5 - 15 %), asam urat, kreatin,
kreatinin, trimetil oksida (TMAO), inulin, asam para-aminohippurik dan asam amino
(Jobling, 1994; Ming, 1985).

Karena ikan mengeluarkan kelebihan nitrogen dalam

bentuk amonia maka ikan dikenal dengan hewan ammonotelik.

Ming (1985) mengemukakan bahwa meningkatnya ekskresi amonia dengan cepat
Iebih banyak disebabkan oleh Iaju ekskresi nitrogen eksogenous yang lebih tinggi
dibandingkan ekskresi nitrogen endogenous. Laju ekskresi amonia eksogenous lebih
banyak dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi (kadar protein pakan, kualitas protein
bahan pakan, keberadaan energi non protein) dan laju pemberian pakan, sedangkan
ekskresi amonia endogenous diperoleh dari deaminasi asam amino hasil katabolisme
protein jaringan tubuh (Jobling, 1994).

Ming (1985) mengemukakan bahwa ekskresi amonia meningkat denngan cepat
sebagai respon terhadap penambahan protein pakan. Selanjutnya Degani, Horowitz dan
Levanon (1985) mengemukakan bahwa produksi amonia berkorelasi secara linier dengan
kadar protein pakan. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitiannya dimana produksi
ikan AngrrilZa-anguilla yang diberi pakan dengan kadar protein 25

-

35 % lebih rendah

dibandingkan dengan yang diberi pakan 45 - 55 % protein.
Jobiing (1994) mengemukakan bahwa ekskresi amonia ikan yang diberi pakan
lebih tinggi dibandingkan ikan-ikan yang puasa, peningkatan tersebut bahkan bisa sampai
2 kali lebih tinggi (Koshio et al., 1993). Ekskresi amonia akan meningkat begitu selesai
mengkonsumsi pakan, dan beberapa jam kemudian terjadi puncak ekskresi. Brett dan
Zala &am

Ming (1985) menyatakan bahwa ekskresi amonia tertinggi pada salmon

terlihat 4 - 4.5 jam setelah ikan mengkonsumsi pakan. Selanjutnya Dosdat et al. (1996)
dalam penelitiannya melihat bahwa ekskresi amonia teatinggi pada ikan berukuran 10 g
ditemukan 3 - 5 jam sehabis mengkonsumsi pakan dan pada ikan berukuran 100 g
terlihat 5 - g jam setelah makan.

Tinggi rendahnya amonia yang dikeluarkan ikan

bergantung pada kadar protein pakan, keberadaan energi non-protein (rasio protein
energi), kualitas protein bahan pakan dan kondisi lingkungan hidupnya (pH dan
temperatur).
Tingkat toksisitas amonia dipengaruhi oleh pH dan temperatur lingkungan
perairan, dimana konsentrasi amonia meningkat dengan meningkatnya pH dan
temperatur. Lingkungan yang mempunyai konsentrasi amonia tinggi dapat menyebabkan
ikan stres, menghambat pertumbuhan dan dapat menyebabkan kematian ikan (Jobling,
1994; Degani et aI., 2985).

Tingkat toleransi hewan akuatik terhadap amonia berbeda dan bergantung pada
spesies, kondisi fisiologis ikan dan kondisi lingkungan hidupnya (Ming, 1985). Secara
urnum konsentrasi amonia dalam air tidak boleh Iebih dari 1 mg/l. Konsentrasi amonia
sebesar 0.4 - 2 mg/l dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Koefisien Respirasi
Koefisien respirasi (KR) merupakan perbandingan antam 0

2 yang

dikonsumsi dan

COz yang diproduksi ikan, yang menggambarkan jenis nutrien yang dipakai dan
dimanfaatkan ikan pada proses metabolisme untuk menghasilkan energi. Menurut Eckert
(1989) menyatakan bahwa nilai JSR untuk metabolisme karbohidrat adalah 1.0, protein

0.8 dan lemak 0.7.

Ikan yang dipuasakan akan merombak Iemak tubuh sehingga KR-nya menjadi 0.7
sedangkan ikan yang sedang membakar makro nutrien (karbohidrat, lemak, dan protein)
dari ransum pemeliharaan, KR-nya menjadi 0.85.

Sementara itu ikan yang sedang

mengalami pertumbuhan dimana berkaitan dengan penyimpanan lemak dan protein
(dalam jaring atau alat-alat reproduksi) KR-nya sebesar 1.0 Wuisman et al., 1987).
Menurut Suryaningsih (1997) bahwa koefisien respirasi padit ikan gurame yang
diberi pakan dengan kandungan energi berturut-turut adalah 6, 8 dan 10 kkal DE/ gr
protein adalah 1.09, 0.84 dan 0.81. Ia menyarankan agar pakan dengan pertakuan 10 kkal
DE/gr protein dapat dipertimbangkan sebagai pakan yang terbaik, jika faktor lingkungan
menjadi faktor pertimbangan dalam budidaya ikan gurame.

BAlftAN DAN METODE
Waktu dam Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi %an, Kolarn Percobaan
Babakan Fakultas Perikanan dan Ifmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Sedangkan

waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Maret sampai dengan Juni 2001.

Pakan Uji
Pakan uji yang digunakan terdiri dari enam jenis terdiri atas tingkat kadar protein
dan rasio energi protein berbeda yakni A(30%; 9.6), 3(29.1%; 11.5%), C(37.4 %; 8.9),
D(38.2%; 11.0),E(46.7%; 8.5) and F(47.00!; 9.8). Komposisi pakan tertera pada Tabel 1

Tabel 1. Komposisi Pakan Perwbaan (@I00 g pakan) dengan Kadar Protein dan
Imbangan Energi Protein yang Berbeda (kkal DE/g protein = C / P )
Bahan Pakan

2,

Takeuchi, 1988

Setelah pakan dibuat dilakukan pula analisis proksimat dan hasilnya disajikan
pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Proksimat Pakan Percobaan

D (30.04 Oh), E (28.26%) dan F ( 22.55 Oh)
1 g protein = 3.5 kkai, 1 g karbohidrat = 2.5 kkal dan 1 g lemak = 8.1 kkal

Ikan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih ikan baung (Mystus
nemtcms) berumur sekitar satu bulan dengan bobot awal 5.3f 1.3 g. SeteLah itu ikan
sebanyak 10 ekor tiap akuarium dimasukkan kedalamlg buah akuarium berbentuk
persegi panjang berukuran 50 x 40 x 35 cm. Penernpatan ikan dalam akuarium dilakukan

secara acak (Steel dan Tome, 1993).
Pemberian pakan dilakukan sampai ikan kenyang dengan frekuensi pemberian
3 kaii sehari yaitu pukul 8.00;13 .OO dan 17.00. Banyaknya pakan yang diberikan selama

percobaan dicatat untuk mengetahui tingkat konsumsi pakan yang selanjutnya dijadikan
dasar untuk menghitung efisiensi pakan..
Untuk menjaga agar kualitas air tetap bak, maka dalam penelitian ini semua
media percobaan diberiakukan sistem resirkulasi. Penggantian air dapat dilakukan 4 - 6
fiari sekali tergantung kondisi media pemeliharaan. Untuk mengetahui pertumbuhan ikan

uji dilakukan penimbangan bobot tubuh ikan setiap 10 hari sekali. Pemeliharaan ikan
dilakukan selama 40 hari.

Analisis Proksimat I b n dan Pakan

Analisis proksimat pakan dan tubuh ikan dilakukan pada awal dan akhir
percobaan. Analisis tersebut meliputi kadar protein kasar, lemak kasar, serat kasar, kadar
abu, kadar air dan BETN.
Analisis proksimat untuk protein kasar dil-n

dengan metode Kjeldhal, lemak

kasar dengan metode ekstraksi dengan alat Soxhlet, abu melalui pemanasan sampel
dalam tanur pada suhu 400 - 600°C, serat kasar menggunakan metode pelarutan sampel
dengan asam dan basa kuat serta pemanasan, dan kadar air dengan metode pemanasan
dalam oven pa& suhu 105 - 110°C (Takeuchi, 1988). Prosedur metode analisis disajikan
pada Lampiran 1, 2, 3, 4, dan 5.

Pengukuran Konsumsi Or, Produksi C% d a m Ekskresi Amonia

Pengukuran konsumsi

0 2

dan produksi COz dilakukan untuk mendapatkan nilai

koefisien respirasi.
Pengamatan oksigen yang dikonsumsi, amonia dan COz yang diekskresikan
dilakukan dengan cara ikan uji pada setiap perlakuan teriebih dahulu dipuasakan selama
24 jam, kemudian ditimbang bobot tubuhnya. JumIah ikan uji setiap perlakuan adalah

3 ekor dan dengan 2 ulangan. Sewaktu pengukuran, ikan diberi pakan sampai kenyang.

Setelah ikan selesai makan, kemudian dipindahkan ke wadah lain yang telah berisi air
dan telah diaerasi selama 24 jam dan dilanjutkan dengan . pengukuran parameter amonia
awal, karbondioksida awal dan oksigen awal pada setiap perlakuan.

Pengukuran

selanjutnya dilakukan setiap jam sekali selama 4 jam pengamatan.
konsumsi

02,

Namun nilai

produksi CO2 dan ekskresi ammonia yang dijadikan data adalah hanya

pada jam ke-0 dan jam ke-1. Hal ini disebabkan untuk menghindari nilai bias akibat efek
katabolisme pada ikan tersebut setelah jam kedua.
aerasi dimatikan dan ikan tidak diberi makan.

Selama pengukuran berlangsung,

Sedangkan parameter suhu air dalam

wadah diamati setiap satu jam selama pengamatan. Pengukuran konsumsi 0 2 , produksi
C 0 2 dan ekskresi ammonia terdapat pada lampiran 6, 7, dan 8.

Peubah Yang Diukur

a. Laju Pertumbuhan Hin'an

Keterangan :

cx
= Laju pertumbuhan harian
WO
= Bobot rta-rata ikan pada awal percobaan (g)
Wt
= Bob& rata-rata ikan pada akhir percobaan (g)
t
= Waktu pemeliharaan (hari)
Sumber : Huisman (1976)

b. Efisiensi Pakan

Keterangan : FE
Bt
30

= Efisiensi

pakan (%)

= Biomassa ikan pada akhir percobaan (g)
= Biomassa ikan pada awal percobaan (g)

= Biomassa ikan yang mati selama percobaan (g)
= Jumlah pakan yang dikonsumsi selama percobaan (g)
F
Sumber : Watanabe (1988)
Bd

c. Retensi Protein (PR) dan Retensi Lemak (LR)
Bobot protein tubuh akhir - Bobot protein tubuh awal (g)
PR

x 100 %

=

Bobot tot& protein yang dikonsumsi (g)

Bobot lemak tubuh akhir - Bobot Iemak tubuh awal (8)
LR =

x 100 %
Bobot total lemak yang dikonsumsi (g)

Sumber : Watanabe (1988)

d. Ekskresi Amonia
Ekskresi amonia ikan per gram ikan per jam pengamatan setiap perlakuan
dihitung dengan rumus :
Ekskresi amonid NH3-N (mg/g tubuhljam) =

[ M ,- NZ,

-

[NH,- N ~ ~ X V

gxt

Keterangan : [ N H 3 -N]t,
[ Nm-wt~
V
t
g
e.

Konsentrasi amonia pada akhir pengamatan (mg/l)
= Konsentrasi amonia pada awal pengamatan (mg/l)
= Volume air di dalam wadah (liter)
= Lama pengambilan sampel (jam)
= Bobot ikan (g)
=

Koefisien Respirasi (RQ)
Nilai koefisien respirasi (RQ) dapat dimmuskan sebagai berikut :
RQ =

Jurnlah C 0 2 van9 diproduksi
Jumlah 0 2 yang dikonsumsi
V x (COz tn - COz to)

Produksi COz =
Bobot ikan (g) x a jam
Keterangan :

V

= Volume air dalam wadah (iiter)

a

=

COz tn
C 0 2 t,

Konsumsi 0

Lama pengambilan sampel
(mg/l)
Konsentrasi karbondioksida jam ke-0 (mg/l)

= K~nsentrasik a r b ~ n ~ o k s i jam
d a ke-n
=

v x (02 to 4

2 tn)

2=

Bobot ikan (gr)x a jam
Keterangan :
V = Volume air dalarn wadah (liter)
a = Lama pengambilan sampel
= Konsentrasi oksigen jam ke-n (mgfl)
0 2 tn
= Konsentrasi oksigen jam ke-0 (&I)
0 2 t~,

Andisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak Iengkap dengan
enam p e r l b n dan tiga ulangan. Parameter yang diuji secara statistik adalah konsumsi
palcan, retensi protein, retensi lemak, laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan Untuk
rnengetahui pengaruh pakan uji terhadap setiap peubah yang diukur tersebut digunakan
anaIisis ragam (uji F). Jika terdapat perbedam antara perlakuan dilanjutkan dengan tiji

BNJ (Steel dan Torrie, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan hasil-hasil penelitian
yang meliputi perubahan bobot rata-rata individu, konsumsi pakan, retensi protein,
retnesi lemak, laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan yang disajikan berturut-tumt
di bawah ini. Kemudian disajikan pula data mengenai hasil proksimat tubuh ikan awal
dan akhir pengamatan serta data mengenai koefisien repirasi dan ekskresi amonia se.tiap
perlakuan.
Selama 40 hari pengamatan telah terjadi perubahan bobot tubuh biomassa ikan
baung yang disajikan secara lengka pada Tabel Lampiran 10. Perubahan bobot rata-rata
individu ikan baung selama percobaan disajikan pada gambar dibawah ini

Gambar perubahan bobot rata-rata individu ikan baung setiap perlakuan seIama
percobaan

Berdasarkan gambar diatas tertihat bahwa bobot rata-rata individu tertinggi pada
akhir pengamatan terjadi pada perlakuan B(Protein 29.1%; C& 11.5) yakni sebesar
37.54M.43 g dan diikuti oieh C (37.4% ; 8.9), A(30.0%; 9.6),

E(46.7?40; 8.5),

F(47.0%; 9.8) dan terendah pada perlakuan D(38.2% ; 11.0) sebesar 28.02f 1.55 g.

Pengaruh pakan dengan kadar protein d m rasio energi protein yang berbeda
terhadap konsumsi pakan, retensi protein, retensi Iemak, laju pertumbuhan harian dan
efisiensi pakan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Konsumsi Pakan (KP), Retensi Protein (RP), Retensi Lemak (RL),
Laju Pertumbuhan Harian (LPH) d m Efisiensi Pakan (EP)

''

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa konsumsi pakan antara perlakuan berbeda
(p < 0.10) (Lampiran 12) dimana perlakuan C(37.4%; 8.9) tertinggi dan diikuti oleh
B(29.1%; 11.5), A(300/0;9.6),D(38.2%; 11.0),E(46.7%;8.5)dan F(47%;9.8).

Sementara itu reiensi protein memberikan pengarufi berbeda antar perlakuan
(p < 0.01) (Lampiran 14) dimana perlakuan B (29.1% ; 11.5) tertinggi dan diikuti oieh
perlakuan 4 3 0 % ; 9.6), E(46.7Y0; 8.S), C(37.496; 8.9), F(47Yo; 9.8) dan D(38.2% ; 11.0).
Retensi lemak antar perlakuan juga berbeda antar perlalaan (p < 0.01) (Lampiran 16)
Perlakuan A(30% ; 9.6) mencapai nilai retensi lemak tertinggi dan diikuti oleh perlakuan
C(37.4%; 8.9), B(29.1%; 11.5),E(46.7%; 8.5), F (47%; 9.8) clan terendah pada perlakuan
D(38.2%; 11.O).

Selanjutnya laju pemtmbuhan M a n antar perlakuan berbeda antar perlakuan
(p < 0.01) (Lampiran 18) dimana laju perturnbuhan harian tertinggi dicapai oleh
perlakuan B(29.1%; 1 1.5) dan diikuti oleh perlakuan C(37.4%; 8 9), E(46.7%; 8 3 ,
F(47%; 9.8), A(30%; 9.6) dan D(38.2%;11.0).

Sedangkan efisiensi pakan antar

perlakuan juga berbeda antar perlakuan (p < 0.01) dirnana perlakuan D(38.2%;11.0).
lebih rendah dengan kelima perlakuan lainnya (Lampiran 20).
Pengaruh pakan perwbaan terhadap komposisi proksimat tubuh ikan pada setiap
perlakuan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi proksimat tubuh ikan (TI) pa& awal dan akhir percobaan
(% bobot kering)

')

C(72.70Yo), D(70.90%), E(72.92 %) dan F(73.60 %)

Tabel 4 menunjuklcan adanya peningkatan kadar protein tubuh diakhir dibanding
tubuh ikan awal. Demikian pula dengan kadar lemak dan kadar abu pada tubuh akhir
secara umum meningkat, kecudi pada perlakuan A(30%; 9.6) dan D(38.2%;11 .O) untuk
kadar lemak dan perlakuan E(46.7%; 8.5) untuk M a r abu.
Protein tubuh tertinggi dicapai oleh perlakman E (46.7%; 8 . 5 ) dan terendah pada
perlakuan C(37.4%; 8.9).

Sedangkan kadar lemak tertinggi dicapai oleh perlakuan

F(47.0°?; 9.8) dan terendah pada perlakuan A(30.0%; 9.6).

tertinggi dicapai
E (46.7%; 8 5)

oleh

perlakuan D(38.2%;11.0) dan

Selanjutnya kadar abu

terendah pada

perlakuan

Sebagai data tambahan dilakukan pula pengamatan terhadap koefisien respirasi
(RQ) dan ekskresi amonia yang disajikan pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Konsumsi

02,

Produksi COz, Koefisien respirasi (RQ) dan ekskresi amonia ratarata ikan baung setiap perlakuan

Tabel 5 terlihat bahwa koefisien respirasi tertinggi dicapai oleh perlakuan A
sebesar 1 .OO dan terendah pada perlakuan C sebesar 0.72. Sedangkan ekskresi amonia
tertinggi dicapai oleh perlakuan F sebesar 0.105 mg MX3/g/jam dan terendah pada
perlakuan B(0.085 NH3/g/jam)

Pembahasan
Pertumbuhan merupakan perubafian ukuran dalam suatu periode waktu tertentu.
Perubahan ini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Dari sudut fisik, perubahan
berupa peninghtan ukuran bobot, panjang dan lebar tubuh. Dari sudut kimia, perubahan
ini dapat dilihat dari peningkatan kandungan protein, lemak, karbohidrat, abu dan air di
dalam tubuh.

Sedangkan dari sisi energi, pertumbuhan ini dilihat dari peningkatan

i dalam tubuh ikan (Jobling, 1994).
kandungan energi d

Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dari dalam tubuh ikan.

Selain

lingkungan perairan. faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah
makanan.

Unsur makanan yang sangat terkait dengan pertumbuhan adalah protein,

dimana fbngsi utama protein adalah untuk pertumbuhan. Disamping itu protein juga
b d n g s i untuk pembentukan jaringan, pemeliharaan tubuh dan penggantian jaringanjaringan yang rusak.
Setelah 40 hari percobaan maka didapatkan adanya pertambahan bobot rata-rata
individu ikan setiap perlakuan (Gambar 1).

Hal ini menunjukkan bahwa energi yang

dikonsumsi melebihi energi yang diperlukan untuk kebutuhan pokok, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Lovell (1989) bahwa kebutuhan energi untuk kebutuhan pokok harus
dipenuhi terlebih dahulu, dan apaKila berlebih maka kefebihannya akan digunakan untuk
pertumbuhan.
Berdasarkan energi pakan yang dimiliki oleh keenam pertakuan (Tabel 2) terlihat
bahwa pakan A (30%; 9.61, B(29.124; 11.5) dan C(37.4%; 8.9) memiliki energi antara
2880

-

3340 kkal DElg pakan, sedangkan pakan D(38.2%;11.0), E(46.m; 8.5) dan

F(47 0%; 9.8) memiliki energi berkisar antara 3900 - 4600 kkal DEIg pakan. Kedua
kelompok energi ini bila dibandingkan terlihat bahwa konsumsi pakan

perlakuan

A (30%; 9.6), B(29.1%; 1 1.5) dan C(37.4%; 8.9) lebih tinggi dibanding dengan perlakuan
D(38.2%;11.0), E(46.7%; 8.5) dan F(47.0%; 9.8). Hal ini menunjukkan bahwa ikan
dengan pakan yang berenergi lebih rendah berusaha memenuhi kebutuhan energinya
dengan mengkonsumsi pakan lebih banyak. Hal ini mengakibatkan jumlah nutrien yang
masuk seperti protein dan lemak juga lebih banyak. Terbukti dengan retensi protein dan
retensi lemak pada pakan A (30%; 9.6), B(29.1%; 11.5) dan C(37.4%; 8.9) relatif lebih

tinggi dibanding

dengan pakan D(38.2%,11.0),

E(46.7%; 8.5) dan F(47.0°/o; 9.8).

Kondisi ini mengakibatkan efisiensi pakan dan laju pertumbuhan juga relatif lebih tinggi.
Hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Garling d m Wilson (1976) bahwa kebutuhan
energi ikan IcsaIurus punctdus adalah 2750 - 3410 kkal/kg pakan pada kandungan
protein pakan 36 - 40%. Sementara Suhenda (1988) bahwa pakan buatan dengan kadar
protein 400/0 dan kandungan energi 3000 kkal DE/g pakan dapat digunakan dalam
budidaya intensif benih ikan lele {Claras batrachus).
Pakan A , B dan C yang merniliki energi retatif sama (2880

- 3340 kkal DE/g)

meenghasilkan retensi protein, laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan yang
berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan B(29.1%; 11.5) memberikan
retensi protein, laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan yang lebih tinggi dibanding
perlakuan A dan C. Hal ini diduga karena kandungan lemak pakan B relatif iebih tinggi
sebesar 14.79% dibanding dengan pakan A dan C sebesar 5.59% dan 10.06%. Hal ini
menyebabkan energi non protein pakan B relatif lebih cukup

"

sebagai protein sparing

effect" sehingga protein lebih efisien digunakan untuk pertumbuhan. Sedangkan pakan A
dan C diduga akibat kadar lemak yang relatif rendah sehingga protein ikut diiatabolisir
sebagai sumber energi sehingga porsi protein untuk pembentukan jaringan tubuh juga
berkurang. Hal ini terbukti