294
mahasiswa, dan bukan sebaliknya, yaitu sekedar mengulang apa yang sudah dibaca dari buku atau yang didengar dari dosennya.
b. Aktivitas Pembelajaran Sejarah
Pada bagian ini, hanya dapat dipaparkan aktivitas belajar di kelas eksperimen. Disebabkan di kelas kontrol tidak dilakukan observasi. Aktivitas
pembelajaran yang akan dipaparkan disini hanyalah hasil perbandingan dengan temuan saat studi pendahuluan. Uraian ini melingkupi aktivitas mahasiswa dan
dosen, di lingkungan ke tiga perguruan tinggi yang dikaji. Jika pada temuan studi pendahuluan, pembelajaran yang dilakukan lebih
bersifat teacher centered learning bagan 4.1 – bagan 4.3, maka pada kelas eksperimen di tiga perguruan tinggi berlangsung sebaliknya, yaitu student
centered learning. Mahasiswa terlihat sibuk dengan kegiatan belajar mulai langkah eksplorasi hingga langkah penyempurnaan.
c. Motivasi Belajar Sejarah
Dari hasil angket evaluasi diri yang dilakukan mahasiswa, maka didapat bahwa penerapan model pembelajaran holistik ini telah memberikan pengaruh
kepada motivasi belajar sejarah mereka. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan hasil rata-rata skor kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok
kontrol. Temuan ini sekaligus juga memperkuat temuan pada tahap pengembangan model. Tingkat motivasi belajar mahasiswa menunjukan tingkat
perbedaan signifikan pada setiap kegiatan uji coba. Peningkatan motivasi belajar ini tidak terlepas dari bagaimana keterlibatan
mahasiswa dalam setiap langkah dalam model pembelajaran holistik. Mahasiswa
295
menjadi belajar sejarah dengan menyenangkan, disebabkan salah satunya diberi kesempatan untuk melakukan tantangan-tantangan “investigasi” Stoskopf, 2001.
Ryan 2000 mengungkapkan bahwa,” siswa akan termotivasi belajar dikarenakan tugas yang diberikan menarik untuk dilakukan dan guru membiarkan mereka
melakukan investigasi dan berkreasi”. Peningkatan motivasi belajar ini juga, dipengaruhi oleh bagaimana
kesiapan readiness belajar yang dikondisikan oleh dosen dan mahasiswa itu sendiri dan kesesuaian proses pembelajaran yang berlangsung dengan
pengetahuan dan pengelaman yang dimiliki Lucas, 2001. Di dalam model pembelajaran Holistik, telah berhasil meramu semua itu dalam kegiatan
pembelajarannya. Motivasi belajar ini sangat penting, karena sangat mempengaruhi
keberhasilan hasil belajar, atau mendapat skor tinggi Grolnick Ryan, 1987. Walaupun tidak dapat diindikasikan bahwa skor hasil belajar menunjukan hasil
belajar yang mendalam atau memahami materi Ryan, 2000. Hal ini tentu bertolak belakang dengan sebagian gurudosen yang mengajar adalah untuk
melakukan tes, dan hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes semata “teaching to test”.
3. Kekuatan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berpikir Kesejarahan