Faktor tanaman dan faktor lingkungan yang mempengaruhi kemampuan tanaman dalam menyerap polutan Gas NO2

.-

FAKTOR TANAMAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN YANG
MEMPENGARUHI KEMAMPUAN TANAMAN DALAM
MENYERAP POLUTAN GAS NOz

OLEH :
ASTRA DWI PATRA

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
ASTRA DWI PATRA. Faktor Tanaman Dan Faktor Lingkungan Yang
Mempengaruhi Kemampuan Tanaman Dalam Menyerap Polutan Gas NO2.
Dibimbing oleh NEAR NASRULLAH dan ELSJE L.SISWOR0.
Keberadaan jalur hijau jalan semakin menurun seiring dengan
peningkatan pembangunan di perkotaan. Hal ini menyebabkan penurunan
kualitas lingkungan khususnya pencemaran udara oleh kendataan berrnotor,
terutama gas NO2 yang sangat berbahaya bagi manusia. Oleh karena itu

diperlukan tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai penyerap gas NO2 dan
berfungsi estetik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor tanaman
(kerapatan stomata, total klorofil, tebal daun dan berat jenis daun); serta faktor
cahaya (kondisi gelap dan terang) terhadap penyerapan gas NO2. Diharapkan
dari hasil penelitian ini diperoleh tanaman-tanaman yang dapat berpotensi
sebagai tanaman jalur hijau jalan, yang dapat berfungsi dalam menyerap gas
pencemar NO2dan berfungsi estetik.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan gas I5N
digunakan metode eksposure (pemaparan) gas NO2 yang bertanda "N (99%
atom "N), pada 12 spesies tanaman dengan ketinggian tanaman 70-80 cm.
Pemaparan gas 15N pada tanaman, dilakukan dalam gas chamber (bilik gas)
dengan intensitas cahaya (kondisi terang) 1000 lux, suhu 29-30°C .dan
kelembaban relatif udara pada awal 60%, selama 60 menit. Untuk mengetahui
~
tanaman dilakukan analisis N total dengan menggunakan
serapan 1 5 oleh
metode kjeldal dan analilsis kandungan 1 5 dengan
~
spektrometer emisi (Yasco N151). Selain itu juga dilakukan analisis terhadap faktor tanaman (kerapatan

stomata, total klorofil, tebal daun dan berat jenis daun). Untuk mengetahui
pengaruh- faktor tanaman dan penyerapan ' 5 ~terhadap kondisi cahaya yang
berbeda, menggunakan analisis regresi.
Hasil yang diperoleh menunjukkan ke-12 tanaman yang diuji berpotensi
dalam menyerap polutan dengan kategori serapan sedang-tinggi baik pada
kondisi gelap maupun terang. Di mana penyerapan gas ' 5 pada
~
kondsi terang
lebih tinggi dibandingkan pada kondisi gelap. Penyerapan dipengaruhi oleh
kerapatan stomata, tebal daun dan berat jenis daun. Semakin tinggi kerapatan
daun (> 17.31 mm2), semakin tipis daun (< 1 mm), serta semakin rendah berat
jenis daun (< 0.023 g/cm2)maka penyerapan gas semakin tinggi. Urutan tanaman
yang memiliki kriteria tersebut dari serapan yang tertinggi adalah jati putih, jati
super, asam jawa, kolbanda, akalipa merah, dadap kuning, saga pohon, mahoni,
gayam, cemara angin, palaquium, dan tusam. Penggunaan ke-12 spesies
tanaman pada jalur hijau jalan dapat berfungsi estetik, bila penggunaannya
disesuaikan dengan kondisi, fungsi dan peruntukkannya pada jalur hijau jalan.

SURAT PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang bejudul :

FAKTOR TANAMAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN YANG
MEMPENGARUHI KEMAMPUAN TANAMAN DALAM
MENYERAP POLUTAN GAS NOt

Adalah benar rnerupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan.
Semua sumber data dan infonnasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2002

ASTRA DWI PATRA
Nrp. : 99088lARL

FAKTOR TANAMAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN YANG
MEMPENGARUHI KEMAMPUAN TANAMAN DALAM MENYERAP
POLUTAN GAS NOz

ASTRA DWI PATRA


ARL 99088

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Arsitektur Lansekap

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: FAKTOR TANAMAN DAN FAKTOR LINGKUNGAN
YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN TANAMAN
DALAM MENYERAP POLUTAN GAS NO2

Nama Mahasiswa


: Astra Dwi Patra

NRP

: 99088

Program Studi

: Arsitektur Lansekap

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr.lr. Nizar Nasrullah, MAar.
Ketua

Ir. Elsie L. Sisworo, MS., APU.
Anggota


Mengetahui,

2. Ketua Program Studi
Arsitektur Lansekap

Dr.lr. Hadi Susilo Arifin, MS

Tanggal Lulus : 6 September 2002

ram Pascasarjana

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Mei 1975 sebagai putri
kedua dari enam bersaudara dari pasangan A.A.J. Mochamad Jamii dan
Syafrida.
Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, lulus pada tahun 1999. Pada
tahun 1999 penulis mendapat kesempatan melanjutkan studi di Program Studi
Arsitektur Lansekap pada Program Pascasajana, lntiiut Pertanian Bogor.

PRAKATA


Alhamdullilah penulis panjatkan kepada Allah SVVT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul "Faktor
Tanaman dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Kemampuan Tanaman
dalam Menyerap Polutan Gas NO.;

Dalam penelitian ini, diperoleh tanaman

yang berpotensi dalam meningkatkan kualitas lingkungan khususnya dalam
menyerap gas pencemar NO2 dan memiliki fungsi estetik pada jalur hijau jalan.
Dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatann ini penulis ingin
mengumpkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Dr.lr. Nizar Nasrullah, MAgr. dan Ir. Elsje Louise Sisworo, MS., APU. selaku

komisi pembimbing atas segala bantuan yang tidak temilai serta
kesabarannya dalam membimbing penulis.
2. Seluruh Staf Unit Pengembangan Kebun Raya Bogor dan Pusat Aplikasi
lsotop dan Radiasi (PAIR) BATAN, atas segala bantuan dan sarannya.

.,


3. Papa, Mama , Kak Ika, Bang Charma, Abank Aidi, Novi, Uya, Pinel, Amty,

Wawa, Puput, Uta, Asya, Billa, Salsa, Feby dan seluruh keluarga atas segala
bantuan, doa, dan kasih sayangnya.
4. Teman-teman dari Program Studi Pascasarjana Arsitektur Lanskap angkatan

'99, Keluarga Besar Windy, Faperta UMY '93,serta seluruh pihak atas
bantuan dan dukungannya.
Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik,
saran dan masukan untuk memperbaiki sangat diharapkan. Semoga karya ilmiah
ini bermanfaat.

Bogor, September 2002

Astra Dwi Patra

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL..............................................................................


xi

DAFTAR GAMBAR............................................................................ xii

...

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................

xi11

PENDAHULUAN......................................................................

1

1.1. Latar Belakang.........................................................................

1

1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...............................................


4

1.3. Hipotesis....................................................................................

5

BAB I.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................
2.1. Pencernaran Udara...................................................................

6
6

2.2. Nitrogen Dioksida......................................................................

10

2.3. Vegetasi ....................................................................................


13

2.4. Diskripsi Tanarnan.....................................................................

19

BAB Ill. METODE PENELITIAN......................................................................

24

3.1. Ternpat dan Waktu....................................................................

24

3.2. Bahan dan Alat .........................................................................

24

3.3. Batasan Penelitian..................................................................... 25
3.4. Tahapan Penelitian....................................................................

25

3.4.1. Pernilihan dan Perneliharaan Bahan Tanarn.................

25

~
3.4.2. Tahapan Tanaman Saat Pemaparan Gas 1 5...............

26

Bilik Gas...........................

27

3.4.3.1. Lingkungan dalam Bilik Gas............................

27

3.4.3.2. Perlakuan Percobaan......................................

28

3.4.3.3. Pernaparan Gas 15N .......................................

30

3.4.3. Perlakuan Gas 1

5 dalam
~

..

3.4.4. Analis~sSampel............................................................
3.4.4.1. Analisis NO2....................................................
3.4.4.2. Analisis Kerapatan Stomata Daun..................
3.4.4.3. Analisis Kandungan Klorofil Daun...................
3.4.4.4. Pengukuran Tebal Daun..................................
3.4.4.5. Pengukuran Berat Jenis Daun.........................
3.4.5. Analisis Data..................................................................

BAB IV. HASlL DAN PEMBAHASAN..............................................................
4.1 . Kondisi Lingkungan Percobaan................................................
4.2. Serapan 15N............................................................................
4.3. Faktor Cahaya (Kondisi Gelap dan Terang) Terhadap

Serapan 15N.............................................................................
4.4. Hubungan Faktor Cahaya dan Faktor Tanaman Terhadap

Serapan 15N.............................................................................
4.4.1. Faktor Stomata dan Penyerapan I5Npada Faktor

Cahaya yang Berbeda.................................................
4.4.2. Faktor Klorofil dan Penyerapan I5Npada Faktor

Cahaya yang Berbeda..................................................
4.4.3. Faktor Tebal Daun dan Penyerapan 15Npada

Faktor Cahaya yang Berbeda.....................................
4.4.4. Faktor Berat Jenis Daun dan Penyerapan "N pada

Faktor Cahaya yang Berbeda.......................................
4.5. Tanaman Penyerap Gas NO2dan Kaitannya Dengan

Fungsi Lanskap........................................................................

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN............................................................
5.1. Kesimpulan.............................................................................

55

55

5.2. Saran........................................................................................ 55

DAFTARPUSTAKA.........................................................................

56

LAMPIRAN.................................................................................... 60

OAFTAR TABEL
Halaman
1. Baku Mutu Udara Ambien.............................................................

8

2. Toksisitas Relatif Polutan Udara.....................................................

10

3. Tahapan Pemaparan Berdasarkan Ciri Visual dan Pertumbuhan

Tanaman (Ukuran daun, Kecepatan tumbuh, dan Wama daun)...............

26

4. Serapan "N pada Kondisi Lingkungan yang Berbeda (Gelap dan

Terang) pada Berbagai Tahapan Pemaparan Gas I5N...........................
5. Rerata Hasil Analisis dan Pengukuran Faktor Tanaman dan Serapan 1

37

5 ~

pada Kondisi Gelap dan Terang................................................................

42

6. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik pada Faktor Tanaman dan Faktor

Cahaya terhadap Penyerapan 15N.............................................................

43

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Siklus NOnFotoliiik........................................................................

11

2. Pemaparan Gas 15NPada Tanaman Dalam Bilik Gas.........................

29

3. Penutupan Media Tanam Untuk Mengurangi Penyerapan Gas Oleh
Tanah .........................................................................................

30

4 . Leaf Area Meter Untuk Mengukur Luas Daun......................................

31

5. Spektrometer Emisi Yasco N-151..............................................................

32

6. Diagram Alir Pengukuran NO2Terserap..................................................

33

7. Histogram Perbandingan Antara Serapan 15Ndan Spesies Tanaman

pada Kondisi Gelap dan Terang......................................................

39

8. Grafik Hubungan Antara Serapan 15Ndan Stomata pada Kondisi

Gelap dan Terang.........................................................................

44

9. Grafik Hubungan Antara Serapan 15Ndan Klorofil pada Kondisi
Gelap dan Terang.........................................................................

46

10. Grafik Hubungan Antara Serapan 15Ndan Tebal Daun pada Kondisi
Gelap dan Terang........................................................................

48

11. Grafik Hubungan Antara Serapan 15Ndan Berat Jenis Daun Pada
Kondisi Gelap dan Terang............................................................ 51
12. Komposisi Warna pada Tanaman Terhadap Mausia............................ 53

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Analisis Regresi Antara Stomata dan Penyerapan Gas "N
pada Kondisi Gelap... ... ... ...... .................. ... ... ... ......... ...... ..........

60

2. Analisis Regresi Antara Stomata dan Penyerapan Gas "N
pada Kondisi Terang.................. ......... ...... ..................................

60

3. Analisis Regresi Antara Klorofil dan Penyerapan Gas "N
pada Kondisi Gelap...... ... ............ ... ... ............ ... ...... ......... ... .......

60

4. Analisis Regresi Antara Klorofil dan Penyerapan Gas "N
pada Kondisi Terang... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .

61

5. Analisis Regresi Antara Tebal Daun dan Penyerapan Gas "N
pada KondisiGelap.. . .................. ... ......... ..................................

61

6. Analisis Regresi Antara Tebal Daun dan Penyerapan Gas "N

pada KondisiTerang............ ...... ... ......... ......... ...... ... ... ... ...... ... ....

61

7. Analisis Regresi Antara Berat Jenis Daun dan Penyerapan Gas I5N
pada Kondisi Gelap... ... ... ... ... ......... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .

62

8. Analisis Regresi Antara Berat Jenis Daun dan Penyerapan Gas I5N
pada Kondisi Terang...... ...... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... .

62

BAB I
PENDAHULUAN

1.I Latar belakang

Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat
meningkatkan kualitas lingkungan. Tetapi keberadaan jalur hijau jalan pada saat
ini di Indonesia khususnya di perkotaan, menunjukkan kearah penurunan. Hal ini
seiring dengan meningkatnya pembangunan fisik di perkotaan seperti
perkantoran, pemukiman, perdagangan, serta kegiatan industrialisasi lainnya dan
kegiatan transportasi.
Perkembangan ini selain memberikan pengaruh positif juga memberikan
pengaruh negatif terhadap lingkungan. Salah satu pengaruh negatii yang
ditimbulkan dan menjadi permasalahan utama pada saat ini adalah penurunan
kualitas lingkungan perkotaan terutama pencemaran udara.
Salah satu faktor utama terjadinya pencemaran udara di perkotaan ialah
pesatnya pemakaian kendaraan bermotor. Emisi kendaraan bermotor yang tidak
terkendali akan

meningkatkan konsentrasi

polutan seperti

NO2, SO2,

hidrokarbon, partikel dan timah. Data biro Pusat Statistik tahun 1999 di DKI
Jakarta menunjukkan kendaraan bermotor merupakan pelepas polutan terbesar.
Polutan yang dilepaskan oleh kendaraan bermotor sebesar 6.90% debu, 78.32%
SO2, 29.18% NOx, 62.62% Hidrokarbon, 85.78% CO dan 3.90% C02 (BPS,
1999).

Dampak pencemaran udara yang ditimbulkan ternyata sangat merugikan,
tidak hanya bagi kesehatan manusia tetapi juga terhadap lingkungan lain seperti
hewan, tumbuhan, bangunan gedung dan lain sebagainya. Mengingat besarnya
bahaya yang disebabkan oleh polutan ini maka beberapa cara telah dilakukan

untuk mengurangi bahaya polutan tersebut.

Beberapa polutan yang lepas

menyertai pergerakan kendaraan bermotor di jalan raya seperti CO dan SO, telah
dapat dikurangi dengan perbaikan struktur mesin dan perbaikan mutu bahan
bakar. Namun polutan NOx (NO dan NO2) dalam udara yang disebabkan oleh
kendaraan bermotor belum dapat ditekan dengan perbaikan mesin dan bahan
bakar.
NO2 bersama dengan NO merupakan kelompok gas yang paling banyak
ditemui sebagai pencemar udara dibandingkan bentuk nitrogen oksida (NOx)
lainnya yang terdapat di atmosfer.

Menurut Fardiaz (1992) kedua bentuk

nitrogen oksida (NO dan NO2) sangat berbahaya bagi manusia. Sifat toksis NO2
mengakibatkan gangguan kesehatan terutama paru-paw, sedangkan NO dalam
kadar tinggi dapat mengganggu sistem syaraf. Sifat toksisitas gas NO2 empat
kali lebih kuat dibandingkan gas NO. Pemaparan kronis NOx menyebabkan
penurunan sistem kekebalan tubuh (Nebel & Wright, 1993).
Mengingat jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat setiap tahun
dan bahaya yang ditimbulkan, pemecahan polusi udara khususnya NO2 perlu
ditanggani secara serius dengan menggunakan berbagai metode atau
pendekatan yang tersedia.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menanggulangi bahaya dari
pencemaran ini adalah penghijauan. Sejalan dengan pendapat Helman (1999)
yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengatasi pencemaran udara
adalah dengan memperbanyak hutan dan pepohonan di kota. Penghijauan
terhadap lingkungan mempunyai fungsi protektii yaitu menyaring udara kotor
pada zona padat di kota, baik. karena populasi manusia, asap mobil, maupun
industri; sedangkan penghijauan di sepanjang jalan berguna untuk perlindungan
terhadap udara dari gas buangan kendaraan bermotor.

Oleh karena itu,

penggunaan tanaman atau tumbuhan hijau selain dapat menyerap energi panas,

pencemar dipengaruhi oleh karakteristik morfologi daun, seperti ukuran dan
bentuk daun, adanya rambut pada perrnukaan daun dan juga tekstur daun.
Tanaman yang mempunyai sifat memiliki stomata banyak dan kecepatan tumbuh
yang tinggi merupakan tanaman yang baik digunakan dalam menyerap gas
(Fakuara, 1987).
Mengingat besarnya manfaat tanaman dalam menyerap polutan, maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tanaman yang berpotensi tinggi
dalam menyerap polutan khususnya NOz sehingga dapat meningkatkan kualitas
lingkungan. Tanaman-tanaman tersebut juga dapat memberikan nilai estetis bagi
jalur hijau, sehingga lanskap jalur hijau jalan maupun ruang terbuka hijau dapat
berfungsi dengan baik.
Untuk mengetahui penyerapan gas NO2 dari udara digunakan gas NO2
bertanda 15N. Dengan menggunakan gas ini maka nitrogen yang berasal dari
tanah dapat dibedakan dengan nitrogen yang berasal dari udara. Sehingga
dengan mengekspos tanaman dengan gas 1 5 ~ 0
dalam
2
"gas chamber" Ibilik gas,
kemudian diukur kandungan I5Ndalam jaringan tanaman, maka jumlah serapan
gas 15N02dapat diketahui (Nasrullah, 1997).

1.2

Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian adalah :

1. Menguji faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan gas NO2 pada
tanaman yang meliputi; kerapatan stomata, total klorofil, tebal daun dan berat
jenis daun
2. Mengetahui faktor lingkungan khususnya pengaruh cahaya yaitu kondisi

gelap dan terang terhadap penyerapan NOz.

Berdasarkan hasil penelitian ini akan diketahui tanaman yang
berpotensi tinggi dalam menyerap polutan NO2 dan mempunyai nilai estetik.
lnformasi ini akan membantu dalam perencanaan jalur hijau jalan maupun
ruang terbuka hijau lainnya. Penggunaan jenis tanaman dan komposisi yang
tepat pada jalur hijau jalan maupun pada ruang tehuka hijau lainnya dalam
mengurangi dampak negatif kendaraan bermotor (NOz).

1.3 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Penyerapan NO2dipengaruhi oleh kerapatan stomata, total klorofil, tebal
J

:.-

daun,~berat jenis daun
2. Kondisi lingkunganlcahaya (kondisi gelap dan terang) mempengaruhi

penyerapan gas NO2.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Udara

Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak
tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan keadaan
lingkungan sekitarnya.

Udara adalah atmosfir yang berada disekeliling bumi

yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini.
Udara bersih merupakan gas yang tidak tampak, tidak

berbau, tidak

berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara bersih sulit diperoleh, terutama di
kota besar yang padat industri dan padat lalu-lintas. Udara yang mengandung
zat pencemar disebut udara tercemar. Udara tercemar akan merusak lingkungan
dan kehidupan manusia. Kerusakan lingkungan berarti berkurangnya daya
dukung alam terhadap kehidupan yang selanjutnya akan mengurangi kualitas
hidup manusia secara keseluruhan (Fardiaz,1992).
Pencemaran udara menurut KEPMEN KLH No.Kep.021Men-KLHlIll988
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan
manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ketingkat
tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya (Wardhana, 1995). Pencemaran udara adalah
hadirnya kontaminan di ruang terbuka dengan konsentrasi dan durasi
sedemikian rupa sehingga mengakibatkan gangguan, merugikan atau berpotensi
merugikan kesehatanlkehidupan manusia, hewan, tumbuhan, benda-benda, dan
mempengaruhi kenyamanan (Purnomohadi, 1995). Nebel & wright (1993)
menyatakan, pencemar udara adalah senyawa-senyawa di atmosfer yang
mempunyai pengaruh bahaya.

Udara di alam tidak pemah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali.
Polutan yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya, dapat
dibedakan menjadi lima kelompok sebagai berikut (Wardhana,l995) :
1. Karbon monoksida (CO)
2. Nitrogen oksida

(NO,)

3. Hidrokarbon (HC)

4. Sulfur dioksida (SO,)
5. Partikel

Fardiaz (1992) menyatakan bahwa sumber pencemaran udara yang
utama

berasal

dari

transportasilkendaraan

bermotor.

Sumber-sumber

pencemaran lainnya berasal dari pembakaran, proses industri, pembuangan
limbah dan lain-lain. Pencemaran udara di Indonesia, terutama di kota-kota
besar, disebabkan gas buang kendaraan bermotor (60-70%); industri (10-15 %);
dan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran
hutanlladang, dan lain-lain (Kusnoputranto, 1996). Di DKI Jakarta pada tahun
1994 ditemukan bahwa kendaraan bermotor menghasilkan 85% dari seluruh
pencemaran udara yang terjadi.
Kendaraan bermotor merupakan penghasil pencemar CO, Hidrokarbon
yang tidak terbakar sempurna, NOx, SOX, dan partikel. Data Biro Bina
Lingkungan Hidup (BBLH) DKI Jakarta tahun 1995 menyatakan jenis pencemar
ini memberikan saham sebesar 90% pada pencemaran udara (BBLH, 1995).
Watkins (1991) menyatakan emisi NOx pada kendaraan dengan bahan bakar
solar (diesel) 2-3 kali lebih rendah dibandingkan bensin, sedangkan emisi SOn
pada solar bisa mencapai 10 kali lebih besar daripada bensin. Lebih lanjut
diungkapkan, emisi NOx tinggi terjadi pada kecepatan kendaraan sangat rendah

(10 krnljam) dan pada kecepatan sangat tinggi (mulai meningkat dari 100 kmljam
sampai 150 kmljam)
Emisi gas buang kendaraan berrnotor akan mempengaruhi kualitas udara
di sepanjang ruas jalan, yang akhimya dapat mempengaruhi kualitas udara
ambien (KPPL DKI Jakarta, 1996). Nilai baku mutu udara ambien menurut
Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup

No.KEP-03/MENKLH/I1/1991 tersaji dalam tabel 1.
Tabel 1. Baku mutu udara ambien
No

Baku Mutu

Waktu Pengukuran

0,1 PPm
(260 ug/m3)
20 PPm
(2260 ug/m3)
0,1 PPm
(260 ug/m3)
0 5 PPm
(92,50 ug/m3)
0,26 ug/m3
0,06 ug/m3
0,03 ug/m3
2 PPm
(1360 ug/m3)
0,02 ppm
0,24 ppm

24 jam

Parameter

1.

Sulfur dioksida (SO3)

2.

Karbon monoksida (CO)

3.

Oksigen oksida

4.

Oksidan(03)

5.
6.
7.
8.

Debu
Timah hitam
Hidrogen Sufida (H2S)
Amonia (NH3)

9.
Nitrogen oksida (NO,)
10. Hidrokarbon
Sumber : Fardiaz,l992

8 jam

24 jam
1 jam

24 jam
24 jam
30 menit
24 jam
24 jam
3 jam

Menurut Kusnoputranto (1996), Pengaruh zat pencemar udara dapat
dikelompokkan menurut urutan berikut :
1. Gangguan kenyamanan dan estetika : bau, gangguan visibilitas atmosfer,

perubahan wama banguna dan monumen.
2. Kerusakan harta benda : tumbuhnya karat dalam logam, kotoran pada
pakaian, bangunan dan monumen

3. Kerusakan pada tumbuh-tumbuhan dan binatang : menimbulkan kerusakan
daun,

menurunkan hasil tanarnan, menurunkan tingkat fotosintesis;

memberikan pengaruh yang berbahaya pada sistem saluran pemafasan dan
syaraf pusat dari binatang.
4. Gangguan pada kesehatan manusia : kekurangan oksigen dalam darah,

kerusakan dan rangsangan sistem pemafasan, iritasi suara, dan kanker
5. Kerusakan sistem reproduksi dan genetik manusia : sebagian besar belum

diketahui, namun mungkin saja terjadi.
6. Kerusakan ekosistem : perubahan iklim setempat atau regional dan mungkin

iklim global.
Konsentrasi polutan yang melewati nilai baku mutu udara atau level
toleransi, dapat menyebabkan toksisitaslkeracunan bagi makhluk hidup
khususnya bagi kesehatan manusia.
Dan hasil survey Bank Dunia pada dua kota besar di Indonesia untuk
biaya kesehatan yang dikeluarkan akibat polusi udara Bandung menempati
urutan kedua setelah Jakarta. Dilanjutkan, Bandung dengan jumlah kendaraan
350.056 tingkat pencemaran mencapai 258.6524 tonlhari dengan rata-rata biaya

kesehatan Rp 359.5 juta atau Rp.30 ribuloranglhari. Jakarta yang merupakan
kota pelepas polutan terbesar di Indonesia dengan jumlah kendaraan 3.021.138,
beban pencemar mencapai 2.232.2853 tonlhari dan biaya kesehatan
diperkirakan Rp. 3.1 milyarlhari. Ini belum termasuk kerugian lainnya, seperti
tingkat kerusakan pada bangunan, kendaraan (korosi), tanaman dan iklim secara
global ')
Tingkat toksisitas polutan berbeda-beda. Tabel 2 menyajikan toksisitas
relatif masing-masing kelompok polutan. Temyata bila diurut polutan yang paling
berbahaya bagi kesehatan berturut-turut adalah partikel yang diikuti oleh NO,,

1. Kompas. Polusi Lewati Ambang Batas. http:// Kompas.com/9705/14/lpteWpolu .htm [14
Mei 19971.

SO,

hidrokarbon dan yang paling rendah toksisitasnya adalah karbon

monokside. (Fardiaz,1992).
Tabel 2. Toksisitas relatif polutan udara
Polutan

Level toleransi

SO,
0.50
t
0.25
NO.
Partikel
Sumber : Babcock 1971
-

-

40.000
19.300
1.430
514
375

Toksisitas
2.07
28.00
77.80
106.70

Pencemar seperti CO dan SO, telah dapat dikurangi dengan perbaikan
struktur mesin dan perbaikan mutu bahan bakar. Namun polutan NOx (NO, NO2)
dan partikel dalam udara belum dapat ditekan dengan perbaikan mesin dan
bahan bakar.

2.2 Nitrogen Dioksida (NO2)
Di atmosfer nitrogen dioksida (NO2) bersama dengan nitrogen oksida
(NO) merupakan kelompok gas yang paling banyak ditemui sebagai pencemar
udara dibanding bentuk nitrogen oksida lainnya yang terdapat di atmosfer. Gas
NO2 bila mencemari udara mudah diamati karena gas ini berwarna coklat
kemerahan, berbau tidak sedap dan cukup menyengat.
Sifat toksisitas gas NO2empat kali lebih kuat dibanding gas NO. Organ
tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru-paw.
Paru-paru yang terkontaminasi dengan gas NO2 akan membengkak sehingga
sulit bernafas yang dapat menyebabkan kematian (Wardhana, 1995).
Menurut Fitter & Hay (1994). Nitrogen dioksida merupakan hasil samping
dari pernbakaran yang timbul dari kombinasi nitrogen dan oksigen atmosfer.
Hasil awal dari reaksi ini, NO dioksida secara lambat menjadi NO2 dalam

atmosfer. Bila NO2dilepaskan ke dalam atmosfer maka dapat bekeja dalam
sejumlah reaksi fotokimia yang menyebabkan terbentuknya ozon (03). Fardiaz
(1992) mengemukakan bahwa reaksi-reaksi yang melibatkan NO dan NO2
disebut

'siklus fotolitik NO2' dan merupakan akibat Jangsung dari interaksi

antara sinar matahari dengan NO2(Gb. 1). Tahap-tahap reaksi tersebut adalah
sebagai berikut :
1. NO2 mengabsorbsi energi dalam bentuk sinar ultraviolet dari matahari.
2. Energi yang diabsorbsi akan memecah molekul-molekul menjadi molekul-

molekul NO dan atom-atom oksigen (0). Atom oksigen yang terbentuk
bersifat sangat reaktii.
3. Atom-atom oksigen bereaksi dengan oksigen atmosfer (02) membentuk ozon

(03) yang merupakan polutan sekunder.
4. Ozon akan bereaksi dengan NO membentuk NO2 dan O2 sehingga reaksi

menjadi lengkap.

'02

udara

Gambar 1. Siklus NO2fotolitik (EPA, 1971)

Daur reaksi fotolitik tersebut di atas dapat terganggu apabila dalam udara
terdapat HC (Hidrokarbon), karena hidrokarbon akan bereaksi dengan 0 maupun

02. Reaksi HC dengan 0 akan menghasilkan radikal bebas HC yang sangat
reaktii. Radikal bebas HC akan menyerang NO dan NO2 sehingga jumlah NO
akan berkurang. Radikal bebas HC dapat juga bereaksi dengan HC lainnya dan
menghasilkan senyawa-senyawa organik. Di samping itu radikal bebas HC yang
bereaksi dengan O2 dan NO2 akan menghasilkan Peroxy Acetyl Nitrates (PAN)
yang merupakan polutan sekunder.
Perhitungan kecepatan emisi NOx dapat diketahui bahwa waktu tinggal
rata-rata NO2 di atmosfer kira-kira 3 (tiga) hari. Dari waktu tinggal ini dapat
diketahui bahwa proses-proses alami, termasuk reaksi fotokimia mengakibatkan
hilangnya nitrogen okside tersebut.
Untuk mengetahui penyerapan gas NO2 dari udara digunakan gas NO2
berlabel 15N (isotop I5N). Penggunaan nitrogen berlabel

' 5 membantu
~

dalam

penelitian penyerapanhksasi nitrogen melalui akar, maupun dalam penelitian
serapan nitrogen melalui daun. Dengan menggunakan gas ini maka nitrogen
yang berasal dari tanah dapat dibedakan dengan nitrogen yang berasal dari
udara. Unsur nitrogen yang berasal dari udara atau serapan gas
diketahui dengan menganalisa kandungan

1 5 ~dalam

15~0
dapat
2

jaringan tanaman

(Nasrullah, 1997). Lebih lanjut dikatakan, bahwa untuk menguji serapan gas NO2
pad berbagai tanaman digunakan kondisi yang optimum untuk penyerapan, yaitu
suhu 30°C, intensitas cahaya 1000 lux dan kondisi gas I 5 ~ Osebesar
2
3 ppm
(vlv). Kondisi ini juga, sesuai dengan kondisi lingkungan di jalan (alami) dengan
kelembaban udara relatii sebesar 60 %.

2.3 Vegetasi
Kehidupan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dimana
tanaman tumbuh baik di lingkungan fisik, lingkungan kimia, maupun lingkungan
biotik. Untuk dapat hidup, tanaman hams mampu beradaptasi dengan segala
perubahan lingkungan yang ekstrim.
Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) pemilihan jenis tanaman
ditentukan oleh kondisi iklim habiat dan areal dimana tanaman tersebut
diletakkan dengan memperhatikan ketentuan geometri jalan dan fungsi tanaman.
Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam memilih tanaman lanskap jalan
adalah perakaran tidak merusak jalan, pemeliharaan mudah, batang atau
percabangan tidak mudah patah dan tidak mudah rontok atau gugur.
Ditambahkan Arnold (1980), penanaman pohon tepi jalan bertujuan untuk
mencitptakan efek ruang bagi pengguna jalan. Pohon-pohon tepi jalan
memisahkan berbagai aktiiias yang berlangsung pada jalan umum maupun
jalan pemukiman. Bagi para pengemudi kendaraan bemotor, keberadaan
pohon-pohon ini dapat memberikan kesan rasa kehadiran ruang dan
mengarahkan pandangan terutama bila ditanam dekat dengan garis pinggir
perkerasan jalan. Bagi pejalan kaki, deretan pohon ini merupakan elemen
pemisah yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman. Tanaman dapat
memberikan nilai estetis dari karakteristik

warna, bentuk, dan teksturnya.

Wama dapat menimbulkan efek visual dan psikologi bagi yang melihatnya.
Bentuk tanaman akan memberi kesan dinamis, indah, lebarlluas dan sebagai
aksen. Tekstur tanaman mempengaruhi psikis dan fisik yang memandangnya.
Kombinasi tanaman dalam disain lanskap dan kombinasi

dengan elemen

lanskap lainnnya akan menambah nilai estetik (Hakim, 1993).
Penghijauan dengan menggunakan tanaman sebagai materi pokok
merupakan suatu usaha penataan lingkungan. Dari tanaman banyak sekali

manfaat yang diambil sehingga penghijauan dapat diartikan sebagai upaya untuk
menanggulangi berbagai penurunan kualitas lingkungan, terutama pada daerah
industri atau padat lalu lintas. Pohon pelindung di sepanjang jalur hijau sangat
penting untuk menjaga kualitas udara perkotaan, dan dapat mengurangi kadar
bahan pencemar yang berasal dari buangan kendaraan bermotor.
Tanaman dapat mengurangi masalah polusi udara di sekiiar jalan melalui
penyerapan polutan gas dan penyerapan partikel pada permukaan daun. Selain
itu vegetasi tanaman mengurangi kosentrasi polutan di sekiar jalan melalui
pengenceran konsentrasi polutan. Angin yang behembus kearah vegetasi tepi
jalan terangkat kepuncak tanaman, sehingga polutan terencerkan pada atmosfir
yang lebih luas.

Menurut Grey & Daneke (1978) pepohonan membantu

memindahkan butir-butir debu yang diangkut melalui udara melalui bagian
permukaan daun, batang dan ranting pohon yang mampu menyerap butir-butir
debu. Kemudian butir-butir debu yang menempel pada bagian permukaan pohon
tersebut akan dicuci melalui presipitasi.
Pemanfaatan tanaman dapat menunjukkan adanya masalah pencemaran
udara, seringkali tanaman memungkinkan dijadikan deteksi awal pada polusi.
Tanaman juga sudah dimanfaatkan dalam survei lapangan untuk menentukan
akumulasi dari polutan tertentu dan dalam kajian laboraturium untuk menentukan
polutan yang bersifat toksik terhadap tanaman (Guthrie & Perry, 1980). Daun
adalah bagian yang paling menderita dan yang paling peka tehadap
pencemaran (Heck & Brandt, 1977). Menurut Keller (1983) penggunaan daun
tumbuhan dapat dijadikan sarana untuk mendeteksi pencemaran udara, dengan
alasan :
a. Bahan pencemar relatiif mudah dideterminasi secara kimiawi
b. Bahan pencemar, tidak mudah rusak atau diubah oleh tumbuhan

d. Beberapa k h a n pencemar, secara alamiah terdapat dalam tumbuhan hanya
dalam jumlah sedikii dan bukan merupakan komponen esensial.
e. Bahan pencemar mudah diambil atau diserap oleh akar, batang dan daun.
Pencemar yang melekat pada daun atau yang tersimpan di dalamnya,
masuk dalam bentuk cairan setelah senyawa kimia tersebut berubah akibat
keadaan lembab; cairan tersebut akan merusak jaringan daun (Bernatzky, 1980)
dan akhirnya tanaman mati. Oleh karena itu pemilihan tanarnan untuk jalur hijau
jalan hams dipertimbangkan secara cermat sehingga tanaman tersebut dapat
berfungsi dengan baik.
Salah satu bentuk hutan kota berupa jalur hijau. Pohon peneduh jalan
raya yang berupa jalur hijau, dibangun dan dikembangkan agar diperoleh
manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Penanaman dengan tanaman
yang tinggi dan rindang dapat bermanfaat untuk menyerap pencemar yang
diemisikan oleh kendaraan berrnotor (Dahlan,1992).
Tidak semua pohon baik dijadikan pohon pelindung dan berfungsi
sebagai penyerap polutan. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, agar
pohon yang ditanam disepanjang jalan dapat benar-benar berfungsi dan tidak
menambah permasalahan yang tidak diinginkan. Pemilihan pohon untuk
penghijauan perlu didasarkan pada ketahanan terhadap partikel pencemar udara
maupun kemampuan tanaman dalam menyerap partikel pencemar udara.
Banyak jenis tanaman yang cukup baik untuk ditanam sebagai pohon pelindung
ditempat tertentu karena mempunyai kemampuan sebagai penyerap polutan
yang cukup tinggi.
Kemampuan tanaman dalam menyerap polutan dipengaruhi deh faktor
lingkungan dan faktor tanaman itu sendiri. Faktor tanaman dalam menyerap dan
mengakumulasi zat pencemar dipengaruhi oleh karakteristik morfologi tanaman,
seperti ukuran dan bentuk daun, adanya rambut pada permukaan daun dan juga

mengakumulasi zat pencemar dipengaruhi oleh karakteristik morfologi tanaman,
seperti ukuran dan bentuk daun, adanya rambut pada permukaan daun dan juga
tekstur daun (Starkman, 1969; Chamberlain, 1986), selain itu susunan anatomi
daun juga berperan sebagai bamer (penghalang) terhadap masuknya materi dari
luar, sehingga akan mempengaruhi jumlah pencemar yang terakumulasi di dalam
daun (Leopold & Kriedermann, 1975).
Menurut Fakuara (1987) jenis tanaman yang dipakai untuk menyerap gas
adalah tanaman yang mempunyai sifat :
1. Mempunyai stomata yang banyak. Stomata atau mulut daun ialah tempat
terjadinya pertukaran gas. Gas pencemar dapat diserap tanaman melalui
mulut daun.
2. Mempunyai ketahanan tertentu terhadap gas tertentu. Setiap tanaman yang

mempunyai stomata yang banyak dan mempunyai ketahanan yang tinggi
terhadap

gas-gas

yang

dikeluarkan

oleh

industri

bahkan

dapat

memanfaatkannya untuk proses metabolisme tanaman itu sendiri.
3. Mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat. Jenis tanaman yang cepat

tumbuh mempunyai daya regenerasi yang cepat pula. Hal ini sangat
diperlukan untuk dapat segera berfungsi apabila jenis tanaman tersebut
sewaktu-waktu harus diganti oleh jenis yang lain bila telah habis masanya.
Stomata merupakan tempat pertukaran gas. Pencemaran udara masuk
dalam daun melalui stomata yang terbuka (Bertnatzky, 1980). Periode
terbukanya stomata biasanya bersamaan waktunya dengan keadaan yang
merangsang fotosintesis (Fitter & Hay, 1991). Pada tanaman dikotil, umumnya
stomata lebih banyak terletak pada lapisan epidermis bawah daripada epidermis
atas. Pada dikotil berdaun lebar, stomata tersebar secara acak (Loveless, 1991).
Jumlah stomata mempengaruhi volume gas yang masuk (Bidwell, 1979).
Menurut Agustini (1994), tanaman yang efektif mereduksi polutan memiliki

kepadatan stomata daun yang tinggi dan tajuk yang masif. Pada konsentrasi
tinggi beberapa gas tertentu bereaksi dengan jaringan tumbuhan dan dapat
menyebabkan kematian. Jika stomata rusak, maka pergerakan C02 ke dalam
daun akan terhambat.
Menurut Suryowinoto (1995) daun yang tipis menyebabkan zat pencemar
mudah terserap. Tandjung (1995) menambahkan bentuk daun sederhana atau
lebar lebih efektif menahan debu dibandingkan dengan daun majemuk yang
permukaannya kecil, namun bentuk daun majemuk mempunyai luas permukaan
total pepohonan jauh lebih besar dibandingkan bentuk daun sederhana.
Gandasari (1994) mengemukakan bahwa tanaman yang mampu mereduksi
polutan adalah tanaman yang ukurannya panjang, bentuk uniselluler sederhana
dan multiselluler uniseriat.
Faktor lingkungan berperan dalam penyerapan polutan, dimana serapan
dipengaruhi oleh iklim seperti suhu, kelembaban udara, dan intensitas cahaya.
Faktor tanaman dan faktor lingkungan ini berhubungan dengan fotosintesis dan
transpirasi terhadap serapan gas oleh tanaman. Polusi udara dapat menghambat
aktivitas fotosintesis.

Fotosintesis

adalah suatu proses perubahan zat-zat

anorganik H20 dan C02 oleh klorofil menjadi zat organik karbohidrat dengan
bantuan cahaya (Dwidjosoputro, 1980). Fotosintesis dipengaruhi oleh cahaya
dan suhu, kadar C02, kehadiran beberapa metabolit, mineral, usia tanaman,
keadaan sel; produktivitas dibatasi oleh jumlah klorofil, ha1 ini menunjukkan
hubungan yang dekat antara jumlah

klorofil dan jumlah fotosintesis

(Michael, 1984).
Suhu berpengaruh terhadap laju fotosintesis, jika suhu tinggi maka laju
fotosintesis semakin tinggi yang nantinya berpengaruh terhadap stomata daun
(Prawiranata et a/, 1981). Faktor cahaya juga berpengaruh terhadap membuka
dan menutupnya stomata. Bila intensitas cahaya cukup maka stomata akan

terbuka sehingga zat pencemar akan masuk dan akumulasi zat pencemar di
dalam daun semakin bertambah, maka kerusakan akan semakin parah.
lntensitas cahaya yang tinggi juga akan mengurangi kadar klorofil daun.
Untuk melihat besamya serapan gas NO2 oleh tanaman dapat melalui
reaksi fase gelap dan fase terang fotosintesis. Pengaruh kelembaban udara
juga mempengaruhi keberadaan bahan pencemar di atmosfer. Konsentrasi
bahan pencemar dalam bentuk gas akan lebih banyak pada kelembaban udara
rendah dibandingkan pada waktu kelembaban udara tinggi (Fardiaz, 1992).
Konsentrasi NO2 sebesar 2-3 ppm (vlv) menyebabkan hilangnya wama hijau
tumbuhan seperti yang disebabkan oleh SO2. Sehingga untuk mengetahui
serapan polutan oleh tanaman pada saat dilakukan penelitian, maka faktor iklim
diusahakan sesuai atau meniru keadaan alam.
Laju penyerapan gas NO2pada setiap tanaman berbeda yakni menurut
spesies tanamannya. Pada tanaman evergreen dan tanaman gugur daun
memperlihatkan perbedaan kecepatan mentranslokasi polutan NO2yang diserap
melalui daun. Dari penelitian diketahui tanaman evergreen menunjukkan laju
translokasi nitrogen dari daun ke batang dan akar lebih cepat dibanding tanaman
gugur daun (Misawa et a/., 1993)
Menurut Nasrullah et a/. (1994), tanaman tepi jalan dapat menurunkan
konsentrasi polutan disekiar jalan. Vegetasi Cemara Criptomeria japonicum
D.Don. Dapat mengurangi konsentrasi SPM (Suspended Particulate Matte0
9-15 %. Pada kondisi bertiup vegetasi tersebut mengurangi konsentrasi NO2
11-17% dan 2040% pada kondisi angin diam (kecepatan angin lebih kecil
1 mlsec). Namun demikian belum banyak diketahui, kemampuan jenis vegetasi

lainnya dalam mengurangi konsentrasi polutan dari udara. Tanaman alfa-alfa
juga telah dibuktikan dapat menyerap polutan CO, NO, NO2, SO2, O3 dan HF
(Hill, 1971).

2.4 Diskripsi Tanaman :

Diskripsi tanaman-tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(Suryowinoto, 1997; Van Steenis, 1992; Heynee, 1987) :
1. Jati Super (Tectona grandis)
Jati termasuk famillia Vemenaceae. Ketinggian pohon mencapai 20 m. Jati
yang memiliki ukuran daun besar dan bewama hijau, dikenal pohon yang
tidak rewel dalam budidaya dan mampu tumbuh di semua jenis tanah kecuali
rawa dan gambut. Jati dapat beradaptasi baik pada curah hujan 1.000-2.500
mmhahun, intensitas cahaya >80%, pH 58, temperatur 22-38'~. Tumbuh di
dataran tinggi sampai dataran rendah, dengan ketinggian tempat 0 - 500m
dpl.
Mahoni (Swietenia mahagoni)
Dikenal sebagai pohon mahoni berdaun kecil dan berwama hijau. Termasuk
dalam familia Meliaceae; berasal dari benua Afrika yang beriklim tropis dan
sudah lama di budidayakan di Indonesia. Pohon ini cukup populer digunakan
di tepi jalan sebagai tanaman peneduh. Termasuk jenis pohon tinggi,
percabangannnya banyak, ketinggiannya mencapai 30 m. Daunnya yang
berwarna hijau tua dan rimbun membuat penampilannya sebagai pohon
peneduh sangat meyakinkan. Mahoni dapat tumbuh dengan baik pada
tempat-tempat yang terbuka dan kena sinar matahari langsung, baik di
dataran rendah maupun dataran tinggi, yakni hingga ketinggian 1.000 m di
atas permukaan laut; serta pada berbagai keadaan tanah mulai dari tanah
subur sampai tanah kritis.
3. Asam Jawa (Tamarindus indica)
Nama daerah asam jawa (Minangkabau), asem (jawa). Termasuk familia
Caesalpiniaceae. Tumbuhan asli Afrika tropis yang sekarang tersebar luas di

daerah panas, merupakan pohon yang tinggi dan indah, ketinggiannya
mencapai 25 m dan memiliki tajuk bulat.

Daunnya merupakan daun

majemuk kecil-kecil dan berwarna hijau. Bunga berwarna kemerahan dan
akan berubah menjadi kuning kemudian putih jika telah dewasa. Buah asam
adalah buah oblong berwarna coklat. Pohonnya banyak ditanam sebagai
pohon peneduh di sisi jalan. Perbanyakan tanaman dilakukan dengan stek,
cangkokan atau biji. Pohon asam dapat tumbuh dengan baik ditempat yang
terbuka, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga 800 m di atas
perrnukaan laut .
4. Cemara Angin (Casuarina equisetifolia)
Termasuk familia Casuarinaceae. Tanaman ini dikenal juga dengan nama
cemara laut. Cemara angin termasuk tanaman pohon, ketinggiannya
mencapai 25 m. Bentuk daun jarum yang mudah terayun-ayun diiup angin
sehingga disebut "pohon angin", dengan susunan daun berbentuk tandan.
Buahnya berbentuk runjung. Penyebarannya mulai India Barat sampai ke
daerah pasifik dan daerah-daerah tropika. Tumbuh baik di dataran rendah
hingga tinggi di bawah 1350 m dpl, dengan berbagai jenis tanah.
Perbanyakan tanaman dilakukan dengan biji, termasuk tanaman dengan
pertumbuhan sedang. Tanaman ini selain berguna sebagai pencegah angin,
juga ditanam sebagai tanaman hias pekarangan dan sisi jalan karena bentuk
tajuknya yang indah.
5. Saga (Adhenanthera pavonina)
Tanaman termasuk familli Mimosaceae yang berbentuk pohon. Ketinggian
pohon mencapai 30 m. Daunnya kecil berbentuk persegi panjang lonjong
dan tersusun menyirip, bunga dan daun berwarna merah. Dapat tumbuh di
daerah tropis sampai pada ketinggian 600 m dpl. Tidak memerlukan

pemeliharaan khusus, dapat tumbuh pada berbagai keadaan topografi dan
berbagai keadaan tanah. Di Indonesia tanaman saga pohon sudah lama
dikenal sebagai tanarnan hias, pagar dan tanaman pinggir jalan sebagai
tanaman peneduh.
6. Jati Putih (Gmelina arborea)

Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m. Daun beiwarna hijau dengan
bentuk menjari. Kayunya berwarna putih sehingga pohon ini dinamakan jati
putih karena memiliki jenis kayu yang awet.

Jenis ini sudah banyak

dibudidayakan. Tanarnan ini rnemilki pertumbuhan cepat dan ukuran daun
sedang.

7. Gayam (Inocarpus vagife~s)
Pohon dengan batang yang beralur dalam, Ketinggian pohon mencapai 20 m.
Daun yang beiwarna hijau, berseling, berangkai pendek, memanjang bentuk
lanset, dengan pangkal yang kerapkali bentuk jantung, pangkal tumpul atau
miring. Di tanam sebagai pohon peneduh.
8. Tusam (Agafhis alba)

Termasuk

farnilia

Araucariaceae.

ketinggiannya mencapai 60 m.

Tusam

termasuk

jenis

Batangnya tegak dan bulat.

pohon,

Pohon ini

banyak ditanam di tepi jalan. Dapat tumbuh dengan baik di tempat-tempat
terbuka dan kena sinar matahari langsung baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi, pada

ketinggian 200-1000 m dpl dan bertanah subur.

Tanaman ini termasuk dalam tanaman yang lambat pertumbuhannya, serta
bentuk daun yang kaku.

9. Palaquium (Palaquium ahonesis)

Termasuk suku Sapotaceae.
ketinggian mencapai

Palaquium merupakan jenis pohon yang

40 m. Batangnya lurus, silindris, agak berlekuk,

berbanir besar. Daun bundar telur berbalik terkumpul diujung ranting. Dapat
Tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai dari tanah berpasir dan tanah
liat, sampai di rawa air tawar; serata mulai dari dataran rendah sampai
ketinggian 1000 m dpl.
10. Akalipa merah (Acalypha welksiana)
Tumbuhan ini berasal dari Polinesia, sekarang tersebar ke seluruh daerah
tropika . Ketinggiannya mencapai 6 m. Daunnya berbentuk bundar panjang
dengan tepi bergerigi dan lebat; bunganya berbentuk tandan yang mirip ekor
kucing. Pertumbuhannya cepat dan banyak digemari sebagai tanaman hias
pagar. Umumnya tumbuh baik didataran rendah di bawah ketinggian 900 m
dpl dan menyukai tempat-tempat terbuka. Tanaman ini mudah diperbanyak
dengan stek.
11. Kolbanda (Pisonia alba)

Merupakan salah satu tanaman yang menarik dari familia Nyctaginaceae.
Pohon yang memiliki ukuran medium yaitu mencapai 20 m, dengan warna
kuning kehijauan sehingga memberikan kesan lembut bagi yang melihatnya.
Kolbanda banyak ditanaman sebagai tanaman peneduh. Kolbanda dapat
hidup dengan baik di tempat-tempat yang terbuka dan kena sinar matahari
secara langsung baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi, yakni pada
ketinggian 1-1.000 m di atas perrnukaan laut. Kolbanda tidak memerlukan
pewatan khusus. Untuk mendapatkan tanaman yang sehat, media tanam
atau lahan yang ditanami hams subur, gembur dan drainase yang baik.

12. Dadap kuning (Erythrina variegata)
Tanarnan asli dari asia tenggara ini terrnasuk farnili Papilionaceae. Tanarnan
ini sering ditanam di tepi jalan sebagai tanarnan pelindung.

Tergolong

tanarnan berpohon, bertajuk irregular, ketinggiannya rnencapai 25 rn, dengan
batang dan ranting berduri ternpel. Susunan daun trifoliate, warna daun
rnenarik yaitu kuning sampai hijau tua dengan dengan tulang daun bewarna
kuning terang, sehingga pohon ini sering dijadikan pohon tepi jalan sebagai
tanarnan peneduh. Bunga tersusun dalarn tandan, berwarna rnerah-oranye,
buah tersusun dalarn polong. Turnbuh di pantai, tepi rnuara sungai, sampai
dengan ketinggian tempat 1.200 rn dpl. Pohon ini dapat turnbuh dengan baik
di tempat yang terbuka dan terkena sinar rnatahari langsung.

BAB Ill
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama ialah pengadaan
bahan tanaman yang dilakukan di Unit Pengembangan Kebun Raya Bogor
(KRB).

Tahap kedua ialah perlakuan percobaan pemaparan (exposure)

1 5 ~ ,

dilakukan di Pusat Antar Universitas Hayati (PAU Hayati), IPB. Tahap ketiga analisis
jumlah '=N yang diserap tanaman dilakukan di Puslitbang Teknologi lsotop dan
Radiasi. Badan Tenaga Atom Nasional (PAIR-BATAN), Ps. Jumat, Jakarta, dan
analisis faktor tanaman (stomata, klorofil, tebal daun dan berat jenis daun) di
Laboratorium Pusat Studi Pemuliaan Tanaman (PSPT), Jurusan BDP, Faperta, IPB.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April - November 2001.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa bahan tanaman dari
12 species (Tabel 3), gas I5NO2(99% atom 15~),gliserin, aseton 80% untuk

pelarut klorofil
Alat yang digunakan untuk mengetahui serapan polutan NO2 oleh
tanaman ialah envimmental testing chamber (Ogawa Seiki 6328), gas chamber
(bilik gas), lampu pijar, kompor listrik untuk pemanas, temometer, lux meter, leaf

area meter, pompa vakum, timbangan, oven, small coffe, peralatan analisis N
total dan spektrometer emisi (Yasco-NISI),
Alat Untuk analisis stomata, klorofil dan tebal daun ialah timbangan,
mikroskop, gunting, pisau pernotong sampel, gelas mikrometer, kaca objek, kaca
penutup, lumpang (mortar), saringan dan kertas penyaring, labu takar,
spektrofotometer.

3.3 Batasan Peneliian
Penelitian yang akan dilakukan dibatasi dengan studi terhadap aspekaspek yang mempengaruhi penyerapan gas NO2oleh tanaman (ukuran daun,
kecepatan tumbuh dan warna daun); serta faktor lingkungan khususnya faktor
cahaya (kondisi gelap dan terang).
3.4. Tahapan Penelitian
Penelitian dimulai dengan pengadaan bahan tanam sampai tanaman
mencapai ukuran 70-80 cm, setelah itu dilakukan perlakuan percobaan terhadap
tanaman dalam bilik gas yang meliputi perlakuan pemaparan gas 'NO2 bertanda
15Ndan analisa kandungan "N dalam jaringan.
Metode pemaparan digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
rnempengaruhi penyerapan gas 'N oleh tanaman. Metode pemaparan gas "N
dilakukan dalam bilik gas kedap udara dengan menggunakan gas NO, berlabel
"N (99% atom 15N). Suhu dan kelembaban dalam bilik gas diatur secara manual
sehingga tercapai kondisi lingkungan yang diinginkan.

3.4.1. Pemilihan dan Pemeliharaan Bahan Tanam
Pemilihan bahan tanam untuk mencari tanaman yang berpotensi untuk jalur
hijau jalan, diperoleh dari survei jenis tanaman di jalan raya dan berbagai literatur
dan hasil peneliiian pada berbagai polutan gas; serta wawancara secara
langsung dengan pihak Kebun Raya Bogor (KRB).

Dari hasil pernilihan ini

diperoleh 12 spesies tanaman yang akan diperlakukan dengan gas "N (Tabel 3).
Persiapan bahan tanam