Pedoman Penatalaksanaan Spesimen (Pengambilan, Pengepakan dan Pengiriman Spesimen) Surveilans ISPA Berat Indonesia (SIBI)
612 .2
Ind
p
PEDOMAN PENATALAKSANAAN SPESIMEN
(PENGAMBILAN, PENGEPAKAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN)
5URVEILANS ISPA BERAT INDONESIA
(5IBI)
KEMENTERIAN KESEHAT AN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHA T AN
JI. Percetakan Negara No.23A, Jakarta 10560
2013
TIM PENYUSUN
dr. Ni Ketut Susilarini, MS
Subangkit, M.Biomed
dr. Roselinda, M.Kes
Hana Apsari Pawestri, MSc
Arie Ardiansyah Nugraha, Amd
Pedoman 51Bl - iii
iv - Pedoman SIBI
KATA PENGANTAR
Influenza merupakan penyakit yang sering menyebabkan pandemi, terlebih akhirakhir ini telah terjadi penyebaran virus flu burung yang juga telah sampai di
Indonesia termasuk telah ditemukannya virus tersebut pada man usia. Oleh karena
itu diperlukan adanya suatu sistem surveilans influenza yang baik beserta Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon - Kejadian Luar Biasa (SKDR-KLB) nya untuk
mengamati, mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya kenaikan kasus atau
KLB bahkan pandemi influenza.
Penyakit flu burung (Avian Influenza) saat ini telah Illenjadi isu global, dimana
sebelumnya hanya menyerang pada hewan (unggas khususnya), namun sekarang
juga menyerang pada man usia. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang serius
agar flu burung tidak menular dari manusia ke manusia dan menjadi wabah pandemi
influenza (Pandemic Influenza).
Surveilans influenza di Indonesia dilaksanakan melalui beberapa metoda yaitu
melalui pelayanan rutin di Puskesmas dan Rumah Sakit. Perlu disadari bahwa
pelaksanaan surveilans Influenza di Indonesia belum berjalan secara optimal,
sampai saat ini yang dilakukan untuk Surveilans ISPA Berat Indonesia adalah
penelitian yang dilaksanakan oleh Badan Litbangkes melalui Rumah Sakit sentinel.
Buku "Pedoman Penatalaksanaan Spesimen (Pengambilan, Pengepakan Dan
Pengiriman Spesimen) Surveilans ISPA Berat Indonesia (SIBI)" ditujukan untuk
petugas pelaksana di Rumah Sakit agar pelaksanaan surveilans berjalan secara
optimal.
Disadari bahwa buku pedoman ini masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan
sehingga kami harapkan saran demi penyempurnaannya. Di waktu mendatang dari
buku pedoman ini akan dikembangkan lagi petunjuk teknis surveilans influenza
untuk petugas surveilans.
Jakarta, April 2013
Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar
Kesehatan
Prett Multihartina, PhD
Pedoman SIBI - v
v i - Pedoman SIBI
DAFTAR SINGKATAN
APD
Alat Pelindung Diri
CDC
Center Disease of Control - Atlanta
H5N1
Strain Influenza Penyebab Flu Burung
ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Atas
MERS-Cov:
Middle East Respiratory Severe - Corona Virus
PBTDK
Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
RNP
Ribonucleoprotein
RT-PCR
Reverse Transcriptase - Polymerase Chain Reaction
rRT-PCR
Real Time PCR
SARI
Severe Acute Respiratory Infection
SARS
Severe acute respiratory syndrome
vrM
Virus Transport Medium
WHO
World Health Organization
Pedoman SIBI - vii
viii - Pedoman SIBI
DAFTAR 151
Kata pengantar .. ...... . ............... ... ............. .. .. . .. ............. .... ... ........... ...
v
.. ......... ...... .. ... .. ......... ............ ...... .... ....... .. ...... ..............
vii
Daftar Singkatan
Daftar lsi ..... ... ....... ......... .. .......... .. ... .... ............. ... ........ ...... ..... .. ... ... ..
IX
I.
Latar Belakang ........ ...... .... .. ...... .. ..... .. ... .. .. .... .. .... .. ...... .. ... ..... .. .. .
1
II.
Tujuan ...... ........ .. .. .. ........ .... ... .. .... .. ...... ....... .. ... ... ............ ........ ...... ......... ..
4
III.
Definisi Operasional Kasus SARI........ ........ .. .. ...... .. .. ... ..... ...... ... .. .
4
IV.
Jenis Spesimen
5
V.
Pengambilan Spesimen
.......... .. ............ .... ..... .. .... .. .... .. .. .. .. .. .. .... .. .. .
8
VI.
Pengepakan dan Pengiriman Spesimen ... .. .... ... .. .... ..... ... ..... .... ......
13
VII.
Cold Chain (Rantai Dingin) ........ .. .......... .... .. ..... .... .. .... .. .......... .. .......... ....
20
VIII. Logistik .... ..... ... ...... .... .... ...... .. ........ .... ........ ... ... ........... ...... ............ ...
23
IX.
Pelaporan .. ..... ....... ..... ....... ... .. ...... ..... ..... .... .. ... ..... ...... .... ... .. ........ .. .... ......
25
X.
Daftar Pustaka
27
Lampiran ... ... .... .. .. .............. ......... .............. ... .. ...... ......... ..... ..... .... ........ ....
28
1.
2.
3.
4.
5.
6.
29
30
32
33
34
36
Penjelasan Persetujuan Tindakan Medis...... ........ .. .. ............. ..... .. .......
Formulir Laporan Kasus Sari ... .......... ................. ...... ................ .. .. .... ..
Formulir Pengambilan Dan Pengiriman Spesimen .. .. ........ ............. ....
Formulir Laporan Data Agregat Mingguan Rumal1 Sakit .. .... .. ............
Formulir Keluar Rumah Sakit ........ .... .. .. .. .... ...... ...... ...... .. ............. .. .....
Laporan Bulanan Logistik ...... .. ............. ...... ........ ..... .. .... ...... .. ... .... .......
Pedoman SIBl - ix
x - Pedoman SIBI
I.
LATAR BELAKANG
Severe Acute Respiratory Infection (SARI) atau Pneumonia adalah suatu proses
infeksi akut pad a jaringan paru-paru (alveoli atau jaringan interstitial) dengan gejala
klinis demam dan batuk disertai gejala kesulitan bernapas seperti sesak napas,
tarikan dinding dada dan stridor saat istirahat atau hasil toraks foto menunjukkan
gambaran infiltrat pada paru-paru. 1,2,3
Pneumonia penyebab utama morbiditas dan mortalitas, khususnya anak anak < 5
tahun . Di dunia, pneumonia menyebabkan kematian yang tinggi baik pada bayi dan
anak di bawah 5 tahun (30%) juga dewasa. Hal ini dapat dilihat dari munculnya
wabah penyakit pneumonia atipikal seperti SARS dan infeksi paru oleh virus avian
Influenza
H5N1
yang
menyerang
beberapa
negara.
Dari
semua
kasus di
masyarakat, 7-13 % berdampak fatal untuk kehidupan manusia dan membutuhkan
rawat inap 1,3 Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia
per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia, pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan
tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. 2
Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri , virus atau mikoplasma (bentuk peralihan
antara bakteri dan virus). Data dari negara-negara tetangga menunjukkan bahwa
virus influenza adalah salah satu penyebab SARI. Di Thailand, di antara 762 pasien
dengan SARI, 10%
disebabkan oleh virus influenza. Virus lain yang biasanya
menyebabkan SARI meliputi Influenza virus, Parainfluenza , Respiratory Synctitial
Virus, Human Metapneumovirus, Adenovirus, SARS, dan Hantavirus. Sedangkan
bakteri
penyebab
SARI
termasuk
diantaranya
Streptococcus
pneumoniae,
Haemophilus influenza, Bakteri Gram negatif seperti E. coli, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa dan bakteri atipikal yaitu Mycoplasma, Chlamydia dan
Legionella. 3 ,4
Pedoman S1B1 - 1
Sejak tahun 1975, Badan Litbangkes secara formal telah diakui oleh WHO sebagai
National Influenza Center dengan tugas utamanya adalah memantau jenis virus
influenza yang beredar di Indonesia untuk kepentingan program penanggulangan
influenza di Indonesia dan juga kontribusi bangsa Indonesia untuk penanggulangan
influenza di dunia . Kegiatannya meliputi pelaksanaan surveilan Influenza Like Illness
(Ill) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) berbasis laboratorium.
Sejak tahun 2008 Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan (PBTDK) , Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan
(Balitbangkes)
mengembangkan
surveilans SARI pada pasien rawat inap yang awalnya mulai dilaksanakan di 8
Rumah Sakit di 8 propinsi . Kemudian pada tahun 2009 lokasi sentinel surveilans
tersebut ditambah sehingga menjadi 15 rumah sakit di 15 propinsi. Pada tahun 2010
kegiatan ini dihentikan . Selanjutnya surveilan SARI ini dilaksanakan di 10 rumah
sakit di 10 propinsi sampai akhir 2012 . Berdasarkan hasil kajian terhadap sistem
surveilan SARI ini pada bulan Mei 2012 oleh US-CDC, ada beberapa rekomendasi
yang diberikan untuk memperkuat sistem ini. Dimana sejak tahun 2008 manfaat
yang didapat hanya untuk kontribusi sirkulasi virus di Indonesia namun tidak dapat
memberikan proporsi kasus Influenza secara epidemiologi , dimana data ini sangat
dibutuhkan oleh Sub Direktorat ISPA, P2PL untuk program pengendalian penyakit
ISPA di Indonesia.
Di Sub Direktorat ISPA, P2PL melaksanakan surveilan pneumoni sejak tahun 2007.
Dengan pelaporan agregat setiap bulannya . Sa at evaluasi pada bulan Agustus 2012
oleh US-CDC dan WHO , didapatkan bahwa surveilan pneumonia tersebut sangat
terbatas pemanfaatannya karena tidak adanya komponen laboratorium sebagai
informasi tentang etiologi penyakit ini .
Berdasarkan Pedoman WHO tentang " Epidemiological Surveillance Standards for
Influenza " yang dijadikan acuan , dimana memuat tentang definisi kasus terbaru,
rekomendasi tentang pelaksanaan surveilan Influenza di suatu negara serta kriteria
pemilihan rumah sakit , pengumpulan data dan analisa . Sehingga ada sedikit
perubahan dalam surveilans influenza di rumah sakit yang sudah berjalan .
2 - Pedoman SIBI
Untuk tahun
2013
penelitian
influenza di
rumah
sakit
ini
bertujuan
untuk
mengintegrasikan surveilan SARI berbasis rumah sakit dan surveilan pneumonia
yang dilaksanakan oleh PBTDK dan SubDit ISPA - Ditjen P2PL serta menyesuaikan
dengan pedoman WHO terbaru, agar data dari surveilans
ini dapat mernberikan
gambaran epidemiologi, pola virus influenza penyebab SARI sehingga melengkapi
data surveilans Influenza di Indonesia serta berkontribusi untuk Influenza global
burden disease. Mitra kerja dalam kegiatan ini meliputi Rumah Sakit yang ikut
berpartisipasi dan Sub Direktorat ISPA , P2PL, Kementerian Kesehatan. Kegiatan ini
disebut Surveilan ISPA Berat di Indonesia (SIBI).
Penilaian berdasarkan kriteria lokasi, sumber daya manusia dan infrastruktur rumah
sakit. Di tahun 2013, enam rumah sakit sentinel SIBI baru terpilih. Rumah sakit yang
dimaksud adalah : Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari, DI Yogyakarta,
RSUD Kanudjoso Djati - Kalimantan Timur, RSUD Bitung - Sulawesi Utara, RSUD
Deli Serdang - Sumatera Utara, RSUD dr Haulussy - Ambon dan RSU Mataram Nusa Tenggara Barat. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
v
.p
.
'"
セN|
..} セ@
.
f
Gambar 1. Peta lokasi rumah sakit sentinel SIBI
Pedoman SIBI - 3
Kegiatan yang dilaksanakan pada SIBI ini meliputi : deteksi kasus, wawancara ,
pengambilan spesimen , pemeriksaan laboratorium dan analisa data. Spesimen
utama di tahun 2013 yang diambil dalam kegiatan ini adalah apus hidung dan apus
tenggorok, dimana kualitas spesimen dari saat pengambilan sampai di laboratorium
pemeriksa (Laboratorium Virologi , PBTDK) untuk dilakukan deteksi virus influenza
adalah sangat penting untuk diperhatikan ,
sehingga pedoman ini
dibuat untuk
panduan petugas laboratorium di rumah sa kit sentinel SIBI dalam mempertahankan
kualitas spesimen yang dimaksud .
II.
TUJUAN
Melaksanakan pengambilan spesimen pada
kasus atau ISPA berat
secara
lege artis serta mendapatkan kualitas spesimen yang baik.
II I.
DEFINISI OPERASIONAL KASUS SARI atau ISPA Berat
Infeksi saluran pernapasan akut dengan semua gejala sebagai berikut:
Riwayat demam atau demam
セ@
38 Co;
•
Batuk ;
•
Tidak lebih dari 7 hari sejak timbul gejala;
•
Memerlukan perawatan rumah sakit;
Tidak lebih dari 3 hari sejak dirawat di rumah sakit.
Pasien SARI akan dikonfirmasi untuk virus influenza melalui pemeriksaan
laboratorium, baik dengan real time RT-PCR maupun isolasi virus.
4 - Pedo m an SISI
IV.
JENIS SPESIMEN
Pelaksanaan kegiatan SIBI di tahun 2013 , spesimen utama yang diambil untuk
deteksi virus influenza adalah usap hidung kanan dan kiri serta usap
tenggorok.
Dengan adanya kewaspadaan terhadap timbulnya
kasus
Middle East
Respiratory Syndrom Corona Virus ( MERS-CoV ) , jenis spesimen yang
diambil juga ada penambahan, dimana untuk identifikasi MERS-CoV, spesimen
dari
saluran
nafas
bawah
yang
diutamakan
untuk
identifikasi
virus
penyebabnya seperti yang tercantum pada table 1.
Tabel 1. Jenis spesimen untuk pengujian MERSCoV, berikut cara
penanganannya
Jenis spesimen
5,6
Media
Pengiriman ke
pengiriman
laboratorium
l, Spesimen
Kategori
bahaya
Catatan
I yang harus
diambil
pengiriman
I
Dahak yang
dihasilkan secara
Tidak ada
alami *
Dengan es.
Pastikan
Bila penundaan
materi
pengujian > 24
Zat biologis,
diambil dari
jam , disarankan
Kategori B
saluran
WAJIB
dibekukan
pernafasan
dengan es kering
bawah
Mungkin
Dengan es .
terjadi
Bila penundaan
Bilasan
bronkoalveolar
(Bronchoalveolar
lavage)
pengencera
pengujian of >
Tidak ada
24 jam ,
disarankan
dibekukan
dengan es kering
n (dilusi)
Idem
virus, namun
BILA
MEMUNGKINK
AN
spesimen
masih dapat
digunakan
Pedoman SIB I - 5
Jenis spesimen
Media
Pengiriman ke
pengiriman
laboratoriurn
Kategori
bahaya
Spesimen
Catatan
pengiriman
yang harus
diambil
Dengan es .
Bila penundaan
pengujian of>
Aspirat trakea
Tidak ada
24 jam,
WAJIB IBILA
Idem
MEMUNGKIN
KAN
disarankan
dibekukan
dengan es kering
Dengan es.
Bila penundaan
pengujian of>
Aspirat nasofaring
Tidak ada
24 jam,
WAJIB/BILA
Idem
MEMUNGKIN
KAN
disarankan
dibekukan
dengan es kering
Virus telah
Media
Kombinasi usap
transport
hidung/tenggorokan
virus
terdeteksi
Dengan es
Idem
pada jenis
WAJIB
spesimen
ini
Media
Swab nasofaring
transport
Dengan es
Idem
WAJIB
virus
Jaringan yang
Media
diambil dari biopsi
transport
atau otopsi ,
virus atau
termasuk dari paru-
garam
paru
fisiologis
6 - Pedoman SISI
Dengan es.
Bila penundaan
pengujian > 24
jam, disarankan
dibekukan
dengan es kering
BILA
Idem
MEMUNGKIN
KAN
Jenis spesimen
Media
Pengiriman ke
pengiriman
laboratorium
Spesimen
Kategori
bahaya
I
Catatan
yang harus
pengiriman
diambil
Idem
WAJIB
Serum untuk
serologi atau
deteksi virus: selalu
ambil sampel
berpasangan bila
memungkinkan.
Dengan es atau
Tidak ada
dalam keadaan
beku
Akut-minggu
pertama sakit
Konvalesen idealnya 3-4
minggu kemudian
Untuk
deteksi virus,
Spesimen darah
EDTA
(whole blood)
antikoagulan
Dengan es
Idem
sebaiknya
pad a minggu
pertama
BILA
MEMUNGKIN
KAN
sakit
Keterangan :
• Pengambilan sampel sputum dengan cara induksi dapat
menimbulkan risiko infeksi tambahan bagi petugas kesehatan.
• Pengambilan spesimen lain seperti; urin, feses, atau spesimen
lainnya disesuikan dengan kondisi pasien
Pedoman 51B1 7
v.
PENGAMBILAN SPESIMEN
7
Untuk memudahkan saat pengambilan spesimen dan meminimalisir
kesalahan yang mungkin terjadi , sehingga dipandang perlu untuk dilakukan :
a. Persiapan alat dan bahan
Sebelum
kegiatan
pengambilan
spesimen
dilaksanakan,
harus
memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan universal untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit dari pasien ke paramedis
maupun lingkungan sekitar.
Hal tersebut meliputi :
1. Selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun/desinfektan
SEBELUM dan SESUDAH tindakan.
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), minimal yang HARUS
digunakan :
a. Jas laboratorium
b. Sarung tangan karet
c. Masker disposable
3. Bahan pengambilan spesimen :
a. VTM
b. Tongue Spatel
c. Swab Dacron
d. Ice pack dan Cold Box
e. Label nama
f. Gunting
g. Alkohol70%
h. Parafilm
I.
8 - Pedoman SIBI
Form Pengambilan Spesimen
4. Daftar nama pasien (supaya saat pengambilan tidak terjadi
kesalahan)
Pengambilan spesimen dapat dilakukan oleh dokter, perawat atau tenaga
laboratorium yang terampil dan berpengalaman atau sudah dilatih sesuai
dengan kondisi dan situasi setempat.
b. Persiapan pasien
Untuk memudahkan saat pengambilan spesimen, petugas diharapkan
dapat melakukan komunikasi efektif untuk membuat pasien merasa
nyaman , dengan cara :
1. Memberi salam dan perkenalkan diri kepada pasien
2. Tanyakan identitas pasien untuk memastikan bahwa pasien sudah
sesuai dengan daftar nama yang kita bawa
3. Beritahukan kepada pasien tentang maksud pengambilan spesimen
4. Jelaskan secara sing kat tindakan yang akan dilakukan
5. Menyampaikan terimakasih setelah selesai pengambilan spesimen
c. Pengambilan Spesimen
1. Persiapkan cryotube yang berisi 1,5 ml media transport virus, berikan
label yang berisi kode nomer spesimen .
2. Gunakan medium Hanks yang masih berwarna orangemerah muda.
Jangan digunakan apabila medium Hanks telah berubah warna
menjadi kuning .
3. Swab yang digunakan adalah yang terbuat dari Dacron/rayon steril
dengan tangkai plastik . Jangan menggunakan swab kapas yang
mengandung Calcium Alginat atau swab kapas dengan tangkai kayu,
karena mungkin mengandung substansi yang dapat menghambat
pertumbuhan virus tertentu dan dapat menghambat pemeriksaan RT-
peR.
-
Pedoman SIBl - 9
4. Apabila pasien dalam keadaan pilek atau ada kotoran di lubang
hidungnya , dapat dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan
tissue atau cotton bud, sebelum dilakukan pengambilan spesimen .
5. Pengambilan usap hidung dan usap tenggorok dilakukan secara
lege artis dan perlu dilakukan tekanan pada lokasi dimana spesimen
diambil agar epitel dapat menempel di swab . Spesimen dari swab
yang benar adalah spesimen yang pada pemeriksaan RTPCR
didapatkan hasil pemeriksaan RNP gene dan atau 8 -actine gene
positif, artinya dimana swab terambil mengandung epitel saluran
napas.
Untuk usap nasal:
Masukkan swab ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas.
Biarkan beberapa detik agar cairan hidung terhisap . Putarlah swab
sekali atau dua kali. Lakukan usapan pada salah satu lubang hidung ,
berikan sedikit penekanan pada lokasi dimana swab diambil.
Gambar 2. Pengambilan spesimen melalui nasal
Untuk usap tenggorok:
Lakukan usap pada bag ian belakang pharynx dan hindarkan
menyentuh bagian lidah .
Swab diusapkan pada
bag ian belakang
pharinx
Gambar 3. Pengambilan spesimen Usap Tenggorok
10 - Pedoman SIBI
6. Swab hidung dan swab tenggorok dimasukkan sesegera mungkin ke
dalam cryotube yang sama . Putuskan tangkai plastik di daerah
mulut cryotube agar cryotube dapat ditutup dengan rapat. Apabila
ada kesulitan dapat menggunakan bantuan gunting dan jangan lupa
untuk membersihkan dengan alkohol setelah selesai digunakan.
7. Cryotube kemudian diberi label sesuai kode nomer penderita lalu
8. Selanjutnya Cryotube dililit dengan parafilm bag ian tutupnya untuk
menghindari terjadinya kebocoran spesimen
9. Cryotube yang sudah berisi swab disimpan dalam suhu 48 °C
sebelum dikirim. Jangan dibekukan dalam Freezer.
Pedoman SIBI - 11
Untuk rumah sakit sentinel SIBI ada label khusus ( barcode) yang
digunakan ,
disesuaikan dengan tujuan kegiatan dan sistim
penyimpanan di PBTDK.
Barcode terdiri atas 13 digit
Digit I merepresentasikan Pelaksana Kegiatan
Digit II merepresentasikan Nama Kegiatan
Digit III merepresentasikan Tahun Kegiatan
Digit IV dan V merepresentasikan Propinsi
Digit VI dan VII merepresentasikan Kabupaten/Kota
Digit VIII sampai XI merepresentasikan no urut spesimen
Digit XII merepresentasikan jumlah aliquote
Digit XIII merepresentasikan jenis spesimen
Untuk
kode propinsi
yang
sudah
penyimpanan di PBTDK :
52 = Nusa Tenggara Barat
12 = Sumatera Utara
64 = Kalimantan Timur
71 = Sulawesi Utara
81 = Maluku
34 = Daerah Istimewa Yogyakarta
Sedangkan untuk kode kabupatennya :
71 = Kota Mataram
12 = Lubuk Pakam
71 = Kota Balikpapan
72 = Kota Bitung
71 = Kota Ambon
03
1 2 - Pedoman SISI
=Kabupaten Wonosari
ditentukan
dari
sistim
Seperti salah satu contoh nomer barcode yang digunakan
ES1527100011W
Keterangan :
E
S
1
52
71
0004
1
W
= P2PL
= SIBI
= Tahun I
= Nusa Tenggara Barat
= Kota Mataram
= No. Urut Spesimen
= Urutan Pengambilan/Aliquote
= Apus Hidung dan Tenggorok
ES1527100041W
ES1527100041W
• Label terdiri atas 2 Jenis ukuran yaitu Besar dan Kecil. Label
Besar digunakan untuk ditempel pada lembar Formulir Laporan
Kasus SARI sedangkan Label kecil digunakan pada Cryotube
spesimen dan Formulir Pengiriman Spesimen (Rangkap 3) yang
terdiri dari 3 rangkap
a. Lembar putih untuk disimpan di rumah sakit sentinel
b. Lembar merah untuk dikirim ke PBTOK
c. Lembar kuning untuk dikirim ke SubOit ISPA
Pedoman 51Bl - 13
VI.
PENGEPAKAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN
7
Pemeriksaan laboratorium akan dilaksanakan di laboratorium virologi,
PBTDK, Balitbangkes sehingga semua spesimen akan dikirimkan melalui
kurir/kargo. Diperlukan persia pan untuk pengepakan dan pengiriman agar
spesimen dapat dikirimkan sesuai tujuan dan dalam keadaan baik.
Bahanbahan yang diperlukan untuk pengepakan terdiri dari bahan yang
tidak habis pakai dan bahan habis pakai.
Bahan Tidak Habis Pakai
1. Kotak Pendingin ( Cold Box)
2. 9 Ice Pack Besar (9,4 x 4,2 x 17,1 cm)
3. 3 Ice Pack Kecil (7,1 x 3,4 x 12,4 cm)
4. Tabung Alumunium
5. 5 Insulator Bundar
6. 1 Insulator Persegi
7. 1 Termometer Analog
1 4 - Pedoman SIBI
Bahan Habis Pakai
1. Lakban Plastik 2 Inci
2. Plastik Klip
3. Tissue
3
2
Cara pengepakan dan pengiriman spesimen untuk keperluan diagnostik
harus menuruti ketentuan WHO dengan menggunakan bahanbahan
tersebut diatas.
Adapun pengepakan spesimen SARI adalah sebagai berikut:
1. Bungkus cryotube yang sudah berisi sampel dengan dengan tisu
bersih dan masukkan ke dalam plastik klip (zip lock).
Pedoman SIBl - 15
2. Masukkan plastik klip ke dalam tabung pengiriman primer (bahan dari
stainless).
3. Ke dalam tabung stainless dimasukkan insulator kecil , kemudian
termometer bulat didalamnya.
4. Lalu masukkan kedalam cold box yang berisi Ice pack yang sudah
terlebih dahulu dibekukan . Ice pack yang digunakan adalah 9 buah . Ice
pack ditempatkan pada sisi kirikanan dan atasbawah dari cold box .
1 6 - Pedoman 51BI
5. Kemudian ke dalam cold box dimasukkan kertas insulator besar
6. Letakkan semua formulir yang telah diisi dan diberi label kedalam cold
box dengan terlebih dahulu dimasukkan dalam kantong plastik .
7. Tutup cold box dan perkuat dengan lak ban .
Pedoman SIBl - 17
8. Beri label pengirim dan penerima pad a sisi kanan dan kiri cold box.
Ini menjadi poin yang sang at penting agar pengiriman tiba di alamat
yang dituju dengan benar dan dapat diidentifikasi rumah sakit pengirim.
Untuk alamat pengiriman :
KEPADA:
Surveilan ISPA Berat di Indonesia ( SIBI )
Up. dr Ni Ketut Susilarini , MS
Laboratorium Nasional Penyakit Infeksi Prof Sri Oemidjati
Komplek Pergudangan DepKes
Jalan Percetakan Negara No. 23a
Jakarta 10560
Telp. 02142887606/4288 7583
PENGIRIM:
RSU. DR . M HAULUSSY
JI. Dr. Kayadoe, Kudamati
Ambon
RSU . KANUJOSO DJATIWIBOWO
JI. MT. Haryono 656
Balikpapan
RSUD MANGEMBONGEMBO BITUNG
JI.SH Sarungjajang
Kel. Manembo Nembo Tengah
Kec. Matuari Bitung
RSUD . DELISERDANG
JI. Thamrin Lubuk Pakam
Kab . Deli Serdang
Sumatera Utara
RSU . PROP . NUSA TENGGARA BARAT
JI. Pejanggik No.6
Mataram
NTB
RSUD . WONOSARI
JI. Taman Bhakti No.6
Wonosari
01 Yogyakarta
18 - Pedoman SIBI
I Pemerlksaan Laboratorlum Kesehatan I
セ@
セ@
セ@
セ@
JA NGAN U1BALIK
セL@
HANDLE
WITH CARE
Kepada:
Surveilans ISPA Berat Indonesia
(SIBI)
Up. dr. Ni Ketut Susilarini, MS
Pusat Biomedis dan Teknologi
Dasar Kesehatan
Gedung Prof. Dr. Sri Oemijati
JI. Percetakan Negara 23a
Jakarta Pusat 10560
Pengirim:
TimSIBI RSUDWONOSARI
JI Taman Bhakti No 6
Wonosari Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta 55812
Kepada:
dr . 'I Kelul s
オ セ ゥャ。イョN@
MS
I .. bonlorium Penel/" an Prn., .'d, Infrles; Or. Sri ar.IIII
I'UU I
hiッoャ\B、
セ@ dan T'e"n,,',,!:; a....r iH セN
JI. P" . c....k. n
J.""....
"Ia.a
L
••
0.2..1
l'u..1 iヲ ャセ@
T elp.Oll .
Pedoman SISI 19
VII.
COLD CHAIN (RANTAI DINGIN)
8
Pemantauan cold chain dari bahan yang digunakan sangat penting
diperhatikan . Bertujuan untuk menjaga stabilitas suhu mulai dari
penyimpanan di rumah sa kit, pengiriman dan penyimpanan di PBTDK.
Berikut adalah peran masingmasing unit pada kegiatan SIBI :
a. Rumah Sakit
1. Penyimpanan VTM di suhu 4-SoC
2. Penyimpanan Ice Pack di suhu -20°C
3. Monitor suhu refrigerator secara harian
4. Pengambilan spesimen
5. Penyimpanan VTM yang sudah berisi specimen
b. Pengiriman
1. Pastikan jadual spesimen akan diambil oleh kurir.
2 . Sebelum pengiriman , spesimen 、ゥウュー。セ@
di suhu 4°C
3. Pastikan icepack sudah beku dan jumlahnya sesuai
prosedur pengepakan
c. PBTDK
1. Penyimpanan spesimen yang belum dikerjakan di suhu
4°C
2. Sedangkan untuk penyimpanan dalam jangka waktu
lama di revco suhu -SO°C
3. Mencatat, menganalisa dan memberikan feedback
mengenai suhu spesimen saat diterima .
Spesimen SARI/SIBI merupakan bahan biologis yang peka terhadap suhu
diatas kisaran suhu 2°_SoC . Kualitas spesimen akan terjaga dengan
mempertahankan suhu spesimen tetap berada pada kisaran suhu optimal
(4°C)
mulai dari saat pengambilan , penyimpanan , pengepakan dan
pengiriman spesimen ke laboratorium rujukan .
20 - Pedoman SIBI
Untuk menyimpan bahan biologis pekapanas (heat sensitive) harus dipilih
lemari es berdasarkan kriteria berikut :
1. Menggunakan sistem manual defrosting dan bukan jenis autodefrosting . Hal ini disebabkan karena pada tipe auto defrosting
dilengkapi pemanas yang secara otomatis akan bekerja bila bunga es
menebal dan pada saat itu suhu dalam lemari es akan meningkat
sehingga berisiko terjadinya kerusakan bahan biologis yang disimpan
didalamnya.
2. Lemari es harus dari jenis yang menggunakan pendingin nonCFC
dan tidak diperkenankan menggunakan pendingin jenis CFC/freon
karena berisiko merusakkan lapisan ozon global.
3.Lemari es yang dipilih harus mempunyai kemampuan stabilitas suhu
bila listrik padam/sumber daya lain tidak berfungsi (hold over time)
selama minimal 6 jam bila pintu tertutup . Lemari es domestik
umumnya hanya mempunyai hold over time selama 12 jam .
Suhu menjadi faktor yang paling menentukan dalam pengelolaan rantai
dingin. Oleh karena peran alat pemantau suhu menjadi sangat vital dalam
pengelolaan rantai dingin . Ada berbagai macam alat pemantau suhu yang
biasa digunakan antara lain :
a. Termometer Mueller, kisaran
pemantauan () 50°C sampai (+) 50°C .
Diletakkan di dalam lemari es atau kotak
dingin .
b. Termometer digital, menggunakan
sensor yang diletakkan di dalam lemari es
ataupun freezer maupun dalam kotak
dingin untuk transportasi. Display suhu di
luar lemari dingin sehingga suhu dapat
dibaca dari luar lemari ding in .
Pedoman SIBI - 21
c. Dial termometer , menggunakan sensor
yang diletakkan di dalam lemari es atau
freezer dan display suhu di luar lemari
ding in sehingga suhu dapat dibaca dari luar
lemari dingin.
b. Termometer air raksa/cairan lain, jenis ini
tidak dianjurkan karena perubahan suhu
sang at cepat sehingga menyulitkan
pembacaan .
c . Freezetag: alat elektronik untuk
memantau suhu beku di bawah ooC . Alat ini
pendingin bersama dengan vaksin .
-
Freeze-tag-
diletakkan di dalam lemari es/kotak
.....
セ
セoBGc「イiw@
Nain`
0 -01
Ind
p
PEDOMAN PENATALAKSANAAN SPESIMEN
(PENGAMBILAN, PENGEPAKAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN)
5URVEILANS ISPA BERAT INDONESIA
(5IBI)
KEMENTERIAN KESEHAT AN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHA T AN
JI. Percetakan Negara No.23A, Jakarta 10560
2013
TIM PENYUSUN
dr. Ni Ketut Susilarini, MS
Subangkit, M.Biomed
dr. Roselinda, M.Kes
Hana Apsari Pawestri, MSc
Arie Ardiansyah Nugraha, Amd
Pedoman 51Bl - iii
iv - Pedoman SIBI
KATA PENGANTAR
Influenza merupakan penyakit yang sering menyebabkan pandemi, terlebih akhirakhir ini telah terjadi penyebaran virus flu burung yang juga telah sampai di
Indonesia termasuk telah ditemukannya virus tersebut pada man usia. Oleh karena
itu diperlukan adanya suatu sistem surveilans influenza yang baik beserta Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon - Kejadian Luar Biasa (SKDR-KLB) nya untuk
mengamati, mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya kenaikan kasus atau
KLB bahkan pandemi influenza.
Penyakit flu burung (Avian Influenza) saat ini telah Illenjadi isu global, dimana
sebelumnya hanya menyerang pada hewan (unggas khususnya), namun sekarang
juga menyerang pada man usia. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang serius
agar flu burung tidak menular dari manusia ke manusia dan menjadi wabah pandemi
influenza (Pandemic Influenza).
Surveilans influenza di Indonesia dilaksanakan melalui beberapa metoda yaitu
melalui pelayanan rutin di Puskesmas dan Rumah Sakit. Perlu disadari bahwa
pelaksanaan surveilans Influenza di Indonesia belum berjalan secara optimal,
sampai saat ini yang dilakukan untuk Surveilans ISPA Berat Indonesia adalah
penelitian yang dilaksanakan oleh Badan Litbangkes melalui Rumah Sakit sentinel.
Buku "Pedoman Penatalaksanaan Spesimen (Pengambilan, Pengepakan Dan
Pengiriman Spesimen) Surveilans ISPA Berat Indonesia (SIBI)" ditujukan untuk
petugas pelaksana di Rumah Sakit agar pelaksanaan surveilans berjalan secara
optimal.
Disadari bahwa buku pedoman ini masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan
sehingga kami harapkan saran demi penyempurnaannya. Di waktu mendatang dari
buku pedoman ini akan dikembangkan lagi petunjuk teknis surveilans influenza
untuk petugas surveilans.
Jakarta, April 2013
Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar
Kesehatan
Prett Multihartina, PhD
Pedoman SIBI - v
v i - Pedoman SIBI
DAFTAR SINGKATAN
APD
Alat Pelindung Diri
CDC
Center Disease of Control - Atlanta
H5N1
Strain Influenza Penyebab Flu Burung
ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Atas
MERS-Cov:
Middle East Respiratory Severe - Corona Virus
PBTDK
Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
RNP
Ribonucleoprotein
RT-PCR
Reverse Transcriptase - Polymerase Chain Reaction
rRT-PCR
Real Time PCR
SARI
Severe Acute Respiratory Infection
SARS
Severe acute respiratory syndrome
vrM
Virus Transport Medium
WHO
World Health Organization
Pedoman SIBI - vii
viii - Pedoman SIBI
DAFTAR 151
Kata pengantar .. ...... . ............... ... ............. .. .. . .. ............. .... ... ........... ...
v
.. ......... ...... .. ... .. ......... ............ ...... .... ....... .. ...... ..............
vii
Daftar Singkatan
Daftar lsi ..... ... ....... ......... .. .......... .. ... .... ............. ... ........ ...... ..... .. ... ... ..
IX
I.
Latar Belakang ........ ...... .... .. ...... .. ..... .. ... .. .. .... .. .... .. ...... .. ... ..... .. .. .
1
II.
Tujuan ...... ........ .. .. .. ........ .... ... .. .... .. ...... ....... .. ... ... ............ ........ ...... ......... ..
4
III.
Definisi Operasional Kasus SARI........ ........ .. .. ...... .. .. ... ..... ...... ... .. .
4
IV.
Jenis Spesimen
5
V.
Pengambilan Spesimen
.......... .. ............ .... ..... .. .... .. .... .. .. .. .. .. .. .... .. .. .
8
VI.
Pengepakan dan Pengiriman Spesimen ... .. .... ... .. .... ..... ... ..... .... ......
13
VII.
Cold Chain (Rantai Dingin) ........ .. .......... .... .. ..... .... .. .... .. .......... .. .......... ....
20
VIII. Logistik .... ..... ... ...... .... .... ...... .. ........ .... ........ ... ... ........... ...... ............ ...
23
IX.
Pelaporan .. ..... ....... ..... ....... ... .. ...... ..... ..... .... .. ... ..... ...... .... ... .. ........ .. .... ......
25
X.
Daftar Pustaka
27
Lampiran ... ... .... .. .. .............. ......... .............. ... .. ...... ......... ..... ..... .... ........ ....
28
1.
2.
3.
4.
5.
6.
29
30
32
33
34
36
Penjelasan Persetujuan Tindakan Medis...... ........ .. .. ............. ..... .. .......
Formulir Laporan Kasus Sari ... .......... ................. ...... ................ .. .. .... ..
Formulir Pengambilan Dan Pengiriman Spesimen .. .. ........ ............. ....
Formulir Laporan Data Agregat Mingguan Rumal1 Sakit .. .... .. ............
Formulir Keluar Rumah Sakit ........ .... .. .. .. .... ...... ...... ...... .. ............. .. .....
Laporan Bulanan Logistik ...... .. ............. ...... ........ ..... .. .... ...... .. ... .... .......
Pedoman SIBl - ix
x - Pedoman SIBI
I.
LATAR BELAKANG
Severe Acute Respiratory Infection (SARI) atau Pneumonia adalah suatu proses
infeksi akut pad a jaringan paru-paru (alveoli atau jaringan interstitial) dengan gejala
klinis demam dan batuk disertai gejala kesulitan bernapas seperti sesak napas,
tarikan dinding dada dan stridor saat istirahat atau hasil toraks foto menunjukkan
gambaran infiltrat pada paru-paru. 1,2,3
Pneumonia penyebab utama morbiditas dan mortalitas, khususnya anak anak < 5
tahun . Di dunia, pneumonia menyebabkan kematian yang tinggi baik pada bayi dan
anak di bawah 5 tahun (30%) juga dewasa. Hal ini dapat dilihat dari munculnya
wabah penyakit pneumonia atipikal seperti SARS dan infeksi paru oleh virus avian
Influenza
H5N1
yang
menyerang
beberapa
negara.
Dari
semua
kasus di
masyarakat, 7-13 % berdampak fatal untuk kehidupan manusia dan membutuhkan
rawat inap 1,3 Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia
per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia, pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan
tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. 2
Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri , virus atau mikoplasma (bentuk peralihan
antara bakteri dan virus). Data dari negara-negara tetangga menunjukkan bahwa
virus influenza adalah salah satu penyebab SARI. Di Thailand, di antara 762 pasien
dengan SARI, 10%
disebabkan oleh virus influenza. Virus lain yang biasanya
menyebabkan SARI meliputi Influenza virus, Parainfluenza , Respiratory Synctitial
Virus, Human Metapneumovirus, Adenovirus, SARS, dan Hantavirus. Sedangkan
bakteri
penyebab
SARI
termasuk
diantaranya
Streptococcus
pneumoniae,
Haemophilus influenza, Bakteri Gram negatif seperti E. coli, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa dan bakteri atipikal yaitu Mycoplasma, Chlamydia dan
Legionella. 3 ,4
Pedoman S1B1 - 1
Sejak tahun 1975, Badan Litbangkes secara formal telah diakui oleh WHO sebagai
National Influenza Center dengan tugas utamanya adalah memantau jenis virus
influenza yang beredar di Indonesia untuk kepentingan program penanggulangan
influenza di Indonesia dan juga kontribusi bangsa Indonesia untuk penanggulangan
influenza di dunia . Kegiatannya meliputi pelaksanaan surveilan Influenza Like Illness
(Ill) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) berbasis laboratorium.
Sejak tahun 2008 Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan (PBTDK) , Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan
(Balitbangkes)
mengembangkan
surveilans SARI pada pasien rawat inap yang awalnya mulai dilaksanakan di 8
Rumah Sakit di 8 propinsi . Kemudian pada tahun 2009 lokasi sentinel surveilans
tersebut ditambah sehingga menjadi 15 rumah sakit di 15 propinsi. Pada tahun 2010
kegiatan ini dihentikan . Selanjutnya surveilan SARI ini dilaksanakan di 10 rumah
sakit di 10 propinsi sampai akhir 2012 . Berdasarkan hasil kajian terhadap sistem
surveilan SARI ini pada bulan Mei 2012 oleh US-CDC, ada beberapa rekomendasi
yang diberikan untuk memperkuat sistem ini. Dimana sejak tahun 2008 manfaat
yang didapat hanya untuk kontribusi sirkulasi virus di Indonesia namun tidak dapat
memberikan proporsi kasus Influenza secara epidemiologi , dimana data ini sangat
dibutuhkan oleh Sub Direktorat ISPA, P2PL untuk program pengendalian penyakit
ISPA di Indonesia.
Di Sub Direktorat ISPA, P2PL melaksanakan surveilan pneumoni sejak tahun 2007.
Dengan pelaporan agregat setiap bulannya . Sa at evaluasi pada bulan Agustus 2012
oleh US-CDC dan WHO , didapatkan bahwa surveilan pneumonia tersebut sangat
terbatas pemanfaatannya karena tidak adanya komponen laboratorium sebagai
informasi tentang etiologi penyakit ini .
Berdasarkan Pedoman WHO tentang " Epidemiological Surveillance Standards for
Influenza " yang dijadikan acuan , dimana memuat tentang definisi kasus terbaru,
rekomendasi tentang pelaksanaan surveilan Influenza di suatu negara serta kriteria
pemilihan rumah sakit , pengumpulan data dan analisa . Sehingga ada sedikit
perubahan dalam surveilans influenza di rumah sakit yang sudah berjalan .
2 - Pedoman SIBI
Untuk tahun
2013
penelitian
influenza di
rumah
sakit
ini
bertujuan
untuk
mengintegrasikan surveilan SARI berbasis rumah sakit dan surveilan pneumonia
yang dilaksanakan oleh PBTDK dan SubDit ISPA - Ditjen P2PL serta menyesuaikan
dengan pedoman WHO terbaru, agar data dari surveilans
ini dapat mernberikan
gambaran epidemiologi, pola virus influenza penyebab SARI sehingga melengkapi
data surveilans Influenza di Indonesia serta berkontribusi untuk Influenza global
burden disease. Mitra kerja dalam kegiatan ini meliputi Rumah Sakit yang ikut
berpartisipasi dan Sub Direktorat ISPA , P2PL, Kementerian Kesehatan. Kegiatan ini
disebut Surveilan ISPA Berat di Indonesia (SIBI).
Penilaian berdasarkan kriteria lokasi, sumber daya manusia dan infrastruktur rumah
sakit. Di tahun 2013, enam rumah sakit sentinel SIBI baru terpilih. Rumah sakit yang
dimaksud adalah : Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari, DI Yogyakarta,
RSUD Kanudjoso Djati - Kalimantan Timur, RSUD Bitung - Sulawesi Utara, RSUD
Deli Serdang - Sumatera Utara, RSUD dr Haulussy - Ambon dan RSU Mataram Nusa Tenggara Barat. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
v
.p
.
'"
セN|
..} セ@
.
f
Gambar 1. Peta lokasi rumah sakit sentinel SIBI
Pedoman SIBI - 3
Kegiatan yang dilaksanakan pada SIBI ini meliputi : deteksi kasus, wawancara ,
pengambilan spesimen , pemeriksaan laboratorium dan analisa data. Spesimen
utama di tahun 2013 yang diambil dalam kegiatan ini adalah apus hidung dan apus
tenggorok, dimana kualitas spesimen dari saat pengambilan sampai di laboratorium
pemeriksa (Laboratorium Virologi , PBTDK) untuk dilakukan deteksi virus influenza
adalah sangat penting untuk diperhatikan ,
sehingga pedoman ini
dibuat untuk
panduan petugas laboratorium di rumah sa kit sentinel SIBI dalam mempertahankan
kualitas spesimen yang dimaksud .
II.
TUJUAN
Melaksanakan pengambilan spesimen pada
kasus atau ISPA berat
secara
lege artis serta mendapatkan kualitas spesimen yang baik.
II I.
DEFINISI OPERASIONAL KASUS SARI atau ISPA Berat
Infeksi saluran pernapasan akut dengan semua gejala sebagai berikut:
Riwayat demam atau demam
セ@
38 Co;
•
Batuk ;
•
Tidak lebih dari 7 hari sejak timbul gejala;
•
Memerlukan perawatan rumah sakit;
Tidak lebih dari 3 hari sejak dirawat di rumah sakit.
Pasien SARI akan dikonfirmasi untuk virus influenza melalui pemeriksaan
laboratorium, baik dengan real time RT-PCR maupun isolasi virus.
4 - Pedo m an SISI
IV.
JENIS SPESIMEN
Pelaksanaan kegiatan SIBI di tahun 2013 , spesimen utama yang diambil untuk
deteksi virus influenza adalah usap hidung kanan dan kiri serta usap
tenggorok.
Dengan adanya kewaspadaan terhadap timbulnya
kasus
Middle East
Respiratory Syndrom Corona Virus ( MERS-CoV ) , jenis spesimen yang
diambil juga ada penambahan, dimana untuk identifikasi MERS-CoV, spesimen
dari
saluran
nafas
bawah
yang
diutamakan
untuk
identifikasi
virus
penyebabnya seperti yang tercantum pada table 1.
Tabel 1. Jenis spesimen untuk pengujian MERSCoV, berikut cara
penanganannya
Jenis spesimen
5,6
Media
Pengiriman ke
pengiriman
laboratorium
l, Spesimen
Kategori
bahaya
Catatan
I yang harus
diambil
pengiriman
I
Dahak yang
dihasilkan secara
Tidak ada
alami *
Dengan es.
Pastikan
Bila penundaan
materi
pengujian > 24
Zat biologis,
diambil dari
jam , disarankan
Kategori B
saluran
WAJIB
dibekukan
pernafasan
dengan es kering
bawah
Mungkin
Dengan es .
terjadi
Bila penundaan
Bilasan
bronkoalveolar
(Bronchoalveolar
lavage)
pengencera
pengujian of >
Tidak ada
24 jam ,
disarankan
dibekukan
dengan es kering
n (dilusi)
Idem
virus, namun
BILA
MEMUNGKINK
AN
spesimen
masih dapat
digunakan
Pedoman SIB I - 5
Jenis spesimen
Media
Pengiriman ke
pengiriman
laboratoriurn
Kategori
bahaya
Spesimen
Catatan
pengiriman
yang harus
diambil
Dengan es .
Bila penundaan
pengujian of>
Aspirat trakea
Tidak ada
24 jam,
WAJIB IBILA
Idem
MEMUNGKIN
KAN
disarankan
dibekukan
dengan es kering
Dengan es.
Bila penundaan
pengujian of>
Aspirat nasofaring
Tidak ada
24 jam,
WAJIB/BILA
Idem
MEMUNGKIN
KAN
disarankan
dibekukan
dengan es kering
Virus telah
Media
Kombinasi usap
transport
hidung/tenggorokan
virus
terdeteksi
Dengan es
Idem
pada jenis
WAJIB
spesimen
ini
Media
Swab nasofaring
transport
Dengan es
Idem
WAJIB
virus
Jaringan yang
Media
diambil dari biopsi
transport
atau otopsi ,
virus atau
termasuk dari paru-
garam
paru
fisiologis
6 - Pedoman SISI
Dengan es.
Bila penundaan
pengujian > 24
jam, disarankan
dibekukan
dengan es kering
BILA
Idem
MEMUNGKIN
KAN
Jenis spesimen
Media
Pengiriman ke
pengiriman
laboratorium
Spesimen
Kategori
bahaya
I
Catatan
yang harus
pengiriman
diambil
Idem
WAJIB
Serum untuk
serologi atau
deteksi virus: selalu
ambil sampel
berpasangan bila
memungkinkan.
Dengan es atau
Tidak ada
dalam keadaan
beku
Akut-minggu
pertama sakit
Konvalesen idealnya 3-4
minggu kemudian
Untuk
deteksi virus,
Spesimen darah
EDTA
(whole blood)
antikoagulan
Dengan es
Idem
sebaiknya
pad a minggu
pertama
BILA
MEMUNGKIN
KAN
sakit
Keterangan :
• Pengambilan sampel sputum dengan cara induksi dapat
menimbulkan risiko infeksi tambahan bagi petugas kesehatan.
• Pengambilan spesimen lain seperti; urin, feses, atau spesimen
lainnya disesuikan dengan kondisi pasien
Pedoman 51B1 7
v.
PENGAMBILAN SPESIMEN
7
Untuk memudahkan saat pengambilan spesimen dan meminimalisir
kesalahan yang mungkin terjadi , sehingga dipandang perlu untuk dilakukan :
a. Persiapan alat dan bahan
Sebelum
kegiatan
pengambilan
spesimen
dilaksanakan,
harus
memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan universal untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit dari pasien ke paramedis
maupun lingkungan sekitar.
Hal tersebut meliputi :
1. Selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun/desinfektan
SEBELUM dan SESUDAH tindakan.
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), minimal yang HARUS
digunakan :
a. Jas laboratorium
b. Sarung tangan karet
c. Masker disposable
3. Bahan pengambilan spesimen :
a. VTM
b. Tongue Spatel
c. Swab Dacron
d. Ice pack dan Cold Box
e. Label nama
f. Gunting
g. Alkohol70%
h. Parafilm
I.
8 - Pedoman SIBI
Form Pengambilan Spesimen
4. Daftar nama pasien (supaya saat pengambilan tidak terjadi
kesalahan)
Pengambilan spesimen dapat dilakukan oleh dokter, perawat atau tenaga
laboratorium yang terampil dan berpengalaman atau sudah dilatih sesuai
dengan kondisi dan situasi setempat.
b. Persiapan pasien
Untuk memudahkan saat pengambilan spesimen, petugas diharapkan
dapat melakukan komunikasi efektif untuk membuat pasien merasa
nyaman , dengan cara :
1. Memberi salam dan perkenalkan diri kepada pasien
2. Tanyakan identitas pasien untuk memastikan bahwa pasien sudah
sesuai dengan daftar nama yang kita bawa
3. Beritahukan kepada pasien tentang maksud pengambilan spesimen
4. Jelaskan secara sing kat tindakan yang akan dilakukan
5. Menyampaikan terimakasih setelah selesai pengambilan spesimen
c. Pengambilan Spesimen
1. Persiapkan cryotube yang berisi 1,5 ml media transport virus, berikan
label yang berisi kode nomer spesimen .
2. Gunakan medium Hanks yang masih berwarna orangemerah muda.
Jangan digunakan apabila medium Hanks telah berubah warna
menjadi kuning .
3. Swab yang digunakan adalah yang terbuat dari Dacron/rayon steril
dengan tangkai plastik . Jangan menggunakan swab kapas yang
mengandung Calcium Alginat atau swab kapas dengan tangkai kayu,
karena mungkin mengandung substansi yang dapat menghambat
pertumbuhan virus tertentu dan dapat menghambat pemeriksaan RT-
peR.
-
Pedoman SIBl - 9
4. Apabila pasien dalam keadaan pilek atau ada kotoran di lubang
hidungnya , dapat dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan
tissue atau cotton bud, sebelum dilakukan pengambilan spesimen .
5. Pengambilan usap hidung dan usap tenggorok dilakukan secara
lege artis dan perlu dilakukan tekanan pada lokasi dimana spesimen
diambil agar epitel dapat menempel di swab . Spesimen dari swab
yang benar adalah spesimen yang pada pemeriksaan RTPCR
didapatkan hasil pemeriksaan RNP gene dan atau 8 -actine gene
positif, artinya dimana swab terambil mengandung epitel saluran
napas.
Untuk usap nasal:
Masukkan swab ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas.
Biarkan beberapa detik agar cairan hidung terhisap . Putarlah swab
sekali atau dua kali. Lakukan usapan pada salah satu lubang hidung ,
berikan sedikit penekanan pada lokasi dimana swab diambil.
Gambar 2. Pengambilan spesimen melalui nasal
Untuk usap tenggorok:
Lakukan usap pada bag ian belakang pharynx dan hindarkan
menyentuh bagian lidah .
Swab diusapkan pada
bag ian belakang
pharinx
Gambar 3. Pengambilan spesimen Usap Tenggorok
10 - Pedoman SIBI
6. Swab hidung dan swab tenggorok dimasukkan sesegera mungkin ke
dalam cryotube yang sama . Putuskan tangkai plastik di daerah
mulut cryotube agar cryotube dapat ditutup dengan rapat. Apabila
ada kesulitan dapat menggunakan bantuan gunting dan jangan lupa
untuk membersihkan dengan alkohol setelah selesai digunakan.
7. Cryotube kemudian diberi label sesuai kode nomer penderita lalu
8. Selanjutnya Cryotube dililit dengan parafilm bag ian tutupnya untuk
menghindari terjadinya kebocoran spesimen
9. Cryotube yang sudah berisi swab disimpan dalam suhu 48 °C
sebelum dikirim. Jangan dibekukan dalam Freezer.
Pedoman SIBI - 11
Untuk rumah sakit sentinel SIBI ada label khusus ( barcode) yang
digunakan ,
disesuaikan dengan tujuan kegiatan dan sistim
penyimpanan di PBTDK.
Barcode terdiri atas 13 digit
Digit I merepresentasikan Pelaksana Kegiatan
Digit II merepresentasikan Nama Kegiatan
Digit III merepresentasikan Tahun Kegiatan
Digit IV dan V merepresentasikan Propinsi
Digit VI dan VII merepresentasikan Kabupaten/Kota
Digit VIII sampai XI merepresentasikan no urut spesimen
Digit XII merepresentasikan jumlah aliquote
Digit XIII merepresentasikan jenis spesimen
Untuk
kode propinsi
yang
sudah
penyimpanan di PBTDK :
52 = Nusa Tenggara Barat
12 = Sumatera Utara
64 = Kalimantan Timur
71 = Sulawesi Utara
81 = Maluku
34 = Daerah Istimewa Yogyakarta
Sedangkan untuk kode kabupatennya :
71 = Kota Mataram
12 = Lubuk Pakam
71 = Kota Balikpapan
72 = Kota Bitung
71 = Kota Ambon
03
1 2 - Pedoman SISI
=Kabupaten Wonosari
ditentukan
dari
sistim
Seperti salah satu contoh nomer barcode yang digunakan
ES1527100011W
Keterangan :
E
S
1
52
71
0004
1
W
= P2PL
= SIBI
= Tahun I
= Nusa Tenggara Barat
= Kota Mataram
= No. Urut Spesimen
= Urutan Pengambilan/Aliquote
= Apus Hidung dan Tenggorok
ES1527100041W
ES1527100041W
• Label terdiri atas 2 Jenis ukuran yaitu Besar dan Kecil. Label
Besar digunakan untuk ditempel pada lembar Formulir Laporan
Kasus SARI sedangkan Label kecil digunakan pada Cryotube
spesimen dan Formulir Pengiriman Spesimen (Rangkap 3) yang
terdiri dari 3 rangkap
a. Lembar putih untuk disimpan di rumah sakit sentinel
b. Lembar merah untuk dikirim ke PBTOK
c. Lembar kuning untuk dikirim ke SubOit ISPA
Pedoman 51Bl - 13
VI.
PENGEPAKAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN
7
Pemeriksaan laboratorium akan dilaksanakan di laboratorium virologi,
PBTDK, Balitbangkes sehingga semua spesimen akan dikirimkan melalui
kurir/kargo. Diperlukan persia pan untuk pengepakan dan pengiriman agar
spesimen dapat dikirimkan sesuai tujuan dan dalam keadaan baik.
Bahanbahan yang diperlukan untuk pengepakan terdiri dari bahan yang
tidak habis pakai dan bahan habis pakai.
Bahan Tidak Habis Pakai
1. Kotak Pendingin ( Cold Box)
2. 9 Ice Pack Besar (9,4 x 4,2 x 17,1 cm)
3. 3 Ice Pack Kecil (7,1 x 3,4 x 12,4 cm)
4. Tabung Alumunium
5. 5 Insulator Bundar
6. 1 Insulator Persegi
7. 1 Termometer Analog
1 4 - Pedoman SIBI
Bahan Habis Pakai
1. Lakban Plastik 2 Inci
2. Plastik Klip
3. Tissue
3
2
Cara pengepakan dan pengiriman spesimen untuk keperluan diagnostik
harus menuruti ketentuan WHO dengan menggunakan bahanbahan
tersebut diatas.
Adapun pengepakan spesimen SARI adalah sebagai berikut:
1. Bungkus cryotube yang sudah berisi sampel dengan dengan tisu
bersih dan masukkan ke dalam plastik klip (zip lock).
Pedoman SIBl - 15
2. Masukkan plastik klip ke dalam tabung pengiriman primer (bahan dari
stainless).
3. Ke dalam tabung stainless dimasukkan insulator kecil , kemudian
termometer bulat didalamnya.
4. Lalu masukkan kedalam cold box yang berisi Ice pack yang sudah
terlebih dahulu dibekukan . Ice pack yang digunakan adalah 9 buah . Ice
pack ditempatkan pada sisi kirikanan dan atasbawah dari cold box .
1 6 - Pedoman 51BI
5. Kemudian ke dalam cold box dimasukkan kertas insulator besar
6. Letakkan semua formulir yang telah diisi dan diberi label kedalam cold
box dengan terlebih dahulu dimasukkan dalam kantong plastik .
7. Tutup cold box dan perkuat dengan lak ban .
Pedoman SIBl - 17
8. Beri label pengirim dan penerima pad a sisi kanan dan kiri cold box.
Ini menjadi poin yang sang at penting agar pengiriman tiba di alamat
yang dituju dengan benar dan dapat diidentifikasi rumah sakit pengirim.
Untuk alamat pengiriman :
KEPADA:
Surveilan ISPA Berat di Indonesia ( SIBI )
Up. dr Ni Ketut Susilarini , MS
Laboratorium Nasional Penyakit Infeksi Prof Sri Oemidjati
Komplek Pergudangan DepKes
Jalan Percetakan Negara No. 23a
Jakarta 10560
Telp. 02142887606/4288 7583
PENGIRIM:
RSU. DR . M HAULUSSY
JI. Dr. Kayadoe, Kudamati
Ambon
RSU . KANUJOSO DJATIWIBOWO
JI. MT. Haryono 656
Balikpapan
RSUD MANGEMBONGEMBO BITUNG
JI.SH Sarungjajang
Kel. Manembo Nembo Tengah
Kec. Matuari Bitung
RSUD . DELISERDANG
JI. Thamrin Lubuk Pakam
Kab . Deli Serdang
Sumatera Utara
RSU . PROP . NUSA TENGGARA BARAT
JI. Pejanggik No.6
Mataram
NTB
RSUD . WONOSARI
JI. Taman Bhakti No.6
Wonosari
01 Yogyakarta
18 - Pedoman SIBI
I Pemerlksaan Laboratorlum Kesehatan I
セ@
セ@
セ@
セ@
JA NGAN U1BALIK
セL@
HANDLE
WITH CARE
Kepada:
Surveilans ISPA Berat Indonesia
(SIBI)
Up. dr. Ni Ketut Susilarini, MS
Pusat Biomedis dan Teknologi
Dasar Kesehatan
Gedung Prof. Dr. Sri Oemijati
JI. Percetakan Negara 23a
Jakarta Pusat 10560
Pengirim:
TimSIBI RSUDWONOSARI
JI Taman Bhakti No 6
Wonosari Gunung Kidul
Daerah Istimewa Yogyakarta 55812
Kepada:
dr . 'I Kelul s
オ セ ゥャ。イョN@
MS
I .. bonlorium Penel/" an Prn., .'d, Infrles; Or. Sri ar.IIII
I'UU I
hiッoャ\B、
セ@ dan T'e"n,,',,!:; a....r iH セN
JI. P" . c....k. n
J.""....
"Ia.a
L
••
0.2..1
l'u..1 iヲ ャセ@
T elp.Oll .
Pedoman SISI 19
VII.
COLD CHAIN (RANTAI DINGIN)
8
Pemantauan cold chain dari bahan yang digunakan sangat penting
diperhatikan . Bertujuan untuk menjaga stabilitas suhu mulai dari
penyimpanan di rumah sa kit, pengiriman dan penyimpanan di PBTDK.
Berikut adalah peran masingmasing unit pada kegiatan SIBI :
a. Rumah Sakit
1. Penyimpanan VTM di suhu 4-SoC
2. Penyimpanan Ice Pack di suhu -20°C
3. Monitor suhu refrigerator secara harian
4. Pengambilan spesimen
5. Penyimpanan VTM yang sudah berisi specimen
b. Pengiriman
1. Pastikan jadual spesimen akan diambil oleh kurir.
2 . Sebelum pengiriman , spesimen 、ゥウュー。セ@
di suhu 4°C
3. Pastikan icepack sudah beku dan jumlahnya sesuai
prosedur pengepakan
c. PBTDK
1. Penyimpanan spesimen yang belum dikerjakan di suhu
4°C
2. Sedangkan untuk penyimpanan dalam jangka waktu
lama di revco suhu -SO°C
3. Mencatat, menganalisa dan memberikan feedback
mengenai suhu spesimen saat diterima .
Spesimen SARI/SIBI merupakan bahan biologis yang peka terhadap suhu
diatas kisaran suhu 2°_SoC . Kualitas spesimen akan terjaga dengan
mempertahankan suhu spesimen tetap berada pada kisaran suhu optimal
(4°C)
mulai dari saat pengambilan , penyimpanan , pengepakan dan
pengiriman spesimen ke laboratorium rujukan .
20 - Pedoman SIBI
Untuk menyimpan bahan biologis pekapanas (heat sensitive) harus dipilih
lemari es berdasarkan kriteria berikut :
1. Menggunakan sistem manual defrosting dan bukan jenis autodefrosting . Hal ini disebabkan karena pada tipe auto defrosting
dilengkapi pemanas yang secara otomatis akan bekerja bila bunga es
menebal dan pada saat itu suhu dalam lemari es akan meningkat
sehingga berisiko terjadinya kerusakan bahan biologis yang disimpan
didalamnya.
2. Lemari es harus dari jenis yang menggunakan pendingin nonCFC
dan tidak diperkenankan menggunakan pendingin jenis CFC/freon
karena berisiko merusakkan lapisan ozon global.
3.Lemari es yang dipilih harus mempunyai kemampuan stabilitas suhu
bila listrik padam/sumber daya lain tidak berfungsi (hold over time)
selama minimal 6 jam bila pintu tertutup . Lemari es domestik
umumnya hanya mempunyai hold over time selama 12 jam .
Suhu menjadi faktor yang paling menentukan dalam pengelolaan rantai
dingin. Oleh karena peran alat pemantau suhu menjadi sangat vital dalam
pengelolaan rantai dingin . Ada berbagai macam alat pemantau suhu yang
biasa digunakan antara lain :
a. Termometer Mueller, kisaran
pemantauan () 50°C sampai (+) 50°C .
Diletakkan di dalam lemari es atau kotak
dingin .
b. Termometer digital, menggunakan
sensor yang diletakkan di dalam lemari es
ataupun freezer maupun dalam kotak
dingin untuk transportasi. Display suhu di
luar lemari dingin sehingga suhu dapat
dibaca dari luar lemari ding in .
Pedoman SIBI - 21
c. Dial termometer , menggunakan sensor
yang diletakkan di dalam lemari es atau
freezer dan display suhu di luar lemari
ding in sehingga suhu dapat dibaca dari luar
lemari dingin.
b. Termometer air raksa/cairan lain, jenis ini
tidak dianjurkan karena perubahan suhu
sang at cepat sehingga menyulitkan
pembacaan .
c . Freezetag: alat elektronik untuk
memantau suhu beku di bawah ooC . Alat ini
pendingin bersama dengan vaksin .
-
Freeze-tag-
diletakkan di dalam lemari es/kotak
.....
セ
セoBGc「イiw@
Nain`
0 -01