Pedoman Penatalaksanaan Spesimen (Pengambilan, Pengepakan dan Pengiriman Spesimen) Surveilans ISPA Berat Indonesia (SIBI)

612 .2
Ind
p

PEDOMAN PENATALAKSANAAN SPESIMEN
(PENGAMBILAN, PENGEPAKAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN)

5URVEILANS ISPA BERAT INDONESIA
(5IBI)

KEMENTERIAN KESEHAT AN RI
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
PUSAT BIOMEDIS DAN TEKNOLOGI DASAR KESEHA T AN
JI. Percetakan Negara No.23A, Jakarta 10560

2013

TIM PENYUSUN

dr. Ni Ketut Susilarini, MS
Subangkit, M.Biomed

dr. Roselinda, M.Kes
Hana Apsari Pawestri, MSc
Arie Ardiansyah Nugraha, Amd

Pedoman 51Bl - iii

iv - Pedoman SIBI

KATA PENGANTAR

Influenza merupakan penyakit yang sering menyebabkan pandemi, terlebih akhirakhir ini telah terjadi penyebaran virus flu burung yang juga telah sampai di
Indonesia termasuk telah ditemukannya virus tersebut pada man usia. Oleh karena
itu diperlukan adanya suatu sistem surveilans influenza yang baik beserta Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon - Kejadian Luar Biasa (SKDR-KLB) nya untuk
mengamati, mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya kenaikan kasus atau
KLB bahkan pandemi influenza.
Penyakit flu burung (Avian Influenza) saat ini telah Illenjadi isu global, dimana
sebelumnya hanya menyerang pada hewan (unggas khususnya), namun sekarang
juga menyerang pada man usia. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang serius
agar flu burung tidak menular dari manusia ke manusia dan menjadi wabah pandemi

influenza (Pandemic Influenza).
Surveilans influenza di Indonesia dilaksanakan melalui beberapa metoda yaitu
melalui pelayanan rutin di Puskesmas dan Rumah Sakit. Perlu disadari bahwa
pelaksanaan surveilans Influenza di Indonesia belum berjalan secara optimal,
sampai saat ini yang dilakukan untuk Surveilans ISPA Berat Indonesia adalah
penelitian yang dilaksanakan oleh Badan Litbangkes melalui Rumah Sakit sentinel.
Buku "Pedoman Penatalaksanaan Spesimen (Pengambilan, Pengepakan Dan
Pengiriman Spesimen) Surveilans ISPA Berat Indonesia (SIBI)" ditujukan untuk
petugas pelaksana di Rumah Sakit agar pelaksanaan surveilans berjalan secara
optimal.
Disadari bahwa buku pedoman ini masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan
sehingga kami harapkan saran demi penyempurnaannya. Di waktu mendatang dari
buku pedoman ini akan dikembangkan lagi petunjuk teknis surveilans influenza
untuk petugas surveilans.

Jakarta, April 2013
Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar
Kesehatan

Prett Multihartina, PhD


Pedoman SIBI - v

v i - Pedoman SIBI

DAFTAR SINGKATAN

APD

Alat Pelindung Diri

CDC

Center Disease of Control - Atlanta

H5N1

Strain Influenza Penyebab Flu Burung

ISPA


Infeksi Saluran Pernapasan Atas

MERS-Cov:

Middle East Respiratory Severe - Corona Virus

PBTDK

Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

RNP

Ribonucleoprotein

RT-PCR

Reverse Transcriptase - Polymerase Chain Reaction

rRT-PCR


Real Time PCR

SARI

Severe Acute Respiratory Infection

SARS

Severe acute respiratory syndrome

vrM

Virus Transport Medium

WHO

World Health Organization

Pedoman SIBI - vii


viii - Pedoman SIBI

DAFTAR 151

Kata pengantar .. ...... . ............... ... ............. .. .. . .. ............. .... ... ........... ...

v

.. ......... ...... .. ... .. ......... ............ ...... .... ....... .. ...... ..............

vii

Daftar Singkatan

Daftar lsi ..... ... ....... ......... .. .......... .. ... .... ............. ... ........ ...... ..... .. ... ... ..

IX

I.


Latar Belakang ........ ...... .... .. ...... .. ..... .. ... .. .. .... .. .... .. ...... .. ... ..... .. .. .

1

II.

Tujuan ...... ........ .. .. .. ........ .... ... .. .... .. ...... ....... .. ... ... ............ ........ ...... ......... ..

4

III.

Definisi Operasional Kasus SARI........ ........ .. .. ...... .. .. ... ..... ...... ... .. .

4

IV.

Jenis Spesimen


5

V.

Pengambilan Spesimen

.......... .. ............ .... ..... .. .... .. .... .. .. .. .. .. .. .... .. .. .

8

VI.

Pengepakan dan Pengiriman Spesimen ... .. .... ... .. .... ..... ... ..... .... ......

13

VII.

Cold Chain (Rantai Dingin) ........ .. .......... .... .. ..... .... .. .... .. .......... .. .......... ....


20

VIII. Logistik .... ..... ... ...... .... .... ...... .. ........ .... ........ ... ... ........... ...... ............ ...

23

IX.

Pelaporan .. ..... ....... ..... ....... ... .. ...... ..... ..... .... .. ... ..... ...... .... ... .. ........ .. .... ......

25

X.

Daftar Pustaka

27

Lampiran ... ... .... .. .. .............. ......... .............. ... .. ...... ......... ..... ..... .... ........ ....


28

1.
2.
3.
4.
5.
6.

29
30
32
33
34
36

Penjelasan Persetujuan Tindakan Medis...... ........ .. .. ............. ..... .. .......
Formulir Laporan Kasus Sari ... .......... ................. ...... ................ .. .. .... ..
Formulir Pengambilan Dan Pengiriman Spesimen .. .. ........ ............. ....

Formulir Laporan Data Agregat Mingguan Rumal1 Sakit .. .... .. ............
Formulir Keluar Rumah Sakit ........ .... .. .. .. .... ...... ...... ...... .. ............. .. .....
Laporan Bulanan Logistik ...... .. ............. ...... ........ ..... .. .... ...... .. ... .... .......

Pedoman SIBl - ix

x - Pedoman SIBI

I.

LATAR BELAKANG

Severe Acute Respiratory Infection (SARI) atau Pneumonia adalah suatu proses
infeksi akut pad a jaringan paru-paru (alveoli atau jaringan interstitial) dengan gejala
klinis demam dan batuk disertai gejala kesulitan bernapas seperti sesak napas,
tarikan dinding dada dan stridor saat istirahat atau hasil toraks foto menunjukkan
gambaran infiltrat pada paru-paru. 1,2,3

Pneumonia penyebab utama morbiditas dan mortalitas, khususnya anak anak < 5
tahun . Di dunia, pneumonia menyebabkan kematian yang tinggi baik pada bayi dan
anak di bawah 5 tahun (30%) juga dewasa. Hal ini dapat dilihat dari munculnya
wabah penyakit pneumonia atipikal seperti SARS dan infeksi paru oleh virus avian
Influenza

H5N1

yang

menyerang

beberapa

negara.

Dari

semua

kasus di

masyarakat, 7-13 % berdampak fatal untuk kehidupan manusia dan membutuhkan
rawat inap 1,3 Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia
per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia, pneumonia
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan
tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. 2

Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri , virus atau mikoplasma (bentuk peralihan
antara bakteri dan virus). Data dari negara-negara tetangga menunjukkan bahwa
virus influenza adalah salah satu penyebab SARI. Di Thailand, di antara 762 pasien
dengan SARI, 10%

disebabkan oleh virus influenza. Virus lain yang biasanya

menyebabkan SARI meliputi Influenza virus, Parainfluenza , Respiratory Synctitial
Virus, Human Metapneumovirus, Adenovirus, SARS, dan Hantavirus. Sedangkan
bakteri

penyebab

SARI

termasuk

diantaranya

Streptococcus

pneumoniae,

Haemophilus influenza, Bakteri Gram negatif seperti E. coli, Klebsiella pneumoniae,
Pseudomonas aeruginosa dan bakteri atipikal yaitu Mycoplasma, Chlamydia dan
Legionella. 3 ,4

Pedoman S1B1 - 1

Sejak tahun 1975, Badan Litbangkes secara formal telah diakui oleh WHO sebagai
National Influenza Center dengan tugas utamanya adalah memantau jenis virus

influenza yang beredar di Indonesia untuk kepentingan program penanggulangan
influenza di Indonesia dan juga kontribusi bangsa Indonesia untuk penanggulangan
influenza di dunia . Kegiatannya meliputi pelaksanaan surveilan Influenza Like Illness
(Ill) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) berbasis laboratorium.

Sejak tahun 2008 Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan (PBTDK) , Badan
Penelitian

dan

Pengembangan

Kesehatan

(Balitbangkes)

mengembangkan

surveilans SARI pada pasien rawat inap yang awalnya mulai dilaksanakan di 8
Rumah Sakit di 8 propinsi . Kemudian pada tahun 2009 lokasi sentinel surveilans
tersebut ditambah sehingga menjadi 15 rumah sakit di 15 propinsi. Pada tahun 2010
kegiatan ini dihentikan . Selanjutnya surveilan SARI ini dilaksanakan di 10 rumah
sakit di 10 propinsi sampai akhir 2012 . Berdasarkan hasil kajian terhadap sistem
surveilan SARI ini pada bulan Mei 2012 oleh US-CDC, ada beberapa rekomendasi
yang diberikan untuk memperkuat sistem ini. Dimana sejak tahun 2008 manfaat
yang didapat hanya untuk kontribusi sirkulasi virus di Indonesia namun tidak dapat
memberikan proporsi kasus Influenza secara epidemiologi , dimana data ini sangat
dibutuhkan oleh Sub Direktorat ISPA, P2PL untuk program pengendalian penyakit
ISPA di Indonesia.

Di Sub Direktorat ISPA, P2PL melaksanakan surveilan pneumoni sejak tahun 2007.
Dengan pelaporan agregat setiap bulannya . Sa at evaluasi pada bulan Agustus 2012
oleh US-CDC dan WHO , didapatkan bahwa surveilan pneumonia tersebut sangat
terbatas pemanfaatannya karena tidak adanya komponen laboratorium sebagai
informasi tentang etiologi penyakit ini .

Berdasarkan Pedoman WHO tentang " Epidemiological Surveillance Standards for
Influenza " yang dijadikan acuan , dimana memuat tentang definisi kasus terbaru,
rekomendasi tentang pelaksanaan surveilan Influenza di suatu negara serta kriteria
pemilihan rumah sakit , pengumpulan data dan analisa . Sehingga ada sedikit
perubahan dalam surveilans influenza di rumah sakit yang sudah berjalan .

2 - Pedoman SIBI

Untuk tahun

2013

penelitian

influenza di

rumah

sakit

ini

bertujuan

untuk

mengintegrasikan surveilan SARI berbasis rumah sakit dan surveilan pneumonia
yang dilaksanakan oleh PBTDK dan SubDit ISPA - Ditjen P2PL serta menyesuaikan
dengan pedoman WHO terbaru, agar data dari surveilans

ini dapat mernberikan

gambaran epidemiologi, pola virus influenza penyebab SARI sehingga melengkapi
data surveilans Influenza di Indonesia serta berkontribusi untuk Influenza global

burden disease. Mitra kerja dalam kegiatan ini meliputi Rumah Sakit yang ikut
berpartisipasi dan Sub Direktorat ISPA , P2PL, Kementerian Kesehatan. Kegiatan ini
disebut Surveilan ISPA Berat di Indonesia (SIBI).

Penilaian berdasarkan kriteria lokasi, sumber daya manusia dan infrastruktur rumah
sakit. Di tahun 2013, enam rumah sakit sentinel SIBI baru terpilih. Rumah sakit yang
dimaksud adalah : Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari, DI Yogyakarta,
RSUD Kanudjoso Djati - Kalimantan Timur, RSUD Bitung - Sulawesi Utara, RSUD
Deli Serdang - Sumatera Utara, RSUD dr Haulussy - Ambon dan RSU Mataram Nusa Tenggara Barat. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

v

.p

.
'"

セN|

..} セ@

.

f
Gambar 1. Peta lokasi rumah sakit sentinel SIBI

Pedoman SIBI - 3

Kegiatan yang dilaksanakan pada SIBI ini meliputi : deteksi kasus, wawancara ,
pengambilan spesimen , pemeriksaan laboratorium dan analisa data. Spesimen
utama di tahun 2013 yang diambil dalam kegiatan ini adalah apus hidung dan apus
tenggorok, dimana kualitas spesimen dari saat pengambilan sampai di laboratorium
pemeriksa (Laboratorium Virologi , PBTDK) untuk dilakukan deteksi virus influenza
adalah sangat penting untuk diperhatikan ,

sehingga pedoman ini

dibuat untuk

panduan petugas laboratorium di rumah sa kit sentinel SIBI dalam mempertahankan
kualitas spesimen yang dimaksud .

II.

TUJUAN

Melaksanakan pengambilan spesimen pada

kasus atau ISPA berat

secara

lege artis serta mendapatkan kualitas spesimen yang baik.

II I.

DEFINISI OPERASIONAL KASUS SARI atau ISPA Berat
Infeksi saluran pernapasan akut dengan semua gejala sebagai berikut:
Riwayat demam atau demam

セ@

38 Co;



Batuk ;



Tidak lebih dari 7 hari sejak timbul gejala;



Memerlukan perawatan rumah sakit;
Tidak lebih dari 3 hari sejak dirawat di rumah sakit.

Pasien SARI akan dikonfirmasi untuk virus influenza melalui pemeriksaan
laboratorium, baik dengan real time RT-PCR maupun isolasi virus.

4 - Pedo m an SISI

IV.

JENIS SPESIMEN

Pelaksanaan kegiatan SIBI di tahun 2013 , spesimen utama yang diambil untuk
deteksi virus influenza adalah usap hidung kanan dan kiri serta usap
tenggorok.

Dengan adanya kewaspadaan terhadap timbulnya

kasus

Middle East

Respiratory Syndrom Corona Virus ( MERS-CoV ) , jenis spesimen yang
diambil juga ada penambahan, dimana untuk identifikasi MERS-CoV, spesimen
dari

saluran

nafas

bawah

yang

diutamakan

untuk

identifikasi

virus

penyebabnya seperti yang tercantum pada table 1.

Tabel 1. Jenis spesimen untuk pengujian MERSCoV, berikut cara
penanganannya

Jenis spesimen

5,6

Media

Pengiriman ke

pengiriman

laboratorium

l, Spesimen

Kategori
bahaya

Catatan

I yang harus

diambil

pengiriman

I

Dahak yang
dihasilkan secara

Tidak ada

alami *

Dengan es.

Pastikan

Bila penundaan

materi

pengujian > 24

Zat biologis,

diambil dari

jam , disarankan

Kategori B

saluran

WAJIB

dibekukan

pernafasan

dengan es kering

bawah
Mungkin

Dengan es .

terjadi

Bila penundaan
Bilasan
bronkoalveolar

(Bronchoalveolar
lavage)

pengencera

pengujian of >
Tidak ada

24 jam ,
disarankan
dibekukan
dengan es kering

n (dilusi)
Idem

virus, namun

BILA
MEMUNGKINK
AN

spesimen
masih dapat
digunakan

Pedoman SIB I - 5

Jenis spesimen

Media

Pengiriman ke

pengiriman

laboratoriurn

Kategori
bahaya

Spesimen
Catatan

pengiriman

yang harus
diambil

Dengan es .
Bila penundaan
pengujian of>
Aspirat trakea

Tidak ada

24 jam,

WAJIB IBILA

Idem

MEMUNGKIN
KAN

disarankan
dibekukan
dengan es kering
Dengan es.
Bila penundaan
pengujian of>
Aspirat nasofaring

Tidak ada

24 jam,

WAJIB/BILA

Idem

MEMUNGKIN
KAN

disarankan
dibekukan
dengan es kering
Virus telah

Media
Kombinasi usap

transport

hidung/tenggorokan

virus

terdeteksi
Dengan es

Idem

pada jenis

WAJIB

spesimen
ini
Media

Swab nasofaring

transport

Dengan es

Idem

WAJIB

virus
Jaringan yang

Media

diambil dari biopsi

transport

atau otopsi ,

virus atau

termasuk dari paru-

garam

paru

fisiologis

6 - Pedoman SISI

Dengan es.
Bila penundaan
pengujian > 24
jam, disarankan
dibekukan
dengan es kering

BILA
Idem

MEMUNGKIN
KAN

Jenis spesimen

Media

Pengiriman ke

pengiriman

laboratorium

Spesimen

Kategori
bahaya
I

Catatan

yang harus

pengiriman

diambil

Idem 

WAJIB 

Serum untuk
serologi atau
deteksi virus: selalu
ambil sampel
berpasangan bila
memungkinkan.

Dengan es atau 
Tidak ada 

dalam keadaan 
beku 

Akut-minggu
pertama sakit

Konvalesen idealnya  3-4
minggu kemudian 
Untuk 
deteksi virus, 
Spesimen darah 

EDTA 

(whole blood)

antikoagulan 

Dengan es 

Idem 

sebaiknya 
pad a minggu 
pertama 

BILA 
MEMUNGKIN 
KAN 

sakit 

Keterangan  : 
•   Pengambilan sampel sputum dengan cara induksi dapat  
menimbulkan risiko  infeksi tambahan bagi petugas kesehatan.  
•   Pengambilan spesimen  lain seperti;  urin, feses,  atau spesimen  
lainnya disesuikan dengan kondisi  pasien  

Pedoman 51B1 ­ 7

v.

PENGAMBILAN SPESIMEN

7

Untuk memudahkan saat pengambilan  spesimen dan meminimalisir 
kesalahan  yang  mungkin terjadi , sehingga dipandang  perlu  untuk  dilakukan  : 

a. Persiapan alat dan bahan

Sebelum 

kegiatan 

pengambilan 

spesimen 

dilaksanakan, 

harus 

memperhatikan  universal precaution atau  kewaspadaan  universal  untuk 
mencegah  terjadinya  penularan  penyakit  dari  pasien  ke  paramedis 
maupun  lingkungan sekitar. 
Hal  tersebut meliputi  : 

1.   Selalu  mencuci  tangan  dengan  menggunakan  sabun/desinfektan 
SEBELUM dan  SESUDAH tindakan. 
2.   Menggunakan  Alat  Pelindung  Diri  (APD),  minimal  yang  HARUS 
digunakan  : 
a.  Jas  laboratorium 
b.   Sarung tangan  karet 
c.   Masker disposable
3.   Bahan  pengambilan  spesimen  : 
a.   VTM 

b.   Tongue Spatel 
c.   Swab Dacron 
d.   Ice  pack dan  Cold  Box 
e.   Label  nama 
f.   Gunting 

g.   Alkohol70% 
h.   Parafilm 
I.  

8 - Pedoman SIBI

Form  Pengambilan Spesimen 

4.   Daftar  nama  pasien  (supaya  saat  pengambilan  tidak  terjadi 
kesalahan) 
Pengambilan  spesimen  dapat  dilakukan  oleh  dokter,  perawat  atau  tenaga 
laboratorium  yang  terampil  dan  berpengalaman  atau  sudah  dilatih  sesuai 
dengan  kondisi  dan  situasi  setempat. 

b. Persiapan pasien

Untuk  memudahkan  saat  pengambilan  spesimen,  petugas  diharapkan 
dapat  melakukan  komunikasi  efektif  untuk  membuat  pasien  merasa 
nyaman  , dengan cara  : 
1.   Memberi salam  dan perkenalkan diri kepada pasien 
2.   Tanyakan  identitas pasien  untuk memastikan  bahwa  pasien  sudah 
sesuai dengan daftar nama yang  kita  bawa 
3.   Beritahukan  kepada  pasien tentang  maksud  pengambilan spesimen 
4.   Jelaskan secara sing kat tindakan  yang akan dilakukan 
5.   Menyampaikan terimakasih setelah  selesai  pengambilan  spesimen 

c. Pengambilan Spesimen
1.   Persiapkan  cryotube yang  berisi  1,5 ml  media transport virus,  berikan 
label  yang  berisi  kode nomer spesimen . 
2.   Gunakan  medium  Hanks yang  masih  berwarna  orange­merah  muda. 
Jangan  digunakan  apabila  medium  Hanks  telah  berubah  warna 
menjadi  kuning . 
3.   Swab  yang  digunakan  adalah  yang  terbuat  dari  Dacron/rayon  steril 
dengan  tangkai  plastik .  Jangan  menggunakan  swab  kapas  yang 
mengandung  Calcium Alginat atau  swab kapas dengan tangkai  kayu, 
karena  mungkin  mengandung  substansi  yang  dapat  menghambat 
pertumbuhan virus tertentu dan  dapat menghambat pemeriksaan  RT-

peR. 

-

Pedoman SIBl - 9

4.   Apabila  pasien  dalam  keadaan  pilek  atau  ada  kotoran  di  lubang 
hidungnya ,  dapat dibersihkan  terlebih  dahulu  dengan  menggunakan 
tissue atau  cotton bud, sebelum  dilakukan  pengambilan spesimen . 
5.   Pengambilan  usap  hidung  dan  usap  tenggorok  dilakukan  secara 

lege artis dan  perlu  dilakukan tekanan  pada  lokasi  dimana  spesimen 
diambil  agar  epitel  dapat  menempel  di  swab .  Spesimen  dari  swab 
yang  benar  adalah  spesimen  yang  pada  pemeriksaan  RT­PCR 
didapatkan  hasil  pemeriksaan  RNP gene dan  atau  8 -actine gene
positif,  artinya  dimana  swab  terambil  mengandung  epitel  saluran 
napas. 

Untuk usap nasal:
Masukkan  swab ke  dalam  lubang  hidung  sejajar dengan  rahang  atas. 
Biarkan  beberapa  detik  agar  cairan  hidung  terhisap .  Putarlah  swab 
sekali  atau  dua kali.  Lakukan  usapan  pada salah  satu  lubang  hidung , 
berikan  sedikit penekanan pada lokasi  dimana swab diambil. 

Gambar 2. Pengambilan spesimen melalui nasal 

Untuk usap tenggorok:
Lakukan  usap  pada  bag ian  belakang  pharynx  dan  hindarkan 
menyentuh bagian  lidah . 

Swab diusapkan  pada 
bag ian belakang 
pharinx 

Gambar 3.  Pengambilan  spesimen  Usap Tenggorok 

10 - Pedoman SIBI

6.   Swab hidung dan  swab tenggorok  dimasukkan sesegera mungkin  ke 
dalam  cryotube  yang  sama .  Putuskan  tangkai  plastik  di  daerah 
mulut  cryotube  agar  cryotube  dapat  ditutup  dengan  rapat.  Apabila 
ada  kesulitan  dapat  menggunakan  bantuan  gunting  dan  jangan  lupa 
untuk membersihkan dengan alkohol  setelah  selesai digunakan. 

7.  Cryotube kemudian diberi  label  sesuai  kode  nomer penderita  lalu 

8.  Selanjutnya  Cryotube  dililit  dengan  parafilm  bag ian  tutupnya  untuk 
menghindari terjadinya  kebocoran spesimen 

9.   Cryotube  yang  sudah  berisi  swab  disimpan  dalam  suhu  4­8  °C 
sebelum dikirim.  Jangan dibekukan dalam Freezer. 

Pedoman SIBI - 11

Untuk  rumah  sakit  sentinel  SIBI  ada  label  khusus  (  barcode) yang 
digunakan , 

disesuaikan  dengan  tujuan  kegiatan  dan  sistim 

penyimpanan di  PBTDK. 

Barcode terdiri  atas  13 digit 
­

Digit I merepresentasikan Pelaksana  Kegiatan 

­

Digit II  merepresentasikan  Nama Kegiatan 

­

Digit III  merepresentasikan Tahun  Kegiatan 
Digit IV dan V  merepresentasikan  Propinsi 

­

Digit VI  dan VII  merepresentasikan Kabupaten/Kota 

­

Digit VIII  sampai XI  merepresentasikan  no  urut spesimen 

­

Digit XII  merepresentasikan jumlah aliquote 

­

Digit XIII  merepresentasikan jenis spesimen 

Untuk 

kode  propinsi 

yang 

sudah 

penyimpanan di  PBTDK : 
52  =  Nusa Tenggara  Barat 
12  =  Sumatera Utara 
64  =  Kalimantan Timur 
71  =  Sulawesi  Utara 
81  =  Maluku 
34  =  Daerah Istimewa Yogyakarta 

Sedangkan untuk kode kabupatennya  : 
71  =  Kota Mataram 
12  =  Lubuk Pakam 
71  =  Kota  Balikpapan 
72  =  Kota  Bitung 
71  =  Kota Ambon 
03 

1 2 - Pedoman SISI

=Kabupaten Wonosari 

ditentukan 

dari 

sistim 

Seperti  salah  satu  contoh  nomer  barcode  yang  digunakan 

ES1527100011W
Keterangan  : 



1
52 

71

0004
1
W

= P2PL 
= SIBI 
= Tahun  I  
= Nusa Tenggara  Barat  
= Kota  Mataram  
= No. Urut Spesimen  
= Urutan  Pengambilan/Aliquote  
= Apus Hidung dan Tenggorok  

ES1527100041W

ES1527100041W

•   Label  terdiri  atas  2  Jenis  ukuran  yaitu  Besar  dan  Kecil.  Label 
Besar  digunakan  untuk  ditempel  pada  lembar  Formulir  Laporan 
Kasus  SARI  sedangkan  Label  kecil  digunakan  pada  Cryotube 
spesimen  dan  Formulir  Pengiriman  Spesimen  (Rangkap  3)  yang 
terdiri  dari  3 rangkap 
a.   Lembar  putih untuk disimpan di  rumah  sakit sentinel 
b.   Lembar  merah untuk dikirim ke  PBTOK 
c.   Lembar  kuning untuk dikirim ke SubOit ISPA 

Pedoman 51Bl - 13

VI.

PENGEPAKAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN

7

Pemeriksaan  laboratorium  akan  dilaksanakan  di  laboratorium  virologi, 
PBTDK,  Balitbangkes  sehingga  semua  spesimen  akan  dikirimkan  melalui 
kurir/kargo.  Diperlukan  persia pan  untuk  pengepakan  dan  pengiriman  agar 
spesimen dapat dikirimkan sesuai tujuan dan dalam  keadaan  baik. 

Bahan­bahan  yang  diperlukan  untuk  pengepakan  terdiri  dari  bahan  yang 
tidak habis pakai dan  bahan  habis pakai. 

Bahan Tidak Habis Pakai
1.  Kotak Pendingin  ( Cold  Box) 
2.  9 Ice Pack Besar (9,4  x 4,2  x  17,1 cm) 
3.  3 Ice Pack Kecil  (7,1  x 3,4 x 12,4 cm) 
4.  Tabung Alumunium 
5.  5  Insulator Bundar 
6.  1 Insulator Persegi 
7.  1 Termometer Analog 

1 4 - Pedoman SIBI

Bahan Habis Pakai
1.   Lakban  Plastik 2 Inci 
2.   Plastik Klip 
3.   Tissue 



2  

Cara  pengepakan  dan  pengiriman  spesimen  untuk  keperluan  diagnostik 
harus  menuruti  ketentuan  WHO  dengan  menggunakan  bahan­bahan 
tersebut diatas. 

Adapun  pengepakan spesimen  SARI  adalah  sebagai berikut: 
1.   Bungkus  cryotube  yang  sudah  berisi  sampel  dengan  dengan  tisu 
bersih dan masukkan  ke dalam plastik klip  (zip  lock). 

Pedoman SIBl - 15

2.  Masukkan  plastik klip  ke  dalam tabung  pengiriman  primer (bahan  dari 
stainless). 

3.  Ke  dalam  tabung  stainless  dimasukkan  insulator  kecil ,  kemudian 
termometer bulat didalamnya. 

4.   Lalu  masukkan  kedalam  cold  box  yang  berisi  Ice  pack  yang  sudah 
terlebih  dahulu dibekukan . Ice  pack yang  digunakan  adalah  9 buah . Ice 
pack ditempatkan pada sisi  kiri­kanan dan  atas­bawah dari cold  box . 

1 6 - Pedoman 51BI

5.  Kemudian  ke  dalam cold  box dimasukkan kertas  insulator besar 

6.  Letakkan  semua formulir  yang  telah  diisi  dan  diberi  label  kedalam  cold 
box dengan terlebih dahulu dimasukkan dalam kantong  plastik . 

7.  Tutup cold  box dan  perkuat dengan  lak ban . 

Pedoman SIBl - 17

8.   Beri  label pengirim dan penerima pad a sisi  kanan  dan  kiri  cold  box. 
Ini  menjadi  poin  yang  sang at  penting  agar  pengiriman  tiba  di  alamat 
yang  dituju dengan benar dan dapat diidentifikasi  rumah  sakit pengirim. 
Untuk alamat pengiriman  : 

KEPADA:
Surveilan  ISPA Berat di  Indonesia ( SIBI  )  
Up.  dr Ni  Ketut Susilarini , MS  
Laboratorium Nasional  Penyakit Infeksi Prof Sri  Oemidjati  
Komplek Pergudangan  DepKes  
Jalan  Percetakan  Negara No. 23a  
Jakarta 10560  
Telp.  021­42887606/4288 7583  
PENGIRIM:
RSU.  DR . M HAULUSSY  
JI.  Dr.  Kayadoe,  Kudamati  
Ambon  
RSU . KANUJOSO DJATIWIBOWO  
JI.  MT. Haryono 656  
Balikpapan  
RSUD  MANGEMBO­NGEMBO BITUNG  
JI.SH  Sarungjajang  
Kel.  Manembo ­ Nembo Tengah  
Kec.  Matuari ­ Bitung 
RSUD . DELISERDANG  
JI.  Thamrin  Lubuk Pakam  
Kab . Deli  Serdang  
Sumatera Utara  
RSU . PROP . NUSA TENGGARA BARAT  
JI.  Pejanggik No.6  
Mataram  
NTB  
RSUD . WONOSARI  
JI.  Taman Bhakti  No.6  
Wonosari  
01  Yogyakarta  

18 - Pedoman SIBI

I Pemerlksaan  Laboratorlum Kesehatan  I 
セ@

セ@
セ@

セ@

JA NGAN U1BALIK 

セL@
HANDLE

WITH CARE

Kepada: 
Surveilans ISPA Berat Indonesia 
(SIBI) 
Up. dr. Ni Ketut Susilarini, MS 
Pusat Biomedis dan Teknologi 
Dasar Kesehatan 
Gedung  Prof.  Dr.  Sri Oemijati 
JI.  Percetakan Negara 23a 
Jakarta Pusat 10560 
Pengirim: 
TimSIBI RSUDWONOSARI 
JI Taman Bhakti No 6 
Wonosari ­ Gunung Kidul 
Daerah Istimewa Yogyakarta 55812 

Kepada:
dr . 'I Kelul s

オ セ ゥャ。イョN@

MS

I .. bonlorium Penel/" an Prn., .'d, Infrles; Or. Sri ar.IIII
I'UU  I 

hiッoャ\B、

セ@ dan T'e"n,,',,!:; a....r iH セN

JI.  P" . c....k. n

J.""....

"Ia.a



••

0.2..1

l'u..1 iヲ ャセ@

T elp.Oll .

Pedoman  SISI ­ 19 

VII.

COLD CHAIN (RANTAI DINGIN)

8

Pemantauan  cold chain dari bahan yang  digunakan sangat penting 
diperhatikan . Bertujuan  untuk menjaga stabilitas suhu mulai dari 
penyimpanan di  rumah sa kit, pengiriman dan penyimpanan di  PBTDK. 
Berikut adalah peran  masing­masing  unit pada kegiatan  SIBI  : 

a.   Rumah Sakit 
1.   Penyimpanan VTM  di  suhu  4-SoC

2. Penyimpanan Ice  Pack di suhu  -20°C
3.   Monitor suhu  refrigerator secara harian 
4.   Pengambilan spesimen 
5.   Penyimpanan VTM yang  sudah  berisi specimen 

b.   Pengiriman 
1.   Pastikan jadual spesimen akan  diambil oleh kurir. 

2 . Sebelum pengiriman , spesimen  、ゥウュー。セ@

di  suhu  4°C

3.   Pastikan icepack sudah beku  dan jumlahnya sesuai 
prosedur pengepakan 

c.   PBTDK 
1.   Penyimpanan spesimen yang  belum dikerjakan di  suhu 

4°C
2.   Sedangkan  untuk penyimpanan dalam jangka waktu 
lama di  revco suhu  -SO°C
3.   Mencatat, menganalisa dan memberikan feedback 
mengenai suhu  spesimen saat diterima . 

Spesimen  SARI/SIBI  merupakan  bahan  biologis  yang  peka  terhadap  suhu 
diatas  kisaran  suhu  2°_SoC . Kualitas  spesimen  akan  terjaga  dengan 
mempertahankan  suhu  spesimen  tetap  berada  pada  kisaran  suhu  optimal 

(4°C)

mulai  dari  saat  pengambilan ,  penyimpanan ,  pengepakan  dan 

pengiriman  spesimen  ke  laboratorium  rujukan . 

20 - Pedoman SIBI

Untuk  menyimpan  bahan  biologis  peka­panas  (heat sensitive) harus  dipilih 
lemari es berdasarkan  kriteria berikut : 
1. Menggunakan   sistem  manual defrosting dan  bukan  jenis  autodefrosting .  Hal  ini  disebabkan  karena  pada  tipe  auto defrosting
dilengkapi  pemanas yang  secara  otomatis  akan  bekerja bila  bunga  es 
menebal  dan  pada  saat  itu  suhu  dalam  lemari  es  akan  meningkat 
sehingga  berisiko terjadinya  kerusakan  bahan  biologis  yang  disimpan 
didalamnya. 
2. Lemari  es  harus  dari  jenis  yang  menggunakan  pendingin  non­CFC 
dan  tidak  diperkenankan  menggunakan  pendingin  jenis  CFC/freon 
karena  berisiko merusakkan  lapisan  ozon  global. 
3.Lemari  es  yang  dipilih  harus  mempunyai  kemampuan  stabilitas  suhu 
bila  listrik  padam/sumber  daya  lain  tidak  berfungsi  (hold over time)
selama  minimal  6  jam  bila  pintu  tertutup .  Lemari  es  domestik 
umumnya hanya mempunyai  hold over time selama  1­2 jam . 

Suhu  menjadi  faktor  yang  paling  menentukan  dalam  pengelolaan  rantai 
dingin.  Oleh  karena  peran  alat  pemantau  suhu  menjadi  sangat  vital  dalam 
pengelolaan  rantai  dingin .  Ada  berbagai  macam  alat  pemantau  suhu  yang 
biasa digunakan antara  lain  : 

a.   Termometer Mueller, kisaran 
pemantauan  (­)  50°C  sampai (+)  50°C . 
Diletakkan di  dalam  lemari es atau kotak 
dingin . 

b. Termometer digital,  menggunakan 
sensor yang  diletakkan di  dalam  lemari es 
ataupun freezer maupun dalam  kotak 
dingin  untuk transportasi.  Display suhu  di 
luar lemari dingin sehingga suhu  dapat 
dibaca dari luar lemari ding in . 

Pedoman SIBI - 21

c.   Dial termometer , menggunakan  sensor 
yang  diletakkan di  dalam  lemari es atau 
freezer dan display suhu  di  luar lemari 
ding in  sehingga suhu dapat dibaca dari  luar 
lemari dingin. 

b.   Termometer air raksa/cairan lain, jenis ini 
tidak dianjurkan karena perubahan  suhu 
sang at cepat sehingga menyulitkan 
pembacaan . 

c .   Freeze­tag:  alat elektronik untuk 
memantau suhu  beku  di bawah ooC . Alat ini 

pendingin bersama dengan vaksin . 

-

Freeze-tag-

diletakkan di  dalam lemari es/kotak 

.....


セoBGc「イiw@

Nain`

0 -01