Sel Prokariotik Sel eukariotik

Guru mengaitkan materi komponen penyusun utama sel dengan kehidupan sehari-hari. c. Penyampaian tujuan pembelajaran Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan hari ini akan membahas mengenai komponen utama penyusun sel.

2. Kegiatan Inti

a. Eksplorasi Siswa berkelompok menjadi 5 kelompok. Guru membagikan LKS, dan menjelaskan tentang LKS yang dibagikan tersebut. b. Elaborasi Siswa mengerjakan soal yang ada di LKS dengan melihat sumber buku acuan yang relevan. c. Konfirmasi Guru mengklarifikasi hasil diskusi siswa Demokratis Tanggung jawab 60 menit

3. Penutup

a. Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b. Siswa menjawab pertanyaan dari guru. c. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari tentang organel- organel sel pada tumbuhan dan hewan. Komunikatif 15 menit F. Media Pembelajaran a. Power point tentang komponen penyusun utama sel. sel prokariotik, sel eukariotik dan perbedaan antara keduanya. b. LKS tentang sel prokariotik, sel eukariotik, dan perbedaan antara keduanya. G. Sumber Belajar a. Campbell, Neill A. 2010. Biologi Jilid 2 EdisiKkelima. Jakarta: Erlangga. b. Pratiwi,dkk. 2006. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga. LAMPIRAN MATERI Komponen utama penyusun sel ada 3 yaitu: membran sel, nukleus dan sitoplasma. 1. Membran sel Membran sel adalah selaput yang menyelubungi permukaan sel hidup dan memisahkan lingkungan luar sel dengan bagian dalam sel dengan strukturnya yang tipis , halus, dan elastis. Membran sel tersusun dari fosfolipid dan protein lipoprotein. Membran sel bersifat semipermeabel atau selektif permeabel. Membran sel berfungsi untuk mengatur keluar masuknya zat, membatasi isi sel dengan lingkungan. Bahan penyusun utama membran adalah lipid, protein, dan karbohidrat. a. Lipid Membran sel terdiri dari tiga kelas lipid, yaitu:  Fosfolipid. Molekul fosfolipid terdiri dari dua bagian, yaitu kepala dan ekor. Bagian kepala memiliki muatan positif dan negatif serta bagian ekor tanpa muatan. Bagian kepala, karena bermuatan bersifat hidrofilik atau larut dalam air, sedangkan bagian ekor bersifat hidrofobik atau tidak larut dalam air. Fosfolipid digolongkan sebagai lipid amfipatik, yang berarti memiliki wilayah hidrofilik dan hidrofobik sekaligus. Adapun fungsi dari fosfolipid adalah sebagai pembatas sel dengan lingkungannya. Dua jenis fosfolipid penyusun membran adalah 1 Fosfogliserida : fosfolipid yang struktur kimianya mengandung residu penyususn gliserol. Misalnya fosfatidil-kolin lesitin, fosfatidil etanolamin sefalin dan fosfatidil serin. Fosfogliserida adalah fosfolipid yang mengandung gugus fosfat. Fosfogliserida merupakan polimer dari asam lemak dan fosfat yang berikatan kovalen pada rangka karbon gliserol. Pada fosfogliserida, gugus fosfat mengikat alkohol pada gugus polarnya. Alkohol tersebut dapat berupa cholin, ethanolamine, inositol,serine atau treonin. 2 Fosfosfingolipid : fosfolipid yang struktur kimianya mempunyai residu penyusun sfingol misalnya sfingomielin. Sfingomeielin merupakan fosfolipid yang tidak diturunkan dari gliserol, kerangka karbonnya adalah sfingosin, suatu alkohol amino yang mengandung rantai hidrokarbon panjang dan tak jenuh.Terdiri dari dua gugus, yaitu gugus amino -NH 2 dan gugus hidroksil - OH keduanya berinteraksi dengan substansi lain membentuk membrane spingolipid. Dalam molekul sfingomielin, gugus amino pada kerangka karbon sfingosin berikatan dengan suatu asam lemak melalui pembentukan amida. Glikolipid merupakan lipid majemuk turunan sfingol yang mengandung karbohidrat, dan dikenal sebagai glikoserebrosida. Karbohidrat glikoserebrosidayang berupa galaktosa disebut galaktoserebrosida, sedangkan yang karbohidratnya glukosa disebut glukoserebrosida.  Kolesterol Kolesterol terdapat dalam eukariota, tetapi tidak dalam prokariota. Kolesterol lebih sedikit dibandingkan 4 lipida membran lainnya dan tidak terlalu bersifat amfipatik. Gugus hidroksil dari kolesterol yang bersifat hidrofilik menentukan orientasi molekul ini pada membran sel. Gugus hidroksil berada pada bagian permukaan membran. Kolestrol dalam membran sel hewan berfungsi untuk mengurangi pergerakan fosfolipid, namun pada suhu rendah kolesterol mencegah solidifikasi pemadatan dengan cara mengganggu penyusunan teratur fosfolipid. Oleh karena itu kolesterol dapat dianggap sebagai “bufer suhu” bagi membran, artinya dapat menahan fluiditas membran yang disebabkan oleh perubahan suhu.