KESIMPULAN DAN SARAN BAJA PROFIL SIKU SEBAGAI PENGGANTI TULANGAN PADA KOLOM BETON.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pengujian kuat tekan

aksial secara eksentris pada kolom beton dengan baja profil siku sebagai tulangan,
dimana pengujian yang dilakukan dengan variasi jarak eksentrisitas 35 mm, 45
mm, 50 mm dan 60 mm dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.

Melihat dari hasil pengujian yang telah dilakukan baja profil siku dapat
digunakan sebagai pengganti baja tulangan baja profil siku melalui
pengujian menghasilkan beban maksimum lebih besar dari beban analisa
teoritis kolom baja siku serta analisa teoritis kolom tulangan ∅ 10 mm

untuk semua kolom eksentrisitas 35 mm; 45 mm; 50 mm dan 60 mm;
2.


Beban maksimum hasil pengujian kolom beton dengan tulangan baja profil
siku yang jarak eksentrisitas 60 mm mempunyai selisih beban paling
maksimum dari kolom yang lainnya sebesar 16059 kg dibandingkan hasil
analisa teoritis kolom beton baja siku sebesar 12248,80 kg atau selisih
sebesar 31,1067%. Sedangkan kolom dengan eksentrisitas 35 mm beban
maksimum 23348,50 kg dibandingkan hasil analisa teoritis kolom beton
baja siku 21113,28 kg atau selisih sebesar 10,5868%. kolom dengan
eksentrisitas 45 mm beban maksimum 19017,71 kg dibandingkan hasil
analisa teoritis kolom beton baja siku 17333,38 kg atau selisih sebesar
9,7173%. kolom dengan eksentrisitas 50 mm beban maksimum 16727 kg
114

115

dibandingkan hasil analisa teoritis kolom beton baja siku 15594,04 kg atau
selisih sebesar 7,2653%;
3.

Beban maksimum hasil pengujian kolom beton dengan tulangan baja profil
siku yang jarak eksentrisitasnya 60 mm mempunyai selisih beban

maksimum dari kolom lainnya sebesar 16059 kg, dibandingkan hasil
analisa teoritis kolom beton tulangan ∅ 10 mm sebesar 13581,90 kg atau
selisih sebesar 18,2382 %. Kolom dengan eksentrisitas 35 mm beban

maksimumnya 23348,50 kg, dibandingkan hasil analisa teoritis kolom
beton tulangan ∅ 10 mm sebesar 21902,49 kg atau selisih sebesar
6,6020 %. Kolom dengan eksentrisitas 45 mm beban maksimumnya
19017,71 kg, dibandingkan hasil analisa teoritis kolom beton tulangan
∅ 10 mm sebesar 18629,60 kg atau selisih sebesar 2,0833 %. Kolom

dengan eksentrisitas 50 mm beban maksimumnya 16727 kg, dibandingkan
hasil analisa teoritis kolom beton tulangan ∅ 10 mm sebesar 16725,86 kg

atau selisih sebesar 0,0068 %;
4.

Defleksi maksimum paling besar dari pengujian kolom beton dengan
tulangan baja profil siku yang mempunyai jarak 60 mm yaitu sebesar
14,7 mm, sedangkan pada jarak eksentrisitas 35 mm; 45 mm dan 50 mm,
defleksi maksimum berturut – turut sebesar 9,83 mm; 14,11 mm; dan

14,4 mm;

5.

Pada penelitian kolom beton dengan baja profil siku sebagai tulangan
dengan konfigurasi tulangan seperti penelitian ini membuat titik berat
lebih jauh dari ke pinggiran penampang kolom, sehingga kekuatan secara

116

teoritis lebih kecil, namun kolom beton tidak mudah mengalami tekuk
lokal dan keruntuhan diawali luluhnya material dengan hancurnya selimut
beton, setelah itu barulah tulangan tarjadi tekuk lokal.
6.

Eksentrisitas yang lebih besar dari eksentrisitas balanced akan mengalami
luluh tarik atau luluh baja lebih dulu, mengakibatkan beban maksimum
yang dicapai rendah. Untuk eksentrisitas yang lebih kecil dari eksentrisitas
balanced akan mengalami luluh tekan yaitu keluluhan beton terlebih dulu,
membuat beban maksimum tinggi. Penggunaan konfigurasi pada

penelitian ini akan membuat titik berat menjauh dari sudut kolom,
sehingga mengurangi beban maksimum kolom. Penggunaan konfigurasi
seperti penelitian ini lebih cocok digunakan untuk eksentrisitas kecil.

6.2.

Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan penelitian ini adalah:

1.

Penelitian selanjutnya dilakukan dengan variasi ukuran baja profil siku.

2.

Perhatian terhadap penggunaan las karena ada pengaruh pengelasan
terhadap kekuatan baja.

3.


Perencanaan terhadap kekuatan benda uji yang akan dibuat, karena
mengingat ada keterbatasan alat yang tersedia pada Laboratorium Struktur
dan Bahan Bangunan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

4.

Pembuatan dan perangkaian benda uji perlu lebih diperhatikan termasuk
keseragaman mutu, bentuk dan ukuran setiap benda uji.

DAFTAR PUSTAKA
Bowles, Joseph E., 1985, Disain Baja Konstruksi (Structural Steel Design),
Penerjemah Pantur Silaban, Ph. D., Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dipohusodo Istimawan, 1994, Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T15-1991-03, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Furgoson, Phil M., 1991, Dasar – Dasar Beton Beton Bertulang Versi SI, Alih
bahasa Susanto, Budianto dan Setianto, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Johnston, B. G., Jen Lin, F., dan Gambon, T. V., 1980, Perencanaan Baja Dasar ,
Penerjemah Purwanto, J., Penerbit Yustadi.
McCormac, Jack C., 2004, Desain Beton Bertulang , Alih Bahasa Sumargo,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mulyono, Tri., 2004, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Nawy, Edward G., 1990, Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar , Penerjemah
Suryoatmojo, B, Penerbit Eresco, Bandung.
PUBI – 1982, 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia , Penerbit
DEPDIKBUD, Jakarta.
SNI T – 15 – 1990 – 03, Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal, Dinas Pekerjaan Umum, Jakarta.
Spigel, L., dan Limbrunner, G., 1991, Desain Baja Struktural Terapan,
Penerjemah Suryoatmojo, B., Penerbit Eresco, Bandung.
Suwanto, Noor, 2010, Studi Kekuatan Kolom Beton Menggunakan Baja Profil
Siku sebagai Pengganti Baja Tulangan, Tugas Akhir Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, 1992, Teknologi Beton, Penerbit Nafiri, Yogyakarta.

117

PERHITT]NGANITITIKBNRAT BAJA PRONL SIKU

f.
lrl
h

b
t
A

=2 3 mm
:2 3 mm
= l ,9 mm
=O+h _ t)xt
: (23+ 23 -1,9)x l,g
= 83,79ntmz.

LokasiTitik B€rar

bxtxL+&-t)x,
-{r*+)
/
r r _19)
l .q
L
*

(23
1,9
xl
1,9
+
x
23 xl,9
x
-1,9)
r
!
'2
2)
1.
(23+23-1,9)x1,9
:6,4523mm
:!

ht


h x t x a+(h-tl x t x : 22
-

O+n-+l*
)7

lg

23x 1.9x + Q3- 1.9)r 1,9x a
_2"2
(23+23-l+9)x1,9
= 6,4523mm

UNTVERSTTASAT]IA JAYA YOGYAKARTA
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Bahan dan Struktur

laborabrium

ll. BabarsariNo.44 Yogyakarta 55281 Indonesia Kdak Pos 1086

Telp.+62-274i+87711(hunting)rqxrt9-a-27,4-41ryf
!_8_

PEMERIKSAAIT KANDTINGAN LT]MPUR DA,I,A}I PASIIR
I.

Waktu Penreriksaan: 13 Mei 2012

II.

Bahan
a

Pasirkeingtungku asal : Kali Progo,Berat : 100grart

b.

Airjernih asal

m.


ry.

: LSBB PFodiTS FT-UAJY

Alat
a

Gelasukur, ukuran : 250cc

b.

Timbanenn

e.

Tirngku(oven),suhudibuatrrrtara105-ll0 "C

d.

Airteupjernih seElatr5 kali pengocokan

e.

12jam09.00WIB
hsir+piringmasuktungkutanggpl

Skets

F
bl

H
F*'
t,''i
I ea'i.

12cm
100 gram

DI

V.Hasil
Setelahpasirkeluartungkutanggpl13jam 09.00WIB
a. Beratpiring + pasir =212 gwrt
b. Beratpiringkomng : 116gram
s. Baratpasir

= 96 gram

Xo&nser Lwtpw -

loo-96x
loo%
100

= AYo

Pereriksn

- Yoryakarta"I Oktober2012

nN

X\{"
v1
0? 12960
Jegoteluko/08

Ir, HaryantoY.W-M.T

U]{n'ERSTTTASATIIA'AYA YOGYAKARTA
Fa*ulbc Tcknik Prcgram lftudi Teknik Sipil
l.aboratorium

Bahan dan SFukfur

Jl. Babarsari $o.44 Yo$r.karta 55281 lrdslesia Kdak Fos 1086
relp. +62-274-482M {by_

PEMERII$AAN KANI}UNGAN ZAT ORGAITIK I}ALAM PASIR
I.

: 13Mei 2012
WaktuPenreriksaan

II. Balun
a Fasirkeringtrnglalasal:Kali Progo,Vslume: 130ec
b. LarutanNaOH3 %
III. Alat
GelasUtiur, ukuran: 250ee
IV. Skeb

200ee
NaOH 3%

130ec
Pasir

V. Hasil
Setelahdidiamhn selama24 jam, wama larutan di atas pasir sesuai denganwarna
GardnerShndardColonno5

Femeriksa

Yograkarta"I Oktober2012

{p

w.<
/

1\\

\i
J%ptelukd0S0? 1296t)

Ir. I{aryantoY.W.,M.T

U]IIVERSTTAS ATUA TAYA YOGYAKARTA
Fakultas Teknik Prcgram Sudi Teknik Sipil
Laboratorium Bahan dan Struktur
Jl. Eabarsari No.44 Yogyakarta s52el Indonesia Kotak Fos 10g6

PEMERIIGSAAN GRAI}A,SI BESAR BUTIRAN PASIR

Bahan

: Pasir

Asal

: Kali kogo

Diperiksa

: 15Mei2012

DAFTARAYAKAN
No

Presentase

Berat

Saringan Te,rtihan Berat Tertahan

I BeratTert*han(9d f, Berattnlos (%)

(/o\

%

0

0

g

100

Yz

0

0

0

100

318

0

0

0

r00

4

0

0

0

100

8

4l

4l

4,1

95,9

16

r84

18,4

22,5

77,5

30

421

42,1

64,6

35,4

50

243

24,3

88,9

I l, l

100

lll

I l,l

100

0

Pan

0

0

Jumlah

r000

l00f./o

318,9

:2.801
Modulushatusbutir:=?991
100
Kesimpulan: MI{B kerikil 1,5< 2,801J 3,8Syaratterpenuhi(OK)
PasirGolorcnn
II
P€meriksa

/nl

Yogyakafia, I Oktobffi 2012

*\"a()

g2 tzffii.0
Jeeoreluko/o8

k Har5'antoY.W.M.T

UNIYERSTTAS ATI,IA JAYA YOGYAKARTA
Fakultas Tcknik Prograrn Studi Teknik Sipil
Lahoratorium Bahan dan Struktur
Jl. Babarsari No.44 Yogyakarta 55281 Indonesia Kdak Fos 10Bo
Tdp.+62-274-.*87/f 1 (hunurE) Fax' +62-274-4877t18

#

PEMERIK,SAANGRAI}ASI BESAR BUTIRAN KBRIKIL
Asal

: Clereng

Diperiksa

: 15Mei 2012

\
DAFTARAYAKAN

No

Berat

Plcsentas

Saringan Tertahan B€ratTertahan(Yo)

I Berat Tertahan(7o)

,/1

0

0

0

Yz

0

0

0

3t8

0

0

0

4

t99

E9,9

89,9

I

92

9,2

99,1

30

9

0,9

lm

50

0

0

100

100

0

0

100

2W

0

0

100

Pan

0

0

Jrnmlah

1000

lfi)Yo

58?
Modulushalusbutir: =
100

589%

= 5,89

Kesimpulan: MIIB kerikil 5 S 5,89< 8

Syaratt€rpenuhi(OK)

YogyakartaI Ok{ober2012
Mengetahui
z

.--,V--7-,/
- vtft
\
\

02 129fl)
Jegoteluko/O8

tE
tt,t

t

Ir. HaryantoY,W.,M.T

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Laboratorium Transportasi
Jl. Babarsari No.44 Yogyakarta 55281 Indonesia Kotak Pos 1086
Telp.+62-274-487711 (hunting) Fax. +62-274-487748

PEMERIKSAAN
BERAT JENIS & PENYERAPAN AGREGAT KASAR
Asal

: Clereng

Diperiksa

: 15 Mei 2012
No

NOMOR PEMERIKSAAN

I

A

Berat Contoh Kering

971

B

Berat Contoh Jenuh Kering Permukaan (SSD)

988

C

Berat Contoh Dalam Air

630,85

D

Berat Jenis Bulk

E

BJ.Jenuh Kering Permukaan (SSD) 

F

Berat Jenis Semu (Apparent)

G

Penyerapan (Absorption)

H

Berat Jenis Agregat Kasar 

PERSYARATAN UMUM :

- Absorption
- Berat Jenis

: 5%
: > 2,4







( A)
( B)  (C )

2,7181

( B)
( B)  (C )

2,7663

( A)
( A)  (C )

2,8546

( B)  ( A)
x 100 %
( A)

(D)  (F )
(2)

1,75 %
2,7866

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Laboratorium Transportasi
Jl. Babarsari No.44 Yogyakarta 55281 Indonesia Kotak Pos 1086
Telp.+62-274-487711 (hunting) Fax. +62-274-487748

PEMERIKSAAN
BERAT JENIS & PENYERAPAN AGREGAT HALUS
Asal
Diperiksa

: Clereng
: 15 Mei 2012

NOMOR PEMERIKSAAN
A

Berat Contoh Jenuh Kering Permukaan

I

500

(SSD) – (500)
B

Berat Contoh Kering

493

C

Berat Labu + Air , Temperatur 25º C

677

D

Berat Labu+Contoh (SSD) + Air, Temperatur 25º C

987

E

Berat Jenis Bulk

F

BJ.Jenuh Kering Permukaan(SSD)





2,5947

2,6316

( A)
(C  500  D )

G

Berat Jenis Semu (Apparent)

H

Penyerapan (Absorption)

PERSYARATAN UMUM :

- Absorption
- Berat Jenis

( B)
(C  500  D )

: 5%
: > 2,3





( B)
(C  B  D )

(500  B)
x 100 %
( B)

2,6939
1,41

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Laboratorium Transportasi
Jl. Babarsari No.44 Yogyakarta 55281 Indonesia Kotak Pos 1086
Telp.+62-274-487711 (hunting) Fax. +62-274-487748

PEMERIKSAAN KEAUSAN AGREGAT KASAR DENGAN MESIN LOS ANGELES

Asal
Diperiksa

: Clereng
: 15 Mei 2012
Gradasi Saringan

Berat Saringan Masing-

Lolos

Tertahan

masing Agregat

3/4

1/2

2500 gram

1/2

3/8

2500 gram

Berat sebelum (A)

5000 gram

Berat Sesudah Diayak Saringan no.12 (B)

4108 gram

Berat sesudah (A – B)

892 gram

Keasusan =

17,84 %

A B
x100%
A

Ukuran Saringan

Berat Agregat

Lolos

Tertahan

-



1

-

1

¾

2500 gram

¾

½

2500 gram

½

3/8

-

3/8

¼

-

¼

No.4

-

No.4

No.8

-

Total
Jumlah Bola Baja

5000 gram
12

11

8

6

Kesimpulan : menurut AASHTO 17,84 % < 50 %, memenuhi syarat yang ditentukan.

Lampiran C

124

Perencanaan Adukan untuk Beton Normal

PERENCANAAN ADUKAN UNTUK BETON NORMAL
(SNI T-15-1990-03)

A. Data Bahan
1. Bahan Agregat halus (pasir)

: Sungai Progo, Yogyakarta

2. Bahan agregat kasar (kerikil)

: Cangkringan, Yogyakarta

3. Jenis Semen

: Holcim Serba Guna (Tipe I)

B. Data Specific Gravity
1. Specific gravity agregat halus (pasir)

: 2,5947 kg/m3

2. Specific gravity agregat kasar (kerikil) : 2,7866 kg/m3
3. Absorption agregat halus (pasir)

: 1,41 %

4. Absorption agregat kasar (kerikil)

: 1,75 %

C. Hitungan
1. Kuat tekan beton yang diisyaratkan (f’c) pada umur 28 hari. f’c = 20 MPa
2. Menentukan nilai deviasi standar berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan
campuran.
3. Nilai margin ditentukan sebesar 12 MPa
4. Menetapkan kuat tekan beton rata-rata yang direncanakan.
F’cr = f’c + m = 20 + 12 = 32 MPa
5. Menentukan jenis semen

Lampiran C

125

Perencanaan Adukan untuk Beton Normal

Jenis semen kelas I (PC)
6. Menetapkan jenis agregat


Agregat halus : pasir alam
Daftar Lolos Saringan Pasir
No

Berat

Presentase

Saringan

Tertahan

Berat Tertahan (%)

∑ Berat Tertahan (%)

∑ Berat Lolos (%)

¾

0

0

0

100

½

0

0

0

100

3/8

0

0

0

100

4

0

0

0

100

8

41

4,1

4,1

95,9

16

184

18,4

22,5

77,5

30

421

42,1

64,6

35,4

50

243

24,3

88,9

11,1

100

111

11,1

100

0

Pan

0

0

-

-

Jumlah

1000

100%

318,9

280,1

Grafik 10 – 12 SK SNI T - 15 – 1990 – 03

Jadi agregat halus merupakan gradasi pasir golongan II


Agregat kasar : Batu Pecah

Lampiran C

126

Perencanaan Adukan untuk Beton Normal

Grafik Pasir (SK-SNI-T-15-1990-03)

7. Menetapkan faktor air - semen, berdasarkan jenis semen yang dipakai, dan kuat tekan
rata-rata silinder beton yang direncanakan pada umur tertentu. Direncanakan sebesar
0,48.

Hubungan Kuat Tekan SIlinder Beton dengan Fas

Lampiran C

127

Perencanaan Adukan untuk Beton Normal

8. Menetapkan faktor air semen maksimum.

Tabel 3 SK SNI T-15-1990-03, untuk beton dalam ruangan bangunan sekeliling non
korosif, beton di luar ruangan bangunan terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung. Fas maksimum 0,6,
Bandingkan dengan no. 7 , dipakai yang terkecil. Jadi digunakan fas 0,48.
9. Menetapkan nilai “slump”
Jenis konstruksi kolom yang digunakan nilai slump dengan nilai maksimum 150 mm,
minimal 75 mm.

10. Ukuran butiran maksimum kerikil adalah 10 mm
11. Menetapkan jumlah air yang diperlukan tiap m3 beton.
(Tabel 6 SK SNI T-15-1990-03)

Lampiran C

128

Perencanaan Adukan untuk Beton Normal




Ukuran butiran maksimum 10 mm
Nilai slump 75 – 150 mm

A = (0,67 x Ah) + (0,33 x Ak)
= (0,63 x 225) + (0,37x250) = 204,9 ltr = 233,25 kg
Dengan :
Ah = jumlah air yang diperlukan jenis agregat halusnya.
Ak = jumlah air yang diperlukan jenis agregat kasarnya.
12. Menghitung berat semen yang diperlukan:

-

Dari (Tabel 3 SK SNI T-15-1990-03) diperoleh semen minimum 275kg

-

Per m3 beton

: (A/fas) = (233,25/0,48) = 485,9375 kg

Dari perhitungan di atas dipilih 485, 9375 kg.
13. Penyesuaian jumlah air atau fas (tetap 0,48)
Fas max > fas rencana
0,6 > 0,48 → oke.

Lampiran C

129

Perencanaan Adukan untuk Beton Normal

Perbandingan agregat halus dan kasar
(Grafik SK SNI T - 15 – 1990 – 03)

Persentase Agregat (untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm)

-

Ukuran maksimum 10 mm

-

Nilai slump 75 mm – 150 mm

-

Fas 0,48

-

Jenis gradasi pasir no. 2 → Grafik 10 – 12 SK SNI T - 15 – 1990 – 03 (langkah
No.6)

Diambil proporsi pasir = 49 %
14. Berat jenis agregat campuran:
= (P/100) x Bj agregat halus + (K/100) x Bj agregat kasar
= (49/100) x 2,5947 + (51/100) x 2,7866

Lampiran C

130

Perencanaan Adukan untuk Beton Normal

= 2,6926
dimana:
P = % agregat halus terhadap agregat campuran
K = % agregat kasar terhadap agregat campuran
15. Berat jenis beton
Grafik 13 SK SNI T - 15 – 1990 – 03, terlihat:

Bj campuran (langkah 15) → 2, 6926 kg/m3 → dibuat karena terdekat
-

Keperluan air yaitu 233,25 kg (langkah 11) → ditarik garis vertikal ke atas sampai
dengan kurva, ditarik garis ke kiri didapat 2362,5 kg/m3.

Lampiran C

131

Perencanaan Adukan untuk Beton Normal

16. Berat jenis agregat campuran
= berat beton tiap m3 – keperluan air dan semen
= 2362,5 – (233,25 + 485,9375) = 1643,3125 kg/m3
17. Menghitung berat agregat halus
berat agregat halus = % berat agregat halus x keperluan agregat campuran
= 49 % x 1643,3125 = 805,2231 kg/m3
18. Menghitung berat agregat kasar
= keperluan agergat campuran – berat agregat halus
= 51 % x 1643,3125 = 838,0894 kg/m3

Kebutuhan Bahan Susun Adukan Beton Normal :








Semen

= 485,9375

kg/m3

Pasir

= 805,2231

kg/m3

Kerikil

= 838,0894

kg/m3

Air

= 233,25

liter/m3

Lampiran D
Perhitungan Baja

Hitungan Baja
1. Tebal baja bagian terkecil:
a. Sebelum diuji = 1, 9 mm = 0,19 cm
b. Sesudah diuji =
2. Luas tampang bagian kecil
a. Sebelum diuji = 1,4 x 0,19 = 0,266 cm2
b. Setelah diuji = 1, 38 x 0,14 = 0,1932 cm2
3. Batas sebanding
fp =129,0357 Mpa
p = 6,0227 x 10-4
4. Panjang ukur (P0) = 7 cm
= 70 mm
Panjang Ukur (P1) = 7,56 cm = 75,6 mm
5. Batas luluh :
Lulus atas :
 La = f =

Beban
725
= 2725,5639 kgf/cm2

luas penampang 0,266

=267,2881 MPa

 =

210.10 2
P

 19,9091 x 10-2
panjang awal
11cm

6. Batas luluh :
Kuat tarik maksimum baja :
fmaks =

Beban maksimum
935
2

 3515.0376 kgf / cm  344,7095 MPa
Luas penampang 0,266

7. Keliatan

a. Pada panjang ukur  5,64 F = 5,64 1,4 x0,19
= 5,64 0,266
= 2,9088 cm

132

Lampiran D

133

Perhitungan Baja

b. Persentase tegangan patah
nilai 5,64 F = 2,9088 3
titik 1 - 6
Panjang titik 1 – 6 sebelum diuji (L0) = 6
Panjang titik 1 – 6 setelah diuji (L1)
Persentase regang patah =

L1  L0
L1

= 6,36

 100% 

6,36  6
x100%  5,6604%
6,36

c. Tambahan panjang
P diantara titik = P setelah diuji – P sebelum diuji
= (11,8 – 1,04)- (11 – 1)
= 0,76 cm
Jadi terjadi tambahan panjang

= 0,76 + 5,64 F
= 0,76+ 2,9088
= 3,6688 cm

d. Persentase regangan pada 11 titik :
Jarak sebelum pengujian antara titik 0 – 11 = 11 cm
Jarak setelah pengujian antara titik 0 – 11 = 11,8 cm
Persentase regangan total =

e. Kontraksi

=
=

L1  L0
11,8  11
 100% 
x100%  6,7797%
L0
11,8

(d 0  d1 )(d 0  d1 )
 100%
(d 0 ) 2

(1,4  1,38)(1,4  1,38)
 100% = 2,8367 %
(1,4) 2

Lampiran D
Perhitungan Baja

f. Batas regangan pada offset :
 f0,1

18,75

258,0713

18,85

f 0,1

45,1136

267,2881

 18,85  18,75 
f0,1 = 258,0713 + 
 x (267,2881 – 258,0713)
 45,1136  18,75 
= 258,1062
 f0,2
18,75

258,0713

20

f 0,2

45,1136

267,2881

 20  18,75 
f0,2 = 258,0713 + 
 x (267,2881 – 258,0713)
 45,1136  18,75 
= 258,5083

8. Modulus Elastik
E=

fp
129,0357
5

 214247,8577 MPa = 2,1425. 10 MPa
εp 6,02273.10 4

9. Modulus kenyal

1
1
 fp  εp  x 258,0713 x18,75.10 4  0,2419
2
2

Nmm

/mm3

134

Lampiran D
Perhitungan Baja

135

Lampiran D

136

Perhitungan Baja

Tabel Perhitungan Kuat Tarik Baja Beton Tahap I
Ao = Tinggi x Lebar = 1,4 x 0,19= 0.266 cm2 = 26,6 mm2
Po =11 cm = 110 mm
1 kgf = 9,80671 N
X koreksi = 1,25 x 10-4

Beban

Pembacaan
Tegangan
Extensinometer
(MPa)
∆P x ˉ²

Regangan
10^ˉ4

ԑ
Koreksi

Kgf
0
50
100

Newton
0
490.3355
980.671

150

1471.0065

4

0
1.25
0
18.43367 1.8181818 0.568182
36.86733 2.7272727 1.477273
55.301 3.6363636 2.386364

200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
725

1961.342
2451.6775
2942.013
3432.3485
3922.684
4413.0195
4903.355
5393.6905
5884.026
6374.3615
6864.697
7109.8648

5
6
7
8
12
13
15
16
18
21
22
51

73.73466
92.16833
110.602
129.0357
147.4693
165.903
184.3367
202.7703
221.204
239.6377
258.0713
267.2881

0
2
3

4.5454545
5.4545455
6.3636364
7.2727273
10.909091
11.818182
13.636364
14.545455
16.363636
19.090909
20
46.363636

3.295455
4.204545
5.113636
6.022727
9.659091
10.56818
12.38636
13.29545
15.11364
17.84091
18.75
45.11364

Lampiran D

137

Perhitungan Baja

Tabel Perhitungan Kuat Tarik Baja Beton Tahap II
Ao = Tinggi x Lebar = 1,4 x 0,19= 0.266 cm2 = 26,6 mm2
Po =11 cm = 110 mm
1 kgf = 9,80671 N
Beban
Kgf

Newton

Tegangan
(MPa)

825
935

8090.5358
9169.2739

304.1554793
344.7095432

Tabel Perhitungan Kuat Tarik Baja Beton
P = P sesudah diuji – P sebelum diuji
Persentase regangan =

Titik
0-1
0-2
0-3
0-4
0-5
0-6
0-7
0-8
0-9
0-10
0-11

ΔP
 100%
P sebelum diuji

P
P
sebelum sesudah
(cm)
(cm)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

1.04
2.18
3.19
4.34
5.35
6.36
7.56
8.65
9.7
10.78
11.8

Titik
0-1
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
6-7
7-8
8-9
9-10
10-11

P
P
sebelum sesudah
Uji
Uji
(mm)
(mm)
1
1.04
1
1.14
1
1.01
1
1.15
1
1.01
1
1.01
1
1.2
1
1.09
1
1.05
1
1.08
1
1.02

∆P
(mm)

%
regangan

0.04
0.14
0.01
0.15
0.01
0.01
0.2
0.09
0.05
0.08
0.02

4
14
1
15
1
1
20
9
5
8
2

Lampiran D
Perhitungan Baja

Tabel Perhitungan Kuat Tarik Baja Beton
P = P sesudah diuji – P sebelum diuji
Persentase regangan =

Titik
0-1
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
6-7
7-8
8-9
9-10
10-11

P
sebelum
Uji (mm)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

ΔP
 100%
P sebelum diuji

P sesudah
Uji (mm)

∆P
(mm)

%
regangan

1.04
1.14
1.01
1.15
1.01
1.01
1.2
1.09
1.05
1.08
1.02

0.04
0.14
0.01
0.15
0.01
0.01
0.2
0.09
0.05
0.08
0.02

4
14
1
15
1
1
20
9
5
8
2

138

Lampiran D
Perhitungan Baja

139

larnpiranE

140

|

KuatTekanBeton
HasilPengu.iian

?ql

(\l

EE^

o
r|
r\ rt)
Srr|
\oFi
-;
a{ r*

#Es
=

co

@

t

$
?

s({
A
r.o
+
i

trl

\o c>
rGl
\o
enF

$Eg

r* €t
(\
!-

-8
o
J

o
6

d

b
J
ql

Etr

.o

f-

i.i o
AC
td

F€

tn

otr

1t=

*E

SF
a*. 5

i a|rl
6t t\
(a{

14

.I

F
!

t

3
d

H.3€

rs
(ti
'e *
(trrD
gI e

*

Ea
fis

i
P

E^

1!l

rr|t

X==.v

EE
qd

.:t I

= - o hH
FFSF
:-.-Y
q

o0a

-

= U| o v
S F c .g

;B=E

ha

=

=

EE--99
-F
raCsro

FV

E

O

E
F EE
glo9*

€l
cl

\O

sf

f{

cl

a:n

€tf

*O
rn rat

€ >Q
ai tn

Gi l

EH

i: H

rrfi i d
Z.=

t\il
ol

\e!

OII E

.E E

=I|JIi €

rE
o\

G.ri
+ r.l

R
o
-1

sf

f!r

\o€

,gs$

rl

t

O\

Fo.:'
tso

3_U

rT\

.l

.lA,

E€

EO=;
|||!tUsr

(\l

ee

- Gt

if;€2
3rLJfi

-bo5

C\l

FF
bb

ol

(\l

oI

\\

9\S

IE
.o
G
!o

.

-

€:=
.9 c!)'
EE o
.g 69
EO H

!0m
t\

F.

-cl
F

o

z

o
\c)
o\
c\l
t\

o

o
o
JI
F

F al

€61

F\

Gl
6l
Gl
tl.
q)

gs s
qa^

E

gl
3
oo
g!
6l

{)
a
oo
tu

Larpiran E

t+t

I

Ilasil PensuiianKuatTck&t Beton

r\

et
GI
E
=
bo
cl
cl

t\
r?| Ch oO
6?.t#

F K . - a \e

E =Eg

\o g\

o( \l F

o.i F- Frc (\l (\l

( u: t v

AJ

o
(\
t€O

-t0

4s

J

o

F€

rotrT

!4

c)

E$g

6l

-t\| o\
6l

e

IF
F
N

qqq

an
t!
mal Fl

*r

t\
ca

Y
+
)i

IE
IL

G
c
g

c
3
-c

€€ e
ooo

\o rq
\osr+

cAa\)

dt
.l.

Fie
Eg

cl
>r
bo

o

(o
t
t\
AI
t
{\l
rO

6l

EO

.€

l i 6t

GI
G'
g

ca

{l)

14
in
tt)dO

E
.e ?
h tr<

..:x ll}

{tr

q.':q
.+*F-

bo

s ra M

o

r , n =\ D
d r {:l

carl (\l
(\l (\l

ol

\oo$
,.) f!
at c\

(\!
ol

:

d
N
N

Ea
fis

o

T
!,

f\
a{

E$

-t

i

3fi

P

E
T
{Ero

{ftco
=a rLq

9^

EE

.oE g

SF:;

hoa
aoH

=t-ci

9€=:

fr

1v1

oJ-:
rn |.i

|ft

F- -

c'!

\

.qt
-q

Cer

x

€"1

tfl

cal

,=E

eoo

FH

S .+ ' +

=0r6g
=

=;

E

e. -g

:FEE -8

Elrs.

(\l

E IC N
--g
Fldu r
aF-ri
r=@
=Il rl

lnCEa
-2

g

---- o

t--r F EE

F

*

tg

PF€g
IrliUt
=*€:
SrLJF

f":3
tsrO
.ct

(\l

(\I

tt\
a?t cq
(\l ol

t\
fn
e!

tt

(\l

t\

o
\o
Ol
({

oeo
EAC*

F3

t\f-F
O\ O\

O\

ct

t)

g
o
I
o

ro
a

J'

o

EF

s7S-r