proses pembudayaan sebagai dasar praktis dalam pendidikan. Dengan pembudayaan peningkatan akhlaqul karimah ini maka sekolah akan
lebih baik dalam meningkatkan kualitasnya.”
3
Menurut peneliti, upaya untuk menanamkan nilai-nilai religius melalui kegiatan keagamaan di Madrasah Aliyah Al-
Ma’arif Pondok Pesantren Panggung Tulungagung sejalan dengan konsep yang
dikemukakan oleh Mahmud Arif bahwa nilai-nilai religius yang ditananmkan di Madrasah ini perlu pembudayaan dan mengamalkan
kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Agar dalam diri siswa tumbuh jiwa keagamaan yang baik dan
tertanam dalam diri mereka sehingga mereka nantinya dapat menerapkan dalam kehidupan pribadi, sosial, dan masyarakat. Dan
juga tentunya memberikan dampak yang positif kepada siswa. Sehingga didalam jiwa mereka melekat keyakinan kepada Allah SWT.
2. Kendala yang muncul dalam melaksanakan penanaman nilai-nilai
religius melalui kegiatan keagamaan di Madrasah Aliyah Al- Ma’arif Pondok Pesantren Panggung Tulungagung.
Dalam kaitannya kegiatan-kegiatan keagamaan yang telah dilaksanakan di Madrasah Aliyah AL-
Ma’arif Pondok Pesantren Panggung dalam tujuanya untuk menanamkan nilai-nilai religius
siswa, tentunya ada faktor yang penghambat atau kendala yang
3
Mahmud Arif, Pendidikan Islam Tranformatif,Yogyakarta: Lkis, 2008, hal. 14
muncul terjadinya kegaiatan-kegiatan keagamaan sehingga tidak berjalan dengan baik, antara lain:
1. pertama, kurang dan rendahnya kesadaran siswa terhadap
pentingnya nilai religius. Seperti saat akan melaksanakan sholat dhuha dan sholat dhuhur berjama’ah siswa masih
dioprak-oprak oleh dewan guru dan anggota osim untuk segera menuju mushola dan khususnya siswa yang
perempuan ada beberapa yang beralasan halangan entah itu benar atau tidaknya.
2. kedua, kurangnya dukungan dari dewan guru, karena tidak
semua usur mau terlibat hanya sebagian dewan guru yang mau terlibat dan mengarahkan siswa.
3. ketiga, kurangnya dukungan orang tua dan latar belakang
pendidikan yang berbeda-beda dari siswa. Seperti saat dirumah kurangnya perhatian orang tua untuk memantau
khususnya agama dalam beribadah, biasanya orang tua acuh tak acuh terhadap anak putra putrinya.
4. keempat, latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dari
siswa, karena siswa yang lulusan dari mts dan smp berbeda karakternya, dan juga berbeda dengan yang mukim di
pondok, tidak semua siswa yang dari luar mendapatkan ilmu tambahan tentang agama karena mereka tidak sekolah lagi
seperti madrasah diniyah, berbeda dengan siswa yang lain
yang bermukim di pondok, mereka mendapatkan pelajaran tamabahan agama dan kitab kuning. Dan juga karena siswa
yang lulusan dari MTS cenderung enak diatur dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan, sedangkan yang lulusan
dari sekolah menengah pertama smp cenderung agak sulit diataur dalam untuk pelaksaaan kegiatan keagamaan.
Dari kendala diatas dalam menanamkan nilai-nilai religius dapat di simpulkan bahwa terdapat faktor utama yaitu Faktor ekstern
dan Faktor Intern. Faktor intern adalah segala sesuatu yang dibawa anak sejak lahir yakni fitrah yaitu suci dan merupakan bakat bawaan
yang merupakan ciri khas masing-masing individu. Selain itu individu orang per orang setiap muslim memiliki latar belakang pembawaan
yang berbeda.
4
Sedangkan faktor ekternnya adalah segala sesuatu yang ada di luar pribadi manusia dan dapat mempengaruhi perkembangan
kepribadian anak. Meliputi : 1.
Keluarga Di dalam keluarga inilah dasar-dasar kepribadian
anak di berikan orang tua menjadi faktor penting menanamkan dasar-dasar kepribadian muslim yang kuat
menentukan corak dan gambaran kepribadian muslim seseorang setelah dewasa. Disinilah letak tanggung jawab
4
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001,hlm. 175
orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanah Allah yang diberikan kepada kedua orang
tuanya yang kelak akan di minta pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya.
5
2. Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, didalam sekolah terjadi interaksi antara
guru dengan murid dalam proses belajar mengajar. Sekolah harus dapat membantu keluarga dalam usaha
pembentukan kepribadian, budi pekerti dan keagamaan, sekolah-sekolah memegang peranan dalam pembentukan
kepribadian seseorang, mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah tinggi bagi mereka yang berkesempatan,
maka dapatlah disimpulkan bahwa sebagian besar pembentukan kecerdasan pengertian, sikap dan minat
sebagai bagian
dari pembentukan
kepribadian dilaksanakan di sekolah.
6
3. Solusi untuk menghadapi kendala dalam melaksanakan