Katalogisasi naskah-naskah Islam nusantara

KATALOGISASI NASKAH-NASKAH ISLAM NUSANTARA
Oleh: Alfida, MLJS

Abstrak

Kemunculan naskah-naskah Nusantara tidak tcrlcpas dari hadirnya agama Islam, Kehadiran agama
Islam telah meninggalkan pcsan-pesan kcagamaan yang kcmudian clijaclikan sebagai bukti sejarah
dari munculnya agama tcrsebut. Pcsan-pcsan agama tcrsebut kcmudian tcrwujud dalam naskah
yang mengandung infbrmasi mengenai ajaran-ajaran dan tuntunan dalam agama Islam.Scbagai
bukti sejarah, naskah-naskah tersebut tentu perlu dilestarikan mclalui pengelolaan yang baik. Salah
sat1mya dengan memperhatikan katalogisasi naskah yang cfektif dan cfcsicn dalam pcngatalogannya. Memilih pengatalogan yang cfektif ini penting clilakukan mcngingat variatifnya
pengatalogan naskah antara satu Institusi dengan Institusi yang lain dan bcraganmya pcdoman
yang digunakan, karcnanya pcrlu ada suatu konvensi yang mcnjadi standar pcngatalogan yang
ber!aku untuk area nusantara, khususnya Indonesia dalam melakukan pcngatalogan naskah-naskah
Islam, untuk memudahkan dalam pcngawasan bibliografi clan tcrwujudnya katalog induk.

Kata kunci: naskah,katalogisasi, pengawasan bibliografi, katalog induk

A.

Pendahuluan


Berbicara tentang naskah-naskah
Islam nusantara mengingatkan kita pada
sejarah masuk:nya Islam di Nusantara.
Sebagai basil tradisi yang melibatkan
berbagai ketrampilan dan sikap budaya,
naskah-naskah Islam ini merupakan salah
satu warisan Islam yang tidak ternilai
harganya di wilayah nusantara, yang
tersedia dalam berbagai bahasa dan aksara
lok:al di Indonesia dalam banyak segi
mengungkapkan berbagai aspek Islam di
kawasan m1, mulai dari yang bersifat
sejarah sosial dan temtama lagi pemikiran
dan intelektualisme Islam. Dinamika
pemikiran dan intelek:tualisme Islam,
ldmsusnya sejak masa awal Islam clan masa
kolonial Belancla clapat diketahui melalui
nask:ah. 1
Penelitian mengenai naskah-naskah

Nusantara telah lama ditekuni oleh para
Azyumardi
Azra
Naskah
Islam
Indonesia
http://www. uinj kt.ac. id/indcx. php/section-b!og/28artikelll553-naskah-islam-indonesia.html. 3 Juni 2011

14

pakar kebudayaan Indonesia clari clalam dan
luar negeri. Nama-nama seperti I-Ioesein
J.L.A.
Djajacliningrat,
Poerbatjaraka,
Brandes, G.W.J. Drewes, Th.G. Th.
Pigeaud, S. Raflles, clan lain scbagainya
aclalah nama-nama pakar kebuclayaan
Indonesia yang buah pikirannya masih ten1s
clikutip clan clijaclikan referensi olch para

peneliti kebuclayaan Indonesia masa kini.
Topik yang clitelitipun bem1acam-macam
mulai clari makna yang terkanclung clalam
naskah, sejarah naskah, sejarah koleksi
naskah, penelitian mengenai tempat naskahnaskah
yang
sebenarnya,
masalah
penyusunan !catalog, penyusunan claftar
katalog,
perclagangan
naskah,
dan
penggunaan-penggunaan naskah itu, naskah
berilmuniasi clan berilustrasi, ell!. Hingga
kini penelitian-penelitian yang terkait
clcngan naskah suclah ban yak kita clapati.
Untuk melakukan penelitian terhaclap
naskah, akses kc naskah merupakan
masalah yang sangat penting. Sering tcJjacli

bahwa banyak peneliti memerlukan waktu
yang panjang untuk mendapatkan naskah
yang diinginkannya. Selain itu, naskah yang
climaksuclkan telah diperoleh, namun ketika
menganalisanya secara seksama, ternyata

Alfida: f(atalogisasi Naslwh-Naskah Islam Nusantara

naskah tersebut bukanlah yang dibutuhkan.
Kesulitan akan dialami oleh peneliti yang
belum mengetahui banyak tentang naskah.
Ibaratnya ia berada di hutan rimba yang
tidak mengetahui isi hutan tersebut.
Katalog merupakan representasi dari
suatu koleksi. Katalog merupakan sarana
untuk mendapatkan infonnasi spesifik yang
berkaitan dengan satu atau lebih naskah
dalam koleksi. Sebagai sarana yang dapat
cligunakan oleh peneliti dalam mengakses
naskah, !catalog naskah menjelaskan apakah

suatu naskah dipegang oleh individu atau
lembaga.
Katalog
disiapkan
untuk
memberikan deskripsi ensiklopeclis dengan
berbagai macam informasi dan bukan
sekeclar sebuah claftar koleksi. Informasi
tersebut meliputi kepengarangan atau
gambaran kehidupan penulis, kutipan
bagian-bagian tertentu dari teks dalam
kmya asli, menjelaskan asal masing-masing
naskah, fisik komposisi dan ukuran, clan
menemukannya dalam koleksi
suatu
instin1si. Tanpa infonnasi yang memadai
dalam katalog yang tepat, seluruh koleksi
mungkin tidak dapat dimanfaatkan secm·a
maksimal oleh komunitas ilmiah.
Unntk memudahkan akses diperlukan

katalog koleksi naskah standar yang
tercermin dari kandungan enn·i-entrinya
maupun cara penyusunannya dalam sebuah
daftar atau database. Sehingga, katalog ini
dapat dinikmati oleh peneliti-peneliti dalam
berbagai Jatar belakang.
Para peneliti yang melakukan studi
manuship mengandalkan sebagian besar
waktu eli katalog unn1k rincian tanggal dan
kadang-kadang juga tempat asal dan para
penulis atau penyalin. Tanggal dan tempat
asal dari kodeks adalah data penting unntk
sebagian
studi
tersebut.
Misalnya,
kebutuhan infonnasi editor leks ini unn1k
menilai posJSl naskah dalam codicum
stemma dan harus bermain dalam
rekonstmksi tentatif ten tang teks asli.

Stanclar katalogisasi aclalah fenomena
yang relatif bam di dunia perbukuan dan
perpustakaan. Diawali oleh upaya Panizzi
pada tahun 1841, yang menyusun sebuah
buku "Rules for the Compilation of the
Catalogue", berisi tentang upaya negara-

negara eli Eropa Barat dan Am erika U tara
dalam melakukan evaluasi kebutuhan akan
keseragaman dalam cantuman katalog. Pada
tahun 1853, Jewett mengajukan katalog
induk untuk perpustakaan-perpustakaan
besar eli Amerika Serikat. Charles Cutter,
pada tahun 1876- melalui karyanya Rules
for a Printed Dictionary Catalogue menyatakan untuk pertama kalinya fungsi
katalog perpustakaan. Meskipun aturan
katalog telah berubah dan berkembang dari
waktu ke waktu dan dengan penggunaan,
fungsi katalog tetap relatif stabil dan telah
mengalami langsung pembahan peraturanperaturannya. 2

Perkembangan katalogisasi naskahnaskah Islam nusantara clapat dikatakan
tidak sebaik yang tetjadi pacla katalogisasi
naskah-naskah Islam Arab. Katalog-katalog
naskah Islam Arab dalam bentuk tercetak
clalam
beberapa
tahun
terakhir
menunjukkan
jumlah
yang
cukup
signifikan. Demikian pula entri-entri selah!
ditambahkan dalam setiap tahunnya.
misalnya: Dalilfaharis al-makhtutat ji aiMajma · al-Ma/aid li-Bu/:luth ai-Hadarah
al-Islamiyah. Amman: al-Majma · al-Malaki
li-Buhuth al-1-Iadarah al- Islamiyah, I 985,
Fihris makhtutat Jamiat al-Iskandariyah I
Idad Yusuf Zaydan. al-Qahirah: Mahacl aiMaldltutat al-Arabiyah, 1994; Jslamische
Handschrijien I bearbeitet von Manfred

Gotz . Sn1ttgart : F. Steiner, 1999-; Silsilah'iMutun va Tahqiqat/ Shumaraki. Tihran:
Farhang-i Iran Zamin, 1922-; Fihris
makhtutat Dar al-Kutub ai-Zahiriyah : altasmvwuf al- tasawwz!f I wad Muhammad
Riyad al-Malih. Damaskus: Majma alLughah al-Arabiyah bi-Dimashq, 1978- ;
Fi/u·is al-makhtutat a/- 'Arabiyah almusawwarah ji khizanat Afarkaz aiKhadamat H'a-ai-Abhath ai-Thaqafiyah/
Kamal Yusuf al-1-Iut. Al-Tab'ah. Beirut: alMarkaz, 1984, Les manuscrits arabes
deposes a Ia Bibliotheque Medicec1
Laurenziana de Florence! Bernadette
2
Kate Simpson Moriarty. Descripth•e Cataloging Qf
Rare Alaterials (Book.s) And Its Predecessors: A History
Of Rare Book Cataloging Practice In The United States.

School of information and library science Of the
university of north carolina at chapel hill, 2004,56

15

al-maktabah Vol. 11, No.1, November 2012: 14- 32


Martel-Thoumian. Universitas de Firenze,
1997; Library. Catalogue of Arabic
manuscripts in the Library of the Institute
of Ismaili Studies. London: Islamic
Publications, 1984- .
Namun
demikian,
pendaftaran
naskah-naskah Islam nusantara sebagai
konsep katalog sudah dilakukan sejak dulu,
walaupun pergerakannya tidak sccepat pada
naskah-naskah Arab. Hal ini dapat dilihat
pada daftar peninggalan Isaac de St. Martin
(1696), daftar Francois Valentijn ( 1627),
dan daftar Werndly (1736). Katalog S Van
Ronkel (1909) yang memuat naskah-naskah
Melayu yang tercatat eli Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen atau yang saat ini disebut dengan
Perpustakaan Nasional Jakarta senng
dirujuk dalam penclitian naskah Melayu.

Pada tahun 1966, diterbitkan suatu daftar
naskah yang tersimpan eli berbagai
perpustakaan sepetii eli Munich, Brussel,
Leiden, Oxford, London, Den Haag, Berlin,
Dresden, Hamburg, dan Kuala Lumpur oleh
Howard. Kemudian pada tahun 1972,
Museum Pusat melakukan pendaftaran yang
dilakukan oleh Amir Sutaarga dkk. Jika
membandingkan tsmya dengan yang
dilakukan oleh Ronkel, banyak perbedaan,
karena ada yang ditambahkan dan ada yang
tidak didaftarkan. Walaupun tidak secat·a
tegas clinyatakan berapa naskah yang
dinyatakan hilang. Katalog yang memuat
data lengkap mengenai naskah dalam
bahasa claerah eli Indonesia eli berbagai
tempat eli suatu negara aclalah katalog
clan Ricklefs
clan
Juynboll (1899)
Voorhoeve (1977 dan 1982). Karya yang eli
dalamnya ada penj elasan yang agak rinci
mengenai hal tersebut adalah Indonesische
Handschrijien (1950), clisusun oleh Dr. P.
Vom·hoeve clan Dr. C. Hooykaas. Beberapa
katalog yang pernah cliterbitkan juga
seperti: Katalog Naskah Buton Koleksi
Abdul Muluk Zahari oleh Achacliati Iham
(2002), Katalog Naskah Palembang, oleh
Achacliati Iham, eel. (2004), Katalog
Naskah-Naskah
Perpustakaan
Pura
Pakualaman, oleh Sri Ratna Saktimulya,
eel. (2005), Katalogus Manuskrip dan
Skriptoriwn
Minangkabau,
oleh
M.

Yusuf.ed (2006), Katalog Naskah Ali
Hasjmy (2007), Catalogue of lvfalay and
Minangkabau Manuscripts in the Library of
Leiclen University and other collection in
the bequest acquired by Leiden University
in 1896, oleh Edwin Wieringa (2007),
Katalog Naskah Bima Koleksi Museum
Kebuclayaan Sampangraja oleh Siti Maryam
R. Salahuclclin dan Muchlis (2007), Katalog
Naskah Koleksi lvfasvarakar Keturunan
indonesia di Afhka Se/atan oleh Ahmad
Rahman clan Syahrial (2008), dan Katalog
Naskah Dayah Tanoh Abee, Aceh Besar
oleh Oman Fathurahman, elide (20 I 0) 3
Dibalik keberaclaan katalog-katalog
naskah yang telah cliterbitkan eli atas, baik
katalog naskah-naskah Islam Nusantara
maupun naskah-naskah Islam Arab, ada
satu hal yang penting untuk clilakukan
menyangkut
bagaimana
pengatalogan
naskah-naskah tersebut clilakukan, yaitu
konsistensi clan keseragaman dalam praktek
pengatalogan.
Penyusunan katalog memang bukan
peketjaan muclah karena clalam kegiatan ini
cliperlukan tim peneliti khusus yang
memahami clunia pernaskahan. Langkah
awal
yang
bisa
clilakukan
adalah
menginventarisasi lebih clahulu semua
naskah berdasarkan informasi berbagai
daftar clan katalog. Setelah ihl, cliaclakan
penelitian lapangan untuk penyusunan
katalog. Katalog yang ideal yang banyak
membantu
peneliti
adalah
katalog
deskriptif, sebuah !catalog yang lebih terurai
isinya clari hanya suaht claftar 4
Karena naskah merupakan kelompok
sumber informasi yang terpisah clalam
koleksi perpustakaan, sering ditemukan
bahwa entri-entri naskah tidak termasuk
dalam !catalog perpustakaan. Hal ini tetjadi
karena naskah haclir clalam berbagai
strukhlr bibliografi clan fisik yang berbeda,
karena
keclalaman
infom1asi
yang
clibutuhkan untuk mengidentifikasi clan
3

Oman Fathurahman, dkk. Filo!ogi danlYiam
Indonesia. (Jakarta: Kcmentrian Agama RI Puslitbang
Leklur Kcagamaan, Jakarta, 20 I0) 58
4 Mu'jizah. Program Pengembangan
Pernaskahan Aie!ayu.
http:llwtv>v.adicita.com/artikel!detai/!40/530/Prograln-

Pengembanga/1-Pernaskaha!I-Me/ayu

16

Alfida: l(atalagisasi Naskah-Naskah Islam Nusantara

mendeskripsikan naskah sangat banyak
sehingga
sulit
untuk
memberikan
pengawasan intelektual dalam satu katalog
yang terintegrasi. Akibatnya, informasi
yang ada pada naskah tidak terkumpul dan
sering untuk mencari informasi sederhana
saja diperlukan penelitian dalam waktu
yang lama 5 Oleh karena itu, tidak
mengherankan hila kita menganalisa setiap
katalog naskah, terutama katalog-katalog
naskah-naskah Islam nusantara akan ditemukan perbedaan-perbedaan dalam cara
dan gaya penyusun katalog menampilkan
entri-entri naskahnya. Dengan kala lain,
unsur konsistensi dan keseragaman dalam
katalog menjadi rsu penting dalam
katalogisasi naskah-naskah ini.
Mengapa konsistcnsi dan keseragaman menjadi hal yang penting? Kembali
kepada tujuan katalog dibuat. Katalog
perpustakaan disusun untuk menyediakan
akses dan memberikan strategi penelusuran
secara akurat terhadap sumber informasi.
Konsistensi dalam penyusunan katalog
dianggap penting untuk memudahkan
pengguna !catalog dalam
melakukan
penelusuran informasi yang ada di dalam
!catalog tersebut. Konsistensi juga penting,
bila ada upaya untuk membuat beberapa
katalog menjadi terintegrasi atau disebut
juga dengan istilah katalog induk. Dalam
rangka untuk menjamin akses, dan
penggunaan
yang
efektif,
maka
keberhasilan deskripsi bibliografi standar
menjadi syarat yang penting. Dalam bidang
monograf, konsistensi dapat dilihat dari
salah satu database OCLC yang memberikan kemudahan kepada komunitas ilmiah.
Terkait dengan cara mendeskripsikan
naskah, Mulyadi mengusulkan beberapa
unsur yang harus dinyatakan dalam
deskripsi naskah meliputi keteranganketerangan tentang judul naskah, tempat
penyimpanan naskah, nomor naskah,
ukuran halaman, jumlah halaman, jumlah
baris, panjang baris, huruf, bahasa, kondisi
kertas atau alas naskah, cap kertas, garis
5
Gregory A. Pass, Descriptil·e Cataloging Of
Ancient, 1\1edieva/, Renaissance, And Earlr Afodem
Manuscripts. (USA: Association of Col!e£-e and
Research Libraries, 2006)34

tebal dan garis tlprs, kuras, panduan,
pengarang, penyalin, tempat dan tanggal
penulisan naskah, keadaan naskah, pemilik
naskah, pemerolehan naskah, gambar dan
ilustrasi, isi naskah clan catatan lain berupa
tulisan-tulisan yang pernah membicarakan
naskah maupun leks yang bersangkutan dan
naskah-naskah yang sejudul yang tersimpan
di tempat-tempat lain. 6 Russell Jones
melalui cleskripsi naskah dalam katalognya
yang disusun pada tahun 1974 mencantumkan penghitungan jarak antm·a baris
pertama dan baris terald1ir, pengukuran
panjang baris, penycbutan warna tinta,
keterangan tentang garis tebal (chain lines)
dan garis tipis (laid lines), keterangan
pcnggansan dcngan tinta atau pcnsil,
jumlah kuras, catatan mengenai halamanhalaman yang difoto, clan lain-lain.
Berdasarkan penjclasan di atas,
penulis tertarik untuk melihat bagaimana
naskah-naskah
Islam
nusantara
dikatalogisasi, mengapa terjadi perbedaan
pengatalogan
naskah-naskah
Islam
nusantara, apa yang dijadikan pedoman
clalam pengatalogan, bagaimana perkembangan katalog induk dunia. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan eli atas,
penulis akan menggunakan katalog-katalog
naskah Islam Nusantara, khususnya dari
tahun 2000 serta membandingkan dengan
praktek pengatalogan di beberapa lembaga
di dunia

B.

Bagaimana Naskah-Naskah
Nusantara Muncul

Islam

Konsep
naskah-naskah
Islam
nusantara tidak dipahami sebagai naskahnaskah yang dihasilkan oleh hanya penulis
nusantara saja. Fatburahman menyatakan
bahwa, naskah-naskah Islam nusantara
mencakup tiga kategori, yaitu: Pertama,
semua naskah yang ditulis oleh pengarang
asal nusantara, baik menggunakan bahasabahasa nusantara lokal, eli antaranya
Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Aceh, Batak,
Bali, Wolio, ataupun bahasa asmg,
6

Sri Wulan Rujiati Mu!yadi. ''Kodikologi
Mclayu di Indonesia". Lembar Sastra Uni\·crsitas
Indonesia. No. 24. 1994.41

17

al-mal