PERSISTENSI LABA, AKRUAL, ALIRAN KAS DAN BOOK­ TAX DIFFERENCES (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

PERSISTENSI LABA, AKRUAL, ALIRAN KAS DAN BOOKTAX DIFFERENCES
(studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh:
DIAN SEPTINA ANGGARSARI
NIM F.0305007

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

2009

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :


PERSISTENSI LABA, AKRUAL, ALIRAN KAS DAN
BOOK-TAX DIFFERENCES
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia)

Surakarta, Juni 2009
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing Skripsi,

(Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak.)
NIP. 195206101988031002

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana S-1 (Strata Satu) Ekonomi Jurusan Akuntansi.

Surakarta,


Juni 2009

Tim Penguji Skripsi

1. Dra. Setianingtyas H.,MM.,Ak.
NIP. 196004271986012001

(

)

2. Sri Murni, SE, Msi., Ak.
NIP. 197103301995122001

(

)

3. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak.


(

)

NIP. 195206101988031002

MOTTO

“Rasulullah SAW bersabda: ”Ada tiga doa yang dikabulkan oleh Allah-yang tidak
diragukan tentang doa ini-yaitu doa kedua orang tua kepada anaknya, doa orang
musafir yang sedang dalam perjalanan, dan doa orang yang sedang didhalimi.”
(H.R. Imam Bukhari)

“Perang yang paling besar adalah perang melawan diri sendiri.”
(H.R. Imam Bukhari-Muslim)

“Sabarlah menghadapi hari-hari yang sulit, karena semua kesulitan pasti ada
akhirnya dan kesabaran itu hanya dimiliki oleh orang yang mempunyai kedudukan
yang mulia”

(anonim)

“Manakala hati ini menjadi keras dan semua jalanku terasa sempit, kujadikan
harapanku kepada ampunanMu sebagai tangga keselamatan”
(anonim)

PERSEMBAHAN

Untuk:
Bapak Ibuku yang sangat bijaksana
Si kembar tersayang
Keluarga besarku tercinta
Calon suamiku
Sahabat-sahabatku
Almamaterku dan generasi penerus bangsa

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim.
Alhamdulillahirrobbil’alamiin… Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan hidayah dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ” PERSISTENSI
LABA, AKRUAL, ALIRAN KAS DAN BOOK-TAX DIFFERENCES (Studi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) “ sebagai tugas akhir guna melengkapi syaratsyarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Hambatan, rintangan, dan tantangan senantiasa mengiringi setiap aktivitas. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan berbagai pihak, oleh
karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku dosen pembimbing skripsi dan
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengikhlaskan dan
membagi waktu, ilmu, ide dan tenaganya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini.

2.

Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3.


Bapak Anas Wibawa, SE, M.Si, Ak. selaku dosen Pemimbing Akademik yang telah
memberikan dukungan dan pengarahan selama masa studi penulis di Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

4.

Ibu Sri Murni, SE, Msi., Ak. dan Ibu Dra. Setianingtyas H.,MM.,Ak. selaku tim
penguji.

5.

Seluruh staf dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

6.

Keluarga tercinta, Bapak Ibuku tersayang, Yoga Septeva Nuris dan Yogi Septeva
Nuris, terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini.


7.

Rekan-rekan seperjuanganku angkatan 2005.

8.

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Menutup uraian ini, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang ada, semoga skripsi ini mampu menjadi salah satu
alternatif solusi menghadapi fenomena dunia yang semakin hari semakin memberikan tantangan hidup.
Kritik, saran serta masukan senantiasa penulis harapkan untuk kemajuan bersama. Terima kasih.

Surakarta,

Juni 2009

Penulis

DAFTAR ISI


Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….
HALAMAN MOTTO…………………………………………………….
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………………………………………….
DAFTAR ISI …...…………………………………………………………
DAFTAR TABEL…………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..

i
ii
iii
iv
v
vi
viii
xi

xii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………

xiii

ABSTRAK………………………………………………………………..

xiv

ABSTRACT………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………
B. Perumusan Masalah……………………………………
C. Tujuan Penelitian...…………………………………….
D. Manfaat Penelitian..…………………………………….
E. Sistematika Penulisan…………………………………..
BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Book-Tax Differences …………………………………
B. Kualitas Laba Akuntansi………………………………
C. Persistensi Laba……………………………………….
D. Akrual………………………………………………….

xv
1
6
6
7
8
9
12
15
17

.

BAB III


E. Aliran Kas…...................................................................
F. Rerangka Teoritis………………………………………
G. Hasil Penelitian Sebelumnya dan Pengembangan

19
22

Hipotesis……………………………………………….
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ………..……………………………..
B. Populai, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel…….
C. Pengukuran Variabel …………………...………………
1.Variabel Dependen……………………………………
2.
Variabel

25
29
29
31
31
31

Independen………………………………….
D. Sumber Data………………. …………………………...

33

E. Metode Pengumpulan Data…………………………….
F. Metode Analisis Data…………………………………..
1. Pengujian Kualitas Data……….....………………….
2. Pengujian Hipotesis…………………………………..
ANALISIS DATA
A. Hasil Pengumpulan Data…………………...……….......

34
34
35
38

B. Analisis Variabel Dependen dan Independen…………..
C. Pengujian Kualitas Data………………………………...
1.Uji Normalitas...............................................................
2.
Uji

46
46
46
47

Autokorelasi............................................................
3.
Uji

47

Heteroskedastisitas.................................................
Uji

49

Multikolinieritas......................................................
D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil Analisis…..
1.Hasil Pengujian Hipotesis 1………………………….
2.
Hasil
Pengujian
Hipotesis

50
50
55

2…………………………
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………..
B. Keterbatasan.……………………………………………
C. Saran…………………………………………………….
D. Implikasi Praktis………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..

61
62
62
63
65

LAMPIRAN………………………………………………………………

69

BAB IV

4.

45

BAB V

DAFTAR TABEL

TABEL

Halaman

1
2
3

Prosedur Pengambilan Sampel …………….…………………..
Statistik Deskriptif...……………………………………………
Uji Autokorelasi………………………………………………..

45
46
47

4
5
6

Uji Heteroskedastisitas................................................................
Uji Multikolinieritas...………………………………………….
Hasil Pengujian Persistensi Laba dengan Perbedaan antara

48
50

Laba

7

Akuntansi

dan

Laba

Fiskal

sebagai

Variabel

Pemoderasi………………………………………………..........
Hasil Pengujian Persistensi Komponen Akrual Laba dan

51

Aliran Kas dengan Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba
Fiskal sebagai Variabel Pemoderasi……………………………

56

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR
1. Rerangka Teoritis I ………………………….......……...…............

Halaman
23

2. Rerangka Teoritis II ........….. ..……………………………...........

24

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

Halaman

1
2
3

Daftar Sampel Perusahaan…………….……………………….
Data Perusahaan Sampel……………………………………….
Statistik Deskriptif.…………………………………………….

69
71
89

4
5

Hasil Pengujian SPSS Seluruh Sampel………………………...
Hasil Pengujian SPSS Sampel Perusahaan yang Mempunyai

90

Large Negative Book Tax Differences (LNBTD)……………...
Hasil Pengujian SPSS Sampel Perusahaan yang Mempunyai

104

6

Large Positive Book Tax Differences (LPBTD)……………….
Hasil Pengujian SPSS Sampel Perusahaan yang Mempunyai

107

7

Small Book Tax Differences (SmallBTD)……………………...

110

13

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam periode
tertentu kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Salah satu komponen pelaporan
keuangan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia
(PSAK) paragraf 12 (IAI, 2007) menyatakan tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Fokus utama laporan keuangan adalah informasi mengenai laba dan
komponennya, jadi laba merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
mengetahui kinerja keuangan (Dechow, 1994 dan Francis et al., 2003). Prediksi
terhadap laba dapat dibentuk oleh informasi keuangan dan rasio keuangan yang
terdapat dalam laporan keuangan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia
(PSAK) paragraf 17 (IAI, 2007) juga menyatakan bahwa informasi kinerja
perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial
sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.

14

Dalam kepentingan suatu perusahaan, pihak eksternal maupun pihak internal
perusahaan sering menggunakan laba sebagai salah satu pertimbangan dalam
mengambil keputusannya (seperti pemberian kompensasi dan pembagian bonus
kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja manajemen, dan dasar penentuan
besarnya pengenaan pajak) karena laba dapat memberikan informasi yang penting.
Oleh karena itu diharapkan laba dapat memberikan informasi laba yang berkualitas
atau dengan kata lain laba yang mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings)
di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya (Penman,
2001).
Beberapa peneliti kualitas laba telah memusatkan perhatiannya pada selisih
antara laba akuntansi dan laba fiskal (Atwood et al., 2009; Lev dan Nissim, 2004).
Mereka berpendapat bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax
differences) dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba. Logika yang
mendasarinya adalah adanya sedikit kebebasan akuntansi yang diperbolehkan dalam
pengukuran laba fiskal sehingga perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal
(book-tax differences) dapat memberikan informasi tentang management discretion
dalam proses akrual, karena dalam Xie (2001) menyatakan bahwa discretionary
accruals kurang persisten dibandingkan dengan nondiscretionary accruals. Seida
(2003) dalam Hanlon (2005) juga menyatakan bahwa laba fiskal dapat digunakan
sebagai benchmark untuk mengevaluasi laba akuntansi. Apabila angka laba diduga
oleh publik sebagai hasil rekayasa manajemen, maka angka laba tersebut dinilai
mempunyai kualitas rendah, dan konsekuensinya adalah publik akan merespon negatif

15

angka laba yang dilaporkan tersebut.
Selain itu beberapa literatur analisis keuangan menegaskan peranan perbedaan
antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) untuk menilai kualitas
laba yang dilaporkan oleh manajemen. Contohnya, Revsine et al. (2005) menyatakan:
“A widening excess of book income over taxable income...represents a potential
danger signal that should be investigated, because... it might be an indication of
deteriorating earnings quality”, Palepu et al (2000) dalam Hanlon (2005)
menyatakan bahwa semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal
menunjukkan “red flag” bagi pengguna laporan keuangan, dan Penman (2001, 612)
juga menyatakan bahwa book-tax differences dapat digunakan sebagai diagnosa untuk
mendeteksi adanya manipulasi pada biaya utama suatu perusahaan.
Oleh karena perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax
differences) dapat mewakili keleluasaan manajemen dalam proses akrual, maka
banyak penelitian menggunakan perbedaan tersebut sebagai indikator manajemen
laba dalam menilai kualitas laba (Mills dan Newberry, 2001; Phillips et al., 2003;
Yuliati, 2004). Mills dan Newberry (2001) membuktikan bahwa perbedaan antara
laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) berhubungan positif dengan
insentif pelaporan keuangan seperti financial distress dan pemberian bonus. Phillips
et al. (2003) membuktikan adanya praktik manajemen laba dengan menggunakan
biaya pajak tangguhan sebagai proksi discretionary accrual. Heltzer (2008) juga
menguji book-tax differences dengan memisahkan discretionary book-tax differences
dan non-discreteionary book-tax differences yaitu bahwa konservatisme dan book-tax

16

differences mempunyai hubungan dengan persistensi laba. Badertscher and Phillips
(2006) juga menyebutkan antara hubungan book-tax differences dan manajemen laba
yang berpengaruh negatif. Tang (2006) menguji informasi dari book-tax differences
dengan mengestimasi antara normal book-tax differences dan abnormal book-tax
differences sebagai proksi dari manajemen laba banyak terdapat pada perusahaan
yang mempunyai abnormal book-tax differences

yang besar. Ayers, Jiang, dan

Laplante (2008) menemukan bahwa informasi dari estimasi laba fiskal mempunyai
signifikansi yang rendah terhadap perusahaan yang mempunyai perencanaan pajak
yang tinggi dan signifikan terhadap perusahaan yang mempunyai kualitas laba yang
rendah. Lev dan Nissim (2004) menemukan bahwa rasio laba akuntansi terhadap laba
fiskal dapat memprediksikan pertumbuhan laba lima tahun kedepan, dan
berhubungan kuat (lemah) dengan return saham masa depan dalam perioda sebelum
(sesudah) penerapan SFAS No. 109 sedangkan Heflin (2006) juga menyebutkan
bahwa akrual pajak dapat memprediksi return saham tahunan untuk laba akuntansi
akrual dimana rasio laba fiskal yang rendah.
Penelitian-penelitian diatas telah memberikan bukti peranan perbedaan antara
laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) untuk menilai kualitas laba
melalui praktik manajemen laba, namun belum ada bukti secara langsung bahwa
perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dapat
mempengaruhi persistensi laba, karena menurut Jonas dan Blanchet (2000) persistensi
laba merupakan salah satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas
laba, dan persistensi laba tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas

17

dari laba sekarang, yang mewakili sifat transitori dan permanen laba (Sloan, 1996).
Penelitian ini mereplikasi penelitian Hanlon (2005), yang didasarkan pada
peraturan pajak yang berlaku di Amerika Serikat yang menguji apakah perbedaan
antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) berpengaruh secara
negatif terhadap persistensi laba. Penelitian ini membuktikan bahwa semakin besar
perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal, maka persistensi laba semakin
rendah. Selain itu, peraturan pajak yang berbeda antar negara menimbulkan
pertanyaan apakah penelitian ini dapat diterapkan di negara lain di luar Amerika
Serikat, maka penelitian ini akan menguji pengaruh perbedaan antara laba akuntansi
dan laba fiskal (book-tax differences) pada persistensi laba akuntansi, akrual, dan
aliran kas berdasarkan peraturan pajak yang berlaku di Indonesia.
Penelitian yang menganalisis perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal
(book-tax differences) terhadap persistensi laba, akrual dan arus kas telah dilakukan
oleh Wijayanti (2006), menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang tidak
mengalami kerugian dalam laporan umum dan laporan keuangan pajak, serta arus
kas negatif dengan periode amatan tahun 1999-2004. Hasil dari penelitian ini
membuktikan bahwa komponen akrual menyebabkan persistensi laba lebih rendah
pada perusahaan manufaktur dengan perbedaan besar negatif antara laba akuntansi
dan laba fiskal (large negative book-tax differences) dan perbedaan besar positif
antara laba akuntansi dan laba fiskal (large positive book-tax differences) daripada
perusahaan dengan perbedaan kecil antara laba akuntansi dan laba fiskal (small booktax differences). Aliran kasnya juga mempunyai kecenderungan yang sama dengan

18

komponen akrualnya, namun tidak terbukti secara statistik mempengaruhi persistensi
laba.
Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Djamaluddin, Wijayanti, dan
Rahmawati (2008) dengan menggunakan sampel bank yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI), hasilnya tidak dapat membuktikan bahwa semakin besar perbedaan
antara laba akuntansi dan laba fiskal, maka persistensi laba semakin rendah.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur baik yang
mengalami laba maupun rugi karena baik laba maupun rugi dalam income statement
sama-sama dapat dihasilkan dari earning management sehingga dapat mempengaruhi
persistensi laba di masa depan (Djamaluddin et al., 2008), dengan periode
pengamatan tahun 2000-2006 karena pengimplementasian PSAK No. 46 untuk
perusahaan go public berlaku efektif per 1 Januari 1999.

B. Perumusan Masalah
Dari beberapa hasil penelitian sebelumnya, maka masalah yang hendak
dijawab melalui penelitian ini adalah :
1. Apakah perusahaan dengan perbedaan besar (negatif dan positif) antara laba
akuntansi dan laba fiskal mempunyai persistensi laba akuntansi lebih rendah
dibandingkan perusahaan dengan perbedaan kecil antara laba akuntansi dan laba
fiskal?
2. Apakah perusahaan dengan perbedaan besar (negatif dan positif) antara laba

19

akuntansi dan laba fiskal mempunyai persistensi komponen akrual laba dan
aliran kas lebih rendah dibandingkan perusahaan dengan perbedaan kecil antara
laba akuntansi dan laba fiskal?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mendapatkan bukti empiris tentang persistensi laba, akrual, aliran kas dan
perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai implikasi teoritis maupun praktis.
Implikasi teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat sintesis dalam literatur akuntansi yang menyatakan bahwa perbedaan
laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kualitas laba.
Beberapa implikasi praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Manajemen:
Penelitian ini dapat memberikan pertimbangan tambahan bagi pihak manajemen
dalam mengelola perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan biaya
sehingga laba akuntansi tetap dipersepsikan berkualitas atau direspon positif oleh
investor.

20

2. Bagi Akuntan Publik:
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk menyajikan
pengungkapan yang cukup dan penjelasan yang memadai tentang perbedaan laba
akuntansi dan laba fiskal yang dilaporkan dalam pelaporan keuangan, sesuai
dengan PSAK no.46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
3. Bagi Investor:
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan tambahan dalam mengambil
keputusan investasi.

4. Bagi Akademisi:
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pemahaman bagi dunia akademik
bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book tax differences)
dapat digunakan untuk menilai kualitas laba akuntansi.

E. Sistematika Penulisan
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21

Bab ini berisi konsep yang mendasari penelitian, penelitian terdahulu,
rerangka teoritis, dan hipotesis penelitian.
BAB III

METODE PENELITIAN
Bab ini berisi desain penelitian, populasi, sampel dan teknik
pengumpulan sampel, pengukuran variabel, sumber data, metode
pengumpulan data dan metode analisis data.

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi pengujian asumsi klasik, pengujian hipotesis, dan
pembahasan hasil penelitian.

BAB V

PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dari BAB I sampai BAB IV, keterbatasan dari
hasil penelitian, saran bagi penelitian selanjutnya, dan implikasi
praktis.

BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Book-Tax Differences
Dalam PSAK No.46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan yang mengatur
akuntansi pajak secara penghasilan (PPh) mulai diberlakukan secara efektif mulai
tanggal 1 Januari 1999 bagi perusahaan publik dan mulai tanggal 1 Januari 2001 bagi

22

perusahaan lainnya. Pihak manajemen perusahaan harus menghitung laba perusahaan
untuk dua tujuan yaitu untuk tujuan pelaporan keuangan berdasarkan prinsip
akuntansi berterima umum (PABU) dan pelaporan pajak sesuai dengan peraturan
pajak yang berlaku di Indonesia yang mengharuskan laba fiskal dihitung berdasarkan
metode akuntansi yang menjadi dasar perhitungan laba akuntansi yaitu metode
akrual, sehingga perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan ganda untuk tujuan
pelaporan tersebut, sehingga akhir tahun perusahaan wajib melakukan rekonsiliasi
fiskal untuk menentukan besarnya laba fiskal dengan cara melakukan penyesuaianpenyesuaian laba akuntansi berdasarkan peraturan pajak.
Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal adalah perbedaan pelaporan
laba yang disebabkan karena perbedaan konsep dan peraturan dalam masing-masing
sistem pelaporan (Plesko, 2004), sedangkan menurut Phillips, Pincus dan Rego
(2003) perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal merupakan komponen total
dari beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan dan mencerminkan efek pajak
yang ditimbulkan oleh perbedaan temporer antara akuntansi dan pajak. Berdasarkan
Suandy (2001) perbedaan dalam sistem akuntansi ini disebabkan oleh:
1. Perbedaan permanen (permanent differences)
Perbedaan permanen adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan
menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut standar
akuntansi keuangan tanpa ada koreksi di kemudian hari. Perbedaan positif terjadi
karena ada laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan dan relief
pajak, sedangkan perbedaan negatif terjadi karena adanya pengeluaran sebagai

23

beban laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan fiskal. Misalnya, bunga
deposito diakui sebagai pendapatan dalam laba akuntansi, tetapi tidak diakui
sebagai pendapatan dalam laba fiskal, dan premi asuransi yang ditanggung
perusahaan untuk karyawan, diakui sebagai biaya dalam laba akuntansi, tetapi
tidak diakui sebagai biaya dalam laba fiskal.
2. Perbedaan temporer (temporary or timing differences)
Perbedaan temporer dapat dibagi menjadi perbedaan waktu positif dan perbedaan
waktu negatif. Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengakuan beban untuk
akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk pajak atau pengakuan
penghasilan untuk tujuan pajak lebih lambat dari pengakuan penghasilan untuk
tujuan akuntansi. Perbedaan waktu negatif terjadi jika ketentuan perpajakan
mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban akuntansi komersial atau
akuntansi penghasilan mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan
penghasilan menurut ketentuan pajak. Untuk tujuan pelaporan keuangan,
pendapatan diakui ketika diperoleh dan biaya diakui pada saat terjadinya (accrual
basic).
PABU memberikan kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur
akuntansinya. Manajer dapat memilih salah satu diantara beberapa metoda akuntansi
yang berbeda, misalnya dalam penentuan metoda depresiasi dan pengestimasian
perioda

depresiasi

dan

amortisasi,

serta

manajer

bebas

menggunakan

pertimbangannya untuk menentukan besarnya cadangan dana yang dapat mengurangi
laba, misalnya penentuan cadangan piutang tidak tertagih, cadangan kompensasi,

24

cadangan garansi, dan lain-lain (Mills dan Newberry, 2001). Sedangkan peraturan
pajak tidak memberikan banyak kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur
akuntansi dalam pelaporan pajaknya, sehingga untuk tujuan pajaknya perusahaan
hanya mengakui pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan pada perioda
yang bersangkutan. Dengan kata lain, pendapatan dicatat ketika kas diterima,
penangguhan pendapatan (unearned) tidak dimasukkan dalam laba fiskal, dan biaya
diakui pada saat kas dikeluarkan, atau cash basic (Suandy, 2001).
Berdasarkan dua kelompok penyebab perbedaan antara laba akuntansi dan
laba fiskal, penelitian ini hanya memfokuskan pada perbedaan temporer sesuai
dengan model penelitian Hanlon (2005). Penelitian ini tidak menggunakan perbedaan
permanen dalam analisis utama karena perbedaan permanen hanya mempengaruhi
perioda terjadinya saja dan tidak mengindikasikan kualitas laba yang dihubungkan
dengan proses akrual, selain itu perbedaan permanen tidak menimbulkan konsekuensi
adanya penambahan atau pengurangan jumlah pajak masa depan. Penelitian ini
menggunakan perbedaan temporer yang berhubungan dengan proses akrual sehingga
dapat digunakan untuk penilaian kualitas laba masa depan. Perbedaan temporer yang
dapat menambah jumlah pajak di masa depan akan diakui sebagai utang pajak
tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya biaya pajak tangguhan (deffered
tax expense), yang berarti bahwa kenaikan utang pajak tangguhan konsisten dengan
perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal atau menunda biaya untuk
pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak. Sebaliknya, perbedaan temporer yang
dapat mengurangi jumlah pajak dimasa depan akan diakui sebagi aktiva pajak

25

tangguhan dan perusahan harus mengakui adanya keuntungan atau manfaat pajak
tangguhan (deffered tax benefit) yang berarti bahwa kenaikan pajak tangguhan
konsisten dengan perusahan yang mengakui biaya lebih awal atau menangguhkan
pendapatannya untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak (Philips,
Pincus, dan Rego; 2003). Informasi tentang pajak tangguhan ini akan sangat berguna
pada perusahaan dengan selisih atau perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal
yang besar (Cheung et al., 1997)

B. Kualitas Laba Akuntansi
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia (PSAK) paragraf 69 (IAI,
2007 menyatakan bahwa laba seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau
sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment)
atau penghasilan per saham (earnings per share). Unsur yang langsung berkaitan
dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban.
Pelaporan laba telah dipandang oleh pemakai laporan keuangan sebagai laporan yang
dominan (Dechow, 1994; Ball dan Brown, 1968) dan laba merupakan informasi utama
yang disajikan dalam laporan keuangan (Cohen, 2003), sehingga para pemakai
laporan keuangan harus mencermati angka-angka dalam laporan keuangan, karena
angka-angka dalam laporan keuangan merupakan fungsi dari kebijakan dan metodametoda akuntansi yang dipilih perusahaan. Untuk memenuhi tujuan penyajian
informasi keuangan yaitu bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi atau

26

investasi, seharusnya laba yang disajikan merupakan laba yang berkualitas (Sutopo,
2007). Laba yang berkualitas tinggi adalah laba yang mempunyai kemampuan tinggi
dalam memprediksi laba di masa datang (Schipper dan Vincent, 2003).
Menurut Schipper dan Vincent (2003), kualitas laba menunjukkan tingkat
kedekatan laba yang dilaporkan dengan hicksian income, yang merupakan laba
ekonomik yaitu jumlah yang dapat dikonsumsi dalam satu perioda dengan menjaga
kemampuan perusahaan pada awal dan akhir perioda tetap sama. Hal ini sesuai
dengan Suwardjono (2006) yang menyatakan bahwa kualitas laba akuntansi
ditunjukkan oleh kedekatan atau korelasi antara laba akuntansi dan laba ekonomik.
Dalam literatur penelitian akuntansi, terdapat berbagai pengertian tentang
kualitas laba dalam hal pengambilan keputusan. Schipper dan Vincent (2003)
mengelompokkan konstruk kualitas laba dan pengukurannya berdasarkan cara
menentukan kualitas laba, yaitu:
1. Berdasarkan sifat runtun-waktu dari laba, kualitas laba meliputi: persistensi,
prediktabilitas (kemampuan prediksi), dan variabilitas,
2. Kualitas laba yang didasarkan pada hubungan laba-kas-akrual yang dapat diukur
dengan berbagai ukuran, yaitu: rasio kas operasi dengan laba, perubahan akrual
total, estimasi abnormal/discretionary accruals (akrual abnormal/kebijakan), dan
estimasi hubungan akrual-kas,
3. Kualitas laba dapat didasarkan pada Konsep Kualitatif Rerangka Konseptual
(Financial Acounting Standards Board, FASB, 1978). Laba yang berkualitas
adalah laba yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan yaitu yang memiliki

27

karakteristik relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas/konsistensi,
4. Kualitas laba berdasarkan keputusan implementasi meliputi dua pendekatan.
Dalam pendekatan pertama, kualitas laba berhubungan negatif dengan banyaknya
pertimbangan, estimasi, dan prediksi yang diperlukan oleh penyusunan laporan
keuangan. Dalam pendekatan kedua, kualitas laba berhubungan negatif dengan
besarnya keuntungan yang diambil oleh manajemen dalam menggunakan
pertimbangan agar menyimpang dari tujuan standar (manajemen laba).
Kualitas laba sering dikaitkan dengan perekayasaan laba (earnings
management), karena laba yang telah mengalami perekayasaan akan menurunkan
kualitasnya. Pengertian perekayasaan laba sangat penting bagi pengguna laporan
keuangan, termasuk akuntan karena dapat memperbaiki pemahaman tentang manfaat
laba, baik untuk pelaporan keuangan kepada investor, maupun dalam membuat suatu
kontrak (Scott, 2000). Namun, perekayasaan laba harus dapat dibedakan dengan salah
saji (misrepresentation) dan pendistorsian (distortion) karena perekayasaan laba
menggunakan prinsip akuntansi yang dapat diterima (acceptable) untuk pelaporan
hasil tertentu (Triyono, 2007), seperti misalnya pelaporan pajak (Guenther, 1994).
Hayn (1995) menjelaskan bahwa gangguan persepsian dalam laba akuntansi
disebabkan oleh peristiwa transitori (transitory events) atau penerapan konsep akrual
dalam akuntansi. Peristiwa transitori adalah peristiwa yang terjadi pada waktu
tertentu dan hanya berpengaruh pada perioda terjadinya peristiwa tersebut. Biaya
(manfaat) pajak tangguhan yang berasal dari perbedaan temporer antara laba
akuntansi dan laba fiskal dapat dianggap sebagai bentuk perekayasaan laba untuk

28

pelaporan tertentu, dan ini merupakan gangguan persepsian dalam laba akuntansi,
karena dua hal: (1) biaya (manfaat) pajak tangguhan yang dilaporkan dalam laporan
laba rugi merupakan hasil dari penerapan konsep akuntansi akrual dalam pengakuan
pendapatan dan biaya serta memiliki konsekuensi pajak; (2) biaya (manfaat) pajak
tangguhan yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi merupakan komponen transitori,
yang berarti bahwa biaya (manfaat) pajak tangguhan tersebut tidak terjadi secara
terus-menerus dan hanya terjadi dalam perioda tertentu, yaitu selama perusahaan
menerapkan metoda dan kebijakan akuntansi yang berbeda dengan peraturan pajak
(Wijayanti, 2006).

C. Persistensi Laba
Pelaporan laba bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan seperti
investor, kreditor, serta pihak lain. Investor dan kreditor biasanya menggunakan
informasi laba saat ini untuk memprediksi laba masa depan. Agar prediksi yang
diperoleh tepat, investor membutuhkan laba yang berkualitas untuk menjamin
informasi laba tersebut bermanfaat. Persistensi laba merupakan suatu ukuran yang
menjelaskan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang
diperoleh saat ini sampai satu periode masa depan (Sloan, 1996).
Atas dasar persistensi, laba yang berkualitas adalah laba yang persisten yaitu
laba yang berkelanjutan, lebih bersifat permanen dan tidak bersifat transitori.
Persistensi

sebagai

kualitas

laba

ini

ditentukan

berdasarkan

perspektif

29

kemanfaatannya dalam pengambilan keputusan khususnya dalam penilaian ekuitas,
laba yang berkualitas tinggi ádalah laba yang mempunyai kemampuan tinggi dalam
memprediksi laba di masa datang (Schipper dan Vincent, 2003).
Sloan (1996) menggunakan koefisien regresi dari regresi antara laba akuntansi
perioda sekarang dengan perioda yang akan datang sebagai proksi persistensi laba
akuntansi. Laba akuntansi dianggap semakin persisten, jika koefisien variasinya
semakin kecil. Jika koefisiennya positif dan menghasilkan angka yang mendekati
satu, maka dapat dikatakan laba tersebut memiliki persistensi yang tinggi, dan jika
mendekati nilai nol, maka akan memiliki laba transitori yang tinggi. Jika koefisiennya
negatif dan menghasilkan angka yang mendekati satu, maka persistensinya kurang,
sebaliknya jika angka lebih kecil atau mendekati nol, maka persistensinya kuat atau
besar. Selain itu, persistensi laba ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas
yang terkandung dalam laba saat ini (Penman, 2001).
Bernstein (1993, 461) dalam Sloan (1996) menyatakan bahwa komponen
akrual dari current earnings cenderung kurang terulang lagi atau kurang persisten
untuk menentukan laba masa depan karena mendasarkan pada akrual, defferred
(tangguhan), alokasi dan penilaian yang mempunyai distorsi subyektif. Beberapa
analis keuangan lebih suka mengkaitkan aliran kas operasi sebagai penentu atas
kualitas laba karena aliran kas dianggap lebih persisten dibanding komponen akrual.
Mereka percaya bahwa semakin tinggi rasio aliran kas operasi terhadap laba bersih,
maka akan semakin tinggi pula kualitas laba tersebut.
Hanlon (2005) menguji apakah persistensi laba dapat dijelaskan oleh

30

perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Pengujian ini memfokuskan pada
manfaat informasi laba, khususnya laba yang persisten bagi investor. Karena laba
persisten sangat penting bagi penilaian investor, maka diidentifikasi dan diuji faktor
yang mengindikasi persistensi laba tersebut, yaitu perbedaan antara laba akuntansi
dan laba fiskal (book tax differences).

D. Akrual
Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan selama ini didasari pada
akuntansi akrual (accrual-based accounting), karena masih relevan dalam
pengukuran kinerja keuangan perusahaan (Dechow, 1994; Dechow et al., 1998; dan
Dechow dan Dichev, 2002). Dalam PSAK no 1 (2007) juga menyebutkan bahwa
untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan
dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi pada
pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta sumber
daya yang mempresentasikan kas yang akan diterima di masa yang akan datang.
Elemen-elemen laporan keuangan dihitung dan dimasukkan dalam laporan keuangan
melalui penggunaan prosedur akuntansi akrual. Akuntansi akrual mendasarkan pada

31

konsep akrual, tangguhan, alokasi, amortisasi, realisasi, dan pengakuan.
Sesuai dengan PSAK no 1, Belkaouli (2000) menyebutkan bahwa akrual
adalah proses akuntansi dalam pengakuan kejadian nonkas dan keadaan-keadaan yang
terjadi, secara spesifik, akrual meminta pengakuan revenue dan peningkatan asset,
serta expense dan peningkatan utang dalam jumlah yang diharapkan akan diterima
atau dibayar, biasanya dalam bentuk kas dimasa mendatang.
Akrual mengandung makna bahwa transaksi dan peristiwa lain diakui pada
saat kejadian (bukan pada saat kas/setara kas diterima) dan dicatat dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Akrual memiliki peranan penting dalam pengukuran laba dan pelaporan keuangan.
Premis dasar dalam akuntansi akrual yang terdiri arus kas operasi dan akrual akan
memberikan gambaran yang lebih baik untuk laba masa depan, dividen dan arus kas
bila dibandingkan dengan arus kas saat ini dan masa lalu. Jika premis ini benar dan
jika nilai ekuitas mencerminkan laba di masa depan maka akrual juga akan
dipertimbangkan dalam penilaian ekuitas atau relevan dalam penilaian. Akrual dan
arus kas adalah mirror images yaitu ketika nilai akrual bernilai signifikan, maka
koefisien arus kas diharapkan bernilai signifikansi positif (Barth et.al., 1999).
Sloan (1996) menguji sifat kandungan informasi komponen akrual dan
komponen arus kas, informasi tersebut terefleksi dalam harga saham. Hasil
menunjukkan bahwa kinerja laba yang teratribut pada komponen akrual
menggambarkan persistensi yang lebih rendah daripada kinerja laba yang teratribut
pada komponen arus kas. Sloan (1996) juga menunjukkan bahwa harga saham

32

bereaksi jika investor “fixate” (percaya) pada laba, gagal membedakan antara
properties komponen akrual dan komponen arus kas. Akibatnya, perusahaanperusahaan yang level akrualnya relatif tinggi (rendah) mengalami abnormal return
masa datang yang negatif (positif) di sekitar pengumuman laba masa datang. Sloan
(1996) berpendapat bahwa hasil penelitian ini konsisten dengan fiksasi laba oleh
sebagian kecil partisipan pasar terhadap jumlah total laba yang dilaporkan tanpa
memperhatikan besarnya komponen akrual dan komponen arus kas.
Sebuah penelitian yang merupakan kelanjutan dari penelitian Sloan (1996)
yang menggambarkan bahwa akrual adalah indikator utama dalam laba dan return
saham telah dilakukan oleh Richardson et.al (2004). Hasil penelitian tersebut
mengindikasikan bahwa informasi dalam akrual tentang kualitas laba tidak dibatasi
dengan akrual sekarang yang dianalisis oleh Sloan (1996), tetapi lebih pada akrual
yang non sekarang. Secara keseluruhan, hasil mengindikasikan bahwa total akrual
yang didefinisikan sebagai perbedaan antara laba dan free cash flows memberikan
suatu intuisi, kekuatan, dan pengukuran yang sederhana tentang kualitas laba.

E. Aliran Kas
Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang melaporkan penerimaan kas,
pengeluaran kas dan perubahan kas bersih, hasil dari aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan suatu perusahaan selama satu periode akuntansi, dalam suatu format yang
mencatat keseimbangan saldo awal dengan saldo akhir kas. Pengungkapan tentang

33

pentingnya informasi arus kas dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No.2 paragraf 1 (IAI 2007) yang menyatakan bahwa perusahaan harus
menyusun laporan arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian
yang tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap peride penyajian
laporan keuangan.
Tujuan laporan arus kas menurut PSAK No 2 adalah memberikan informasi
historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan
arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas dari operasi,
investasi, maupun pendanaan selama suatu periode akuntansi. Informasi arus kas
memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih
perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas), dan kemampuan
untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan
perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas, dan memungkinkan
para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai
sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows ) dari berbagai perusahaan.
Informasi tersebut juga dapat meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi
berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan
akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Informasi arus
kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang
telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan
arus kas bersih serta dampak perubahan harga (IAI 2007).

34

Harahap (2007) menyebutkan bahwa penerimaan dan pembayaran kas selama
satu periode diklasifikasikan menjadi tiga aktifitas yang berbeda yaitu aktivitas
operasi, investasi dan pendanaan. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi
merupakan

indikator

yang

menentukan

apakah

operasi

perusahaan

dapat

menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara
kemampuan operasi perusahaan, membayar deviden dan melakukan investasi baru
tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Arus kas dari aktivitas operasi
terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh
karena itu arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain
yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Beberapa contoh kegiatan yang
termasuk dalam aktivitas operasi antara lain: kegiatan produksi, pengiriman barang,
penerimaan jasa dan lain-lain. Arus kas dari aktivitas operasi seperti:
1. Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa,
2. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain,
3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa,
4. Pembayaran kas kepada karyawan,
5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan
klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya,
6. Penerimaan dan pembayaran kas kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali
dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai aktivitas pendanaan dan investasi,
7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan trasaksi
dan usaha perdagangan.

35

Bowen et al. (1986) juga menyatakan bahwa manfaat data arus kas adalah
dapat memprediksi kegagalan, menaksir risiko sebagai prediksi pemberian pinjaman,
penilaian perusahaan, serta dapat memberikan informasi tambahan bagi pasar modal.

F. Rerangka Teoritis
Penelitian ini menggunakan dua rerangka teoritis. Rerangka teoritis pertama
ditujukan untuk hipotesis pertama, dimana pada penelitian ini menggunakan variabel
independen laba sebelum pajak, variabel dependen laba sebelum pajak masa depan,
dan variabel pemoderasi yaitu; perusahaan dengan perbedaan besar negatif antara
laba akuntansi dan laba fiskal, perusahaan dengan perbedaan besar positif antara laba
akuntansi dan laba fiskal, dan perusahaan dengan perbedaan kecil antara laba
akuntansi dan laba fiskal. Variabel independen yang digunakan adalah laba sebelum
pajak yang diproksikan dengan laba perusahaan sebelum biaya pajak kini dan pos luar
biasa, sedangkan variabel dependennya laba sebelum pajak masa depan. Selanjutnya
dimasukkan perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal sebagai variabel
pemoderasi untuk menguji persistensi laba pada perusahaan yang mempunyai
perbedaan besar negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal maupun perbedaan
besar positif antara laba akuntansi dan laba fiskal.

36

Rerangka Teoritis I:

Pre Tax Book Income
(PTBIt)

Pre Tax Book Income
t+1 (PTBIt+1)

variabel independen

variabel dependen

Large positive book-tax
differences (LPBTD)
Large negative book-tax
differences (LNBTD)
Small book-tax differences
variabel pemoderasi

GAMBAR 1
RERANGKA TEORITIS HIPOTESIS 1

Keterangan:
Pre Tax Book Income (PTBI)
= Laba sebelum pajak
Large
Positive
Book-Tax = Perusahaan dengan perbedaan besar
Differences (LPBTD)
negatif antara laba akuntansi dan laba

37

fiskal
Large
Negative
Book-Tax = Perusahaan dengan perbedaan besar
Differences (LNBTD)
positif antara laba akuntansi dan laba
fiskal
Small book-tax differences (small- = Perusahaan dengan perbedaan kecil
BTD)
antara laba akuntansi dan laba fiskal

Rerangka teoritis kedua ditujukan untuk hipotesis kedua. Variabel independen
yang digunakan adalah aliran kas operasi sebelum pajak dan laba akrual sebelum
pajak. Variabel dependen yang digunakan adalah laba sebelum pajak masa depan,
sedangkan variabel pemoderasi yang digunakan adalah perusahaan dengan perbedaan
besar negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal, perusahaan dengan perbedaan
besar positif antara laba akuntansi dan laba fiskal, dan perusahaan dengan perbedaan
kecil antara laba akuntansi dan laba fiskal. Penelitian yang kedua dimaksudkan untuk
menguji persistensi komponen akrual laba dan aliran kas pada perusahaan yang
mempunyai perbedaan besar negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal maupun
perbedaan besar positif antara laba akuntansi dan laba fiskal.

Rerangka Teoritis II:

Pre Tax Cash Flows
(PTCF)
Pre Tax Accruals
(PTACC)

Pre Tax Book Income
t+1 (PTBIt+1)

variabel independen

variabel dependen

Large positive book-tax
differences (LPBTD)
Large negative book-tax
differences (LNBTD)
Small book-tax differences
variabel pemoderasi

38

GAMBAR 2
RERANGKA TEORITIS HIPOTESIS 2

Keterangan:
Pre Tax Book Income (PTBI)
Pre Tax Cash Flows (PTCF)
Pre Tax Accruals (PTACC)
Large
Positive
Book-Tax
Differences (LPBTD)

= Laba sebelum pajak
= Aliran kas operasi sebelum pajak
= Laba akrual sebelum pajak
= Perusahaan dengan perbedaan besar
negatif antara laba akuntansi dan laba
fiskal
Large
Negative
Book-Tax = Perusahaan dengan perbedaan besar
Differences (LNBTD)
positif antara laba akuntansi dan laba
fiskal
Small book-tax differences (small- = Perusahaan dengan perbedaan kecil
BTD)
antara laba akuntansi dan laba fiskal
G. Pengembangan Hipotesis
Dalam Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2007)
dinyatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi. Agar bermanfaat, laporan
keuangan perlu memiliki karakteristik sebagai laporan keuangan yang berkualitas.
Untuk informasi akuntansi berupa laba, meskipun persistensi laba bukan merupakan
komponen dari definisi kualitas primer laba, namun persistensi laba sering digunakan
sebagai pertimbangan kualitas laba karena dalam karakter relevansi terdapat
komponen nilai prediktif laba, dimana salah satu unsur nilai prediktif laba adalah

39

persistensi laba (Jonas dan Blanchet, 2000). Ohlson (1995) juga menggunakan
persistensi laba sebagai karakteristik nilai relevan dalam model penilaiannya. Oleh
karena persistensi laba merupakan unsur relevansi, maka beberapa informasi dalam
perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal yang dapat mempengaruhi persistensi
laba, dapat membantu investor dalam menentukan kualitas laba dan nilai perusahaan.
Hanlon (2005) menyatakan bahwa masih terdapat beberapa pendapat yang
mendukung dan menentang pernyataan mengenai apakah perbedaan antara laba
akuntansi dan laba fiskal dapat mencerminkan informasi tentang persistensi laba.
Pendapat yang mendukung berasal dari beberapa literatur analisis keuangan yang
menyatakan bahwa naiknya laba yang dilaporkan oleh manajemen yang disebabkan
oleh pilihan metoda akuntansi dalam proses akrual akan menyebabkan adanya
perbedaan besar antara laba akuntansi dan laba fiskal (Hanlon, 2005). Misalnya,
Revsine et al. (2005) menyatakan bahwa kenaikan utang pajak tangguhan, yang
mencerminkan laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal mengindikasikan
kualitas laba semakin buruk. Revsine et al. (2005) juga berpendapat bahwa
berkurangnya saldo aktiva pajak tangguhan harus diinvestigasi lebih lanjut, karena
perubahan dalam hubungannya dengan akun neraca mungkin digunakan sebagai suatu
cara untuk menaikkan laba secara semu. Karena jumlah pendapatan selama setahun
harus sama dengan jumlah aliran kasnya, pada akhirnya manajer harus membalikkan
beberapa kelebihan kenaikan (penurunan) akrual laba yang dibuat di masa lalu (Jones,
1991). Dengan kata lain, jika perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal besar
merupakan bukti kenaikan (penurunan) laba karena pilihan akrual, komponen akrual

40

perusahaan tersebut akan menunjukkan pembalikan (reversal) masa depan yang besar
secara rata-rata, dan menyebabkan persistensi laba rendah. Sedangkan pendapat yang
menentang bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal dapat
mencerminkan informasi tentang persistensi laba sekarang adalah adanya suatu
penjelasan bahwa perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal dapat dihasilkan
melalui strategi perencanaan pajak (tax-planning).
Namun ada asumsi implisit yang mendasari penelitian perbedaan antara laba
akuntansi dan laba fiskal untuk menilai kualitas laba, bahwa terdapat variasi cross
sectional dalam kemampuan manajer untuk memanipulasi pelaporan laba akuntansi,
tetapi tidak ada variasi cross sectional dalam kemampuan manajer untuk
memanipulasi pelaporan laba kena pajak (Hanlon, 2005; Phillips et al., 2003).
Implikasinya adalah manajer lebih senang meningkatkan laba akuntansi tanpa
menyebabkan peningkatan pada laba fiskal dengan memanfaatkan keleluasaan
peraturan Generally Accepted Accounting Pr

Dokumen yang terkait

Pengaruh perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, discretionary accrual, dan aliran kas terhadap persistensi laba: studi empiris pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia

2 8 98

PENGARUH ALIRAN KAS, LEVERAGE, BOOK TAX DIFFERENCE TERHADAP PERSISTENSI LABA DENGAN KOMPONEN LABA AKRUAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REALESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA

3 31 29

PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Book-Tax Differences Terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 14

PENDAHULUAN Pengaruh Book-Tax Differences Terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 7

PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Book-Tax Differences Terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 14

Pengaruh Book Tax Differences terhadap Persistensi Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 - 2013).

1 4 23

PENGARUH BOOK TAX-DIFFERENCES TERHADAP HUBUNGAN LABA SEKARANG, AKRUAL DAN ARUS KAS DENGAN LABA DI MASA DATANG (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011).

0 0 1

ANALISIS PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005-2010).

0 0 14

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA, AKRUAL DAN ALIRAN KAS PADA PERUSAHAAN JASA TELEKOMUNIKASI

0 0 6

PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCE, ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS AKRUAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA PERSISTENSI LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

0 1 17