Aktivitas antikanker ekstrak etanol daun surian (Toona sinensis) pada tikus betina galur sprague-dawley yang diinduksi 7,12-Dimetilbenz(α)Antrasena

AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN
SURIAN (Toona sinensis) PADA TIKUS BETINA Sprague Dawley
YANG DIINDUKSI 7,12-DIMETILBENZ(α)ANTRASENA

NINA BIN HATIM

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ii

ABSTRAK
NINA BIN HATIM. Aktivitas Antikanker Ekstrak Etanol Daun Surian (Toona
sinensis) pada Tikus Betina Galur Sprague-Dawley yang Diinduksi 7,12Dimetilbenz(α)Antrasena. Dibimbing oleh SYAMSUL FALAH dan POPI ASRI
KURNIATIN.
Daun surian (Toona sinensis) diketahui mengandung senyawa bioaktif yang
berkhasiat sebagai antikanker. Namun belum ada penelitian secara in vivo yang
membuktikan efektivitas antikankernya terhadap penurunan volume kanker

payudara pada tikus yang telah diinduksi kanker. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari aktivitas antikanker ekstrak etanol daun surian pada tikus yang
diinduksi senyawa 7,12-dimetilbenz(α)antrasena (DMBA). Sebanyak 20 ekor
tikus betina dibagi menjadi 5 kelompok (n=4) yaitu normal, kanker (kontrol
negatif), doxorubicin (kontrol positif), ekstrak I, dan ekstrak II. Induksi kanker
dilakukan satu kali dengan menyuntikkan senyawa DMBA dengan dosis 25
mg/Kg BB. Setelah itu, kelompok ekstrak I dan II diberikan ekstrak etanol daun
surian masing-masing 500 mg/Kg BB dan 750 mg/Kg BB secara oral selama 30
hari, sedangkan kelompok doxorubicin diberikan doxorubicin secara intravena
dengan dosis 2 μg/200 g BB seminggu sekali selama 3 minggu. Aktivitas
antikanker ditentukan dengan mengamati penurunan volume kanker payudara
yang dihitung berdasarkan jumlah nodul dan diameter kanker payudara yang
terbentuk. Volume kanker payudara kelompok doxorubicin mengalami penurunan
sebeasar 6.438 cm3. Sementara itu kelompok kanker, ekstrak I, dan ekstrak II
mengalami kenaikan volume kanker payudara yaitu berturut-turut sebesar 25.832
cm3, 25.836 cm3 dan 23.279 cm3. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak etanol daun surian tidak efektif menekan pertumbuhan kanker payudara.

iii


ABSTRACT
NINA BIN HATIM. Anticancer Activity of Surian (Toona sinensis) Leaf Ethanol
Extract
in
Sprague
Dawley
Female
Rat
Induced
by
7,12Dimetilbenz(α)Antrasena. Under the supervision of SYAMSUL FALAH and
POPI ASRI KURNIATIN.
Surian leaves (Toona sinensis) contain bioactive compounds, which have been
reported as an anticancer agent. However, in vivo study of surian leaves as
anticancer has not been carried out. This research was conducted to investigate
anticancer activity of surian leaves ethanol extract in rats that had been induced
with 7,12-dimetilbenz(α)antrasena (DMBA). Twenty female rats were divided
into 5 groups (n=4), namely normal, cancer, doxorubicin, extract I and II groups.
Cancer induction was carried out once by injecting DMBA via intravena with a
dose of 25 mg/Kg BW. The extract I and II groups were administered orally by

surian leaves ethanol extract at 500 mg/Kg BW and 750 mg/Kg BW for 30 days,
meanwhile doxorubicin group was administered by doxorubicin once a week for 3
weeks at 2 μg/200 g BW via intravena. Anticancer activity was determined by
observing the decrease of tumor volume that was calculated based on number of
nodules and cancer diameter. Cancer volume of doxorubicin group decreased by
6.438 cm3. In the mean time, cancer, extract I, and extract II groups consecutively
increased by 25.832 cm3, 25.836 cm3 and 23.279 cm3 respectively. This results
showed that the extract was not effective in repressing cancer growth.

iv

AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN
SURIAN(Toona sinensis) PAD A TIKUS BETINA Sprague-Dawley
YANG DIINDUKSI 7,12-DIMETILBENZ(α)ANTRASENA

NINA BIN HATIM
G84080086

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

v

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Aktivitas Antikanker Ekstrak Etanol Daun Surian (Toona
sinensis) Pada Tikus Betina galur Sprague-Dawley Yang
Diinduksi 7,12-Dimetilbenz(α)Antrasena
: Nina Bin Hatim

: G84080086

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Syamsul Falah, S.Hut., M.Si
Ketua

Popi Asri Kurniatin,S.Si. Apt., M.Si.
Anggota

Diketahui

Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc
Ketua Departemen Biokimia

Tanggal Lulus:

vi


PRAKATA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas segala karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini berjudul Aktivitas Antikanker Ekstrak
Etanol Daun Surian (Toona sinensis) Pada Tikus Betina galur Sprague-Dawley
Yang Diinduksi 7,12-Dimetilbenz(α)Antrasena. Kegiatan penelitian ini dilakukan
dari bulan Februari hingga Juni 2012, bertempat di Laboratorium Penelitian
Biokimia dan Laboratorium Hewan Coba Biokimia, FMIPA, IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian penelitian ini, terutama kepada Dr. Syamsul Falah, S.Hut.,
M.Si selaku ketua pembimbing dan Popi Asri Kurniatin,S.Si. Apt., M.Si selaku
anggota pembimbing dalam memberikan saran, kritik, dan bimbingannya serta
orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi, dan
semangat bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih kepada
Pemda Maluku Tenggara yang membiayai pendidikan penulis selama di IPB dan
Dikti yang telah membiayai penelitian ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih orang-orang tercinta, Ayah,
Mama, ka Ona dan Ari, kepada rekan selama penelitian Aji, Edwin, Isul dan Yoan
atas kerjasama yang diberikan. Selain itu kepada rekan Biokimia 44, 45, 46,

Balsyuk, Brenda, Iciq, Adit, Naso, Udit, Rian, Aros, Dita, Echa, Ulan, temanteman Alaska, Yuli, Ipar, Chrisye, Chika, Adnan, Winda, Yaya, Tatut dan Odha
yang telah memberikan bantuan, kritik, dan saran bagi penulis. Semoga penelitian
ini mampu memberikan informasi dan manfaat bagi yang memerlukan.

Bogor, Juni 2012

Nina Bin Hatim

vii

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tual, Maluku Tenggara pada tanggal 17 September
1989 dari ayah Awat Bin Hatim dan ibu Dici Bugis. Penulis merupakan anak
kedua dari enam bersaudara. Pendidikan penulis dimulai dari SDN Islamic
Village Tangerang dan melanjutkan pendidikan ke Tsanawiyah Negeri Tual.
Penulis lulus tahun 2007 dari SMAN 1 Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara
dan pada tahun 2008 masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD).
Penulis memilih mayor Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Penulis pernah aktif dalam organisasi kemasiswaan. Pada tahun 2010-2011

penulis aktif menjadi staf divisi C-Core Himpunan profesi Community of
Research and Education in Biochemistry (CREBs). Selama perkuliahan, penulis
pernah melaksanakan praktik lapangan di Laboratorium Teknologi Genetika,
Bioteknologi-BPPT dan menulis laporan ilmiah yang berjudul Deteksi GMO
(Genetically Modified Organism) pada Kedelai dan Produk Turunannya
Menggunakan Teknik PCR (Polymerase Chain Reaction).

viii

DAFTAR ISI
Halaman 
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix 
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x 
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 1 
Surian (Toona sinensis Roem) ............................................................................ 1 
Kanker Payudara ................................................................................................. 2 
7,12-Dimethylbenz(α)antrasena sebagai Karsinogen ......................................... 3 
Doxorubicin sebagai Obat Antikanker ................................................................ 4 
Tikus Sprague-Dawley sebagai Hewan Coba ..................................................... 5 

BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 5 
Alat dan Bahan .................................................................................................... 5 
Metode ................................................................................................................ 5 
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7 
Ekstrak Daun Surian ........................................................................................... 7 
Pengaruh Induksi DMBA terhadap Pembentukan Kanker Payudara ................. 7 
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Surian terhadap Perkembangan Kanker
Payudara .............................................................................................................. 9 
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 10 
Simpulan ........................................................................................................... 10 
Saran.................................................................................................................. 10 
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10 
LAMPIRAN .......................................................................................................... 13 

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Pohon surian ................................................................................................


2

2 Metabolit aktif dari DMBA...........................................................................

4

3 Struktur senyawa doxorubicin ......................................................................

5

4 Pengaruh perlakuan terhadap bobot badan ..................................................

8

5 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah nodul kanker payudara ....................

9

6 Pengaruh perlakuan terhadap volume kanker payudara............................... 10


x

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Ekstraksi sampel T.sinensis ............................................................................ 14

2

Rancangan percobaan.................................................................................... 15

3 Rendemen ekstrak daun surian ..................................................................... 16
4 Perhitungan dosis doxorubicin ...................................................................... 17
5

Perhitungan dosis DMBA ............................................................................. 18

6

Pengaruh perlakuan terhadap jumlah nodul kanker payudara ...................... 19

7

Pengaruh perlakuan terhadap bobot badan tikus SD..................................... 20

8

Pengaruh perlakuan terhadap diameter kanker payudara pada tikus ............ 23

9

Pengaruh perlakuan terhadap volume kanker payudara pada tikus .............. 27

10 persentase perubahan volume kanker payudara ............................................ 29

PENDAHULUAN
Kanker merupakan masalah utama
kesehatan tidak hanya di negara maju namun
juga di negara berkembang. World Cancer
Report melaporkan berdasarkan data The
International Agency for Research on Cancer
tahun 2010, menyatakan kanker merupakan
penyebab kematian nomor satu didunia. Data
Organisasi Kesehatan Dunia (Global Cancer
Statistics, WHO 2010) menunjukkan bahwa
tahun 2008 terdapat 24.6 juta penderita
kanker, 12.7 juta kasus baru, dan 6.7 juta
kematian akibat kanker jadi jika diprediksikan
pada tahun 2030 akan ada 20-26 juta kasus
kanker baru dan 13-17 juta kematian akibat
kanker.
Pada tahun 2011 diperkirakan
sebanyak 230480 kasus baru kanker payudara
ganas dan 57650 kanker payudara tidak ganas
terjadi pada perempuan di Amerika Serikat.
Selain itu, sebanyak 2140 kasus baru kanker
payudara ganas juga terjadi pada pria. Sekitar
39520 perempuan di Amerika Serikat pada
tahun 2011 diramalkan meninggal dunia
akibat kanker payudara. Tingkat kematian
akibat kanker payudara pada perempuan di
Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan
dengan kanker lainnya di samping kanker
paru-paru (America Cancer Society 2012).
Kanker dapat menyebabkan banyak gejala
yang berbeda, bergantung pada lokasinya dan
karakter dari keganasan dan metastasisnya.
Diagnosis kanker
dilakukan dengan
pemeriksaan makroskopik jaringan yang
diperoleh dengan biopsi. Beberapa usaha
pengobatan terhadap kanker telah dilakukan
secara intensif, yaitu dengan pembedahan,
kemoterapi dan radioterapi, namun belum
mampu secara efektif menanggulangi kanker.
Meskipun pengobatan dengan cara-cara
tersebut cukup menolong penderita kanker
yang terdeteksi dini dan belum mengalami
metastasis (Ganiswara 1995). Kegagalan yang
sering terjadi dalam pengobatan kanker
utamanya melalui kemoterapi, dikarenakan
rendahnya selektifitas anti kanker dan belum
jelasnya proses karsinogenesis. Kendala lain
yang dihadapi dalam pengobatan kanker
adalah mahalnya biaya pengobatan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
penelitian dan pengembangan obat kanker
menjadi sangat penting untuk terus dilakukan.
Upaya penemuan senyawa kemorepresif
dalam rangka pengobatan kanker, merupakan
strategi baru yang menjanjikan. Senyawa
kemorepresif dapat berupa bahan makanan
ataupun senyawa kimia baik natural
(fitokimia) atau sintetik. Upaya ini merupakan

alternatif yang mudah dan murah untuk
pengobatan kanker.
Surian diduga memiliki potensi sebagai
antikanker. Beberapa penelitian menyebutkan
tentang potensi ekstrak tanaman surian
sebagai obat antikanker. Ekstrak daun
tanaman surian mempunyai efek dalam
pengaturan siklus sel dan apoptosis (Hsu et al.
2010). Ekstrak daun surian dilaporkan mampu
menghambat pertumbuhan sel kanker prostat
dan agen anti-proliferasi dalam sel kanker
melalui pembangkitan spesies oksigen reaktif
(ROS) (Chen et al 2009). Penelitian ini
bertujuan menentukan dan menguji aktivitas
antikanker ekstrak daun surian terhadap tikus
betina galur Sprague-Dawley yang diinduksi
7,12-dimetilbenz(α)antrasena.
Hipotesis
penelitian ini adalah ekstrak daun surian
memiliki aktivitas antikanker. Penelitian ini
diharapkan memberi informasi tentang
pengaruh ekstrak daun surian terhadap
aktivitas antikanker.

TINJAUAN PUSTAKA
Surian (Toona sinensis Roem)
Surian (Toona sinensis Roem) merupakan
tumbuhan yang tumbuh secara alami di Korea
Selatan, Korea Utara, India, Myanmar,
Malaysia, dan Indonesia. Tanaman ini banyak
dijumpai di hutan-hutan primer maupun
sekunder, dan ditemukan di sepanjang sungai,
bukit dan lereng-lereng dengan ketinggian
1200–2700
m di atas permukaan laut
(Dharmawati 2002). T. sinensis mempunyai
nama umum surian, di daerah Jawa dikenal
dengan nama surian sabrang, di daerah Karo
dikenal dengan nama ingul batu, dan di daerah
Sunda dikenal dengan surian beureum atau ki
beureum (Heyne 1987).
Surian merupakan keluarga tanaman
Meliaceae dengan ordo Sapindales. Surian
adalah tanaman spermatophyte yang termasuk
ke dalam divisi Magnoliophyta (tumbuhan
berbunga) dan class Magnoliopsida dengan
subclass Rosidae. Pohon surian berukuran
sedang sampai besar, dapat mencapai tinggi
25 m, diameter batangnya dapat mencapai 70
cm, kulit batangnya berwarna coklat dengan
tekstur permukaan yang licin. Daun surian
berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm.
Musim bunga tanaman ini dua kali dalam
setahun yaitu sekitar bulan Februari hingga
Maret dan September hingga Oktober
(Djam’an 2002). Surian menghasilkan bunga
pada musim panas, bunga dijumpai
diujung cabang, berukuran kecil dan

2

Gambar 1 Pohon surian (Ichsan 2011)
berwarna putih atau merah jambu pucat
(Dharmawati 2002).
Tanaman surian merupakan komoditas
tanaman kayu rakyat yang paling populer di
Jawa Barat. Surian banyak memiliki kegunaan
mulai dari daun, kayu, akar, kulit, hingga
buahnya. Surian memiliki pertumbuhan yang
cepat, mudah tumbuh di berbagai tempat juga
harga jualnya cukup tinggi untuk mendukung
pendapatan petani. Kayunya sangat keras,
berwarna kemerahan, bernilai tinggi, serta
memiliki sifat kayu yang baik. Banyak
digunakan untuk pembuatan furnitur atau
perabotan rumah (Djam’an 2002). Secara
empiris, masyarakat di Indonesia telah
menggunakan kulit, serbuk akar, dan daunya
sebagai obat tradisional (Zuhud et al. 2003).
Beberapa bagian pohon, terutama kulit dan
akarnya sering digunakan untuk ramuan obat,
yaitu diare. Kulit dan buah surian dapat
digunakan untuk menghasilkan minyak atsiri.
Selain itu, petani menggunakan daun surian
beureum untuk menghalau hama serangga
tanaman. Pohon surian beureum berperan
sebagai pengusir serangga (repellent) dan
dapat digunakan sebagai insektisida (Djam’an
2002).
Surian
memiliki banyak komponen
bioaktif yang dapat berperan sebagai
antioksidan, antikanker, dan antidiabetes.
Daun tanaman surian sering digunakan secara
tradisional
untuk
mengobati
disentri,
dermatitis, dan enteritis (Hsu et al. 2010).
Komponen fitokimia yang terkandung dari
hasil ekstrak daun surian diantaranya adalah
β-karoten, lutein, askorbat, α-tokoferol, dan
komponen fenolik seperti asam galat dan
metil galat (Cheng et al. 2009). Di Taiwan,
Toona sinensis umum digunakan sebagai
makanan untuk para vegetarian. Hasil
penapisan fitokimia simplisia daun surian

menunjukkan adanya senyawa golongan
flavonoid, tanin dan steroid/triterpenoid yang
penting sebagai antioksidan (Djam’an 2002).
Ekstrak air daun tanaman surian memiliki
efek antiproliferasi terhadap sel premyelocytic
manusia dengan cara menginduksi apoptosis
(Hsu et al. 2010). Suplemen ekstrak daun,
akar, dan kulit kayu tanaman ini dilaporkan
mampu
meningkatkan
kemampuan
memahami dan mengingat pada mencit yang
diduga
akibat
mekanisme
pertahanan
antioksidan (Cheng et al. 2009). Jiang et al.
(2007) juga melaporkan bahwa daun tanaman
surian memiliki aktivitas antioksidan yang
cukup tinggi dengan pemutusan aktivitas
radikal bebas DPPH dan lipid peroksida.
Kanker Payudara
Kanker dianggap suatu kelompok penyakit
seluler dan genetik karena dimulai dari satu
sel yang telah mengalami mutasi DNA
sebagai komponen dasar gen. Sel-sel yang
mengalami kerusakan genetik tidak peka lagi
terhadap mekanisme regulasi siklus sel
sehingga akan terus melakukan proliferasi
tanpa kontrol (Silalahi 2006). Kanker adalah
pertumbuhan sel-sel yang abnormal. Sel-sel
kanker sangat cepat membelah meskipun
ruang dan nutrisi terbatas. Kanker sangat
heterogen, yaitu lebih dari 100 jenis kanker
telah diketahui saat ini dan dalam setiap organ
terdapat berbagai subtipe kanker. Beberapa
kanker
bersifat
familial
(keturunan),
sedangkan lainnya bersifat sporadik (Nowell
et al. 2004).
Kanker payudara merupakan salah satu
jenis kanker yang paling sering dijumpai pada
wanita. Kemunculannya dapat ditelusuri sejak
zaman Yunani kuno melalui pengamatan yang
dilakukan Hipocrates atas beberapa jenis
kanker. Besarnya jumlah penderita penelitian

3

mendorong intensifnya akan topik ini,
terutama pada aspek pengobatannya. Ada
beberapa mekanisme umum yang memicu
tumbuhnya kanker. Sayangnya, etiologi
(penyebab penyakit) kanker dalam suatu kasus
sulit diketahui secara pasti karena banyaknya
faktor yang mempengaruhi pembentukkan,
perkembangan, dan tingkat keganasan kanker
payudara. Sebanyak 80% kanker yang
menyerang penduduk Amerika Serikat
disebabkan gaya hidup (minum-minuman
keras, merokok, dan diet) serta bahan
karsinogen yang terdapat di lingkungan
(Dimarcio 1994). Beberapa faktor yang
berperan diantaranya adalah keberadaan gen
p53, gen BRCA1 dan gen BRCA2 (Hahn &
Payne 2003). Faktor lain yang berperan dalam
memicu kanker payudara adalah keberadaan
hormon estrogen yang abnormal, onkogen
(gen pemicu pembelahan sel secara berlebih),
hilangnya gen supresor untuk tumor, dan
keberadaan bahan karsinogen (Warren et al.
2002). Penuaan, riwayat keluarga penderita
kanker payudara, kehamilan pada usia lebih
dari 35 tahun, menstruasi dini atau menopause
yang terlambat, konsumsi lemak jenuh, dan
penumpukan lemak berlebih (di paha serta
pinggul) juga merupakan faktor penanda
resiko penyakit ini (Hahn & Payne 2003).
Keberadaan kanker payudara ditandai
dengan adanya benjolan, perubahan ukuran,
kulit yang kemerahan, keberadaan areola
(lingkaran hitam di sekitar puting susu), ruam,
pengencangan atau pelonggaran payudara,
perbedaan ukuran kedua payudara, dan rasa
sakit di daerah payudara (Tjidarbumi 2002).
Deteksi penyakit ini dapat dilakukan melalui
pemeriksaan mandiri payudara, pemeriksaan
fisik oleh dokter, mamografi, rotgen, MRI
(magnetic resonance imaging), biopsi,
pencitraan
inframerah
digital
(PID),
pemeriksaan darah, pencitraan PET (Positron
Electron Transmission), dan pemeriksaan
genetik (Hahn & Payne 2003). Kanker
payudara berdasarkan rekomendasi Komisi
Gabungan Amerika dapat dibagi menjadi
empat stadium mulai dari stadium satu (yang
paling ringan) hingga empat. Klasifikasi
didasarkan atas diameter kanker, metastasis,
kondisi kulit, dan banyaknya nodul kanker
(Tjidarbumi 2002).
Pengobatan kanker dapat dibagi menjadi
tiga, yakni terapi radiasi, operasi, dan terapi
adjuvan (pendamping). Terapi adjuvan dapat
dibagi menjadi terapi hormonal, kemoterapi,
dan imunoterapi (Hahn & Payne 2003). Efek
samping pengobatan kanker beragam, mulai
dari kerontokan rambut, pusing, mual,

penurunan kemampuan pertahanan tubuh,
hingga kematian. Penelitian yang ada terus
mencoba mencari pengobatan yang efektif
dengan efek samping yang minimal.
Pengobatan kemoterapi ditujukan untuk
menghancurkan sel kanker sehingga ukuran
kanker mengecil dan kemunculannya setelah
pengobatan dapat dicegah. Doxorubicin
merupakan salah satu obat kemoterapi yang
umum digunakan untuk menangani berbagai
jenis kanker. Imunoterapi merupakan upaya
penggunaan senyawa tertentu untuk memicu
kerusakan sel kanker oleh sistem pertahanan
tubuh. Herceptin (trastuzumab) merupakan
obat imunoterapi yang banyak digunakan
dengan target spesifik, yakni memblokade
protein Her2/neu (Lewis 2003). Protein
Her2/neu merupakan reseptor yang berfungsi
mendorong pembelahan sel. Terapi hormonal
merupakan jenis terapi yang digunakan untuk
pasien dengan kanker payudara jenis estrogen
positive receptor (ER+).
7,12-Dimethylbenz(α)antrasena Sebagai
Karsinogen
7,12–dimethylbenz(α)antrhacene (DMBA)
merupakan senyawa prokarsinogen dengan
rumus empiris C20H16 dan memiliki berat
molekul 256.34 g/mol. DMBA berbentuk
padat, berwarna kuning kehijau-hijauan.
Struktur kimia DMBA adalah 4 macam
cincin aromatik yang berikatan khas struktur
polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH)
dengan tiga cincin aromatik dan 2 subtituen
metil. (Sigma-Aldrich 2007).
DMBA merupakan senyawa karsinogen
spesifik untuk eksperimental kanker payudara
dan kanker kulit pada hewan percobaan, tetapi
bukan merupakan karsinogen direct. Aktivitas
karsinogenik dari DMBA terjadi melalui
aktivasi metabolisme (biotransformasi) untuk
menghasilkan karsinogenesis (Gambar 2).
Jalur metabolisme DMBA melalui aktivasi
enzim sitokrom P450 membentuk proximate
carcinogen
dan
ultimate
carcinogen
(Dandekar et al 1986).
Sitokrom P-450 dan microsomal epoxide
hydrolase (mEH) memetabolisme DMBA
menjadi dua metabolit yaitu metabolit
elektrofilik dan metabolit yang mampu
membentuk DNA adduct (DNA yang
berikatan dengan senyawa karsinogenik).
sitokrom P-450 CYP1B1 mengoksidasi
DMBA menjadi 3,4-epoxides yang diikuti
dengan hidrolisis epoxides oleh mEH
membentuk metabolit proximate carcinogenic
dan DMBA-3,4-diol. Metabolit ini nantinya
dioksidasi oleh CYP1A1 atau CYP1B1

4

Gambar 2 Metabolit aktif dari DMBA. (Smith et al 2000)
menjadi metabolit ultimate carcinogenic
(DMBA-3,4-diol-1,2 epoxide).
Seperti yang terlihat pada Gambar 2,
metabolit aktif dari DMBA adalah DMBA3,4-diol-1,2
epoxides
yang
mampu
membentuk DNA adduct. Metabolit DMBA
yang membentuk DNA adduct menentukan
mutasi dalam gen dan mampu mengendalikan
siklus sel, sehingga mendorong pembelahan
sel kanker. Senyawa epoxide tersebut nantinya
akan berikatan secara kovalen dengan gugus
amino eksosiklik deoksiadenosin (dA) atau
deoksiguanosin (dG) pada DNA. Interaksi ini
(DNA adduct) dapat menginduksi mutasi pada
gen-gen penting sehingga menyebabkan iniasi
kanker (Hakkak et al 2005) Kemampuan
metabolit DMBA yang merupakan ultimate
carcinogen berikatan dengan DNA salah
satunya menyebabkan mutasi somatik dari
onkogen Harvey Ras-1 pada kodon 61 kanker
payudara dan kanker kulit (Dandekar et al
1986).
Doxorubicin Sebagai Obat Antikanker
Doxorubicin yang memiliki nama dagang
Adriamycin merupakan antibiotik golongan
antrasiklin yang banyak digunakan untuk
terapi berbagai macam jenis kanker seperti
leukemia akut, kanker payudara, kanker
tulang dan ovarium (Childs et al 2002).
Molekul penyusun obat ini mulanya
diekstraksi dari Streptomyces peucetius galur
caesius. Obat ini digunakan lewat pemberian
secara suntikan intra vena. Struktur
doxorubicin dapat dilihat pada Gambar 3.
Berbagai penelitian mengenai mekanisme
kerja doxorubicin telah dilakukan. Antibiotik
antrasiklin seperti doxorubicin memiliki
mekanisme aksi sitotoksik melalui empat
mekanisme
yaitu
penghambatan
topoisomerase II, interkalasi DNA sehingga
mengakibatkan penghambatan replikasi DNA
dan RNA, pengikatan membran sel yang
menyebabkan aliran dan transport ion, dan

pembentukan radikal bebas semiquinon dan
radikal bebas oksigen melalui proses yang
tergantung besi dan proses reduktif yang
diperantarai enzim (Bruton et al 2005).
Doxorubicin dapat berinterkalasi dengan
DNA, secara langsung akan mempengaruhi
transkripsi dan replikasi. Doxorubicin mampu
membentuk
komplek
tripartit
dengan
topoisomerase II dan DNA. Topoisomerase II
adalah suatu enzim yang bekerja mengikat
DNA dan menyebabkan utas gandanya
berpisah pada ujung 3′fosfat sehingga
memungkinkan penukaran utas dan pelurusan
DNA superkoil. Pelurusan utas ini diikuti
dengan penyambungan utas DNA oleh
topoisomerase II. Topoisomerase ini sangat
penting fungsinya dalam replikasi dan
perbaikan DNA. Pembentukan kompleks
tripartit
tersebut
akan
menghambat
penyambungan
kembali
utas
DNA,
menyebabkan penghambatan daur sel terhenti
di fase G1 dan G2 serta memacu terjadinya
apoptosis (Gewirtz 1999). Adanya gangguan
pada sistem perbaikan utas ganda DNA akan
memicu kerusakan sel. Doxorubicin memiliki
gugus quinon yang mampu menghasilkan
radikal bebas baik pada sel normal maupun sel
kanker (Gewirtz 1999).
Ada beberapa dosis yang digunakan dalam
pengobatan. Dosis itu antara lain pemberian
infus 60 mg/m² selama 48-96 jam, pengobatan
5-15 mg/m² per minggu dengan total kurang
dari 20 mg, dan terapi tiga minggu dengan
dosis 20 mg/m² per minggu. Dosis yang
digunakan dalam penelitian adalah 20 mg/m²
per minggu untuk pemberian selama tiga
minggu. Berdasarkan petunjuk pemakaian
obat, efek samping penggunaan obat antara
lain mual, muntah, alopecia (kerontokan
rambut), gangguan irama jantung, dan
neutropenia (penurunan jumlah sel darah
putih). Akumulasi obat antara 500 hingga 550
mg/m² meningkatkan resiko gangguan hati,
gagal jantung dan kematian.

5

bergantung pada suplai paakan tikus kom
mersial
1 g BB/harri dan pemberrian air
sebesar 5 g/ 100
secara ad libitum
l
(bebaas), sekitar 10-12
mL/100 g BB/hari.
B
Konndisi ideal ru
uangan
untuk pemeliiharaan tikus ini adalah suh
hu 2022 C denggan perlakuann 12 jam siklus
gelap/terang.

BAH
HAN DAN M
METODE
Gambar 3 Struktur sennyawa doxorubbicin
(Smith et al 2000)
Tikus Spprague-Dawleey Sebagai Heewan
Cobaa
Hewan coba meruppakan hewann yang
dikembangbbiakkan untukk digunakan sebagai
hewan uji coba.
c
Tikus seering digunakan pada
berbagai macam
m
penelittian medis. Hal ini
dikarenakann tikus meemiliki karakkteristik
genetik yanng unik, mudaah berkembanng biak,
murah sertaa mudah untuuk mendapattkannya.
Tikus meruupakan hewaan yang melakukan
aktivitasnyaa pada malam
m hari (noccturnal).
Tikus meemiliki berbbagai galur yang
merupakan hasil
h
pembiakkan sesama jeenis atau
persilangan.. Galur yangg sering diggunakan
untuk penellitian adalah galur Wistarr, LongEvans dann Sprague-D
Dawley (SD)) (Ace
Animal 2007).
Tikus paada penelitiann ini diklasifiikasikan
sebagai kinngdom Animaalia, filum Chhordata,
kelas Mam
malia, ordo Rodentia, famili
Muridae, suub-Famili Muurinae, Genuss Rattus
Spesies Rattus norveegicus, Galuur/Strain
Sprague Daawley (Myress & Armitagee 2004).
Kelebihannyya terletak pada ketenanggan dan
kemudahan penanganan.. Tikus betinna pada
usia 53-65 hari memilikki berat pada kisaran
Lenoir et al. 2005).
2
150-199 g (L
Tikus SD
S merupakaan jenis tikuus yang
umum digunnakan dalam penelitian mengenai
m
toksikologi, reproduksi,, farmakologgi, dan
A
2007)). Tikus
analisis perrilaku (Ace Animal
dengan nam
ma latin Raattus norvegiicus ini
merupakan hasil persilanngan yang dilakukan
Harlan Inddustries Inc. terhadap tikuus yang
berlainan sttrain sehinggaa menghasilkaan tikus
albino.
K
Kelebihannya
terletak
pada
ketenangan dan kemuudahan penaanganan.
Dalam pennelitian karsinnogesis, umuur tikus
yang digunnakan antara 50-60 hari. Hal ini
dikarenakann pada umurr tersebut, peengaruh
bahan karrsinogen terrhadap difeerensiasi
kelenjar payyudara palingg optimal (R
Russo &
Russo 20033). Tikus gaalur SD ini hanya

Alat dan Baahan
Bahan yaang digunakaan dalam pen
nelitian
ini adalah 20
2 ekor tikuss putih betinaa galur
Sprague Daw
wley umur 277 hari, ekstrak
k daun
surian, dim
metilbenz(α)anntrasena (DM
MBA),
etanol
700
%,
laarutan
CM
MC-Na
(carboxymethhylcellulose
natrium)
0.5%,
Doxorubicin, pakan tikus, minyak jaagung,
m
isi ulaang, label, alaat tulis,
aquades, air minum
peralatan beddah, dan kertass saring Whatm
mann.
Alat-alat
yang
ddigunakan
adalah
v
rotavapor, syyringe 1 mL dan 3 mL, vortex,
spatula, timbbangan hewaan, neraca an
nalitik,
magnetic stirrrer, masker (ssekali pakai), sarung
tangan karet (sekali pakaai), wadah silinder
plastik, jangkka sorong, allat-alat gelas,,tissue,
oven, dan perralatan bedah.
Metodee
Ekstraksi Daaun Surian (B
BPOM 2004)
Penyiapann sampel dilakukan dengan
d
memaserasi serbuk
s
daun suurian kering dengan
d
etanol 70% dengan perbandingan 1:10.
2 jam
Maserasi terssebut dilakukkan selama 24
sambil seseekali diadukk. Maserat yang
diperoleh diipisahkan meenggunakan kertas
saring. Maserat selanjjutnya dipek
katkan
s
menggunakann rotary eevaporator sampai
diperoleh sam
mpel yang berbbentuk serbuk
k.
Penyiapan Sampel Uji
Ekstrak serbuk daun surian dilaarutkan
dalam CMC-Na 0.5% sebelum digunakan.
h lama
Campuran ekkstrak dikocokk apabila sudah
didiamkan, karena
k
kecenderungannya untuk
mengendap.
Pengkondisiaan Hewan Cooba
Semua tikus
t
SD m
mengalami ad
daptasi
dalam kandanng percobaan selama dua minggu
m
untuk menyerragamkan caraa hidup, makaan, dan
kondisi kanddang percobbaan. Semua tikus
diberikan pakkan komersiaal dan air secara ad
libitum. Alaas tikus beraasal serbuk gergaji
g
kasar dan dillakukan pengggantian semin
nggu 2
kali. Pencahaayaan mengguunakan cahayaa alami
(dari jendela)) dengan suhu ruang.
Pengelompok
kkan Hewan Coba
Tikus bettina sehat sejuumlah 20 ekorr acak

6

5 kelompok. Setiap kelompok berisi 4 ekor
tikus. Kelompok perlakuan tersebut adalah
tikus kelompok perlakuan normal, kontrol
negatif, kontrol positif, dosis 1 dan dosis 2.
Uji Aktivitas Anti Kanker
Tikus kelompok normal. Kelompok
normal adalah kelompok tikus yang tidak
diberikan DMBA, tidak diberi doxorubicin,
dan tidak diberikan ekstrak daun surian. Tikus 
pada kelompok ini diberi pakan standar dan
air secara ad libitum selama masa penelitian.
Tikus kelompok kontrol negatif.
Kelompok kontrol negatif merupakan
kelompok perlakuan dimana tikus diinduksi
dengan DMBA. Tikus tidak diberikan
doxorubicin maupun ekstrak daun surian.
Tikus diberikan pakan standar dan air secara
ad libitum.
Tikus
kelompok kontrol positif.
Kelompok kontrol positif merupakan kontrol
pembanding dimana tikus diinduksi dengan
DMBA dan diberi obat kanker, yakni
doxorubicin dengan dosis 10 µg/Kg BB per
setiap kali penyuntikan secara intra vena
melalui pembuluh darah ekor (Lampiran 4).
Doxorubicin diberikan 3 kali, yakni pada hari
ke- 2, ke-9, dan ke-16 (terhitung semenjak
kanker payudara pertama kali terdeteksi).
Tikus kelompok dosis. Kelompok dosis
adalah kelompok tikus yang diinduksi dengan
DMBA dan selanjutnya diberi perlakuan
berupa pemberian secara oral ekstrak daun
surian. Setiap tikus dalam kelompok ini
diberikan pakan standar dan air secara ad
libitum, namun tidak diberikan doxorubicin.
Kelompok dosis 1 diberi ekstrak daun surian
dengan dosis 500 mg/ Kg BB/ hari dan
kelompok dosis 2 diberi ekstrak daun surian
dengan dosis 750 mg/ Kg BB/ hari. Ekstrak
daun surian belum diberikan pada saat
kemunculan kanker payudara (pada hari ke-1
masa perlakuan) yang terasa dengan ujung jari
pada saat palpasi. Ekstrak baru mulai
diberikan secara oral pada hari berikutnya
(hari ke-2). Ekstark daun surian diberikan
sekali setiap hari selama 30 hari (mulai hari
ke-2 hingga hari ke-31 masa perlakuan). Tikus
mengalami  nekropsi pada hari ke-32 setelah
kanker payudara muncul.
Pemberian 7,12-imethylbenz(α)antrasena
Dosis DMBA. Senyawa DMBA diberikan
pada tikus kontrol negatif, kontrol positif,
dosis 1 dan dosis 2. Total jumlah DMBA yang
diberikan adalah sebanyak 25 mg/100g BB/
tikus (Lampiran 5). Pemberian dibagi menjadi
1 kali induksi. Senyawa DMBA diberikan
secara intra gastrol (melalui rongga perut).

Penimbangan
dan
pemberian
DMBA
dilakukan secara hati-hati. Personel yang
berada di ruangan timbang dan kandang harus
menggunakan alas kaki tertutup, sarung
tangan, jas lab tangan panjang, dan kacamata
untuk mencegah kontak antara karsinogen
dengan kulit. Alat-alat yang dipakai berulang
direndam dalam larutan detoxifier selama satu
hari kemudian dicuci menggunakan sabun.
Meja dan daerah lain tempat melakukan
kegiatan pembuatan DMBA disemprot dengan
detoxifier, lalu alkohol dan dilap hingga
bersih. Detoxifier dibuat dengan melarutkan
2% Na2S2O3 dalam bufer fosfat pH 8.0. Bufer
fosfat didapat lewat pencampuran 16.73 g
K2HPO4 dan 0.523 g KH2PO4 dalam air
hingga tepat 1 L.
Palpasi Kanker dan Penimbangan Tikus
Setiap
tikus
(secara
bergantian)
mengalami palpasi, yakni proses perabaan
yang dilakukan dengan menggunakan jari
pada sepanjang bagian dada. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui keberadaan benjolan yang
menjadi indikasi adanya kanker payudara.
Identifikasi harus dilakukan dengan hati-hati
untuk membedakan kanker payudara dengan
tonjolan tertentu yang memang merupakan
bentuk alami morfologi tubuh tikus. Hal ini
memerlukan pengetahuan morfologi tikus
yang cukup baik. Perabaan dikerjakan dengan
memakai sarung tangan karet untuk menjaga
keselamatan. Pekerjaan kemudian dilanjutkan
dengan menimbang bobot badan tikus
menggunakan timbangan hewan. Kedua
proses ini dilakukan secara teratur setiap
Senin dan Kamis untuk semua tikus. Palpasi
tambahan bagi semua tikus dilakukan juga
pada hari Sabtu untuk mengidentifikasi kanker
payudara yang tidak muncul di hari Senin dan
Kamis.
Kegiatan penimbangan dilakukan tiap hari,
sedangkan kegiatan palpasi dilakukan dua kali
seminggu (senin dan kamis) terbatas pada
setiap tikus yang sudah menderita kanker
payudara (kelompok dosis 1 dan dosis 2,
kontrol positif, dan kontrol negatif. Palpasi
dilakukan dengan meraba sekujur badan tikus
untuk mencari kanker payudara. Diameter
kanker payudara dan jumlah, kemudian ikut
dicatat. Ketiga hal ini merupakan penanda
perkembangan kanker payudara. Dada tikus
(dimana kanker payudara kemungkinan
muncul) dibagi menjadi dua belas segmen.
Upaya ini adalah untuk memudahkan
identifikasi letak dan penyebaran kanker
payudara serta proses pencacatannya. Kanker
payudara yang tidak terletak persis di segmen

7

akan dicatat nomor letaknya berdasarkan letak
segmen terdekat. Pengamatan kondisi kanker
payudara ini dilakukan setiap hari selama 32
hari terhitung semenjak kanker payudara
pertama kali terdeteksi. Bulu-bulu yang
berada didekat kanker payudara dipangkas
agar kanker payudara dapat diukur dengan
akurat. Infeksi luka kulit akibat pemangkasan
bulu dapat dicegah dengan mengoleskan
Chloramphenicol pada bagian yang terluka.
Diameter
kanker
payudara
diukur
menggunakan jangka sorong dengan ketelitian
0.05 mm. Pengukuran diameter setiap lingkar
kanker payudara dilakukan sebanyak dua kali.
Volume kanker payudara (v) setiap palpasi
dapat dihitung menggunakan rumus yang
berikut V = 4/3p.(d1).(d2), dengan V =
volume kanker payudara, p = 22/7, serta d1
dan d2= diameter kanker payudara pada dua
kali pengukuran, dengan d1> d2 (Veena et al
2006).
Parameter Uji
Data pengamatan meliputi jumlah nodul,
diameter, serta bobot badan. Data yang
digunakan pada tiap tikus adalah data total
volume kanker payudara dan rerata volume
kanker payudara. Nilai total volume kanker
payudara didapat dari penjumlahan volume
kanker payudara tikus (untuk setiap nodul
kanker payudara yang muncul dalam 1
kelompok) pada setiap hari selama 30 hari
perlakuan. Rerata volume kanker payudara
merupakan volume rata-rata dari setiap nodul
kanker payudara yang muncul pada setiap hari
dalam rentang 30 hari masa perlakuan. Masa
perlakuan menggambarkan saat dimana
kanker payudara mulai muncul (terhitung
sebagai hari ke-1) hingga saat tikus dibedah
(hari ke-30). Masa penelitian merupakan
waktu yang dipakai selama penelitian, mulai
dari ekstraksi hingga saat semua tikus
dinekropsi (baik memiliki kanker payudara
maupun tidak memiliki kanker payudara).
 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak Daun Surian
Ekstraksi serbuk surian dilakukan dengan
menggunakan metode maserasi. Pelarut yang
digunakan dalam proses maserasi adalah
etanol 70%. Penggunaan etanol sebagai
pelarut disebabkan beberapa hal di antaranya,
kepolaran, toksisitas, dan mudah diperoleh.
Sifat dari pelarut etanol yang tidak beracun
menyebabkan etanol ditetapkan standar
sebagai pelarut yang aman oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM 2005).

Etanol yang memiliki LD50 sebesar 9000
mg/Kg untuk pemberian oral pada tikus
(Acros Organics NV 2008). Melalui
pertimbangan toksisitas (LD50), etanol
digunakan sebagai pelarut dalam proses
ekstraksi.
Metode maserasi dilakukan selama 1 x 24
jam. Rendemen yang dihasilkan dari suatu
proses ekstraksi akan meningkat seiring
dengan peningkatan waktu ekstraksi. Hal ini
disebabkan semakin lama waktu ekstraksi,
semakin lama waktu kontak antara pelarut dan
bahan baku sehingga proses penetrasi pelarut
ke dalam sel bahan (sampel) akan semakin
baik yang menyebabkan semakin banyaknya
senyawa yang berdifusi keluar sel.
Rendemen ekstrak rata-rata dari 5 kali
ulangan yang dilakukan diperoleh hasil dari
penelitian ini yakni rendemen surian sebesar
9.95%. Rendemen ekstrak daun surian dari
hasil penelitian ini lebih kecil jika
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
Rahmawan
(2011), yakni
13.11%.
Rendemen yang lebih tinggi ini disebabkan
menggunakan pelarut etanol absolut , ukuran
serbuknya 40-60 mess, dan diadakan
pengulangan maserasi hingga diperoleh
larutan yang bening, sedangkan ekstrak daun
surian pada penelitian ini menggunakan
pelarut etanol 70%, ukuran serbuknya tidak
ditentukan dan tidak dilakukan pengulangan
maserasi.
Pengaruh Induksi DMBA terhadap Bobot
Badan dan Pembentukan kanker payudara
Bobot badan adalah salah satu respon yang
mengambarkan perkembangan tikus. Gambar
4 menunjukkan tidak adanya perbedaan
berarti antara kecenderungan peningkatan
bobot badan antara kelompok yang diberikan
ekstrak (dosis 1 dan dosis 2) terhadap
kelompok perlakuan lain (normal, kontrol
positif dan kontrol negatif). Kelompok
perlakuan dosis 1 dan dosis 2 menunjukan
adanya kenaikan bobot badan namun
cenderung
fluktuatif,
berbeda dengan
kelompok perlakuan lain (normal, kontrol
positif dan kontrol negatif). keadaan ini
tingkat stres yang dialami tikus kelompok
dosis 1 dan dosis 2 ekstrak daun surian jauh
lebih tinggi dibandingkan tikus kontrol negatif
dan kontrol positif. Stres dapat menyebabkan
penurunan nafsu makan yang berakibat lebih
lanjut terhadap ketidakstabilan bobot badan.
Tikus yang digunakan pada penelitian ini
didesain untuk terinduksi kanker payudara,
sehingga dalam tahapan perlakuannya semua
tikus,
kecuali
kelompok
normal

8

250

bobot badan (gram)

200

150

100

50

0

0

5

10

15

20

25

30

35

hari ke‐
normal

kontrol positif

kontrol negatif

dosis I

dosis II

Gambar 4 Pengaruh perlakuan terhadap perkembangan bobot badan
Induksi DMBA dilakukan dengan dosis 25
mg/Kg BB tikus secara i.g. (intra gastric).
Induksi dilakukan setelah masa adaptasi,
nodul kanker payudara pertama muncul pada
saat tikus berumur 106 hari (76 hari setelah
induksi). Penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan kuratif, yaitu pemberian ekstrak
daun surian dilakukan setelah muncul nodul
kanker payudara. Akibatnya, data waktu
muncul nodul kanker payudara tidak bisa
dijadikan variabel pengamatan seperti halnya
pada penelitian in vivo dengan pendekatan
preventif (sampel uji diberikan sebelum
dilakukan induksi DMBA).
Prosedur penggunaan DMBA pada model
in vivo secara oral akan
pembentukan
pembuluh darah dan pembuluh kelenjar yang
mengelilingi jaringan kanker payudara. Hal
ini lebih menyerupai kondisi yang sebenarnya
terjadi pada kanker yang diderita manusia
(Motoyama et al. 2008). Manna et al.(2007)
menyatakan bahwa pemberian DMBA secara
oral menghasilkan model kanker payudara
yang muncul dari epitel sel duktal dengan
aspek morfologi histogenesis seperti pada
kanker payudara manusia. Model ini juga
menyerupai patogenesis (proses pembentukan
penyakit) pada manusia, dimana paparan
karsinogen berasal dari asupan makan dan
minum, bukan karena interaksi fisik

karsinogen dengan kulit (topikal). Namun
pemilihan Prosedur penggunaan DMBA pada
model in vivo secara oral tidak dilakukan
disebabkan keterbatasan DMBA yang
tersedia, mahalnya harga DMBA dan sulit
diperoleh.
Respon jumlah nodul untuk setiap
perlakuan dapat diamati pada Gambar 5.
Jumlah nodul merupakan variabel yang dapat
dibandingkan tiap kelompok perlakuan. Tikus
kelompok kontrol positif memiliki jumlah
nodul terendah dan
tidak mengalami
perubahan pada awal dan akhir perlakuan
dibandingkan dengan tikus kelompok lain.
Tikus kelompok positif diberi obat
doxorubicin yang secara klinis terbukti efektif
menekan pertumbuhan kanker payudara.
Kenyataan ini juga menggambarkan ekstrak
daun surian tidak mampu menekan metastasis
yang ditandai jumlah nodul kanker payudara
yang lebih banyak dan bertambah pada akhir
perlakuan. Pemberian ekstrak daun surian
pada tikus kelompok dosis 2 memiliki jumlah
nodul lebih tinggi dibandingkan tikus
kelompok kontrol negatif dan dosis 1. Jumlah
total nodul kanker payudara pada awal
perlakuan untuk tikus dosis 1 adalah 7 nodul,
sementara pada tikus kontrol negatif dan dosis
1 adalah masing-masing 6 nodul. Akhir
perlakuan jumlah nodul untuk ketiga

9

9

10

8
7

8
6

6
5

7
6

5

4
2
0
Kontrol positif

Kontrol negatif

jumlah nodul sebelum perlakuan

Dosis 1

Dosis 2

jumlah nodul setelah perlakuan

Gambar 5 Pengaruh perlakuan terhadap jumlah nodul kanker payudara
kelompok ini mengalami kenaikan menjadi 6
nodul, 8 nodul dan 9 nodul untuk masingmasing kelompok yaitu kontrol negatif, dosis
1 dan dosis 2.
Rendahnya laju pertumbuhan jumlah
nodul tikus kelompok kontrol negatif
dibandingkan dengan tikus kelompok dosis 1
dan dosis 2 dapat diduga akibat rendahnya
stress yang diterima. Stres oleh Lyman dan
Burstein (2007) dinyatakan sebagai faktor
yang membuat pengobatan kanker tidak
efektif. Hal ini dapat dimengerti bila tikus
kelompok pemberian ekstrak daun surian
(kelompok dosis 1 dan dosis 2) harus diberi
ekstrak daun surian setiap hari hingga
sebanyak 2.5 mL sedangkan tikus kelompok
kontrol negatif tidak dicekok dengan aquades.
Patut diduga bila stres (akibat prosedur
penelitian) menyebabkan kanker lebih ganas
dengan memicu metastasis, yang dapat dilihat
dari peningkatan jumlah nodul. Penurunan
jumlah nodul berarti penurunan laju
metastasis (penyebaran kanker), salah satu
tolak ukur dalam menilai keberhasilan suatu
obat dalam menekan keganasan kanker.
Pengaruh Pemberian Ekstrak daun surian
terhadap Perkembangan Kanker
Penelitian ini menganalisis perkembangan
kanker payudara pada tikus sebagai gambaran
pengaruh pemberian ekstrak daun surian
terhadap aktivitas antikanker. Perkembangan
volume kanker payudara rata-rata yang
terukur pada awal perlakuan adalah dari
kelompok kontrol negatif, kelompok dosis 1,
dan dosis 2 secara berurutan adalah 10.210
cm3, 9.093 cm3dan 9.851 cm3 kemudian
meningkat menjadi 36.042 cm3, 34.930
cm3dan 33.131cm3 (Gambar 6). Volume
kanker payudara ketiga kelompok ini
meningkat sebesar 253%, 284%, dan 236%
(Lampiran 9). Dalam kata lain kelompok yang

menerima asupan ektrak surian dalam
perlakuannya tidak mengalami penurunan
volume kanker payudara.
Jika dilihat perkembangan volume kanker
payudara yang terus meningkat selama masa
perlakuan pada kelompok perlakuan dosis 1
dan kelompok dosis 2 dan tidak berbeda jauh
bila dibandingkan dengan kelompok kontrol
negatif maka dapat dikatakan ekstrak daun
surian dengan pelarut etanol tidak memiliki
aktivitas sebagai antikanker .
Kelompok doxorubicin digunakan sebagai
kontrol positif untuk mengobati kanker dalam
penelitian Ranasasmita (2008). Doxorubicin,
senyawa antibiotik antrasiklin, merupakan
obat yang secara luas digunakan dalam
kemoterapi berbagai jenis kanker. Mekanisme
kerja senyawa ini sangat kompleks dan belum
diketahui secara terperinci. Secara umum,
doxorubicin berinteraksi dengan berinterkalasi
(menyisip) dalam DNA dan menghambat
biosintesis makromolekul. Kondisi ini lebih
lanjut akan menghambat kerja topoisomerase
II yang berfungsi menguraikan utas DNA
untuk
persiapan
proses
transkripsi.
Doxorubicin
membuat
kompleks
topoisomerase II tetap stabil meski telah
mengudarkan pilinan ganda DNA. Hal ini
membuat proses replikasi terhenti dengan sulit
mengudarnya pilinan ganda DNA. Senyawa
ini juga menghambat kerja reverse
trankriptase. Senyawa dapat bekerja pada
membran sel. (Smith et al 2000). Aktivitas
antikanker dari kelompok ini, yang
ditunjukkan
melalui penurunan volume
kanker payudara yaitu 8.468 cm3 menjadi
2.030 cm3 atau mengalami penurunan volume
sebesar 76% (Lampiran 9). Hasil ini sesuai
dengan penelitian lain yang menunjukkan
bahwa doxorubicin memiliki aktivitas
antikanker. Ranasasmita (2008) melaporkan
bahwa pemberian
doxorubicin
dapat

10

menurunkan volume kanker payudara pada
tikus yang diinduksi DMBA.
Ekstrak
daun
surian
diketahui
mengandung senyawa β-karoten, lutein,
askorbat, α-tokoferol, asam galat dan metil
galat (Cheng et al. 2009). Asam galat yang
terkandung dalam ekstrak daun surian
merupakan golongan senyawa fenolik yang
diketahui memiliki aktivitas antikanker.
Penelitian Chen et.al (2009) melaporkan isolat
asam galat dari ekstrak daun surian mampu
menghambat pertumbuhan sel kanker prostat
in vitro melalui pembangkitan reactive oxygen
species (ROS).
Ekstrak daun surian dengan pelarut etanol
diduga tidak mengandung asam galat atau
komponen asam galat yang diekstraksi terlalu

kecil sehingga tidak cukup untuk menekan
pertumbuhan kanker payudara pada tikus.
Penelitian Chen et al (2009) tidak
mengunakan ekstrak daun surian kasar
melainkan mengunakan asam galat yg telah
diisolasi dari ekstrak daun surian. Selain itu,
pada penelitian Chen et al (2009) dilakukan
fraksinasi pada tingkat ekstraksi daun surian
sehingga senyawa-senyawa bioaktif yang
mungkin terambil dengan pelarut selain etanol
akan terbawa. Fraksinasi tersebut meliputi
lima tahapan berbeda yang akan menghasilkan
lima ekstrak yang berbeda pula.Pada
penelitian Chen et al (2009) juga uji aktivitas
antikanker juga dilakukan secara in vitro yaitu
pada sel kanker prostat manusia.

40
35

volume tumor (cm3)

30
25
20
15
10
5
0
0

5

10

kontrol positif

15

20

hari ke‐
kontrol negatif

25
dosis I

30

35

dosis II

Gambar 6 Pengaruh perlakuan terhadap perkembangan volume kanker payudara

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian ekstrak etanol daun surian
dosis 500 mg/Kg BB dan dosis 750 mg/Kg
BB tidak memiliki aktivitas antikanker pada
tikus yang diinduksi DMBA.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
berkaitan dengan optimasi ekstraksi daun
surian untuk memperoleh rendemen yang
lebih tinggi sehingga diharapkan memiliki
aktivitas antikanker yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Acros Organics NV. 2008. Material safety
datasheet
methyl
alcohol.
http://avogadro.chem.iastate.edu/MS
DS/methanol.htm [20 Mei 2012].
American Cancer Society. 2012. Breast
Cancer Facts & Figures 2011-2012
[terhubung
berkala].
http://www.who.int/about/copyright/
en/ [10 Maret 2012].

11

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. 2004. Monografi Ekstrak
Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta:
BPOM RI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia. 2005. Gerakan Nasional
Minum Temulawak. Jakarta : BPOM
RI.
Bruton L., Lazo JS, Parker KL. 2005.
Goodman
&
Gilman’s
The
Pharmacological
Basis
of
Therapeutics,
11th
Edition,
McGrawHill, Lange.

and
daunorubicin.
Pharmacol 57:727-741.

Biochem.

Hahn DB, Payne WA. 2003. Focus on Health.
New York: Mc-Graww Hill.
Hakkak et al. 2005. Obesity promotes 7,12dimethylbenz(a)anthracene-induced
mammary tumor development in
female zucker rats. Breast Canc Res
7: 627-633.
Heyne

K. 1987. Tumbuhan Berguna
Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian
Kehutanan
dan
Pengembangan
Departemen Kehutanan

Chen et al. 2009. Gallic acid, a major
component of Toona sinensis leaf
extracts, contains a ROS-mediated
anti-cancer activity in human prostate
cancer cells. j.canlet 5:40.

Hsu et al. 2010. Toona sinensis extracts
induced cell cycle arrest in the
human lung large cell carcinoma. J.
Med Sci 26:68–75

Cheng et al. 2009. Analysis of antioxidant
activity and antioxidant constituents
of Chinese toon. Journal of
Functional Food 1: 253–259.

Jiang SH et al. 2007. Antioxidant properties
of the extract and subfractions from
old leaves of Toona sinensis Roem
(Meliaceae). Food Biochemistry 33:
425-441.

Childs AC, Phaneuf SL, Dirks AJ, Phillips T,
Leeuwenburgh. 2002. Doxorubicin
treatment in vivo causes cytochrome
c
release
and
cardiomyocyte
apoptosis, as well as increased
mitochondrial efficiency, superoxide
dismutase activity, and bcl-2:bax
ratio. Cancer Research 62:45924598.
Dandekar S, Sukumar S, Zarbl H, Young L,

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing (Costus spiralis) terhadap Diameter Tubulus Seminiferus, Motilitas, dan Spermisidal pada Tikus Jantan Strain Sprague-Dawley

0 10 95

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Aktivitas antifertilitas ekstrak etanol 70% daun pacing (costus spiralis) pada tikus sprague-dawley jantan secara in vivo

1 32 0

Aktivitas antioksidan dan toksisitas ekstrak etanol surian (Toona sinensis)

0 9 9

Aktivitas Kemopreventif Ekstrak Temu Ireng (Curcuma Aeruginosa Roxb) Terhadap Sel Makrofag, Ifn-Γ Dan Tnf-Α Tikus Putih Yang Diinduksi 7,12-Dimetilbenz[Α]Antrasena

0 5 52

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa, Morfologi Spermatozoa, Dan Diameter Tubulus Seminiferus Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley

4 34 116

PENINGKATAN EKSPRESI p53 OLEH EKSTRAK ETANOLIK RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa) PADA SEL HEPAR TIKUS SPRAGUE DAWLEY TERINDUKSI 7,12-DIMETILBENZ[a]ANTRASENA

0 2 9

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia Jack) TERHADAP EKSPRESI PROTEIN p53 PADA KANKER PAYUDARA TIKUS BETINA SPRAGUE DAWLEY (SD) YANG DIINDUKSI 7,12-Dimetilbenz[α]anthrasen (DMBA)

1 5 9

AKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIA EKSTRAK KULIT DAN DAUN SURIAN (Toona sinensis) PADA TIKUS DIABETES (Sprague-dawley) YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN (Antihyperglycemic activity of surian [Toona sinensis] bark and leaf extracts on streptozotocin induced to diabet

0 0 8

UJI AKTIVITAS HIPOGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL SEMUT JEPANG (Tenebrio Sp.) PADA TIKUS PUTIH GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN

0 0 6