Pemodelan Response Surface Methodology untuk Penentuan Kondisi Optimum Fermentasi Padat Trichoderma hamatum dalam Produksi Selulase

PEMODELAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY UNTUK
PENENTUAN KONDISI OPTIMUM FERMENTASI PADAT
Trichoderma hamatum DALAM PRODUKSI SELULASE

PUTRI LILI EPRIYANI

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemodelan Response
Surface Methodology untuk Penentuan Kondisi Optimum Fermentasi Padat
Trichoderma hamatum dalam Produksi Selulase adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing. Seluruh data yang ada di dalam skripsi ini adalah
milik Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan telah
dipublikasikan dalam Prosiding Seminar Nasional Kimia Terapan Indonesia 2013.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2013
Putri Lili Epriyani
NIM G84090053

ABSTRAK
PUTRI LILI EPRIYANI. Pemodelan Response Surface Methodology untuk
Penentuan Kondisi Optimum Fermentasi Padat Trichoderma hamatum dalam
Produksi Selulase. Dibimbing oleh SYAMSUL FALAH dan TEUKU BEUNA
BARDANT.
Penelitian ini bertujuan menentukan pemodelan menggunakan Response
Surface Methodology untuk penentuan kondisi optimum fermentasi padat
Trichoderma hamatum pada dedak padi dalam produksi selulase. Kondisi operasi
yang diatur sebagai variabel bebas adalah kadar air, kadar urea, dan kadar bibit,
sedangkan parameter yang ditelaah adalah nilai aktivitas enzim selulase dari
ekstrak dedak padi yang dinyatakan dalam FPU/gds (gram of dry solid).
Persamaan empirik dari RSM yang diperoleh pada penelitian ini adalah FPU =
3.456 – 3.991(air) + 1.090(urea) + 0.341(bibit) + 1.557(air2) -0.135(urea2) 0.224(bibit2) - 0.361(air)(urea) + 0.588(air)(bibit) - 0.046(urea)(bibit). Persamaan
telah terbukti valid untuk rentang air 70-100%, urea 2-2.8%, dan bibit 1.2-2%.

Nilai aktivitas maksimum yang dapat diperoleh dari komposisi nutrisi yang
ditentukan berdasarkan persamaan adalah sebesar 5.620 ± 1,036 FPU/gds. Ekstrak
endapan dari dedak padi juga telah dapat digunakan dalam proses produksi
alkohol dengan kadar bioetanol sebesar 3.51% dan 21.33% dari nilai teoritisnya.
Kata Kunci : Bioetanol, Response Surface Methodology (RSM),Selulase,
Trichoderma hamatum.

ABSTRACT
PUTRI LILI EPRIYANI. Modeling the Response Surface Methodology for the
Determination of the Optimum Condition of Solid Fermentation Trichoderma
hamatum to Cellulase Production. Guided by SYAMSUL FALAH and TEUKU
BEUNA BARDANT.
This research aims to determine modeling the Respose Surface
Methodology for determining the optimum condition of solid fermentation
Trichoderma hamatum on rice bran for producing celullase. Operating conditions
that are set as independent variable are the moisture content, urea level, and germ
level, and than the parameters analyzed is the value of cellulase enzyme activity
of rice bran extract is expressed in FPU/gds (gram of dry solid). The empirical
equation of RSM obtained in this research is the FPU = 3.456 – 3.991(water) +
1.090(urea) + 0.341(germ) + 1.557(water)2 - 0.135(urea)2 - 0.224(germ)2 0.361(water)(urea) + 0.588(water)(germ) - 0.046(urea)(germ). This equation has

proved to be valid for range of moisture content 70-100%, urea 2-2.8%, and germ
1.2-2%. The maximum activity value was obtained from nutrition compotition is
determined base on it is 5.620 ± 1,036 FPU/gds. Feculence extract from rice bran
has been used to produce alcohol with bioethanol level 3.51% and 21.33% from
teoritical value.
Keyword : Bioethanol, Cellulase, Response Surface Methodology (RSM),
Trichoderma hamatum.

PEMODELAN RESPONSE SURFACE METHODOLOGY UNTUK
PENENTUAN KONDISI OPTIMUM FERMENTASI PADAT
Trichoderma hamatum DALAM PRODUKSI SELULASE

PUTRI LILI EPRIYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia


DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pemodelan Response Surface Methodology untuk Penentuan
Kondisi Optimum Fermentasi Padat Trichoderma hamatum
dalam Produksi Selulase
Nama
: Putri Lili Epriyani
NIM
: G84090053

Disetujui oleh

Dr Syamsul Falah Shut, MSi
Pembimbing I

Teuku Beuna Bardant, MEng

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Made Artika, MAppSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat, karunia serta izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Shalawat beriringkan salam semoga tecurahkan kepada Nabi besar
penyampai risalah Allah dan penutup para nabi yaitu Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si
selaku pembimbing utama dan Teuku Beuna Bardant, M.Eng selaku pembimbing
kedua yang telah memberikan bimbingan, inspirasi, ilmu, motivasi, arahan serta
kritik kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga,
sahabat dan teman-teman Biokimia angkatan 46 yang telah memberikan dukungan
moril maupun materil.

Penulis menyadari tentang kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membuat hasil yang
lebih baik. Penulis juga berharap tulisan ini dapat berguna bagi penulis sendiri
maupun semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan dan semoga penelitian ini
dapat berjalan dengan baik sehingga diperoleh hasil yang maksimal.

Bogor, Oktober 2013
Putri Lili Epriyani

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

1

METODE

2

Bahan


2

Alat

2

Prosedur Analisis

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Hasil

5

Persamaan Empirik Response Surface Methodology


5

Produksi Alkohol Menggunakan TKKS

7

Pembahasan

8

Regresi Persamaan Empirik

8

Verifikasi Aktivitas Selulase dalamProduksi Bioetanol
SIMPULAN DAN SARAN

10
11


Simpulan

11

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

19


DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Kombinasi variabel bebas untuk persamaan empirik
Hasil pengukuran FPU dan perhitungan persamaan empirik
Data pengujian ketepatan persamaan empirik RSM
Produksi alkohol menggunakan TKKS

3
5
7
8

DAFTAR GAMBAR
1 Kurva 3D persamaan empirik RSM
2 Proses pengendapan ekstrak


6
7

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Data persamaan RSM
Hasil pengujian ketepatan persamaan RSM
Hasil penyesuain pengujian ketepatan
Hasil pengukuran alkohol

14
15
16
18

PENDAHULUAN
Bioetanol merupakan suatu senyawa alkohol yang disebut juga etanol atau
etil alkohol. Bioetanol dapat berasal dari bahan-bahan yang memiliki kandungan
gula, pati, ataupun lignoselulosik. Generasi pertama pembuatan bioetanol lebih
berfokus dengan menggunakan bahan baku pertanian seperti singkong, tebu, dan
jagung. Akan tetapi, penggunaan bahan pertanian sebagai bahan baku bioetanol
dapat mengancam ketahanan pangan Indonesia. Pengembangan generasi kedua
dilakukan dengan menggunakan bahan baku lignoselulosa seperti eceng gondok
dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Generasi ini membutuhkan bantuan
bahan lain untuk memecah selulosa menjadi glukosa. Bahan yang dapat
digunakan yaitu selulase.
Selulase merupakan suatu enzim yang dapat memutuskan ikatan glikosidik
β-1,4 yang terdapat dalam selulosa, sedodekstrin, selobiosa, dan lain-lain
(Roswiem 2002). Selulase merupakan enzim penting dalam proses pembuatan
bioetanol dan diperlukan selulase dengan aktivitas yang baik agar dapat
digunakan dalam proses sakarifikasi. Permasalahan yang muncul adalah tidak
semua selulase memiliki aktivitas yang baik. Aktivitas selulase sangat bergantung
pada proses produksinya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses
produksi selulase yaitu suhu dan waktu fermentasi, pH fermentasi,
mikroorganisme yang digunakan, media fermentasi, nutrisi penunjang yang
diberikan, dan kadar air yang digunakan (Singhania et al. 2010, Fujian et al.
2002).
Penelitian sebelumnya menggunakan beberapa mikroorganisme yang dapat
menghasilkan selulase, seperti Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Funalia
trogi, dan Thermoascus aurantiacus (Debalona et al. 2012, Dhillon et al. 2011).
Selain mikroorganisme tersebut, terdapat mikroorganisme lain yang dapat
menghasilkan selulase yaitu Trichoderma. Terdapat beberapa spesies
Trichoderma yang telah dibuktikan memiliki aktivitas selulase yang baik yaitu
Trichoderma citrinoviride (Chandra et al. 2009), Trichoderma reesei (Dhillon et
al. 2011), dan Trichoderma viride (Zhou et al. 2008). Selain spesies-spesies
tersebut, terdapat spesies lainnya yang diduga dapat memproduksi selulase dengan
nilai aktivitas yang belum diketahui. Salah satu dari spesies itu adalah
Trichoderma hamatum. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Widyastuti et al. (1999) diketahui bahwa Trichoderma hamatum dapat bertahan
hidup dalam media agar selulotik. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
membuktikan hal tersebut.
Faktor lain yang diperhatikan adalah media fermentasi yang digunakan.
Media fermentasi sangat mempengaruhi proses pertumbuhan mikroba dan
lamanya waktu fermentasi yang diperlukan. Media yang baik digunakan dalam
proses fermentasi padat selulase adalah media yang banyak mengandung selulosa.
Salah satu bahan yang dapat digunakan di Indonesia sebagai media yang potensial
adalah dedak padi. Selain nutrisi yang dikandungnya, ketersedian dedak padi juga
kontinu. Waktu fermentasi yang baik untuk media dedak padi adalah tujuh hari.
Hal ini berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan.
Komposisi antara media fermentasi, bibit, serta nutrisi yang tepat sangat
dibutuhkan untuk menghasilkan enzim selulase yang baik. Selama ini belum ada

2
batasan yang pasti tentang komposisi fermentasi yang baik sehingga mencapai
kondisi optimumnya. Oleh karena itu, diperlukan alat bantu atau pemodelan yang
dapat digunakan untuk menentukan kondisi optimum fermentasi padat
Trichoderma hamatum pada media dedak padi. Pemodelan dilakukan dengan
membandingkan tiga variabel nutrisi yang digunakan. Variabel yang digunakan
adalah kadar air, kadar urea, dan kadar bibit Trichoderma hamatum. Pemodelan
dilakukan dengan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). RSM
merupakan sekumpulan teknik matematika dan statistik yang berguna untuk
menganalisis permasalahan yang melibatkan beberapa variabel respon dengan
tujuan untuk mengoptimalkan respon. Metode ini dapat digunakan untuk
mengetahui keterkaitan antara tiga atau lebih variabel pada suatu respon secara
langsung. Metode ini dapat meminimalkan jumlah sampel yang diuji sehingga
dapat mempersingkat waktu penelitian (Bradley 2007).
Penelitian ini bertujuan menentukan pemodelan RSM yang dapat digunakan
untuk menentukan kondisi optimum fermentasi padat Trichoderma hamatum
dalam produksi selulase serta menguji aktivitas selulase yang dihasilkan dalam
proses pembuatan bioetanol menggunakan tandan kosong kelapa sawit (TKKS).
Keluaran yang diharapkan adalah didapatkan pemodelan yang baik sehingga dapat
digunakan dalam penentuan kondisi optimum fermentasi padat Trichoderma
hamatum dalam media dedak padi serta memperkirakan nilai aktivitas selulase
yang dihasilkan melalui persamaan empirik, dan selulase yang dihasilkan dapat
digunakan dalam proses sakarifikasi bioetanol.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Bidang Teknologi Proses dan
Katalisis (BTPK), Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Penelitian
dilakukan mulai bulan November 2012 sampai bulan Juni 2013.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu bibit Trichoderma
hamatum produksi WISH Indonesia, dedak padi, urea, nitrogen fosfat kalium
(NPK), akuades, H2SO4 encer, larutan kalium iodida, larutan kanji, reagen Luff
Schrool, larutan Na-asetat, larutan tiosulfat, glukosa, ragi, enzim β-glukosidase,
Span 85, dan pulp tandan kosong kelapa sawit.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kertas saring, kain
saring, kertas saring Whatman No. 1, water bath, neraca analitik, pemanas, buret,
kertas indikator pH, nampan, lemari kayu, kotak inkubator plastik, destilator,
magnetic stirrer dan Density/Specific Gravity Meter, dan peralatan gelas.

3
Prosedur Analisis
Fermentasi Padat Jamur Trichoderma
Dedak padi sebanyak 50 gram diletakkan pada nampan. Akuades, bibit
Trichoderma hamatum, urea, NPK ditimbang sesuai komposisi (Tabel 1).
Kombinasi didapatkan dengan menggunakan metode Central Composite
Rotatable Design (CCRD). Urea dan NPK dilarutkan dengan akuades hingga rata.
Larutan diatur pH-nya menggunakan asam asetat hingga pH larutan menjadi 5 lalu
dicampurkan pada dedak padi lalu ditambahkan bibit Trichoderma hamatum.
Dedak padi dimasukkan ke dalam plastik pembungkus dengan ketebalan ± 1 cm,
bagian atas plastik dilipat dan diberi lubang-lubang kecil dengan jarak 1.5 × 1.5
cm. Plastik yang berisi dedak tersebut disimpan di dalam lemari gelap dengan
suhu 350C selama tujuh hari.
Tabel 1 Kombinasi variabel bebas untuk persamaan empirik
Air
(% terhadap bobot dedak)
50
100
100
150
150
50
100
50
150
100
50
80
60

Urea
(% terhadap bobot dedak)
0.0
0.0
2.0
0.0
4.0
0.0
2.0
2.0
4.0
0.0
3.0
2.7
3.0

Bibit
(% terhadap bobot dedak)
2.0
2.0
3.0
1.0
2.0
1.0
2.0
3.0
3.0
3.0
1.5
1.5
1.2

Penentuan Kondisi Optimum dengan Response Surface Methodology (RSM)
Ekstraksi Enzim Selulase
Dedak padi yang telah difermentasi selama tujuh hari ditimbang dan dicatat
bobotnya. Dedak padi dilarutkan dengan akuades. Volume akuades yang
digunakan sama dengan berat dedak setelah fermentasi (1:1). Setelah diaduk,
dedak padi disaring menggunakan kain kemudan disaring kembali menggunakan
kertas saring.
Pengujian Aktivitas Enzim Selulase (Adney 2008)
Ekstrak yang sudah disaring diencerkan sebanyak lima konsentrasi
menggunakan larutan Na-asetat. Kertas saring dipotong dengan ukuran 1×6 cm
lalu dimasukan ke dalam dasar tabung reaksi dan dibasahi larutan Na-asetat
sebanyak 1 mL. Ekstrak enzim yang telah diencerkan dipipet sebanyak 5 mL dan
dimasukan ke dalam tabung reaksi yang telah dimasukan kertas saring. Kemudian
ekstrak enzim dipanaskan di dalam water bath dengan suhu 50oC selama 1 jam.
Setelah 1 jam, sampel dipisahkan dari kertas dan didinginkan.
Ekstrak enzim yang telah diberi perlakuan kertas diukur kadar gula
pereduksinya menggunakan metode Luff Schoorl (SNI 01-2891-1992). Kurva
standar gula pereduksi dibuat dengan cara glukosa ditimbang sekitar 10-30 mg
lalu dilarutkan dengan 10 mL akuades. Larutan glukosa dipipet ke dalam empat

4
labu Erlenmeyer yang telah berisi 5 mL reagen Luff Schrool dengan volume 1 mL,
2 mL, 3 mL, dan 4 mL. Sampel tersebut kemudian dididihkan sekitar 3 menit, lalu
sampel diangkat dan didinginkan. Sampel yang telah didinginkan diberi H2SO4
encer secara perlahan hingga warna sampel menjadi bening (± 7 mL) dan
ditunggu hingga busanya menghilang. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan KI
dan dititrasi menggunakan larutan tiosulfat hingga sampel berwarna putih. Setelah
itu, sampel ditambahkan 1-2 tetes larutan kanji, titrasi dilanjutkan hingga tidak
lagi berubah warna (warna ungu menghilang).
Kadar gula pereduksi awal di dalam ekstrak enzim diukur dengan
menambahkan 2 mL ekstrak enzim yang tidak diberi perlakuan kertas ke dalam 5
mL reagen Luff Schrool. Sampel kemudian dididihkan selama 3 menit, lalu
diangkat dan didinginkan. Sampel yang telah didinginkan diberi H2SO4 encer
secara perlahan hingga warna sampel menjadi bening (± 7 mL) ditunggu hingga
busanya menghilang. Sampel ditambahkan 0.5 mL larutan KI dan dititrasi
menggunakan larutan tiosulfat hingga sampel berwarna putih. Setelah itu,
ditambahkan 1-2 tetes larutan kanji, dititrasi kembali hingga tidak lagi berubah
warna (warna ungu menghilang).
Tahapan di atas diulangi kembali menggunakan ekstrak enzim yang telah
diberi perlakuan kertas. Hasil kadar glukosa digunakan untuk menentukan nilai
aktivitas enzim selulase yang dinyatakan dalam satuan FPU (Filter Paper Unit).
Pembentukan Kurva RSM (Bradley 2007)
Pembentukan kurva dilakukan dengan menggunakan metode Response
Surface Methodology (RSM). Kurva pertumbuhan Trichoderma hamatum
dibentuk dengan menggunakan variabel nilai FPU, kadar bibit, urea, dan air yang
digunakan. Nilai FPU diperoleh dari perhitungan kadar glukosa yang didapatkan.
Keempat data tersebut diolah menggunakan program statistika SPSS hingga
diperoleh persamaan garis. Persamaan garis yang didapatkan divisualisasikan
menjadi kurva 3D dengan menggunakan program Mathcad. Setelah itu, penentuan
titik pengujian ketepatan dilakukan dengan menentukan titik-titik kombinasi
tanam disekitar titik optimum di masing-masing kurva.
Produksi Bioetanol
Fermentasi Padat Jamur Trichoderma
Sebanyak 4 kilogram dedak padi difermentasikan dengan komposisi nutrisi
air 50%, urea 2.5%, dan bibit 2%. Kondisi Fermentasi padat dibuat sama seperti
fermentasi sebelumnya.
Ekstraksi Enzim Selulase
Dedak padi yang telah difermentasi selama tujuh hari ditimbang dan dicatat
bobotnya. Kemudian dedak padi dilarutkan dengan akuades. Volume akuades
yang digunakan sama dengan berat dedak setelah fermentasi (1:1). Setelah diaduk,
dedak padi disaring menggunakan kain saring. Ekstrak yang didapatkan kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 10000 rpm selama 5 menit. Supernatannya dibagi
menjadi dua bagian, yaitu pemekatan menggunakan Reverse Osmosis (RO) dan
pengendapan. Penentuan pH pengendapan dilakukan dengan membuat variasi pH
antara 4 - 8, kemudian dilihat endapan yang terbentuk. setelah 24 jam dapat
ditentukan bahwa pH yang digunakan dalam proses pengendapan adalah 4.16.
Ekstrak selulase yang telah diatur pH didiamkan selama 24 jam. Sampel hasil RO
siap untuk disakarifikasi. Sampel hasil pengendapan disentrifugasi kembali

5
dengan kecepatan 10000 rpm selama 5 menit. Pelet yang terkumpul diencerkan
menggunakan sampel hasil RO sebanyak 1:1. Sampel endapan siap untuk
disakarifikasi.
Sakarifikasi
Sebanyak 50 mL ekstrak enzim selulase ditambahkan bufer Natrium asetat
50 mM pH 5. Ekstrak enzim kemudian ditambahkan dengan 1% v β-glukosidase
dan 1% v Span 85. Ekstrak diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 15
menit. Setelah itu, sebanyak 10 gram pulp TKKS dimasukkan sedikit demi sedikit
hingga pulp semuanya larut, sampel didiamkan sambil diaduk dengan
menggunakan magnetic stirrer selama 48 jam.
Fermentasi
Sampel enzim selulase yang telah disakarifikasi ditambahkan ragi, urea, dan
NPK (1% volume ekstrak). Sampel enzim kemudian difermentasi selama 48 jam
dalam keadaan tertutup (anaerob).
Destilasi
Sampel yang sudah difermentasi dimasukkan ke dalam tabung destilasi dan
ditambahkan 50 mL akuades. Tabung dipasang pada alat destilasi dan alat
dihidupkan, lalu hasil destilat ditampung dengan labu ukur 50 mL, kemudian alat
dimatikan.
Analisis Kadar Alkohol
Sampel yang telah didestilasi segera ditutup dan dimasukan ke dalam
pendingin. Jika sampel telah dingin, ±15 mL sampel destilasi dimasukan ke dalam
botol kecil. Kemudian botol ditutup dan kadar alkoholnya diukur menggunakan
alat Density/Specific Gravity Meter.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Persamaan Empirik Response Surface Methodology
Nilai aktivitas enzim selulase diketahui berdasarkan kadar gula pereduksi
yang terdapat di dalam ekstrak sebelum dan sesudah diberi perlakukan kertas.
Nilai aktivitas enzim selulase yang terukur pada setiap ekstrak dan rasio bibit serta
nutrisi yang digunakan sebagai nilai variabel penentuan persamaan emprik. Nilai
aktivitas yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 1.200-4.270 FPU/gds
(Tabel 2).
Tabel 2 Hasil pengukuran FPU dan perhitungan persamaan empirik

No.
1
2
3
4

Air
(% terhadap
bobot dedak)
50
100
100
150

Variabel bebas
Urea
(% terhadap
bobot dedak)
3.0
2.7
3.0
2.0

Aktivitas selulase (FPU/gds)
Bibit
(% terhadap
bobot dedak)
1.5
1.5
1.2
3.0

Hasil ukur

Hasil hitung

3.259
4.275
2.717
2.816

3.609
2.970
3.375
2.442

6

Lanjutan tabel 2
No.
5
6
7
8
9
10
11

Air
(% terhadap
bobot dedak)
150
50
100
50
150
100
50

Variabel bebas
Urea
(% terhadap
bobot dedak)
0.0
0.0
0.0
4.0
4.0
2.0
4.0

Aktivitas selulase (FPU/gds)
Bibit
(% terhadap
bobot dedak)
1.0
2.0
2.0
3.0
2.0
2.0
2.0

Hasil ukur

Hasil hitung

2.560
1.263
2.396
2.157
2.235
2.821
4.245

1.973
2.225
1.986
2.674
2.380
2.901
2.198

Berdasarkan nilai aktivitas enzim selulase tersebut diperoleh persamaan
empirik sebagai berikut :
FPU = 3.456 – 3.991 air + 1.090 urea + 0.341 bibit + 1.557 air2 – 0.135
urea2 – 0.224 bibit2 – 0.361 air urea + 0.588 air bibit –0.046 urea
bibit.
(1)
Persamaan empirik di atas dapat divisualisasikan menjadi kurva tiga
dimensi (3D). Kurva tersebut akan membantu dalam penentuan titik optimum dari
rasio ketiga variabel yang digunakan. Berdasarkan kurva yang dihasilkan, terlihat
terdapat empat puncak atau titik optimum yang dapat diperoleh dari persamaan
tersebut (Gambar 1).

90a 2,5u 1.6b

100a 2.5u 2b

100a 2u 1.5b

70a 2.8u 1.4b

50a 2.5u 1b

Gambar 1 Kurva 3D persamaan empirik RSM. ( ) air 50% terhadap bobot
dedak, ( ) air 70% terhadap bobot dedak, ( ) air 90% terhadap
bobot dedak, ( ) air 100% terhadap bobot dedak.

7
Proses pengujian ketepatan persamaan empirik dilakukan di sekitar wilayah
titik optimum. Hasil pengujian ketepatan menunjukan bahwa terdapat empat titik
yang nilai aktivitas ekstrak selulasenya mendekati atau melebihi nilai aktivitas
yang ditentukan berdasarkan persamaan empirik (Tabel 3).
Tabel 3 Hasil pengujian ketepatan persamaan empirik RSM
Aktivitas selulase
(FPU/gds)

Variabel bebas
No.

1
2
3
4
5

Air
(% terhadap
bobot dedak)
50
70
90
100
100

Urea
(% terhadap
bobot dedak)
2.5
2.8
2.5
2.5
2.0

Bibit
(% terhadap
bobot dedak)
1.0
1.2
1.6
2.0
1.5

Hasil Hitung

Hasil ukur

3.590±0.009
3.152±0.002
2.836±0.003
2.735±0.004
2.711±0.006

3.732±1,913
3.677±0.685
2.652±0.971
5.620±1.036
3.812±0.921

Produksi Alkohol Menggunakan TKKS
Produksi bioetanol dilakukan dengan membiakkan Trichoderma hamatum
dengan komposisi nutrisi yang memiliki nilai aktivitas enzimnya paling tinggi,
yaitu 100% kadar air, 2.5% kadar urea, dan 2% kadar bibit. Ekstrak yang
didapatkan dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama dipekatkan menggunakan
Reverse Osmosis dan bagian kedua dilakukan proses pengendapan. Proses
pengendapan diawali dengan penentuan pH pengendapan (Gambar 2). Kadar
alkohol yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 4.

8

6.5

6

5.48 5.19 4.14

8

(a)

6.5

6 5.48 5.19 4.14

(b)
8

6.5

6

5.48 5.19 4.14

endapan

(c)
Gambar 2 Hasil pengendapan ekstrak selulase (a) 0 menit (b) 1 jam (c) 24 jam

8
Tabel 4 Produksi alkohol menggunakan TKKS
Tahapan proses

Berat media (g)

Volum ekstrak
(mL)

Aktivitas
selulase
(FPU/gds)
4.110

Fermentasi padat
4000
Ekstraksi
4000
Reverse Osmosis
700
2.911
(RO)
Pengendapan pH
200*
3.509
4.16
Ket : * Endapan 100 mL diencerkan dengan hasil RO 100 mL

Kadar alkohol
(%)
0.000
0.330
2.010

Pembahasan
Penelitian ini diawali dengan melihat kemampuan Trichoderma hamatum
komersial yang digunakan sebagai bibit dalam memproduksi enzim selulase
dengan menggunakan dedak padi. Hasil pengukuran nilai aktivitas enzim selulase
yang terkandung dalam ekstrak menunjukkan bahwa Trichoderma hamatum
memiliki kemampuan dalam memproduksi enzim selulase. Hal ini dilihat dari
nilai aktivitas yang dihasilkan pada komposisi 50% air, 0% urea, dan 1% bibit
dapat menghasilkan selulase dengan aktivitas sebesar 0.799 FPU/mL. Hasil ini
tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai aktivitas selulase yang dihasilkan oleh
spesies Trichoderma lainnya seperti Trichoderma reesei dengan aktivitas sebesar
0.040 FPU/mL (Gadgill et al. 1995), Trichoderma harzianum dengan aktivitas
sebesar 1.500 FPU/mL (Dhillon et al. 2008), dan Trichoderma atroviride dengan
aktivitas sebesar 0.41 FPU/ml (Kovacs et al. 2008).
Kemampuan dedak padi sebagai media tumbuh turut andil dalam proses
produksi enzim selulase ini. Dedak padi memiliki beberapa kandungan penting
seperti air, protein kasar, serat kasar, asam lemak bebas, kalsium, fosfor, dan
silika (Dewan Standarisasi Nasional 2006). Selain itu kandungan karbon yang
cukup tinggi yaitu sekitar 58-72% juga menunjukan bahwa dedak padi layak
digunakan sumber C pada proses fermentasi padat (Suparyono 1997). Alasan lain
digunakannya dedak padi menjadi media tumbuh adalah mudah didapatkan
sehingga tidak akan menjadi hambatan jika dikemudian hari dilakukan produksi
skala besar. Selain dedak padi, terdapat beberapa limbah pertanian lainnya yang
telah digunakan sebagai media tumbuh dalam proses produksi selulase yaitu
ampas kembang kol, ampas kacang polong, dan jerami gandum (Dhillon et al.
2011), kulit kedelai ampas jeruk, dan ampas tebu (Dealona et al. 2012).
Regresi Persamaan Empirik
Response Surface Methodology atau RSM merupakan suatu metode yang
dapat digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara tiga atau lebih variabel pada
suatu respon. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui secara langsung
keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain secara langsung. Metode ini
juga dapat mempermudah penelitian dengan meminimalkan jumlah sampel yang
akan diuji. Hal ini sangat berguna jika waktu penelitian tersedia sangat singkat
(Bradley 2007).
Pada penelitian ini, faktor atau variabel respon yang diperhatikan dalam
penentuan aktivitas enzim selulase adalah kadar air, urea, serta bibit. Penelitian ini

9
juga menggunakan beberapa variabel koreksi yaitu variabel koreksi kondisi dan
variabel koreksi kertas saring. Penggunaan variabel ini disebabkan oleh perubahan
tempat fermentasi yang digunakan dikarenakan keterbatasan ruangan. Pada saat
fermentasi padat kurva RSM, proses fermentasi dilakukan dalam lemari kayu
sedangkan saat proses pengujian ketepatan tempat fermentasi yang digunakan
adalah kotak plastik yang diberi penghangat lampu. Variabel koreksi didapatkan
dengan membandingkan nilai aktivitas yang terukur pada sampel dengan variabel
bebas yang sama namun difermentasi pada tempat yang berbeda. Variabel
koreksi kertas saring diperlukan karena terdapat keterbatasan kertas saring yang
seharusnya digunakan. Kertas saring yang seharusnya digunakan adalah kertas
whatman No.1, namun ketersediannya sangat terbatas serta memerlukan waktu
yang cukup lama untuk pemesanan maka kertas yang digunakan adalah kertas
saring. Variabel koreksi didapatkan dengan membandingkan nilai aktivitas yang
terukur pada kedua kertas yang digunakan. Penentuan kedua variabel koreksi
dilakukan dengan menggunakan tiga sampel. Tahap selanjutnya adalah
membandingkan antara nilai aktivitas kondisi lama dengan nilai aktivitas kondisi
baru yang kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan variabel koreksi yang
sebenarnya. Variabel koreksi kondisi sebesar 2.319. Variabel koreksi kertas
sebesar 1.127.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketiga variabel respon yang
digunakan memiliki keterkaitan antara satu sama lain. Keterkaitan antara ketiga
variabel respon tersebut menghasilkan suatu persamaan yang dapat digunakan
untuk menentukan nilai aktifitas enzim selulase dari Trichoderma hamatum pada
media dedak padi (persamaan 1). Nilai aktivitas enzim selulase dinyatakan dalam
satuan FPU/gds (gram dry solid) yaitu aktivitas berdasarkan bobot media kering
yang digunakan. Persamaan tersebut memiliki nilai R sebesar 0.950. Hasil ini
menandakan bahwa terdapat kesesuaian yang baik antara nilai aktivitas enzim
berdasarkan pengukuran dengan nilai aktivitas enzim berdasarkan perhitungan
(Tabel 2). Persamaan ini juga memiliki nilai R2 sebesar 90.27%, nilai ini
menunjukan bahwa sebagian besar variasi sampel telah menjelaskan keterkaitan
antara ketiga variabel respon.
Kurva 3D terlihat bahwa bahwa setiap penambahan kadar variabel memiliki
kecenderungan yang hampir sama yaitu akan menaikan nilai aktivitas enzim yang
diperoleh hingga mencapai suatu titik balik penurunan aktivitas enzimnya
(Gambar 1). Pada variabel kadar air, semakin banyak air yang ditambahkan maka
posisi kurva akan semakin dibawah. Berdasarkan grafik 3D diketahui bahwa
kadar air yang baik adalah sekitar 50-70% bobot kering media, sedangkan
penambahan air di atas 70% akan menyebabkan penurunan nilai aktivitas. Hasil
ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, menunjukan bahwa kadar air yang
baik untuk pembiakan Trichoderma adalah besar 50-70% (Latifian et al. 2007).
Hal ini dikarenakan media tumbuh memiliki keterbatasan dalam menyerap air.
Semakin banyak air yang ditambahkan maka akan semakin basah keadaan biakan.
Keadaan yang basah tersebut menyebabkan kelembapan di dalam kultur semakin
tinggi. Semakin tinggi kelembapan, maka jamur akan sulit tumbuh serta
meningkatkan peluang tumbuhnya kontaminan lainnya (Domsch & W.Gams
1972).
Penambahan kadar urea, kadar urea yang baik ditambahkan ke dalam
kultur adalah sekitar 2-3% bobot kering media. Penambahan urea di atas 3% akan

10
menyebabkan penurunan nilai aktivitas enzim selulase yang didapatkan. Urea
digunakan sebagai sumber nitrogen bagi Trichoderma hamatum. Semakin banyak
urea yang ditambahkan maka aktivitas enzimnya pun semakin besar. Hal ini
dikarenakan pemberian urea meningkatkan kemampuan jamur dalam mencerna
substrat sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur meningkat. Meningkatnya
pertumbuhan jamur, maka produksi selulase pun meningkat. Hal ini sejalan
dengan prinsip pertanian yang menyebutkan bahwa semakin banyak pupuk yang
ditambahkan tidak akan meningkatkan pertumbuhannya dikarenakan setiap
tanaman memiliki batas kemampuan dalam menyerap pupuk tersebut.
Kadar bibit yang baik adalah sekitar 1-2% bobot media kering. Hal ini
dikarenakan semakin banyak bibit yang ditambahkan maka waktu yang
diperlukan untuk fermentasi semakin singkat. Pada penelitian ini, waktu
fermentasi dianggap sebagai variabel tetap yaitu tujuh hari, sehingga jika bibit
yang dimasukkan terlalu banyak pada fermentasi hari ketujuh telah melewati fase
produktifnya. Jika fase produktifnya telah terlewati maka aktivitas enzim yang
dihasilkan pun akan turun.
Proses pengujian ketepatan dilakukan terhadap lima titik optimum yang
memiliki nilai aktivitas berbeda-beda (Gambar 1). Nilai optimum yang digunakan
merupakan titik disekitar titik puncak setiap kurva 3D dari persamaan empirik
yang dihasilkan oleh RSM. Suatu titik pengujian dikatakan tepat jika nilai
aktivitas hitungnya berada dalam wilayah batas atas dan batas bawah dari nilai
aktivitas pengukuran, nilai aktivitasnya pengukurannya melebihi nilai aktivitas
hitungnya, dan nilai standar deviasinya tidak terlalu besar. Hasil pengujian
ketepatan menunjukan dari kelima titik hanya empat titik yang dapat dikatakan
tepat (Tabel 3). Satu titik yang tidak valid adalah pada komposisi 50% air, 2.5%
urea, dan 1% bibit. Proses pengujian ketepatan menyatakan bahwa persamaan
empirik pada rentang kadar air sebesar 70-100%, kadar urea 2-2.8%, dan kadar
bibit 1.2-2% tersebut dapat diterima. Nilai aktivitas maksimum yang dapat
diperoleh dari komposisi nutrisi yang ditentukan berdasarkan persamaan adalah
sebesar 5.620 ± 1,036 FPU/gds dengan komposisi 100% air, 2.5% urea, dan 2%
bibit.
Verifikasi Aktivitas Selulase dalam Produksi Bioetanol
Verifikasi aktivitas selulase dalam produksi bioetanol dilakukan dengan
mengambil komposisi tanam yang memiliki nilai aktivitas selulase tertinggi yaitu
pada komposisi 100% air, 2.5% urea, dan 2% bibit yang dilakukan dalam skala
yang lebih besar yaitu menggunakan 4 kilogram dedak padi. Peningkatan skala
tanam ini dimaksudkan untuk mendapat ekstrak yang cukup banyak sehingga
dapat dilakukan beberapa perlakuan. Ekstrak murni yang telah didapatkan diukur
nilai aktivitas selulasenya yaitu sebesar 4.110 FPU/gds atau lebih kecil dari nilai
akivitas yang terukur pada pembiakan skala kecilnya (Tabel 4). Hal ini dapat
dikarenakan beberapa faktor, antara lain ketebalan biakkan dalam plastik
pembungkus yang terlampau tebal. Pembiakan skala kecil ketebalan biakan hanya
mencapai 1 cm, sedangkan pada skala besar ketebalan biakan mencapai 1.5 cm.
Semakin tebal biakan maka pertukaran oksigen di dalam biakan akan semakin
sedikit, sehingga akan menggangu pertumbuhan jamur Trichoderma hamatum.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah kotak fermentasi yang digunakan. Pada
skala kecil kotak fermentasi yang digunakan berbahan plastik yang menghantar

11
sedikit panas ke permukaan luarnya, sedangkan pada skala besar dikarena
keterbatasan kotak plastik maka digunakan kardus yang telah dilapisi alumunium
foil. Pelapisan ini menyebabkan udara panas tetap tertahan di dalam kotak dan
meningkatkan suhu fermentasi pada dua hari pertama. Suhu yang terlalu tinggi
tersebut mengganggu pertumbuhan awal Trichoderma hamatum.
Ekstrak yang didapatkan kemudian dibagi menjadi dua bagian untuk
mengalami dua perlakuan yang berbeda yaitu Reverse Osmosis dan pengendapan.
Pada perlakuan Reverse Osmosis (RO), volume ekstrak yang digunakan adalah
sebesar 1 L yang dipekatkan hingga 700 mL. Perlakuan pengendapan diawali
dengan menentukan pH pengendapan yaitu dengan melakukan penyesuaian lima
macam pH berbeda 4.14, 5.19, 5.48, 6.11, 6.5 dan 8. Hasil pengendapan
menunjukan bahwa pada satu jam pertama hanya pH 4.14 yang mengalami
pengendapan dan setelah 24 jam hanya larutan pada pH 5.48 - 4.14 yang
mengalami pengendapan sedangkan pH di atas itu tidak (Gambar 2). Larutan yang
paling banyak mengalami pengendapan adalah larutan dengan pH 4.14, sehingga
proses pengendapan ekstrak dilakukan pada kisaran pH tersebut. Sebanyak 3 L
ekstrak yang diendapkan, endapan yang terkumpul hanya sebanyak 100 mL. Nilai
aktivitas kedua ekstrak tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai aslinya.
Hal ini dikarenakan pengukuran nilai aktivitas dilakukan pada jeda waktu yang
cukup lama yaitu satu minggu, sehingga nilai aktivitas yang terbaca menjadi lebih
rendah dikarenakan aktivitasnya sudah menurun karena penyimpanan.
Kadar alkohol diukur menggunakan alat density/spesific gravity meter,
yaitu suatu alat yang dapat mengukur bobot jenis serta kadar alkohol yang
terkandung dalam suatu sampel secara langsung. Berdasarkan pengukuran
diketahui bahwa hanya sampel yang berasal dari ekstrak pengendapan yang dapat
memecah selulosa menjadi gula, dan gula yang dihasilkan diubah oleh ragi
menjadi alkohol. Kadar alkohol yang terbaca adalah sekitar 3.51% dan 21.38%
dari nilai teoritis. Nilai teoritisnya yaitu 20 gram substrat bahan baku dikonversi
menjadi 9.40% alkohol. Sedangkan pada sampel dengan ekstrak hasil RO tidak
ditemukan adanya kandungan alkohol. Perbedaan ini juga terlihat dari hasil
pengadukan antara kedua ekstrak tersebut. TKKS lebih mudah larut pada sampel
dengan ekstrak pengendapan dibandingkan sampel dengan ekstrak hasil RO. Hasil
ini cukup menggembirakan, dikarenakan enzim selulase yang diproduksi ini telah
dapat digunakan sebagai enzim pengkonversi selulosa dari TKKS menjadi gula
dengan sangat baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Debalona et al. (2013) bahwa enzim nonkomersial atau enzim yang diproduksi
secara mandiri dari beberapa mikroorganisme memiliki aktivitas yang cukup baik
dalam proses produksi biomasa.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemodelan RSM telah dapat digunakan dalam menentukan kondisi
optimum pertumbuhan Trichoderma hamatum pada media dedak padi. Kondisi
optimumnya adalah pada air 70-100%, urea 2-2.8%, dan bibit 1.2-2%. Nilai
aktivitas maksimum yang dapat diperoleh dari komposisi nutrisi yang ditentukan

12
berdasarkan persamaan adalah sebesar 5.620 ± 1,036 FPU/gds. Enzim selulase
yang diproduksi telah dapat memecah kandungan selulosa pada TKKS menjadi
gula sehingga dapat dikonversi oleh ragi menjadi bioetanol.
.
Saran
Enzim selulase yang diproduksi telah dapat digunakan dalam proses
pembuatan alkohol menggunakan TKKS sebagai bahan bakunya dan
menghasilkan bioetanol dengan kadar yang cukup baik. Namun perlu penelitian
lebih lanjut jika akan dilakukan produksi dalam skala lebih besar atau skala
industri.

DAFTAR PUSTAKA
Adney B, J. Baker. 2008. Measure of Cellulase Activities Laboratory Analitical
Procedure (LAP). Technical Report NREL/TP-510-42628.
Bardley N. 2007. The responses surface methodology [Tesis]. South Bend :
Indiana University.
Chandra M, Alok K, Neelam SS, Shailendra SG, Mahender PD, Rajinder SS.
2009. Development of a mutant of Trichoderma citrinoviride for enhanced
production of cellulases. Bioresource Technol. 100: 1659-1662.
Delabona P, Rosangela DPBP, Carla AC, Celia RT, Andre R, Cristiane SF. 2012.
Using amazon forest fungi and agricultural residues as a strategy to produce
cellulolytic enzymes. Biomass and Bioenergy 37: 243-250.
Delabona P, Rosangela DPBP, Carla AC, Celia RT, Andre R, Cristiane SF. 2013.
Effect of initial moisture content on two amazon rainforest Aspergillus
strains cultivated on agro-industrial residues: Biomass- degrading enzymes
production and characterization. Industrial Crops and Products 42: 236-242.
Dewan Standarisasi Nasional. 1996. Dedak padi/bahan baku pakan. SNI 01-31781996/Rev. 92. Jakarta: Dewan Standarisasi Nasionala DSN.
Dhillon GS, Harinder SO, Surinder K, Sunil B, Satinder KB. 2011. Valueaddition of agricultural wates for augmented cellulase and xylanase
production through solid sate tray fermentation employing mixed cultural of
fungi. J.Indcrop 34 : 1160-1167.
Dillon AJP, Marli C, Joao APH, Maria HPF, Andreia CSA, Tarciso AFV, Sergia
CL. 2008. Generation of recombinants strains to cellulases production by
protoplast fusion between Penicillium echinulatum and Trichoderma
harzianum. Enzyme and Microbial Technol. 43:403-409.
Domsch, K.H., dan W. Gams. 1972. Fungi in Agricultural Soils. London (GB):
Longman Group Limited Publishing.
Fujian Xu, Chen H, Li Z. 2002. Effect of periodically dynamic changes of air on
cellulase productions in solid-state fermentation. Enzyme and Microbial
Technol. 30:45-48.

13
Gadgil NJ, Daginawal HF, Chakrabati T, Khanna P. 1995. Enhanced cellulase
production by a mutant of Trichoderma reesei. Enzyme Microb. Technol.
17: 942-946.
Kovacs K, Laszlo M, George S, Christian PK, Mats G, Guido Z. 2008.
Trichoderma atroviride mutants with enhanced production of cellulase and
β-glucosidase on pretreated willow. Enzyme Microb. Technol. 43: 48-55.
Latifian M, Zohreh HE, Mohsen B. 2007. Evaluation of culture conditions for
cellulase production by two Trichoderma reesei mutants under solid-state
fermentation condition. Bioresource Technol. 98: 3634-3637.
Roswiem AP et al. 2002. Biokimia Umum Jilid 1. Bogor (ID): Departemen
Biokimia-FMIPA Institut Pertanian Bogor
Singhania RR, Rajeev KS, Anil KP, Christian L, Ashok P. 2010. Advancement
and comparative profile in the production technologies using solid-state and
submerged fermentation for microbial cellulases. Enzyme and Microbial
Technol. 46:541-549.
Suparyono, A. Setyono. 1997. Mengatasi Permasalahan Budi Daya Padi. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Widyastuti S.M., Sumardi, A. Sulthoni, Supriyanto. 1999. Pemanfaatan
biofungisida Trichoderma spp., untuk memepercepat penguraian serasah
Acacia mangium. Mediagama 1(10):13-20.
Zhou J, Yong-Hong W, Ju C, Ying-Ping Z, Si-Liang Z, Peng Y. 2008.
Identification and purification of the main components of cellulases from a
mutant strain of Trichoderma viride T 100-14. Bioresource Technol. 99:
6826-6833.

14

LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Persamaan RSM
Bobot

Kode

ekstrak

selisih
bobot

presentase

fpu/mL

variabel
koreksi gds

fpu/gds

dedak

sebelum

Sesudah

5023

50,7521

103,6352

85,9812

73

17,6540

17,0348

0,7500

1,4384

2,8164

7501

50,0753

125,5868

96,8583

98

28,7285

22,8754

0,5010

1,9571

2,5598

2502

50,2174

76,2525

66,3853

35

9,8672

12,9402

0,6940

0,6970

1,2628

5002

50,9085

101,9456

88,9888

72

12,9568

12,7095

0,6490

1,4143

2,3964

2543

50,1826

79,3859

69,4757

69

9,9102

12,4836

0,6010

1,3750

2,1574

5042

50,0058

103,7854

90,7988

80

12,9866

12,5129

0,5350

1,5998

2,2345

7522

50,2966

127,6863

109,9965

113

17,6898

13,8541

0,4810

2,2467

2,8213

7542

50,2728

129,1987

108,1027

114

21,0960

16,3283

0,7170

2,2676

4,2448

5031.5

50.3550

78.4059

62.4869

50

15.9190

20.3033

2.5870

0.9930

3.2593

402.71.5

50.0785

92.9409

76.0024

55

16.9385

18.2250

1.7862

1.0983

4.2747

3031.2

50.6775

83.6026

69.3209

61

14.2817

17.0828

2.0859

1.2037

2.7171

Contoh Perhitungan :
g s

m

koreksi kon isi koreksi w atman koreksi g s

g s

varia el oreksi g s

volume ekstrak

= 1.4384

erat me ia kering

15

Lampiran 2 Hasil pengujian ketepatan persamaan RSM
Kode
50 2,5 2

25 2,5 1

50 2 1,5

35 2,8 1,4

45 2,5 1,6

FPU/mL

faktor koreksi
kertas

FPU/mL
Whatman

2,7290

1,1256

3,0718

Faktor
koreksi
gds
1,9326

2,5097

1,1256

2,8250

3,2997

1,1256

4,9390
1,4985

FPU/gds

gula
awal

5,9365

1,7419

1,5797

4,4627

0,6397

3,7142

1,7395

6,4609

0,4366

1,1256

5,5593

1,0679

5,9369

1,7419

1,1256

1,6867

1,2757

2,1517

1,1846

1,4359

1,1256

1,6162

1,5538

2,5112

1,2861

1,3477

1,1256

1,5170

1,8118

2,7485

1,8615

2,7290

1,1256

3,0718

1,7578

5,3996

3,4976

2,3200

1,1256

2,6114

1,5793

4,1243

0,8731

1,8849

1,1256

2,1216

1,5777

3,3473

0,9604

0,9272

1,1256

1,0437

1,4189

1,4809

0,1746

3,4579

1,1256

3,8922

1,1395

4,4352

0,8820

1,4160

1,1256

1,5939

1,7566

2,7998

1,4877

1,4255

1,1256

1,6046

1,9352

3,1052

1,1745

1,3893

1,1256

1,5638

2,2312

3,4892

2,2707

2,3286

1,1256

2,6211

1,4348

3,7608

0,3430

1,605176

1,1256

1,8068

1,0193

1,8416

1,6566

1,523545

1,1256

1,7149

1,1392

1,9536

0,6061

1,661279

1,1256

1,8699

1,1990

2,2420

1,7778

16

Lampiran 3 Hasil penyesuaian pengujian ketepatan
Kode
1 2,5 2

0,5 2,5 1

1 2 1,5

0,7 2,8 1,4

0,9 2,5 1,6

urea2

bibit2

airurea

Airbibit

ureabibit

fpu asli

0,9924

6,2074

4,3781

2,4820

2,0844

5,2131

5,2741

koreksi
kertas
1,1256

0,9997

6,3021

4,0115

2,5100

2,0026

5,0280

3,9648

1,1256

2,0100

0,9994

6,2656

4,0403

2,5024

2,0095

5,0314

5,7399

2,5017

2,0351

0,9972

6,2583

4,1433

2,4981

2,0322

5,0908

0,0021

0,0096

0,0497

0,0041

0,0478

0,2038

0,0145

0,0454

0,4944

2,5165

1,1836

0,2444

6,3328

1,4009

1,2442

0,5852

0,4980

2,5051

1,0241

0,2480

6,2757

1,0488

1,2476

0,4978

2,4995

1,0311

0,2478

6,2475

1,0632

0,4967

2,5070

1,0796

0,2467

6,2853

0,0020

0,0087

0,0901

0,0020

0,0435

0,9988

2,0744

1,5667

0,9975

0,9996

2,0319

1,5280

0,9985

2,1297

0,9990

2,0787

0,0005

Air

urea

bibit

air2

fpu/gds

tebakan

0,9962

2,4915

2,0924

0,9998

2,5104

2,0029

5,9365

2,7310

4,4627

2,7373

0,9997

2,5031

1,1256

6,4609

2,7371

0,9986

4,9929

1,1256

5,6200

2,7351

0,1059

0,9204

0,0000

1,0360

0,0036

2,9785

5,2744

1,1256

5,9369

3,6019

0,5100

2,5655

2,2310

1,1256

2,5112

3,5863

1,2441

0,5132

2,5773

2,4418

1,1256

2,7485

3,5864

1,1710

1,2453

0,5361

2,7071

3,3157

1,1256

3,7322

3,5915

0,1993

0,0020

0,0425

0,2351

1,6995

0,0000

1,9130

0,0090

4,3033

2,4544

2,0719

1,5647

3,2499

4,7971

1,1256

5,3996

2,7140

0,9992

4,1288

2,3346

2,0311

1,5273

3,1047

3,6641

1,1256

4,1243

2,7034

1,5312

0,9971

4,5355

2,3444

2,1266

1,5289

3,2609

2,9738

1,1256

3,3473

2,7143

1,5419

0,9979

4,3225

2,3778

2,0765

1,5403

3,2052

3,8117

1,1256

4,2904

2,7106

0,0490

0,0215

0,0011

0,2041

0,0665

0,0479

0,0212

0,0872

0,9206

0,0000

1,0362

0,0062

0,6997

2,8942

1,4662

0,4896

8,3762

2,1497

2,0250

1,0259

4,2433

3,9403

1,1256

4,4352

3,1491

0,6983

2,8920

1,4680

0,4876

8,3638

2,1549

2,0194

1,0250

4,2454

2,7587

1,1256

3,1052

3,1519

0,6973

2,8767

1,4658

0,4862

8,2754

2,1487

2,0058

1,0221

4,2168

3,0998

1,1256

3,4892

3,1541

0,6984

2,8876

1,4667

0,4878

8,3385

2,1511

2,0168

1,0243

4,2352

3,2663

1,1256

3,6765

3,1517

0,0012

0,0095

0,0011

0,0017

0,0550

0,0033

0,0099

0,0020

0,0159

0,6082

0,0000

0,6845

0,0025

0,8968

2,5362

1,6855

0,8042

6,4325

2,8410

2,2744

1,5115

4,2749

3,3411

1,1256

3,7608

2,8390

0,8994

2,5127

1,6085

0,8089

6,3135

2,5872

2,2598

1,4466

4,0416

1,7356

1,1256

1,9536

2,8345

selisih
bawah
4,5841

6,6560

ya

1,8192

5,6452

tidak

3,2542

5,3266

ya

2,9920

4,3611

ya

1,6813

3,6230

ya

selisih atas

17
Kode

Keterangan :

Air

urea2

bibit2

airurea

Airbibit

ureabibit

fpu asli

0.8086
0,8072

6.3395
6,3618

2.5774
2,6685

2.2641
2,2661

1.4436
1,4673

4.0422
4,1195

1.9918
2,3562

koreksi
kertas
1.1256
1,1256

0,0026

0,0626

0,1494

0,0075

0,0383

0,1345

0,8625

0,0000

urea

bibit

air2

0.8992
0,8985

2.5178
2,5222

1.6054
1,6331

0,0015

0,0124

0,0454

: Nilai rata-rata
: Nilai standar deviasi

fpu/gds

tebakan

2.2419
2,6521

2.8346
2,8361

0,9709

0,0026

selisih
bawah

selisih
atas

18
Lampiran 4 Hasil pengukuran alkohol

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 November 1991 dari ayah
Marganti (Alm) dan ibu Nanah. Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cisauk, Tangerang Selatan, Banten
dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departeman
Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mikrobiologi dasar
departemen Ilmu Teknologi Pangan pada tahun ajaran 2011, dan departemen
biokimia pada tahun ajaran 2012. Penulis juga sempat menjadi asisten
metabolisme pada tahun ajaran 2012. Penulis juga aktif dalam organisasi
departemen sebagai anggota Divisi Keilmuan Biologi Molekuler Crebs 2011.
Pada bulan Juli-Agustus 2012 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Pusat
Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dengan judul Penentuan
Kondisi Optimum Pertumbuhan Trichoderma hamatum pada Media Dedak Padi
dengan Response Surgace Methodology (RSM).

19