57
Untuk mengelola pelatihan partisipatif diperlukan sikap yang memungkinkan terjadinya komunikasi ke banyak arah dan terciptanya suasana pelatihan yang kondusif.
Sikap yang perlu dimiliki Sikap yang perlu dijauhi
1. Empati
Mencoba melihat situasi, sebagaimana peserta melihatnya;
Mempertimbangkan segala masalah dari sisi penglihatan
peserta; Ikut merasakan apa yang
dirasakan peserta.
2. Wajar
Bersikap jujur, apa adanya, terus terang, dan terbuka;
Dengan sadar menghindari keinginan mengajari;
Mengungkapkan tanggapan secara tulus.
3. Menghargai peserta
Berpandangan positif terhadap peserta;
Menyatakan kehangatan, perhatian, dan penghargaan;
Menghargai perasaan, pengalaman, dan kemampuan
peserta
4. Hadir bersama peserta
Memperhatikan terus-menerus perkembangan peserta;
Menyertai peserta dalam segala keadaan;
Melibatkan diri dengan peserta; Tidak menonjolkan diri sendiri;
Tidak mendominasi pembicaraan; Memberi kesempatan bagi peserta
untuk aktif; Memberi kesempatan untuk
menyatakan pendapat secara merata.
1. Keinginan menggurui.
Sikap menggurui dapat dirasakan oleh peserta sebagai meremehkan. “Ungkapan anda salah,
yang benar adalah....” Pernyataan itu akan menempatkan peserta dalam posisi diserang.
Dalam hal peserta yang ‘keliru’ berpendapat, upaya memperbaikinya tidak perlu dengan
menyalahkan tetapi memberikan alternatif penawaran.
2. Keinginan menonjolkan diri
Keinginan menonjolkan diri akan menghalangi peserta untuk berpartisipasi lebih jauh dalam
pelatihan. Penonjolan diri seorang fasilitator akan mengingkari semangat pelatihan
partisipatif karena fasilitator akan mendominasi jalannya pelatihan.
3. Memposisikan diri sebagai orang yang ahli
Fasilitator tidak perlu terpancing untuk menjawab semua pertanyaan peserta, dan
seakan-akan tahu segala hal. Peserta akan lebih tertantang untuk melontarkan pertanyaan, dan
fasilitator bisa melemparkan kembali pertanyaan tersebut kepada peserta lain.
Tampilkan situasi problematik yang memancing peserta untuk beradu pendapat.
4. Kerap memotong pembicaraan peserta
Ketika peserta sedang bicara, terutama ketika sedang menyatakan pendapatnya, fasilitator
tidak perlu memotongnya. Terlebih lagi dengan memperlihatkan mimik yang tidak sabar. Jika
pembicaraan peserta tersebut bertele-tele sehingga membuat peserta lainnya mulai bosan,
fasilitator bisa menyelanya, tapi dengan memilih cara yang taktis.
58
5. Membuka diri