Pelaksanaan Penyuluhan Penghijauan Melalui Unit Pencontohan Usaha Pertanian Menetap di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Propinsi Riau

PELAKSANAAN PENY ULUHAN PENGHI JAUAN MELALUl UNIT
PERCOPJTOHAN USAHA PERTANIAN MENETAP D l KECAMATAN
BANGKlIUAAlG KABUPATEN KAMPAR PROPlNSl R l AU

Oleh
SONDA MONALISA SIREGAR
A 23.0580

JURUSAN ILMU

- ILMU

SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAH
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1992

SONDA MONALISA SIREGAR.


Pelaksanaan Penyuluhan Peng-

hijauan Melalui Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap
di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Propinsi Riau
(dibawah bimbingan M. TAMSUR MARSE).
Praktek lapang ini bertujuan

untuk mempelajari

tingkat keberhasilan pelaksanaan penyuluhan Penghijauan
yang telah dilakukan melalui sistem kerja LAKU dan pendekatan kelompok dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat keberhasilan tersebut.

Desa Ganting dan Desa Sia-

bu dipilih menjadi lokasi penelitian dengan pertimbangan
penyuluhan Penghijauan di desa Ganting dan Siabu telah dilakukan dalam waktu relatif lama,
garan

1985/1986.


yaitu sejak tahun ang-

Selain itu, dari 7 unit UP-UPM yang

pernah dibuat di Kecamatan Bangkinang, hanya UP-UPM di
Ganting dan Siabu saja yang masih tetap dikerjakan oleh
pengelolanya.
Dengan menetapkan batas
sebanyak

59.26

16.5

dari skor maksimal 20,

persen responden tergolong bertingkat pe-

ngetahuan rendah.


Hampir seluruh responden,

96.30

persen,

mempunyai sikap setuju untuk menerima teknologi Penghijauan.

Untuk tingkat keterampilan, dengan batas

skor maksimal 8,

55.56

6.5

dari

persen responden berketerampilan


tinggi. Tingkat keterampilan tidak dipengaruhi oleh sikap
melainkan oleh tingkat pengetahuan.

Hal ini terjadi

karena sikap responden yang setuju sebagian besar tidak

didukung oleh pengetahuan yang tinggi.

Sikap setuju tanpa

dukungan pengetahuan yang tinggi tampaknya merupakan pengaruh insentif, akibatnya responden tidak benar-benar
menyadari keuntungan teknologi Penghijauan bagi mereka.
Pada batas skor 7.25 dari skor maksimal 10, sebanyak
persen responden mempunyai tingkat penerapan tekno-

70.07

logi rendah dan sebanyak 25.93

tingkat penerapan tinggi.

persen sudah mempunyai

Tingkat

penerapan ini tidak

dipengaruhi secara nyata oleh keterampilan responden, karena

53.33 persen dari responden yang

mempunyai tingkat

keterampilan tinggi mempunyai tingkat penerapan rendah.
Tingkat penerapan yang rendah tampaknya merupakan akibat
dari masih kurangnya kesadaran responden akan keuntungan
teknologi Penghijauan.
Karakteristik individu, yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pengetahuan adalah tingkat pendidikan.


Se-

dangkan karakteristik individu yang lain yaitu umur, status sosial, spesialisasi pekerjaan, luas lahan yang dimiliki dan pengalaman berusahatani tidak berpengaruh nyata.
Tidak berpengaruhnya umur, status sosial, spesialisasi pekerjaan dan pengalaman berusahatani tertutup oleh faktor
frekuensi penyuluhan perorangan.

Sedangkan pengaruh luas

lahan tertutup oleh faktor orientasi ekonomi responden.
Orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit berpengaruh
nyata

terhadap tingkat pengetahuan, sebaliknya tingkat

terkena media massa dan tingkat
ngaruh.

partisipasi tidak berpe-

Tingkat terkena media massa tidak berpengaruh


karena materi yang dikandung media massa yang sampai pada
petani bukan materi pertanian.

~ingkatpartisipasi yang

tidak berpengaruh disebabkan oleh kondisi pertemuan kelompok yang tidak mendukung untuk menerima penyuluhan dengan
baik.

Kemampuan finansial

responden tidak berpe-ngaruh

nyata terhadap tingkat penerapan teknologi.

Hal ini tam-

paknya merupakan akibat dari kurangnya kesadaran responden
akan keuntungan teknologi Penghijauan bagi mereka.
Lingkungan, berupa kondisi sarana pendidikan yang lebih terbatas, letak desa yang lebih terpencil dan kurangnya sarana transportasi mempengaruhi perilaku sasaran secara tidak langsung.


Keadaan tersebut juga menyebabkan

sebagian besar responden dari desa tersebut berorientasi
subsisten dan bertingkat kosmopolit rendah.

Selain itu

letak desa yang lebih terpencil dan sarana transportasi
yang kurang juga

mempengaruhi

diberikan PLP, baik

frekuensi kunjungan yang

kunjungan kelompok maupun perorangan.

Ciri-ciri kelompok tani tidak berpengaruh nyata terhadap perilaku responden.


Hal ini tampaknya terjadi kare-

na adanya dominasi dari berbagai fiktor yang berbeda
terhadap kelompok tani, yaitu faktor tingkat pendidikan,
orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit serta frekuensi

Penyuluhan perorangan lebih menguntungkan dari pada
penyuluhan kelompok, karena penyuluhan penyuluhan perorangan berpengaruh nyata terhadap pengetahuan responden,
sedangkan penyuluhan kelompok tidak mempunyai pengaruh
yang nyata terhadap pengetahuan.

Hal ini disebabkan kon-

disi pertemuan kelompok tidak mendukung untuk kegiatan
penyuluhan.
Untuk meningkatkan hasil penyuluhan

Penghijauan per-


lu ditingkatkan frekuensi penyuluhan perorangan serta
dengan memperbesar jumlah sasarannya.

Salah satu cara un-

tuk mendapatkan ha1 ini dengan memperdekat jarak antara
tempat tinggal PLP dengan sasarannya, yaitu dengan menempatkan PLP untuk bermukim di wilayah kerjanya.

Selain itu

PLP juga perlu lebih selektif menentukan sasaran yang akan
didatangi

dengan frekuensi

tinggi.

Sedangkan untuk me-

ningkatkan efektifitas 'penyuluhan kelompok, pelaksanaan

penyuluhan kelompok sebaiknya dilakukan secara khusus,
tidak digabungkan dengan kegiatan masyarakat.
yang dapat

Upaya lain

dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan pe-

nyuluhan Penghijauan adalah dengan meningkatkan sarana
pendidikan dan transportasi, sehingga bisa meningkatkan
tingkat pendidikan, orientasi ekonomi dan tingkat kosmopolit sasaran.

PELAICSANAAN PENYULUHAN PENGHIJAUAN IvlELALUI UNIT
PERCONTOELAN USAHA PERTANIAN MENETAP DI ICECAMATAN
BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU

Oleh
Sonda Monalisa Siregar
A 23.0580

Laporan Praktek Lapangan
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMl PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1992

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN ILMU-ILRW SOSIAL EKONOMI PERTAMAN
D e n g a n ini k a m i menyatakan bahwa laporan p r a k t e k
lapangan yang ditulis oleh
Nama

:

SONDA MONALISA SIREGAR

Nomor pokok : A 23.0580
Judul

: PELAICSANAAN PENYULUHAN PENGHIJAUAN

MELALUI UNIT PERCONTOHAN USAEIA PERTANIAN MENETAP D l ICECAMATAN BANGICINANG ICABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU
D a p a t diterima sebagai syarat u n t u k m e m p e r o l e h g e l a r
S a r j a n a P e r t a n i a n pada Fakultas Pertanian, Institut Perta-

nian Bogor.

Bogor, Maret 1992

Menyetujui,
d

n

g

amsur Marse
..........................
NIP.
L
'

Tanggal lulus :

3 1 Maret 1992

130 9 3 7 4 3 1

PERNYATAAN
DENGAN

I N 1 SAYA MENYATAKAN BAHWA K A R Y A I L M I A H I N 1

A D A L A H BENAR-BENAR H A S I L KARYA SAYA S E N D I R I Y A N G B E L U M

PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

BOGOR, R R E T 1992

SONDA

SA SIREGAR

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Oktober
1967 sebagai anak ke dua dari enam bersaudara, dari ayah

Arden Siregar dan ibu Maharani Harahap.

Selanjutnya, pe-

nulis dibesarkan dan dididik sebagai anak kedua dari dua
bersaudara oleh ayah Harri Parhimpunan Siregar dan ibu
Rubiah Harahap.
Pendidikan penulis dimulai pada tahun 1972, di Taman
Kanak-kanak Pertiwi di Pekanbaru, yang diselesaikan pada
tahun 1973.

Tahun 1980 penulis menyelesaikan pendidikan

tingkat dasar di SD Negeri Teladan

Pekanbaru.

Pendidikan

kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 4 Pekanbaru dan SMA Negeri I Pekanbaru, yang masing-masing diselesaikan pada tahun 1983 dan 1986.
Tahun 1986 melalui jalur Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK), penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut .Pertanian Bogor.

Selanjutnya pada tahun 1987 penulis

melanjutkan studi di Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian dengan Program Studi Penyuluhan
dan Komunikasi Pertanian.

Pada tahun ajaran 1989/1990 dan

1990/1991 penulis diangkat menjadi asisten untuk mata
kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan di Institut Pertanian
Bogor.

ICATA PENG ANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Praktek Lapang ini dapat terselesaikan.
Laporan Praktek Lapang ini merupakan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Jurusan Ilmu-ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Adapun penyusunan laporan ini merupakan

hasil Praktek Lapangan yang dilakukan di Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau pada bulan September
sampai dengan Oktober 1991.
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati saya
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Ketiga orang tua, kakak, abang-abang

dan

adik-adik

serta ponakan-ponakan yang telah melimpahkan kasih sayang, memberikan semangat, berkorban dan berdoa bagi
keberhasilan saya serta

yang telah sabar menunggu be-

gitu lama, bahkan mungkin terlalu lama.
2.

Bapak

Ir. H. M. Tamsur Marse selaku

dosen pembimbing

yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan
arahan mulai dari perencanaan praktek lapang hingga
selesainya laporan ini.
3.

Bapak

Ir. Lala M. Kolopaking MS. dan Ibu

Dr. Ir. sri

Utami Kuntjoro selaku dosen penguji.
4.

Ibu

Ir. Ekawati Sri Wahyuni MS.

yang telah

menjadi moderator pada saat seminar.

bersedia

5.

Bapak Djojo Sutardjo Bsc.F selaku Kepala Kantor Cabang
Sub Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS
Indragiri Rokan Kabupaten Kampar beserta staf yang
telah memberi bantuan dan kemudahan dalam pengumpulan
data.

Juga bapak Alamsyah dan para staf dari Kantor

Sub Balai RLKT Das Indragiri Rokan di Pekanbaru, yang
telah memberikan bantuan sejak mencari lokasi penelitian dan sampai pada pengumpulan informasi.
6.

Bapak Budi

Suryanto dan Bapak

Yohanis, PLP Desa Gan-

ting dan Desa Siabu, atas bantuan dan kerjasama dalam
pengumpulan data di lapangan.
7.

Bapak Sudirman, Kepala Desa Ganting,

dan Bapak H. Ta-

man, Kepala Desa Siabu, yang telah memberikan izin dan
bantuan dalam pelaksanaan penelitian di lapangan.
8.

Bapak Hamzah Dt. Pandak

dan

mbak Titi yang telah ba-

nyak membantu penulis selama melakukan penelitian di
Desa Ganting dan Desa Siabu, serta seluruh petani di
Desa Ganting dan Siabu yang telah menjadi responden
dalam praktek lapang ini.
9.

Kak Tiur dan

Bang Pinus Ritonga yang banyak

membantu

dan mengorbankan waktu.
10. Linda

Omar, Mia Bachtiar, Opi Sawil, Ekarina, Chichi,

Idien, Venny, Mba' Gocci, Listin dan Yulisman atas ketulusan persahabatan dan bantuan, baik berupa semangat
maupun pikiran untuk menyelesaikan studi dan tulisan
ini khususnya.

11. Dhana, Imoet, Puri, Mbal Nila dan Dewi di Pangrango 16

yang telah memberikan semangat dan suasana yang mendukung untuk menyelesaikan tulisan ini.
12. Lisnayani

yang telah

saat seminar.

bersedia menjadi pembahas pada

Serta berbagai pihak dan instansi yang

tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan sehingga laporan ini dapat diselesaikan.
Saya menyadari bahwa laporan ini belumlah sempurna
dan memiliki kekurangan dan keterbatasan, baik isi maupun
sistematika penyajiannya.

Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati dan keterbukaan, saya menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun.

Namun demikian, saya ber-

harap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Maret 1992
Penulis

Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

......................................
...............................
.................................
...............
TINJAUAN TEORITIS ................................
Tinjauan Pustaka .............................
Kerangka Pemikiran ...........................
METODOLOGI .......................................
Penentuan Lokasi dan Waktu ...................
Penentuan Sampel dan Responden ...............
Pengumpulan Data/Informasi ...................
Analisis Data ................................
Definisi Operasional .........................
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ...................
Keadaan Umum Kecamatan Bangkinang ............
Keadaan Umum Desa Ganting .....................
Keadaan Umum Desa Siabu ......................

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan
Tujuan dan Kegunaan Penelitian

PENYULUHAN PENGHIJAUAN MELALUI UNIT PERCONTOHAN
USAHA PERTANIAN MENETAP DI KECAMATAN BANGKINANG
Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap
Materi Penyuluhan
Metode dan Alat Bantu Penyuluhan
Petugas Penyuluh Lapangan Penghijauan
Pelaksanaan Sistem Latihan dan.Kunjungan
Organisasi Penyuluhan

..

.....
............................
.............
........
......
........................

TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENGHIJAUAN .........
Kondisi Fisik
Perilaku Sasaran Penyuluhan Penghijauan
Melalui UP-UPM

................................
..........................

KARAKTERISTIK SASARAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PERILAKU SASARAN
Karakteristik Individu
Orientasi Ekonomi Sasaran
Tingkat Kosmopolit Sasaran
Tingkat Terkena Media Massa Sasaran
Tingkat Partisipasi Sasaran
Kemampuan Finansial Sasaran

.................................
.......................
....................
...................
..........
..................
..................

1
1
4
4

6

G
14

18
18
19
19
20
22
25
25

28
33
41
41
44
45
46

48
49
52
52
53

66
66
89
92
96

100
103

PENGARUH LINGKUNGAN DAN KELOMPOK TAN1 TERHADAP
PERILAKU SASARAN PENYULUHAN PENGHIJAUAN
Pengaruh Lingkungan
Pengaruh Kelompok Tani

..........
..........................
.......................

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU SASARAN
PENYULUHAN PENGHIJAUAN
Pengaruh Petugas Penyuluh Lapangan
Penghijauan
Pengaruh Kegiatan Penyuluhan

...........................
.............................
.................

106
106
110
115
115
118

............................. 127
................................... 127
........................................ 129
DAFTAR PUSTAKA ................................... 131
LAMPIRAN ......................................... 134

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

DAFTAR 'TABEL

Halaman

Nomor

Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Kering di
Kecamatan Bangkinang

....................

Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Kering di
Desa Ganting ...........................
Penduduk Desa Ganting Menurut Tingkat
Pendidikan

.............................

Penggunaan Lahan Sawah dan Lahan Kering di
Desa Siabu

.............................

Penduduk Desa Siabu Menurut Tingkat
Pendidikan

.............................

Desa Lokasi UP-UPM di Kecamatan Bangkinang
dan Tahun Anggaran Pembuatannya ........
Kondisi PLP Desa Ganting dan Desa siabu

.....

Jumlah Responden yang Pernah
Dikunjungi PLP dan Frekuensi
Kunjungan yang Dilakukan

...............

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan

............................

Distribusi Responden Menurut Sikap Terhadap
Teknologi Penghijauan dengan Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan ............................
Distribusi Responden Menurut Tingkat
Keterampilan Melakukan Teknologi
Penghijauan dengan Sikap Terhadap
Teknologi Penghijauan ..................
Distribusi Responden Menurut Tingkat
Keterampilan Melakukan Teknologi
Penghijauan dengan Tingkat Pengetahuan
Mengenai Teknologi Penghijauan .........

Distribusi Responden Menurut
Tingkat Penerapan Teknologi Penghijauan
dengan Tingkat Pengetahuan Mengenai
~eknologiPenghijauan dan Tingkat
Keterampilan Melakukan Teknologi
Penghijauan

............................
Distribusi Responden Menurut Golongan Umur ..

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
~enghijauandengan Golongan Umur

......

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Kelompok Umur
dan Frekuensi Dikunjungi PLP
Distribusi Responden Menurut

...........
Pendidikan .....

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Tingkat Pendidikan

..

Distribusi Responden Menurut Status Sosial

..

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Status Sosial

.......

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Status Sosial dan
Tingkat Kosmopolit .....................
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan
di Luar Usahatani di UP-UPM ............
Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Spesialisasi
Pekerjaan

..............................

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Spesialisasi
dan Frekuensi Dikunjungi PLP ............
Distribusi Responden Menurut Luas Lahan
di UP-UPM ..............................

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Luas Lahan

..........

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Luas Lahan
dan Orientasi Ekonomi

'

..................

Distribusi Responden Menurut
Pengalaman Berusahatani

................

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Pengalaman
Berusahatani

...........................

Distribusi Responden yang Berpengalaman
Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai
Teknologi Penghijauan dengan Frekuensi
Dikunjungi oleh PLP ....................
Distribusi Responden Menurut
Orientasi Ekonomi ......................
Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Orientasi Ekonomi

...

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Kosmopolit

............................

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Tingkat Kosmopolit

..

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Terkena Media Massa

....................

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Tingkat Terkena
Media Massa

............................

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Partisipasi ............................
Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Tingkat
Partisipasi

..........................

Distribusi Responden Menurut Kemampuan
Finansial

..............................

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Penerapan Teknologi Penghijauan
dengan Kemampuan Finansial
Kondisi Desa Ganting dan Desa

.............
Siabu .........

Distribusi Responden dari Desa
Ganting dan Desa Siabu
Menurut Orientasi Ekonomi

..............

Distribusi Responden dari Desa
Ganting dan Desa Siabu
Menurut Tingkat Kosmopolit

.............

Distribusi Responden dari Desa
Ganting dan Desa Siabu
Menurut Tingkat Pendidikan

.............

ciri-ciri Kelompok Tani Koto Samiri
dan Kelompok Tani Sadar

................

Distribusi Responden dari Kelompok Tani
Koto Samiri dan Kelompok Tani Sadar
Menurut Tingkat Pengetahuan Mengenai
Teknologi Penghijauan

..................

Rata-rata Skor Pengetahuan Mengenai
Teknologi ~enghijauandari Tiap-tiap
Tingkat Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan Menurut Petugas PLP

........

Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Frekuensi
Kunjungan Kelompok ....................
Distribusi Responden Menurut
Frekuensi Dikunjungi oleh
Tiap-tiap Petugas PLP ..................
Distribusi Responden Menurut Tingkat
Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dengan Frekuensi
Dikunjungi PLP

..........................

Penduduk Desa Ganting dan Desa
Siabu Menurut Pekerjaan

................

Luas Tanam dari Berbagai Jenis Tanaman
Pertanian di WKPP Ganting dan Siabu

....

Rencana Proyek Unit Percontohan Usaha
Pertanian Menetap

.....................

Skor Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan, Sikap Terhadap Teknologi
Penghijauan, Skor Keterampilan Melakukan
Teknologi Penghijauan dan Skor Penerapa
Teknologi Penghijaun Responden

.........

~istribusiResponden dari Tiap-tiap
Tingkat Terkena Media Massa Menurut
Materi yang Dibaca di Media Cetak ......
~istribusiResponden dari Tiap-tiap
Tingkat Terkena Media Massa Menurut
Acara yang Didengar di Radio ...........
Distribusi Responden dari Tiap-tiap
Tingkat Terkena Media Massa Menurut
Acara yang Ditonton di Televisi

........

Daftar Skor Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan dan Tingkat Pengetahuan
Mengenai Teknologi Penghijauan Responden
Desa Ganting dan Desa Siabu ............
Total Skor, Jumlah Responden dan Rata-rata
Skor Pengetahuan Mengenai Teknologi
Penghijauan Menurut Tingkat Pengetahuan
Mengenai Teknologi Penghijauan
dan Desa

...............................

DAFTAR GAMBAR
Nornor

.
2.

1

Halaman

Hubungan Variabel Penyuluhan Penghijauan
Bagan Struktur Organisasi Penyuluhan
Penghijauan di Kecamatan Bangkinang

.....

17

....

50

bamuiraq
1

.

Peta Kecamatan Bangkinang

2

.

Peta Desa Ganting

5

.

Peta Desa Siabu

...................

...........................
.............................

134

135
138

PENDAHULUAN

Latar Belakanq
Dalam Pelita IV kebijaksanaan pembangunan pertanian
Indonesia ditempuh melalui empat langkah pokok yang terdiri dari intensifikasi pertanian, ekstensifikasi pertanian,
rehabilitasi pertanian dan diversifikasi pertanian.
Adapun yang dimaksud dengan rehabilitasi

pertanian

yaitu kegiatan memulihkan kemampuan daya produktivitas
sumberdaya pertanian yang kritis serta membahayakan kondisi lingkungan dan pemulihan untuk berproduksi usahatani
masyarakat di daerah rawan dengan tujuan meningkatkan
taraf hidup masyarakat.
Dari kebijaksanaan diatas terlihat bahwa usaha rehabilitasi

merupakan bagian yang penting dalam pembangunan

pertanian, karena
tinggi.

luas lahan kritis di Indonesia cukup

Menurut Departemen Kehutanan (1990), luas lahan

kritis di Indonesia pada awal Pelita I11 yang tercatat
mencapai 11 073.5 km2, sedangkan pada awal Pelita IV dan V
masing-masing tercatat 10 115 km2 dan 9 543.2 km2.
Lahan-lahan kritis

dan lahan-lahan tidak produktif

dapat terjadi secara alamiah ataupun oleh pengaruh kegiatan manusia baik langsung maupun tidak langsung.

Keadaan

lahan kritis yang disebabkan oleh alam secara alamiah
terjadi dalam proporsi
atan dan

kecil jika dibanding dengan kegi-

pengaruh yang disebabkan oleh manusia.

Balai Informasi Pertanian Ciawi (1988) penyebab

Menurut
kerusakan

.

tanah antara lain erosi, perladangan berpindah, pengolahan
tanah yang tidak tepat, pemupukan yang tidak seimbang,
cara bercocoktanam dan penggunaan alat pertanian yang tidak tepat.
Dalam rangka melaksanakan rehabilitasi pertanian
pemerintah menetapkan suatu program yaitu Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) yang pelaksanaannya
dilakukan oleh Departemen Kehutanan bekerjasama dengan
instansi-instansi lain yang terkait.

Rehabilitasi Lahan

dan Konservasi Tanah (Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi
Lahan, 1986) adalah setiap

upaya manusia untuk memulih-

kan, mempertahankan dan meningkatkan kondisi lahan agar
lahan

tersebut dapat berfungsi secara optimal sebagai

faktor produksi pertanian, pengatur tata air dan pelindung
lingkungan hidup melalui metode vegetatif (tanam-menanam)
dan civil-teknis (dengan pembuatan
si)

.

bangunan pencegah ero-

RLKT mencakup berbagai program, salah satunya ialah

Penghijauan .
Penghijauan, menurut

Direktorat Reboasasi dan Reha-

bilitasi (1982), adalah setiap upaya manusia untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan kondisi lahan yang tidak termasuk areal hutan negara.

Tujuan dari Penghijauan

(Sekretariat Tim Pembina Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, 1989) adalah sebagai berikut :
1.

terbinanya perilaku petani sebagai pelestari sumberdaya alam;.

2.

merehabilitasi tanah-tanah kritis dan mempertahankan
serta meningkatkan kesuburan dan produktifitas tanah;

3.

meningkatkan pendapatan petani;

4.

terkendalinya erosi, banjir serta lestarinya sumberdaya alam.
Dari pernyataan di atas dapat kita lihat bahwa unsur

manusia memegang peranan yang penting dalam kegiatan
Penghijauan.

Hal ini juga didukung oleh Dirjen RRL (1990)

yang menyatakan bahwa pertambahan jumlah penduduk dengan
tingkat pertumbuhan

yang cukup tinggi berarti akan sema-

kin meningkatkan kebutuhan masyarakat akan pangan, sandang
dan papan serta kebutuhan lahan untuk berbagai keperluan,
kebutuhan pendidikan, kesehatan dan sebagainya.

Masalah

sosial ekonomi yang timbul sebagai akibat pertumbuhan
penduduk yang pesat akan berpengaruh terhadap kemampuan
dan potensi sumberdaya alam yang berada di sekitarnya.
Oleh karena itu dalam kegiatan ~enghijauan dilibatkan
partisipasi masyarakat yang merupakan pelaku dalam pengelolaan sumberdaya alam, yang dalam ha1 ini adalah lahan.
Mengenai partisipasi, Margono Slamet (1990) menyatakan bahwa partisipasi rakyat dalam kegiatan pembangunan
bukan hanya berarti pengerahan tenaga kerja rakyat secara
sukarela, tetapi adalah tergeraknya rakyat untuk mau
memanfaatkan kesempatan-kesempatan untuk memperbaiki
kualitas hidupnya sendiri.

Selanjutnya Margono Slamet

menyatakan, dengan proses belajar dapat mengetahui adanya

kesempatan-kesempatan dalam memperbaiki kualitas hidupnya,
dan setelah itu dengan melakukan usaha untuk meningkatkan
kemampuan dan

memperbaiki

kehidupannya, berupa kegiatan

pendidikan yang bersifat informal maupun nonformal, yaitu
penyuluhan.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dari penyuluhan
Penghijauan, Departemen Kehutanan telah membuat perencanaan program penyuluhan.
Permasalahan
Bagaimana pelaksanaan penyuluhan Penghijauan di
lapangan ?

Dan bagaimana perilaku yang telah dicapai

sasaran penyuluhan dilapangan ?

Serta faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi perilaku sasaran tersebut ?
Tuiuan dan Xeaunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari :
1.

pelaksanaan penyuluhan Penghijauan di lapangan;

2.

tingkat keberhasilan pelaksanaan penyuluhan Penghijauan yang dilakukan melalui sistem kerja LAKU dan pendekatan kelompok;

3.

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penyuluhan Penghijauan.
Hasil penelitiawini diharapkan dapat menjadi salah

satu bahan yang dipergunakan untuk pertimbangan dan perumusan suatu program dan kebijaksanaan yang sesuai dengan
kemampuan masyarakat dan kondisi daerah setempat.

Selain

itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna
bagi Penyuluh Lapangan Penghijauan (Petugas Kehutanan
Lapangan atau Petugas Lapangan RLKT), Dinas Kehutanan dan
Dinas Pertanian serta instansi-instansi lain yang terlibat
dalam penanganan lahan kritis.
Disamping itu kegunaan hasil penelitian ini antara
lain sebagai bahan pertimbangan dalam :
1.

penyempurnaan program penyuluhan Penghijauan yang

te-

lah dilaksanakan menjadi program penyuluhan yang lebih
sesuai dengan kemampuan masyarakat dan kondisi daerah
setempat;
2. perbaikan

pelaksanaan

penyuluhan Penghijauan yang

dilakukan dengan sistem Laku dan melalui pendekatan
kelompok tani;
3.

peningkatan target-target yang perlu dicapai dalam upaya melestarikan sumberdaya alam.

TINJAUAN TEORITIS
Tiniauan Pustaka

Penghijauan adalah bagian dari program Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah

yang bertujuan untuk menyela-

matkan kelestarian sumber-sumber alam, tanah, hutan dan
air dalam upaya mengendalikan erosi, yang diwujudkan melalui kegiatan rehabilitasi dan memelihara lahan-lahan kritis serta meningkatkan kondisi lahan.

Sasaran dari pro-

gram ini adalah lahan-lahan kritis yang berada di luar kawasan hutan atau di areal lain yang tidak direncanakan untuk hutan negara atau di luar areal Hak Guna Usaha (HGU),
dan diprioritaskan di daerah aliran sungai (Sekretariat
Tim Pembina Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, 1989).
Lahan kritis adalah lahan yang pada saat ini tidak
atau kurang produktif lagi dari pertanian, karena tidak
atau kurang memperhatikan persyaratan konservasi atau
pengawetan tanah (Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1985).
Soeranggadjiwa (1975) menyatakan lahan kritis adalah lahan
yang secara fisis-teknis

kritis,. tidak memungkinkan

produksi pertanian dan atau memungkinkan produksi pertanian tetapi tidak menguntungkan secara sosial ekonomi.
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa lahan kritis
adalah lahan yang secara potensial tidak mampu berperan
dalam salah satu atau beberapa fungsi, yaitu sebagai (1)
unsur

produksi pertanian, (2) media pengatur

air (funqsi

hidrologi), (3)
si orologis )

media perlindungan alam lingkungan (fung-

.

Menurut Ditjen Pertanian Tanaman Pangan

(1985),

penyebab adanya lahan kritis adalah erosi, sistem bercocoktanam dan penggunaan alat mekanis.

Selanjutnya dinya-

takan bahwa salah satu cara bercocoktanam yang mengakibatkan lahan kritis adalah perladangan berpindah.

Untuk

mengatasi masalah lahan kritis yang disebabkan oleh perladangan berpindah, dalam program Penghijauan diadakan sarana penyuluhan Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap
(UP-UPM) (Sekretariat Tim Pembina Bantuan Penghijauan dan
Reboisasi, 1989).
Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap (Sekretariat
Tim Pembina Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, 1989) adalah contoh usahatani pada sebidang lahan kering dengan luas 20 Ha yang pemilikannya ekuivalen dengan 10 kepala keluarga, yang dipergunakan sebagai tempat memperagakan
teknik-teknik konservasi tanah antara lain pembuatan teras
dan intensifikasi usahatani di lahan kering yang baik dengan memperhatikan kemampuan lahan yang bersangkutan.
Adapun tujuan pembuatan UP-UPM ini adalah untuk mengubah
kebiasaan masyarakat (petani) dari usahatani berladang
berpindah menjadi usahatani yang menetap di suatu tempat.
Samsudin (1987) menyatakan, penyuluhan merupakan proses komunikasi dua arah, ada komunikator dan komunikan
yang selalu berhubungan

dalam suatu interaksi. Pengertian

penyuluhan menurut Mardikanto dan Sutarni ( 1 9 8 2 ) adalah
suatu sistem pendidikan non-formal di luar sekolah bagi
para

petani dan keluarganya agar terjadi perubahan peri-

laku yang lebih rasional dengan belajar sambil berbuat
(learninq bv doinq) sampai mereka tahu, mau dan mampu berswakarsa untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama
guna terus memajukan usahatani dan menaikkan pendapatan
yang lebih bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarganya
dan kesejahteraan masyarakat umumnya.

Menurut Combs dan

Ahmed (1985) usaha penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non-formal karena merupakan pendidikan yang berorganisasi dan sistematis, yang berlangsung di luar kerangka
sistem pendidikan informal untuk menyedialcan aneka ragam
pelajaran tertentu kepada kelompok-kelompoK penduduk tertentu.

Sedangkan Wiriatmadja (1973) berpendapat, penyu-

luhan pertanian adalah suatu bentuk pendidikan yang cara,
bahan, sarananya disesuaikan kepada keadaan, kebutuhan,
kepentingan, baik dari sasaran, waktu maupun tempat.
Mardikanto dan Sutarni (1982) mengutip pendapat Tarmidi et. a1 menyebutkan bahwa perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai hasil penyuluhan pertanian adalah perubahan tingkat pengetahuan, perubahan keterampilan teknis
dan perubahan sikap.
Menurut Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan
(1986)

pengertian penyuluhan RLKT adalah upaya alih

teknologi melalui pendidikan luar sekolah yang ditujukan
kepada petani dan pemakai lahan lainnya, agar mereka
meningkat pengetahuan, kesadaran, keterampilan dan kemampuan untuk berpartisipasi dan berswadaya dalam kegiatan
RLKT pada lahannya sendiri dan lahan di sekitarnya.

Dengan kata lain tujuan penyuluhan ini adalah perubahan
perilaku yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, kesadaran (sikap), motif tindakan dan kemampuan swadaya terhadap inovasi konservasi lahan kritis.
Teknologi Penghijauan yang disampaikan melalui proses
penyuluhan merupakan inovasi dalam proses adopsi yang
terjadi pada sasaran penyuluhan Penghijauan.

Menurut

Roger dalam Hanafi (1986) setiap inovasi mempunyai lima
sifat yang akan mempengaruhi adopsi inovasi, yaitu (1)
dapat memberikan keuntungan relatif, (2) derajat kompatibilitas, (3) derajat kompleksitas, (4) derajat triabilitas
dan (5) derajat observabilitas.
Salah satu bentuk upaya peningkatan keuntungan relatif dari suatu inovasi seringkali disebarkan dengan insentif tertentu (Hanafi, 1986).

Insentif dapat diberikan

dalam bermacam-macam bentuk, salah satunya adalah dengan
cara pemberian subsidi untuk memungkinkan percobaan ide
baru tersebut oleh sasaran.
Sasaran penyuluhan (Samsudin, 1987) yaitu siapa yang
sebenarnya disuluh, atau ditujukan kepada siapa penyuluhan
itu.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, penyuluhan

merupakan suatu proses komunikasi dua arah yang terjadi
antara komunikator dan komunikan, oleh karenanya faktorfaktor yang terdapat pada komunikator dan komunikan yang
berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi juga terdapat
pada penyuluh dan sasaran penyuluhan.
Menurut Roger dan Shoemaker dalam Hanafi (1986),
dalam suatu proses adopsi

yang bersifat opsional, diban-

dingkan dengan adopter yang lebih lambat, anggota sistem
yang lebih inovatif (1) lebih berpendidikan, (2) mempunyai
status sosial lebih tinggi, (3) mempunyai tingkat mobilitas sosial ke atas lebih besar, (4) mempunyai ladang lebih
luas, (5) lebih berorientasi pada ekonomi komersial, (6)
memiliki sikap berkenan terhadap kredit, (7) mempunyai
pekerjaan lebih spesifik.
Selain itu, dibandingkan dengan anggota sistem sosial
yang lebih lambat, anggota sistem yang lebih inovatif

(1)

partisipasi sosialnya lebih tinggi, (2) lebih sering
mengadakan komunikasi interpersonal dengan anggota sistem
lainnya, (3) lebih

sering mengadakan hubungan dengan

orang di luar sistem sosial, (4) lebih sering mengadakan
hubungan dengan penyuluh (agen pembaru) , (5) lebih sering
bertatay! dengan media massa, (6) mencari lebih banyak
informasi mengenai inovasi, (7) lebih tinggi tingkat
kepemimpinannya.
Sasaran penyuluhan sebagai individu merupakan bagian
dari suatu sistem sosial yang akan beroengaruh terhadap

perilakunya.

Menurut Adjid ( 1 9 9 0 ) , kelompok tani akan

berperan sebagai lingkungan luar individu yang langsung
menjadi rujukan perilaku petani,.
Dalam pelaksanaan penyuluhan sasaran penyuluhan diorganisasikan dalam kelompok-kelompok agar penyuluhan dapat dilakukan secara efektif, efisien, tertib dan teratur
serta berkesinambungan (Direktorat Reboasasi dan Rehabilitasi, 1982), dimana setiap kelompok berada dalam satu
wilayah atau hamparan yang disebut wilayah kerja kelompok
(wilkel) .
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan
RLKT (Ditjen RRL, 1986), dibedakan atas metode pendekatan
dan metode penyuluhan.

Metode pendekatan dibedakan ber-

dasarkan jumlah peserta, jarak dan indera penerimaan.

Me-

tode penyuluhan (Ditjen RRL, 1986) adalah cara menyampaikan atau alih teknologi kepada sasaran, serta cara membina
sikap positif petani sasaran tersebut terhadap kegiatan
yang dianjurkan.
Materi penyuluhan RLKT berdasarkan sifatnya dibagi
dua, yaitu materi teknologi dan materi pembinaan sikap
(Ditjen RRL, 1986).

Materi teknologi adalah materi yang

membicarakan segala sesuatu mengenai teknik RLKT, yang
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) materi pemanfaatan
lahan sesuai dengan kemampuan lahannya, (2) teknik konservasi dan (3) teknik peningkatan produksi.

Sedangkan ma-

teri pembinaan sikap adalah semua materi yang membicarakan

mengenai mental dan sikap positif terhadap pembangunan,
khususnya pembangunan di bidang RLKT.
Menurut Ditjen RRL (1986), dalam pemilihan materi penyuluhan untuk suatu wilayah dan masyarakat sasaran harus
mempertimbangkan beberapa faktor yaitu, (1) keadaan fisik
wilayah, (2) keadaan sosial ekonomi dan budaya (kebiasaan
masyarakat), (3) kebijaksanaan RLKT, (4) sinkronisasi dengan program atau kegiatan lain untuk saling mendukung,
(5)

ketersediaan sarana dan alat bantu penyuluhan di dae-

rah tersebut, (6) upaya pemecahan masalah

setempat harus

diutamakan atau diprioritaskan.
Penyuluhan RLKT dilakukan oleh penyuluh khusus di bidang

RLKT,

yang secara

umum berfungsi sebagai juru pe-

nerang yang menyebarluaskan informasi baru kepada masyarakat, sebagai guru yang bertugas mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru di bidang RLKT kepada petani, sebagai pelatih yang bertugas meningkatkan

keterampilan pe-

tani dalam menerapkan teknologi di bidang RLKT, sebagai
pembimbing yang bertugas menumbuhkan dan mengembangkan sikap positif terhadap pembangunan, menciptakan iklim agar
petani akhirnya mampu berusaha memajukan diri sendiri, keluarga dan lingkungannya.

Penyuluh diharapkan juga ber-

fungsi sebagai teladan yang bertugas memberikan contoh
perilaku yang baik kepada petani dan sebagai mitra sejajar
bagi petani yang harus menempatkan diri sama tinggi dengan
petani sebagai anggota masyarakat (Ditjen RRL, 1986).

Berdasarkan tingkatnya tenaga penyuluh RLKT dibedakan
menjadi tiga, yaitu penyuluh spesialis RLKT, penyuluh
madya RLKT dan penyuluh lapangan RLKT (Ditjen RRL, 1986).
Yang bertugas melaksanakan penyuluhan secara langsung
kepada petani adalah penyuluh lapangan RLKT.
Menurut ~ i t j e nRRL (1987), agar para penyuluh RLKT
yang bertugas di dalam wilayah kerja BPP dapat melaksanakan tugasnya secara terarah, sesuai dengan tujuan penyuluhan RLKT, dan terkoordinasi dengan penyuluhan pertanian,
disusun programa penyuluhan RLKT.
Pelaksanaan penyuluhan RLKT terhadap sasaran secara
rutin dilakukan dengan sistem Latihan dan Kunjungan.
Direktorat Reboasasi dan Rehabilitasi (1982) menyatakan
dalam sistem LAKU terdapat dua sub sistem, yaitu sub
sistem Latihan yang ditujukan pada petugas penyuluh dan
sub sistem Kunjungan yang dilakukan oleh petugas penyuluh
terhadap petani.

Antara kedua sub sistem terdapat hubung-

an yang saling terkait sebagai suatu

kesatuan yang bulat

dalam mengintroduksi teknologi baru dan menyerap permasalahan usahatani.
Direktorat Reboasasi dan Rehabilitasi (1982) menyatakan hari kerja PLP pada prinsipnya terdiri dari hari
latihan, hari kunjungan dan hari administrasi.

Hari

latihan dan hari kunjungan merupakan suatu kebulatan dalam
suatu siklus, dimana dalam setiap siklus terdapat satu hari
latihan dan delapan atau enam belas hari kunjungan.

Dalam pelaksanaan penyuluhan RLKT terdapat tiga kegiatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan dan pengembangan
kegiatan penyuluhan, yaitu kegiatan monitoring, evaluasi
dan

pelaporan.
Evaluasi penyuluhan RLKT (Ditjen RRL, 1986) dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi pelaksanaan dan
evaluasi hasil penyuluhan.

Evaluasi pelaksanaan dimaksud-

kan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan, pelaksanaan
prosedur, mekanisme dan standar kegiatan yang telah dilaksanakan, apakah sudah sesuai dengan ketentuan.

Evaluasi

ini juga bermaksud untuk mengetahui hambatan dan masalah
serta faktor-faktor penunjang lainnya.

Hasil evaluasi

pelaksanaan merupakan masukan yang sangat penting untuk
penyempurnaan dalam penyelenggaraan penyuluhan.
Evaluasi hasil penyuluhan dimaksudkan untuk mengetahui tentang jumlah petani dan kelompok tani yang telah dibina dan mulai berpartisipasi dalam kegiatan RLKT, luas
areal dampak dan luas kegiatan RLKT swadaya serta perubahan tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap positif dan
kemampuan berswadaya (Ditjen RRL, 1986).
Keranska Pemikiran

Penyuluhan merupakan proses komunikasi dua arah
(Samsudin, 1987).

Ada komunikator dan komunikan yang

selalu berhubungan dalam suatu interaksi.

Menurut Berlo

(1960), dalam suatu proses komunikasi terdapat unsur-unsur

sumber (kominikator) , penerima

(komunikan), pesan dan

saluran yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber
kepada penerima.

Pada penyuluhan Penghijauan yang menjadi

sumber adalah petugas penyuluh Penghijauan dan yang menjadi komunikan

adalah sasaran penyuluhan, yang dalam ha1

ini adalah petani yang berada di lahan kritis atau lahan
yang berpotensi menjadi lahan kritis.

Sedangkan yang

menjadi pesan dan saluran adalah materi yang disampaikan
dalam proses penyuluhan dan metode penyuluhan yang digunakan dalam kegiatan tersebut.
Selanjutnya menurut Berlo (1960), faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap

keberhasilan

terdapat pada komunikator

komunikasi

dan juga komunikan adalah

yang
(1)

keterampilan berkomunikasi, (2) wawasan (attitude), (3)
tingkat pengetahuan, (4) sistem sosial dan (5) kebudayaan.
Menurut ~ i t j e nRRL (1986) pengertian penyuluhan RLKT
adalah upaya alih teknologi melalui pendidikan luar sekolah yang ditujukan kepada petani dan pemakai lahan lainnya, agar mereka meningkat pengetahuan, kesadaran, keterampilan dan kemampuan untuk berpartisipasi dan berswadaya
dalam kegiatan RLKT pada lahannya sendiri dan lahan di
sekitarnya.

Dengan kata lain tujuan penyuluhan ini adalah

perubahan perilaku yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, kesadaran (sikap), motif tindakan dan kemampuan
swadaya.
Roger dan

Shoemaker dalam

Hanafi

(1986) menyata-

kan

bahwa

golongan

yang

lebih

inovatif

berpendidikan, (2) mempunyai status sosial

(1) lebih

lebih tinggi,

(3) mempunyai tingkat mobilitas sosial k e atas lebih

besar, (4)

mempunyai ladang lebih luas, (5) lebih ber-

orientasi pada ekonomi komersial, (6) mempunyai pekerjaan
lebih spesifik.

Selain itu golongan yang inovatif juga

mempunyai (1) partisipasi sosial yang lebih tinggi, (2)
lebih sering terkena media massa dan (3) lebih sering
mengadakan hubungan dengan agen pembaru.

Menurut pendapat

Margono Slamet (1978) yang dikutip oleh Mardikanto dan
Sutarni (1982) kecepatan mengadopsi sasaran tersebut
dipengaruhi oleh (1) umur, (2) pendidikan, (3) keadaan
ekonomi, (4) status sosial dan (5) pola hubungan dari
tiap-tiap individu.

Sedangkan Zainudin (1990) menyatakan,

dalam proses belajar perbedaan pengalaman akan menimbulkan
konsekuensi yang berbeda.
Penyuluh sebagai salah satu unsur penyuluhan merupakan

suatu

sumber yang punya peranan penting dalam proses

difusi (Rogers dan Shoemaker dalam Hanafi, 1986).

Adapun

faktor-faktor yang menunjang keberhasilan penyuluhan yang
dilakukan penyuluh adalah gencarnya usaha promosi yang
dilakukan, orientasi penyuluh terhadap klien dan kerja
sama dengan tokoh masyarakat serta kredibilitas penyuluh
selaku agen pembaru di mata klien.
Abstraksi dari kerangka penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1.

Uariabel
berpenyaruh

Uariahel
an t a r a

Uariabel
terpensaruh

Ciri individu
----------------1.

Unur

6. Pengalanan btrtani

G a n h a r 1. H u b u n s a n Uariahel P e n r u l u h a n P e n g h i j a u a n

METODOLOGI

Penentuan Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di

Desa Siabu dan Desa

~ a n t i n g ,Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar Propinsi
Riau, yang pembinaan di bidang ~enghijauannya ditangani
oleh Kantor Cabang Sub Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah DAS Indragiri Rokan Kabupaten Kampar bekerjasama dengan Balai Penyuluhan Pertanian Xuok.
Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan berdasarkan
petunjuk dan saran dari Kantor Cabang Sub Balai RLKT
Kabupaten Kampar dengan pertimbangan sebagai berikut :
1.

Penyuluhan Penghijauan di desa Siabu dan Ganting telah
dilakukan dalam waktu yang relatif lama, yaitu pada
saat dimulainya proyek pembuatan Unit Percontohan
Usaha Pertanian Menetap yang telah dilakukan sejak
tahun anggaran 1 9 8 5 / 1 9 8 6 di kedua desa tersebut.
Dengan demikian diharapkan perubahan perilaku sasaran
relatif sudah terlihat.

2.

Di kecamatan Bangkinang pernah dibuat tujuh Unit Percontohan Usahatani Menetap (UP-UPM), tetapi UP-UPM
yang dibuat pada tahun yang sama dan yang masih tetap
dikerjakan oleh pemiliknya adalah yang terdapat di
desa Siabu dan Ganting, sehingga hanya kedua desa
tersebut yang dapat dijadikan daerah penelitian.
Bila

dilihat dari penentuan lokasi penelitian, meto-

de penelitian ini adalah metode survey.

Pengambilan data

dilakukan terhadap sampel dari suatu populasi, yang dalam

ha1 ini adalah UP-UPM yang terdapat di Kecamatan Bangkinang.
Adapvn pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam
jangka waktu kurang dari dua bulan, yaitu sejak 20 September 1991 sampai dengan 26 Oktober 1991.
Penentuan Sampel dan Resoonden
Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah
dari populasi petani-petani yang melakukan usahatani di
lahan kritis atau di lahan yang berpotensi menjadi lahan
kritis yang telah ditetapkan menjadi areal Unit Percontohan Usaha Pertanian Menetap (UP-UPM),

dan menjadi anqqota

kelompok tani di bidang Penqhijauan yang dibentuk, yaitu
kelompok tani Koto Samiri di desa Ganting dan kelompok
tani Sadar yang berada di desa Siabu.
Pengambilan responden dari kedua kelompok tani dilakukan secara proporsional.

Dalam penelitian ini diambil

responden sebanyak 50 persen dari angqota tiap-tiap kelompok tani, yaitu 14 orang dari kelompok tani Koto Samiri
dan 13 orang dari kelompok tani Sadar. Adapun penentuan
responden dilakukan secara acak sistematis dari daftar
keanggotaan masing-masing kelompok tani.
Pensumpulan ~ata/Informasi
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan serta mempelajari literatur dan data
sekunder yang telah ada.

Sedangkan informasi atau data

yang diambil adalah data primer dan data sekunder, baik
data kualitatif maupun data kuantitatif.
Data primer bersumber dari hasil wawancara dengan
petani sasaran penyuluhan yang menjadi responden dan
petugas penyuluh dari masing-masing desa.

Data sekunder

bersumber dari instansi-instansi yang berhubungan dengan
pelaksanaan penyuluhan Penghijauan, seperti Kantor cabang
Sub Balai RLKT, BPP, Pemerintah daerah setempat dan sebagainya.

Sedangkan beberapa data mengenai aktivitas sosial

masyarakat dan kondisi fisik daerah, didapatkan dari hasil
pengamatan.
Analisis Data
Analisis dari data yang diperoleh di lapangan dilakukan secara kualitatif dan kuantitaif.

Analisis secara

kualitatif dilakukan dengan pendeskripsian dan penginterpretasian data sesuai dengan keperluan dan tujuan penelitian.

Sedangkan untuk analisis secara kuantitatif data

yang diperoleh di daerah penelitian diolah secara sederhana dengan analisa deskriptif tabulasi sesuai dengan jawaban responden.

Hasil analisis ini dinilai dalam bentuk

persentase.
Untuk melihat beberapa variabel seperti tingkat kosmopolit, tingkat terkena media massa, tingkat partisipasi
dan

perubahan

perilaku

dilakukan

pengklasifikasian

analisis tingkat penerapan teknologi Penghijauan, dilakukan

dengan pemberian skor pada tiap-tiap bagian dari

paket teknologi. Skor dari tiap

paket diberikan berdasar-

kan tingkat kesulitan penerapan teknologi tersebut di
lapangan.
Selanjutnya untuk melihat hubungan antara variabel
berpengaruh dengan variabel terpengaruh, dilakukan tabulasi silang antara kedua variabel.

Kemudian hasil tabulasi

dianalisis dalam bentuk persentase.

Bila hubungan varia-

be1 hasil analisis dengan tabulasi silang menunjukkan
hubungan yang nyata, maka dilakukan uji Chi-Kuadrat untuk
mengetahui taraf nyata (a) dari hubungan tersebut.

Uji

Chi-Kuadrat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

x2

=

N

- --- ) 2
2
..................................
N ( [ A D - BC]

Keter ngan :
'X = Tes chi Kuadrat
A = Banyak kasus yang
B = Banyak kasus yang
C = Banyak kasus yang
D = Banyak kasus yang
N = Jumlah kasus yang
Dengan nilai '
X

diamati
diamati
diamati
diamati
diamati

pada
pada
pada
pada

baris
baris
baris
baris

1 lajur 1
1 lajur 2

2 lajur 1
2 lajur 2

hasil perhitungan ditentukan nilai

kemunqkinan pada derajat bebas (db) yang ditentukan dengan

dimana :

db = derajat bebas
r = jumlah baris
k = jumlah lajur

Apabila nilai kemungkinan yang didapat