Produksi Sirup Fruktosa dari Inulin Umbi Dahlia Dalam Reaktor Sinambung Unggun Terkemas Menggunakan Enzim Inulinase Imobil
PRODUKSI SIRUP FkUKTOSA DARl IMULlN UMBl DAHLIA
DALAM REAKTOR SINAMBUNG UrJGGUN TERKEMAS
MENGGUNAKAN ENZlM INULINASE IMOBll
Oieh
SUJATMONO TONI SULISTYO
F 24. 0130
1 9 9 2
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT
PERTANIAN
B O G O R
BOGOR
Sujatmono Toni Sulistyo.
F 24.0130.
Produksi Sirup Fruk-
tosa dari Inulin Umbi Dahlia dalam Reaktor Sinambung
Ung-
Di bawah
gun Terkemas Menggunakan Enzim Inulinase Imobil.
bimbingan Djumali Mangunwidjaja dan Darnoko.
RINGKASAN
Sirup
lain
yang
Selain
fruktosa merupakan alternatif
kebutuhannya semakin lama
dari
bahan
pemanis
semakin meningkat.
pati, sirup ini dapat juga
diproduksi
dari
inulin yang berasal dari umbi dahlia (Dahlia p i n n a t a Cav.)
yang relatif mudah dibudidayakan di Indonesia.
dari
inulin ini mempunyai banyak
kelebihan
Gula
dibandingkan
gula cair dari pati, diantaranya rendemennya tinggi
pai
97
persen) dan prosesnya singkat
cair
(hanya
1
(sam-
tahap).
Secara skematis, reaksi hidrolisis inulin menjadi fruktosa
dapat dituliskan :
(C6H1005)m
f
mH20
. mC6H1206
f ruktosa
inulin
Produksi
sirup
fruktosa dengan
reaktor
sinambunq
menggunakan enzim inulinase imobil, mempunyai tingkat produktivitas, stabilitas dan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan reaktor curah.
Penelitian
perlakuan
drolisis
ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh
laju dilusi (D) dan konsentrasi enzim pada
inulin
dalam
hi-
reaktor sinambung unggun terkemas
menggunakan enzim inulinase imobil, mempelajari
vitas reaktor sinambung unggun terkemas serta
produkti-
mempelajari
tingkat stabilitas operasi enzim inulinase imobil.
Dari
penelitian pendahuluan didapatkan
dan
selang
dilusi
0.04/jam, 0.05/jam, O.lO/jam
setara
dengan waktu tinggal dalam reaktor selama 25
laju
0.20/jam yang
jam,
20 jam, 10 jam dan 5 jam, sedangkan konsentrasi enzim yang
digunakan
adalah
Perolehan
2 persen dan 4 persen
substrat
sirup fruktosa, derajat konversi
(v/w).
(X)
produktivitas reaktor tertinggi dicapai pada laju
dilusi
O.ZO/jam dengan konsentrasi enzim 4 persen substrat
yaitu masing-masing sebesar 102.287 mg.ml-l, 77.84
dan 0.34 1 mg .ml-l .menit-'.
pada
dan
(v/w)
persen
Produktivitas penggunaan enzim
reaktor sinambung ungun terkemas
tertinggi
dicapai
pada laju dilusi 0.04/jam dengan konsentrasi enzim 2
per-
sen substrat (v/w), yaitu seb,esar 12.417 g fruktosa
kumu-
latif/mg enzim, yang setara dengan 6.0 kali
penggunaan enzim pada reaktor curah.
produktivitas
Rendemen imobilisasi
tertinggi dicapai pada laju dilusi 0.20/jam dengan konsentrasi
enzim 2 persen substrat (v/w) yaitu
sebesar
14.54
persen.
Semakin lama waktu operasi, aktivitas enzim inulinase
imobil semakin berkurang.
Sampai akhir operasi (181 jam),
aktivitas enzim inulinase imobil telah berkurang rata-rata
sebesar 29 persen.
PRODUKSI SIRUP FRUKTOSA DARI INULIN UMBI DAHL.I.4
DALAM REAKTOR SINAMBUNG UNGGUN TERKEMAS
MENGGUNAKAN ENZIM LNULINASE IMOBlL
Oleh
SUJATMONO TOM SULISTYO
F 24.0130
SKRIPSI
Sehagai salali satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1992
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PPIIODUKSI SIRUP FRUKTOSA DARI LWmIN UMBI DAHLIA
DALAM REAKTOR SINAMBUNG UNGGUN TERKEMAS
MENGGUNAKAN ENZIM IlWLINASE IMOBIL
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
SUJATMONO TONI SULISTYO
F 24.0130
Dilahirkan pada tanggal 5 Nopelnber 1968
di Metro
Tanggal lulus : 23 Desember 1991
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT,
karena hanya berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis
da-
pat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
ka-
sih kepada :
1. Dr.Ir.
Djumali Mangunwidjaja, DEA sebagai dosen
bimbing
yang
pem-
I dan Ir. Darnoko, MSc. sebagai pembimbing
telah
memberi bimbingan dan
I1
pengarahan, hingga
selesainya skripsi ini.
2. Ir.
M.
yang
Zein Nasution, MApp.Sc. selaku
banyak
memberi masukan untuk
dosen
penguji
perbaikan
skripsi
ini.
3. Seluruh
~ivitas akademika yang
telah
membantu
baik
secara langsung maupun tidak langsung.
4. Keluarga di rumah yang banyak memberi bantudn moril dan
materiil
selama masa kuliah sampai selesainya
skripsi
ini.
Tak ada gading yang tak retak, walaupun penulis telah
berusaha
menyusun
skripsi ini dengan
baik.
Untuk
itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Bogor, Januari 1992
Penulis
DAFTAR IS1
Halaman
............................
TABEL ..............................
GAMBAR .............................
LAMPIRAN ............ r ..............
KATA PENGANTAR
DAFTAR
DAFTAR
DAFTAR
...............................
A . LATAR BELAKANG .........................
B . TUJUAN PENELITIAN ......................
I1 . TINJAUAN PUSTAKA ..........................
I . PENDAHULUAN
.........................
INULIN. POLIMER FRUKTOSA ALAMI .........
INULINASE ..............................
D-FRUKTOSA .............................
IMOBILISASI ENZIM ......................
REAKTOR SINAMBUNG UNGGUN TERKEMAS ......
iv
vii
viii
X
1
1
3
4
A . TANAMAN DAHLIA
4
B.
5
C.
D.
E.
F.
G . PENENTUAN PARAMETER KINETIKA REAKSI ENZIMATIK ................................
................................
DAN ALAT .........................
I11 . METODOLOGI
A . BAHAN
B . WAKTU DAN TEMPAT
.......................
......................
TATA LAKSANA ...........................
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN ......................
A . PENELITIAN PENDAHULUAN .................
1. Analisis Tepung Umbi Dahlia .........
.
D.
C
METODA PENELITIAN
7
2 . Analisis Aktivitas Enzim dan Penen-
...................
3 . Penentuan Laju Dilusi ...............
B . PENELITIAN UTAMA .......................
tuan Ukuran Manik
1. Derajat Konversi Produk pada Reaktor
Sinambung Unggun Terkemas
.
3.
2
Aktivitas Enzim Imobil
...........
..............
Produktivitas Reaktor Sinambung Unggun Terkemas ........................
4 . Produktivitas Penggunaan Enzim pada
Reaktor Sinambung Unggun Terkemas
...
............
V . KESIMPULAN DAN SARAN ......................
A . KESIMPULAN .............................
B . SARAN ..................................
5 . Rendemen Imobilisasi (R)
.........................
...............................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pengaruh dimensi kolom terhadap konstanta spesifik
24
Tabel 2. Hasil analisis beberapa komponen tepung umbi dahlia
.....................
42
Tabel 3. Tingkat aktivitas beberapa ukuran
Manik inulinase imobil ...............
43
Tabel 4. Hasil perhitungan umur tengah enzim
imobil ...............................
60
Tabel 5. Hasil perhitungan rendemen imobilisasi
68
......................
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1. Siklus umbi dahlia dari mulai tanam
hingga panen (Hartmann, et al., 1989)
..............
Gambar
2. Struktur kimiawi inulin
Gambar
3. Pengaruh pH terhadap aktivitas inulin-
ase
Gambar
..................................
............................
...............................
1I
12
6. Pengaruh konsentrasi substrat dan suhu
...............
12
............
14
Klasifikasi metoda imobilisasi sel
atau enzim ...........................
17
.....
17
pada hidrolisis inulin
Gambar
7. Struktur kimiawi fruktosa
Gambar
8.
Gambar
11
5. Pengaruh suhu terhadap aktivitas inu-
linase
Gambar
8
4. Pengaruh suhu terhadap produktivitas
inulinase
Gambar
6
9. Skema imobilisasi sel atau enzim
Gambar 10. Jenis reaktor sinambung Unggun Terkekemas ...............................
23
Gambar 11. Hubungan laju reaksi awal dengan konsentrasi substrat ....................
28
........
28
Gambar 13. Diagram alir proses penyiapan substrat
34
Gambar 14. Diagram alir proses imobilisasi enzim
dengan metoda penjeratan .............
37
Gambar 15. Diagram skema sistem Reaktor sinambung
unggun terkemas aliran ke atas yang
digunakan dalam penelitian ini . . . . . . .
39
Gambar 16. Proses produksi sirup fruktosa secara
sinambung dalam reaktor unggun terkemas menggunakan enzim inulinase imobil
41
Gambar 12. Penyajian grafik 1/V
= f(l/S)
Gambar 17. Hubungan antara konsentrasi substrat
dengan laju reaksi awal ..*............
Gambar 18. Grafik hubungan l/[S] dengan 1/V
.....
Gambar 19. Grafik hubungan antara konsentrasi
fruktosa dengan penqgantian volume untuk konsentrasi enzim 2 persen substrat (v/w) ..........................
Gambar 20. Grafik hubungan antara konsentrasi
fruktosa dengan penggantian volume untuk konsentrasi enzim 4 persen substrat (v/w) ..........................
Gambar 21. Grafik hubungan antara derajat konversi dengan waktu tinggal dalam reaktor
Gambar 22. Pola penyerangan rantai tunggal inulinase pada inulin ...................
Gambar 23. Grafik penurunan aktivitas enzim inulinase imobil selama waktu operasi untuk konsentrasi enzim 2 persen substrat (v/w) ...........................
Gambar 24. Grafik penurunan aktivitas enzim inulinase imobil selama waktu operasi untuk konsentrasi enzim 4 persen substrat (v/w) ...........................
Gambar 25. ~ r a f i kperbandingan produktivitas reaktor sinambung unggun terkemas dengan menggunakan enzim imobil pada
konsentrasi enzim 2 persen dan 4 persen substrat (v/w) ..................
Gambar 26. Perbandingan PPE pada reaktor sinambung unggun terkemas untuk konsentrasi enzim 2 persen substrat (v/w) dengan PPE pada reaktor curah ..........
Gambar 27. Perbandingan PPE pada reaktor sinambung unggun terkemas untuk konsentrasi enzim 4 persen substrat (v/w) dengan PPE pada reaktor curah ..........
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
.......
Lampiran
1.
Daftar tata nama dan satuan
Lampiran
2.
Daftar bahan kimia
77
Lampiran
3.
Daftar peralatan
78
Lampiran
4.
Tata cara analisis komponen tepung
umbi dahlia,analisis hasil hidrolisis dan pengukuran aktivitas enzim
79
Perhitungan kadar inulin dalam umbi
dahlia dan penentuan volume enzim
inulinase yang digunakan ..........
85
6a. Data laju reaksi awal proses hidrolisis inulin secara curah menggunakan enzim inulinase imobil
86
Lampiran
Lampiran
5.
................
..................
........
Lampiran
Gb.' Data laju reaksi awal proses hidro-
lisis inulin secara curah menggunaka.n enzim inulinase bebas .........
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
76
86
7a. Data produk yang terbentuk pada hidrolisis inulin dalam reaktor sinambung unggun terkemas menggunakani
enzim inulinase imobil pada konsentrasi enzim 2 persen substrat (v/w)
87
7b. Data produk yang terbentuk pada hidrolisis inulin dalam reaktor sinambung unggun terkemas menggunakan
enzim inulinase imobil pada konsentrasi enzim 4 persen substrat (v/w)
87
Data keadaan tunak hasil hidrolisis
inulin dalam reaktor sinambung unggun terkemas menggunakan enzim inulinase imobil .....................
88
Aktivitas enzim inulinase imobil
untuk beberapa waktu pengambilan
contoh ............................
89
8.
9.
Lampiran
10. Produktivitas reaktor sinambung
unggun terkemas menggunakan enzim
inulinase imobil dengan konsentrasi
2 persen dan 4 persen substrat (v/w)
90
Lampiran lla. Produktivitas penggunaan enzim pada
reaktor sinambung unggun terkemas
menggunakan enzim imobil pada konsentrasi 2 persen substrat (v/w). . .
91
Lampiran Ilb. Produktivitas penggunaan enzim pada
reaktor sinambung unggun terkemas
menggunakan enzim imobil pada konsentrasi 4 persen substrat (v/w). . .
91
I.
A.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ketersediaan akan pemanis, terutama pemanis alami
saat ini sangat kurang.
Dengan hadirnya pemanis buat-
an, malah banyak membawa dampak kurang baik bagi
kon-
sumen.
yang
Sedangkan dua jenis sumber pemanis alami
telah ada saat ini yaitu gula kristal (dari tebu)
gula
cair
(dari pati), sampai saat ini
belum
mencukupi kekurangan akan pemanis tersebut.
dan
dapat
Pada
hun 1990, impor gula kristal dan pemanis lainnya
men-
capai 258 958.05 ton (BPS, 1990). Sedangkan untuk
hun
1991 pemerintah merencanakan impor
2 000 000 ton
yang
begitu
(Kompas, Pebruari 1991).
besar
keseimbangan
disebabkan
karena
gula
ta-
ta-
sebesar
Impor
tidak
yula
adanya
antara konsumsi gula dan produksi
gula,
sehingga pada tahun 1990, Indonesia kekurangan
gula
sebesar 519 800 ton lebih (BPS, 1990).
Produksi
sirup fruktosa dari inulin umbi
dahlia
(Dahlia pinnata Cav.) merupakan satu alternatif
membantu mengatasi kekurangan gula nasional.
untuk
Jika di-
bandingkan dengan gula cair dari pati, maka gula
dari inulin mempunyai beberapa kelebihan yaitu
cair
rende-
men mencapai 90-97 persen (dari pati maksimum 45
per-
sen) dan singkat dalam proses produksinya karena hanya
memerlukan
satu
tahapan proses (dari pati memerlukan
tigz tahapan
proses), dengan demikian dapat
menekan
biaya proses.
Tanaman dahlia di Indonesia sampai saat ini
baru
dibudidayakan untuk diambil bunganya sebagai bunga potong, sedangkan umbinya masih terbuang percuma.
Kan-
dungan inulin yang cukup tinggi pada umbi dahlia
(50-
70 persen,bk), merupakan potensi yang cukup besar
tuk
dimanfaatkan.
diperlukannya
merupakan
ini.
Kemudahan dalam menanam dan
syarat-syarat pertumbuhan
un-
tidak
rumit,
yang
beberapa faktor pendukung budidaya
tanaman
Indonesia sebagai daerah tropis, tampaknya cocok
sebagai daerah budidaya tanaman ini.
Penggunaan enzim imobil sebagai biokatalis reaksi
sampai saat ini telah banyak dipelajari dan
sikan
karena mempunyai banyak
keuntungan
tersebut
diaplika-
keuntungan.
adalah : enzim
dapat
Diantara
digunakan
secara berulang, proses dapat dihentikan secara
cepat
dengan mengeluarkan enzim dari larutan, kestabilan enzim dapat diperbaiki, larutan hasil proses tidak
kontaminasi oleh enzim dan dapat
dipergunakan
tujuan
memperkirakan
analisis, misalnya untuk
tengah enzim dan memperkirakan laju penurunan
tas
(Messing, 1975).
Na-alginat
Metoda
sebagai matriks
penjeratan
pembawa
untuk
umur
aktivi-
menggunakan
banyak
sebagai metoda imobilisasi dalam berbagai
ter-
dipilih
penelitian.
Hal ini dimungkinkan dengan pertimbangan bahwa
metoda
penjeratan mudah dilakukan, murah, aktivitas enzim dapat bertahan lama (lebih stabil) dan lebih aman terhadap pengaruh dari luar (Chibata, 1978).
Reaktor sinambung unggun terkemas berjenis aliran
ke
atas banyak digunakan untuk penelitian pada
Jika dibanding-
laboratorium sampai skala pilot plan.
kan
dengan reaktor sinambung jenis lainnya
CSTR), maka
reaktor unggun terkemas
(misalnya
lebih
Penggunaan sistem sinambung akan memberikan
vitas
curah.
sistem
lebih
tinggi jika dibandingkan
Beberapa
kelebihan lainnya
skala
efisien.
produkti-
dengan
dari
sinambung adalah kontrol secara
sistem
penggunaan
otomatis
dan
operasi mudah, kondisi operasi lebih stabil, biaya lebih rendah dan mudah dalam pengontrolan kualitas
pro-
duk (Chibata, 1978).
B.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
penelitian ini adalah
untuk
mempelajari
pembuatan sirup fruktosa dari inulin umbi dahlia secara sinambung menggunakan enzim inulinase imobil.
lain
itu juga untuk menentukan pengaruh
laju
dan konsentrasi enzim optimum terhadap hasil
se-
dilusi
hidroli-
sis, mengetahui produktivitas reaktor unggun terkemas,
serta
untuk
mengetahui
inulinase imobil.
stabilitas operasi
enzim
A.
TANAMAN DAHLIA
Dahlia
(Dahlia pinnata Cav.)
merupakan
tanaman
internasional, terdapat pada hampir semua bagian
nia.
du-
Nama dahlia berasal dari nama Professor Andreas
Dahl, yang
sangat berjasa
dalam
mengembangkan
mempopulerkan tanaman ini (Walker, 1954).
tanaman
dan
Popularitas
ini, mungkin disebabkan oleh kenyataan
bahwa
dahlia mudah untuk dibudidayakan dan memberikan
hasil
yang maksimum dengan input yang minimum.
Dahlia meru-
pakan tanaman yang sehat dan kuat, jarang terkena
nyakit.
Musuh serius bagi dahlia adalah musim
pe-
dingin
(kebekuan) (Pizzetti dan Cocker, 1968).
Menurut Pizzetti dan Cocker (1968), dahlia termasuk dalam fam6li Compositae, tanaman berumbi akar
nak
dengan
syarat
matahari langsung.
penanaman
harus
lu-
terkena
sinar
Perbanyakan dapat dilakukan
mela-
lui benih (biji), pernotongan (stek) dan pembagian umbi
akar .
Penyimpanan
umbi akar dahlia hendaknya
memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu seperti dikemukakan
oleh Rockwell (1944).
li, dibiarkan
Setelah umbi akar dahlia
dulu kering di
bawah
selama 4-5 jam sebelum penyimpanan.
sebaiknya
disimpan
sinar
matahari
Umbi akar
pada suhu 40-55Oc
diga-
dahlia
(selama musim
dihgin) di dalam tong atau kertas yang berlapis kertas
koran.
untuk
Tanah boleh dibiarkan tetap melekat pada
mencegah pengeringan.
Gambut
merupakan
dan Derycke (1983), umbi akar' dahlia
mengandung
inulin
(suatu polimer
fruktosa
bahan
Menurut
yang baik untuk penyimpanan umbi akar dahlia.
Vandamme
umbi
banyak
alami).
Hartmann et al. (1989) juga menyatakan bahwa umbi akar
dahlia
hidup
merupakan gudang penyimpanan makanan.
umbi
dari
tanam
sampai
panen
Siklus
tertera
pada
Gambar 1.
B.
INULIN,
POLIMER FRUKTOSA ALAMI
Inulin merupakan suatu polisakarida yang terdapat
pada berbagai tanaman yang termasuk famili
dan
Graminae.
Inulin tersebut ditemukan
Compositae
dalam
umbi
akar dahlia, Jerusalem artichoke, chicory, dandelion,
burdock,
scorzonera dan cardon.
Inulin ini
tersedia
tanaman tersebut sebagai cadangan karbohidrat.
dalam
Nama inulin tampaknya diambil dari nama tanaman
inula
(Alant) dari famili Compositae
genus
(Vandamme dan
Derycke, 1983).
Inulin dan senyawa analog inulin merupakan
fruktan yang
polifruktosa
(Gambar 2) .
mengandung rantai ikatan
dengan 1 unit terminal
linier
glukosa
poli8-2,l
diujung
( 6 8 6 1 ' u u e m 2 l e ~ ) uaued e b b u ~ q
meue? TeTnrn T l e p eTTqep Tqmn snTyTs
'1 l e q m e 3
Sekitar 30 unit fruktosa membentuk satu rantai inulin.
Pada chicory, panjang rantai rata-rata adalah 18
fruktosa dan 1 unit glukosa.
inulin
unit
Rata-rata panjang rantai
beragam sebagai funqsi dari tanaman dan
(Rutherford dan Deacon, 1972).
Inulin
ngandung minimum 30 unit fruktosa, atau
musim
biasanya
me-
dengan
kata
lain derajat polimerisasi (DP) seharusnya 30 atau
bih.
le-
Derajat polimerisasi ini menyebabkan berat mole-
kul inulin mencapai 5400.
Sehubungan dengan
beragam-
nya panjang rantai inulin yang ada, maka berat molekul
inulin
bervariasi antara 3500 sampai
5500
(Vandamme
dan Derycke, 1983) .
Vandamme dan Derycke (1983) juga menyatakan bahwa
inulin tidak larut dalam air dingin, bahkan dalam
yang bersuhu 5 5 O ~inulin hanya larut 5 persen.
air
Inulin
dapat tergumpalkan/ terendapkan dalam campuran etanolair.
um
Inulin juga dapat dihidrolisis dalam suatu medi-
asam pada suhu tinggi (70-80°c).
Enziin
inulinase
menghidrolisis inulin menjadi fruktosa atau oligosakarida lain di bawah kondisi reaksi yang lunak.
INULINASE
Inulinase sebenarnya adalah
R-fruktosidase
dan
bekerja memotong satuan fruktosa dari inulin pada
po-
sisi terminal 0-2,1.
Enzim inulinase ini dapat
longkan
sebagai 2,l-8-D-frukto-fruktanohidrolase
3.2.1.7)
(Vandamme dan Derycke, 1983).
digo(EC
Gambar 2 .
Struktur kimiawi inulin (Vandamme
d a n Derycke, 1983)
Inulinase dengan aktivitas D-fruktosidase ditemukan
dalam tanaman dan dalam mikroba
dan
bakteri).
(kapang, khamir
Inulinase dapat diisolasi
tanaman Jerusalem
artichoke
dan
akar
dari
umbi
chicory
Inulinase yang berasal dari tanaman
dandelion.
menunjukkan
aktivitas degradasi sama
tidak
sekali.
Seba-
liknya, beberapa inulinase dari mikroba mempunyai
tivitas degradasi yang luar biasa.
pang
Steriqmatocytis niyra,
dan
ak-
Inulinase dari ka-
Aspergillus
Penicillium sp., inulinase dari bakteri
awamori,
Lactobacillus
plantarum dan dari khamir Candida kefyr, C.
salmanti-
censis, Kluyveromyces fraqillis, Debaromyces cantarelli
dan
D. phaffii,
degradasi
semuanya menunjukkan
aktivitas
dan termasuk tipe 8-fruktosidase
(Vandamme
dan Derycke, 1983).
Uchiyama et al. (1973) menyatakan bahwa inulinase
dari
Arthrobacter ureafaciens menghidrolisis
menjadi
D-fruktofuranosa-1,2',3'-dianhidrida
jumlah kecil satuan oligofruktosa lainnya.
inulin
dan
se-
Enzim
ini
khusus untuk ikatan R-(2,l) satuan fruktosa dan
makan inulinase 11.
dina-
Sedangkan inulinase I11 yang ber-
asal dari Aspergillus niger 12 biasanya membentuk inulotriosa dan inulopentosa dan hampir tidak
menghidrolisis
terhadap
(Nakamura et al., 1978).
oligomer yang
ada
lebih
aksi
rendah
Snyder dan Phaff (1962) menyatakan bahwa
ase
adalah
enzim ekstraseluler yang
aksi penyerangan rantai tunggal.
kan
inulin-
bekerja
dengan
Selanjutnya
juga bahwa inulinase disebut sebagai
dikata-
grup
enzim
pemecah akhir, sehingga produk hasil hidrolisis semuanya berbentuk monosakarida.
NOVO (1?80), inulinase dari
Menurut
Asperqillus
ficuum mempunyai aktivitas optimum pada suhu 60°c
pada
selang pH
4.5
- 5.0.
Hasil ini didapatkan
percobaan seperti pada Gambar 3 , 4, 5 dan 6.
kubasi
dan
yang disarankan adalah 24 jam,
dari
Masa in-
karena
selama
waktu tersebut telah dapat dicapai tingkat produktivitas yang cukup tinggi, yaitu di atas 90 persen.
linase
Inu-
jenis ini mempunyai pola aksi luar (exo-)
dalam (endo-).
Tetapi lebih dari 80 persen aksi
dan
yang
dilakukan adalah pola luar.
D
.
D-FRUKTOSA
Kerja
inulinase terhadap
D-fruktosa.
inulin
menghasilkan
Barker (1976) menyatakan bahwa
fruktosa
merupakan gula yang mempunyai nilai kemanisan tertinggi
dibandingkan gula-gula komersial
lainnya.
Bila
kristal frukFosa dan sukrosa dibandingkan, maka
fruk-
tosa 1.7-2.0 kali lebih manis dibanding sukrosa.
lam
larutan, beberapa faktor mempengaruhi
kemanisan
fruktosa, termasuk
Da-
intensitas
didalamnya konsentrasi
Gambar 3.
100
-
95
-
90
-
Pengaruh pH terhadap aktivitas
inulinase (NOVO, 1980)
I
I
-.,-
"
, .
-
f
-
% liydrolysis
-\
15% w/w i n u l i n
[pH '4.5
85
-
i
2 4 hours r e a c t i o n
2 i n u l i n a s e uni t s / g
55
2
w
60
1:
-
65
o
C
C>
Gambar 4.
Pengaruh suhu terhadap produktivitas
inulinase (NOVO, 1980)
Gambar 5.
100
90
-
80
-
h;drbly;is
60
-55O
-60'
50
-
40
-
30
-
70
,
,
"
-%
Pengaruh suhu terhadap aktivitas
inulinase (NOVO, 1980)
'
.
2 4 hours r e a c t i o n .
b
.
I
0
Gambar 6.
Pengaruh konsentrasi substrat d a n s u h u
pada hidrolisis inulin (NOVO, 1980)
qula, suhu dan pH.
Kemanisan akan turun bila
konsen-
trasi, suhu dan keasaman meninqkat.
Ditinjau dari sudut kimia, fruktosa adalah
sakarida yanq mempunyai sebuah struktur keto.
fruktosa
mempunyai
konfiqurasi
mono-
Kristal
R-D-fruktopiranosa.
Kristal fruktosa ini bersifat anhidrida, dan ini merupakan
satu-satunya
Lima
bentuk
dapat
bentuk
isomerik
kristal
yanq
fruktosa telah
diketahui.
diketahui yang
salinq beralih bentuk denqan cara mutar rotasi.
Persentase distribusi isomer mutar rotasi D-fruktosa
pada 2 0 O ~adalah
28.0-31.6
untuk
68.4-76.0
8-furanosa dan
untuk
4
B-piranosa,
untuk
a-piranosa
(Barker,1976). Struktur kimiawi fruktosa dapat
dili-
hat pada Gambar 7.
Fruktosa merupakan qula yanq sanqat higroskopis,
karena sanqat mudah menyerap air dari udara.
~arutan
fruktosa paling stabil pada pH 3.3 dan kestabilan
tidak terqantung pada suhu dan konsentrasi.
merupakan
qula
komersial yanq paling
ini
Fruktosa
reaktif
dalam
makanan.
Fruktosa merupakan qula yanq aman baqi
diabetes.
Fruktosa juqa kuranq kariogenik
penderita
dibandinq-
kan sukrosa, dapat menutupi rasa pahit ("after bittertaste") dari sakarin, dan lebih mudah larut
dibandinq
Gambar 7.
Struktur kimiawi fruktosa (Vandamme
dan Derycke, 1983)
Menurut
Doty dan ~anninen (1979),gula fruktosa
mempunyai tingkat kemanisan 1.5-2.0 kali tingkat kemanisan sukrosa.
fruktosa
Dengan kelebihan ini, maka
diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan pemasok
utama
untuk industri di Indonesia.
Selain itu, fruktosa juga tidak menimbulkan
pahit seperti halnya pemanis buatan.
rasa
Dengan kemanisan
yang tinggi ini, maka gula fruktosa akan sangat berguna bagi industri yang membutuhkan pemanis sebagai
han
baku untuk menghasilkan produk dengan
mutu
dan
bahan baku yang lebih hemat (Doty dan
babaik
Vanninen,
1979).
Fruktosa akhir-akhir ini banyak diproduksi secara
hidrolisis
enzimatik.
Proses hidrolisis
secara
en-
zimatik ini banyak memberikan keuntungan, karena tidak
I
menimbulkan dampak yang mencemari lingkungan.
Selain
itu enzim mempunyai cara kerja yang spesifik.
E.
IMOBILISASI ENZIM.
Enzim terimobilisasi didefinisikan sebagai
yang
secara fisik ditempatkan dalam suatu ruang
enzim
ter-
tentu dengan tetap memiliki aktivitas katalitiknya dan
dapat
digunakan
secara berulang atau
(Chibata, 1978).
kali
diajukan
pada
terus
Istilah enzim imobil
ini
menerus
pertama
Konferensi I Rekayasa Enzim pada
tahun 1971.
seperti
Sebelum itu digunakan
berbagai
istilah
enzim tidak larut air ("water insoluble
en-
zyme"), enzim terjerat ("trapped enzyme"), enzim tetap
("fixed enzyme") dan enzim yang didukung oleh
matriks
("matrix-supported enzyme").
1. ~ l a s i f i k a s iMetoda Imobilisasi
Menurut
Chibata
(1978), secara
garis
besar
metoda imobilisasi enzim dapat dikelompokkan menjadi tiga katagori, yaitu :
a. Metoda
itu
er")
ikatan pembawa ("carrier binding"),
pengikatan enzim pada zat pembawa
yang
tidak larut air, dengan
ya-
("carri-
jalan
pen-
jerapan fisik, ikatan ionik atau ikatan kovalen.
b. Metoda
ikatan
ikatan silang ("cross linkingu), yaitu
silang antara molekul enzim
dengan
pe-
reaksi dua fungsi atau multi fungsi.
c. Metoda
penjeratan ("entrapping"), yaitu
patkan enzim ke dalam kisi-kisi suatu
menem-
gel/manik
semipermiabel atau melingkupi enzim dengan suatu
membran
polimer
semipermiabel.
Ada
dua
tipe
metoda penjeratan ini, yaitu tipe kisi dan
tipe
mikrokapsul.
Untuk
lebih
jelasnya, klasifikasi
imobilisasi sel atau enzim dapat dilihat pada
bar 8 dan Gambar 9.
metoda
Gam-
-
Metoda imobilisasi sel atau enzim
I
ikatan zat pembawa
ikatan silang
("carrier binding") ("cross linking")
I
penjera- lkatan
ion
pan fisik
Gambar 8.
ikatan
kovalen
penjkratan
("entrapping")
I
jenis
kisi.
jenis
mikrokapsul
Klasifikasi metoda imobilisasi sel
atau enzim (Chibata, 1978)
metoda ikatan zat pembawa
("carrier binding")
metoda ikatan silang
("cross linking")
jenis kisi
jenis mikrokapsul
Gambar 9.
Skema imobilisasi sel atau enzim
(Chibata, 1978)
Buckle
et al. (1985) mengatakan bahwa
imobilisasi dapat
dilakukan
dengan
teknik
menggunakan
polisakarida k-karagenan alami dan kalsium
alginat
dan dibuktikan telah banyak berhasil.
Chibata (1978) menyatakan bahwa metoda
penje-
ratan merupakan
metoda yang dapat
dipakai
mengimobilisasi
banyak enzim karena
tata
mudah
dan
dilakukan
pada
caranya
kondisi
lunak.
Metoda penjeratan ini berbeda dengan metoda
ikatan
kovalen
dapat
untuk
dan ikatan silang dimana enzim tidak
ikat pada matriks gel atau membran.
dapat
ter-
Beberapa bahan
digunakan untuk melakukan imobilisasi
enzim
dengan metoda penjeratan seperti pati, bubuk
"kon-
jak", k-karagenan, poliakrilamida, asam
poliakri-
lat, polivinil alkohol, polivinil pirolidon, silika
resin dan polietilen glikol-dimetakrilat untuk tipe
kisi dan nilon, poliuresa, polistiren,
etilselulo-
sa, nitroselulosa dan kolodion untuk tipe mikrokapSUl.
2. Natrium Alginat
Laskin (1985) menyatakan bahwa alginat
polimer
gabungan dari D-mannuronate dan
nate yang digabung oleh ikatan 1,4.
adalah
L-guluro-
Dalam
keadaan
larutan, bentuk gel ini relatif stabil dalam multivalen
kation
ca2+, ~
a dan
~ +~ 1 ~ + .Konsentrasi
alginat
tergantung dari persiapan
biasanya 2-5 persen (w/w).
(1989) mengatakan
si
alginat
contoh,
tetapi
Liesbetini dan
Nastiti
bahwa dari tiga macam konsentra-
yang digunakan yaitu 1.0
persen,
persen dan 2.0 persen (w/v), ternyata
1.5
konsentrasi
alginat 1.0 persen (w/v) memberikan tingkat produktivitas
tertinggi.
ngatakan
bahwa kerugian dari tipe gel
kebutuhan
gel.
Selanjutnya Laskin (1985) me-
akan multivalen kation untuk
ini
adalah
stabilitas
Umumnya digunakan kalsium (ca2+) dengan
sentrasi
5-10 mM dalam medium.
di
dalam medium terdapat
jika
Terdapat
masalah
pospat.
demikian, kalsium memungkinkan untuk
kon-
Meskipun
mengembalikan
matriks penjerat di bawah kondisi yang lunak.
ini
dapat
dilarutkan
dengan
menambah
Gel
"calcium
chelating" (seperti EDTA atau sitrat) kemudian
zim atau sel yang terjerat dikeluarkan.
Na-Alginat
sebagai bahan pembawa,
Penggunaan
telah
dipakai
khalayak dan memberikan hasil yang cukup
oleh
en-
me-
muaskan.
3.
Perubahan Sifat Enzim Terimobilisasi
Enzim terimobilisasi mempunyai aktivitas
lebih
yang
rendah dibandingkan enzim bebas.
yang
Aktivitas
lebih rendah tersebut disebabkan adanya
tahanan difusi sehingga bertemunya substrat
efek
dengan
enzim menjadi terhambat. Tahanan difusi terbagi dua
bagian yaitu difusi eksternal dan internal.
eksternal disebabkan
larutan besar ke
pisan
batas air.
Difusi
adanya transpor substrat dari
permukaan biokatalis melalui
la-
Difusi internal disebabkan
sub-
strat harus berdifusi masuk ke bagian dalam
manik
enzim terimobilisasi (Klibanov, 1983).
Adanya beberapa kelemahan seperti berkurangnya
aktivitas
enzim, maka Klibanov (1983) menyarankan
agar ukuran gel (manik) diperkecil, mengoptimumkan
struktur
naikkan
geometri biokatalis terimobilisasi,
konsentrasi substrat, menaikkan
me-
porositas
dan mengoptimumkan distribusi biokatalis.
Jika enzim terikat oleh penyangga ("support"),
maka aktivitas enzim dapat menurun.
ta
(1978), ha1 ini disebabkan oleh
Menurut Chibabeberapa
ha1
seperti :
a. Molekul enzim terimobilisasi berada dalam konfigurasi
yang menghalangi substrat masuk ke
sisi
aktif enzim
b. Grup reaktif pada sisi aktif enzim mungkin dilibatkan dalam pengikatan dengan penyangga
c. Molekul
enzim
selama pengikatan
konfigurasi inaktif
berada
dalam
dan
d. Kondisi reaksi pengikatan mungkin
denaturasi atau inaktivasi enzim.
mengakibatkan
Temperatur dan pH optimum enzim terimobilisasi
dapat berubah atau tetap tergantung sifat enzim dan
sifat
bahan
pengikat
enzim
tersebut.
(1971) di dalam ~artigue(1975) telah
50 enzim terimobilisasi.
Melrose
mempelajari
Diantara ke 50 enzim ter-
imobilisasi tersebut, 30 diantaranya mempunyai stabilitas panas yang lebih tinggi, 4 enzim
stabilitas
mempunyai
lebih rendah dan 12 enzim lainnya
mem-
punyai stabilitas panas sama seperti enzim bebas.
said
memberikan
(1987) menyatakan bahwa
beberapa
keuntungan,
imobilisasi
diantaranya
enzim
adalah
sebagai berikut :
1. Stabilitas enzim diperbaiki
2. Dapat dibuat untuk tujuan.khusus
3. Operasi dapat berlangsung sinambung, sehingga lebih
praktis
4. Reaksi membutuhkan ruangan yang lebih kecil
5. Kemurnian enzim lebih tinggi dan jumlah produk yang
lebih baik dapat dicapai
6.
Kontrol reaksi lebih baik dan
7. Penyelamatan sumber daya alam dengan populasi lebih
rendah dapat diperoleh.
F.
REAKTOR SINAMBUNG UNGGUN TERKEMAS
Reaktor sinambung unggun terkemas ("Packed Bed")
termasuk
jenis reaktor alir sumbat atau "Plug
Flow".
Tiga
jenis
reaktor sinambung unggun
terkemas
aliran ke atas, aliran ke bawah dan daur ulang
banyak
Dalam
digunakan
untuk imobilisasi enzim
yaitu
paling
atau
sel.
hubungannya dengan reaktor ini, yang perlu
di-
perhatikan adalah batas tekanan yang melalui kolom dan
pengaruh
dimensi
kolom
terhadap
kecepatan
reaksi
(Chibata, 1978).
Selanjutnya Chibata (1978) menyatakan bahwa untuk
penerapan
pada skala industri, aliran
strat adalah penting.
kecepatan
jika
langsung
sub-
Pada imobilisasi aminoacylase,
reaksi pada kolom aminoacylase adalah
sama
menggunakan jenis reaktor aliran ke atas ataupun
aliran
ke
bawah.
(1978) bahwa
Tetapi
ditegaskan
bagaimanapun juga, dalam
oleh
Chibata
banyak
reaktor jenis aliran ke bawah menyebabkan
kasus
pemampatanl
penekanan manik enzim dalam kolom sehingga reaktor jenis
aliran ke atas lebih umum digunakan untuk
tri.
Lebih jauh lagi, ketika gas
reaksi
diproduksi
enzimatik, maka reaktor jenis aliran
indusselama
ke
atas
cocok untuk digunakan.
Pada sistem reaktor sinambung, penting untuk
kontrol bahwa kondisi tunak didapatkan dengan
di-
menggu-
nakan variasi konsentrasi substrat dan laju alir.
Ini
menunjukkan
de-
bahwa penentuan jumlah produk adalah
ngan variasi interval waktu.
sentrasi
produk
konstan,
Pada kondisi tunak, konbersamaan
dengan itu pula
reaktor aliran ke atas
reaktor aliran ke bawah
'-t
reaktor dengan daur ulang
Gambar 10.
en is
reaktor sinambung unggun terkemas
inaktivasi
enzim imobil tidak terjadi.
Tingkat
kon-
versi dapat ditentukan pada kondisi tunak ini (Cho et
al., 1982).
1. Faktor Dimensi Xolom
Perbandingan
antara tinggi kolom dengan
meter
kolom (HID) mempengaruhi konstanta
(k).
Konstanta
kecepatan
Tetapi
spesifik
dekomposisi
pengaruh
didefinisikan
kompleks
dia-
spesifik
sebaqai
enzim-substrat.
H/D tidak linier, ha1
ini
dapat
dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1.
Pengaruh dimensi kolom terhadap
konstanta spesifika
-
-
H/ D
konstanta spesifik (k)
59.1 + 1.5
62.5 + 0.9
61.7 2 1.8
61.0 + 0.3
1.5
,
4.1
7.1
21.4
Menurut
litiannya
dingan
Kim
dengan
et a1.(1982), dari
menggunakan tiga
HID yaitu 3.9, 10.3 dan
bahwa H/D
=
hasil
macam
21.3,
pene-
perban-
disimpulkan
10.3 memberikan hasil yang optimal.
2. Faktor Xecepatan Alir
Chibata (1978) menyatakan bahwa kecepatan alir
substrat
akan
mempengaruhi
kecepatan
penurunan
aktivitas.
Penurunan aktivitas bergantung pada wak-
tu alir, bukan pada volume alir, sebab volume
adalah seragam pada setiap bagian kolom.
aktivitas
enzim pada setiap
tidak seragam.
bagian
alir
Penurunan
dalam
kolom
Beberapa penyebabnya adalah :
a. Perbedaan stabilitas antara larutan "bulk"
(be-
sar) dengan larutan produk
b. Pencemaran
enzim oleh racun yang
berasal
dari
larutan substrat
c. Penstabil enzim yang semakin melemah
d. Enzim yang bersangkutan semakin lemah
e. Adanya
denaturasi tidak balik
("irreversible")
enzim karena temperatur terlalu tinggi atau terjadi perubahan temperatur reaksi.
3.
Faktor Ukuran ManiX
Bentuk enzim/sel imobil diklasifikasikan
jadi
empat
tipe yaitu manik
(film, plat),
(partikel),
pipa dan serat.
Namun
men-
membran
kebanyakan
dibuat dalam bentuk manik dengan pertimbangan mudah
ditangani, zat pembawa yang cocok untuk imobilisasi
secara
komersial
umumnya
tersedia
dalam
bentuk
manik, luasan bentuk manik lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi (Chibata, 1978).
Liesbetini dan Nastiti (1989) mengatakan bahwa
tahapan
utama
dalam penggunaan
sel/enzim
imobil
adalah pertemuan antara substrat dengan
dalam manik imobilisasi.
lis
biokatalis
~ a j ureaksi yang
oleh biokatalis dipengaruhi
oleh
dikata-
konsentra%i
substrat dan produk yang dihasilkan, tahanan difusi
eksternal
eksternal.
dan internal serta tahanan pindah
massa
Salah satu faktor penting yang
harus
diperhatikan adalah ukuran manik.
Dari
penelitian
yang telah dilakukan, penggunaan ukuran manik
lebih kecil (0.5-2.0 mm) memberikan nilai
yang
konversi
lebih tinggi bila dibandingkan dengan ukuran
yang lebih besar (4.0-4.5 mm).
Menurut
manik
Liesbetini
dan Nastiti (1989) ha1 ini disebabkan karena
kin kecil ukuran manik, tahanan difusi dari
kaan
manik sebagai membran semipermeabel
Disamping
banyak,
semapermu-
menurun.
itu jumlah manik yang tersentuh
dengan demikian kemungkinan proses
semakin
perte-
muan antara substrat dengan biokatalis semakin
sar sehingga konversi substrat menjadi produk
beakan
semakin tinggi.
Secara umum kelebihan sistem sinambung dibandingkan sistem curah adalah (Chibata, 1978):
1. Kontrol secara otomatis dan operasi mudah
2. Kondisi operasi lebih stabil
3. Biaya lebih rendah
4. Mudah dalam pengontrolan kualitas produk.
G.
PENENTUAN PARAMETER KINETIKA REAKSI ENZIMATIK
Teknik
cara p e n e n t u a n
tata
parameter
kinetika
r e a k s i e n z i m a t i k banyak d i t e l i t i o l e h B a i l e y dan O l l i s
(1977).
R e a k s i e n z i m a t i s u n t u k s a t u s u b s t r a t , model k i n e t i k a n y a m e n g i k u t i model M i c h a e l i s M e n t e n .
Dalam s u a t u
r e a k s i sederhana :
mempunyai l a j u r e a k s i :
Aiba e t a l .
jadi
(1973)
menurunkan
:
dengan :
Vmaks
=
k+2(ETS)
k-1
+
k+2
p e r s a m a a n d i a t a s men-
Jika digambar antara konsentrasi substrat
laju
reaksi awal akan didapatkan hasil
dengan
seperti
pada
Gambar 11.
[substratl
Gambar 11.
Hubungan laju reaksi awal dengan
konsentrasi substrat
Untuk mendapatkan nilai Vmaks (laju reaksi maksimum
dan Km (konstanta Michaelis Menten)
maka
dibuat
hubungan linier Lineweaver dan Burk sebagai berikut :
1/V = (Km/Vmaks) x 1/S
+
l/Vmaks . . . . . . . . . . . . . ( 5)
dan jika digambar, akan didapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 12.
Penyajian grafik l/V = f (11s)
(Lineweaver dan Burk)
Reaktor unggun terkemas termasuk salah satu jenis
reaktor piston.
Model aliran dalam reaktor dapat
di-
gambarkan sebagai berikut :
Dengan
trasi
pergerakan piston dalam reaktor,
S menurun secara terus menerus.
pada dV dapat dituliskan sebaqai berikut
Neraca
-
Vmaks
=
=
1/D
Km In S/So
=
:
:
Bila derajat konversi, X
Z = V/Q
bahan
:
Dengan memasukkan persamaan Michaelis Menten
inteqrasi menghasilkan
konsen-
=
+ (S - So)
......... (10)
(So - S)/So, didapatkan
waktu tinggal dalam reaktor
Untuk
hidrolisis
didekati dari
sinambung, laju
dilusi
:
Vmaks - Dmaks
.............................(12)
Oleh karena itu, selang laju dilusi dapat
oleh
dengan
dapat
mengambil selang laju
dilusi
diper-
di
bawah
untuk
dapat
Dmaks'
Cho
et al. (1982) mengatakan bahwa
memperoleh konsentrasi produk tetap, maka harus dibuat
kondisi
tunak, dan produk diambil pada keadaan
tersebut.
tunak
Untuk mencapai keadaan tunak seperti
ini,
dapat dilakukan dengan mengatur laju alir tetap.
Guna mendapatkan parameter kinetika reaksi, Media
(1991) menggunakan 4 macam konsentrasi substrat, yaitu
9.10 persen, 10.63 persen, 12.75 persen dan 15.94 persen
(w/v).
delapan
yang
Pengambilan
contoh
dilakukan
kali selama waktu reaksi 24 jam.
diperoleh menyebutkan bahwa
sampai
sebanyak
Kesimpulan
konsentrasi
substrat tertinggi, belum dicapai keadaan tunak.
rannya
yang
Dengan
strat
adalah
perlu digunakan
konsentrasi
substrat
lebih tinggi lagi untuk mencapai keadaan
konsentrasi enzim 1 persen dan 2
(v/w), hasil yang dicapai lebih
tunak.
persen
tinggi
Sa-
subdengan
menggunakan konsentrasi enzim 2 persen substrat (v/w).
111.
A.
METODOLOGI
BAHAN DAN ALAT
Bahan
baku
yang digunakan
adalah
umbi
dahlia
(Dahlia pinnata Cav.) yang diperoleh dari daerah
Gis-
ting, Lampung Selatan.
Bahan kimia yang diperlukan, meliputi bahan kimia
untuk
analisis tepung umbi akar dahlia,
bahan
kimia
untuk produksi sirup fruktosa, serta bahan kimia untuk
analisis hasil hidrolisis.
yang
digunakan
Bahan kimia
dalam penelitian ini
selengkapnya
disajikan
pada
Lampiran 2.
Enzim yang digunakan untuk hidrolisis inulin adalah
inulinase (Novozym 230) dari
kapang
Aspergillus
ficuum, yang berasal dari PT. Sufra Incomer, Perwakilan NOVO Jakarta.
Sedangkan Natrium Alginat yang dipa-
kai berasal dari SIGMA (jenis "medium viscosity").
Peralatan yang digunakan meliputi peralatan untuk
produksi
sirup fruktosa dan peralatan untuk
hasil hidrolisis.
analisis
Daftar peralatan selengkapnya
yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3.
B.
WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian
ini
dilakukan
selama
empat
terhitung sejak bulan Juni sampai bulan Oktober
bulan,
1991.
Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah
Laboratorium Bioindustri, Pusat Antar Universitas Bioteknologi-IPB, Laboratorium pada JuKusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, serta Bangsal Percontohan
Pengo-
lahan Hasil Pertanian (BPPHP).
C.
METODA PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan, yaitu
Peneli-
penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
tian pendahuluan dilakukan untuk menganalisis beberapa
komponen penyusun tepung umbi dahlia, mengukur aktivitas
laju
enzim
inulinase serta untuk
dilusi
menentukan
kisaran
dan konsentrasi substrat
(inulin) yang
akan digunakan dalam penelitian utama.
Selain itu da-
lam penelitian pendahuluan juga dipelajari teknik
sain
di-
reaktor serta penentuan ukuran manik enzim
imo-
bil. Tata cara analisis tepung umbi dahlia serta pengukuran
aktivitas inulinase terdapat pada Lampiran 4.
Pada penelitian utama dilakukan hidrolisis dengan
laju
dilusi dan konsentrasi substrat yang
dari penelitian pendahuluan.
didapatkan
Kondisi proses
lainnya,
seperti suhu 60°c dan pH 4.5 berasal dari kondisi
timal penelitian sebelumnya dan menurut pustaka.
opAna-
lisis yang dilakukan berupa pengukuran perolehan sirup
fruktosa
dan aktivitas enzim inulinase
imobil
untuk
beberapa selang waktu selama proses berlangsung.
analisis hasil hidrolisis terdapat pada
cara
Tata
Lampir-
an 4.
D.
TATA LAKSANA
Umbi
dahlia yang akan
digunakan
terlebih
dicuci sampai bersih kemudian dikupas dan
dahulu
iris
akar
menggunakan pisau stainless steel.
di-
Selanjutnya
umbi yang telah teriris tipis dikeringkan di bawah sinar matahari untuk mengurangi bobot kandungan
airnya.
Baru kemudian dilakukan pengeringan dengan oven bersuhu
50-60°c.
mudah
Pengeringan dihentikan jika
dipatahkan.
Irisan umbi kering
umbi
ini
telah
kemudian
digiling menggunakan "Cutter-Mill" dengan saringan
mesh.
Tepung
digunakan
tepung
umbi dahlia yang
diperoleh,
untuk analisis beberapa
umbi
komponen
dahlia (inulin, protein, abu
40
sebagian
penyusun
dan
Yang lainnya digunakan sebagai bahan baku proses.
air).
Un-
tuk membuat substrat (inulin) harus dilakukan ekstraksi inulin dari tepung umbi dahlia dengan cara melarutkan tepung umbi dahlia dalam air bersuhu 80-90°c selama 3 0 menit.
Luluhan ("slurry") ini kemudian disaring
dan diambil filtratnya.
jadikan
Filtrat ini yang nantinya di-
sebagai substrat.
Bagan alir penyiapan
strat, disajikan pada Gambar 13.
sub-
%--)
Umbi Dahlia
r-7
Perajangan
Pengeringan dengan Sinar
Matahari 3-4 jam
4
~ e n g e r i n g a nden an Oven
Suhu 50-60 C
(
C
Irisan Umbi Kering
i
Penggilingan,40 mesh
(
Tepung Umbi Dahlia
)
Pelarutan dengan Air
suhu 80-90°c, 30 mnt
Siap Pakai
Gambar 13.
Diagram alir proses penyiapan substrat
Enzim
tasnya.
inulinase disiapkan untuk
Pengukuran
Metoda
DNS
dilakukan
dengan
Jumlah
diukur dengan Metoda Lowry
protein
Setelah
diketahui
dengan
aktivi-
(Dinitro Salycylic Acid).
sebagai
pembuatan
aktivitas ini
diukur
aktivitasnya, kemudian
enzim imobil menggunakan metoda
matriks penjerat Natrium-Alginat.
enzim
et
al..
dilakukan
penjeratan
Kehilangan
enzim akibat imobilisasi dapat diketahui dengan
meng-
ukur jumlah enzim yang terlepas dari manik enzim
bil.
imo-
Jumlah enzim yang terjerat diketahui dengan
me-
ngurangkan jumlah enzim yang terlepas dari jumlah
en-
zim total.
Pembuatan
enzim imobil dilakukan dengan
pompa peristaltik
untuk menyeragamkan
bantuan
ukuran
manik.
Untuk membentuk ukuran tersebut digunakan selang kecil
dengan berbagai ukuran yaitu untuk diameter manik
mm, 2.3 mm dan 3.3 mm.
Pertama kali larutan
1.4
Na-Algi-
nat 1 persen (w/v) disiapkan dengan melarutkannya
lam air mendidih sampai semua Na-Alginat larut.
lah
dingin,
Sete-
enzim dicampurkan dan diaduk merata
ngan pengaduk magnetik.
da-
de-
Campuran Enzim-Na-Alginat ini
dilalukan pada pompa peristaltik, dan keluaran
ditam-
pung pada wadah yang berisi CaC12 0.05 M sambil diaduk
dengan
pengaduk magnetik.
terbentuk
untuk
Kemudian manik-manik
yang
direndam dalam CaC12 0.05 M selama 1-2
mengeraskan manik.
Manik-manik
dicuci
jam
dengan
buffer
asetat sebanyak dua kali, dan hasil
dimasukkan
berisi
ke dalam wadah penampung manik-manik
larutan
terbentuk,
cuciannya
CaC12.
Dari tiga ukuran
manik
yang
dilakukan pengukuran aktivitas enzim
inu-
contoh untuk
linase
imobil dengan metoda DNS.
ukuran
jumlah enzim yang terlepas dari manik,
oleh
dari
yang
wadah penampung
manik-manik
yang
pengdiperberisi
CaC12.
Pada penelitian pendahuluan dilakukan
inulin
secara
air) yang
curah.
hidrolisis
Konsentrasi tepung
digunakan adalah
1 : 9
(tepung
1 : 6,
:
1 : 4,
1 : 3, 1 : 2 dan 1 : 1.5 yang sesuai dengan konsentra-
si
substrat (inulin) 3.30 persen, 9.38 persen,
persen,
16.43 persen, 21.90 persen dan
(wjv).
Konsentrasi
persen
substrat
enzim yang
(vjw).
26.28
digunakan
Menurut
13.14
persen
adalah
Media
2
(1991),
konsentrasi enzim 2 persen substrat (vjw) menghasilkan
rendemen
yang lebih tinggi
dibandingkan
konsentrasi
enzim 1 persen substrat (v/w).
Pengambilan contoh
dilakukan
setiap
tiga
jam
Variasi penggunaan substrat dan
waktu
pengambilan contoh dimaksudkan untuk mengetahui
para-
selama 24 jam.
meter kinetika reaksi yaitu Vmaks (laju reaksi
maksi-
mum) dan Km (konstanta Michaelis Menten) untuk digunakan
sebagai acuan penentuan kisaran laju
dilusi
konsentrasi substrat pada hidrolisis sinambung.
dan
y
/
Inulinase
(Novozym 230)
)
I
Pencampuran
~ m o b i l i s a s idalam
CaC12 1-2 jam
.i
Pencucian Manik-manik
dengan Buffer Asetat
'7
Penyaringan
C
Campuran
CaClz dan Enzim
Pengukuran Junlah Enzim
yang Terlepas dari Manik
Gambar 14.
Diagram alir proses imobilisasi
enzim dengan metoda penjeratan
Parameter kinetika reaksi didapatkan dengan menggambarkan data konsentrasi fruktosa yang terbentuk dengan waktu pengambilan contoh, kemudian dengan
persa-
maan Lineweaver Burk akan didapat nilai VXaks dan
Kisaran
'rnaks
laju
dilusi
ditentukan
dengan
Km.
menganggap
-
- Dmaks.
~enelitian utama dilakukan dengan sistem
bung
menggunakan
reaktor sinambung
unggun
sinam-
terkemas
(seperti pada Gambar 15) dengan biokatalis enzim
linase
imobil.
Volume reaktor yang
terisi
inu-
substrat
sebesar 230 ml dari 550 ml volume reaktor total.
Hi-
drolisis dilakukan dengan menggunakan empat macam laju
dilusi yaitu 0.20/jam, O.lO/jam, O.OS/jam dan 0.04/jam
serta dua macam konsentrasi enzim yaitu 2 persen
dan
4 persen substrat (v/w). Hidrolisis dimulai dari laju
dilusi tertinggi dengan lama reaksi sebanyak tiga kali
I
waktu
tinggal dalam reaktor untuk masing-masing
dilusi.
Pengambilan contoh dimulai pada
tinggal kedua.
pat
buah
dengan
tama,
untuk setiap waktu
merupakan
pada
waktu
tinggal
waktu pengkondisian
awal waktu tinggal
keadaan
kedua,
em-
reaktor
per-
tunak,
diharapkan
Data keadaan tunak dari
laju dilusi diambil darj
waktu pengambilan contoh.
dalam
Selama waktu tinggal
keadaan tunak telah tercapai.
setiap
awal
Jumlah contoh yang diambil adalah
selang waktu sama.
sehingga
laju
Substrat
Pompa Peristaltik
Wadah Substrat
Gambar 15.
Diagram skema sistem reaktor sinambung
unggun terkemas jenis aliran k e atas
yang digunakan dalam penelitian ini
Substrat (inulin) dialirkan ke dalam reaktor dari
wadah
substrat dengan
bantuan
pompa
peristaltik.
Kecepatan pengaliran diatur dari volume kecepatan pada
pompa.
Dalam waktu yang bersamaan, maka
luarkan produk dari reaktor.
akan
dike-
Produk yang keluar diam-
bil dan langsung dilakukan pemucatan yaitu dengan
pe-
nambahan arang aktif 1.5 persen (w/v), dipanaskan pada
suhu
ring.
80-90°c selama 15 menit.
disa-
Pemucatan secara langsung ini dimaksudkan untuk
menginaktifkan
enzim
Kemudian contoh
imobil
enzim yang mungkin tercuci dari
manik
sehingga terikut dengan produk.
Untuk
menjernihkan produk dari bahan-bahan
terlarut, maka
ditambahkan
setengah
Kemudian
atau
beberapa tetes Pb-asetat
produk dinetralkan dengan
basa.
basa.
menambahkan
Konsentrasi produk diukur
spektroskopi menggunakan Metoda DNS.
dengan
asam
teknik
Diagram
proses produksi sirup fruktosa secara sinambung
alir
disa-
jikan pada Gambar 16.
Untuk
mengetahui penurunan
aktivitas
imobil, dilakukan pengukuran aktivitas
enzim
setiap 3 0 jam reaksi selama total waktu reaksi.
enzim
imobil
Seba-
nyak 15 manik enzim imobil diambil dan dianalisis
tivitisnya menggunakan Metoda DNS.
Lama waktu
ak-
peng-
ukuran adalah 20 menit. Kemudian dari hasil pengukuran
aktivitas tersebut
dihitung persentase penurunan
tivitasnya.
telah menurun
Jika
sebesar
50
ak-
persen
(sebesar umur tengah) atau lebih, maka manik-manik enzim imobil harus diganti.
Substrat rnuiin
Enzim Imobil
1.
Pemasukan ke
dalam reaktor
4
Pengaturan Laju Dilusi
~idrolisisdalam Reaktor Unggun Terkemas
60°c, p H 4.5 Selama 3 Kali Waktu
Tinggal Dalam Reaktor
1 Pengambilan Contoh 1
Pemucatan, Arang Aktif 1.5 %
80-90°c, 15 mnt
rPenyaringan
-l
i
Kotoran
Larutan Bersih
Penambahan Pb-asetat
Setengah Basa
a
Penetralan
( Larutan Jernih )
Gambar 16.
Proses produksi sirup fruktosa secara
sinambung dalam reaktor unggun terkemas
menggunakan enzim inulinase imobil
IV.
A.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN PENDAHULUAN
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk
mengukur
kadar komponen penyusun bahan baku, mengukur aktivitas
enzim bebas, menentukan ukuran manik enzim imobil dan
selanq laju dilusi (Dilution rate
menentukan
=
D).
1. Analisis Tepung Umbi Dahlia
Hasil analisis tepung umbi dahlia
untuk
menjadi
dasar
proses
dimaksudkan
selanjutnya.
Hasil
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
~ a s i lanalisis beberapa komponen tepung
umbi dahlia
Komponen
Kadar (persen, bk)
Air
Abu
Protein
Inulin
Bahan-bahan lain
(Selulosa, lemak, dll)
2. Analisis Aktivitas Enzim dan Penentuan Ukuran Manik
Hasil
bahwa
analisis
enzim
aktivita
DALAM REAKTOR SINAMBUNG UrJGGUN TERKEMAS
MENGGUNAKAN ENZlM INULINASE IMOBll
Oieh
SUJATMONO TONI SULISTYO
F 24. 0130
1 9 9 2
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT
PERTANIAN
B O G O R
BOGOR
Sujatmono Toni Sulistyo.
F 24.0130.
Produksi Sirup Fruk-
tosa dari Inulin Umbi Dahlia dalam Reaktor Sinambung
Ung-
Di bawah
gun Terkemas Menggunakan Enzim Inulinase Imobil.
bimbingan Djumali Mangunwidjaja dan Darnoko.
RINGKASAN
Sirup
lain
yang
Selain
fruktosa merupakan alternatif
kebutuhannya semakin lama
dari
bahan
pemanis
semakin meningkat.
pati, sirup ini dapat juga
diproduksi
dari
inulin yang berasal dari umbi dahlia (Dahlia p i n n a t a Cav.)
yang relatif mudah dibudidayakan di Indonesia.
dari
inulin ini mempunyai banyak
kelebihan
Gula
dibandingkan
gula cair dari pati, diantaranya rendemennya tinggi
pai
97
persen) dan prosesnya singkat
cair
(hanya
1
(sam-
tahap).
Secara skematis, reaksi hidrolisis inulin menjadi fruktosa
dapat dituliskan :
(C6H1005)m
f
mH20
. mC6H1206
f ruktosa
inulin
Produksi
sirup
fruktosa dengan
reaktor
sinambunq
menggunakan enzim inulinase imobil, mempunyai tingkat produktivitas, stabilitas dan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan reaktor curah.
Penelitian
perlakuan
drolisis
ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh
laju dilusi (D) dan konsentrasi enzim pada
inulin
dalam
hi-
reaktor sinambung unggun terkemas
menggunakan enzim inulinase imobil, mempelajari
vitas reaktor sinambung unggun terkemas serta
produkti-
mempelajari
tingkat stabilitas operasi enzim inulinase imobil.
Dari
penelitian pendahuluan didapatkan
dan
selang
dilusi
0.04/jam, 0.05/jam, O.lO/jam
setara
dengan waktu tinggal dalam reaktor selama 25
laju
0.20/jam yang
jam,
20 jam, 10 jam dan 5 jam, sedangkan konsentrasi enzim yang
digunakan
adalah
Perolehan
2 persen dan 4 persen
substrat
sirup fruktosa, derajat konversi
(v/w).
(X)
produktivitas reaktor tertinggi dicapai pada laju
dilusi
O.ZO/jam dengan konsentrasi enzim 4 persen substrat
yaitu masing-masing sebesar 102.287 mg.ml-l, 77.84
dan 0.34 1 mg .ml-l .menit-'.
pada
dan
(v/w)
persen
Produktivitas penggunaan enzim
reaktor sinambung ungun terkemas
tertinggi
dicapai
pada laju dilusi 0.04/jam dengan konsentrasi enzim 2
per-
sen substrat (v/w), yaitu seb,esar 12.417 g fruktosa
kumu-
latif/mg enzim, yang setara dengan 6.0 kali
penggunaan enzim pada reaktor curah.
produktivitas
Rendemen imobilisasi
tertinggi dicapai pada laju dilusi 0.20/jam dengan konsentrasi
enzim 2 persen substrat (v/w) yaitu
sebesar
14.54
persen.
Semakin lama waktu operasi, aktivitas enzim inulinase
imobil semakin berkurang.
Sampai akhir operasi (181 jam),
aktivitas enzim inulinase imobil telah berkurang rata-rata
sebesar 29 persen.
PRODUKSI SIRUP FRUKTOSA DARI INULIN UMBI DAHL.I.4
DALAM REAKTOR SINAMBUNG UNGGUN TERKEMAS
MENGGUNAKAN ENZIM LNULINASE IMOBlL
Oleh
SUJATMONO TOM SULISTYO
F 24.0130
SKRIPSI
Sehagai salali satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1992
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PPIIODUKSI SIRUP FRUKTOSA DARI LWmIN UMBI DAHLIA
DALAM REAKTOR SINAMBUNG UNGGUN TERKEMAS
MENGGUNAKAN ENZIM IlWLINASE IMOBIL
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
SUJATMONO TONI SULISTYO
F 24.0130
Dilahirkan pada tanggal 5 Nopelnber 1968
di Metro
Tanggal lulus : 23 Desember 1991
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT,
karena hanya berkat rahmat dan hidayah-Nyalah penulis
da-
pat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
ka-
sih kepada :
1. Dr.Ir.
Djumali Mangunwidjaja, DEA sebagai dosen
bimbing
yang
pem-
I dan Ir. Darnoko, MSc. sebagai pembimbing
telah
memberi bimbingan dan
I1
pengarahan, hingga
selesainya skripsi ini.
2. Ir.
M.
yang
Zein Nasution, MApp.Sc. selaku
banyak
memberi masukan untuk
dosen
penguji
perbaikan
skripsi
ini.
3. Seluruh
~ivitas akademika yang
telah
membantu
baik
secara langsung maupun tidak langsung.
4. Keluarga di rumah yang banyak memberi bantudn moril dan
materiil
selama masa kuliah sampai selesainya
skripsi
ini.
Tak ada gading yang tak retak, walaupun penulis telah
berusaha
menyusun
skripsi ini dengan
baik.
Untuk
itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Bogor, Januari 1992
Penulis
DAFTAR IS1
Halaman
............................
TABEL ..............................
GAMBAR .............................
LAMPIRAN ............ r ..............
KATA PENGANTAR
DAFTAR
DAFTAR
DAFTAR
...............................
A . LATAR BELAKANG .........................
B . TUJUAN PENELITIAN ......................
I1 . TINJAUAN PUSTAKA ..........................
I . PENDAHULUAN
.........................
INULIN. POLIMER FRUKTOSA ALAMI .........
INULINASE ..............................
D-FRUKTOSA .............................
IMOBILISASI ENZIM ......................
REAKTOR SINAMBUNG UNGGUN TERKEMAS ......
iv
vii
viii
X
1
1
3
4
A . TANAMAN DAHLIA
4
B.
5
C.
D.
E.
F.
G . PENENTUAN PARAMETER KINETIKA REAKSI ENZIMATIK ................................
................................
DAN ALAT .........................
I11 . METODOLOGI
A . BAHAN
B . WAKTU DAN TEMPAT
.......................
......................
TATA LAKSANA ...........................
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN ......................
A . PENELITIAN PENDAHULUAN .................
1. Analisis Tepung Umbi Dahlia .........
.
D.
C
METODA PENELITIAN
7
2 . Analisis Aktivitas Enzim dan Penen-
...................
3 . Penentuan Laju Dilusi ...............
B . PENELITIAN UTAMA .......................
tuan Ukuran Manik
1. Derajat Konversi Produk pada Reaktor
Sinambung Unggun Terkemas
.
3.
2
Aktivitas Enzim Imobil
...........
..............
Produktivitas Reaktor Sinambung Unggun Terkemas ........................
4 . Produktivitas Penggunaan Enzim pada
Reaktor Sinambung Unggun Terkemas
...
............
V . KESIMPULAN DAN SARAN ......................
A . KESIMPULAN .............................
B . SARAN ..................................
5 . Rendemen Imobilisasi (R)
.........................
...............................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pengaruh dimensi kolom terhadap konstanta spesifik
24
Tabel 2. Hasil analisis beberapa komponen tepung umbi dahlia
.....................
42
Tabel 3. Tingkat aktivitas beberapa ukuran
Manik inulinase imobil ...............
43
Tabel 4. Hasil perhitungan umur tengah enzim
imobil ...............................
60
Tabel 5. Hasil perhitungan rendemen imobilisasi
68
......................
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1. Siklus umbi dahlia dari mulai tanam
hingga panen (Hartmann, et al., 1989)
..............
Gambar
2. Struktur kimiawi inulin
Gambar
3. Pengaruh pH terhadap aktivitas inulin-
ase
Gambar
..................................
............................
...............................
1I
12
6. Pengaruh konsentrasi substrat dan suhu
...............
12
............
14
Klasifikasi metoda imobilisasi sel
atau enzim ...........................
17
.....
17
pada hidrolisis inulin
Gambar
7. Struktur kimiawi fruktosa
Gambar
8.
Gambar
11
5. Pengaruh suhu terhadap aktivitas inu-
linase
Gambar
8
4. Pengaruh suhu terhadap produktivitas
inulinase
Gambar
6
9. Skema imobilisasi sel atau enzim
Gambar 10. Jenis reaktor sinambung Unggun Terkekemas ...............................
23
Gambar 11. Hubungan laju reaksi awal dengan konsentrasi substrat ....................
28
........
28
Gambar 13. Diagram alir proses penyiapan substrat
34
Gambar 14. Diagram alir proses imobilisasi enzim
dengan metoda penjeratan .............
37
Gambar 15. Diagram skema sistem Reaktor sinambung
unggun terkemas aliran ke atas yang
digunakan dalam penelitian ini . . . . . . .
39
Gambar 16. Proses produksi sirup fruktosa secara
sinambung dalam reaktor unggun terkemas menggunakan enzim inulinase imobil
41
Gambar 12. Penyajian grafik 1/V
= f(l/S)
Gambar 17. Hubungan antara konsentrasi substrat
dengan laju reaksi awal ..*............
Gambar 18. Grafik hubungan l/[S] dengan 1/V
.....
Gambar 19. Grafik hubungan antara konsentrasi
fruktosa dengan penqgantian volume untuk konsentrasi enzim 2 persen substrat (v/w) ..........................
Gambar 20. Grafik hubungan antara konsentrasi
fruktosa dengan penggantian volume untuk konsentrasi enzim 4 persen substrat (v/w) ..........................
Gambar 21. Grafik hubungan antara derajat konversi dengan waktu tinggal dalam reaktor
Gambar 22. Pola penyerangan rantai tunggal inulinase pada inulin ...................
Gambar 23. Grafik penurunan aktivitas enzim inulinase imobil selama waktu operasi untuk konsentrasi enzim 2 persen substrat (v/w) ...........................
Gambar 24. Grafik penurunan aktivitas enzim inulinase imobil selama waktu operasi untuk konsentrasi enzim 4 persen substrat (v/w) ...........................
Gambar 25. ~ r a f i kperbandingan produktivitas reaktor sinambung unggun terkemas dengan menggunakan enzim imobil pada
konsentrasi enzim 2 persen dan 4 persen substrat (v/w) ..................
Gambar 26. Perbandingan PPE pada reaktor sinambung unggun terkemas untuk konsentrasi enzim 2 persen substrat (v/w) dengan PPE pada reaktor curah ..........
Gambar 27. Perbandingan PPE pada reaktor sinambung unggun terkemas untuk konsentrasi enzim 4 persen substrat (v/w) dengan PPE pada reaktor curah ..........
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
.......
Lampiran
1.
Daftar tata nama dan satuan
Lampiran
2.
Daftar bahan kimia
77
Lampiran
3.
Daftar peralatan
78
Lampiran
4.
Tata cara analisis komponen tepung
umbi dahlia,analisis hasil hidrolisis dan pengukuran aktivitas enzim
79
Perhitungan kadar inulin dalam umbi
dahlia dan penentuan volume enzim
inulinase yang digunakan ..........
85
6a. Data laju reaksi awal proses hidrolisis inulin secara curah menggunakan enzim inulinase imobil
86
Lampiran
Lampiran
5.
................
..................
........
Lampiran
Gb.' Data laju reaksi awal proses hidro-
lisis inulin secara curah menggunaka.n enzim inulinase bebas .........
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
76
86
7a. Data produk yang terbentuk pada hidrolisis inulin dalam reaktor sinambung unggun terkemas menggunakani
enzim inulinase imobil pada konsentrasi enzim 2 persen substrat (v/w)
87
7b. Data produk yang terbentuk pada hidrolisis inulin dalam reaktor sinambung unggun terkemas menggunakan
enzim inulinase imobil pada konsentrasi enzim 4 persen substrat (v/w)
87
Data keadaan tunak hasil hidrolisis
inulin dalam reaktor sinambung unggun terkemas menggunakan enzim inulinase imobil .....................
88
Aktivitas enzim inulinase imobil
untuk beberapa waktu pengambilan
contoh ............................
89
8.
9.
Lampiran
10. Produktivitas reaktor sinambung
unggun terkemas menggunakan enzim
inulinase imobil dengan konsentrasi
2 persen dan 4 persen substrat (v/w)
90
Lampiran lla. Produktivitas penggunaan enzim pada
reaktor sinambung unggun terkemas
menggunakan enzim imobil pada konsentrasi 2 persen substrat (v/w). . .
91
Lampiran Ilb. Produktivitas penggunaan enzim pada
reaktor sinambung unggun terkemas
menggunakan enzim imobil pada konsentrasi 4 persen substrat (v/w). . .
91
I.
A.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ketersediaan akan pemanis, terutama pemanis alami
saat ini sangat kurang.
Dengan hadirnya pemanis buat-
an, malah banyak membawa dampak kurang baik bagi
kon-
sumen.
yang
Sedangkan dua jenis sumber pemanis alami
telah ada saat ini yaitu gula kristal (dari tebu)
gula
cair
(dari pati), sampai saat ini
belum
mencukupi kekurangan akan pemanis tersebut.
dan
dapat
Pada
hun 1990, impor gula kristal dan pemanis lainnya
men-
capai 258 958.05 ton (BPS, 1990). Sedangkan untuk
hun
1991 pemerintah merencanakan impor
2 000 000 ton
yang
begitu
(Kompas, Pebruari 1991).
besar
keseimbangan
disebabkan
karena
gula
ta-
ta-
sebesar
Impor
tidak
yula
adanya
antara konsumsi gula dan produksi
gula,
sehingga pada tahun 1990, Indonesia kekurangan
gula
sebesar 519 800 ton lebih (BPS, 1990).
Produksi
sirup fruktosa dari inulin umbi
dahlia
(Dahlia pinnata Cav.) merupakan satu alternatif
membantu mengatasi kekurangan gula nasional.
untuk
Jika di-
bandingkan dengan gula cair dari pati, maka gula
dari inulin mempunyai beberapa kelebihan yaitu
cair
rende-
men mencapai 90-97 persen (dari pati maksimum 45
per-
sen) dan singkat dalam proses produksinya karena hanya
memerlukan
satu
tahapan proses (dari pati memerlukan
tigz tahapan
proses), dengan demikian dapat
menekan
biaya proses.
Tanaman dahlia di Indonesia sampai saat ini
baru
dibudidayakan untuk diambil bunganya sebagai bunga potong, sedangkan umbinya masih terbuang percuma.
Kan-
dungan inulin yang cukup tinggi pada umbi dahlia
(50-
70 persen,bk), merupakan potensi yang cukup besar
tuk
dimanfaatkan.
diperlukannya
merupakan
ini.
Kemudahan dalam menanam dan
syarat-syarat pertumbuhan
un-
tidak
rumit,
yang
beberapa faktor pendukung budidaya
tanaman
Indonesia sebagai daerah tropis, tampaknya cocok
sebagai daerah budidaya tanaman ini.
Penggunaan enzim imobil sebagai biokatalis reaksi
sampai saat ini telah banyak dipelajari dan
sikan
karena mempunyai banyak
keuntungan
tersebut
diaplika-
keuntungan.
adalah : enzim
dapat
Diantara
digunakan
secara berulang, proses dapat dihentikan secara
cepat
dengan mengeluarkan enzim dari larutan, kestabilan enzim dapat diperbaiki, larutan hasil proses tidak
kontaminasi oleh enzim dan dapat
dipergunakan
tujuan
memperkirakan
analisis, misalnya untuk
tengah enzim dan memperkirakan laju penurunan
tas
(Messing, 1975).
Na-alginat
Metoda
sebagai matriks
penjeratan
pembawa
untuk
umur
aktivi-
menggunakan
banyak
sebagai metoda imobilisasi dalam berbagai
ter-
dipilih
penelitian.
Hal ini dimungkinkan dengan pertimbangan bahwa
metoda
penjeratan mudah dilakukan, murah, aktivitas enzim dapat bertahan lama (lebih stabil) dan lebih aman terhadap pengaruh dari luar (Chibata, 1978).
Reaktor sinambung unggun terkemas berjenis aliran
ke
atas banyak digunakan untuk penelitian pada
Jika dibanding-
laboratorium sampai skala pilot plan.
kan
dengan reaktor sinambung jenis lainnya
CSTR), maka
reaktor unggun terkemas
(misalnya
lebih
Penggunaan sistem sinambung akan memberikan
vitas
curah.
sistem
lebih
tinggi jika dibandingkan
Beberapa
kelebihan lainnya
skala
efisien.
produkti-
dengan
dari
sinambung adalah kontrol secara
sistem
penggunaan
otomatis
dan
operasi mudah, kondisi operasi lebih stabil, biaya lebih rendah dan mudah dalam pengontrolan kualitas
pro-
duk (Chibata, 1978).
B.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan
penelitian ini adalah
untuk
mempelajari
pembuatan sirup fruktosa dari inulin umbi dahlia secara sinambung menggunakan enzim inulinase imobil.
lain
itu juga untuk menentukan pengaruh
laju
dan konsentrasi enzim optimum terhadap hasil
se-
dilusi
hidroli-
sis, mengetahui produktivitas reaktor unggun terkemas,
serta
untuk
mengetahui
inulinase imobil.
stabilitas operasi
enzim
A.
TANAMAN DAHLIA
Dahlia
(Dahlia pinnata Cav.)
merupakan
tanaman
internasional, terdapat pada hampir semua bagian
nia.
du-
Nama dahlia berasal dari nama Professor Andreas
Dahl, yang
sangat berjasa
dalam
mengembangkan
mempopulerkan tanaman ini (Walker, 1954).
tanaman
dan
Popularitas
ini, mungkin disebabkan oleh kenyataan
bahwa
dahlia mudah untuk dibudidayakan dan memberikan
hasil
yang maksimum dengan input yang minimum.
Dahlia meru-
pakan tanaman yang sehat dan kuat, jarang terkena
nyakit.
Musuh serius bagi dahlia adalah musim
pe-
dingin
(kebekuan) (Pizzetti dan Cocker, 1968).
Menurut Pizzetti dan Cocker (1968), dahlia termasuk dalam fam6li Compositae, tanaman berumbi akar
nak
dengan
syarat
matahari langsung.
penanaman
harus
lu-
terkena
sinar
Perbanyakan dapat dilakukan
mela-
lui benih (biji), pernotongan (stek) dan pembagian umbi
akar .
Penyimpanan
umbi akar dahlia hendaknya
memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu seperti dikemukakan
oleh Rockwell (1944).
li, dibiarkan
Setelah umbi akar dahlia
dulu kering di
bawah
selama 4-5 jam sebelum penyimpanan.
sebaiknya
disimpan
sinar
matahari
Umbi akar
pada suhu 40-55Oc
diga-
dahlia
(selama musim
dihgin) di dalam tong atau kertas yang berlapis kertas
koran.
untuk
Tanah boleh dibiarkan tetap melekat pada
mencegah pengeringan.
Gambut
merupakan
dan Derycke (1983), umbi akar' dahlia
mengandung
inulin
(suatu polimer
fruktosa
bahan
Menurut
yang baik untuk penyimpanan umbi akar dahlia.
Vandamme
umbi
banyak
alami).
Hartmann et al. (1989) juga menyatakan bahwa umbi akar
dahlia
hidup
merupakan gudang penyimpanan makanan.
umbi
dari
tanam
sampai
panen
Siklus
tertera
pada
Gambar 1.
B.
INULIN,
POLIMER FRUKTOSA ALAMI
Inulin merupakan suatu polisakarida yang terdapat
pada berbagai tanaman yang termasuk famili
dan
Graminae.
Inulin tersebut ditemukan
Compositae
dalam
umbi
akar dahlia, Jerusalem artichoke, chicory, dandelion,
burdock,
scorzonera dan cardon.
Inulin ini
tersedia
tanaman tersebut sebagai cadangan karbohidrat.
dalam
Nama inulin tampaknya diambil dari nama tanaman
inula
(Alant) dari famili Compositae
genus
(Vandamme dan
Derycke, 1983).
Inulin dan senyawa analog inulin merupakan
fruktan yang
polifruktosa
(Gambar 2) .
mengandung rantai ikatan
dengan 1 unit terminal
linier
glukosa
poli8-2,l
diujung
( 6 8 6 1 ' u u e m 2 l e ~ ) uaued e b b u ~ q
meue? TeTnrn T l e p eTTqep Tqmn snTyTs
'1 l e q m e 3
Sekitar 30 unit fruktosa membentuk satu rantai inulin.
Pada chicory, panjang rantai rata-rata adalah 18
fruktosa dan 1 unit glukosa.
inulin
unit
Rata-rata panjang rantai
beragam sebagai funqsi dari tanaman dan
(Rutherford dan Deacon, 1972).
Inulin
ngandung minimum 30 unit fruktosa, atau
musim
biasanya
me-
dengan
kata
lain derajat polimerisasi (DP) seharusnya 30 atau
bih.
le-
Derajat polimerisasi ini menyebabkan berat mole-
kul inulin mencapai 5400.
Sehubungan dengan
beragam-
nya panjang rantai inulin yang ada, maka berat molekul
inulin
bervariasi antara 3500 sampai
5500
(Vandamme
dan Derycke, 1983) .
Vandamme dan Derycke (1983) juga menyatakan bahwa
inulin tidak larut dalam air dingin, bahkan dalam
yang bersuhu 5 5 O ~inulin hanya larut 5 persen.
air
Inulin
dapat tergumpalkan/ terendapkan dalam campuran etanolair.
um
Inulin juga dapat dihidrolisis dalam suatu medi-
asam pada suhu tinggi (70-80°c).
Enziin
inulinase
menghidrolisis inulin menjadi fruktosa atau oligosakarida lain di bawah kondisi reaksi yang lunak.
INULINASE
Inulinase sebenarnya adalah
R-fruktosidase
dan
bekerja memotong satuan fruktosa dari inulin pada
po-
sisi terminal 0-2,1.
Enzim inulinase ini dapat
longkan
sebagai 2,l-8-D-frukto-fruktanohidrolase
3.2.1.7)
(Vandamme dan Derycke, 1983).
digo(EC
Gambar 2 .
Struktur kimiawi inulin (Vandamme
d a n Derycke, 1983)
Inulinase dengan aktivitas D-fruktosidase ditemukan
dalam tanaman dan dalam mikroba
dan
bakteri).
(kapang, khamir
Inulinase dapat diisolasi
tanaman Jerusalem
artichoke
dan
akar
dari
umbi
chicory
Inulinase yang berasal dari tanaman
dandelion.
menunjukkan
aktivitas degradasi sama
tidak
sekali.
Seba-
liknya, beberapa inulinase dari mikroba mempunyai
tivitas degradasi yang luar biasa.
pang
Steriqmatocytis niyra,
dan
ak-
Inulinase dari ka-
Aspergillus
Penicillium sp., inulinase dari bakteri
awamori,
Lactobacillus
plantarum dan dari khamir Candida kefyr, C.
salmanti-
censis, Kluyveromyces fraqillis, Debaromyces cantarelli
dan
D. phaffii,
degradasi
semuanya menunjukkan
aktivitas
dan termasuk tipe 8-fruktosidase
(Vandamme
dan Derycke, 1983).
Uchiyama et al. (1973) menyatakan bahwa inulinase
dari
Arthrobacter ureafaciens menghidrolisis
menjadi
D-fruktofuranosa-1,2',3'-dianhidrida
jumlah kecil satuan oligofruktosa lainnya.
inulin
dan
se-
Enzim
ini
khusus untuk ikatan R-(2,l) satuan fruktosa dan
makan inulinase 11.
dina-
Sedangkan inulinase I11 yang ber-
asal dari Aspergillus niger 12 biasanya membentuk inulotriosa dan inulopentosa dan hampir tidak
menghidrolisis
terhadap
(Nakamura et al., 1978).
oligomer yang
ada
lebih
aksi
rendah
Snyder dan Phaff (1962) menyatakan bahwa
ase
adalah
enzim ekstraseluler yang
aksi penyerangan rantai tunggal.
kan
inulin-
bekerja
dengan
Selanjutnya
juga bahwa inulinase disebut sebagai
dikata-
grup
enzim
pemecah akhir, sehingga produk hasil hidrolisis semuanya berbentuk monosakarida.
NOVO (1?80), inulinase dari
Menurut
Asperqillus
ficuum mempunyai aktivitas optimum pada suhu 60°c
pada
selang pH
4.5
- 5.0.
Hasil ini didapatkan
percobaan seperti pada Gambar 3 , 4, 5 dan 6.
kubasi
dan
yang disarankan adalah 24 jam,
dari
Masa in-
karena
selama
waktu tersebut telah dapat dicapai tingkat produktivitas yang cukup tinggi, yaitu di atas 90 persen.
linase
Inu-
jenis ini mempunyai pola aksi luar (exo-)
dalam (endo-).
Tetapi lebih dari 80 persen aksi
dan
yang
dilakukan adalah pola luar.
D
.
D-FRUKTOSA
Kerja
inulinase terhadap
D-fruktosa.
inulin
menghasilkan
Barker (1976) menyatakan bahwa
fruktosa
merupakan gula yang mempunyai nilai kemanisan tertinggi
dibandingkan gula-gula komersial
lainnya.
Bila
kristal frukFosa dan sukrosa dibandingkan, maka
fruk-
tosa 1.7-2.0 kali lebih manis dibanding sukrosa.
lam
larutan, beberapa faktor mempengaruhi
kemanisan
fruktosa, termasuk
Da-
intensitas
didalamnya konsentrasi
Gambar 3.
100
-
95
-
90
-
Pengaruh pH terhadap aktivitas
inulinase (NOVO, 1980)
I
I
-.,-
"
, .
-
f
-
% liydrolysis
-\
15% w/w i n u l i n
[pH '4.5
85
-
i
2 4 hours r e a c t i o n
2 i n u l i n a s e uni t s / g
55
2
w
60
1:
-
65
o
C
C>
Gambar 4.
Pengaruh suhu terhadap produktivitas
inulinase (NOVO, 1980)
Gambar 5.
100
90
-
80
-
h;drbly;is
60
-55O
-60'
50
-
40
-
30
-
70
,
,
"
-%
Pengaruh suhu terhadap aktivitas
inulinase (NOVO, 1980)
'
.
2 4 hours r e a c t i o n .
b
.
I
0
Gambar 6.
Pengaruh konsentrasi substrat d a n s u h u
pada hidrolisis inulin (NOVO, 1980)
qula, suhu dan pH.
Kemanisan akan turun bila
konsen-
trasi, suhu dan keasaman meninqkat.
Ditinjau dari sudut kimia, fruktosa adalah
sakarida yanq mempunyai sebuah struktur keto.
fruktosa
mempunyai
konfiqurasi
mono-
Kristal
R-D-fruktopiranosa.
Kristal fruktosa ini bersifat anhidrida, dan ini merupakan
satu-satunya
Lima
bentuk
dapat
bentuk
isomerik
kristal
yanq
fruktosa telah
diketahui.
diketahui yang
salinq beralih bentuk denqan cara mutar rotasi.
Persentase distribusi isomer mutar rotasi D-fruktosa
pada 2 0 O ~adalah
28.0-31.6
untuk
68.4-76.0
8-furanosa dan
untuk
4
B-piranosa,
untuk
a-piranosa
(Barker,1976). Struktur kimiawi fruktosa dapat
dili-
hat pada Gambar 7.
Fruktosa merupakan qula yanq sanqat higroskopis,
karena sanqat mudah menyerap air dari udara.
~arutan
fruktosa paling stabil pada pH 3.3 dan kestabilan
tidak terqantung pada suhu dan konsentrasi.
merupakan
qula
komersial yanq paling
ini
Fruktosa
reaktif
dalam
makanan.
Fruktosa merupakan qula yanq aman baqi
diabetes.
Fruktosa juqa kuranq kariogenik
penderita
dibandinq-
kan sukrosa, dapat menutupi rasa pahit ("after bittertaste") dari sakarin, dan lebih mudah larut
dibandinq
Gambar 7.
Struktur kimiawi fruktosa (Vandamme
dan Derycke, 1983)
Menurut
Doty dan ~anninen (1979),gula fruktosa
mempunyai tingkat kemanisan 1.5-2.0 kali tingkat kemanisan sukrosa.
fruktosa
Dengan kelebihan ini, maka
diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan pemasok
utama
untuk industri di Indonesia.
Selain itu, fruktosa juga tidak menimbulkan
pahit seperti halnya pemanis buatan.
rasa
Dengan kemanisan
yang tinggi ini, maka gula fruktosa akan sangat berguna bagi industri yang membutuhkan pemanis sebagai
han
baku untuk menghasilkan produk dengan
mutu
dan
bahan baku yang lebih hemat (Doty dan
babaik
Vanninen,
1979).
Fruktosa akhir-akhir ini banyak diproduksi secara
hidrolisis
enzimatik.
Proses hidrolisis
secara
en-
zimatik ini banyak memberikan keuntungan, karena tidak
I
menimbulkan dampak yang mencemari lingkungan.
Selain
itu enzim mempunyai cara kerja yang spesifik.
E.
IMOBILISASI ENZIM.
Enzim terimobilisasi didefinisikan sebagai
yang
secara fisik ditempatkan dalam suatu ruang
enzim
ter-
tentu dengan tetap memiliki aktivitas katalitiknya dan
dapat
digunakan
secara berulang atau
(Chibata, 1978).
kali
diajukan
pada
terus
Istilah enzim imobil
ini
menerus
pertama
Konferensi I Rekayasa Enzim pada
tahun 1971.
seperti
Sebelum itu digunakan
berbagai
istilah
enzim tidak larut air ("water insoluble
en-
zyme"), enzim terjerat ("trapped enzyme"), enzim tetap
("fixed enzyme") dan enzim yang didukung oleh
matriks
("matrix-supported enzyme").
1. ~ l a s i f i k a s iMetoda Imobilisasi
Menurut
Chibata
(1978), secara
garis
besar
metoda imobilisasi enzim dapat dikelompokkan menjadi tiga katagori, yaitu :
a. Metoda
itu
er")
ikatan pembawa ("carrier binding"),
pengikatan enzim pada zat pembawa
yang
tidak larut air, dengan
ya-
("carri-
jalan
pen-
jerapan fisik, ikatan ionik atau ikatan kovalen.
b. Metoda
ikatan
ikatan silang ("cross linkingu), yaitu
silang antara molekul enzim
dengan
pe-
reaksi dua fungsi atau multi fungsi.
c. Metoda
penjeratan ("entrapping"), yaitu
patkan enzim ke dalam kisi-kisi suatu
menem-
gel/manik
semipermiabel atau melingkupi enzim dengan suatu
membran
polimer
semipermiabel.
Ada
dua
tipe
metoda penjeratan ini, yaitu tipe kisi dan
tipe
mikrokapsul.
Untuk
lebih
jelasnya, klasifikasi
imobilisasi sel atau enzim dapat dilihat pada
bar 8 dan Gambar 9.
metoda
Gam-
-
Metoda imobilisasi sel atau enzim
I
ikatan zat pembawa
ikatan silang
("carrier binding") ("cross linking")
I
penjera- lkatan
ion
pan fisik
Gambar 8.
ikatan
kovalen
penjkratan
("entrapping")
I
jenis
kisi.
jenis
mikrokapsul
Klasifikasi metoda imobilisasi sel
atau enzim (Chibata, 1978)
metoda ikatan zat pembawa
("carrier binding")
metoda ikatan silang
("cross linking")
jenis kisi
jenis mikrokapsul
Gambar 9.
Skema imobilisasi sel atau enzim
(Chibata, 1978)
Buckle
et al. (1985) mengatakan bahwa
imobilisasi dapat
dilakukan
dengan
teknik
menggunakan
polisakarida k-karagenan alami dan kalsium
alginat
dan dibuktikan telah banyak berhasil.
Chibata (1978) menyatakan bahwa metoda
penje-
ratan merupakan
metoda yang dapat
dipakai
mengimobilisasi
banyak enzim karena
tata
mudah
dan
dilakukan
pada
caranya
kondisi
lunak.
Metoda penjeratan ini berbeda dengan metoda
ikatan
kovalen
dapat
untuk
dan ikatan silang dimana enzim tidak
ikat pada matriks gel atau membran.
dapat
ter-
Beberapa bahan
digunakan untuk melakukan imobilisasi
enzim
dengan metoda penjeratan seperti pati, bubuk
"kon-
jak", k-karagenan, poliakrilamida, asam
poliakri-
lat, polivinil alkohol, polivinil pirolidon, silika
resin dan polietilen glikol-dimetakrilat untuk tipe
kisi dan nilon, poliuresa, polistiren,
etilselulo-
sa, nitroselulosa dan kolodion untuk tipe mikrokapSUl.
2. Natrium Alginat
Laskin (1985) menyatakan bahwa alginat
polimer
gabungan dari D-mannuronate dan
nate yang digabung oleh ikatan 1,4.
adalah
L-guluro-
Dalam
keadaan
larutan, bentuk gel ini relatif stabil dalam multivalen
kation
ca2+, ~
a dan
~ +~ 1 ~ + .Konsentrasi
alginat
tergantung dari persiapan
biasanya 2-5 persen (w/w).
(1989) mengatakan
si
alginat
contoh,
tetapi
Liesbetini dan
Nastiti
bahwa dari tiga macam konsentra-
yang digunakan yaitu 1.0
persen,
persen dan 2.0 persen (w/v), ternyata
1.5
konsentrasi
alginat 1.0 persen (w/v) memberikan tingkat produktivitas
tertinggi.
ngatakan
bahwa kerugian dari tipe gel
kebutuhan
gel.
Selanjutnya Laskin (1985) me-
akan multivalen kation untuk
ini
adalah
stabilitas
Umumnya digunakan kalsium (ca2+) dengan
sentrasi
5-10 mM dalam medium.
di
dalam medium terdapat
jika
Terdapat
masalah
pospat.
demikian, kalsium memungkinkan untuk
kon-
Meskipun
mengembalikan
matriks penjerat di bawah kondisi yang lunak.
ini
dapat
dilarutkan
dengan
menambah
Gel
"calcium
chelating" (seperti EDTA atau sitrat) kemudian
zim atau sel yang terjerat dikeluarkan.
Na-Alginat
sebagai bahan pembawa,
Penggunaan
telah
dipakai
khalayak dan memberikan hasil yang cukup
oleh
en-
me-
muaskan.
3.
Perubahan Sifat Enzim Terimobilisasi
Enzim terimobilisasi mempunyai aktivitas
lebih
yang
rendah dibandingkan enzim bebas.
yang
Aktivitas
lebih rendah tersebut disebabkan adanya
tahanan difusi sehingga bertemunya substrat
efek
dengan
enzim menjadi terhambat. Tahanan difusi terbagi dua
bagian yaitu difusi eksternal dan internal.
eksternal disebabkan
larutan besar ke
pisan
batas air.
Difusi
adanya transpor substrat dari
permukaan biokatalis melalui
la-
Difusi internal disebabkan
sub-
strat harus berdifusi masuk ke bagian dalam
manik
enzim terimobilisasi (Klibanov, 1983).
Adanya beberapa kelemahan seperti berkurangnya
aktivitas
enzim, maka Klibanov (1983) menyarankan
agar ukuran gel (manik) diperkecil, mengoptimumkan
struktur
naikkan
geometri biokatalis terimobilisasi,
konsentrasi substrat, menaikkan
me-
porositas
dan mengoptimumkan distribusi biokatalis.
Jika enzim terikat oleh penyangga ("support"),
maka aktivitas enzim dapat menurun.
ta
(1978), ha1 ini disebabkan oleh
Menurut Chibabeberapa
ha1
seperti :
a. Molekul enzim terimobilisasi berada dalam konfigurasi
yang menghalangi substrat masuk ke
sisi
aktif enzim
b. Grup reaktif pada sisi aktif enzim mungkin dilibatkan dalam pengikatan dengan penyangga
c. Molekul
enzim
selama pengikatan
konfigurasi inaktif
berada
dalam
dan
d. Kondisi reaksi pengikatan mungkin
denaturasi atau inaktivasi enzim.
mengakibatkan
Temperatur dan pH optimum enzim terimobilisasi
dapat berubah atau tetap tergantung sifat enzim dan
sifat
bahan
pengikat
enzim
tersebut.
(1971) di dalam ~artigue(1975) telah
50 enzim terimobilisasi.
Melrose
mempelajari
Diantara ke 50 enzim ter-
imobilisasi tersebut, 30 diantaranya mempunyai stabilitas panas yang lebih tinggi, 4 enzim
stabilitas
mempunyai
lebih rendah dan 12 enzim lainnya
mem-
punyai stabilitas panas sama seperti enzim bebas.
said
memberikan
(1987) menyatakan bahwa
beberapa
keuntungan,
imobilisasi
diantaranya
enzim
adalah
sebagai berikut :
1. Stabilitas enzim diperbaiki
2. Dapat dibuat untuk tujuan.khusus
3. Operasi dapat berlangsung sinambung, sehingga lebih
praktis
4. Reaksi membutuhkan ruangan yang lebih kecil
5. Kemurnian enzim lebih tinggi dan jumlah produk yang
lebih baik dapat dicapai
6.
Kontrol reaksi lebih baik dan
7. Penyelamatan sumber daya alam dengan populasi lebih
rendah dapat diperoleh.
F.
REAKTOR SINAMBUNG UNGGUN TERKEMAS
Reaktor sinambung unggun terkemas ("Packed Bed")
termasuk
jenis reaktor alir sumbat atau "Plug
Flow".
Tiga
jenis
reaktor sinambung unggun
terkemas
aliran ke atas, aliran ke bawah dan daur ulang
banyak
Dalam
digunakan
untuk imobilisasi enzim
yaitu
paling
atau
sel.
hubungannya dengan reaktor ini, yang perlu
di-
perhatikan adalah batas tekanan yang melalui kolom dan
pengaruh
dimensi
kolom
terhadap
kecepatan
reaksi
(Chibata, 1978).
Selanjutnya Chibata (1978) menyatakan bahwa untuk
penerapan
pada skala industri, aliran
strat adalah penting.
kecepatan
jika
langsung
sub-
Pada imobilisasi aminoacylase,
reaksi pada kolom aminoacylase adalah
sama
menggunakan jenis reaktor aliran ke atas ataupun
aliran
ke
bawah.
(1978) bahwa
Tetapi
ditegaskan
bagaimanapun juga, dalam
oleh
Chibata
banyak
reaktor jenis aliran ke bawah menyebabkan
kasus
pemampatanl
penekanan manik enzim dalam kolom sehingga reaktor jenis
aliran ke atas lebih umum digunakan untuk
tri.
Lebih jauh lagi, ketika gas
reaksi
diproduksi
enzimatik, maka reaktor jenis aliran
indusselama
ke
atas
cocok untuk digunakan.
Pada sistem reaktor sinambung, penting untuk
kontrol bahwa kondisi tunak didapatkan dengan
di-
menggu-
nakan variasi konsentrasi substrat dan laju alir.
Ini
menunjukkan
de-
bahwa penentuan jumlah produk adalah
ngan variasi interval waktu.
sentrasi
produk
konstan,
Pada kondisi tunak, konbersamaan
dengan itu pula
reaktor aliran ke atas
reaktor aliran ke bawah
'-t
reaktor dengan daur ulang
Gambar 10.
en is
reaktor sinambung unggun terkemas
inaktivasi
enzim imobil tidak terjadi.
Tingkat
kon-
versi dapat ditentukan pada kondisi tunak ini (Cho et
al., 1982).
1. Faktor Dimensi Xolom
Perbandingan
antara tinggi kolom dengan
meter
kolom (HID) mempengaruhi konstanta
(k).
Konstanta
kecepatan
Tetapi
spesifik
dekomposisi
pengaruh
didefinisikan
kompleks
dia-
spesifik
sebaqai
enzim-substrat.
H/D tidak linier, ha1
ini
dapat
dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1.
Pengaruh dimensi kolom terhadap
konstanta spesifika
-
-
H/ D
konstanta spesifik (k)
59.1 + 1.5
62.5 + 0.9
61.7 2 1.8
61.0 + 0.3
1.5
,
4.1
7.1
21.4
Menurut
litiannya
dingan
Kim
dengan
et a1.(1982), dari
menggunakan tiga
HID yaitu 3.9, 10.3 dan
bahwa H/D
=
hasil
macam
21.3,
pene-
perban-
disimpulkan
10.3 memberikan hasil yang optimal.
2. Faktor Xecepatan Alir
Chibata (1978) menyatakan bahwa kecepatan alir
substrat
akan
mempengaruhi
kecepatan
penurunan
aktivitas.
Penurunan aktivitas bergantung pada wak-
tu alir, bukan pada volume alir, sebab volume
adalah seragam pada setiap bagian kolom.
aktivitas
enzim pada setiap
tidak seragam.
bagian
alir
Penurunan
dalam
kolom
Beberapa penyebabnya adalah :
a. Perbedaan stabilitas antara larutan "bulk"
(be-
sar) dengan larutan produk
b. Pencemaran
enzim oleh racun yang
berasal
dari
larutan substrat
c. Penstabil enzim yang semakin melemah
d. Enzim yang bersangkutan semakin lemah
e. Adanya
denaturasi tidak balik
("irreversible")
enzim karena temperatur terlalu tinggi atau terjadi perubahan temperatur reaksi.
3.
Faktor Ukuran ManiX
Bentuk enzim/sel imobil diklasifikasikan
jadi
empat
tipe yaitu manik
(film, plat),
(partikel),
pipa dan serat.
Namun
men-
membran
kebanyakan
dibuat dalam bentuk manik dengan pertimbangan mudah
ditangani, zat pembawa yang cocok untuk imobilisasi
secara
komersial
umumnya
tersedia
dalam
bentuk
manik, luasan bentuk manik lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi (Chibata, 1978).
Liesbetini dan Nastiti (1989) mengatakan bahwa
tahapan
utama
dalam penggunaan
sel/enzim
imobil
adalah pertemuan antara substrat dengan
dalam manik imobilisasi.
lis
biokatalis
~ a j ureaksi yang
oleh biokatalis dipengaruhi
oleh
dikata-
konsentra%i
substrat dan produk yang dihasilkan, tahanan difusi
eksternal
eksternal.
dan internal serta tahanan pindah
massa
Salah satu faktor penting yang
harus
diperhatikan adalah ukuran manik.
Dari
penelitian
yang telah dilakukan, penggunaan ukuran manik
lebih kecil (0.5-2.0 mm) memberikan nilai
yang
konversi
lebih tinggi bila dibandingkan dengan ukuran
yang lebih besar (4.0-4.5 mm).
Menurut
manik
Liesbetini
dan Nastiti (1989) ha1 ini disebabkan karena
kin kecil ukuran manik, tahanan difusi dari
kaan
manik sebagai membran semipermeabel
Disamping
banyak,
semapermu-
menurun.
itu jumlah manik yang tersentuh
dengan demikian kemungkinan proses
semakin
perte-
muan antara substrat dengan biokatalis semakin
sar sehingga konversi substrat menjadi produk
beakan
semakin tinggi.
Secara umum kelebihan sistem sinambung dibandingkan sistem curah adalah (Chibata, 1978):
1. Kontrol secara otomatis dan operasi mudah
2. Kondisi operasi lebih stabil
3. Biaya lebih rendah
4. Mudah dalam pengontrolan kualitas produk.
G.
PENENTUAN PARAMETER KINETIKA REAKSI ENZIMATIK
Teknik
cara p e n e n t u a n
tata
parameter
kinetika
r e a k s i e n z i m a t i k banyak d i t e l i t i o l e h B a i l e y dan O l l i s
(1977).
R e a k s i e n z i m a t i s u n t u k s a t u s u b s t r a t , model k i n e t i k a n y a m e n g i k u t i model M i c h a e l i s M e n t e n .
Dalam s u a t u
r e a k s i sederhana :
mempunyai l a j u r e a k s i :
Aiba e t a l .
jadi
(1973)
menurunkan
:
dengan :
Vmaks
=
k+2(ETS)
k-1
+
k+2
p e r s a m a a n d i a t a s men-
Jika digambar antara konsentrasi substrat
laju
reaksi awal akan didapatkan hasil
dengan
seperti
pada
Gambar 11.
[substratl
Gambar 11.
Hubungan laju reaksi awal dengan
konsentrasi substrat
Untuk mendapatkan nilai Vmaks (laju reaksi maksimum
dan Km (konstanta Michaelis Menten)
maka
dibuat
hubungan linier Lineweaver dan Burk sebagai berikut :
1/V = (Km/Vmaks) x 1/S
+
l/Vmaks . . . . . . . . . . . . . ( 5)
dan jika digambar, akan didapatkan hasil sebagai berikut:
Gambar 12.
Penyajian grafik l/V = f (11s)
(Lineweaver dan Burk)
Reaktor unggun terkemas termasuk salah satu jenis
reaktor piston.
Model aliran dalam reaktor dapat
di-
gambarkan sebagai berikut :
Dengan
trasi
pergerakan piston dalam reaktor,
S menurun secara terus menerus.
pada dV dapat dituliskan sebaqai berikut
Neraca
-
Vmaks
=
=
1/D
Km In S/So
=
:
:
Bila derajat konversi, X
Z = V/Q
bahan
:
Dengan memasukkan persamaan Michaelis Menten
inteqrasi menghasilkan
konsen-
=
+ (S - So)
......... (10)
(So - S)/So, didapatkan
waktu tinggal dalam reaktor
Untuk
hidrolisis
didekati dari
sinambung, laju
dilusi
:
Vmaks - Dmaks
.............................(12)
Oleh karena itu, selang laju dilusi dapat
oleh
dengan
dapat
mengambil selang laju
dilusi
diper-
di
bawah
untuk
dapat
Dmaks'
Cho
et al. (1982) mengatakan bahwa
memperoleh konsentrasi produk tetap, maka harus dibuat
kondisi
tunak, dan produk diambil pada keadaan
tersebut.
tunak
Untuk mencapai keadaan tunak seperti
ini,
dapat dilakukan dengan mengatur laju alir tetap.
Guna mendapatkan parameter kinetika reaksi, Media
(1991) menggunakan 4 macam konsentrasi substrat, yaitu
9.10 persen, 10.63 persen, 12.75 persen dan 15.94 persen
(w/v).
delapan
yang
Pengambilan
contoh
dilakukan
kali selama waktu reaksi 24 jam.
diperoleh menyebutkan bahwa
sampai
sebanyak
Kesimpulan
konsentrasi
substrat tertinggi, belum dicapai keadaan tunak.
rannya
yang
Dengan
strat
adalah
perlu digunakan
konsentrasi
substrat
lebih tinggi lagi untuk mencapai keadaan
konsentrasi enzim 1 persen dan 2
(v/w), hasil yang dicapai lebih
tunak.
persen
tinggi
Sa-
subdengan
menggunakan konsentrasi enzim 2 persen substrat (v/w).
111.
A.
METODOLOGI
BAHAN DAN ALAT
Bahan
baku
yang digunakan
adalah
umbi
dahlia
(Dahlia pinnata Cav.) yang diperoleh dari daerah
Gis-
ting, Lampung Selatan.
Bahan kimia yang diperlukan, meliputi bahan kimia
untuk
analisis tepung umbi akar dahlia,
bahan
kimia
untuk produksi sirup fruktosa, serta bahan kimia untuk
analisis hasil hidrolisis.
yang
digunakan
Bahan kimia
dalam penelitian ini
selengkapnya
disajikan
pada
Lampiran 2.
Enzim yang digunakan untuk hidrolisis inulin adalah
inulinase (Novozym 230) dari
kapang
Aspergillus
ficuum, yang berasal dari PT. Sufra Incomer, Perwakilan NOVO Jakarta.
Sedangkan Natrium Alginat yang dipa-
kai berasal dari SIGMA (jenis "medium viscosity").
Peralatan yang digunakan meliputi peralatan untuk
produksi
sirup fruktosa dan peralatan untuk
hasil hidrolisis.
analisis
Daftar peralatan selengkapnya
yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 3.
B.
WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian
ini
dilakukan
selama
empat
terhitung sejak bulan Juni sampai bulan Oktober
bulan,
1991.
Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah
Laboratorium Bioindustri, Pusat Antar Universitas Bioteknologi-IPB, Laboratorium pada JuKusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, serta Bangsal Percontohan
Pengo-
lahan Hasil Pertanian (BPPHP).
C.
METODA PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan, yaitu
Peneli-
penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
tian pendahuluan dilakukan untuk menganalisis beberapa
komponen penyusun tepung umbi dahlia, mengukur aktivitas
laju
enzim
inulinase serta untuk
dilusi
menentukan
kisaran
dan konsentrasi substrat
(inulin) yang
akan digunakan dalam penelitian utama.
Selain itu da-
lam penelitian pendahuluan juga dipelajari teknik
sain
di-
reaktor serta penentuan ukuran manik enzim
imo-
bil. Tata cara analisis tepung umbi dahlia serta pengukuran
aktivitas inulinase terdapat pada Lampiran 4.
Pada penelitian utama dilakukan hidrolisis dengan
laju
dilusi dan konsentrasi substrat yang
dari penelitian pendahuluan.
didapatkan
Kondisi proses
lainnya,
seperti suhu 60°c dan pH 4.5 berasal dari kondisi
timal penelitian sebelumnya dan menurut pustaka.
opAna-
lisis yang dilakukan berupa pengukuran perolehan sirup
fruktosa
dan aktivitas enzim inulinase
imobil
untuk
beberapa selang waktu selama proses berlangsung.
analisis hasil hidrolisis terdapat pada
cara
Tata
Lampir-
an 4.
D.
TATA LAKSANA
Umbi
dahlia yang akan
digunakan
terlebih
dicuci sampai bersih kemudian dikupas dan
dahulu
iris
akar
menggunakan pisau stainless steel.
di-
Selanjutnya
umbi yang telah teriris tipis dikeringkan di bawah sinar matahari untuk mengurangi bobot kandungan
airnya.
Baru kemudian dilakukan pengeringan dengan oven bersuhu
50-60°c.
mudah
Pengeringan dihentikan jika
dipatahkan.
Irisan umbi kering
umbi
ini
telah
kemudian
digiling menggunakan "Cutter-Mill" dengan saringan
mesh.
Tepung
digunakan
tepung
umbi dahlia yang
diperoleh,
untuk analisis beberapa
umbi
komponen
dahlia (inulin, protein, abu
40
sebagian
penyusun
dan
Yang lainnya digunakan sebagai bahan baku proses.
air).
Un-
tuk membuat substrat (inulin) harus dilakukan ekstraksi inulin dari tepung umbi dahlia dengan cara melarutkan tepung umbi dahlia dalam air bersuhu 80-90°c selama 3 0 menit.
Luluhan ("slurry") ini kemudian disaring
dan diambil filtratnya.
jadikan
Filtrat ini yang nantinya di-
sebagai substrat.
Bagan alir penyiapan
strat, disajikan pada Gambar 13.
sub-
%--)
Umbi Dahlia
r-7
Perajangan
Pengeringan dengan Sinar
Matahari 3-4 jam
4
~ e n g e r i n g a nden an Oven
Suhu 50-60 C
(
C
Irisan Umbi Kering
i
Penggilingan,40 mesh
(
Tepung Umbi Dahlia
)
Pelarutan dengan Air
suhu 80-90°c, 30 mnt
Siap Pakai
Gambar 13.
Diagram alir proses penyiapan substrat
Enzim
tasnya.
inulinase disiapkan untuk
Pengukuran
Metoda
DNS
dilakukan
dengan
Jumlah
diukur dengan Metoda Lowry
protein
Setelah
diketahui
dengan
aktivi-
(Dinitro Salycylic Acid).
sebagai
pembuatan
aktivitas ini
diukur
aktivitasnya, kemudian
enzim imobil menggunakan metoda
matriks penjerat Natrium-Alginat.
enzim
et
al..
dilakukan
penjeratan
Kehilangan
enzim akibat imobilisasi dapat diketahui dengan
meng-
ukur jumlah enzim yang terlepas dari manik enzim
bil.
imo-
Jumlah enzim yang terjerat diketahui dengan
me-
ngurangkan jumlah enzim yang terlepas dari jumlah
en-
zim total.
Pembuatan
enzim imobil dilakukan dengan
pompa peristaltik
untuk menyeragamkan
bantuan
ukuran
manik.
Untuk membentuk ukuran tersebut digunakan selang kecil
dengan berbagai ukuran yaitu untuk diameter manik
mm, 2.3 mm dan 3.3 mm.
Pertama kali larutan
1.4
Na-Algi-
nat 1 persen (w/v) disiapkan dengan melarutkannya
lam air mendidih sampai semua Na-Alginat larut.
lah
dingin,
Sete-
enzim dicampurkan dan diaduk merata
ngan pengaduk magnetik.
da-
de-
Campuran Enzim-Na-Alginat ini
dilalukan pada pompa peristaltik, dan keluaran
ditam-
pung pada wadah yang berisi CaC12 0.05 M sambil diaduk
dengan
pengaduk magnetik.
terbentuk
untuk
Kemudian manik-manik
yang
direndam dalam CaC12 0.05 M selama 1-2
mengeraskan manik.
Manik-manik
dicuci
jam
dengan
buffer
asetat sebanyak dua kali, dan hasil
dimasukkan
berisi
ke dalam wadah penampung manik-manik
larutan
terbentuk,
cuciannya
CaC12.
Dari tiga ukuran
manik
yang
dilakukan pengukuran aktivitas enzim
inu-
contoh untuk
linase
imobil dengan metoda DNS.
ukuran
jumlah enzim yang terlepas dari manik,
oleh
dari
yang
wadah penampung
manik-manik
yang
pengdiperberisi
CaC12.
Pada penelitian pendahuluan dilakukan
inulin
secara
air) yang
curah.
hidrolisis
Konsentrasi tepung
digunakan adalah
1 : 9
(tepung
1 : 6,
:
1 : 4,
1 : 3, 1 : 2 dan 1 : 1.5 yang sesuai dengan konsentra-
si
substrat (inulin) 3.30 persen, 9.38 persen,
persen,
16.43 persen, 21.90 persen dan
(wjv).
Konsentrasi
persen
substrat
enzim yang
(vjw).
26.28
digunakan
Menurut
13.14
persen
adalah
Media
2
(1991),
konsentrasi enzim 2 persen substrat (vjw) menghasilkan
rendemen
yang lebih tinggi
dibandingkan
konsentrasi
enzim 1 persen substrat (v/w).
Pengambilan contoh
dilakukan
setiap
tiga
jam
Variasi penggunaan substrat dan
waktu
pengambilan contoh dimaksudkan untuk mengetahui
para-
selama 24 jam.
meter kinetika reaksi yaitu Vmaks (laju reaksi
maksi-
mum) dan Km (konstanta Michaelis Menten) untuk digunakan
sebagai acuan penentuan kisaran laju
dilusi
konsentrasi substrat pada hidrolisis sinambung.
dan
y
/
Inulinase
(Novozym 230)
)
I
Pencampuran
~ m o b i l i s a s idalam
CaC12 1-2 jam
.i
Pencucian Manik-manik
dengan Buffer Asetat
'7
Penyaringan
C
Campuran
CaClz dan Enzim
Pengukuran Junlah Enzim
yang Terlepas dari Manik
Gambar 14.
Diagram alir proses imobilisasi
enzim dengan metoda penjeratan
Parameter kinetika reaksi didapatkan dengan menggambarkan data konsentrasi fruktosa yang terbentuk dengan waktu pengambilan contoh, kemudian dengan
persa-
maan Lineweaver Burk akan didapat nilai VXaks dan
Kisaran
'rnaks
laju
dilusi
ditentukan
dengan
Km.
menganggap
-
- Dmaks.
~enelitian utama dilakukan dengan sistem
bung
menggunakan
reaktor sinambung
unggun
sinam-
terkemas
(seperti pada Gambar 15) dengan biokatalis enzim
linase
imobil.
Volume reaktor yang
terisi
inu-
substrat
sebesar 230 ml dari 550 ml volume reaktor total.
Hi-
drolisis dilakukan dengan menggunakan empat macam laju
dilusi yaitu 0.20/jam, O.lO/jam, O.OS/jam dan 0.04/jam
serta dua macam konsentrasi enzim yaitu 2 persen
dan
4 persen substrat (v/w). Hidrolisis dimulai dari laju
dilusi tertinggi dengan lama reaksi sebanyak tiga kali
I
waktu
tinggal dalam reaktor untuk masing-masing
dilusi.
Pengambilan contoh dimulai pada
tinggal kedua.
pat
buah
dengan
tama,
untuk setiap waktu
merupakan
pada
waktu
tinggal
waktu pengkondisian
awal waktu tinggal
keadaan
kedua,
em-
reaktor
per-
tunak,
diharapkan
Data keadaan tunak dari
laju dilusi diambil darj
waktu pengambilan contoh.
dalam
Selama waktu tinggal
keadaan tunak telah tercapai.
setiap
awal
Jumlah contoh yang diambil adalah
selang waktu sama.
sehingga
laju
Substrat
Pompa Peristaltik
Wadah Substrat
Gambar 15.
Diagram skema sistem reaktor sinambung
unggun terkemas jenis aliran k e atas
yang digunakan dalam penelitian ini
Substrat (inulin) dialirkan ke dalam reaktor dari
wadah
substrat dengan
bantuan
pompa
peristaltik.
Kecepatan pengaliran diatur dari volume kecepatan pada
pompa.
Dalam waktu yang bersamaan, maka
luarkan produk dari reaktor.
akan
dike-
Produk yang keluar diam-
bil dan langsung dilakukan pemucatan yaitu dengan
pe-
nambahan arang aktif 1.5 persen (w/v), dipanaskan pada
suhu
ring.
80-90°c selama 15 menit.
disa-
Pemucatan secara langsung ini dimaksudkan untuk
menginaktifkan
enzim
Kemudian contoh
imobil
enzim yang mungkin tercuci dari
manik
sehingga terikut dengan produk.
Untuk
menjernihkan produk dari bahan-bahan
terlarut, maka
ditambahkan
setengah
Kemudian
atau
beberapa tetes Pb-asetat
produk dinetralkan dengan
basa.
basa.
menambahkan
Konsentrasi produk diukur
spektroskopi menggunakan Metoda DNS.
dengan
asam
teknik
Diagram
proses produksi sirup fruktosa secara sinambung
alir
disa-
jikan pada Gambar 16.
Untuk
mengetahui penurunan
aktivitas
imobil, dilakukan pengukuran aktivitas
enzim
setiap 3 0 jam reaksi selama total waktu reaksi.
enzim
imobil
Seba-
nyak 15 manik enzim imobil diambil dan dianalisis
tivitisnya menggunakan Metoda DNS.
Lama waktu
ak-
peng-
ukuran adalah 20 menit. Kemudian dari hasil pengukuran
aktivitas tersebut
dihitung persentase penurunan
tivitasnya.
telah menurun
Jika
sebesar
50
ak-
persen
(sebesar umur tengah) atau lebih, maka manik-manik enzim imobil harus diganti.
Substrat rnuiin
Enzim Imobil
1.
Pemasukan ke
dalam reaktor
4
Pengaturan Laju Dilusi
~idrolisisdalam Reaktor Unggun Terkemas
60°c, p H 4.5 Selama 3 Kali Waktu
Tinggal Dalam Reaktor
1 Pengambilan Contoh 1
Pemucatan, Arang Aktif 1.5 %
80-90°c, 15 mnt
rPenyaringan
-l
i
Kotoran
Larutan Bersih
Penambahan Pb-asetat
Setengah Basa
a
Penetralan
( Larutan Jernih )
Gambar 16.
Proses produksi sirup fruktosa secara
sinambung dalam reaktor unggun terkemas
menggunakan enzim inulinase imobil
IV.
A.
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN PENDAHULUAN
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk
mengukur
kadar komponen penyusun bahan baku, mengukur aktivitas
enzim bebas, menentukan ukuran manik enzim imobil dan
selanq laju dilusi (Dilution rate
menentukan
=
D).
1. Analisis Tepung Umbi Dahlia
Hasil analisis tepung umbi dahlia
untuk
menjadi
dasar
proses
dimaksudkan
selanjutnya.
Hasil
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
~ a s i lanalisis beberapa komponen tepung
umbi dahlia
Komponen
Kadar (persen, bk)
Air
Abu
Protein
Inulin
Bahan-bahan lain
(Selulosa, lemak, dll)
2. Analisis Aktivitas Enzim dan Penentuan Ukuran Manik
Hasil
bahwa
analisis
enzim
aktivita