14 2 Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
bertujuan untuk mewujudkan kondisi : a. andal dan aman bagi instalasi;
b. aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya; dan c. ramah lingkungan.
3 Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi :
a. pemenuhan standardisasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik; b. pengamanan instalasi tenaga listrik; dan
c. pengamanan pemanfaat tenaga listrik.
4 Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki SLO. 5 Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan Standar
Nasional Indonesia. 6 Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat
kompetensi. 7 Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan, SLO, Standar Nasional
Indonesia, dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 4, ayat 5 dan ayat 6 dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 40
1 Pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan telekomunikasi, multimedia, dan informatika hanya dapat dilakukan sepanjang tidak menggangu
kelangsungan penyediaan tenaga listrik. 2 Pemanfaatan jaringan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya
dapat dilakukan dengan persetujuan pemilik jaringan tenaga listrik. 3 Pemanfaatan jaringan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilakukan berdasarkan izin pemanfaatan jaringan tenaga listrik yang diberikan oleh Bupati.
4 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan jaringan te naga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur sesuai ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua Lingkungan Hidup
Pasal 41
Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Peraturan Perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.
BAB XII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 42
1 Bupati dibantu oleh Dinas Teknis melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha penyediaan tenaga listrik dan usaha penunjang tenaga listrik.
2 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dalam hal :
a. penyediaan dan pemanfaatan sumber energi untuk pembangkit listrik; b. pemenuhan kecukupan pasokan tenaga listrik;
c. pemenuhan aspek perlindungan lingkungan hidup; d. pemenuhan persyaratan keteknikan;
e. pemenuhan persyaratan perizinan;
15 f. penerapan tarif tenaga listrik;
g. pemenuhan tingkat mutu dan keandalan penyediaan tenaga listrik; h. pemenuhan mutu jasa yang diberikan oleh usaha penunjang tenaga listrik;
i. pemenuhan aspek perlindungan konsumen; j. pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri; dan
k. penggunaan tenaga kerja asing.
3 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dapat dilakukan dengan cara : a. melakukan inspeksi lapangan;
b. meminta laporan pelaksanaan usaha di bidang ketenagalistrikan; c. melakukan penelitian dan evaluasi atas laporan pelaksanaan usaha di bidang
ketenagalistrikan; dan d. memberikan sanksi administrasi terhadap pelanggaran ketentuan perizinan.
4 Pengawasan keteknikan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf d, dilakukan oleh Inspektur Ketenagalistrikan.
BAB XIII PENYIDIKAN
Pasal 43
1 Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
2 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah Pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
3 Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang ketenagalistrikan;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut; f.
meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan;
g. menyuruh berhenti danatau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, danatau dokumen yang dibawa; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang
ketenagalistrikan; i.
memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang ketenagalistrikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
16 4
Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XIV SANKSI ADMINISTRASI