6 Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol diakui sebagai salah satu faktor penting yang memiliki hubungan dengan tekanan darah. Semakin banyak alkohol yang diminum, maka
semakin tinggi pula tekanan darah peminumnya. Mengonsumsi dua gelas atau lebih minuman beralkohol perhari dapat meningkatkan risiko menderita hipertensi
sebesar dua kali.
69
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah akan menjadi kental sehingga jantung
akan dipaksa bekerja lebih kuat lagi agar darah yang sampai ke jaringan mencukupi.
Meminum minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak jantung dan organ-organ lainnya.
70
2.5 Manifestasi Klinis Hipertensi
Seringkali pada pemeriksaan fisik penderita hipertensi tidak dijumpai kelainan apapun selain peninggian tekanan darah yang merupakan satu-satunya
gejala. Baru setelah beberapa tahun adakalanya pasien merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya hilang setelah bangun. Apabila
terdapat gejala, maka gejala tersebut menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh
darah bersangkutan.
34
Pada survai hipertensi di Indonesia tercatat berbagai keluhan yang dihubungkan dengan hipertensi seperti pusing, cepat marah, telinga berdenging,
sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditekuk, mudah lelah, sakit kepala, dan mata
berkunang-kunang. Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti : gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gagal jantung dan gangguan fungsi
ginjal tidak jarang dijumpai. Timbulnya gejala tersebut merupakan pertanda bahwa tekanan darah perlu segera diturunkan.
71
2.6 Diagnosis Hipertensi
Sebelum melakukan pengobatan, diagnosis hipertensi harus ditegakkan lebih dahulu. Prosedur diagnostik bertujuan untuk menentukan nilai tekanan darah
yang benar, mengidentifikasi penyebab hipertensi sekunder dan mengevaluasi risiko kardiovaskular secara keseluruhan dengan mencari faktor risiko lain,
kerusakan organ target dan penyakit yang menyertainya.
33
JNC VII menuliskan diagnosis hipertensi ditegakan berdasarkan sekurang- kurangnya dua kali pengukuran tekanan darah pada saat yang berbeda.
Pengukuran pertama harus dikonfirmasi pada sedikitnya dua kunjungan lagi dalam waktu satu sampai beberapa minggu tergantung dari tingginya tekanan
darah tersebut. Diagnosis hipertensi ditegakan bila dari pengukuran berulang- ulang tersebut diperoleh nilai rata-
rata tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg dan atau tek
anan darah sistolik ≥ 140 mmHg.
72
Selain pengukuran tekanan darah yang berulang, anamnesis tentang riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium penunjang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis hipertensi. Cara pengukuran yang tepat dengan alat ukur yang akurat akan menghasilkan pengukuran tekanan darah yang
tepat pula. Oleh karena hasil pengukuran tekanan darah di tempat praktek
biasanya lebih tinggi maka pengukuran di rumah oleh pasien sendiri diperlukan sebagai bahan perbandingan.
29
Pemeriksaan fisik lengkap diperlukan untuk mendapatkan faktor risiko tambahan, menemukan tanda atau gejala hipertensi sekunder, atau mendeteksi
adanya kerusakan organ target. Pemeriksaan penunjang seperti EKG, urinalisis, kadar gula darah, fungsi ginjal, serta profil lemak diperlukan dalam kerangka
diagnosis hipertensi.
29
2.7 Komplikasi Hipertensi