III KEWAJIBAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK KETENTUAN PIDANA PENYIDIKAN

12 Pasal 31 Pengusaha pemilik ternak berkewajiban memberikan kebebasan kepada pemeriksa untuk memusnahkan daging yang telah dinyatakan buruk.

BAB X III KEWAJIBAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

Pasal 32 1 pemotong hewan ternak berkewajiban menyerahkan daging hewannya untuk diberi tanda pemeriksaan di potong-potong atau dilakukan pekerjaan lain, seperti mengeluarkan lemak, tulang dan lain sebagainya pada tempat yang dianggap perlu oleh juru periksa dalam melakukan pemeriksaan. 2 Pengangkutan daging hewan ternak harus dilakukan dengan atau dalam kendaraan tertutup yang di bagian dalamnya di lapisi dengan bahan yang tahan karat. 3 Menjaga supaya kendaraan dan atau tempat daging hewan ternak senantiasa dalam keadaan bersih Pasal 33 Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 pengusaha pemilik hewan ternak berkewajiban mentaati ketentuan - ketentuan khusus dan petunjuk teknis yang berlaku.

BAB XIV KETENTUAN PIDANA

Pasal 34 1 Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah, diancam Pidana kurungan paling lama 3 tiga bulan atau Pidana denda paling banyak 3 tiga kali jumlah retribusi yang terutang yang tidak atau kurang bayar. 2 tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah pelanggaran. 3 Denda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan penerimaan negara.

BAB XV PENYIDIKAN

Pasal 35 1 Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. 13 2 Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat 1 adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di Bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan menjadi lebih lengkap dan jelas. b. Meneliti mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak Pidana di Bidang Retribusi Daerah. c. Meminta keterangan dan bahan bukti diri orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di Bidang Retribusi Daerah. d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah e. Melakukan pengeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokuen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut. f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di Bidang Retribusi Daerah. g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempoat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas seseorang dibawah sebagaimana dimaksud huruf e. h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi penyuluh atau sanksi. i. Memanggil orang untuk di dengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. j. Menghentikan penyidikan. K. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di Bidang Retribusi menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. 3 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberitahukan dimulainnya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XVI KETENTUAN PENUTUP