Buruh Petani Peternak KRISIS NASIONAL: RESPONS PENDUDUK MISKIN DAN PEMERINTAH | Darwin | Populasi 12321 24296 1 PB

Krisis, Respon Penduduk dan Pemerintah 5 rata-rata penduduk di lima daerah penelitian di atas. Kenaikan harga barang-barang dan ongkos pe- layanan publik, seperti pendidikan dan kesehatan, jelas dirasakan oleh setiap penduduk sebagai beban ekonomi yang memberatkan. Kenaikan seperti ini sudah barang tentu akan lebih berdampak buruk pada mereka yang tidak mengalami kenaikan pendapatan, terlebih yang tingkat pendapatannya mengalami penurunan, atau bahkan kehilang- an sumber pendapatan. Namun, secara khusus terdapat variasi dampak yang menarik untuk dicermati. Variasi tersebut tampak, misalnya, jika dibandingkan antara buruh, petani, pedagang, dan pengusaha.

b. Buruh

Buruh, baik di sektor pertanian maupun industri, secara umum dirugikan. Di Sriharjo banyak buruh pabrik dan konstruksi yang kehilangan pekerjaan. Banyak dari mereka yang sebelumnya mboro kembali ke desa dan mencoba menggeluti kembali pertanian sebagai buruh tani. Akan tetapi, kebanyakan dari mereka ternyata tidak kerasan dan kembali balik ke kota. Hal yang sama juga dialami oleh buruh di Wedi. Buruh tani dan buruh konveksi sama-sama dirugikan. Kenaikan pendapatan sangat tidak sebanding dengan kenaikan pengeluaran, dan ter- dapat defisit pendapatan jumlah pengeluaran lebih banyak daripada pendapatan. Di antara keduanya, tampaknya buruh tani mengalami nasib yang lebih buruk dibanding- kan dengan buruh konveksi.

c. Petani

Berbeda dengan buruh, para petani pada umumnya diuntung- kan oleh adanya krisis. Ini dikarena- kan naiknya harga komoditas produk-produk pertanian. Situasi yang menggembirakan ini dialami misalnya oleh petani jeruk, petani cengkeh, petani kapas, dan sebagainya yang banyak terdapat di Jatinom. Sayangnya, penguasaan lahan rata-rata penduduk di Jatinom sangat rendah. Banyak petani di daerah ini menguasai lahan sempit petani gurem, dan lebih banyak lagi yang berstatus buruh tani. Karena itu, dampak positif krisis hanya dialami oleh sebagian penduduk pertanian di Jatinom. Selain itu, situasi yang menggembirakan tidak dialami oleh semua petani pemilik lahan. Petani padi, misalnya, kurang diuntungkan karena kenaikan harga beras tidak sebanding dengan kenaikan harga input pertanian. Pasalnya bahan baku kimiawi untuk produksi input pertanian kebanyakan merupakan barang impor yang harganya melonjak seiring dengan melonjaknya nilai tukar dolar terhadap rupiah. Hal ini dilaporkan dalam penelitian di Semanu, tetapi sesungguhnya juga terjadi di daerah lain, seperti Sriharjo, Jatinom, dan Wedi. Muhadjir Darwin 6

d. Peternak

Sama dengan petani, peternak juga banyak diuntungkan oleh naiknya harga ternak, seperti kambing, sapi, susu sapi, udang, kepiting, katak, dll. Keuntungan peternak ini ditemukan dalam penelitian di Jatinom dan Semanu. Krisis ini bahkan membuat penduduk lebih gigih menemukan alternatif peternakan yang sebelum krisis tidak banyak dilirik, seperti ternak jangkrik, cacing, keong mas, dsb., yang ternyata nilai ekonomi- nya sangat tinggi di pasar. Namun, tidak semua kegiatan peternakan mengalami dampak positif selama krisis. Ternak ayam, misalnya, banyak mengalami kemunduran, bahkan kebangkrutan selama krisis. Ini disebabkan kenaikan harga ternak tersebut tidak sebanding dengan naiknya harga pakan dan obat-obatan yang sebagian besar masih merupakan barang impor.

e. Industri dan Perdagangan