7
luar negeri, b pertanahan, c keamanan, d yustisi, e moneter dan fiskal nasional, f agama.
Dengan demikian terlihat tidak sinkronnya hubungan hukum dan pengaturan kewenangan pemerintah di bidang pertanahan yang mengakibatkan timbulnya friksi antara pemerintah
pusat dan daerah. Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan strategi
pembangunan yang di didang pertanahan disebut Triple Track Strategy. Strategi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui investasi dan ekspor.
2. Menggerakkan sektor riil agar semakin tumbuh dan berkembang, dan
3. Melaksanakan revitalisasi pertanian dan pembangunan perdesaan.
Strategi pertama dan kedua dimaksudkan untuk memacu perekonomian untuk tumbuh lebih cepat dan stabil, sekaligus mengatasi masalah pengangguran. Strategi ketiga
dimaksudkan untuk mengurangi masalah kemiskinan. Penerapan strategi ini secara parsial cenderung menyebabkan capaian hasil-hasil pembangunan yang satu sama lain tidak
berkaitan, sehingga stabilitas perekonomian yang sud`ah relatif baik tataran makro tidak mampu mengatasi kedua masalah kritikal tataran mikro.
Oleh karena itu, dperlukan suatu kebijakan yang sekaligus menerapkan ketiga unsur tripple track strategy tersebut. Mengingat bahwa kedua masalah kritikal berada pada tataran
mikro, kebijakan dimaksud haruslah yang lansung menyentuh rakyat yang mengalami kemiskinan dan pengangguran. Kebijakan seperti ini diperkirakan akan efektif menurunkan
kemiskinan dan pengangguran, dan di tataran makro sekaligus dapat meningkatkan pertumbuhanserta memperkuat stabilitas perekonomian.
Kebijakan yang dipandang mampu mewujudkan semua itu adalah melakukan restrukturisasi sumber-sumber kemakmuran
– sepert tanah – secara lebih adil, yang lebih mampu menjamin kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
B. Perumasan Masalah Adapun permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :
8
1. Bagaimana hubungan hukum antara Otonomi Daerah dengan Hukum Pertanahan
Indonesia ? 2.
Bagaimana upaya untuk lebih meningkatkan sinkronisasi antara Sistem Otonomi Daerah dengan Hukum Pertanahan Indonesia ?
3. Kendala yuridis apakah yang terjadi dalam upaya meningkatkan sinkronisasi
antara Sistem Otonomi Daerah dengan Hukum Pertanahan Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Deskriptif
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan mejelaskan terjadinya perubahan sistim pemerintahan di daerah sehubungan dengan diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan hubungannya dengan Hukum Pertanaan Indonesia. Perubahan tersebut berdampak pula pada perubahan tugas
pemerintahan daerah dalam bidang pertanahan, yang semula Kantor Badan Pertanahan Nasioanl BPN, maka dengan lahirnya Undang-Undang tersebut di atas sebagaimana
disebutkan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten ?kota yaitu tentang pelayanan pertanahan.
Sementara itu, Keinginan Daerah Kabupatan dan Kota untuk menyelenggarakan otonominya semakin kuat dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000
tentang Susunan dan Tata Kerja Perangkat Daerah sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Pemerintah Daerah yang lama, banyak Daerah Kabupaten dan Kota yang
mengatur susunan organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah yang mencantumkan kewenangan urusan di bidang pertanahan.
b. Tujuan Kreatif Penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban mengenai kendala yuridis dalam upaya
menciptakan sinkronisasi antara pelaksanaan otonomi daerah dan Hukum Pertanahan Indonesia,. Salah satu kendala yang mungkin dicermati adalah belum lengkapnya peraturan
pelaksanaan dari UUPA maupun Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Kemungkinan lain adalah tidak tepatnya kebijakan Pemerintah dibidang Pertanahan seperti yang terjadi pada
zaman Orde Baru yang lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi yang semula diyakini sebagai kebijakan yang tepat untuk menghadapi persaingan global namun ternyata terbukti
9
malah menyebabkan terjadinya penguasaan dan pemilikan tanah berskala besar oleh perusahaan-perusahaan besar dan pemilik modal besar investor.
Selain itu, kemungkinan telah terjadi disinkronisasi atau disharmonisasi antara peraturan satu denga peraturan yang lain yang berhubungan dengan masalah pertanahan
dan masalah pelaksanaan Otonomi Daerah.
c. Tujuan Inovatif Meskipun penelitian ini secara khusus mungkin tidak dapat memberikan sumbangan
konkrit bagi perumus kebijakan di bidang hukum pertanahan maupun otonomi dareah, namun temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perencana
dan pelaksana dalam menentukan kebijakan khusus dalam pembentukan peraturan perundandang-undangan tentang masalah pertanahan dan otonomi daerah di masa
mendatang, khususnya yang berkaitan dengan upaya sinkronisasi antara sistim otonomi daerah dan Hukum Pertanahan Indonesia.
Apabila ketentuan perundangan-undangan yang mengatur masalah pertanahan dan otonomi daerah telah lengkap, tertib dan baik tentunya akan memudahkan penerapannya
dalam praktek law in action karena hukum yang baik atau ideal bagi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia merupakan aktualisasi nilai-nilai keadilan dan kebenaran.
D. Keaslian Penelitian