4 Ketentuan mengenai susunan dan tata kerja Dewan Kehormatan Intelijen Negara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Badan
Intelijen Negara.
Bagian Kelima Perekrutan dan Pengembangan Profesi
Paragraf 1 Perekrutan
Pasal 22
1 Perekrutan sumber daya manusia Intelijen Negara terdiri atas: a. Badan Intelijen Negara berasal dari lulusan Sekolah Tinggi Intelijen Negara,
penyelenggara Intelijen Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, serta perseorangan yang memenuhi persyaratan; dan
b. penyelenggara Intelijen Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e berasal dari pegawai negeri di masing-masing penyelenggara
Intelijen Negara. 2 Perekrutan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan
berdasarkan persyaratan dan melalui seleksi sesuai dengan ketentuan masing-masing penyelenggara Intelijen Negara.
Paragraf 2 Pengembangan Profesi
Pasal 23
1 Pengembangan kemampuan profesional Personel Intelijen Negara dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, dan penugasan Intelijen secara berjenjang dan berkelanjutan.
2 Pengembangan kemampuan profesional sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut sesuai dengan ketentuan masing-masing penyelenggara Intelijen Negara.
Bagian Keenam Pelindungan Personel Intelijen Negara
Pasal 24
1 Negara wajib memberikan pelindungan terhadap setiap Personel Intelijen Negara dalam melaksanakan tugas dan fungsi Intelijen.
2 Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi pelindungan pribadi dan pelindungan terhadap keluarganya.
BAB V KERAHASIAAN INTELIJEN
Pasal 25
1 Rahasia Intelijen merupakan bagian dari rahasia negara. 2 Rahasia Intelijen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikategorikan dapat:
a. membahayakan pertahanan dan keamanan negara; b. mengungkapkan kekayaan alam Indonesia yang masuk dalam kategori dilindungi
kerahasiaannya; c. merugikan ketahanan ekonomi nasional;
d. merugikan kepentingan politik luar negeri dan hubungan luar negeri;
e. mengungkapkan memorandum atau surat yang menurut sifatnya perlu dirahasiakan; f. membahayakan sistem Intelijen Negara;
g. membahayakan akses, agen, dan sumber yang berkaitan dengan pelaksanaan
fungsi Intelijen; h. membahayakan keselamatan Personel Intelijen Negara; atau
i. mengungkapkan rencana dan pelaksanaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan fungsi Intelijen.
3 Rahasia Intelijen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memiliki Masa Retensi. 4 Masa Retensi sebagaimana dimaksud pada ayat 3 berlaku selama 25 dua puluh lima
tahun dan dapat diperpanjang setelah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
5 Rahasia Intelijen dapat dibuka sebelum Masa Retensinya berakhir untuk kepentingan pengadilan dan bersifat tertutup.
Pasal 26
Setiap Orang atau badan hukum dilarang membuka danatau membocorkan Rahasia Intelijen.
BAB VI BADAN INTELIJEN NEGARA
Bagian Kesatu Kedudukan
Pasal 27
Badan Intelijen Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Bagian Kedua Fungsi
Pasal 28
1 Badan Intelijen Negara menyelenggarakan fungsi Intelijen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 di dalam negeri dan di luar negeri.
2 Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Badan Intelijen Negara menyelenggarakan fungsi koordinasi Intelijen Negara.
Bagian Ketiga Tugas
Pasal 29
Badan Intelijen Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat 1 bertugas: a. melakukan pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang Intelijen;
b. menyampaikan produk Intelijen sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
kebijakan pemerintah; c. melakukan perencanaan dan pelaksanaan aktivitas Intelijen;
d. membuat rekomendasi yang berkaitan dengan orang danatau lembaga asing; dan e. memberikan pertimbangan, saran, dan rekomendasi tentang pengamanan
penyelenggaraan pemerintahan.
Bagian Keempat Wewenang
Pasal 30
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Badan Intelijen Negara berwenang:
a. menyusun rencana dan kebijakan nasional di bidang Intelijen secara menyeluruh; b. meminta bahan keterangan kepada kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian,
danatau lembaga lain sesuai dengan kepentingan dan prioritasnya; c. melakukan kerja sama dengan Intelijen negara lain; dan
d. membentuk satuan tugas.
Pasal 31
Selain wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Badan Intelijen Negara memiliki wewenang melakukan penyadapan, pemeriksaan aliran dana, dan penggalian informasi
terhadap Sasaran yang terkait dengan: a. kegiatan yang mengancam kepentingan dan keamanan nasional meliputi ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, dan sektor kehidupan masyarakat lainnya, termasuk pangan, energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup;
danatau b. kegiatan terorisme, separatisme, spionase, dan sabotase yang mengancam
keselamatan, keamanan, dan kedaulatan nasional, termasuk yang sedang menjalani proses hukum.
Pasal 32
1 Penyadapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilakukan berdasarkan peraturan perundangan-undangan.
2 Penyadapan terhadap Sasaran yang mempunyai indikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilaksanakan dengan ketentuan:
a. untuk penyelenggaraan fungsi Intelijen; b. atas perintah Kepala Badan Intelijen Negara; dan
c. jangka waktu penyadapan paling lama 6 enam bulan dan dapat diperpanjang
sesuai dengan kebutuhan. 3 Penyadapan terhadap Sasaran yang telah mempunyai bukti permulaan yang cukup
dilakukan dengan penetapan ketua pengadilan negeri.
Pasal 33
1 Pemeriksaan terhadap aliran dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilakukan dengan ketentuan:
a. untuk penyelenggaraan fungsi Intelijen; dan b. atas perintah Kepala Badan Intelijen Negara.
2 Dalam melakukan pemeriksaan terhadap aliran dana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Bank Indonesia, bank, penyedia jasa keuangan, atau lembaga analisis transaksi
keuangan wajib memberikan informasi kepada Badan Intelijen Negara.
Pasal 34
1 Penggalian informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dilakukan dengan ketentuan:
a. untuk penyelenggaraan fungsi Intelijen; b. atas perintah Kepala Badan Intelijen Negara;
c. tanpa melakukan penangkapan danatau penahanan; dan d. bekerja sama dengan penegak hukum terkait.
2 Dalam melakukan penggalian informasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 penegak hukum terkait wajib membantu Badan Intelijen Negara.
Bagian Kelima Organisasi
Pasal 35
1 Badan Intelijen Negara dipimpin oleh seorang kepala dan dibantu oleh seorang wakil kepala.
2 Pengangkatan dan pemberhentian Kepala dan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Pasal 36
1 Kepala Badan Intelijen Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia. 2 Untuk mengangkat Kepala Badan Intelijen Negara sebagaimana dimaksud pada ayat
1, Presiden mengusulkan satu orang calon untuk mendapat pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
3 Pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terhadap calon Kepala Badan Intelijen Negara yang dipilih oleh Presiden disampaikan paling lambat 20 dua
puluh hari kerja, tidak termasuk masa reses, terhitung sejak permohonan pertimbangan calon Kepala Badan Intelijen Negara diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja Badan Intelijen Negara diatur dengan Peraturan Presiden.
BAB VII KOORDINASI INTELIJEN NEGARA