Sedimen Sungai Aktif Penelitian Sebaran Merkuri Dan Unsur Logam Berat Di Wilayah Pertambangan Rakyat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

Kegiatan penambangan emas rakyat menggunakan merkuri dalam proses pengolahannya proses amalgamasi. Penggunaan merkuri ini telah lama digunakan dalam kegiatan pertambangan emas sekala kecil karena cara ini relatif efektif, sederhana dan murah, akan tetapi akibat penggunaan merkuri tersebut ternyata dapat mencemari udara, tanah dan air. Hal ini terjadi karena penguapan merkuri pada proses pemanasan dan sisa merkuri dan tailing yang dibuang langsung ke lingkungan darat atau air Spitz dan Trudinger, 2009. Hasil Analisis Conto 1. Batuan Pengambilan conto batuan dilakukan di lokasi penambangan emas rakyat Taletu. Bijih diconto dari lubang penambangan emas rakyat yang masih aktif secara acak pada 8 lokasi. Peta lokasi conto batuan dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil analisis kimia conto batuan menunjukan kadar Cu 3 - 23 ppm, Pb 6 – 38 ppm, Zn 15 – 78 ppm, Ag 3 -73 ppm, Cd 0 – 10 ppm, Au 586 – 18.025 ppb, As – 10 ppm dan Hg 165 – 2.280 ppb. Kadar logam tersebut bila dirata-ratakan dari 8 conto batuan tersebut adalah Cu 10 ppm, Pb 18 ppm, Zn 30,5 ppm, Ag 15,3 ppm, Cd 2,2 ppm, Au 10.328,25 ppb, As 1,7 ppm dan Hg 995,15 ppb. Dari hasil analisis tersebut terlihat kadar rata-rata kandungan unsur Au dan Ag sangat tinggi, yang menunjukan daerah tersebut merupakan daerah prospek untuk bahan galian emas dan perak. Mineralisasi Au dan Ag yang terjadi berasosiasi dengan mineralisasi unsur Hg hal ini dapat dilihat dari kenaikan yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan kadar rata-rata logam dalam kerak bumi. Kadar rata-rata unsur Hg yang cukup tinggi tersebut akan berdampak pada lingkungan karena unsur Hg tersebut akan terbuang bersama-sama tailing. 2. Tailing Padat limbah Padat Penyontohan limbah padat sisa proses pengolahan emas dilakukan di 10 tempat pengolahan amalgamasi dan sianidasi. yang letaknya tersebar di unit- unit pengolahan emas. Peta lokasi conto limbah padat dapat dilihat pada Gambar 7. Dari hasil analisis kimia conto batuan yang memiliki kadar Cu 9 - 90 ppm, Pb 10 – 251 ppm, Zn 26 – 69 ppm, Ag 4 - 22 ppm, Cd 0 – 8 ppm, Au 435 – 35.545 ppb, As 0 – 10 ppm dan Hg 2.690 – 77.200 ppb. Kadar logam dalam limbah padat tersebut bila dirata-ratakan dari 10 conto limbah padat itu adalah Cu 25,5 ppm, Pb 42,9 ppm, Zn 48,6 ppm, Ag 8,9 ppm, Cd 3,6 ppm, Au 6.828,2 ppb, As 1,4 ppm dan Hg 25.575 ppb. Dari hasil analisis limbah padat terlihat kadar merkuri sangat tinggi yang berasal dari merkuri dalam batuan dan merkuri yang ditambahkan selama proses proses amalgamasi yang ikut terbuang bersama limbah padat lainnya. Kadar merkuri dan logam berat lainnya yang relatif tinggi tersebut berpotensi mencemari lingkungan mengingat limbah padat langsung dibuang langsung ke lingkungan. Untuk menanggulangi pencemaran limbah padat tersebut perlu dikelola secara khusus, mencakup pengumpulan, penyimpanan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan. Hasil analisis limbah padat sisa proses amalgamasi menunjukkan masih tersisanya kadar Au yang sangat tinggi 5 ppm, hal ini menunjukan tingkat recovery pengolahan secara amalgamasi masih sangat rendah, salah satu penyebabnya adalah proses penghancuran bijih tidak sempurna. Kandungan Au yang tinggi dalam limbah padat proses amalgamasi tersebut selanjutnya diproses dengan proses sianidasi, sehingga recovery emas menjadi lebih tinggi, hal ini dapat dilihat pada kadar Au pada limbah padat sisa proses sianidasi relatif lebih rendah.

3. Sedimen Sungai Aktif

Untuk mengetahui kandungan logam berat dalam endapan sungai aktif di daerah penelitian telah dilakukan penyontohan sebanyak 18 conto. Peta lokasi conto sedimen sungai aktif dapat dilihat pada Gambar 8. Untuk mengetahui tingkat kenaikan unsur akibat adanya kegiatan penambangan emas telah dilakukan penyontohan secara sistematis yaitu dilakukan penyontohan di daerah hulu sungai yang tidak terkontaminasi sebagai rona awal dan di daerah penambangan dan pengolahan dan di bagian hilirnya. Kedua kelompok tersebut selanjutnya dibandingkan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kandungan unsur di daerah tersebut. Dari peta penyontohan dan tabel hasil analisis sedimen sungai aktif terlihat untuk unsur Cu, Pb, Zn, Ag, Cd dan As tidak menunjukan adanya peninggian antara rona awal dan rona akhir. Berbeda dengan unsur Hg, terlihat adanya kenaikan yang cukup tinggi terutama di sekitar zona penambangan dan pengolahan , sedangkan di bagian hilir S. Talawaan Lokasi MU 01 S, MU 02 S, MU 03 S dan MU 04 S kadar Hg cenderung menurun lagi. Penurunan kadar Hg di lokasi tersebut kemungkinan akibat adanya pengendapan unsur Hg pada sedimen sungai atau adanya penguraian unsur Hg di sepanjang aliran S. Talawaan. Kadar Hg dalam endapan sungai aktif yang cukup tinggi ini berpotensi menyebabkan percemaran pada air sungai, karena pada kondisi tertentu merkuri dalam sedimen sungai aktif tersebut dapat larut kedalam air 4. Tanah Untuk mengetahui kadar logam berat dalam tanah di daerah penelitian telah dilakukan penyontohan sebanyak 19 conto. Seperti hal nya pada penyontohan sedimen sungai aktif, dilakukan penyontohan di daerah rona awal dan rona akhir zona pengolahan untuk dibandingkan sejauhmana peningkatan kadar merkuri dan logam berat lainnya akibat adanya kegiatan penambangan emas. Peta lokasi conto tanah dapat dilihat pada Gambar 9. Dari peta penyontohan dan tabel hasil analisis kimia tanah terlihat kadar unsur Cu, Pb, Zn, Ag, Cd dan As tidak menunjukan adanya peninggian antara rona awal dan rona akhir. Berbeda dengan unsur Hg, terlihat adanya kenaikan yang sangat tinggi 5.000 ppb Hg di lokasi-lokasi pengolahan yang aktifitasnya relatif lebih banyak di banding di lokasi pengolahan lainnya. Tingginya kandungan merkuri dalam tanah ini berpotensi menyebabkan percemaran pada air sumur, air sungai dan dapat terserap oleh tumbuhan 5. Air Limbah Penyontohan air limbah dilakukan di kolam pembuangan air limbah proses amalgamasi dan air limbah proses sianidasi di 2 titik lokasi pengolahan. Lokasi conto air limbah dapat dilihat pada Gambar 10. Dari tabel terlihat air limbah proses amalgamasi dan proses sianidasi tersebut tidak melebihi baku mutu air limbah untuk pertambangan bagi kegiatan penambangan bijih emas dan atau tembaga yang diatur dalam Kep.Men. LH No. 202 tahun 2002 . Mengingat pengolahan emas di daerah penelitian terus berlangsung perlu dilakukan pemantauan secara berkala untuk mencegah pencemaran lingkungan.

6. Air Sungai