Perbandingan Tingkat kepatuhan Santri Terhap Kiai antara santri Pondok Pesantren Modern dan santri pondok peantren Tradisional(Salafi)

PERBANDINGAN TINGKAT KEPATUHAN
SANTRI TERHADAP KIAi
ANTARA SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN
DAN SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL (SALAFI)
skripsi

Olch

: Murdial Kamal

Nim : 007 1020 155

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
2005M/1425H

LEMBAR PENGESAHAN

PERBANDINGAN TINGKAT KEPATUHAN SANTRI TERHADAP
KIAi ANTARA SANTRI PESANTREN MODERN DAN

PESSANTREN SALAFI (TRADISIONAL)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Pikologi untuk Memenuhi Syarat dalam Meraih
Gelar Sanjana Psikologi (S. Psi)

Oleh:

Murdial Kamal

NIM:100071020155

Mセp・ュ[「B_@
Ors. Asep Hae ul G ni, Psi

FAKUL TAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2005 M/1425 H


LEM BAR F ENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PERBANDINGJl.N TINGKAT KEPATUHAN SANTRI
TERHADAP KIAi ANTARA SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN
DAN SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL ini telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2004. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1
(S-1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 8 Febuari 2005
Sidang M maqasyah,
Oekanl etua
Merangk Anggota

Ora. Hj. N y Hartati, M.Si
NIP. 150\ 1 938

Pembimbing I

Pembantu Oekan I Sekretaris

Merang p Anggota

Ora. Hj.
NIP. 150

ihayah, M.Si

Pembimbing II

I
rJ
Ors. Choliluddin, AS, MA.
Penguji I

I Gani. Psi.
Penguji II

KATA PENGANTAR

Puji syukur selayaknya peneliti panjatkan ke hadirat Allah swt. pemilik

alam semesta beserta isinya. Raja menusia. Yang disembah manusia
Dialah yang maha Esa. Tidak ada satupun yang setara dengan Dia.
Pengatur peredaran matahari, bulan beserta planet-planet sehingga
tidak terjadi tabrakan dan benturan. Dialah yang telah menciptakan
siang dan malam silih berganti. Hanya Engkaulah yang kami sembah
dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Kepada
yang telah membimbing manusia kita di malam-malam gulita, kepada al
Mustafa yang menjadi anugerah Allah bagi umatnya, kekasih-Nya dan
junjunan al-Amin segenap makluk di alam semesta, Muhammad saw.
Limpahan salam dan Do'a juga untuk keluarga, Ali bin abi Tholib
karomallahu wajha & Fatimah az Zahra, beserta Hasan & Husen.
Semoga Allah menjaga kesucian Ahlulbayt.

Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini. lzinkanlah
peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Oekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta tahun
2005 lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si.
2. Pudek I Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri, lbu Ora. Hj.

Zahrotun Nihayah, M.Si.
3. Untuk kedua pembimbing peneliti, bapak Ors Choliluddin As, M. Ag
dan Bapak Ors. Asep Haerul Gani. Psi. Beliau berdua merupakan
Sosok "Arif wa Uswah Hasanah" bagi peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini. terima kasih atas limpahan ilmu dan waktu yang telah
disediakan bagi peneliti. Semoga niat suci dan apa yang telah
dikerjakan menjadi amalan sholihah dan bermanfaat untuk
kehidupan di dunia dan akhirat nanti.
4. Terima kasih peneliti ucapkan untuk para penguji yang telah
memberikan masukan dan saran agar skripsi ini menjadi baik
adanya.
5. KH. Abdurahim Sanusi, Le. sebagai Pimpinan pondok pesantren AlAulia Cibungbulang Bogar, sekaligus Guru bagi peneliti karena
dialah inspirasi semangat juang dalam belajar, terima kasih pula
peneliti sampaikan kepada KH. Ridwan Alawi, pimpinan pondok
Pesantren Al-ltqon Cibungbulang Bogar, yang telah mengijinkan
penelitian di kedua pesantren.

6. Untuk para santri pesantren Al-Aulia dan Al-ltqon sebagai
responden yang telah membantu dan bersedia mengisi skala.
7. Kepada pembimbing akademik lbu Dra. Agustiawati M.Phil. Sne.

Terima Kasih atas saran dan masukan yang baik bagi per 0

1;+;

selama menjalani perkuliahan di Fakultas Psikologi UIN S
Hidayatullah Jakarta.
8. Kepada Ayah dan lbu yang selama ini membesarkan peneliti, yang
memberikan segala perhatian, dan dorongan baik moril dan materil.
Ayah telah menjadi orang tua, sahabat, teman yang baik dan
tauladan bagi keluarga, terima kasih telah membangkitkan
semangat yang hampir pudar, Bunda yang tercinta, tidak ada obat
yang lebih mujarab kecuali belai kasih bunda. Tangisan bunda
menjadi bahan bakar semangat Dial, Allah telah menyiapkan
balasan untuk anda berdua.
9. Kepada adinda Heida, Pupu dan segenap keluarga Al-Khairiyah
(Mang Emang, Umi Ecin, Keluarga Bani Anwar, Mbahku di
Yogyakarta Lik Jan, lik Sud dan semua keluarga dijogja, Ki Toyib di
Tajur, om Endin, om Ucu, om Ndun, bi Yuli, , , matur Nuwun ingkang
katah kanggo do'a Ian dorongan semangate.


1O. 22-06-02 atas kesabaranmu selama skripsi, cita-cita terbesar
dalam hidup ini adalah mencari kebahagiaan yang haqiqi, di dunia
dan akhirat, semoga kasih sayang Allah bersama kita amin.
11. Teman teman kelas Adan B angkatan 2000 kita bertemu dilain
kesempatan, dan teman teman PMll komisariat Fak, Psikologi;
Cablak, Maki & FiT, Jabeng & Ima, Fur & Niko, kak Dodo, kukuh,
Tom,dan tetangga rumah di Sedap Malam, Temen-teman kosan
Pak Gayo; !wan S Psi, Jaka, Alam, Dadan, Afandi. kalian semua
sahabat baik yang pernah kutemui.
12. Spesial thank to my best friend, Baydowi S. Psi untuk
gagasannya, Mustain (Norman) trims sudah memberi tempat
tinggal, Bowo dan Adi thanks rumus SPSSnya, Doli, Bahri PBI,
!wan editor, dan Gina (di Bogar beserta keluarga).
13. Jhon, Kang Atang, Heru, Bondan, Pak Dudi beserta keluarga, dan
anak mudanya di Cimacan Cibodas, terima kasih atas
dukungannya untuk kami sewaktu Kuliah Kerja Nyata.
14. Trims to Temen-temen di Semanggi, Doe!, llham Ndut, !may,
Aang, Baginda, Tempel, lyus, Dani! & Girl, Apid, Bang Uub,
Karban, Jamsuy, Nita Wewet, Dwi, Hecker, semoga kuliah dan
Band kalian sukses dan besar.


Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk Khazanah intelektual dan
kalangan pesantren, khususnya bagi penulis dan pembaca pada
umumnya. Semoga Allah selalu melindungi kita, atas kehendakNya kita
diberi kebahagiaan yang haqiqi, Amin Yarabbal a'/amin.

21 Januari 2005 M
ldul Qurban 1425 H

Penulis

ABSTRAKSI
(A) Fakultas Psikologi
(B) Januari 2005
(C) Murdial Kamal
(D) PERBANDINGAN TINGKAT KEPATUHAN SANTRI TERHADAP KIAi,
ANTARA SANTRI PESANTREN MODERN DAN SANTRI PESANTREN
SALA Fl
(E) xiv + 49 halaman
(F) Perilaku kepatuhan santri menarik bila kita perhatikan secara seksama.

Kepatuhan merupakan salah satu aspek perilaku dalam kehidupan sosial.
Berbagai alasan dapat mendasari timbulnya perilaku tersebut, tetapi
mengapa santri memiliki kepatuhan kepada kiainya? Apakah karena santri
tersebut menganggap kiainya adalah seorang kiai yang dimuliakan
dengan karismanya dan kedalaman ilmunya? Apakah perilaku santri
dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan dan penyesuaian diri (obedience and
conformity) terhadap kelompok dan komunitasnya dan keinginan untuk
melaksanakan semua keinginan kiainya? Untuk mengetahui hal itu
peneliti mengajukan pertanyaan untuk penelitian ini yaitu:
"Apakah ada perbedaan tingkat kepatuhan santri terhadap kiai antara
santri pesantren modern dan santri pesantren tradisional (salafi)?"
Penelitian ini menggunakan skala sikap kepaluhan santri. Proses
penyebaran skala dilakukan di Pondok Pesantren Al-Aulia Situ llir
Cibungbulang Bogar dan Pondok Pesantren Al-ltqon Situ llir
Cibungbulang Bogar, dengan persetujuan pihak Pondok Pesantren AlAulia dan Pondok Pesantren Al-ltqon di Bogar jumlah subjek dari masingmasing pesantren 30 orang.
Alat yang digunakan untuk mengukur sikap patuh (obedience) terhadap
kiai adalah skala Liker! berupa sumatted rating, item-item pada skala
model Liker! disusun berdasarkan keharusan yaitu semua item mengukur
hal yang sama. Objek sikap dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan
santri terhadap kiai di pondok pesantren modern dan pesantren salafi.

Dalam skala Liker! ini, skor akhir subjek merupakan jawaban skor tetap,
dan jawaban pada setiap pernyataan ada lima jawaban yaitu Sangat
Setuju (SS) Setuju (S) Ragu-ragu (R) Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak
Setuju(STS).

Tahap pengolahan data pertama kali dilakukan skoring terhadap hasil
kuesioner yang telah diisi responden, menghitung dan membuat tabulasi
data, metode analisis data menggunakan uji-t (!-test) antar kelompok.
Responden terdiri dari dua kelompok, yakni kelompok santri modern dan
santri tradisional (salafi), responden yang diambil dalam penelitian ini
adalah 60 orang, yang terdiri dari 30 santri modern dan 30 santri salafi,
dengan rincian responden laki-laki berjumlah 26 orang dan jumlah
responden perempuan 34 orang.
Diketahui nilai rata-rata kelompok santri modern sebesar 323,27 dan nilai
rata-rata santri salafi 326,97. Nilai salafi lebih besar, maka dari itu
kepatuhan santri salafi terlihat lebih tinggi.
Dari uji statistik, didapat t hitung -0,617 (p> 0,05) yang menyatakan tidak
ada perbedaan sikap kepatuhan santri terhadap kiai antara santri
pesantren modern dan santri pesantren tradisional (salafi) diterima.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan sikap

kepatuhan santri terhadap kiai antara santri pesantren modern dan santri
pesantren tradisional (salafi), baik santri santri pesantren modern dan
santri pesantren tradisional, dalam memahami perilaku kepatuhan mereka
memiliki sikap positif terhadap perilaku kepatuhan, walaupun memang
ada kecenderungan santri salafi lebih patuh terhadap kiainya.
Daftar Bacaan 23 (1969-2003)

DAFTAR ISi
LEM BAR PERSETUJUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .

ii

LEM BAR PENGESAHAN .... .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. ... . .. .. . .. ...... .... ... .. . .. .. .. .

iii

KATA PENGANTAR ... ...... ... ............ .... ... .. .... .. .. .. ...... ..... .... .. .. ..

iv

ABSTRAK ............................................... ······ ... ... .. ... ... ... ... ...

IX

DAFTAR ISi ... .. .... .... .. .. .... ... ... ... ...... .. .. .. ... ... .. . ...... ... ... ... ... .. .....

xi

DAFTAR TABEL ...... ................... ... ...... ...... .................. ... ..........

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... ...... ... ....... ...... ... ... ... .. ... ... ... ... .. ... ... ... ...

xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

1

1.2. Pembatasan Masalah .. . .. . . .. .. . .. . . .. . .. . .. .. . . . . .. . . .. .. . .. . . .. .. . ..

1O

1.3. Perumusan Masalah .. ..... . .. . .. .. .. .... .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . ..

11

1.4. Tujuan Penelitian .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..

12

1.5. Manfaat Penelitian

12

1.6. Metode Pembahasan....................................................

12

1. 7. Sistematika Penulisan .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .

13

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1. Pondok Pesantren ...... ...... ...... ...... ...... .. .. .. ...... ...... .. .. .. .... ....

14

2.1.1. Pengertian pondok pesantren ...... ...... . ...... .... .. . ...... ...... .

14

2.1.2. Asal mula adanya pondok pesantren................. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.1.3. Unsur-unsur Yang Terdapat Pada Pesantren
2.1.4. Jenis-jenis Pondok Pesantren.. .

.. .. . .. . .

16

.. 17
18

2.2. Kepatuhan. .. . .. ... ... ... ... ... ... ... . .. . . . ... ... .. . .. . ... ... .. . ... . . . ... .. . .. ...

21

2.2.1. Pengertian kepatuhan

21

...... ... ...... ... ...... ...... ...... ... ...... ... ... ....

2.2.2. Proses terjadinya kepatuhan ................ .

22

2.2.3. Faktor-faktor yang menyebabkan kepatuhan ............... .

23

2.2.4. Kepatuhan santri terhadap kiai ........................................ .

25

2.3. Hipotesa Penelitian

30

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Subjek Penelitian

31

3.2. Alai Pengumpulan Data

32

3.3. Prosedur Penelitian

36

3.4. Metode Analisis Data

37

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Um um Responden
4.2. Deskripsi Data

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

39

............................................................... 40

4.2.1. Tingkat kepatuhan santri modern dan salafi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

40

4.2.2. Perbandingan lingkat kepaluhan santri modern dan salafi. ..

41

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

43

5.2. Diskusi

43

5.3. Saran

46

DAFT AR PUST AKA

48

LAMPIRAN-LAMPIRAN

50

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. : Bobo! nilai ................................ .

33

Tabel 3.2. : Blue Print Tryout..................................................

34

Tabel 3.3. : Blue Print Penelitian.....................................................

35

Tabel 4.1. : Responden Berdasarkan Jen is Kelamin... .. . . .. . .. .. . ..

39

Tabel 4.2. : Responden Berdasarkan Usia .................................................... .40
Tabel 4.3.: Tingkat Kepatuhan Santri Salafi dan Modern terhadap Kiai ...... .41
Tabel 4.4. : Skor Kepatuhan.... .. .. . ... ... .. . . .. .. . ... . .. ... . .. .. . ... ... . .. .. . ..

41

DAFTAR LAMPIRAN

LJ\Ml'IRJ\N

Surat izin penclitian

LAMPIRAN II

Kata pengantar penelitian

LAMPIRAN Ill

: Jnstrumen penelitian

LAMPIRAN IV

: Data has ii try out skala sikap kepatuhan santri tcrhadap kiai

LAMPIRAN V

: Data hasil penelitian skala sikap antara kclompok pesnntren
salali clan modern

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dinamika kehidupan santri memang menarik, bila kita perhatikan secara
seksama, hal ini terlihat dari perilaku dalam kehidupannya sehari-hari, lebih
menarik lagi mengamati perilaku kepatuhan santri terhadap kiai, juga
masalah-masalah sosial yang sering terjadi manakala mereka menjalani
hidup di pesantren. Ada dua sikap santri pada saat masuk pesantren,
pertama; bagi mereka yang terbiasa hidup bebas luar pesanten, mereka

kesulitan dalam beradaptasi dengan kehidupan pesantren yang selalu diatur
dan terikat dengan norma dan etika yang berlaku di pesantren, yang
memaksa mereka melakukan kegiatan yang sama sekali mereka tidak
inginkan, bahkan mengubah tingkah laku atau keyakinan individu agar sesuai
dengan tekanan atau harapan kelompok, (Sarwono, 1997), kedua; santri
yang mukim yaitu santri yang tinggal di pondok dalam kurun waktu yang
lama, dan mempunyai keinginan yang kuat dalam mendalami ilmu agama.

Perilaku kepatuhan menurut tokoh psikologi sosial antara lain sebagai
berikut: (Freedman, 1985) kepatuhan atau ketaatan adalah bilamana orang
menampilkan perilaku tertentu karena adanya tuntutan, meskipun mereka

2

lebih tidak suka menampilkannya. Perihal perilaku penyesuaian diri dengan
kepatuhan (conformity and obedience), yaitu adanya perubahan perilaku atau
keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, untuk melakukan suatu
perilaku agar bisa sesuai dengan kelompok tersebut (konformitas), baik yang
sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja, (Kiesler & Kiesler,
1969, dalam Atkinson, 1991). Dari kedua tokoh tersebut tergambar bahwa
perilaku kepatuhan adalah setiap perilaku yang orang lakukan dengan
sengaja dilakukan, yaitu dengan cara menyesuaikan diri terhadap norma,
etika serta aturan yang berlaku dalam suatu kelompok.

Dari uraian di alas, dapal digambarkan tentang kepatuhan santri terhadap
kiai di pesantren. Perilaku kepatuhan bisa dilihat dari adanya pengabdian
sanlri, hal itu merupakan faktor manifestasi dari pengajaran kiainya, sehingga
ketaatan atau kepatuhan terjadi, kepatuhan dan ketaatan merupakan faktor
utama dalam mencapai tujuan mencari ilmu (ta'zim wa ta'ziman). Pada
dasarnya sikap patuh santri merupakan bentuk penghargaan dan
penghormatan terhadap sang guru (kiai), sehingga seorang guru dianggap
mulia dan terhormat karena keilmuan dan kecakapan dalam berpidato di
muka umum, proses semacam itu adalah pengkultusan (menghormati secara
berlebihan). ldealnya kiai adalah sosok yang seharusnya membawa kepada
perubahan perilaku yang sesuai dengan norma dan etika agama.

3

Perilaku kepatuhan bisa terjadi dalam berbagai cara, kepatuhan yang
dilakukan santri yaitu "takzim" khidmat yang artinya mengabdi, "abdi yang
setia" (KBBI, 1990), dengan sungguh-sungguh mengabdi kepada kiai maka,

tujuan dan cita-cita belajar di pesantren akan mendapat restu dan nilai
kemanfaatan yang tinggi atau sering disebut barokah, saat mendapat
perintah dari kiainya mereka rela melakukan apapun yang menjadi perintah
kiai, tanpa ada penolakan atau alasan untuk tidak melakukannya. Kepatuhan
terjadi ketika adanya peraturan yang dibuat oleh kiai, yang perilaku individu
dikontrol dan diarahkan oleh aturan dalam kelompok itu sendiri, ha! tersebut
efektif dengan adanya sanksi yang dibuat dan disepakati (Wiley, 1961 ). Maka
dari itu perilaku kepatuhan yang dilakukan oleh santri pada dasarnya untuk
menyesuaikan diri pada norma dan aturan pesantren, perilaku demikian guna
kelancaran bersama dalam mencapai keberhasilan agar menjadi kebiasaan,
dan nanti mereka diharapkan menjadi pendakwah yang memiliki mental
spiritual yang tinggi, sehingga ajaran tersebut dapat disebarluaskan kepada
masyarakat baik melalui perilaku atau ucapan (da'wah bi/ qauli wa da'wah bi/
ha/).

Penyebab kepatuhan santri terhadap kiai adalah; pertama begitu besarnya
pengaruh karismatik seorang kiai bagi santrinya dan masyarakat sekitar
lingkungan pesantren, ha! ini terjadi karena kepandaian dan kecakapan kiai
dalam berdakwah menyampaikan ajaran Islam secara tegas dan jelas,

4

keduanya karena adanya konformitas yaitu perubahan perilaku atau
keyakinan individu agar sesuai dengan tekanan atau harapan kelompok,

ketiganya adanya penerimaan (acceptance) pada saat santri menerima
semua perintah dari kiai, tanpa bantahan atau alasan untuk menolaknya, dan

keempat menu rut (complience) yaitu setiap santri yang berada di pesantren
seharusnya patuh kepada kiai, bila hal ini tidak dilakukan maka kiai yang
menghukum santri, dan sebagai konsekuensi yang diterima santri yang
bandel mulai dikucilkan dan diklaim sebagai santri yang durhaka, dengan
melakukan perilaku kepatuhan ini, nantinya bisa diterima dalam tatanan
kehidupan lingkungan tempat pergaulan sehari-hari (Kiesler & Kiesler, 1969,
dalam Atkinson, 1991 ).

Telah dikemukakan di alas faktor-faktor penyebab kepatuhan, kemudian kita
telaah faktor lain yang menyebabkan kepatuhan di antaranya; konformitas
(penyesuaian diri), menurut (compliance) yaitu perubahan perilaku yang
terbuka secara umum, meskipun dalam hatinya tidak setuju; penerimaan

(acceptance) perubahan perilaku ini dilakukan atas dari keinginan dalam
menyesuaikan diri dengan tatanan sosial, dengan demikian proses
kepatuhan akan menyebabkan keselasaran tatanan kehidupan sosial dengan
menghormati nilai-nilai dan norma yang berlaku di pesantren tersebut.

5

Pesantren berasal dari kata santri dengan awalan "pe" dan akhiran "an" yang
berarti tempat tinggal para santri, kemudian kata santri berasal dari kata

"canlrik" bahasa jawa yang berarti seorang yang selalu mengikuti seorang
guru kemana guru ini pergi dan menetap. Yasmadi (2002) menyatakan
bahwa kata pondok berasal dari bahasa Arab "Funduq"yang artinya hotel,
asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana, pesantren terdiri dari lima
elemen pokok yaitu kiai, santri, masjid, pondok dan pengajaran kitab Islam
klasik, dari kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki
pesantren, dan yang membedakan dengan pendidikan bentuk Jain.

Tradisi pesantren merupakan kerangka sistem pendidikan Islam tradisional,
perjalanan sejarahnya telah menjadi objek penelitian para sarjana yang
mempelajari Islam di Indonesia. Dilihat dari adanya pesantren-pesantren
yang ada, ternyata banyak pesantren yang mengalami perubahan sejalan
dengan berjalan waktu dewasa ini baik secara keilmuan, teknologi, dan pola
hid up. Maka dari sebab itu kita bisa membagi pesantren dalam 2 jenis
pesantren, jenis pesantren salafi (tradisional) dan pesantren khalafi (modern),
Pesantren salafi yaitu pesantren yang mempertahankan pengajaran kitabkitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya. Di pesantren ini pengajaran
pengetahuan umum tidak ada, sementara tradisi masa Jalu tetap
dipertahankan, dan pemakaian sistem madrasah hanya memudahkan sistem

sorogan. Secara umum pesantren seperti inilah yang menggunakan sistem

6

sorogan dan weton. Dalam sistem pengajian sorogan merupakan pengajian

yang rumit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional, karena
tuntutan bagi santri membutuhkan kesabaran ketelatenan, ketaatan, dan
disiplin pribadi, maka kebanyakan santri di desa gaga! menempuh pengajian
ini, selain itu mereka menyadari harus mematangkan pada tingkat
"bandongan". Sistem bandongan, seorang murid tidak mesti menunjukkan ia
mengerti pelajaran yang sedang dihadapinya, pada pengajian ini kiai
biasanya membaca dan menerjemahkan kata-kata yang mudah, dengan cara
ini kiai dapat menyelesaikan kitab-kitab pendek dalam beberapa minggu saja.
Sistem bandongan digunakan untuk murid-murid tingkat menengah dan
tingkat tinggi dan hanya efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem
sorogan secara intensif. Selain itu ada pengajian musyawarah, pada
pengajian ini para santri harus mempelajari sendiri kitab-kitab yang ditunjuk,
dan kiai hanya memimpin jalannya diskusi layaknya sebuah seminar.

Pesantren modern (khalaf1); pesantren gaya ini sudah terbuka dan menerima
hal-hal baru yang dinilai baik, dan ada sebagian pesantren yang modern yang
masih tetap mempertahankan tradisi-tradisi lama, namun juga mulai
menerapkan hal-hal yang bersifat baru. Pesantren ini mengajarkan pelajaran
umum di madrasah dengan metode klasikal, sudah membuka sekolahsekolah umum, dan diajarkan keterampilan-keterampilan di lingkungan

7

pesantren. Di sisi lain pesantren ini masih tetap mempertahankan pengajaran
kitab-kitab klasik, pesantren seperti ini dijuluki pesantren modern.

Dikotomi tradisional dan modern yang sering dipergunakan pada tahun 1970an oleh banyak peneliti. Hal ini menunjukkan kekurangmampuan untuk
menjelaskan fenomena yang terjadi di pesantren, dan realitas yang ada,
terlebih dengan perbedaan istilah tradisional diartikan lama dan modern yang
baru. Sebenarnya hal yang terjadi menurut Raharjo (1985), tradisional
memiliki arti tersendiri yaitu pola pengentalan sosio-religius dimana pola
hubungan saling terkait satu sama lain, alas dasar inilah kita tinjau kondisi
dan konstelasi sosio-historis dari perkembangan pesantren sebagai lembaga
yang eksistensial.

Peran kiai di pesanten yang sangat dominan, terjadi karena intensitas kiai
memperlihatkan otoritasnya sebagai pimpinan, karena kiai adalah perintis,
pendiri, pengelola, pengasuh, pimpinan dan pemilik tunggal sebuah
pesantren. Oleh karena itu ada sebagian pesantren yang bubar karena
kiainya wafat, sementara kiai tidak memiliki penerus untuk melanjutkan
pengelolaan pesantren. Sebagai salah satu unsur dominan dalam sebuah
kehidupan pesantren, kiailah yang mengatur irama perkembangan dan
kelangsungan kehidupan suatu pesantren, dengan karisma, keahlian
berdakwah dan kedalaman ilmunya, karena semua tergantung pada kiai

8

maka jarang pesantren memiliki menejemen yang rapi dan teratur. Sebagai
tokoh nonformal yang ucapan dan seluruh perilakunya akan menjadi model
bagi santri dan masyarakat sekitarnya, kiai berfungsi sebagai sosok model
keteladanan yang baik (uswah hasanah). Kewibawaan kiai dan kedalaman
ilmunya adalah modal utama bagi kelangsungan semua wewenang yang
dijalankannya, akhirnya hal ini memudahkan segala kebijakannya, karena
semua santri bahkan orang-orang yang ada di lingkungan pesantren taat dan
patuh terhadap kiainya.

Dalam hal manajemen susunan organisasi pesantren modern sudah
terstruktur dan tertata mulai Pimpinan Pesantren, Wakil Pimpinan Pesantren,
Dewan Ustadz, juga organisasi pesantren (OSPA), sehingga intensitas kiai
akan terkonsentrasi kepada santrinya. Karena setiap pengajian diisi oleh
ustadz sebagian dan pengajian oleh kiai pada waktu-waktu tertentu saja,
selanjutnya kegiatan santri seluruhnya dikoordinir oleh OSPA dari mulai olah
raga, seni retorika, shalawatan, dan lain sebagainya. Kiai bisa melakukan
aktivitas di luar pesantren, seperti menjadi anggota/pengurus organisasi
kemasyarakatan atau telibat langsung dengan politik praktis.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, perilaku kepatuhan
yang dilakukan seseorang, yaitu agar senantiasa bisa diterima dan sesuai
oleh lingkungan sosiaJ; walaupun terkadang hati kecilnya tidak menerimanya.

9

Di sisi lain etika dan norma yang berlaku di pesantren menciptakan kultur
kepatuhan yang ekslusif. Di pesantren santri dapat melakukan apa saja untuk
kiainya, hanya untuk mendapat barokah dan ridho dari kiai, agar dimudahkan
dalam mencari ilmu agama.

Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa lepas dari masalah kepatuhan dan
penyesuaian diri (konformitas). sebagai warga negara yang baik hendaknya
kita mengikuti aturan-aturan yang dimuat dalam Undang-undang Dasar 45
dan perundang-undangan yang berlaku. Di lingkungan RT kita harus patuh
pada aturan yang dibuat dan dihormati, di keluarga kita harus patuh dan
menghormati aturan yang berlaku dalam keluarga, wajar saja sebuah
lembaga seperti pesantren membuat aturan dan norma yang berlaku di
tempatnya supaya tujuan belajar bisa tercapai sebagaimana mestinya.

Dari uraian di alas muncul permasalahan-permasalahan sebagai berikut;
sebagai pengelola kegiatan pendidikan agama mampuhkah kiai mendidik,
membentuk, dan mengarahkan para santri agar memiliki kecakapan dalam
menghadapi masyarakat? Apakah patuh atau tidaknya santri terhadap
aturan pesantren merupakan cerminan seberapa besar otoritas dan pengaruh
karismatik seorang kiai bagi santri dan lingkungan masyarakat sekitar
pesantren?. Apakah benar kesadaran kepatuhan santri terhadap kiai
merupakan perwujudan kesadaran santri pada saat menjalani pendalaman

10

agama di pesantren untuk dihadapkan pada lingkungan sosial dan
budayanya?. Dengan adanya babarapa perbedaan karakteristik pesantren
salafi dan modern, peneliti memilih judul penelitian sebagai berikut:

"Perbandingan Tingkat Kepatuhan Santri terhadap Kiai antara Santri
Pesantren Modern (Khalafi) dan Santri Pesantren Tradisional (Salafi)

1.2. Pembatasan Masalah
Pada dasarnya permasalahan pada santri cukup kompleks, karenanya itu
penulis perlu membatasi masalah dalam skripsi ini. Permasalahan ini dibatasi
agar permasalahan menjadi lebih fokus dan terarah, maka kepatuhan dalam
penulisan penelitian skripsi ini dibatasi pada tingkat kepatuhan yang dicapai
oleh santri, dalam penelitian yang akan diteliti berkaitan dengan pengaruh
kepatuhan, hubungannya dengan kepatuhan santri dari pengaruh karismatik
dan kedalaman ilmu kiai. Ada dua macam tingkat kepatuhan.
Pertama: tingkat kepatuhan yang menggunakan metode kedisiplinan bagi

santri yang berada di pesantren modern berarti santri harus tunduk dan patuh
pada aturan yang dibukukan yang tertera dalam perjanjian sebelum masuk
pesantren modern tersebul.

Kedua: kepatuhan bagi santri salafi (tradisional), yaitu kepatuhan bagi

mereka yang merupakan kesadaran pada taat dan patuh terhadap gurunya,

11

tanpa desakan atau penerapan disiplin yang permanen. Pada pesantren
salafi tidak terlalu diterapkan dalam bentuk peraturan yang sudah dibukukan
dalam pesantren salafi, melainkan peraturan yang bersifat dogma agama
yang kaitannya dengan Allah, lain dengan pesantren modern, pada pesantren
modern setiap peraturannya sudah diatur sedemikian rupa dalam proses
pembelajarannya.

Subjek penelitian ini adalah santri yang mukim di pesantren dalam kurun
waktu yang telah ditentukan di pesantren, dengan kisaran usia antara 13 s/d
21 tahun. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang
menampung para santri dalam pondok (asrama), di dalamnya dikaji khusus
ilmu agama yang memiliki kiai sebagai pimpinan sekaligus pengasuh.

1.3. Perumusan Masalah
Pada perumusan masalah ini dibagi dalam beberapa permasalahan antara
lain:
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kepatuhan santri
terhadap kiai, antara santri pesantren modern dengan santri pesantren
tradisional (salafi)?

12

1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan (obedience) bertujuan
untuk:
Mengetahui perbedaan tingkat kepatuhan santri terhadap kiai antara
santri yang berada di pesantren modern dan di pesantren tradisional
(salafi).

1.5. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini memiliki manfaat pada psikologi khususnya
psikologi sosial, tentang kepatuhan (obedience) santri terhadap kiai yang
memiliki karisma dan kedalaman ilmu dan khususnya sebagai sumbangan
pemikiran dalam penyelenggaraan pendidikan di pesantren.

1.6. Metode Pembahasan
Metode ini disusun menggunakan metode penulisan komparatif kuantitatif
yang melalui metode ini penulis ingin mencoba memaparkan masalah dari
data-data yang didapat untuk selanjutnya diolah secara statistik (penelitian
kuntitatif) dan untuk diperbandingkan sesuai kelompok sampel yang dibuat,
dan dibuat kesimpulannya, untuk teknik penulisan dalam skripsi ini mengacu
kepada penulisan APA style (American Psychological Association).

13

1.7. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini disusun secara sisternatis dalarn lirna bab dan dilengkapi
dengan larnpiran yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut.
BAB 1

: Pendahuluan yang berisi latar belakang rnasalah, perurnusan
rnasalah, tujuan dan rnanfaat penelitian, rnetode pernbahasan dan
sisternatika penulisan.

BAB 2

Mengernukakan kajian teori tentang pesantren, rneliputi pesantren
modern dan pesantren salafi (tradisional) , kiai, ustadz, santri,
kepatuhan (obedience), perilaku kepatuhan santri terhadap kiai,
dan hipotesis penelitian.

BAB 3

Metode penelitian, berisikan subjekr penelitian, pengumpulan data,
teknik analisis data, dan tahapan penelitian.

BAB 4

Hasil penelitian, yang berisikan garnbaran urnum, deskripsi dan
analisa data.

BAB 5

Penutup yang berisikan kesirnpulan, diskusi dan saran

BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1. Pondok Pesantren
2.1.1. Pengertian pondok pesantren
Pondok adalah bangunan untuk tempat sementara, bangunan tempat tinggal
berpetak-petak (KBBI, 1988). Pondok berasal dari bahasa Arab yaitu "funduq"
yang artinya hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal (Yasmadi, 2002).
Pondok diartikan sebagai sebuah asrama pendidikan Islam tradisional yang
para santrinya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan kiai (Dhofier,
1982).

Pondok merupakan hasil penerapan akulturasi dari masyarakat Indonesia
terhadap kebudayaan Hindu Budha, kemudian kebudayaan Islam selanjutnya
menjelmakan menjadi lembaga yang lain dengan warna Indonesia, yang
berbeda dengan apa yang dijumpai di India dan Arab (Raharjo, 1974).
Pondok pesantren merupakan lembaga yang mendukung nilai-nilai agama di
kalangan masyarakat agamis. Pondok pesantren menurut Siraj (1998)
diartikan sebagai suatu tipologi yang unik dari institusi pendidikan; berusia
ratusan tahun sekitas 3 abad silam. Faktor pendukung dalam berjalannya

1A

15

pendidikan pesantren adalah dengan adanya pondok maka santri bisa belajar
bersama dalam naungan kiai di pesantren, pondok merupkan salah satu
elemen penting karena pondok merupakan tempat bagi para santrinya
tinggal.

Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan "pe" dan akhiran "an"
berarti tempat tinggal santri (Dhofier: 1982). Pesantren pada prinsipnya
adalah sebuah asrama pendidikan tradisional dimana santri tinggal bersama
dan belajar dalam bimbingan kiai. Pondok juga dikenal sebagai asrama
adalah ciri khas dari tradisi pesantren, yang membedakan dengan sistem
dengan pendidikan formal. Menurut Dhofier (1982) ada tiga alasan utama
pesantren harus menyediakan asrama; pertama kemasyhuran sang kiai dan
kedalaman pengetahuannya tentang Islam, hal tersebut menarik santri-santri
dari jauh untuk tinggal di asrama. Kedua; hampir setiap pesantren berada di
desa-desa yang tidak tersedia perumahan (akomodast) yang cukup untuk
menampung santri, dengan demikian keberadaan asrama sangat perlu,
ketiga; adanya sikap timbal balik antara kiai dan santri, dimana para santri

menganggap kiai seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kiai
menganggap santri sebagai titipan Tuhan yang senantiasa harus
membimbingnya dan melindunginya.

16

2.1.2. Asal mula adanya pondok pesantren

Pesantren merupakan fenomena yang sudah cukup tua, setua datangnya
Islam ke Indonesia, walaupun jumlahnya tentu masih sangat terbatas
(Dhofier, 1982). Secara historis pesantren tidak hanya mengandung makna
keislaman tetapi makna keaslian Indonesia, sebab memang cikal bakal
lembaga pesantren memang sudah ada pada masa Hindu-Budha dan Islam
tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengislamkan saja (Madjid, 1997).
Secara terminologis dapat dijelaskan bahwa pendidikan pesantren bi/a dilihat
bentuk dan sistemnya, berasal dari India sebelum proses penyebaran Islam
di Indonesia, sistem tersebut telah dipergunakan secara umum untuk
pendidikan dan pengajaran agama Hindu di Jawa, setelah Islam masuk dan
tersebar di Jawa sistem tersebut diambil dan diteruskan oleh Islam yang
kemudian menjadi sebuah pesantren (Yasmadi, 2002).

Bila dilihat dari sistem pengajaran yang ada di dunia pesantren, memang
terdapat kemiripan dengan tatalaksana pengajaran dalam ritual agama Hindu
dimana para ca/on "bikshu" (pendeta) dididik di kui/ untuk disucikan dirinya
menjadi bikshu, demikian juga santri dalam pesantren yang mendalami
pendidikan agama agar nantinya menjadi ustadz bahkan menjadi kiai setelah
lulus dari pesantren, sementara kiai duduk di atas kursi yang dilandasi oleh
bantal dan para santri duduk mengelilinginya, dengan cara ini timbul sikap
hormat dan sopan oleh para santri terhadap kiainya, seraya dengan tenang

17

mendengarkan uraian yang disampaikan kiainya. Pesantren telah ada sejak
beberapa abad yang silam semenjak datangnya Islam ke Indonesia,
kehadirannya sangat berarti bagi kelangsungan pendidil