PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN Pembelajaran Regulasi Diri Pada Santri Di Pondok Pesantren Modern.

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK
PESANTREN MODERN

Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan Oleh :
AINUN ZARIAH
F 100 090 039

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

i

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK
PESANTREN MODERN


Naskah Publikasi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan Oleh :
AINUN ZARIAH
F 100 090 039

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

ii

ABSTRAKSI

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK
PESANTREN MODERN


Ainun Zariah
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembelajaran regulasi diri adalah proses kegiatan belajar yang diatur,
dikelola dan dikontrol oleh diri sendiri untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal
ini yang hendak diteliti adalah pembelajaran regulasi diri pada santri, yang
dimaksud dengan santri adalah siswa atau pelajar yang belajar dan tinggal di
pondok pesantren. Santri diharapkan memiliki suatu kemampuan dan aktivitas
untuk mengarahkan atau mengontrol proses tersebut. Kemampuan tersebut sering
disebut dengan regulasi diri (self regulation).
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan
pembelajaran regulasi diri pada santri di Pondok Pesantren Modern. Informan
utama dalam penelitian ini adalah remaja berusia 13-15 tahun, santri yang sedang
menempuh pendidikan dan tinggal di Pondok Pesantren Modern minimal selama
enam bulan. Metode pengambilan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner terbuka dan wawancara.
Hasil menunjukkan bahwa cara santri menyesuaikan diri dengan
lingkungan pondok pesantren cenderung menyesuaikan terhadap kesulitan yang
dihadapi dan mengubahnya menjadi tantangan. Dalam mengatasi masalah belajar
santri mengoptimalkan kemampuan dan menggunakan strategi untuk membantu

belajarnya. Kemudian masing-masing santri memiliki srategi belajar yang
berbeda-beda untuk membantu belajarnya. Selain itu, untuk mengatasi pengaruh
teman dan lingkungan, santri cenderung menjaga dan mengontrol diri dalam
berteman. Ketika melakukan kesalahan, santri cenderung mengevaluasi diri dan
memperbaiki diri atas kesalahan yang telah diperbuat. Santri juga mendapat
keuntungan ketika mampu meregulasi diri dengan baik yakni merasa senang,
tenang dan nyaman serta dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menjadi
disiplin, memiliki waktu luang yang bermanfaat. Sedangkan kerugian yang
didapatkan santri ketika kurang mampu meregulasi diri dengan baik ialah merasa
menyesal dan kecewa, selain itu santri memiliki pekerjaan yang tertunda, waktu
luang yang sia-sia dan prestasi santri menjadi turun

Kata kunci : pembelajaran regulasi diri, santri, pondok pesantren modern

v

1

diterima


Pendahuluan
Pesantren merupakan salah satu
bentuk

lembaga

Indonesia

pendidikan

yang terus

menyesuaikan

di

berkembang

dengan


kebutuhan

jaman. Salah satu keunikan dari
pendidikan pesantren adalah siswa
atau yang lebih populer disebut santri,
belajar dan tinggal dalam asrama atau
pondok

yang

disediakan

oleh

pesantren. Santri yang belajar di
pesantren

rata-rata

berada


pada

rentang usia remaja dengan macammacam karakteristik.

pesantren modern berbeda dengan
kehidupan santri di pondok pesantren
Di

pondok

pesantren

modern, santri dituntut untuk dapat
menyesuaikan
terhadap

diri

dengan


baik

kegiatan-kegiatan

dan

peraturan yang berlaku. Situasi yang
sering

dihadapi

santri,

terkadang

membuat kondisi yang berbeda dan
dampak terhadap pola kehidupannya.
Apabila santri sebelum di pesantren
adalah peserta didik di sekolah umum

hanya melakukan kegiatan belajar
selama kurang lebih tujuh jam dalam
sehari.

Ketika

menjadi

santri

di

pondok pesantren mempunyai kegiatan
yang harus dilakukan mulai dari
bangun tidur di waktu subuh hingga
tidur kembali. Santri diwajibkan untuk
melakukan

kegiatan


belajar

dan

keagamaan baik yang bersifat wajib
seperti sekolah, sholat berjama’ah

Kehidupan santri di pondok

tradisional.

oleh

santri

seperti

kurangnya perhatian dari orangtua,
padatnya kegiatan yang harus dijalani
oleh setiap santri, ketatnya peraturan

yang harus dipatuhi oleh santri dan
kehidupan pondok pesantren yang
memisahkan antara putra dan putri.
Terorganisirnya jadwal yang harus

ataupun kegiatan yang bersifat sunnah
seperti ekstrakulikuler.
Untuk itu, santri diharapkan
memiliki

suatu

aktivitas

untuk

mengontrol

kemampuan


dan

mengarahkan atau
proses

tersebut.

Kemampuan tersebut sering disebut
dengan regulasi diri (self regulation).
Hal yang perlu digarisbawahi dari
pembelajaran

regulasi

diri

adalah

pentingnya otonomi dan tanggung
jawab pribadi dalam kegiatan belajar.
Istilah regulasi atau pengaturan diri
dalam belajar oleh Pintrich & De
Groot (dalam Mastuti, 2009) sering
disebut self regulation learning, yaitu

2

Woolfolk

suatu kegiatan belajar yang diatur oleh
diri

sendiri,

dimana

individu

2010)

(dalam

Latipah,

menyebutkan

bahwa

mengaktifkan pikiran, motivasi dan

pengetahuan, motivasi, disiplin diri

tingkah

dan

lakunya

untuk

mencapai

merupakaan

tujuan belajarnya.
Fenomena-fenomena di atas
mendorong

volition

peneliti

untuk

(kemauan

diri)

faktor

yang

mempengaruhi pembelajaran regulasi
diri. Kemudian Zimmerman (1989)

merumuskan masalah yaitu bagaimana

berpendapat

pembelajaran regulasi diri pada santri

sosial kognitif terdapat 3 faktor yang

di

mempengaruhi

Pondok

Pesantren

Modern?.

bahwa

menurut

seseorang

teori

sehingga

Penelitian ini penting dilakukan untuk

melakukan pembelajaran regulasi diri :

memahami

a. Individu, yang termasuk dalam

dan

mendeskripsikan

pembelajaran regulasi diri pada santri.

faktor individu antara lain

Dengan rumusan masalah tersebut

1) Pengetahuan individu

penelitian ini memfokuskan tentang:

2) Tingkat

Pembelajaran

Regulasi

Diri

pada

Santri di Pondok Pesantren Modern.
Menurut Zimmerman (1990)

kemampuan

metakognisi individu
3) Tujuan yang ingin dicapai
4) Keyakinan efikasi diri

dalam teori sosial kognitif terdapat tiga

b. Perilaku, fungsi perilaku adalah

hal yang mempengaruhi seseorang

membantu individu menggunakan

sehingga

pembelajaran

segala kemampuan yang dimiliki

regulasi diri, yakni individu, perilaku

lebih besar dan optimal upaya yang

dan

individu

dilakukan individu dalam mengatur

meliputi pengetahuan, tujuan yang

proses belajar. Faktor-faktor dalam

ingin

kemampuan

perilaku meliputi, behavior self

metakognisi serta efikasi diri. Faktor

reaction, Personal self reaction,

perilaku

Environmental self reaction yakni.

melakukan

lingkungan.

dicapai,

meliputi

Faktor

behavior

self-

reaction, personal self reaction serta

c. Lingkungan, dapat mendukung atau

environment self reaction. Sedangkan

menghambat

faktor

melakukan

lingkungan

dapat

berupa

lingkungan fisik maupun lingkungan.

siswa

dalam

aktivitas

belajar.

Pengaruh lingkungan ini berupa

3

social and enactive experience,

mengelola sumber daya baik dari

dukungan sosial seperti dari guru,

dalam maupun dari lingkungan seperti

teman , maupun berbagai bentuk

manajemen

informasi literature dan simbolik

memanfaatkan lingkungan sekitar dan

lainnya,

lainnya.

serta

struktur

konteks

Dari

(1988)

mengenai

beberapa

pendapat

faktor-faktor

yang

mempengaruhi pembelajaran regulasi

tenaga,

Zimmerman & Martinez-Pons

belajar, seperti karakteristik tugas
dan situasi akademik.

waktu,

menyebutkan

aspek-aspek

pembelajaran regulasi diri, yaitu :
a. Strategi

pengorganisasian

dan

transformasi informasi

diri yang telah diutarakan diatas, maka

b. Strategi mengingat informasi

dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

c. Menentukan tujuan belajar dan

yang

mempengaruhi

pembelajaran

perencanaan belajar

regulasi diri yaitu individu, perilaku

d. Evaluasi diri

dan lingkungan. Faktor individu ini

e. Konsekuensi

meliputi pengetahuan, tujuan yang

f. Pencatatan

ingin

g. Mencari informasi yang diterima

dicapai,

disiplin

diri,

kemampuan metakognisi serta efikasi

h. Mempelajari

materi

diri. Sedangkan faktor perilaku yang

mempersiapkan

berpengaruh terhadap self regulation

menerima materi baru maupun

learning yakni behavior self-reaction,

sebelum menghadapi ujian.

personal
environment

self
self

reaction

serta

Dari

reaction.

Faktor

dipaparkan

diri

dan

uraian
di

atas

sebelum

yang

telah

maka

dapat

lingkungan ini baik lingkungan fisik,

disimpulkan

bahwa

aspek-aspek

sosial, rumah maupun sekolah.

pembelajaran

regulasi

diri

Menurut

Pintrich

(dalam

yaitu

sebagai berikut : (a) kemampuan

Papantoniou et al, 2012) pembelajaran

metakognisi,

(b)

regulasi diri terbagi menjadi tiga

meregulasi diri, (c) Konsep belajar, (d)

kategori, yaitu strategi belajar secara

orientasi belajar dan (e) usaha individu

kognitif, kontrol metakognisi atau

mengatur

strategi mengatur diri, dan strategi

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

diri

keterampilan

sendiri

dan

4

Proses pembelajaran regulasi

kesulitan yang dihadapi pada saat

diri menurut Arabzadeh, Kadivar &

pengerjaan tugas dan mengubah

Dlavar (2012) terdiri dari beberapa

menjadi sebuah tantangan pada

pelaksanaan strategi utama, termasuk

suatu

(1)

menyenangkan

strategi

metakognitif

perencanaan,

penetapan

seperti
sasaran,

pemantauan dan evaluasi diri, (2)

hal

yang

menarik

dan

c. Tahu bagaimana atau menggunakan
sumber-sumber yang ada

strategi motivasi, seperti self efficacy,

d. Memiliki kegigihan dalam belajar

atribusi dan self satisfaction, (3)

dan mempunyai strategi tertentu

strategi kognitif untuk belajar dan

yang membantu dalam belajar

seperti

e. Mempunyai kecenderungan untuk

latihan, elaborasi dan organisasi, dan

membuat sesuatu pengertian atau

(4) strategi mengatur kemampuan diri

makna dari apa yang dibaca, ditulis,

sendiri, seperti manajemen waktu dan

maupun didiskusikan

memahami

bahan-bahan

memanfaatkan bantuan orang lain
untuk mendukung proses belajar.
Penelitian

yang

f. Menggunakan strategi dan upaya
yang gigih dalam belajar.

dilakukan

Dari uraian ciri-ciri yang telah

Rochester Institute of Technology

dikemukakan di atas, maka dapat

(Haryu dalam Shidiq & Mujidin,

disimpulkan

2006)

memiliki ciri-ciri :

menemukan

karakteristik

dalam

beberapa
pembelajaran

regulasi diri:

regulasi

diri

a. individu memiliki motivasi dalam
belajar dan mempunyai strategi

a. Memiliki

kemandirian

dalam

melaksanakan tugas yang diberikan
kepada

bahwa

mereka

perencanaan

dan

untuk

membuat
mengatur

tertentu yang membantu dalam
belajar
b. Memiliki
perencanaan,

kemandirian,
strategi

dan

penggunaan waktu serta sumber

memanfaatkan penggunaan waktu

yang dimiliki

serta sumber yang dimiliki

b. Mempunyai Need For Challenge

c. mampu memonitor kemajuannya,

yaitu mempunyai kecenderungan

menyesuaikan atau memperbaiki

untuk menyesuaikan diri terhadap

strategi berdasarkan kemajuan yang

5

mereka buat, dan mengevaluasi

kali ini dilakukan untuk menggali

halangan yang mungkin muncul

jawaban-jawaban

dan

terbuka informan yang dirasa unik atau

melakukan

adaptasi

yang

dari

kuesioner

berbeda dari yang lain.

diperlukan.

Hasil dan Pembahasan

Metode Penelitian
Informan dalam penelitian ini
ditetapkan remaja dengan rentang usia

1. Regulasi diri santri di pondok
pesantren
Berdasarkan hasil penelitian

13-15 tahun, santri pondok pesantren
modern yang sudah tinggal selama

menggunakan

minimal

belakang

enam

bulan.

Sampel

kuesioner,

santri

yang

latar
mampu

penelitian yang akan digunakan dalam

mengatur diri masuk ke pondok

penelitian ini berjumlah 80 orang

pesantren karena keinginan dari diri

santri.

tersebut

sendiri dan dorongan orang tua

sebelumnya akan diskrining dengan

dengan besar persentase 27,5%,

menggunakan angket tertutup yang

sedangkan

digunakan

untuk

mampu

karakteristik

informan,

Sampel

penelitian

menentukan

santri
mengatur

yang
diri

kurang
lebih

sehingga

cenderung karena ingin belajar

mendapatkan 40 orang santri yang

lebih disiplin dengan persentase

mampu mengatur diri dan 40 orang

sebesar 30%. Kemudian, masuknya

santri yang kurang mampu mengatur

santri yang mampu mengatur diri

diri. Subjek penelitian yang digunakan

ke pondok pesantren cenderung

peneliti

karena keinginan sendiri dan orang

adalah

santri

di

Pondok

tua dengan persentase 20,51% dan

Pesantren Modern.
Metode

pengumpulan

data

pada santri yang kurang mampu

dalam penelitian ini adalah kualitatif

mengatur

yang

dorongan dari orang lain baik itu

diungkap

dengan

metode

kuisioner terbuka dan wawancara.

dibagikan kepada informan utama.
Sedangkan wawancara pada penelitian

lebih

karena

orang tua maupun keluarga.

Kuisioner terbuka dibuat berdasarkan
tujuan dan pertanyaan penelitian yang

diri

Latar

belakang

santri

masuk ke pesantren mempengaruhi
pembelajaran regulasi diri santri.
Hal

ini

sesuai

dengan

yang

6

disebutkan
Latipah,

Woolfolk
2010),

(dalam

motivasi

dan

mengawasi

dengan

persentase

sebesar 30%. Pola didik orang tua

volition (kemauan diri) merupakan

menurut

salah faktor yang mempengaruhi

merupakan faktor lingkungan yang

seseorang meregulasi diri. Selain

dapat mempengaruhi regulasi diri

itu, dorongan orang lain menurut

seseorang. Hal ini dikarenakan,

zimmerman

keluarga

(1990)

merupakan

zimmerman

merupakan

(1990)

lingkungan

faktor lingkungan. Hal ini sesuai

terkecil anak untuk belajar dan

dengan hasil di atas, santri yang

orang tua memiliki peran yang

mampu

penting dalam membentuk karakter

mengatur

diri

sudah

memiliki motivasi dan kemauan
sendiri

sehingga

mendukung

orang

santri.

tua

Sedangkan

santri yang kurang mengatur diri
harus didorong oleh orang lain
untuk menunculkan motivasi dan
kemauan diri sendiri untuk masuk
pondok pesantren.
Kemudian

anak.
Pembahasan
adalah

selanjutnya

bagaimana

menyesuaikan
lingkungan

santri

diri
pondok

dengan
pesantren.

Santri yang mampu mengatur diri
berpendapat jadwal yang diterapkan
pesantren sudah baik dan bagus

melihat

pola

dengan persentase 17,5%. Untuk

didik orang tua santri sebelum

santri

mengetahui penyesuaian diri santri

mengatur diri merasa jadwal yang

di pondok pesantren modern. Pola

diterapkaan

didik orang tua santri yang mampu

dengan besar persentase 12,5%.

mengatur diri lebih memberikan

Kemudian melihat pada pendapat

pendidikan yang sesuai dengan

santri tentang peraturan pondok

kebutuhan anak dengan persentase

pesantren.

Santri

sebesar 47,5%. Sementara santri

mengatur

diri

yang kurang mampu mengatur diri,

peraturan yang diterapkan sudah

orang

baik,

tua

memberikan
anak

santri

cenderung

kebebasan

meskipun

orang

kepada
tua

yang

kurang

tidak

terlalu

padat

yang

mampu

merasa

bahwa

meskipun

kekurangan

mampu

dengan

ada

sedikit
persentase

sebesar 55%. Sedangkan santri

7

yang kurang mampu mengatur diri

yang dihadapi santri yang mampu

merasa

peraturan

mengatur diri ialah kurang dapat

pondok pesantren paddat dan ketat

menerapkan kedisiplinan dengan

dengan besar persentase 40,54%.

persentase

jadwal

dan

Jadwal
pondok

dan

peraturan

pesantren

menurut

(1989)

merupakan

Zimmerman
faktor

lingkungan

menghambat

yang

atau

dapat

mendukung

santri dalam melakukan aktivitas
belajar. Faktor lain yang juga dapat
mempengaruhi

adalah

perilaku.

Zimmerman

(1989)

mengungkapkan

fungsi

dari

perilaku adalah membantu individu
untuk menggunakan kemampuan
dan

upayanya

dengan

optimal

dalam mengatur proses belajarnya.
Santri yang berusaha merubah dan
menyesuaikan

langkah

belajar

sesuai kebutuhan lingkungannya
akan lebih mudah mengatur dirinya,
hal ini dapat terlihat pada santri
yang mampu mengatur diri. Pada
santri

yang

mengatur

kurang

diri

mampu

berlaku

hal

sebaliknya.
Kemudian

masalah-

masalah yang dihadapi santri di
pondok pesantren. Masalah belajar

sebesar

menunjukkan

15%,

kebutuhan

ini
untuk

disiplin tinggi. Sedangkan pada
santri

yang

kurang

mampu

mengatur diri, santri tidak memiliki
hiburan untuk refreshing dengan
besar

persentase

menandakan

2,56%

kebutuhan

bersenang-senang

yang
untuk

(having

fun)

tinggi. Selain itu, menurut santri
yang

mampu

mengatur

diri,

program di pondok pesantren yang
dapat

mempengaruhi

aktivitas

santri sehari-hari adalah jadwal
yang tidak pasti yang kemudian
membuat

pekerjaan

terbengkalai
sebesar

dengan

31,25%.

lainnya
persentase
Sedangkan

menurut santri yang kurang mampu
mengatur

diri

program

yang

mengganggu aktivitasnya adalah
kurangnya jadwal istirahat yang
menjadikan

santri

cepat

lelah

dengan persentase sebesar 39,29%.
Masalah

belajar

santri

yang mampu mengatur diri kurang
dapat

mendisiplinkan

diri

merupakan suatu kegagalan santri

8

dalam meregulasi diri. Seperti yang

membuat

dijelaskan Zimmerman & Martinez-

pesantren, menaati peraturan yang

Pon (1988) ada beberapa aspek

berlaku di pondok pesantren dan

pembelajaran regulasi diri seperti

mengikuti atau menjalani jadwal

pengorganisasian dan transformasi

dan peraturan yang sudah ada

data, menentukan tujuan belajar dan

dengan mandiri. Menurut hasil

perencanaan belajar. Santri yang

penelitian

kurang dapat mendisiplikan diri

Rochester Institute of Technology

dapat

tidak

(Haryu dalam Shidiq & Mujidin,

menetapkan tujuan belajar sehingga

2006) langkah penyesuaian santri

kesulitan menentukan strategi apa

yang mampu dan kurang mampu

yang mudah bagi santri untuk

mengatur menunjukan bahwa santri

menghadapi kendala-kendala yang

memiliki

ada.

menyesuaikan

disebabkan

santri

Kemudian masuk kepada
regulasi diri santri. Regulasi diri
yang pertama adalah cara santri
baik yang mampu mengatur diri
menyesuaikan

diri

dengan

menjalani kegiatan-kegiatan yang
ada dengan sabar, senang dan ikhlas
dengan

persentase

37,5%.

Sementara pada santri yang kurang
mampu

mengatur

diri

mendisiplinkan diri sendiri agar

terbiasa

di

pondok

yang

dilakukan

kecenderungan
diri

untuk
terhadap

kesulitan yang dihadapi pada saat
pengerjaan tugas dan mengubahnya
menjadi tantangan yang menarik.
Sedangkan santri
mengatur
memiliki

diri

yang mampu

cenderung

kemampuan

telah
yang

memudahkan santri menyesuaikan
diri

sehingga

santri

cenderung

menjalaninya dengan sabar, senang
dan ikhlas.
Regulasi

diri

santri

dapat menyesuaikan diri dengan

selanjutnya mengenai cara santri

lingkungan pesantren dengan besar

mengatasi

persentase

17,5%.

hasil

Santri yang mampu mengatur diri

wawancara

pun

menunjukkan

mengatasinya mengatasi masalah

bahwa santri menyesuaikan diri

belajarnya dengan mencari tempat

dengan melakukan banyak hal yang

dengan situasi dan kondisi yang

Dari

masalah

belajarnya.

9

nyaman untuk belajar dengan besar

ketika hafalan dan mempelajari

persentase 30%, sedangkan santri

materi pelajaran atau hafalan sedikit

yang kurang mampu mengatur diri

demi sedikit, rajin belajar serta

dengan belajar sungguh-sungguh

konsentrasi pada saat belajar.
Selain itu, strategi dalam

dengan persentase sebesar 35%.
Santri yang mampu mengatur diri
Cara santri yang kurang

belajar dan mengatur waktu santri
yang mampu mengatur diri yaitu

tersebut

dengan meyusun jadwal kegiatan

sesuai dengan ciri-ciri pembelajaran

dengan menentukan prioritas besar

diri dari hasil penelitian yang

persentasinya 68,42%, sementara

dilakukan Rochester Institute of

santri

Technology (Haryu dalam Shidiq &

mengatur diri dengan tidak mensia-

Mujidin,

siakan

mampu

mengatur

2006)

diri

menyatakan

yang

waktu

kurang

mampu

untuk

bermalas-

kemampuan yang dimiliki santri

malasan dengan persentase 27,27%.

bukanlah satu-satunya faktor yang

Hal senada juga ada dalam hasil

mendukung

dalam

wawancara, strategi mereka dengan

meraih prestasi belajar melainkan

menyusun jadwal dalam satu hari,

juga dibutuhkan strategi dan upaya

santri

yang

kesehatan dan emosi agar selalu

kesuksesan

gigih

dalam

belajar.

juga

menjaga

kondisi

dan

baik dan meningkatkan intensitas

strategi tertentu yang membantu

belajarnya. Strategi belajar santri

dalam belajar ini dimiliki oleh

yang

santri

menunjukkan strategi metakognitif

Kegigihan

dalam

yang

belajar

kurang

mampu

mampu

mengatur

mengatur diri. Strategi belajar santri

seperti

tampak dari hasil wawancara yaitu

sasaran, pemantauan dan evaluasi

santri akan bertanya kepada teman

diri yang cukup baik (Arabzadeh,

atau

orang

membantu

perencanaan,

diri

penetapan

yang

dapat

Kadivar & Dlavar, 2012).

menyelesaikan

tugas

Kemudian,

lain

santri

yang

tersebut, membaca buku, meminta

mampu mengatur diri memiliki cara

orang lain untuk membantu belajar

untuk

seperti meminta teman menyimak

pengaruh teman dan lingkungan di

mengontrol

diri

dari

10

sekitarnya dengan menjadi diri

diperbuat.

sendiri

prinsip

mengatur diri akan mengintropeksi

dengan persentase 17,5%, demikian

dirinya sendiri dan memperbaiki

juga dengan santri yang kurang

diri dari kesalahan yang diperbuat

mampu mengatur diri memiliki cara

dengan

untuk

sedangkan

yang

memiliki

mengontrol

diri

dari

Santri

besar

yang

mampu

persentase

santri

yang

mengatur

sekitarnya yaitu dengan menjaga

menjadikan

dan

dalam

motivasi untuk menjadi lebih baik

berteman dengan besar persentase

dengan persentase sebesar 15,38%.

59,46%. Pengaruh buruk dari teman

Cara santri tersebut juga didukung

biasanya diselesaikan santri dengan

dengan

hasil

membuat kesibukan yang lebih

ditelah

dilakukan

bermanfaat sehingga teman segan

mengoreksi

untuk

menolak

mengulangi kesalahan yang sama

dengan lembut permintaan teman

untuk kedepannya dan menjadikan

untuk

kurang

kesalahan

mudah

pelajaran

diri

mengganggu,

hal-hal

bermanfaat,

yang
tidak

akan

kurang

pengaruh teman dan lingkungan di

mengontrol

diri

65%,

cenderung

kesalahan

sebagai

wawancara

diri

yang

yaitu

santri

sendiri,

tidak

sebelumnya

sebagai

untuk

tidak

terpengaruh oleh ajakan teman,

mengulanginya.

pendapat tersebut merupakan hasil

merupakan suatu bentuk evaluasi

wawancara kepada santri. Kontrol

terhadap

diri santri yang kurang mampu

belajar santri, sedangkan usaha

dalam

santri

berteman

merupakan

Intropeksi

hasil

diri

perkembangan

memperbaiki

diri

regulasi diri dimana santri memiliki

kesalahan

strategi mengelola sumber daya

merupakan

yang

konsekuensi yang diterima apabila

berasal

sekitarnya

dari

lingkungan

(Pintrinch

dalam

Papantoniou et al, 2012).
Cara

santri

selanjutnya

adalah bagaimana santri bangkit
dari

kesalahan

yang

pernah

hasil

yang

yang

dari

diperbuat

suatu

didapatkan

berhasil

ataupun

(Zimmerman

&

1988).

bentuk

tersebut
gagal

Martinez-Pons,

11

2. Keuntungan

yang

didapatkan

santri yang mampu meregulasi

berharga

mengetahui

pembelajaran regulasi diri santri di
pondok

pesantren,

diketahui

maka

dapat

keuntungannya.

Santri

yang mampu mengatur diri merasa
lebih teratur dan disiplin ketika
santri

mampu

mengatur

waktu

dngan baik dengan besar persentase
15%. Sementara santri yang kurang
mampu mengatur diri cenderung
merasa senang, tenang dan nyaman
ketika

mapu

mengatur

waktu

dengan persentase sebesar 80%.
Keuntungan
didapatkan
mampu

selanjutnya
oleh

mengatur

yang

santri

ketika

waktu

yakni

merasa dirinya menjadi lebih baik
dengan persentase sebesar 27,5%,
sedangkan

santri

yang

kurang

menyelesaikan

pekerjaan tidak terburu-buru.

diri dengan baik.
Setelah

dan

Melihat

dari

hasil

kuesioner dan wawancara, maka
tampak ada kesinambungan. Santri
yang dapat membangkitkan dan
memantau
perasaan

diri
dan

atas

pikiran,

perilaku

untuk

mencapai tujuannya maka santri
akan mendapat konsekuensi dari
apa yang dilakukan (Zimmerman &
Martinez, 1988). Konsekuensi dari
keberhasilan santri yang mampu
meregulasi

yaitu

mendapatkan

perasaan yang senang, tenang dan
nyaman. Selain itu, kemampuan
santri dalam mengatur diri, seperti
menjadikan lebih disiplin, bijaksana
dalam memanfaatkan waktu dan
penyelesaian tugas dengan baik
menjadi lebih meningkat.

mampu mengatur diri lebih merasa

3. kerugian yang didapatkan santri

memiliki kontrol terhadap waktu

yang kurang mampu meregulasi

dengan baik persentasenya sebesar

diri dengan baik.

70%.

Kemudian, ketika melihat

dari hasil wawancara menunjukkan
hasil yang sama yaitu santri merasa
mampu

mendisiplinkan

dirinya,

prestasinya menjadi lebih baik,
mengetahui

bahwa

waktu

itu

Pembelajaran regulasi diri
santri dan keuntungannya telah
dibahas sebelumnya, pembahasan
selanjutnya

adalah

mengenai

kerugian bagi santri ketika kurang
mampu mengatur dirinya dengan

12

baik. Hal yang dirasakan santri

tertundanya

yang mampu mengatur diri ketika

merupakan konsekuensi yang harus

tidak

waktu

diterima santri karena telah gagal

cenderung merasa menyesal dan

melakukan pembelajaran regulasi

kecewa pada diri sendiri degan

diri. Hal ini dapat dikarenakan

besar

santri

dapat

Sementara

mengatur

persentase

39,47%.

santri

kurang

yang

banyak

pekerjaan

kurang

mengorganisir

mampu

jadwal

dan

mampu mengatur diri merasa tidak

pekerjaannya, kurang menentukan

percaya

diri

tujuan dan perencanaan yang baik

sendiri dengan persentase sebanyak

sehingga hasil belajar mereka harus

11,43%. Selain itu, santri yang

di

mampu mengatur diri merasa rugi

Martinez-Pons, 1988).

karena

pada

kemampuan

banyak

pekerjaan

yang

tertunda sehingga menjadikan tidak
disiplin dengan persentase 48,72%,
sedangkan

santri

yang

kurang

mampu mengatur diri merasa rugi
karena

nilainya

menjadi

turun

dengan persentase 15%. Data lain
dari hasil wawancara menunjukkan
tidak dapat mengatur waktu dengan
baik, prestasi di sekolah menjadi
turun,

waktu

untuk

istirahat

menjadi kurang dan pekerjaanpekerjaan

yang

harus

segera

diselesaikan menjadi tertunda untuk
dikerjakan ketika santri kurang
mampu mengatur diri dengan baik.
Kerugian yang didapatkan
santri
kecewa

berupa
pada

rasa
diri

menyesal,
sendiri

dan

evaluasi

(Zimmerman

&

Kesimpulan
1. Dinamika pembelajaran regulasi
diri

pada

pesantren

santri

di

pondok

modern,

dapat

disimpulkan :
a) Latar belakang santri masuk
Pondok Pesantren
Santri yang mampu mengatur
diri sudah memiliki motivasi
dan kemauan sendiri untuk
masuk

ke

pesantren.

Sedangkan santri yang kurang
mampu mengatur diri harus
didorong oleh orang lain untuk
menunculkan

motivasi

dan

kemauan diri sendiri untuk
masuk pondok pesantren.
b) Penyesuaian

diri

Pondok Pesantren

santri

di

13

Faktor pembelajaran regulasi

Cara santri menyesuaikan diri

diri

dengan

yang

mempengaruhi

lingkungan

pondok

penyesuaian diri santri adalah

pesantren, menunjukan bahwa

faktor

santri memiliki kecenderungan

perilaku.

Dalam

menaati peraturan santri yang

untuk

menyesuaikan

mampu

mengatur

diri

terhadap

berusaha

merubah

dan

dihadapi pada saat pengerjaan

kesulitan

Dalam

diri
yang

menyesuaikan langkah belajar

tugas.

mengatasi

sesuai

kebutuhan

masalah

lingkungannya.

Sedangkan

mengoptimalkan kemampuan

belajar

santri

santri yang kurang mampu102

dan strategi untuk membantu

mengatur diri kurang memiliki

belajarnya. Hal ini tampak dari

motivasi

santri yang belajar dengan

dan

kedisiplinan

dalam menjalankan peraturan.
c) Masalah-masalah belajar yang

sungguh-sungguh. Kemudian
strategi belajar yang dapat

dihadapi santri di Pondok

digunakan

Pesantren

meminta bantuan orang lain,

Masalah belajar santri yang

menyusun

mampu mengatur diri kurang

menetapkan prioritas untuk

dapat

menyelesaikan

mendisiplinkan

diri

santri

seperti

jadwal

belajar,

pekerjaan,

menunjukkan kebutuhan atas

mencari tempat yang nyaman

kedisiplinan tinggi. Sedangkan

untuk belajar. Selain itu, untuk

santri yang kurang mampu

mengatasi pengaruh teman dan

mengatur

lingkungan,

baik

menginginkan peraturan dan

cenderung

menjaga

jadwal pesantren disesuaikan

mengontrol

diri

dalam

dengan kondisi santri .

berteman,

seperti

memiliki

diri

cenderung

d) Cara santri mengatasi masalah
yang

dihadapi

Pesantren

di

Pondok

santri
dan

teman yang membuat nyaman,
menolak
kurang

permintaan
bermanfaat.

melakukan

yang
Ketika

kesalahan,

14

intropeksi

diri

digunakan

dalam

mengatur

diri

untuk

evaluasi

peningkatan kualitas dirinya dan

terhadap hasil perkembangan

memberikan pengaruh yang positif

belajar, selain itu santri juga

kepada sekitarnya. Cara yang dapat

berusaha

dilakukan

santri

sebagai

memperbaiki

diri

dari kesalahan yang diperbuat.
2. Santri yang mampu dan kurang
mampu

mengatur

diri

ketika

menetapkan

dengan

standar

dan

yang

ingin

tujuan

dicapai serta membuat perencanaan
sebelum

baik

belajarnya.

mendapatkan

santri

mengembangkan

mampu mengatur dirinya dengan
akan

oleh

menyelesaikan
Selama

tugas
proses

keuntungan yaitu merasa senang,

pembelajaran berlangsung, santri

tenang dan nyaman. keuntungan

diharapkan mampu menjaga atau

lain yang didapatkan santri adalah

mengelola pikiran dan emosinya

dapat menyelesaikan pekerjaan

supaya tetap berfokus pada tujuan.

tepat waktu, menjadi disiplin,

Santri juga perlu mengembangkan

memiliki

strategi

waktu

luang

yang

atau

mengamati

bermanfaat.

teknik
dan

untuk

mengawasi

3. Kerugian santri yang mampu dan

perilakunya sendiri sehingga dapat

kurang mampu mengatur diri akan

membuat penilaian terhadap usaha

menyesal

yang dilakukan dan menentukan

dirinya

dan
sendiri

kecewa
ketika

pada
kurang

mampu mengatur dirinya dengan
baik. Selain itu, santri memiliki

sendiri

kesuksesan

dan

kegagalannya.
2. Bagi pondok pesantren

pekerjaan yang tertunda, waktu

Pondok pesantren modern

luang yang sia-sia dan prestasi

juga diharapkan mampu berperan

santri menjadi turun.

serta dalam meningkatkan regulasi

Saran

diri pada santri. Cara yang dapat

1. Bagi informan penelitian (Santri

ditempuh

pondok pesantren modern)
Santri diharapkan mampu
meningkatkan

keterampilannya

adalah

dengan

memberikan tugas individu agar
dapat dikerjakan secara mandiri,
berikan panduan dan dukungan bagi

15

akademik berdasar tingkat selfregulation learning. Jurnal
Psikologi Indonesia. Vol. VI,
No. 1: 55-61.

santri yang kemampuan mengatur
dirinya rendah agar santri tetap
fokus pada tugas dan aktifitasnya.
Selain itu, dapat juga dengan
mengajarkan kepada santri strategistrategi mengatur diri agar dapat
menyelesaikan

tugas-tugasnya

dengan baik.
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan

sebagai

tambahan

informasi agar selanjutnya dapat
meneliti pembelajaran regulasi diri
pada

seluruh

santri

pondok

pesantren modern, mulai dari MTs
sampai dengan MA dan melihat
faktor-faktor lain yang berpengaruh
seperti lingkungan, individu dan
perilaku.
Daftar Pustaka
Arabzadeh, M., Kadivar, P,. & Dlavar,
A. (2012). The effect of teaching
self-regulated learning strategy
students academic delay of
gratification.
Linterdisciplinary
Journal
of
Contemporary
Research in Business. Vol. 4 No.
2, June, 2012.
Latipah, E. (2010). Strategi self
regulated learning dan prestasi
belajar : kajian meta analisis.
Jurnal Psikologi. Vol 37, No. 1
25
26
Juni 2010:110-128.
Mastuti, E. (2009). Memahami
perilaku
prokrastinasi

Papantoniou, G., Moraitou, D.,
Kaldrimidou, M., Plakitsi, K.,
Filippidou, D., & Katsadima,
E. (2012). Affect and cognitive
interference: an examination of
their effect on self regulated
learning. Education Research
Internasional.
Vol.
2012,
Article ID 579590, 11 Pages.
Shidiq,

A. D. N., Mujidin. (2006).
Perbedaan
self
regulated
learning
antara
siswa
underachievers
dan
siswa
overachievers pada kelas 3
SMP Negeri 6 Yogyakarta.
Jurnal Psikologi Universitas
Ahmad Dahlan.

Zimmerman, B.J. (1989). A Social
cognitive view of self-regulated
academic learning. Journal of
Education Psychology, 81,
329-339.
Zimmerman,
B.J.
(1990).
Self
Regulated
Learning
and
Academic
Achievement:An
Overview.
Educational
Psychologist. 25(1), 3-17.
Lawrence ErlbaumAssociates.
Zimmerman, B.J., & Martinez-Pons,
M. (1988). Construct validation
of strategy model of student
self-regulated learning. Journal
of Educational Psychology,
80(3). 284-290