BAB 4 METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai fenomena yang
ditemukan, baik yang berupa faktor risiko maupun efek atau hasil Sastroasmoro, 2010.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko komplikasi
pascabedah menggunakan kalkulator risiko bedah ACS NSQIP.
2. Populasi dan Sampel Penelitian 2.1. Populasi
Populasi target adalah pasien bedah berusia lebih dari 18 tahun. Populasi terjangkau adalah populasi target yang mendapatkan pelayanan di RSUP H. Adam
Malik Medan selama Februari-Maret 2014. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.
2.2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan carapurposive sampling yaitu sebuah teknik penelitian dimana peneliti memilih responden berdasarkan pada
pertimbangan subjektifnya, bahwa responden tersebut dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian Sudigdo, 2010.
Menurut Roscoe dalam Sugiyono 2010 ukuran sampel yang layak dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitian adalah antara 30 s.d. 500.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 sampel. Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
1. Pasien berusia lebih dari 18 tahun.
2. Pasien yangakan menjalani prosedur bedah.
3. Bersedia menjadi responden penelitian.
Sedangkan kriteria ekslusi yang digunakan adalah: 1.
Pasien bedah berulang 2.
Pasien yang pulang atas permintaan sendiri setelah prosedur bedah.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, yakni di ruangan RB 2A dan RB 2B.Waktu penelitian adalah mulai
September 2013 sampai Mei 2014.
4. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai diuji dan peneliti mendapatkan persetujuan dari Fakultas Keperawatan USU. Setelah
mendapatkan izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.Menurut Nursalam
2003, ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu: 1 Right to Self Determination, calonresponden diperlakukan secara
manusiawi dan peneliti memberi kebebasan kepada calon responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2
Universitas Sumatera Utara
Informed Consent, peneliti menanyakan kesediaan calonresponden menjadi pesertapenelitian setelah responden mendapatkan informasi secara lengkap
mengenai tujuan penelitian yang akan dilaksanakan. Jika calon responden bersedia menjadi peserta penelitian maka
calon responden diminta
menandatangani lembar persetujuan, 3 Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode
pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4 Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan data tertentu yang dilaporkan
sebagai hasil penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kalkulator Risiko Bedah ACS NSQIP American College of Surgeons National Surgical Quality
Improvement Program Surgical Risk Calculator.Instrumen ini dalam bahasa Inggris, karena itu peneliti melakukan penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia.
Kalkulator Risiko Bedah ACS NSQIP terdiri atas 22 faktor risiko preoperatif dan 10 hasil dan estimasi risiko. Hasil dan estimasi risiko ditampilkan
dalam bentuk persentase, kecuali prediksi lama hari rawat inap dalam satuan hari. 1.
Prosedur bedah 2.
Kelompok Usia Kelompok usia dibagi menjadi empat bagian, yakni: di bawah 65
tahun, 65-74 tahun, 75-84 tahun, dan 85 tahun atau lebih. 3.
Jenis Kelamin
Universitas Sumatera Utara
4. Status fungsional
Status fungsional adalah statuslevel dalam perawatan diri yang ditunjukkan oleh pasien dalam 30 hari sebelum pembedahan.Status
fungsional ini dibagi tiga, yakni: dependen total, dependen sebagian, dan independen.
5. Kasus emergensi
6. Kelas ASA
American Society of Anesthesiologists ASA menetapkan sistem penilaian yang membagi status fisik pasien dalam lima kelas.
Kelas Status fisik
I
II
III
IV
V Pasien sehat, tidak ada gangguan organik, biokimia, dan
psikiatri; misalnya penderita dengan hernia inguinalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat dan bayi muda sehat.
Penyakit sistemik ringan sampai sedang yang bukan disebabkan oleh penyakit yang akan dibedah; misalnya
penderita dengan obesitas, penderita bronkitis dan penderita diabetes melitus ringan yang akan menjalani apendektomi.
Penyakit sistemik berat, misalnya penderita diabetes melitus dengan komplikasi pembuluh darah dan datang dengan
apendisitis akut. Penyakit sistemik beratancaman konstan terhadap kehidupan
yang tidak selalu dapat diperbaiki dengan pembedahan; misalnya, insufiensi koroner atau infark miokard.
Sekaratdiperkirakan tidak bertahan selama bedah, pembedahan dilakukan sebagai pilihan terakhir; misalnya, penderita syok
berat karena perdarahan akibat kehamilan di luar rahim yang pecah
Tabel 2.1 Kelas ASA 7.
Kelas luka a.
Luka bersih adalah luka bedah yang tidak terinfeksi di mana tidak terdapat inflamasi dan saluran pernapasan, pencernaan, genital, atau
saluran kemih yang tidak terinfeksi tidak dimasuki.
Universitas Sumatera Utara
b. Luka kontaminasi-bersih adalah luka bedah di mana saluran
pernapasan, pencernaan, genital, atau saluran kemih dimasuki di bawah kondisi yang tidak terkontrol dan tanpa kontaminasi yang tidak
lazim. c.
Luka terkontaminasi mencakup luka terbuka, baru, luka akibat kecelakaan, dan prosedur bedah dengan pelanggaran dalam teknik
aseptik atau semburan banyak dari saluran gastrointestinal; termasuk dalam kategori ini adalah insisi dimana terdapat inflamasi akut,
nonpurulen. d.
Luka kotorterinfeksi adalah luka traumatik yang sudah lama dengan jaringan yang terkelupas tertahan dan melibatkan infeksi klinis yang
sudah ada atau visera yang mengalami perforasi. 8.
Penggunaan steroid untuk kondisi kronik 9.
Asites dalam 30 hari sebelum bedah Adanya akumulasi cairan dalam rongga peritoneum dicatat dalam
pemeriksaan fisik, ultrasound abdomen, atau CTMRI abdominal dalam 30 hari sebelum bedah.Dokumentasi harus menyatakan riwayat penyakit
hati atau tumor. 10.
Sepsis sistemik dalam 48 jam sebelum bedah Sepsis yang mengikuti terjadi dalam 48 jam sebelum pembedahan,
yakni: SIRS Systemic Inflammatory Response Syndrome, sepsis, dan syok sepsis.
Diagnosis SIRS tegak jika ditandai dengan ≥2 gejala sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
- Temperatur 38° C atau 36° C
- Frekuensi jantung 90xmenit
- Frekuensi pernapasan 20xmenit
- Tekanan arteri rata-rata 65 mmHg atau adanya disfungsi organ
- Jumlah sel darah putih 12x10
9
l atau 4x10
9
l Syok sepsis ditandai:
- Infeksi dengan bakteri gram negatif tetapi dapat juga dengan bakteri
gram positif atau fungi -
Respons hemodinamik adalah vasodilatasi 11.
Ventilator 12.
Kanker yang menyebar 13.
Diabetes 14.
Medikasi hipertensi 15.
Serangan jantung sebelumnya 16.
Gagal jantung kongestif dalam 30 hari sebelum bedah 17.
Dispnu 18.
Perokok dalam setahun belakangan 19.
Riwayat Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK 20.
Dialisis 21.
Gagal ginjal akut 22.
Kalkukasi IMT Indeks Massa Tubuh Uji validitas dan uji reliabilitas tidak dilakukan terhadap instrumen ini
karena instrumen ini sudah baku dan reliabel Bilimoria,dkk, 2013.
Universitas Sumatera Utara
6.Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data ini dimulai dengan mengurus surat ethical clearance ke Komite Etik Fakultas Keperawatan USU. Selanjutnya, peneliti akan
mengajukan surat izin penelitian. Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapat izin dari Fakultas Keperawatan USU dan RSUP H. Adam
Malik.Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan melakukan pengumpulan data melalui rekam medik medical record pasien. Pengumpulan
data berlangsung dari 14 Februari 2014 sampai dengan 14 Maret 2014.
7. Analisis Data