Teori Strukturalisme Sastra Landasan Teori

11 tingkah laku tokoh utamanya sehingga menggunakan tinjauan yang sama yaitu tinjauan psikologi sastra. Adapun perbedaan antara penelitian sebelumnya adalah terletak pada masalah yang dikaji dalam objek penelitiannya ada yang menganalisis masalah perilaku abnormal, perilaku seksual, konflik batin yang dialami dan tentang penggunaan insting, id,ego dan super egonya. Penelitian ini, menganalisis masalah dari segi aspek kepribadian tokoh utama dalam novel Negeri Lima Menara karya A. Fuadi berdasarkan tinjauan psikologi sastra. Perbedaan itu mempengaruhi analisis dan hasil simpulan penelitian sebelumya dan penelitian ini.

F. Landasan Teori

1. Teori Strukturalisme Sastra

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berisi tentang cerita rekaan, memiliki struktur yang komplek yang membentuk suatu makna dan estetika. Sebagai salah satu jenis karya sastra, dalam penyajianya selalu memberikan pesan arau amanat pada pembaca untuk berbuat baik. Pasan atau amanat ini berisi nilai-nilai moral. Dalam penelitian karya sastra tidak lepas dari menganalisis struktur yang membangun karya sastra tersebut. Analisis struktur yang digunakan sebagai dasar untuk menganalisis karya sastra selanjutnya. Tanpa analisis struktur dalam penelitian karya sastra tidak akan lengkap. Oleh karena itu, 12 di dalam penelitian ini juga akan dibahas tentang struktur-struktur yang membangun dalam novel Negeri Lima Menara. Menurut Piaget dalam Al- Ma‟ruf, 2010: 20 strukturalisme adalah semua doktrin atau metode yang dengan suatu tahap abstraksi tertentu menganggap objek studinya bukan sekedar sekumpulan unsur yang terpisah-pisah, melainkan suatu gabungan unsur-unsur yang berhubungan satu dengan yang lain, sehingga yang satu tergantung pada yang lain dan hanya dapat diidentifikasikan dalam dan oleh hubungan perpadanan dan pertentangan dengan unsur-unsur lainnya dalam suatu keseluruhan. Adapun menurut Pradopo 2003: 36, analisis strukturalisme adalah analisis kedalam unsur-unsurnya dan fungsinya dalam struktur dan penguraian bahwa tiap unsur itu mempunyai makna dalam kaitanya dengan unsur-unsur yang lain. Teori strukturalisme sastra adalah suatu disiplin ilmu yang memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri dari beberapa unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya Sangidu, 2004: 16. Adapun menurut Teeuw dalam Sangidu, 2004: 17 tujuan metode analisis strukturalisme karya sastra untuk membongkar dan memaparkan secermat mungkin, semenditel, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur sastra yang secara bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Teori strukturalisme merupakan tahap awal dalam penelitian sastra, yang harus dilakukan untuk mengetahui suatu karya sastra berkualitas atau 13 tidak dengan menekankan pada unsur-unsur pembangun karya sastra. Tetapi untuk mengetahui itu tidak hanya dilihat dari satu sisi saja melainkan harus dari semua elemen yang ada dalam karya sastra. Elemen pembentuk dalam karya sastra itu, membentuk suatu kesatuan yang utuh sehingga tercipta kebulatan makna. Strukturalisme merupakan cara menganalisis struktur karya sastra dengan cara mencari, menentukan sejauh mana keterjalinan unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat menghasilkan makna totalitas. Pada aspek ini semua karya sastra baru biasa disebut bernilai jika ada masing-masing unsur pembentuk yang tercermin dalam strukturnya. Karya sastra sebagai sebuah unsur strukturalisme merupakan sebuah bangunan yang terdiri atas berbagai unsur, yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Karena itu setiap ada perubahan yang terjadi pada sebuah unsur struktur menyebabkan hubungan antara unsur berubah. Pembagian unsur pembangun dalam karya sastra yang digunakan dalam menganalisis karya sastra antara lain sebagai berikut. a. Alur Stanton 2007: 26 mengemukakan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Alur ini merupakan unsur pembangun karya sastra yang menjadi tulang punggung cerita. Dengan alur yang mengalir akan dapat merangsang berbagai pertanyaan dalam benak pembaca. Dalam alur ada dua elemen yang dapat membangunnya itu adalah konflik dan klimaks. Alur cerita 14 terdapat lima tahap antara lain: pengenalan, pertikaian atau konflik, klimak atau keteganagan memuncak, antiklimak atau konflik mulai reda, penyelesaian. Alur merupakan unsur fiksi yang terpenting karena merupakan jalan cerita yang berisi peristiwa yang berkala saling menyusul sampai pada penutup cerita sehingga terjawab kejelasan makna yang disampaikan dalam cerita. Tasrif dalam Nurgiyantoro, 2007: 149-150 membagi plot atau alur menjadi lima tahapan. Tahap-tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1 Tahap Penyituasian Situation Tahap penyituasian adalah tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar atau tokoh-tokoh cerita, tahap ini adalah tahap pembukaan cerita dan pemberian informasi awal. Berfungsi untuk menlandastumpui yang dikisahkan pada tahap berikutnya. 2 Tahap Pemunculan Konflik Generating Circumstances Tahap pemunculan konflik adalah tahap awal munculnya masalah-masalah yang menyulut terjadinya konflik. Konflik itu akan dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. 3 Tahap Peningkatan Konflik Rising Action Tahap peningkatan konflik adalah tahap di mana peristiwa- peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan 15 menegangkan. Konflik yang terjadi internal, eksternal ataupun keduanya, pertentangan dan benturan antara kepentingan, masalah dan tokoh mengarah ke klimaks tidak dapat dihindari. 4 Tahap Klimaks Climax Konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang ditimpakan kepada para tokoh telah mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita sebagai penderita terjadinya konflik utama. 5 Tahap Penyelesaian Denoement Tahap penyelesaian adalah tahap dimana konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian dan ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-sub konflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada juga diberi jalan dan cerita diakhiri. Nurgiyantoro 2007: 153-155 membedakan alur berdasarkan urutan waktu menjadi tiga jenis seperti berikut. 1 Plot Lurus, Maju, atau Progresif Plot sebuah novel dikatakan lurus, maju atau progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa- peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa kemudian. 2 Plot Mundur, Sorot Balik atau Flash Back, Regresif Adalah cerita yang langsung menyuguhkan adegan-adegan konflik, bahkan barangkali konflik yang telah meruncing. Pembaca 16 belum mengetahui situasi dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik dan pertentangan dalam cerita tersebut. 3 Plot Campuran Merupakan cerita yang didalamnya tidak hanya mengandung plot progresif saja, tetapi juga terdapat adegan-adegan sorot balik. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa alur merupakan jalinan urutan peristiwa yang membentuk satu kesatuan ceritan yang runtut, dari awal sampai akhir, dan pesan- pesan pengarang dapat ditangkap oleh pembaca. Alur merupakan rangkaian jalannya peristiwa yang berurutan yang berusaha memecahkan konflik di dalamnya. b. Karakter Penokohan Tokoh-tokoh yang diperankan dalam sebuah cerita novel merupakan rekaan yang dibuat oleh para penulis. Hal itu dilakukan agar terbentuk suatu rekaan yang menggambarkan seorang tokoh secara jelas dan seolah-olah nyata dalam memainkan suatu peran sehingga cerita dapat dipahami pembaca. Stanton 2007: 33 mengemukakan bahwa karakter biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul dalam cerita seperti ketika ada seseo rang yang bertanya: “Berapa karakter yang ada dalam cerita itu?”. Konteks kedua, karakter yang merujuk pada percampuran dari 17 berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu. Karakter atau penokohan merupakan gambaran watak atau sifat tokoh dalam suatu cerita. Adapun menurut Lubis dalam Al- Ma‟ruf, 2010: 83 penokohan secara wajar dapat diterima jika dapat dipertanggung jawabkan dari sudut fisiologis, psilokogis, dan sosiologis, dengan tujuan untuk memahami lebih dalam penokohan secara sistematis. 1 Dimensi fisiologis, adalah hal yang berkaitan dengan fisik seseorang. Misalnya: usia, tingkat kedewasaan, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka dan ciri-ciri badan. 2 Dimensi sosiologis, adalah ciri-ciri kehidupan masyarakat. Misalnya: status sosial, pekerjaan, jabatan, tingkat pendidikan, agama, keturunan. 3 Dimensi psikologis, dimensi ini berkaitan tentang masalah kejiwaan seseorang. Misalnya: ambisi, cita-cita, temperamen. c. Latar Cerita dalam sebuah novel akan seolah hidup karena pengaruh latar yang digunakan dalam cerita tersebut. Latar merupakan salah satu unsur-unsur pembentuk cerita dalam novel. Latar yang dipakai dalam novel akan mempengaruhi makna yang akan disampaikan oleh pengarang. 18 Stanton 2007: 35 mengemukakan bahwa latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar merupakan tempat terjadinya peristiwa dalam cerita sehingga menimbulkan kesan realistis dan benar-benar terjadi pada pembaca. Latar dalam novel tidak hanya terbatas pada penempatan lokasi saja, melainkan nilai-nilai adat yang berlaku di tempat yang bersangkutan. d. Tema Novel merupakan salah satu karya sastra yang memaparkan sebuah cerita yang terjadi di sekitar pengarang atau yang berisi pengalaman pengarang. Hal yang akan dituangkan pengarang dalam sebuah novel merupakan pokok pikiran pengarang atau sering disebut tema. Tema tersebut menjadi salah satu acuan terpenting berjalanya sebuah cerita dalam sebuah novel. Stanton 2007: 36 mengemukakan bahwa tema adalah aspek cerita yang sejajar dengan „makna‟ dalam pengalaman manusia, sesuatu yang menjadikan pengalaman begitu diingat. Tema merupakan salah satu unsur pembangun karya sastra yang penting. Dalam tema terkandung makna yang akan disampaikan penulis pada pembaca. Jadi tema adalah gagasan utama penulis sebagai 19 dasar pengembang cerita. Tema bersifat menjiwai seluruh bagian pada cerita. Dengan demikian teori strukturalisme adalah suatu disiplin ilmu yang memandang karya sastra merupakan suatu struktur yang terdiri dari beberapa unsur yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain untuk menciptakan kebulatan makna. Unsur-unsur dalam karya sastra saling berkaitan dan membentuk satu-kesatuan makna yang digunakan untuk menganalisis karya sastra.

2. Pendekatan Psikologi Sastra

Dokumen yang terkait

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL JEPUN Aspek Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Jepun Negerinya Hiroko Karya Nh. Dini: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di Sma.

0 1 13

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA DI UJUNG Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia: Tinjauan Psikologi Sastra.

2 10 12

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA DI Aspek Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Cinta di Ujung Sajadah Karya Asma Nadia: Tinjauan Psikologi Sastra.

9 20 13

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL Aspek Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andreahirata: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 1 12

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL Aspek Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Cinta Di Dalam Gelas Karya Andreahirata: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 1 20

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL DETIK TERAKHIR KARYA ALBERTHIENE ENDAH: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 1 24

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NEGERI ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL NEGERI LIMA MENARA KARYA A. FUADI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 0 12

PENDAHULUAN ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL GENI JORA KARYA ABIDAH EL KHALIEQY: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 5 34

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGYA KARYA ACHMAD MUNIF: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

2 3 11

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Apa Kabar Cinta Karya Izzatul Jannah: Tinjauan Psikologi Sastra.

0 2 12