UNIVERSAL DESIGN FOR LEARNING SEBAGAI SA

  

UNIVERSAL DESIGN FOR LEARNING SEBAGAI SARANA UNTUK

MEMFASILITASI PERBEDAAN GAYA BELAJAR

PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR

Beny Hari Firmansyah, Anselmus J.E. Toenlioe, Saida Ulfa

  

Universitas Negeri Malang

E-mail: Beny.hariirmansyah@gmail.com

ABSTRAK

  

Kunci utama suatu bangsa agar mampu tetap survive mengahadapi persaingan di kancah

internasional yaitu adalah pendidikan. Semakin berkembangnya jaman yang diwarnai oleh

globalisasi maka pendidikan juga harus mampu mengimbanginya dan mengembangkan

mutu serta kualitasnya agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi. Lulusan pendidikan

di Indonesia masih memiliki daya saing yang rendah sehingga tidak mampu memanfaatkan

SDA yang melimpah di Indonesia. Perlu mengadakan pembaharuan dalam proses belajar

mengajar agar berhasil mencetak SDM yang berkualitas. Banyaknya kegagalan peserta

didik di Indonesia dalam menerima dan mengolah informasi karena ketidaksesuaian gaya

mengajar pendidik dengan gaya belajar peserta didik. Salah satu cara untuk mengatasi

gaya belajar peserta didik yang beragam yaitu menggunakan Universal Design for

Learning. UDL adalah perencanaan pembelajaran dan kerangka penyamapaian yang

dimaksudkan untuk meningkatkan akses bermakna dan mengurangi hambatan belajar

bagi siswa dengan kebutuhan belajar yang beragam. UDL mengambil keuntungan dari

teknologi inovatif untuk mengakomodasi perbedaan peserta didik.

Universal Design for Learning merupakan cara yang tepat untuk mengatasi kegagalan

peserta didik dalam belajar. UDL mampu mengatasi keragaman semua peserta didik dan

menciptakan kurikulum yang leksibel untuk mendukung akses, partisipasi, dan kemajuan

bagi semua peserta didik. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk memilih metode yang

paling tepat untuk mengakses informasi sementara guru memantau proses pembelajaran.

Proses pembelajaran yang diberikan oleh pendidik akan disesuaikan dengan peserta didik

agar proses belajar mengajar menjadi lebih mudah. Peserta didik akan belajar dengan

lebih bersemangat dan senang dengan penerapan proses pembelajaran Universal Design

for Learning.

  Kata Kunci: Universal Design for Learning, Gaya Belajar.

PENDAHULUAN

  Pendidikan merupakan kunci utama suatu bangsa agar mampu tetap survive menghadapi persaingan di kancah internasional. Ali Idrus (2009) mengemukakan bahwa dunia internasional sekarang diwarnai oleh globalisasi. Semakin menyempitnya dunia akibat perkembangan teknologi, telekomunikasi, dan transportasi memunculkan sistem sosial yang melewati bahkan menghapus batas negara. Begitu juga dengan pendidikan, semakin berkembangnya jaman yang diwarnai oleh globalisasi maka pendidikan juga harus mampu mengimbanginya dan mengembangkan mutu serta kualitas dalam bidang pendidikan agar dapat bertahan dari terpaan globalisasi.

  Pengalaman-pengalaman negara maju seperti Jerman, Inggris, Prancis, Amerika Serikat serta negara-negara industri baru seperti Korea Selatan dan Taiwan menunjukkan bahwa pertumbuhan mereka sebagian besar didukung oleh SDM yang berkualitas tinggi. Ali Idrus (2009) menjelaskan bahwa lulusan pendidikan Indonesia masih memiliki daya saing yang rendah, memiliki kualitas SDM yang rendah sehingga tidak mampu memanfaatkan SDA Indonesia yang melimpah. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi globalisasi diantaranya adalah mengadakan pembaharuan (inovation) dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) agar berhasil mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

  Munif Chatib (2012) menyatakan bahwa banyaknya kegagalan siswa dalam menerima informasi karena ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2003) yang mengungkapkan bahwa “setiap metode mengajar bergantung pada cara atau gaya siswa belajar, pribadinya serta kesanggupannya”. Dengan demikian, guru dalam mengajar hendaknya memperhatikan gaya belajar atau “learning style” siswa yang beragam.

  Ada tiga jenis gaya belajar (DePorter, 2000), yaitu: (1) gaya belajar visual; (2) gaya belajar auditorial; dan (3) gaya belajar kinestetik. Siswa dengan gaya belajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, siswa auditorial belajar melalui apa yang mereka dengar dan siswa kinestetik belajar melalui gerak dan sentuhan. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat membantu siswa belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa sehingga prestasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik melalui pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya.

  Salah satu kerangka kerja untuk menangani keragaman semua siswa dan menciptakan kurikulum yang leksibel yang mendukung akses, partisipasi, dan kemajuan bagi semua peserta didik adalah Universal Design for Learning (UDL: Meyer & Rose. 2000; Rose & Meyer. 2002). UDL adalah perencanaan pembelajaran dan kerangka penyampaian yang dimaksudkan untuk meningkatkan akses bermakna dan mengurangi hambatan belajar bagi siswa dengan kebutuhan belajar yang beragam (Maya, Cecelia &

Sean; 2014). Sebagai kerangka kerja untuk menciptakan kurikulum yang leksibel, yang dalam pengaturan berbasis standar termasuk tujuan instruksional, metode, penilaian

  dan bahan. UDL mengambil keuntungan dari teknologi inovatif untuk mengakomodasi perbedaan peserta didik.

  Berdasarkan uraian diatas, penelitian memandang perlunya sebuah inovasi pembelajaran yang mampu mengatasi kegagalan peserta didik dalam belajar yaitu dengan menggunakan Universal Design for Learning.

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana cara untuk mengatasi kegagalan peserta didik dalam belajar? (2) Mengapa Universal Design for Learning merupakan salah satu cara untuk mengatasi kegagalan peserta didik dalam belajar?

  Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang diaharapkan peneliti sebagai berikut: (1) Menemukan cara untuk mengatasi kegagalan peserta didik dalam belajar. (2) Mengetahui bahwa Universal Design for Learning mampu mengatasi kegagalan peserta didik dalam belajar dengan proses pembelajarannya yang menyesuaikan gaya mengajar pendidik dengan gaya belajar peserta didik.

  Untuk memudahkan penelitian mengamati sasaran maka diberikan batasan penelitian sebagai berikut: (1) Penelitian ini hanya merupakan sebuah kajian teori tentang

  

Universal Design for Learning untuk mengatasi kegagalan peserta didik dalam belajar.

  (2) Dalam penelitian ini hanya membahas tentang Universal Design for Learning dan Gaya Belajar.

LANDASAN TEORI Universal Design for Learning

  Pada dasarnya, UDL adalah sebuah konsep pendidikan atau pendekatan untuk merancang metode pembelajaran, bahan ajar, kegiatan pembelajaran, dan prosedur evaluasi dalam upaya untuk membantu individu dengan “perbedaan besar dalam kemampuan mereka untuk melihat, mendengar, berbicara, bergerak, membaca, menulis, memahami bahasa, hadir, mengatur, terlibat, dan mengingat” (Orkwis, 2003). UDL memberikan akses yang sama terhadap pembelajaran, tidak hanya akses yang sama terhadap informasi. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk memilih metode yang paling tepat untuk mengakses informasi sementara guru memantau proses pembelajaran (Ohio State University Partnership Grant, 2010).

  Salah satu kerangka kerja untuk menangani keragaman semua siswa dan menciptakan kurikulum yang leksibel yang mendukung akses, partisipasi, dan kemajuan bagi semua peserta didik adalah Universal Design for Learning (UDL: Meyer & Rose. 2000; Rose & Meyer. 2002). Sebagai kerangka kerja untuk menciptakan kurikulum yang leksibel, yang dalam pengaturan berbasis standar termasuk tujuan instruksional, metode, penilaian, dan bahan. UDL mengambil keuntungan dari teknologi inovatif untuk mengakomodasi perbedaan peserta didik. Kerangka kerja ini penting karena mencerminkan cara di mana siswa mengambil dan memproses informasi. Menggunakan kerangka kerja ini, pendidik dapat meningkatkan hasil untuk beragam peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip dibawah ini untuk pengembangan tujuan, metode pembelajaran, bahan kelas, dan penilaian. Penggunaan prinsip-prinsip ini mengarah ke hasil yang lebih baik bagi siswa karena mereka memberikan semua individu dengan kesempatan yang adil untuk belajar dengan meningkatkan akses konten.

  UDL adalah perencanaan pembelajaran dan kerangka penyampaian yang dimaksudkan untuk meningkatkan akses bermakna dan mengurangi hambatan belajar bagi siswa dengan kebutuhan belajar yang beragam (Maya, Cecelia & Sean; 2014). UDL sebagai desain pembelajaran material dan aktivitas untuk mengikuti tujuan pembelajaran sebagai capaian individu dengan taraf mengikuti tujuan pembelajaran sebagai capaian individu dengan taraf perbedaan di dalam kemampuannya untuk melihat, mendengar, berbicara, berbuat, membaca, menulis, memahami bahasa, kehadiran, mengorganisasikan, keterlibatannya dan keanggotaan di dalam kelompoknya.

  UDL dapat menggabungkan penggunaan bahan digital dan diimplementasikan dalam berbagai pengaturan pendidikan. Penelitian telah menunjukkan bahwa bahan- bahan digital, seperti pidato otomatis untuk teks, memberikan pembelajaran yang kuat mendukung di kelas yang dirancang secara universal. Center of Applied Special Technology (CAST), yang didanai oleh Kantor Program Pendidikan Khusus (OSEP), di Departemen Pendidikan Amerika Serikat, telah menyusun tiga set metode pengajaran yang luas yang mendukung masing-masing dari tiga prinsip UDL. Metode mengajar ini menarik pengetahuan tentang kualitas media digital dan bagaimana pengakuan, strategis, dan jaringan afektif beroperasi. Metode pengajaran UDL (Rose & Meyer, 2002) tercantum dibawah ini.

  a. Untuk mendukung beragam pengakuan jaringan:

  • Menyediakan beberapa contoh;
  • Sorot itur penting;
  • Menyediakan beberapa media dan format; dan • Dukungan konteks latar belakang.

  b. Untuk mendukung beragam strategis jaringan:

  • Memberikan model yang leksibel kinerja terampil;
  • Memberikan kesempatan untuk berlatih dengan dukungan;
  • Menyediakan berkelanjutan, umpan balik yang relevan; dan
  • Menawarkan kesempatan yang leksibel untuk menunjukkan keterampilan.

  c. Untuk mendukung beragam afektif jaringan:

  • Menawarkan pilihan konteks dan alat;
  • Menawarkan tingkat disesuaikan tantangan;
  • Menawarkan pilihan belajar konten; dan • Menawarkan pilihan hadiah.

  Dengan UDL, pendidik masih bisa memaksimalkan konsistensi tujuan pendidikan, dengan mengembangkan kurikulum yang leksibel yang mendukung semua peserta didik (Hitchcock, 2002). UDL juga menyediakan untuk memberikan instruksi menggunakan berbagai metode pengajaran. Teknologi memberikan salah satu sarana untuk mengubah instruksi dan melibatkan siswa dalam format pembelajaran digital (Abdell & Lewis, 2005); namun, ada berbagai cara tambahan yang UDL dapat dimasukkan ke dalam pendidikan, seperti berikut:

  • Aksesibilitas bangunan ke dalam desain membantu untuk memastikan bahwa itur memenuhi kebutuhan jangkauan terluas siswa dimasukan integral dalam kurikulum. Desain seperti ini dapat mencegah kebutuhan untuk adaptasi atau penyesuasian. Misalnya, bahan kurikuler elektronik yang dirancang agar kompatibel dengan perangkat teknologi bantu memungkinkan para professional, orang tua, atau guru untuk lebih mudah memprogram perangkat ini dengan konten yang sesuai.
  • Menyediakan bahan beradaptasi dan media memungkinkan siswa untuk memilih menyesuaikan format yang sesuai dengan kebutuhan belajar mereka. Misalnya, menggunakan teks digital, siswa dapat mengubah text to speech, pidato ke teks, ukuran font, warna dan penyorotan. Bahan digital juga dapat mendukung siswa melalui built-in scaffolding untuk membantu kegiatan seperti pengenalan kata, decoding, dan pemecahan masalah. Ada juga yang bahan non-digital, seperti ayat-ayat yang disorot atau overhead, yang dapat memberikan dukungan kepada siswa.

  • Menggunakan beberapa media, seperti video dan audio format, menyediakan berbagai cara untuk mewakili konsep dan memungkinkan siswa untuk mengakses materi melalui indera yang berbeda. Misalnya, simulasi berbasis komputer yang mencakup deskripsi video dapat membantu siswa dengan dan tanpa cacat untuk memvisualisasikan konsep-konsep sulit. Sebuah contoh berteknologi rendah lebih mungkin menggunakan buku dengan cetak besar atau menyediakan buku-buku tentang tape untuk siswa.
  • Menyediakan bahan menantang, menonjol, dan sesuai dengan usia untuk semua siswa memotivasi siswa yang mungkin tidak sebaliknya dapat mengakses konten kurikuler yang mereka butuhkan karena usia dan tingkat perkembangan. Misalnya, seorang siswa dengan ketidakmampuan belajar dapat menggunakan dukungan decoding dan itur text-to-speech dimasukkan ke dalam sejarah atau ilmu pengetahuan buku didigitalkan, meningkatkan kemampuannya untuk mengakses konten tingkat kelas.
  • Menyajikan informasi dalam berbagai, bentuk paralel membantu untuk mengakomodasi gaya belajar yang beragam. Misalnya, informasi dapat disampaikan secara lisan dalam kuliah, visual melalui gambar atau bacaan, kinestetik melalui model demonstrasi, dan menggunakan program berbasis teknologi yang lebih memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan konsep.

  Gaya Belajar

  Tidak ada satu metode mengajar pun yang cocok untuk semua pebelajar, karena metode mengajar yang ditentukan haruslah melalui proses pertimbangan atas cara belajar atau gaya belajar para pembelajarnya. Masing-masing siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) “Gaya adalah kesanggupan, sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu atau berubahnya tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi gaya belajar adalah kesanggupan seseorang untuk memperoleh kepandaian atau ilmu sehingga dapat merubah tingkah laku seseorang menjadi lebih baik.”

  Gaya belajar merupakan cara bagaimana seseorang menerima dan memproses informasi dalam pembelajaran (Brown, 2000). Juga dipahami sebagai pendekatan umum yang digunakan pebelajar dalam belajarnya. Dengan kata lain gaya belajar, merupakan suatu cara yang nyaman dilakukan pebelajar dalam proses belajarnya.

  Nasution (2003) menyatakan bahwa gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan soal atau permasalahan.

  Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2000) menyatakan bahwa gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengelolah informasi. Gaya belajar siswa dapat dikenal diantaranya gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Siswa dengan gaya belajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, siswa auditorial belajar melalui apa yang mereka dengar dan siswa kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Masing-masing siswa cenderung mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda yang berguna untuk pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi, menurut Bandler dan Grinder (dalam DePorter, 2000). Setiap siswa tidak hanya cenderung pada satu gaya belajar, mereka juga memanfaatkan kombinasi gaya belajar tertentu yang memberikan mereka bakat dan kekurangan alami tertentu, menurut Markova (dalam DePorter, 2000).

  Menurut DePorter (2000) menyebutkan masing-masing dari gaya belajar sebagai berikut:

  1. Visual Gaya belajar ini mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat.

  Warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol dalam gaya belajar ini. siswa yang sangat visual mungkin bercirikan sebagai berikut: Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan - Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan -

  • Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh, menangkap detail dan mengingat apa yang dilihat.
  • 2. Auditorial Gaya belajar ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat. Music, nada, irama, rima, dialog internal dan suara menonjol dalam gaya belajar ini. Siswa yang sangat auditorial dapat dicirikan sebagai berikut:

  Perhatiannya mudah terpecah - Berbicara dengan pola berirama -

  • Belajar dengan cara mendengarkan dan menggerakkan bibir/bersuara saat membaca
  • Merdialog secara internal dan eksternal

  3. Kinestetik Gaya belajar ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional dan kenyamanan isik menonjol dalam gaya belajar ini. Siswa yang sangat kinestetik ini dapat dicirikan sebagai berikut:

  Menyentuh orang, berdiri berdekatan dan banyak bergerak -

  • Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membeca, menanggapi secara isik - Mengingat sambil berjalan dan melihat.

  Gaya belajar memiliki beberapa fungsi yaitu dalam setting pembelajaran klasikal, gaya belajar pebelajar akan menentukan metode dan prosedur mengajar pembelajar, dan dalam setting pembelajaran individual gaya belajar menentukan cara belajar yang berbeda pula. Perbedaan tersebut menunjukkan perbedaan cara termudah seorang pebelajar dalam hal menyerap informasi, mengatur dan mengolahnya. Dengan kata lain, gaya belajar perlu diketahui baik oleh pebelajar atau pembelajar, agar mereka sama-sama mengetahui tentang cara termudah untuk menerima informasi, mengolah, menimpan dan memunculkannya kembali saat diperlukan.

SIMPULAN

  Penelitian ini bertujuan menemukan cara yang tepat untuk mengatasi kegagalan siswa. Banyaknya kegagalan siswa dalam menerima informasi karena ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Tidak ada satu metode mengajar pun yang cocok untuk semua pebelajar, karena metode mengajar yang ditentukan haruslah melalui proses pertimbangan atas cara belajar atau gaya belajar para pembelajarnya. Masing-masing siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengelolah informasi. Gaya belajar siswa dapat dikenal diantaranya gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Setiap siswa tidak hanya cenderung pada satu gaya belajar, mereka juga memanfaatkan kombinasi gaya belajar tertentu. Pembenahan di dalam bidang pendidikan sangat diperlukan serta bagaimana menciptakan sebuah proses pembelajaran yang mampu menyesuaikan dan memfasilitasi para peserta didik dalam belajar. Proses pembelajaran yang mampu untuk membantu individu dengan “perbedaan besar dalam kemampuan mereka untuk melihat, mendengar, berbicara, bergerak, membaca, menulis, memahami bahasa, hadir, mengatur, terlibat, dan mengingat”.

  Universal Design for Learning merupakan salah satu kerangka kerja untuk

  menangani keragaman semua siswa dan menciptakan kurikulum yang leksibel yang mendukung akses, partisipasi, dan kemajuan bagi semua peserta didik. UDL memberikan akses yang sama terhadap pembelajaran, tidak hanya akses yang sama terhadap informasi. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk memilih metode yang paling tepat untuk mengakses informasi sementara guru memantau proses pembelajaran. Pendidik dapat meningkatkan hasil untuk beragam peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip dibawah ini untuk pengembangan tujuan, metode pembelajaran, bahan kelas, dan penilaian. Penggunaan prinsip-prinsip ini mengarah ke hasil yang lebih baik bagi siswa karena mereka memberikan semua individu dengan kesempatan yang adil untuk belajar dengan meningkatkan akses konten. Dapat disimpulkan bahwa Universal Design for Learning sangat mampu untuk mengurangi kegagalan para peserta didik dalam belajar dikarenakan proses pembelajaran yang diberikan pendidik akan disesuaikan dengan peserta didik agar proses belajar mengajar menjadi lebih mudah. Dengan Universal Design for Learning akan membuat para peserta didik lebih bersemangat dan senang dalam belajar.

  Abdell, M., & Lewis, P. (2005). Universal Design for Learning: A Statewide Improvement

Model for Academic Success. Information Technology and Disabilities, XI.

th Brown, H.D. (2000). Principles of Language Teaching and Learning (4 Edition). White Plains, Ny: Longman.

  Center for Applied Special Technology. (2008). Universal Design for Learning Guidelines

  Version 1.0 . Wakeield, MA: Author.

  • . (2016). Curriculum Access for Students with Low Incidence Disabilities: The Promise of UDL.
Chatib, Munif. (2012). Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa. DePorter, B., & Hernacki, M. (2003). Quantum Learning. Jakarta: Kaifa. DePorter, B., & Reardon, M., & Singer-Nourie, S. (1999). Quantum Teaching:

  Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Terjemahan oleh Ari Nilandri. 2000. Bandung: Kaifa.

  Halis, Farida. (2006). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran dan Gaya Belajar

  Mahasiswa Terhadap Hasil Belajar Ketrampilan Memasang Infus pada Mahasiswa

Politeknik Kesehatan Malang. Tesis. Malang: Universitas Negeri Malang.

  Hitchcock, Chuk., Meyer, Anne., Rose, David., & Jackson, Richard. (2002). Providing New

  Access to the General Curriculum: Universal Design for Learning. TEACHING Exceptional Children, 35, 8-17.

  Idrus, Ali. (2009). Manajemen Pendidikan Global. Jakarta: Gaung Persada Press. Israel, Maya., Ribuffo, Cecelia., & Smith, Sean. (2014). Universal Design for Learning:

  Recommendations for Teacher Preparation and Proffesional Development. The CEEDAR Center. Gainsville: University of Florida.

  Meo, Grace. (2008). Curriculum Planning for All Learners: Applying Universal Design for

  Learning (UDL) to a High School Reading Comprehension Program. Preventing School Failure.

  Meyer & Rose. (2000). Universal Design for Individual Differences. Educational Leadership. Nasution, S. (2003). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

  • . (2003). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Ridha, Muhammad. (2015). Pengintegrasian Teknologi dalam Pembelajaran Ditinjau

  dari Karakteristik Pebelajar dan Eisiensi Pembelajaran. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pendidikan. Malang: Prodi TEP UM.

  Rose & Meyer. (2002). Teaching Every Student in The Digital Age: Universal Design

  for Learning. Alexandria. VA: Association for Supervision and Curriculum Development.

  • . (2006). A Practical Reader in Universal Design for Learning, Cambridge.

  MA: Harvard Education Press. Utomo, Jimmy Trianto. (2015). Universal Design for Learning: Pengertian, Prinsip, dan

  Penerapan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pendidikan. Malang: Prodi TEP UM.

  Widayanti, Febi Dwi. (2010). Pengaruh Pengelompokan Siswa Berdasarkan Gaya

  Belajar dan Multiple Intelligences pada Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN 3 Lumajang. Tesis.

  Malang: Universitas Negeri Malang.