NASKAH PUBLIKASI Autism School di Batang dengan Prinsip Universal Design.
NASKAH PUBLIKASI
AUTISM SCHOOL
DI BATANG DENGAN
PRINSIP
UNIVERSAL DESIGN
Diajukan Sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh: MARINTA LISTYANI
D300 140 155
PROGRAM STUDI ARSITEKTURFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
(2)
2 AUTISM SCHOOL DI BATANG DENGAN PRINSIP UNIVERSAL DESIGN
Marinta Listyani
Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Sukoharjo 57102 Telp 0271-717417 rintalangitan@gmail.com
ABSTRAK
Kota Batang merupakan salah satu kota kecil yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kota Batang belum memiliki sekolah autis, hanya memiliki satu SLB yang fasilitasnya kurang memadai untuk anak berkebutuhan khusus. Jika dilihat dari jumlah anak autis di Kota Batang semakin lama semakin meningkat, sehingga diperlukan sekolah autis yang memiliki fasilitas yang memadai. Untuk menunjang kebutuhan anak autis, maka dalam perencanaan dan perancangan sekolah ini menerapkan prinsip Universal Design. Tujuan dalam perencanaan dan perancangan sekolah autis ini adalah untuk mengungkapkan, merumuskan, dan merancang sebuah bangunan sekolah yang berhubungan dengan fasilitas sekolah autis Kota Batang dengan penekanan Universal Design yang digunakan sebagai wadah aktifitas pendidikan anak autis, beserta fasilitas penunjangnya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan dokumentatif, yaitu dengan cara mengumpulkan data primer maupun data sekunder. Merancang sebuah sekolah autis di Kota Batang sesuai dengan standar fasilitas yang digunakan untuk mendidik anak autis dengan konsep Universal Design, serta dengan keamanan yang baik. Hasil perancangan ini akan ada gedung medical center, yang menyediakan ruang terapis dan fasilitas medis untuk menangani anak-anak peserta didik yang ada di sekolah ini. Ada juga Gedung Pengelola dan Gedung Kelas Akademik, serta Gedung Kelas Ketrampilan, yang dirancang dengan konsep bangunan Arsitektur Modern Kontemporer.
(3)
ABSTRACT
Batang city is one of the small-town that existed in the province of Central Java. The city does not yet have school of autism, only have one SLB that inadequate facilities for children in need special. If seen from the number of autistic children in Batang City the longer growing, so the required school autism have adequate facilities. To support the needs of an autistic child, then in the planning and designing of the school applies the principles of Universal Design. The goal in planning and designing school autism is to disclose, formulate, and designing a school building associated with autistic school facilities of the Batang City with an emphasis on Universal Design that is used as a container of autistic children's education activities, along with the supporting facilities. The method used is descriptive method and dokumentatif, that is by way of collecting primary files as well as secondary files. Design an autistic school in the Batang City in accordance with the standard facilities that are used to educate an autistic child to the concept of Universal Design, as well as with good security. The results of this design would be no building of medical center, that provides therapists and medical facilities to deal with the children of learners who are in the school. There is also a Building Manager and Academic Classroom Building, serta Skill Classroom Building, designed with the concept of Contemporary Modern architecture buildings.
(4)
HALAMAT\I PERSETUJUAN NASKAII PUBLIKASI
DASAR.NASAR PROGRAM PERENCANAA]\I DAFI PERANCANGAN ARSTTEKTUR (DP3A)
hogram Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
NASKAH PIIBLIKASI
ILMIAII
DENGAhI JUDT}LIAUTISM SCHOOLDI BATA}IG DENGAFI PRIN$IP UNIWRSAL DESIGN
Naskah Publikasi ini telah disetujui oleh Pembimbing Skripsi untuk di Fublikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Diajukan oleh: Marinta Listyani
D300140155
Surakarta, 09 Februari 20 16
Pembimbing
Dr. k. lVidyastuti Nurjayanti, MT" NIK.385
(5)
1. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul
Autism School di Batang dengan Prinsip Universal Design yang dimaksud adalah sebuah lembaga pendidikan yang dirancang untuk pengajaran siswa/murid di bawah pengawasan guru, serta melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus terutama untuk anak autis di Kota Batang dengan penerapan pada konsep yang dapat digunakan semaksimal mungkin oleh semua orang tanpa memandang usia (siswa usia 4-22 tahun; staff, guru, dan pengelola sekolah autis; serta orangtua siswa), kemampuan, atau status hidup.
1.2 Latar Belakang
Kota Batang merupakan salah satu kota kecil yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kota Batang belum memiliki sekolah autis, hanya memiliki satu SLB yang fasilitasnya kurang memadai untuk anak berkebutuhan khusus. Jika dilihat dari jumlah anak autis di Kota Batang semakin lama semakin meningkat, sehingga diperlukan sekolah autis yang memiliki fasilitas yang memadai. Untuk menunjang kebutuhan anak berkebutuhan khusus (autis), maka dalam
perencanaan dan perancangan sekolah ini menerapkan prinsip Universal Design.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang sebuah sekolah autis di Kota Batang sesuai dengan kebutuhan fasilitas dari analisa survey/study banding yang digunakan untuk mendidik anak autis dengan konsep Universal Design, serta dengan keamanan yang baik?
2. Bagaimana pemenuhan kebutuhan ruang pada sebuah sekolah bagi penyandang autis?
1. Tujuan
Mengungkapkan, merumuskan, dan merancang sebuah bangunan sekolah yang berhubungan dengan fasilitas sekolah autis Kota Batang dengan penekanan Universal Design yang digunakan sebagai wadah aktifitas pendidikan anak berkebutuhan khusus (autis), beserta fasilitas penunjangnya.
(6)
6
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Sekolah Autis
Sekolah autis adalah Sebuah lembaga pendidikan formal yang melayani pendidikan bagi anak autis di bawah pengajaran guru. Sebagai lembaga SLB dibentuk oleh banyak unsur yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yang proses intinya adalah pembelajaran bagi peserta didik.
2.2 Autisme
Autisme merupakan bagian dari spektrum autisme dan kadang-kadang disebut sebagai gangguan spektrum autisme, atau autistic spectrum disorder (ASD). Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang menunjukkan adanya sindrom perilaku yaitu: interaksi sosial dan perkembangan sosial abnormal, tidak mampu mengadakan komunikasi yang normal, minat serta aktivitasnya sangat terbatas, kaku, repetitif dan tanpa imajinasi (Celia & Santosa, 2013).
2.2.1 Ciri-ciri Autis
Plimley dan Bowen (2006, hal. 4-5) menjelaskan karakteristik-karakteristik umum dari gangguan spektrum autisme seabagai berikut:
Komunikasi Jarang berbicara.
Percakapan terbatas.
Perkembangan
kemampuan berbicara
lebih lambat
dibandingkan anak-anak sebaya.
Tidak bisa memberikan respons secara spontan.
Tidak bisa masuk ke dalam situasi sosial.
Tidak memiliki keinginan untuk berkomunikasi.
Interaksi sosial
Tidak bisa menjalin ikatan sosial.
Menghindari kontak mata.
Keterampilan bermain terbatas.
Tidak mampu memahami pemikiran orang lain.
Tidak mampu memahami perasaan orang lain.
Kesulitan menoleransi taman sebayanya.
Imajinasi sosial
Tidak bisa menggunakan imajinasinya sendiri untuk menciptakan gambaran.
(7)
Tidak bisa memahami lelucon.
Kesulitan memulai sebuah permainan dengan anak lain.
Tidak bisa meniru tindakan individu lain.
Lebih memilih untuk dibiarkan sendiri.
2.2.2 Penyebab Autis
Penyebab autisme (Rimadhani, 2014), antara lain:
1. Teori psikososial
Beberapa ahli (kanner dan Bruno Bettelhem) autism dianggap sebagai akibat hubungan yang dingin, tidak akrab dengan orang tua (ibu) dan anak. Demikian juga dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak hangat bahkan dingin dapat menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak hangat bahkan dingin dapat menyebabkan anak asuhnya menjadi autistic. 2. Teori biologis
3. Faktor genetic
Keluarga yang terdapat anak autistic memiliki resiko lebih tinggi disbanding populasi keluarga normal.
Pranatal, natal dan postnatal
Neuro anatomi
Struktur dan biokimiawi 4. Immunologi.
5. Inveksi virus (rubella, herpes, simplex, enchepalitis, cytiomegaio virus).
6. Keracunan logam berat, misalnya timbal yang disebabkan oleh asap knalpot, asap pabrik.
7. Gangguan pencernaan.
2.2.3 Macam-macam Terapi Autis
Anak autism dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak antara lain:
Terapi wicara
Terapi okupasi
Terapi bermain
Terapi medika
mentosa/obat-obatan (drug therapy)
Terapi melalui makan (diet therapy)
Sensory integration therapy
(8)
8
Biomedical treatment/therapy
Hydro therapy
Terapi musik
2.2.4 Metode Terapi
Metode dalam penanganan anak autis yang biasa diterapkan di sekolah-sekolah ataupun pusat terapi untuk anak berkebutuhan khusus, antara lain:
1. Metode Applied Behavior Analysis (ABA) atau metode Lovaas (Ivar Lovaas PhD-1987).
2. Metode kaufman 3. Metode son-rise
2.2.5 Prinsip Penanganan Masalah Pendidikan Anak Autis
Masalah anak autis dalam institusi pendidikan terbagi atas beberapa aspek antara lain:
Komunikasi
Pemahaman
Interaksi
Struktur lingkungan
Perilaku
2.2.6 Model Pembelajaran di dalam Kelas
Kelas untuk pendidikan anak autis dibuat tidak terlalu besar (3×3), setiap kelas berisi 5 orang anak dengan satu guru
TK dan seorang asisten. Kegiatan dilaksanakan dalam dua bentuk, yaitu:
Bentuk mandiri, model belajar menggunakan satu meja dan satu kursi (letak kursi berdekatan dengan tembok dan meja menghadap ketengah ruangan).
Bentuk Kelompok, model belajar menggunakan dua meja besar (digabung) dengan duduk lesehan di karpet (dalam kelas yang sama).
Model ini bertujuan terjadinya imitasi positif dan terbentuknya keterampilan sosial dengan orang lain.
2.3 Kurikulum Sekolah Autis
Penentuan kurikulum yang tepat bagi tiap-tiap anak, Dini Yusuf, pendiri homeschool untuk anak autis "Kubis" di Jakarta mengatakan, bergantung dari assessment (penilaian) awal yang dilakukan tiap sekolah. Penilaian ini perlu dilakukan sebelum sekolah menerima anak autis baru. Biasanya, penilaian melalui wawancara terhadap kedua orangtuanya. Wawancara ini untuk
(9)
mengetahui latar belakang, hambatan, dan kondisi lingkungan sosial anak.Selain itu, penilain awal ini juga melalui observasi langsung terhadap anak. Lamanya penilaian awal ini, menurut Dini, berbeda-beda."Tetapi, dari sana, kami lalu menentukan jenis terapi dan juga kurikulum yang tepat buat sang anak," ujarnya. Biasanya, terapi ini akan digabungkan dengan bermain agar lebih menyenangkan bagi anak autis.
2.4 Universal Design
2.4.1 Pengertian Universal Design
Istilah "Universal Design" diciptakan oleh seorang arsitek asal Amerika Serikat, Ronald L. Mace (Ron Mace). Beliau sejak kecil menderita polio sehingga harus menggunakan kursi roda sepanjang hidupnya. Menurut Ron Mace universal design bukanlah sebuah ilmu baru dalam dunia desain, namun melalui desain universal beliau mencoba memberikan kesadaran akan adanya kebutuhan dan pendekatan dalam mendesain segala sesuatu yang dapat digunakan oleh semua orang dalam berbagai situasi dan kondisi,
serta untuk menggambarkan konsep merancang semua produk dan lingkungan dibangun untuk menjadi estetika dan dapat digunakan semaksimal mungkin oleh semua orang, tanpa memandang usia, kemampuan, atau pun status untuk hidup.
2.4.2 Model Pembelajaran di dalam Kelas
Prinsip-prinsip tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
A.Penggunaan adil/kesetaraan dalam penggunaan (Equitable Use)
Gambar 2.1 Contoh Penerapan Prinsip Equitable Use Pintu bertenaga sensor, nyaman bagi semua pengguna
Sumber: Joines dan Valenziano
B. Fleksibilitas digunakan (Flexibility in Use)
Gambar 2.2 Contoh Penerapan Prinsip Flexibility in Use
Dua daun pintu untuk memudahkan pengguna tangan
(10)
10 Sumber: Joines dan
Valenziano
C.Sederhana dan intuitif (Simple and Intuitive Use)
Gambar 2.3 Contoh Penerapan Prinsip Simple and Intuitive
Use
Penyusunan nomor dengan susunan instruksi manual langkah demi langkah bagi
panduan pengguna. Sumber: Joines dan
Valenziano
D.Informasi jelas (Perceptible Information)
Gambar 2.4 Contoh Penerapan Prinsip Perceptible
Information
Informasi dilengkapi petunjuk yang dicetak besar, huruf
Braille,
dan format kaset audio. Sumber: Joines dan
Valenziano
E. Toleransi untuk kesalahan (Tolerance for Error)
Gambar 2.5 Contoh Penerapan Prinsip Tolerance for Error
Tepi jalan di sepanjang jalan mengurangi resiko jatuh
tersandung. Sumber: Joines dan
Valenziano
F. Upaya fisik yang rendah (Low Physical Effort)
Gambar 2.6 Contoh Penerapan Prinsip Low Physical Effort
Tempat beristirahat bagi pejalan kaki. Sumber: Joines dan
Valenziano
G.Ukuran dan ruang untuk pendekatan dan penggunaan (Size and Space for Approach and Use)
Gambar 2.7 Contoh Penerapan Prinsip Size and Space for
Approach and Use Bagian konter diturunkan
untuk memberikan garis pandang pengguna dengan berbagai ketinggian.
Sumber: Joines dan Valenziano
2.5 Studi Banding
Mandiga (Pendidikan Terpadu Individu Spektrum Autistik)
(11)
3. Tinjauan Lokasi
3.1 Sekilas Tentang Batang
Kota Batang merupakan salah satu wilayah otonom di Provinsi Jawa Tengah. Kota Batang berada di jalur pantai utara (pantura) Jawa Tengah, terletak 93 km sebelah barat Kota Semarang atau 392 km di sebelah timur Kota Jakarta. Merupakan jalur utama yang menghubungkan Jakarta-Surabaya.
Batas-batas wilayah Kota Batang, meliputi:
sebelah utara : Laut Jawa sebelah timur : Kabupaten
Kendal sebelah selatan : Kabupaten
Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara sebelah barat : Kota dan
Kabupaten Pekalongan.
Letak Geografis Kota Batang: Lintang : 6° 51 46 sampai 7° 11
47 LS
Bujur : 109° 40 19 sampai
110° 03 06 BT
Luas : 85.425,84 Ha.
Kondisi Wilayah
Kondisi wilayah Kabupaten Batang merupakan kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pegunungan. Dengan kondisi ini Kabupaten Batang mempunyai potensi yang sangat besar untuk agroindustri, agrowisata dan agrobisnis.
4. Analisa Pendekatan serta Konsep Perencanaan dan Perancangan
4.1 Analisa dan Konsep Site
Lokasi ini dipilih di Jl. Dr. Wahidin, Batang. Selain itu ada beberapa yang menjadi pertimbangan yaitu:
A.Fungsi Kawasan Kota Batang Ditinjau dari tata guna lahan lokasi Sekolah Autis tersebutberada pada zona permukiman, pendidikan, dan sistem pusat pelayanan jasa dan perdagangan.
B.Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang menunjang keberadaan Sekolah Autis ini seperti tersedianya jaringan utilittas kota serta transportasi yang memadai. C.Pencapaian
(12)
12 Akses pencapaian mudah ke lokasi
dengan jarak yang relatif dekat dari seluruh wilayah yang dilayani.
D.Keadaan Lingkungan
Lokasi termasuk daerah yang aman, dan bearada di lokasi yang mudah diakses dan dikenal oleh masyarakat.
E. Ditinjau dari segi wilayah, dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan wilayah sekitarnya.
Site ini berada di Jl. Dr. Wahidin, dan berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Tanah Kosong
Sebelah Selatan : Jalan Dr. Wahidin
Sebelah Timur : Perumahan
Sebelah Barat : Perumahan dan RSUD Batang Adapun Potensi Site tersebut antara lain:
Lokasi berada di dekat pertigaan jalan, sehingga
mudah untuk di ekspos tampilan bangunannya.
Kontur relatif datar.
Site berada di dekat RSUD Kabupaten Batang, SD N Proyonanggan 07 Batang, Radio Abirawa FM, Perpustakaan Umum Kabupaten Batang, serta Gedung Wanita Kabupaten Batang.
Site berada di kawasan permukiman, dan perdagangan. Dekat dengan pertokoan, dan rumah makan.
4.2 Analisa Pengolahan Site 4.2.1 Analisa Pencapaian
A.Tujuan:
Untuk menentukan Main Entrance (ME) sebagai jalur masuk utama menuju bangunan.
Menentukan Side Entrance (SE) sebagai jalur masuk kedua. B. Dasar Pertimbangan:
Kemudahan akses menuju bangunan dari arah selatan site yang menjadi orientasi jalan.
Mudah dijangkau oleh kendaraan umum
(13)
maupun kendaraan pribadi.
Jalur masuk dipisah dengan jalur keluar, agar tidak mengganggu kenyamanan sirkulasi. C.Konsep Perencanaan:
Main Entrance (ME) pada Jl. Dr. Wahidin. Pintu masuk dan keluar dipisah menjadi, agar tidak terjadi croos Sirkulasi
4.2.2 Analisa dan Konsep Tampilan Arsitektur 1. Pendekatan Konsep Ide
Bentuk Bangunan
A. Tujuan:
Mengetahui bentuk massa bangunan yang akan dijadikan fasad ataupun tata massa yang baik dan mendukung kegiatan yang ada.
B. Dasar Pertimbangan:
Penyesuaian karakter yang diinginkan.
Sesuai fungsinya.
Fasad yang atraktif dan dinamis.
Kemudahan layout.
Skala atau proporsi
C. Konsep Perencanaan:
Sekolah ini didesain untuk anak-anak usia 4-22 tahun, dengan prinsip universal design. Dimana usia tersebut tergolong usia rentan, yang harus selalu mendapatkan pengawasan dan perlindungan.
Bentuk bangunan menggunakan konsep Modern Kontemporer. Dimana desain bangunan
menekankan pada Form Follow Function (Bentuk mengikuti Fungsi) dengan desain yang kekinian, variatif, fleksibel, dan inovatif.
(14)
14
DAFTAR PUSTAKA
Afrida, L. (2009). Tinjauan Tata Atur Fisik Sekolah Khusus Terhadap Adaptasi Perilaku Anak Autis. Skripsi Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Depok.
Celia, J., & Santosa, A. (2013). Perancangan Interior Pusat Terapi dan Sekolah Anak Autis di Surabaya: Jurnal Intra. Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra, 283-287.
Cumine, V., Leach, J., & Stevenson, G. (2000). Autism in the Early Years: A Practical Guide. London: David Fulton.
Indina, G., Handajani, i. P., & Laksmiwati, T. (-). Penerapan Warna dan Cahaya pada Interior Ruang Terapi Dasar dengan Pendekatan Visual Anak Autis. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang.
Kasim, L. P. (2015). Tingkat Pemenuhan Ruang bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Luar Biasa. Laporan Penelitian Tugas Mata Kuliah Seminar Penelitian Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Merry. (2008). Studio Desain Interior Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Safir di Surabaya: Dimensi Interior. Alumni Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra - Surabaya, 35-49.
Neufert, E. (1992). Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Neufert, E. (1992). Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Rimadhani, F. A. (2014). The Inclusion Kindergarten School of Surakarta. Tugas Akhir Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Saputri, D. O. (2013). Deaf school integrated in Semarang with universal design principles. Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, 47-74. setyowati, s. (2010). Buku Pegangan Kuliah Aksesbilitas Jurusan Teknik Arsitektur UMS.
Surakarta.
Sukarno, D., & Hetyorini. (2013). Analisis Peningkatan Fungsi Bangunan Umum Melalui Upaya Desain Accesibility . Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang.
Thompson, J. (2012). Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Esensi, Erlangga Group.
(15)
Yosiani, N. (2014). Realisasi Karakteristik Anak Tuna Grahita dengan Pola Tata Ruang Belajar di Sekolah Luar Biasa. Megister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan.
http://batangkab.go.id/?page_id=349 diakses pada tanggal 30 September 2015 http://batangkab.go.id/?page_id=798 diakses pada tanggal 30 September 2015
http://doktersehat.com/gejala-dispraksia-pada-anak/ diakses pada tanggal 20 September 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/ADHD diakses pada tanggal 20 September 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Autisme diakses pada tanggal 15 September 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Disleksia diakses pada tanggal 20 September 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip diakses pada tanggal 15 September 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah diakses pada tanggal 15 September 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Asperger diakses pada tanggal 20 September 2015 https://en.wikipedia.org/wiki/Universal diakses pada tanggal 15 September 2015
http://en.wikipedia.org/wiki/Universal_design diakses pada tanggal 15 September 2015 http://progressio.muhardi.com/?p=46 diakses pada tanggal 18 September 2015
https://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://universaldesign.ie/What-is-Universal-Design/The-7-Principles/&prev=search diakses pada tanggal 15 September 2015
http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/163-kurikulum-khusus-penyandang-autis diakses pada tanggal 20 September 2015
http://www-edc.eng.cam.ac.uk/betterdesign/ diakses pada tanggal 21 September 2015 http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-obsesif-kompulsif-obsessive.html
diakses pada tanggal 20 September 2015
www.bookerparkschool.com diakses pada tanggal 4 Oktober 2015 www.reeceschool.org. diakses pada tanggal 4 Oktober 2015
(1)
Sumber: Joines dan Valenziano
C.Sederhana dan intuitif (Simple and Intuitive Use)
Gambar 2.3 Contoh Penerapan Prinsip Simple and Intuitive
Use
Penyusunan nomor dengan susunan instruksi manual langkah demi langkah bagi
panduan pengguna. Sumber: Joines dan
Valenziano
D.Informasi jelas (Perceptible Information)
Gambar 2.4 Contoh Penerapan Prinsip Perceptible
Information
Informasi dilengkapi petunjuk yang dicetak besar, huruf
Braille,
dan format kaset audio. Sumber: Joines dan
Valenziano
E. Toleransi untuk kesalahan (Tolerance for Error)
Gambar 2.5 Contoh Penerapan Prinsip Tolerance for Error
Tepi jalan di sepanjang jalan mengurangi resiko jatuh
tersandung. Sumber: Joines dan
Valenziano
F. Upaya fisik yang rendah (Low Physical Effort)
Gambar 2.6 Contoh Penerapan Prinsip Low Physical Effort
Tempat beristirahat bagi pejalan kaki. Sumber: Joines dan
Valenziano
G.Ukuran dan ruang untuk pendekatan dan penggunaan (Size and Space for Approach and Use)
Gambar 2.7 Contoh Penerapan Prinsip Size and Space for
Approach and Use Bagian konter diturunkan
untuk memberikan garis pandang pengguna dengan berbagai ketinggian.
Sumber: Joines dan Valenziano
2.5 Studi Banding
Mandiga (Pendidikan Terpadu Individu Spektrum Autistik)
(2)
3. Tinjauan Lokasi
3.1 Sekilas Tentang Batang
Kota Batang merupakan salah satu wilayah otonom di Provinsi Jawa Tengah. Kota Batang berada di jalur pantai utara (pantura) Jawa Tengah, terletak 93 km sebelah barat Kota Semarang atau 392 km di sebelah timur Kota Jakarta. Merupakan jalur utama yang menghubungkan Jakarta-Surabaya.
Batas-batas wilayah Kota Batang, meliputi:
sebelah utara : Laut Jawa sebelah timur : Kabupaten
Kendal sebelah selatan : Kabupaten
Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara sebelah barat : Kota dan
Kabupaten Pekalongan. Letak Geografis Kota Batang:
Lintang : 6° 51 46 sampai 7° 11
47 LS
Bujur : 109° 40 19 sampai 110° 03 06 BT
Luas : 85.425,84 Ha. Kondisi Wilayah
Kondisi wilayah Kabupaten Batang merupakan kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pegunungan. Dengan kondisi ini Kabupaten Batang mempunyai potensi yang sangat besar untuk agroindustri, agrowisata dan agrobisnis.
4. Analisa Pendekatan serta Konsep
Perencanaan dan Perancangan
4.1 Analisa dan Konsep Site
Lokasi ini dipilih di Jl. Dr. Wahidin, Batang. Selain itu ada beberapa yang menjadi pertimbangan yaitu:
A.Fungsi Kawasan Kota Batang Ditinjau dari tata guna lahan lokasi Sekolah Autis tersebutberada pada zona permukiman, pendidikan, dan sistem pusat pelayanan jasa dan perdagangan.
B.Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang menunjang keberadaan Sekolah Autis ini seperti tersedianya jaringan utilittas kota serta transportasi yang memadai. C.Pencapaian
(3)
Akses pencapaian mudah ke lokasi dengan jarak yang relatif dekat dari seluruh wilayah yang dilayani.
D.Keadaan Lingkungan
Lokasi termasuk daerah yang aman, dan bearada di lokasi yang mudah diakses dan dikenal oleh masyarakat.
E. Ditinjau dari segi wilayah, dapat mendukung pertumbuhan dan
perkembangan wilayah
sekitarnya.
Site ini berada di Jl. Dr. Wahidin, dan berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Tanah Kosong Sebelah Selatan : Jalan Dr.
Wahidin Sebelah Timur : Perumahan Sebelah Barat : Perumahan
dan RSUD Batang Adapun Potensi Site tersebut antara lain:
Lokasi berada di dekat pertigaan jalan, sehingga
mudah untuk di ekspos tampilan bangunannya.
Kontur relatif datar.
Site berada di dekat RSUD Kabupaten Batang, SD N Proyonanggan 07 Batang,
Radio Abirawa FM,
Perpustakaan Umum
Kabupaten Batang, serta Gedung Wanita Kabupaten Batang.
Site berada di kawasan permukiman, dan perdagangan. Dekat dengan pertokoan, dan rumah makan.
4.2 Analisa Pengolahan Site
4.2.1 Analisa Pencapaian
A.Tujuan:
Untuk menentukan Main Entrance (ME) sebagai jalur masuk utama menuju bangunan.
Menentukan Side
Entrance (SE) sebagai jalur masuk kedua. B. Dasar Pertimbangan:
Kemudahan akses
menuju bangunan dari arah selatan site yang menjadi orientasi jalan. Mudah dijangkau oleh
(4)
maupun kendaraan pribadi.
Jalur masuk dipisah dengan jalur keluar, agar tidak mengganggu kenyamanan sirkulasi. C.Konsep Perencanaan:
Main Entrance (ME) pada Jl. Dr. Wahidin. Pintu masuk dan keluar dipisah menjadi, agar tidak terjadi croos Sirkulasi
4.2.2 Analisa dan Konsep
Tampilan Arsitektur
1. Pendekatan Konsep Ide
Bentuk Bangunan A. Tujuan:
Mengetahui bentuk massa bangunan yang akan dijadikan fasad ataupun tata massa yang baik dan mendukung kegiatan yang ada.
B. Dasar Pertimbangan: Penyesuaian
karakter yang diinginkan. Sesuai fungsinya. Fasad yang atraktif
dan dinamis. Kemudahan layout. Skala atau proporsi
C. Konsep Perencanaan: Sekolah ini didesain
untuk anak-anak usia 4-22 tahun, dengan prinsip universal design. Dimana usia tersebut tergolong usia rentan, yang harus selalu mendapatkan pengawasan dan perlindungan. Bentuk bangunan
menggunakan konsep Modern Kontemporer. Dimana desain bangunan
menekankan pada Form Follow Function (Bentuk mengikuti Fungsi) dengan desain yang kekinian, variatif, fleksibel, dan inovatif.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Afrida, L. (2009). Tinjauan Tata Atur Fisik Sekolah Khusus Terhadap Adaptasi Perilaku Anak Autis. Skripsi Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Depok.
Celia, J., & Santosa, A. (2013). Perancangan Interior Pusat Terapi dan Sekolah Anak Autis di Surabaya: Jurnal Intra. Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra, 283-287.
Cumine, V., Leach, J., & Stevenson, G. (2000). Autism in the Early Years: A Practical Guide. London: David Fulton.
Indina, G., Handajani, i. P., & Laksmiwati, T. (-). Penerapan Warna dan Cahaya pada Interior Ruang Terapi Dasar dengan Pendekatan Visual Anak Autis. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang.
Kasim, L. P. (2015). Tingkat Pemenuhan Ruang bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Luar Biasa. Laporan Penelitian Tugas Mata Kuliah Seminar Penelitian Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Merry. (2008). Studio Desain Interior Pusat Terapi Anak Berkebutuhan Khusus pada Sekolah Safir di Surabaya: Dimensi Interior. Alumni Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra - Surabaya, 35-49.
Neufert, E. (1992). Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Neufert, E. (1992). Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Rimadhani, F. A. (2014). The Inclusion Kindergarten School of Surakarta. Tugas Akhir Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Saputri, D. O. (2013). Deaf school integrated in Semarang with universal design principles. Tugas Akhir, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, 47-74. setyowati, s. (2010). Buku Pegangan Kuliah Aksesbilitas Jurusan Teknik Arsitektur UMS.
Surakarta.
Sukarno, D., & Hetyorini. (2013). Analisis Peningkatan Fungsi Bangunan Umum Melalui Upaya Desain Accesibility . Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang.
Thompson, J. (2012). Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Esensi, Erlangga Group.
(6)
Yosiani, N. (2014). Realisasi Karakteristik Anak Tuna Grahita dengan Pola Tata Ruang Belajar di Sekolah Luar Biasa. Megister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan.
http://batangkab.go.id/?page_id=349 diakses pada tanggal 30 September 2015 http://batangkab.go.id/?page_id=798 diakses pada tanggal 30 September 2015
http://doktersehat.com/gejala-dispraksia-pada-anak/ diakses pada tanggal 20 September 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/ADHD diakses pada tanggal 20 September 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Autisme diakses pada tanggal 15 September 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Disleksia diakses pada tanggal 20 September 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip diakses pada tanggal 15 September 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah diakses pada tanggal 15 September 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Asperger diakses pada tanggal 20 September 2015 https://en.wikipedia.org/wiki/Universal diakses pada tanggal 15 September 2015
http://en.wikipedia.org/wiki/Universal_design diakses pada tanggal 15 September 2015 http://progressio.muhardi.com/?p=46 diakses pada tanggal 18 September 2015
https://translate.google.com/translate?hl=id&sl=en&u=http://universaldesign.ie/What-is-Universal-Design/The-7-Principles/&prev=search diakses pada tanggal 15 September 2015
http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/163-kurikulum-khusus-penyandang-autis diakses pada tanggal 20 September 2015
http://www-edc.eng.cam.ac.uk/betterdesign/ diakses pada tanggal 21 September 2015 http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-obsesif-kompulsif-obsessive.html
diakses pada tanggal 20 September 2015
www.bookerparkschool.com diakses pada tanggal 4 Oktober 2015 www.reeceschool.org. diakses pada tanggal 4 Oktober 2015