strategi nasional mencakup 3 tiga aspek, yaitu penyediaan sarana layanan yang sesuai, penyediaan produk yang cocok, responsible finance melalui edukasi
keuangan dan perlindungan konsumen. Penerapan Keuangan Inklusif umumnya bertahap dimulai dengan target yang jelas seperti melalui penerima bantuan
program sosial pemerintah atau pekerja migran TKI sebelum secara perlahan dapat digunakan oleh masyarakat umum.
Berbagai inisiatif telah dilakukan oleh Kementrianinstansi terkait dalam rangka implementasi strategi nasional Keuangan Inklusif . Hal ini menunjukkan
komitmen dari berbagai Kementrianinstansi terkait untuk secara aktif berupaya mengimplementasikan rencana-rencana masa depan serta program-program yang
berkaitan dengan strategi nasional Keuangan Inklusif diantaranya: 1.
Peran Keuangan Inklusif sangat penting untuk pengentasan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas keuangan.
2. Penerapan SNKI memerlukan kerjasama dan koordinasi yang baik dari
berbagai pemangku kepentingan, baik dari lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat sendiri.
3. Proses implementasi dan pemantauan strategi national Keuangan Inklusif
akan terbagi dalam: a.
Inventarisasi ketersediaan data dan diagnosa kondisi saat ini b.
Penentu target dan tujuan yang tercantum daam indikator kinerja utama c.
Peran sektor publik dan swasta d.
Pemantauan kemajuan kegiatan 4.
Kepemimpinan diperlukan untuk mengkoordinasikan tindakan dan mempertahankan dorongan serta momentum untuk reformasi.
61
C. PEMBERDAYAAN
Istilah pemberdayaan berasal dari kata daya, kata daya dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti kekuatan dan kemampuan. Sementara pemberdayaan
merupakan cara, proses, upaya untuk menjadikan pihak lain memiliki daya atau
61
Badan Kebijakan Fiskal Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Financial Inclusion Strategi Nasional Keuangan Inklusif SNKI, Jurnal Juni 2013, hal. 22.
kekuatan.
62
Pemberdayaan merupakan sebagai upaya penyediaan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat untuk meningkatkan
kapasitas mereka, sehingga dapat menemukan masa depannya yang lebih baik.
63
Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya
membahas bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan keinginan mereka. Pemberdayaan
juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan. Amrullah ahmad mengatakan bahwa
“Pengembangan Masyarakat Islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah umat dalam bidang sosial,
ekonomi dan lingkungan dalam perspektif Islam.
64
Dalam Ensiklopedia Indonesia, Daya adalah kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan untuk bertindak.
65
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan,
maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisispasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
66
62
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:balai pustaka , 2003, pada istilah “daya”, hal.
241 - 242
63
Jim Ife, Community Development, Australia: penerbit longman, 2005, hal.182
64
M. Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah di Tengah Era Reformasi Menuju Indonesia Baru Dalam Memasuki Abad 21, Bandung: 1999, hal. 9.
65
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, cet. Ke-1 hal. 667.
66
Edi Suharto, PhD “Pendekatan Pekerjaan Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Miskin: Konsep, Indikator dan Strategi ”, Artikel diakses pada 24 Oktober 2008 dari
http:www.policy.husuhartomodul_amakindo_30.htm
Dalam konteks kaum duafa pemberdayaan adalah membantu pihak yang diberdayakan untuk memperoleh daya mengambil keputusan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan tentang diri mereka, termasuk mengurangi efek hantaman pribadi maupun sosial, melalui peningkatan kemampuan dan rasa
percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki.
67
Pemberdayaan juga ada yang memahami sebagai upaya untuk membangun daya yang dimiliki kaum duafa
dengan mendorong, memberikan motivasi dan meningkatkan kesadaran tentang potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.
68
Dari kesimpulan diatas, maka disimpulkan bahwa yang dimaksud pemberdayaan adalah sebuah gerakan penguatan sosial agar masyarakat tadinya
lemah, baik dalam bidang sosial, ekonomi serta politik, diberdayakan sehingga membangkitkan kesadaran masyarakat tersebut dan meningkatkan potensi yang
mereka miliki dan guna membangun serta menentukan tindakan tertentu yang dapat menjamin keberhasilan hakiki dalam bentuk kemandirian.
Menurut Dubois dan Miley di dalam buku Edi Suharto, ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu:
69
a. Membangun relasi pertolongan yang merefleksikan respon empati,
menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri self determination, menghargai perbedaan dan keunikan individu, menekankan
kerja sama klien client partnerships b.
Membangun komunikasi yang menghormati martabat dan harga diri klien, mempertimbangkan keragaman individu, berfokus pada klien, dan menjaga
kerahasiaan klien. c.
Terlibat dalam pemecahan masalah yang memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek proses pemecahan masalah, menghargai hak-hak klien,
merangkai tantangan-tantangan sebagai kesempatan belajar dan melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi
67
Isbandi Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Eokonomi Universitas Indonesia, 2002, hal. 162.
68
Gunawan Sumohadiningrat, Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997, hal 165.
69
Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT. Refika Aditama, 2005, cet ke-1, hal 68.
d. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui ketaatan
terhadap kode etik profesi, keterlibatan dalam pengembangan profesional, riset dan perumusan kebijakan dalam pengembangan profesional, riset dan
perumusaan kebijakan, penerjemahan kesulitan-kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik, penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan
kesempatan. Pemberdayaan bisa bersifat individu maupun kolektif atau masyarakat.
Pemberdayaan juga tidak hanya bersifat ekonomi atau terkait dengan produksi. Sebab, inti pemberdayaan adalah menjadikan kaum duafa miskin memiliki
keberanian dan kekuatan untuk melangkah secara mandiri. Dengan demikian, target dan tujuan pemberdayaan itu sangat tergantung kepada pilihan bidang
pembangunan kesejahteraan yang digarap, baik bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan maupun sosial.
D. KEMISKINAN