PENGAMATAN ANTI MIKROBA TERHADAP BAKTERI

PENGAMATAN ANTI MIKROBA TERHADAP BAKTERI S AUREUS
LAPORAN PRAKTIKUM
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi
Yang dibina oleh Bapak M Noviar Darkuni
Disusun Oleh :

Kelompok 2 / Offering B
Arum Tri Hayuning Tyas K.S

(130341603363)

Diah Pitaloka Kusumastuti

(130341603391)

Firmannya Marsudi

(130341614810)

Luluk Faricha


(130341614805)

Shinta Aprilia

( 130341614817)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
MARET 2014

1. Topik
Pengaruh Downy Anti Bacteria terhadap bakteri S Aureus
2. Hari dan Tanggal
Selasa, 25 Februari 2014– Jum’at, 28 Februari 2014
3. Tujuan
1.

Agar mahasiswa dapat melakukan pengujian daya antimikroba
terhadap bakteri.


2.

Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi bakteri uji terhadap anti
mikroba.

4. Dasar Teori
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas
yang berupa tumbuh dan berkembang. Kadang kala pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme ini terganggu. Hal ini dapat dipengaruhi
baik dari mikroba itu sendiri ataupun dari luar. Salah satu pengaruh yang
paling berkompoten adalah antimikroba (Gobel, 2008). Anti mikroba
adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme
hidup. Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut
bakteriostatik dan yang dapat membunuh bakteri disebut bakterisida. Atau
dengan kata lain disebut juga antiboitika yaitu bahan-bahan yang
bersumber hayati yang pada kadar rendah sudah menghambat
pertumbuhan mikroorganisme hidup (Gobel, 2008). Zat antimikroba
adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.

mikroorganisme

Zat

antimikroba

(microbicidal)

atau

dapat

bersifat

menghambat

membunuh
pertumbuhan

mikroorganisme (microbiostatic). Efisiensi dan efektivitas antimikroba

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1) Konsentrasi
2) Waktu terpapar
3) Jenis mikroba
4) Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat hidup
Adapun senyawa anti mikroba tadi dapat berupa senyawa
hidrokarbon antibakteria menurut Sikkema dkk (Sikkema 1995),

golongan

senyawa

hidrokarbon

yang

hidrofobik

mekanisme


antibakterinya terpusat pada akumulasi senyawa pada mernbran sel yang
tersusun

atas

lipida

bilayer,

sehingga

menghalangi

mekanisme

transportasi ion dari luar dan dalam sel, dan juga menurunkan kesatuan
struktur membran. Sehingga mekanisme transport sel kacau dan membran
sel akan rusak. Sedangkan menurut Ultee dkk (Ultee 1992), adanya gugus
kaya elektron seperti ester ataupuri hidroksil pada senyawa hidrokarbon
siklik, bisiklik' analog denganfenol ataupun ester fenol meningkatkan

aktivitas antibakterialnya. Mekanisme aksinya adalatrmendestabili-sasi
membran

sitoplasma

dan

sebagaiproton

exchang-er,

sehingga

menurunkan secara bergradien pH membran sitoplasma dan akibatnya
gaya gerak proton melemah. Dengan merujuk metode Sikkema-Ult.
5. Alat dan Bahan
Alat :
1. Cawan petri
2. Pembakar spiritus
3. Cootenbud

4. Penjepit
5. Makro pipet
Bahan :
1. Downy Anti Bacteria
2. Aquades
3. Kertas Cakram

6. Cara Kerja
Downy Anti
Bacteria

-

diambil dalam beberapa konsentarasi ke dalam
cawan petri yaitu 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%

-

Kertas hisap dimasukkan kedalam masing-masing
larutan selama ±10 menit


Hasil

Bakteri

-

Bakteri dibiakkan di dalam medium agar cawan
petri yang telah disiapkkan

-

Kertas hisap yang telah dimasukkan ke dalam anti
bakteri dipindahkan ke cawan bakteri yang telah
disiapkan

Hasil

Bakteri di inkubasi selama 3 x 24 jam


7. Data

Konsentrasi

Diameter Hari Ke1 x 24 jam

2 x 24 jam

3 x 24 jam

20 %

1,1 cm

1,1 cm

1,2 cm

40 %


1,3 cm

1,3 cm

1,4 cm

60 %

1,4 cm

1,5 cm

1,6 cm

80 %

1,5 cm

1,5 cm


1,7 cm

100 %

1,6 cm

1,6 cm

1,7 cm

8. Analisis Data
Pada pengamatan praktikum pengamatan uji antimikroba dari
“Downy AntiBacteria”. Metode yang digunakan adalah metode cakram
kertas, yaitu dengan membentuk kertas saring dengan perforator, yang
selanjutnya direndam dalam antiseptic yang sudah disiapkan selama 10
menit .Tiga sektor pada cawan petri dibagi menjadi lima bagian untuk
konsentrasi larutan tersebut . Konsentrasinya yaitu 20 % , 40 % , 60 % ,
80 % dan 100 % . Selanjutnya meletakkan paper disk yang sudah
direndam dengan “Downy AntiBacteria” pada cawan petri sesuai dengan
konsentrasi dan setelah itu diinkubasikan .
Setelah inkubasi selama 1 x 24 jam dengan suhu ± 37ºCelcius
maka berdasarkan data yang kami dapatkan pada uji “Downy
AntiBacteria” terhadap mikroba , diameter zona bening pada S.aureus
dengan konsentrasi 20 % memiliki diameter 1,1 cm . Selanjutnya
diameter zona bening pada S.aureus dengan konsentrasi 40 % memiliki
diameter 1,3 cm . Pada konsentrasi 60 % memiliki diameter 1,4 cm .
Kemudian pada konsentrasi 80 % memiliki diameter 1,5 cm . Dan pada
konsentrasi 100 % memiliki diameter 1,6 cm .
Setelah inkubasi selama 2 x 24 jam ternyata diameter zona bening
pada S.aureus sama dengan diameter zona bening inkubasi selama 1 x 24

jam. Hal ini mungkin terjadi karena kemampuan suatu bahan larutan yang
membunuh bakteri tersebut lambat, sehingga tidak semua bakteri dapat
dibunuh meskipun dalam waktu yang berbeda. selain itu dapat juga di
sebabkan oleh usia mikroorganisme. Jadi diameter zona bening sama.
Setelah inkubasi selama 3 x 24 jam ternyata diameter zona bening
pada S.aureuspada semua konsentrasi bertambah, yaitu pada konsentrasi
20%zona hambat yang awalnya berdiameter 1,1cm pada hari pertama dan
kedua menjadi 1,2cm pada hari ketiga. Pada konsentrasi 40% zona
hambat yang awalnya berdiameter 1,3cm pada hari pertama dan kedua
menjadi 1,4cm pada hari ketiga. Pada konsentrasi 60% zona hambat yang
awalnya berdiameter 1,4cm pada hari pertama dan 1,5cm pada hari kedua
menjadi 1,6cm pada hari ketiga. Pada konsentrasi 80% zona hambat yang
awalnya berdiameter 1,5cm pada hari pertama dan kedua menjadi 1,7cm
pada hari ketiga. Dan pada konsentrasi 100% zona hambat yang awalnya
berdiameter 1,6 cm pada hari pertama dan kedua menjadi 1,7 cm pada
hari ketiga.
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
20%

40%

60%

80%

100%

9. Pembahasan
Dalam praktikum ini, metode yang kami gunakan adalah metode
cakram kertas. Metode cakram kertas merupakan metode yang biasa
digunakan untuk menguji aktivitas antimikroba suatu antibiotik terhadap
mikroorganisme patogen penyebab penyakit. Metode ini lebih dikenal
dengan metode Kirby-Bauer (Cappucino and Sherman, 2001; Tortora et
al., 2002). Metode cakram kertas dapat juga dilakukan menggunakan
suatu silinder tidak beralas atau sumuran dan diisi dengan antibiotik
dalam jumlah tertentu, disebut

agar

well difussion.

Kepekaan

mikroorganisme patogen terhadap antibiotik terlihat dari ukuran zona
bening yang terbentuk (Cappucino & Sherman, 2001).
Adapun Mikroba yang kami uji adalah Staphylococcus aureus.
Staphylococcus merupakan sel Gram positif berbentuk bola dengan
diameter1 μm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur
seperti anggur. Kokustunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai
juga tampak dalam biakan cair.(Jawetz et al., 2005). Staphylococcus
bersifat patogen, nonmotil, dan memproduksi katalase.
Anti

mikroba

menghambat

atau

adalah
membunuh

senyawa

yang

dapat

mikroorganisme

hidup.

Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
disebut bakteriostatik dan yang dapat membunuh bakteri
disebut bakterisida. Atau dengan kata lain disebut juga
antiboitika yaitu bahan-bahan yang bersumber hayati yang

pada kadar rendah sudah menghambat pertumbuhan
mikroorganisme hidup (Gobel, 2008).
Zona hambat merupakan tempat di mana bakteri
terhambat
antimikroba.

pertumbuhannya
Zona

akibat

hambat

anti

adalah

bakteri
daerah

atau
untuk

mengahambat mikroorganisme pada media agar oleh
bahan-bahan tertentu. (Peltzar, 1996) Sebelumnya, kita
harus

mengetahui

dihambat
Berdasarkan

dari

bagian
mikroba

mekanisme

menjadi (Jawetz et al., 2005):

mana

yang

oleh

antibiotic

kerjanya

dapat

dirusak

atau

tertentu.

digolongkan

1. Penghambatan pertumbuhan oleh analog
Dalam kelompok ini termasuk sulfonamida. Pada umumnya
bakteri

memerlukan

para-aminobensoat

(PABA)

untuk

sintesis asam folat yang diperlukan dalam sintesis purin.
Sulfonamida memiliki struktur seperti PABA, sehingga
penggunaan sulfonamida menghasilkan asam folat yang
tidak berfungsi.
2. Penghambatan sintesis dinding sel
Perbedaan struktur sel antara bakteri

dan

eukariot

menguntungkan bagi penggunaan bahan antimikrobial.
3. Penghambatan fungsi membran sel
Membran sel bakteri dan fungi dapat dirusak oleh
beberapa

bahan

tertentu

tanpa

merusak

sel

inang.

Polymxin berdaya kerja terhadap bakteri Gram-negatif,
sedangkan antibiotik polyene terhadap fungi. Namun
demikian penggunaan keduan antibiotik ini tidak dapat
ditukar balik. Ini berarti bahwa polymixin tidak berdaya
kerja terhadap fungi. Hal ini disebabkan karena membran
sel bakteri pada umumnya tidak mengandung sterol,
sedangkan pada fungi ditemukan sterol. Polyene harus
bereaksi dengan sterol dalam membran sel fungi sebelum
memp[unyai kemampuan merusak membran.
4. Penghambatan Sintesis protein
Kebanyakan antibiotic ditemukan pada pelaksanaan
"program penapisan ". program demikian yang dimulai
dengan pengapungan dalam cuplikan tanah melalui tahap
sampai percobaan hewan. Pada uji deretan pengenceran,
antibiotic diencerkan dengan larutan biak yang telah
ditanami dengan kuman uji menurut tahap pengenceran.
Adapun bahan antimikroba yang kami gunakan adalah Downy
dengan kandungan bahan aktifnya adalah Diethyleser Dimethyl
Ammonium Chlorida 8%. Adapun senyawa anti mikroba tadi berupa
senyawa hidrokarbon antibakteria menurut Sikkema dkk (Sikkema 1995),
golongan

senyawa

hidrokarbon

yang

hidrofobik

mekanisme

antibakterinya terpusat pada akumulasi senyawa pada mernbran sel yang
tersusun

atas

lipida

bilayer,

sehingga

menghalangi

mekanisme

transportasi ion dari luar dan dalam sel, dan juga menurunkan kesatuan
struktur membran. Sehingga mekanisme transport sel kacau dan membran
sel akan rusak. Sedangkan menurut Ultee dkk (Ultee 1992), adanya gugus
kaya elektron seperti ester ataupuri hidroksil pada senyawa hidrokarbon
siklik, bisiklik' analog denganfenol ataupun ester fenol meningkatkan
aktivitas antibakterialnya. Mekanisme aksinya adalatrmendestabili-sasi
membran

sitoplasma

dan

sebagaiproton

exchang-er,

sehingga

menurunkan secara bergradien pH membran sitoplasma dan akibatnya
gaya gerak proton melemah. Dengan merujuk metode Sikkema-Ult.
Sehingga dari data yang diperoleh didapatkan zona hambat.
Setelah inkubasi selama 3 x 24 jam ternyata diameter zona bening pada
S.aureus pada semua konsentrasi bertambah, yaitu pada konsentrasi 20%
zona hambat yang awalnya berdiameter 1,1cm pada hari pertama dan
kedua menjadi 1,2cm pada hari ketiga. Pada konsentrasi 40% zona
hambat yang awalnya berdiameter 1,3cm pada hari pertama dan kedua
menjadi 1,4cm pada hari ketiga. Pada konsentrasi 60% zona hambat yang
awalnya berdiameter 1,4cm pada hari pertama dan 1,5cm pada hari kedua
menjadi 1,6cm pada hari ketiga. Pada konsentrasi 80% zona hambat yang
awalnya berdiameter 1,5cm pada hari pertama dan kedua menjadi 1,7cm
pada hari ketiga. Dan pada konsentrasi 100% zona hambat yang awalnya
berdiameter 1,6 cm pada hari pertama dan kedua menjadi 1,7 cm pada
hari ketiga. Pada hari ketiga didapatkan bahwa diameter zona hambat
semakin melebar hal ini terjadi karena pada saat hari ketiga, mikroba telah
menjadi rentan terbunuh oleh bahan anti mikroba karena kerusakan
system sel yang telah disebabkan oleh bahan antimikroba. Dalam
Percobaan kami ini juga didapatkan perbedaan diameter zona hambat
terhadap variable bebas berupa konsentrasi larutan antimikroba. Serta
dapat disimpulkan bahwa semakin pekat konsentrasi larutan anti mikroba
yang digunakan semakin besar pula diameter zona hambatnya. Karena
konsentrasi tadi sangat berpengaruh terhadap kandungan zat aktif yang

akan berperan dalam menghambat pertumbuhan mikroba bahkan
mematikannya.
10. Kesimpulan
1. Zona hambat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya
adalah konsentrasi zat antimikroba dan lama inkubasi
2. Semakin lama waktu inkubasi semakin lebar zona hambat yang
akan diperoleh.
3. Semakin pekat konsentrasi zat anti mikroba semakin lebar pula
zona hambat yang akan diperoleh.

11. Daftar Pustaka
Agung, Sri. 2009. Pemeriksaan Bilangan Bakteri Dan
Pengaruh Beberapa Perlakuan Terhadap Penurunan
Bilangan Bakteri Pada Mouthpiece Alat Musik Tiup
Marching Band Di Jatinangor. Farmaka, Volume 7
Nomor1,April2009.(Online),
(http://farmasi.unpad.ac.id/farmaka/files/2011/05/PEMERIKS
AAN-BILANGAN-BAKTERI-DAN-PENGARUH-BEBERAPAPERLAKUAN-TERHADAP-PENURUNAN-BILANGANBAKTERI.pdf diakses 23 November 2011).
A. Ultee, M.H.J. Bennik dan R. Moezelaar,(1992), Microbiololog 68: 1
56 1 .
Cappuccino, J. G. & Natalie. S. 1983. Microbiology A
Laboratory Manual. Addison-Wesley Publishing Company,
New York.
Dwijoseputro. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta :
Djembatan.
Jawetz, E., Joseph M., and Edward A., 1996. Mikrobiologi
Kedokteran. Nugrogo, E., Maulany, R. F., alih bahasa;
Setiawan, I., editor. Jakarta : Penerbit EGC. Halaman : 188190.
J. Sikkema, J.A. de Bont dan B. Poolman,(1995), Miuobiologlt Review
59: I9.
Levine, M. 2000 dalam Soni, Ahmad. 2010. An Introduction
to Laboratory Technique in Bacteriology . McMillan
Company, New York.
Majalah Kesehatan. 2011. Mengenal Antiseptik. (Online),
(http://majalahkesehatan.com/mengenal-antiseptik/,
diakses 23 November 2011)
Pelczar, Michael, dkk. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Putra,
2011.
Metode
Cakram.
(Online),
(http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2011/06/03/
metode-cakram/, diakses 23 November 2011).