Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu proses. Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai peranan penting untuk kesuksesan dari proses tersebut. Kalau dalam drama sutradara berperan sebagai pengatur dan pemimpin, dalam pengambilan gambar pengatur gaya berperan sentral terhadap hasil gambar, dalam proses belajar mengajar guru berperan tidak jauh dengan apa yang disebutkan pada dua contoh tersebut. Maksudnya ialah guru berperan sentrral terhadap berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Pertanyaan muncul apakah figur guru yang baik adalah yang dapat memimpin murid-muridnya dengan baik? Apakah permasalahan yang dihadapi guru sama dengan permasalahn seorang sutradara dalam suatu drama atau dengan seorang penata gaya dalam pengambilan gambar? Masalah yang dihadapai sama dalam hal bagaimana agar rentetan masing-masing proses dapat mencapai hasil yang ditentukan. Tetapi dalam proses belajar mengajar guru menghadapai permasalahan yang lebih komplikatif karena pada diri murid mempunyai berbagai macam motivasi. Mengacu masalah tersebut seorang guru selain berperan sebagai manager, dia juga harus berperan sebagai motivator yang baik. Sehingga semua siswanya termotivasi untuk mencapai sukses dalam proses belajar mengajar tersebut. Proses belajar mengajar pada bidang penjasorkes tidak dapat dilakukan 2 secara serampangan oleh guru karena pendidikan penjasorkes kebanyakan berupa prosedur melakukan sesuatu. Kalau rentetan dari prosedur itu tidak diterapkan secara urut rentetannya tentunya kompetensi yang ingin dicapai dari proses pembalajaran kurang bisa terpenuhi dan bahkan lebih buruk lagi gagal terpenuhi. Mengingat hal itu tidak benar kalau penjasorkes hanyalah pendidikan asal gerak, atau asal menggerakkan badan saja. Asal gerak tanpa menggunakan prosedur yang benar tidak akan bisa mencapai tujuan tetapi hanyalah kegagalan. Persepsi seperti tersebut hanyalah satu contoh terjadinya kecemburuan atau kondisi yang tidak harmonis diantara sesama guru. Untuk dapat menelususri latar belakang persepsi guru Non- Penjaskes terhadap guru penjasorkes, kita perlu mendengar dan melihat tentang penilian guru Penjasorkes yang dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak. Mengenai kinerja guru penjasorkes yang dianggap kurang mampu di dalam menjalankan tugasnya sebagai guru penjasorkes. Cara memandang guru penjasorkes di dalam kaitannya mengajar, guru penjasorkes dipandang kurang mampu, tidak bertanggung jawab di dalam proses belajar mengajar, kurang disiplin, dan sering meninggalkan tugas. Hal semacam itu sering terdengar dari beberapa guru dimana kamipun sebagai guru penjasorkes, untuk beberapa hal, tidak dapat mengelak, karena anggapan-anggapan seperti di atas mungkin memang benar walaupun tidak semua guru penjasorkes melakukan apa yang menjadi pembicaraan selama ini. Pandangan negatif yang berkembang selama ini terhadap guru penjasorkes akan dapat menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap keharmonisan kerja sesama antara guru penjasorkes dengan guru-guru non- 3 penjasorkes. Atau dengan kata lain ada kecemburuan sosial terhadap guru penjasorkes. Terdorong kondisi diatas maka penulis menyebar kuesioner ke beberapa Sekolah Dasar di wilayah Dabin III Kecamatan Mijen, sebagai langkah pendahuluan untuk mengetahui persepsi guru-guru non-perjasorkes. Berdasarkan survey pendahuluan didapatkan data bahwa 2 orang 13 berpendapat kinerja guru penjasorkes baik sekali, 12 orang 80 kinerja guru penjasorkes baik, sementara hanya 1 orang 6,7 berpendapat kinerja guru penjasorkes sedang. Mengenai pentingnya penjasorkes dan profesionalitas kerja para guru penjasorkes disekolah masing-masing 15 orang 100 mengatakan ya. Dengan demikian sebagaian besar guru mengatakan kinerja guru penjasorkes sudah baik, bertanggungjawab, melaksankan proses belajar mengajar dengan baik. 1 orang 6,7 yang mengatakan sedang, karena mempunyai kendala mengajar dengan alat atau fasilitas proses belajar mengajar kurang, bahkan tidak ada. Uraian diatas hanya survey terhadap 15 orang guru, jadi pandangan atau persepsinya kemungkinan beragam. Pendapat serta masih banyak penilaian- penilaian yang baik bahkan yang tidak baikpun akan muncul bervariasi karena di Kecamatan Mijen Dabin III terdiri dari 7 Sekolah Dasar, dengan jumlah siswa 1.556 serta 101 guru kelas dan guru mata pelajaran.

1.2. Perumusan Masalah