Mediakom Edisi 36 Juni 2012 - [MAJALAH]
Bayi dan ASI Eksklusif
tak Terpisahkan
Bayi kita adalah pengisi masa depan bangsa ini. Beberapa
di antara mereka akan menjadi pemimpin Indonesia
masa nanti. Kita mempunyai kewajiban kolektif untuk
menyiapkan segala kebutuhannya sehingga mereka
bisa tumbuh menjadi manusia Indonesia yang sehat dan
pintar.
Semua bayi yang lahir di Indonesia, mempunyai hak
yang sama. Pemerintah telah menerbitkan PP Nomor 33
tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif, yang
memberikan kepastian bahwa kita semua menjamin
bayi Indonesia akan mendapatkan hak pertamanya di
Indonesia: Air Susu Ibu eksklusif.
2
Tiap hari lahir sekitar 10.000 bayi baru di Indonesia. Kalau
ditotal dalam setahun jumlahnya mencapai 4.5 juta bayi.
Angka yang besar. Bayi itu lahir tersebar di seluruh Indonesia.
Tak memilih tempat. Tak memilih ibu. Dia datang saja setelah
sembilan bulan dikandung oleh ibunya.
U
ntungnya bayi yang baru lahir tak membutuhkan makanan
tambahan. Semua kebutuhan gizinya bisa dipenuhi oleh air susu ibu,
yang memang selalu tersedia setelah si bayi lahir. Ini seperti paket dari
Tuhan: bayi membawa makanannya sendiri ke dunia melalui ibunya.
Jadi, tak ada alasan bayi tak mendapat makanan dan tak tumbuh
sehat. Memang ada pengecualian, yaitu bayi yang terlahir catat atau sakit yang
perlu mendapat perawatan tambahan dari dokter.
Namun, ternyata tak semua bayi mendapatkan haknya, ASI eksklusif dari
ibunya atau ASI dari ibu lain. Minimal selama enam bulan pertama usia bayi.
Banyak penyebab mengapa bayi itu tak mendapatkan haknya. Misalnya,
ketidak tahuan sang ibu betapa ASI sangat penting lalu menggantinya
dengan susu formula, atau makanan lain yang dianggapnya baik. Atau sang
ibu enggan menyusui karena alasan lain.
Kencenderungan seperti itu mungkin saja terjadi di masa depan, dengan
berbagai alasan.
Kini, pemerintah telah mengeluarkan PP Nomor 33 tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif. Peraturan ini menjamin bahwa semua bayi
mendapatkan haknya atas ASI eksklusif, baik dari ibunya maupun dari ibu
lain. Peraturan ini bukan saja mengatur bahwa bayi mendapatkan ASI, tetapi
juga mengatur tentang tempat ibu menyusui di gedung umum. Juga tata
cara mengadakan ASI dari ibu pengganti.
Peraturan ini, seperti peraturan lain di Indonesia, mengandung sanksi bagi
yang tak menjalankannya. Jadi ini bukan imbaun moral saja, tapi keharusan
melaksanakan bagi setiap ibu melahirkan.
Kita bersyukur pemerintah akhirnya melahirkan PP Nomor 33 tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif ini. Ini pertanda bahwa kita sangat
peduli pada kemanusiaan, terutama pada bayi yang baru lahir, hingga dia
berumur 6 bulan.
3
ASI, adalah Hak Bayi
Pemberian ASI Eksklusif merupakan pemenuhan hak bayi
untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai
dengan usia 6 (enam) bulan. Pemenuhan hak anak yang
meliputi pemberian makanan yang optimal sejak lahir
hingga usia dua tahun merupakan salah satu upaya yang
paling mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas
tumbuh kembang anak secara optimal.
4
P
emenuhan hak bayi telah dijamin oleh Undang-Undang Nomor 36
Tentang Kesehatan pasal 128 yang berbunyi: Setiap bayi berhak
mendapatkan Air Susu Ibu Eksklusif sejak dilahirkan selama 6
(enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. Selama pemberian Air
Susu Ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan
waktu dan fasilitas khusus.
Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan
di tempat kerja dan tempat sarana umum.
Dan tanggung jawab pemerintah dalam menjamin hak bayi dituangkan
dalam pasal 129 yang berbunyi: Pemerintah bertanggungjawab menetapkan
kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu
secara eksklusif.
Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pola pemberian makanan yang optimal bagi bayi dan anak yang telah
direkomendasikan oleh WHO adalah memberikan hanya ASI saja kepada
bayi sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan; meneruskan pemberian ASI
sampai anak berumur 24 bulan; dan memberikan makanan pendamping ASI
kepada bayi mulai usia 6 bulan. Pemberian ASI tidak sekedar rekomendasi
WHO tetapi diakui oleh agama sebagai makanan bayi dan anak ciptaan
Tuhan yang tidak dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang
lain.
Kita masih menghadapi tantangan dalam memberdayakan perilaku
menyusui secara eksklusif. Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
tahun 2005-2010, cakupan pemberian ASI Eksklusif pada seluruh bayi usia
0-6 bulan tidak ada peningkatan yang signiikan yaitu dari 59,7 % pada tahun
2005 dan 61,5% pada tahun 2010. Sedangkan cakupan untuk bayi 6 bulan
meningkat dari 26,3 % tahun 2005 menjadi 33.6% pada tahun 2010. Meskipun
terdapat kenaikan cakupan, tetapi keadaan ini belum menggembirakan,
sehingga diperlukan upaya yang makin kuat dan komprehensif di antara
para pemangku kepentingan pada lintas program dan lintas sektor.
Rendahnya cakupan tersebut disebabkan oleh : a). Masyarakat/Ibu tidak yakin
5
akan manfaat menyusui dan ibu tidak cukup mendapat informasi tentang ASI
yang benar; b). Kondisi lingkungan yang belum sepenuhnya mendukung/
melindungi ibu untuk menyusui; c). Pemasaran susu formula yang belum
tertib dan melibatkan petugas maupun institusi kesehatan.
Pengaturan pemberian ASI Eksklusif menjadi tanggung jawab Pemerintah,
tanggung jawab Pemerintah Provinsi dan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota. Pengaturan pemberian ASI Eksklusif ini bertujuan di
samping untuk pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak
dilahirkan sampai dengan usia 6 (enam), memberikan perlindungan kepada
ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya serta meningkatkan
peran serta dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemda dan Pemerintah
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Dalam PP No. 33 Tahun 2012 yang telah diundangkan tersebut telah
mengatur tentang pemberian ASI Eksklusif, pendonor ASI, pengaturan
penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya, pengaturan
bantuan produsen atau distributor susu formula bayi, sanksi administratif,
serta pengaturan tempat kerja dan tempat sarana umum dalam mendukung
program ASI Eksklusif. Tempat sarana umum dimaksud seperti fasilitas
pelayanan kesehatan, hotel dan penginapan, tempat rekreasi, terminal
angkutan darat, stasiun kereta api, bandar udara, pelabuhan laut, pusatpusat perbelanjaan dsb. Saya mengharapkan dengan diselenggarakannya
sosialisasi pertemuan pada hari ini akan menghasilkan komitmen dan
dukungan dari semua elemen terkait pemberian ASI Eksklusif.
Selanjutnya sekali lagi saya mengajak seluruh Pejabat Eselon 1 dan Eselon
2 di lingkungan Kementerian Kesehatan bersama-sama meningkatkan,
melindungi dan mendorong pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI yang
tepat, tidak saja meningkatkan asupan gizi sehingga anak tumbuh dan
berkembang optimal, juga penting dalam memelihara kesehatan sebagai
suatu investasi bangsa yang sangat tinggi di masa kini dan masa yang akan
datang.
(Cuplikan sambutan Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. Ali Ghufron Mukhti,
M.Sc, Ph.D pada sosialisasi peraturan pemerintah tentang pemberian Asi
Susu Ibu eksklsif kepada pejabat Kementrian Kesehatan pada 16 MEI 2012
di Jakarta)
6
ASI
Makanan Terbaik
untuk Bayi
Bayi adalah manusia yang baru lahir ke dunia. Tubuhnya
masih lemah, dan belum bisa berbuat apapun kecuali
terbaring, menangis, dan tertawa. Kelangsungan
hidupnya tergantung pada orang dewasa yang
merawatnya. Terutama ibunya.
7
B
eruntunglah bayi yang lahir di Indonesia. Sebab, Pemerintah telah
mengeluarkan peraturan khusus untuk menjamin bayi menerima
haknya. Peraturan itu adalah PP Nomor 33 tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif. Uraian di bawah ini adalah
Implementasi dan tindak lanjut PP No 33 tahun 2012 di atas. Isinya
diambil dari presentasi Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS
Direktur jendral Bina Gizi dan Kia.
Hal yang menggembirakan bagi kita semua adalah bahwa PP ini
menunjukkan kepedulian kita pada bayi, kesehatannya, dan masa depannya.
Ini terlihat jelas jika kita mencermati tujuan dari pengaturan ini. Setidaknya
ada tiga tujuan dari PP ini. Pertama adalah menjamin pemenuhan hak bayi
untuk mendapat ASI eksklusif sejak dilahirkan hingga usia 6 (enam) bulan,
dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.
Tujuan kedua memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan
ASI Eksklusif kepada bayinya; Dan terakhir, ketiga, dan meningkatkan peran
dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Tujuan mulia dari peraturan itu tidak akan tercapai jika peraturan tentang
ASI eksklusif tersebut tidak ditindaklanjuti dengan peraturan lebih lanjut,
terutama pasal yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Beberapa pasal
yang perlu pengaturan tindak lanjut adalah seperti di bawah ini.
1. Penggunaan Susu Formula dan Produk Bayi Lainnya (Pasal 14 ayat 3)
2. Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau Memerah ASI
(Pasal 30 ayat 4)
3. Pemberian ASI Eksklusif Dari Donor ASI (Pasal 11 ayat 4)
4. Sanki (pasal 29 ayat 3)
5. Pengawasan Terhadap Produsen Susu Formula Bayi dan/atau Produk
Bayi Lainnya (Pasal 40 ayat 2)
Setiap pasal di atas membutuhkan penjelasan lebih detail agar
implementasinya lebih mudah dan lebih pasti. Misalnya, pada pasal
“Penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya”, setidaknya
mengandung muatan materi seperti di bawah ini:
1. Penentuan Indikasi Medis
8
2. Bayi Yang Hanya Diberi Susu Formula Khusus
3. Bayi Dengan Kebutuhan Makanan Selain ASI Dalam Jangka Waktu
Tertentu
4. Ibu Menghentikan Menyusui Sementara Waktu
5. Tata Cara Penggunaan Susu Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya
6. Pemberian Susu Formula Bayi Pada Situasi Darurat dan/atau Bencana
7. Iklan Dan Promosi Susu Formula Bayi
8. Label
9. Pendidikan Dan Pelatihan Yang Disponsori Susu Formula Bayi
10. Pemberdayaan Masyarakat
11. Pencatatan dan Pelaporan
12. Pembinaan dan Pengawasan
13. Sanksi
Dalam hal ini pekerjaan selanjutnya untuk menyusun peraturan yang lebih
rinci melibatkan banyak instansi, antara lain: Direktorat di lingkungan Ditjen
GIKIA, Biro Hukor, Organisasi Profesi, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia,
Perkumpulan Perinatologi Indonesia LSM , UNICEF, WHO Ikatan Konselor
Menyusui Indonesia
Sedangkan pasal tentang “Tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui
dan/atau memerah ASI”, membutuhkan penjelasan lebih lanjut yang
berkaitan dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kebijakan Pengelolaan Ruang ASI
Pengkajian Pengelolaan Ruang ASI
Keempat Konseling
Ketenagaan
Pendanaan
Bangunan dan Ruang
Peralatan
Kewajiban Penyelenggaran Ruang ASI
Manajemen Laktasi
Pembinaan dan Pengawasan
Sanksi
Tindak lanjut dari kebijakan di atas, langkahnya masih panjang. Mulai dari
menyusun draft awal peraturan pelaksana. Setelah dibahas hingga inalisasi
dan dikirim ke Biro Hukor. Jadi intansi yang terlibat pada pekerjaan ini adalah
9
Direktorat di lingkungan Ditjen GIKIA, Biro Hukor, Organisasi Profesi, Asosiasi
Ibu Menyusui Indonesia, Perkumpulan Perinatologi Indonesia LSM , UNICEF,
WHO dan Ikatan Konselor Menyusui Indonesia
Begitu juga dengan pasarl tentang “Pemberian ASI eksklusif dari donor ASI”.
Beberapa hal yang harus diperhatikan atau diperjelas adalah tentang hal
berikut:
n
n
n
n
Pendonor ASI
Penerima Donor ASI
Unit Donor ASI
Penyelenggaraan Donor ASI, termasuk di dalamnya
o Cara Memerah ASI
o Cara Penyimpanan ASI
o Cara Pengiriman ASI
o Cara Pencairan ASI
o Cara Penyajian ASI
n Pembinaan dan Pengawasan
n Sanksi
Dalam hal menjabarkan peraturan lebih lanjut tentang pemberian ASI
eksklusif dari donor ASI akan banyak pihak yang terlibat, seperti Direktorat
di lingkungan Ditjen GIKIA, Biro Hukor, Organisasi Profesi, Asosiasi Ibu
Menyusui Indonesia, Perkumpulan Perinatologi Indonesia, LSM , Ikatan
Konselor Menyusui Indonesia dan MPKS
Sejauh ini Ditjen Gikia Telah Menyiapkan Rancangan Permenkes di bawah
ini.
n Tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui
n Penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya atas indikasi
medis.
n Pemberian ASI eksklusif dan donor ASI
Hal yang penting dalam peraturan ini adalah sanksi bagi pihak yang
melanggar peraturan. Jika tak ada sanksi peraturan tersebut hanya akan
menjadi imbauan moral belaka yang tak mempunyai kekuatan hukum.
Sehingga tujuan akhir memberikan hak bayi atas pemenuhan kebutuhan
ASI eksklusif tidak tercapai.
10
Sampai saat ini mekanisme pemberian sanksi dalam PP 33 tahun 2012 ini
akan dimasukkan pada setiap peraturan menteri, jadi tidak berdiri sendiri.
Sedangkan Pengawasan Terhadap Produsen Atau Distributor Susu Formula
Bayi Dan Produk Bayi Lainnya sesuai dengan Pasal 40 ayat (2) di atur dengan
Peraturan Kepala Badan POM.
11
tak Terpisahkan
Bayi kita adalah pengisi masa depan bangsa ini. Beberapa
di antara mereka akan menjadi pemimpin Indonesia
masa nanti. Kita mempunyai kewajiban kolektif untuk
menyiapkan segala kebutuhannya sehingga mereka
bisa tumbuh menjadi manusia Indonesia yang sehat dan
pintar.
Semua bayi yang lahir di Indonesia, mempunyai hak
yang sama. Pemerintah telah menerbitkan PP Nomor 33
tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif, yang
memberikan kepastian bahwa kita semua menjamin
bayi Indonesia akan mendapatkan hak pertamanya di
Indonesia: Air Susu Ibu eksklusif.
2
Tiap hari lahir sekitar 10.000 bayi baru di Indonesia. Kalau
ditotal dalam setahun jumlahnya mencapai 4.5 juta bayi.
Angka yang besar. Bayi itu lahir tersebar di seluruh Indonesia.
Tak memilih tempat. Tak memilih ibu. Dia datang saja setelah
sembilan bulan dikandung oleh ibunya.
U
ntungnya bayi yang baru lahir tak membutuhkan makanan
tambahan. Semua kebutuhan gizinya bisa dipenuhi oleh air susu ibu,
yang memang selalu tersedia setelah si bayi lahir. Ini seperti paket dari
Tuhan: bayi membawa makanannya sendiri ke dunia melalui ibunya.
Jadi, tak ada alasan bayi tak mendapat makanan dan tak tumbuh
sehat. Memang ada pengecualian, yaitu bayi yang terlahir catat atau sakit yang
perlu mendapat perawatan tambahan dari dokter.
Namun, ternyata tak semua bayi mendapatkan haknya, ASI eksklusif dari
ibunya atau ASI dari ibu lain. Minimal selama enam bulan pertama usia bayi.
Banyak penyebab mengapa bayi itu tak mendapatkan haknya. Misalnya,
ketidak tahuan sang ibu betapa ASI sangat penting lalu menggantinya
dengan susu formula, atau makanan lain yang dianggapnya baik. Atau sang
ibu enggan menyusui karena alasan lain.
Kencenderungan seperti itu mungkin saja terjadi di masa depan, dengan
berbagai alasan.
Kini, pemerintah telah mengeluarkan PP Nomor 33 tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif. Peraturan ini menjamin bahwa semua bayi
mendapatkan haknya atas ASI eksklusif, baik dari ibunya maupun dari ibu
lain. Peraturan ini bukan saja mengatur bahwa bayi mendapatkan ASI, tetapi
juga mengatur tentang tempat ibu menyusui di gedung umum. Juga tata
cara mengadakan ASI dari ibu pengganti.
Peraturan ini, seperti peraturan lain di Indonesia, mengandung sanksi bagi
yang tak menjalankannya. Jadi ini bukan imbaun moral saja, tapi keharusan
melaksanakan bagi setiap ibu melahirkan.
Kita bersyukur pemerintah akhirnya melahirkan PP Nomor 33 tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif ini. Ini pertanda bahwa kita sangat
peduli pada kemanusiaan, terutama pada bayi yang baru lahir, hingga dia
berumur 6 bulan.
3
ASI, adalah Hak Bayi
Pemberian ASI Eksklusif merupakan pemenuhan hak bayi
untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai
dengan usia 6 (enam) bulan. Pemenuhan hak anak yang
meliputi pemberian makanan yang optimal sejak lahir
hingga usia dua tahun merupakan salah satu upaya yang
paling mendasar untuk menjamin pencapaian kualitas
tumbuh kembang anak secara optimal.
4
P
emenuhan hak bayi telah dijamin oleh Undang-Undang Nomor 36
Tentang Kesehatan pasal 128 yang berbunyi: Setiap bayi berhak
mendapatkan Air Susu Ibu Eksklusif sejak dilahirkan selama 6
(enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. Selama pemberian Air
Susu Ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan
waktu dan fasilitas khusus.
Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan
di tempat kerja dan tempat sarana umum.
Dan tanggung jawab pemerintah dalam menjamin hak bayi dituangkan
dalam pasal 129 yang berbunyi: Pemerintah bertanggungjawab menetapkan
kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu
secara eksklusif.
Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pola pemberian makanan yang optimal bagi bayi dan anak yang telah
direkomendasikan oleh WHO adalah memberikan hanya ASI saja kepada
bayi sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan; meneruskan pemberian ASI
sampai anak berumur 24 bulan; dan memberikan makanan pendamping ASI
kepada bayi mulai usia 6 bulan. Pemberian ASI tidak sekedar rekomendasi
WHO tetapi diakui oleh agama sebagai makanan bayi dan anak ciptaan
Tuhan yang tidak dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang
lain.
Kita masih menghadapi tantangan dalam memberdayakan perilaku
menyusui secara eksklusif. Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
tahun 2005-2010, cakupan pemberian ASI Eksklusif pada seluruh bayi usia
0-6 bulan tidak ada peningkatan yang signiikan yaitu dari 59,7 % pada tahun
2005 dan 61,5% pada tahun 2010. Sedangkan cakupan untuk bayi 6 bulan
meningkat dari 26,3 % tahun 2005 menjadi 33.6% pada tahun 2010. Meskipun
terdapat kenaikan cakupan, tetapi keadaan ini belum menggembirakan,
sehingga diperlukan upaya yang makin kuat dan komprehensif di antara
para pemangku kepentingan pada lintas program dan lintas sektor.
Rendahnya cakupan tersebut disebabkan oleh : a). Masyarakat/Ibu tidak yakin
5
akan manfaat menyusui dan ibu tidak cukup mendapat informasi tentang ASI
yang benar; b). Kondisi lingkungan yang belum sepenuhnya mendukung/
melindungi ibu untuk menyusui; c). Pemasaran susu formula yang belum
tertib dan melibatkan petugas maupun institusi kesehatan.
Pengaturan pemberian ASI Eksklusif menjadi tanggung jawab Pemerintah,
tanggung jawab Pemerintah Provinsi dan tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten/Kota. Pengaturan pemberian ASI Eksklusif ini bertujuan di
samping untuk pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak
dilahirkan sampai dengan usia 6 (enam), memberikan perlindungan kepada
ibu dalam memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya serta meningkatkan
peran serta dan dukungan keluarga, masyarakat, Pemda dan Pemerintah
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Dalam PP No. 33 Tahun 2012 yang telah diundangkan tersebut telah
mengatur tentang pemberian ASI Eksklusif, pendonor ASI, pengaturan
penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya, pengaturan
bantuan produsen atau distributor susu formula bayi, sanksi administratif,
serta pengaturan tempat kerja dan tempat sarana umum dalam mendukung
program ASI Eksklusif. Tempat sarana umum dimaksud seperti fasilitas
pelayanan kesehatan, hotel dan penginapan, tempat rekreasi, terminal
angkutan darat, stasiun kereta api, bandar udara, pelabuhan laut, pusatpusat perbelanjaan dsb. Saya mengharapkan dengan diselenggarakannya
sosialisasi pertemuan pada hari ini akan menghasilkan komitmen dan
dukungan dari semua elemen terkait pemberian ASI Eksklusif.
Selanjutnya sekali lagi saya mengajak seluruh Pejabat Eselon 1 dan Eselon
2 di lingkungan Kementerian Kesehatan bersama-sama meningkatkan,
melindungi dan mendorong pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI yang
tepat, tidak saja meningkatkan asupan gizi sehingga anak tumbuh dan
berkembang optimal, juga penting dalam memelihara kesehatan sebagai
suatu investasi bangsa yang sangat tinggi di masa kini dan masa yang akan
datang.
(Cuplikan sambutan Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. Ali Ghufron Mukhti,
M.Sc, Ph.D pada sosialisasi peraturan pemerintah tentang pemberian Asi
Susu Ibu eksklsif kepada pejabat Kementrian Kesehatan pada 16 MEI 2012
di Jakarta)
6
ASI
Makanan Terbaik
untuk Bayi
Bayi adalah manusia yang baru lahir ke dunia. Tubuhnya
masih lemah, dan belum bisa berbuat apapun kecuali
terbaring, menangis, dan tertawa. Kelangsungan
hidupnya tergantung pada orang dewasa yang
merawatnya. Terutama ibunya.
7
B
eruntunglah bayi yang lahir di Indonesia. Sebab, Pemerintah telah
mengeluarkan peraturan khusus untuk menjamin bayi menerima
haknya. Peraturan itu adalah PP Nomor 33 tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif. Uraian di bawah ini adalah
Implementasi dan tindak lanjut PP No 33 tahun 2012 di atas. Isinya
diambil dari presentasi Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS
Direktur jendral Bina Gizi dan Kia.
Hal yang menggembirakan bagi kita semua adalah bahwa PP ini
menunjukkan kepedulian kita pada bayi, kesehatannya, dan masa depannya.
Ini terlihat jelas jika kita mencermati tujuan dari pengaturan ini. Setidaknya
ada tiga tujuan dari PP ini. Pertama adalah menjamin pemenuhan hak bayi
untuk mendapat ASI eksklusif sejak dilahirkan hingga usia 6 (enam) bulan,
dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.
Tujuan kedua memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan
ASI Eksklusif kepada bayinya; Dan terakhir, ketiga, dan meningkatkan peran
dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Tujuan mulia dari peraturan itu tidak akan tercapai jika peraturan tentang
ASI eksklusif tersebut tidak ditindaklanjuti dengan peraturan lebih lanjut,
terutama pasal yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Beberapa pasal
yang perlu pengaturan tindak lanjut adalah seperti di bawah ini.
1. Penggunaan Susu Formula dan Produk Bayi Lainnya (Pasal 14 ayat 3)
2. Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau Memerah ASI
(Pasal 30 ayat 4)
3. Pemberian ASI Eksklusif Dari Donor ASI (Pasal 11 ayat 4)
4. Sanki (pasal 29 ayat 3)
5. Pengawasan Terhadap Produsen Susu Formula Bayi dan/atau Produk
Bayi Lainnya (Pasal 40 ayat 2)
Setiap pasal di atas membutuhkan penjelasan lebih detail agar
implementasinya lebih mudah dan lebih pasti. Misalnya, pada pasal
“Penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya”, setidaknya
mengandung muatan materi seperti di bawah ini:
1. Penentuan Indikasi Medis
8
2. Bayi Yang Hanya Diberi Susu Formula Khusus
3. Bayi Dengan Kebutuhan Makanan Selain ASI Dalam Jangka Waktu
Tertentu
4. Ibu Menghentikan Menyusui Sementara Waktu
5. Tata Cara Penggunaan Susu Formula Bayi dan Produk Bayi Lainnya
6. Pemberian Susu Formula Bayi Pada Situasi Darurat dan/atau Bencana
7. Iklan Dan Promosi Susu Formula Bayi
8. Label
9. Pendidikan Dan Pelatihan Yang Disponsori Susu Formula Bayi
10. Pemberdayaan Masyarakat
11. Pencatatan dan Pelaporan
12. Pembinaan dan Pengawasan
13. Sanksi
Dalam hal ini pekerjaan selanjutnya untuk menyusun peraturan yang lebih
rinci melibatkan banyak instansi, antara lain: Direktorat di lingkungan Ditjen
GIKIA, Biro Hukor, Organisasi Profesi, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia,
Perkumpulan Perinatologi Indonesia LSM , UNICEF, WHO Ikatan Konselor
Menyusui Indonesia
Sedangkan pasal tentang “Tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui
dan/atau memerah ASI”, membutuhkan penjelasan lebih lanjut yang
berkaitan dengan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kebijakan Pengelolaan Ruang ASI
Pengkajian Pengelolaan Ruang ASI
Keempat Konseling
Ketenagaan
Pendanaan
Bangunan dan Ruang
Peralatan
Kewajiban Penyelenggaran Ruang ASI
Manajemen Laktasi
Pembinaan dan Pengawasan
Sanksi
Tindak lanjut dari kebijakan di atas, langkahnya masih panjang. Mulai dari
menyusun draft awal peraturan pelaksana. Setelah dibahas hingga inalisasi
dan dikirim ke Biro Hukor. Jadi intansi yang terlibat pada pekerjaan ini adalah
9
Direktorat di lingkungan Ditjen GIKIA, Biro Hukor, Organisasi Profesi, Asosiasi
Ibu Menyusui Indonesia, Perkumpulan Perinatologi Indonesia LSM , UNICEF,
WHO dan Ikatan Konselor Menyusui Indonesia
Begitu juga dengan pasarl tentang “Pemberian ASI eksklusif dari donor ASI”.
Beberapa hal yang harus diperhatikan atau diperjelas adalah tentang hal
berikut:
n
n
n
n
Pendonor ASI
Penerima Donor ASI
Unit Donor ASI
Penyelenggaraan Donor ASI, termasuk di dalamnya
o Cara Memerah ASI
o Cara Penyimpanan ASI
o Cara Pengiriman ASI
o Cara Pencairan ASI
o Cara Penyajian ASI
n Pembinaan dan Pengawasan
n Sanksi
Dalam hal menjabarkan peraturan lebih lanjut tentang pemberian ASI
eksklusif dari donor ASI akan banyak pihak yang terlibat, seperti Direktorat
di lingkungan Ditjen GIKIA, Biro Hukor, Organisasi Profesi, Asosiasi Ibu
Menyusui Indonesia, Perkumpulan Perinatologi Indonesia, LSM , Ikatan
Konselor Menyusui Indonesia dan MPKS
Sejauh ini Ditjen Gikia Telah Menyiapkan Rancangan Permenkes di bawah
ini.
n Tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui
n Penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya atas indikasi
medis.
n Pemberian ASI eksklusif dan donor ASI
Hal yang penting dalam peraturan ini adalah sanksi bagi pihak yang
melanggar peraturan. Jika tak ada sanksi peraturan tersebut hanya akan
menjadi imbauan moral belaka yang tak mempunyai kekuatan hukum.
Sehingga tujuan akhir memberikan hak bayi atas pemenuhan kebutuhan
ASI eksklusif tidak tercapai.
10
Sampai saat ini mekanisme pemberian sanksi dalam PP 33 tahun 2012 ini
akan dimasukkan pada setiap peraturan menteri, jadi tidak berdiri sendiri.
Sedangkan Pengawasan Terhadap Produsen Atau Distributor Susu Formula
Bayi Dan Produk Bayi Lainnya sesuai dengan Pasal 40 ayat (2) di atur dengan
Peraturan Kepala Badan POM.
11