Profil Penggunaan Obat Anti Diare Pada Pasien Anak Rawat Rawat Jalan Di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari 2012 - Juni 2012

(1)

PROFIL PENGGUNAAN OBAT ANTI DIARE PADA PASIEN

ANAK RAWAT JALAN DIRUMAH SAKIT HAJI MEDAN

PERIODE JANUARI 2012 - JUNI 2012

SKRIPSI

OLEH: RAFIKA NUR NIM 111524062

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PROFIL PENGGUNAAN OBAT ANTI DIARE PADA PASIEN

ANAK RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

PERIODE JANUARI - JUNI 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH: RAFIKA NUR NIM 111524062

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PROFIL PENGGUNAAN OBAT ANTI DIARE PADA PASIEN ANAK RAWAT RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

PERIODE JANUARI 2012 - JUNI 2012 OLEH:

RAFIKA NUR NIM 111524062

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 19 Desember 2014

Disetujui Oleh :

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dr. Wiryanto, M.S., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195110251980021001 NIP 195111021977102001

Pembimbing II, Dr. Wiryanto, M.S., Apt.

NIP 195110251980021001

Aminah Dalimuthe, S.Si., M.Si., Apt. Drs. Ismail, M.Si., Apt. NIP 197806032005012004 NIP 195006141980031001

Drs. David Sinurat, M.Si., Apt. NIP 194912281978031002

Medan, Januari 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara a.n Dekan

Wakil Dekan I

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,Apt. NIP 195807101986012001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan ridhonya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Profil Penggunaan Obat Anti Diare Pada Pasien Anak Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari – Juni 2012”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Kepada Bapak Dr. Wiryanto, M.S., Apt., dan Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama masa pendidikan. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Drs. Ismail, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. David Sinurat, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan dan kritikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. dr. Diah Retno Wilakskusuma Ningtyas selaku Direktur Utama Rumah Sakit Haji Medan dan dr. Yulinda Elvi Nasution selaku Ka.Bid. Pendidikan dan Penelitian serta ketua Komite Medik dan Sub Komite Medik Rumah Sakit Haji Medan serta staf dan pegawainya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut. Seluruh Staf Pengajar, Pegawai Tata Usaha,


(5)

Kakak-kakak, Abang-abang dan teman-teman yang telah membantu selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda H. Niwansyah Tanjung dan Ibunda Hj. Sri Wati Murni dan juga kepada abangda dan Kakanda Muhammad suhail, SE, Indhana Zulfa, S.psi, Muhammad Taufik Mirza, SE, Atika Rahma, SP yang telah memberikan cinta kasih yang tidak ternilai dengan apapun, doa yang tulus serta pengorbanan baik materi maupun non-materi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, Januari 2015 Penulis,

Rafika Nur


(6)

PROFIL PENGGUNAAN OBAT ANTI DIARE

PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN PERIODE JANUARI 2012 - JUNI 2012

ABSTRAK

Diare adalah kondisi yang ditandai dengan keluarnya feses secara abnormal dalam interval waktu yang sangat singkat, kasus ini banyak terdapat di negara-negara berkembang dengan standar hidup yang rendah, dimana dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat anti diare berdasarkan waktu, jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik dan bentuk sediaan di Rumah Sakit Haji Medan selama bulan Januari - Juni 2012.

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif, data diperoleh dari kartu rekam medis pasien anak rawat jalan yang menerima resep Obat Anti Diare di RS Haji Medan selama bulan Januari - Juni 2012. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase, nilai rata – rata dan tabel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama bulan Januari – Juni 2012 terdapat 44 pasien anak rawat jalan yang terdiagnosa diare. Sebanyak 100% resep mengandung obat anti diare, tidak ada perbedaan signifikan mengenai penggunaan Obat Anti Diare pada setiap bulannya (ρ≥0,05) . Resep yang mengandung obat anti diare paling banyak digunakan pada anak laki-laki (52,3%) yang tidak berbeda jauh resep antidiare antara pasien laki-laki dengan perempuan (ρ≥0,05) dan anak usia 2 - 12 tahun (45,5%) Penggunaan obat anti diare pada masing-masing variabel ini menunjukan perbedaan signifikan (ρ≤0,05). Anti diare yang paling banyak diresepkan adalah Zincid (40,7%) dan antibiotik yang paling banyak diresepkan adalah Kotrimoxazol (75%) dengan bentuk sediaan serbuk (53,1%).

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan obat anti diare pada pasien anak di Rumah Sakit Haji Medan bulan Januari – Juni 2012 adalah tidak sesuai dengan pedoman tata laksana obat anti diare yaitu langkah pertama tuntaskan diare dengan pemberian oralit dan kedua dengan pemberian zincid.


(7)

PATTERNS OF ANTI-DIARRHEA DRUG BY PEDIATRIC OUT PATTIENTS PULMONARY DIARRHEA AT HOSPITAL HAJI MEDAN

IN JANUARY 2012 - JUNE 2012

ABSTRACT

Diarrhea is a condition characterized by abnormal discharge of feces in a short interval of time, there are many cases in develoving countris with a low standard of living, where dehydration from diarrhea is one of the causes of death in children. This study aims to determine the anti-diarheea drug antilization by period, gender, age, anti diarrhea drug, antibiotic and dosage from at Haji Medan Hospital from January to june 2012.

This study was conducted by a descriptive retrospective method, using the prescription from the medical records of outpatient-pediatric patients who received a prescription of anti-diarrhea drug. The data obtained were presented in percentage, average value and tables form.

The result revealed that during the period of January to June 2012 as many as 44 pediatric patients diagnosed with diarrhea. A total of 100% prescription containing anti diarrhea drug, There was no significant difference the regarding the use of anti diarrhea drug on a monthly basis (ρ≥0.05). Anti diarrhea drug most frequently used in boys (52.3%) which is not much different from prescription antidiarrhea betweeb male and female patients (ρ≥0.05) and in pediatric pa tients with age of 2-12 years (45.5%) There was significant difference regarding the use of anti diarrhea drug on gender and age variable (ρ≤0.05). The most frequently prescribed anti diarrhea drug was zincid (407%) and the most frequently prescribed antibiotic was cotrimoxazol (75%) was the most frequently use as well as serbuk dosage form (53.1%).

The conclusion of the study showed that the utilization of antidiarrhea drug by pediatric outpatients at the Haji Medan hospital period January to June 2012 was not good by using drug diarrhea


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 2

1.3 Perumusan Masalah ... 3

1.4 Hipotesis ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 4

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pengertian Obat ... 5

2.2 Pengertian Resep ... 5

2.3 Uraian Diare ... 6

2.3.1 Gejala dan Tanda Diare ... 6

2.3.2 Klasifikasi Diare ... 7

2.3.3 Penyebab Diare ... 7


(9)

2.3.5 Obat Anti Diare Pada Anak ………. ... 8

2.3.5.1 Zinkid ………. ... 9

2.3.5.2 Lacto-B ……….. ... 9

2.3.5.3 Oralit ……….. ... 10

2.3.5.4 Probiotik ………. .. 10

2.4 Antibiotik ... 11

2.4.1 Definisi Antibiotik ... 11

2.4.2 Amoksisilin ……….. 11

2.4.3 Cotrimoxazol ……… ... 12

2.5 Penggunaan Antibiotik Pada Anak-Anak ... 12

2.5.1 Pasien Anak-Anak ... 13

2.5.2 Jenis Obat ... 13

2.5.3 Bentuk Sediaan Obat ... 13

2.5.3.1 Obat Bentuk Sediaan Cair ... 14

2.5.3.2 Obat Bentuk Sediaan Setengah Padat ... 14

2.5.3.3 Obat Bentuk Sediaan Padat ... 14

2.6 Rumah Sakit Haji Medan ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

3.2 Jenis Penelitian ... 16

3.3 Populasi Penelitian ... 16

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 17

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 17

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 17

3.5 Instrumen Penelitian ... 17


(10)

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 17

3.6 Analisis Data ... 18

3.7 Variabel Penelitian ... 18

3.8 Langkah Penelitian ... 18

3.9 Definisi Operasional ……… ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Persentase Resep yang Mengandung Obat diare Berdasarkan Periode Januari - Juni 2012 ... 20

4.2 Persentase Penderita diare Berdasarkan Jenis Kelamin ... 21

4.3 Persentase Penderita diare Berdasarkan Usia ... 22

4.4 Persentase Resep yang Mengandung Obat Anti Diare ... 23

4.1 Persentase Resep yang Mengandung Antibiotik Berdasarkan Generik dan Non Generik ... 24

4.1 Persentase Resep yang Mengandung Obat diare Berdasarkan Bentuk Sediaan ... 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Distribusi Obat diare Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita

Diare di RS Haji Medan Periode Januari - Juni 2012 ………… 20 Tabel 4.2 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Jenis Kelamin Pada

Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan Periode Januari - Juni 2012 ... 21 Tabel 4.3 Distribusi Penderita Diare Berdasarkan Usia Pada Pasien Anak

Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan Periode Januari - Juni 2012 ... 22 Tabel 4.4 Distribusi Resep yang Mengandung Obat Diare Pada Pasien

Anak Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan Periode Januari - Juni 2012 ... 23 Tabel 4.5 Distribusi Resep yang Mengandung Antibiotik Pada Pasien

Anak Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan Periode Januari - Juni 2012 ... 24 Tabel 4.6 Distribusi Obat Diare Berdasarkan Bentuk Sediaan Obat Pada

Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Data Mentah Peresepan Obat Diare ... 31 Lampiran 2 Hasil analisis statistik deskriptif peresepan obat Diare ... 36 Lampiran 3 Surat permohonan izin pengambilan data penelitian ... 37 Lampiran 4 Surat izin penelitian di ruang rekam medik Rumah Sakit

Haji Medan ... 38 Lampiran 5 Surat keterangan telah selesai penelitian ... 39


(13)

PROFIL PENGGUNAAN OBAT ANTI DIARE

PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN PERIODE JANUARI 2012 - JUNI 2012

ABSTRAK

Diare adalah kondisi yang ditandai dengan keluarnya feses secara abnormal dalam interval waktu yang sangat singkat, kasus ini banyak terdapat di negara-negara berkembang dengan standar hidup yang rendah, dimana dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat anti diare berdasarkan waktu, jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik dan bentuk sediaan di Rumah Sakit Haji Medan selama bulan Januari - Juni 2012.

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif, data diperoleh dari kartu rekam medis pasien anak rawat jalan yang menerima resep Obat Anti Diare di RS Haji Medan selama bulan Januari - Juni 2012. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase, nilai rata – rata dan tabel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama bulan Januari – Juni 2012 terdapat 44 pasien anak rawat jalan yang terdiagnosa diare. Sebanyak 100% resep mengandung obat anti diare, tidak ada perbedaan signifikan mengenai penggunaan Obat Anti Diare pada setiap bulannya (ρ≥0,05) . Resep yang mengandung obat anti diare paling banyak digunakan pada anak laki-laki (52,3%) yang tidak berbeda jauh resep antidiare antara pasien laki-laki dengan perempuan (ρ≥0,05) dan anak usia 2 - 12 tahun (45,5%) Penggunaan obat anti diare pada masing-masing variabel ini menunjukan perbedaan signifikan (ρ≤0,05). Anti diare yang paling banyak diresepkan adalah Zincid (40,7%) dan antibiotik yang paling banyak diresepkan adalah Kotrimoxazol (75%) dengan bentuk sediaan serbuk (53,1%).

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan obat anti diare pada pasien anak di Rumah Sakit Haji Medan bulan Januari – Juni 2012 adalah tidak sesuai dengan pedoman tata laksana obat anti diare yaitu langkah pertama tuntaskan diare dengan pemberian oralit dan kedua dengan pemberian zincid.


(14)

PATTERNS OF ANTI-DIARRHEA DRUG BY PEDIATRIC OUT PATTIENTS PULMONARY DIARRHEA AT HOSPITAL HAJI MEDAN

IN JANUARY 2012 - JUNE 2012

ABSTRACT

Diarrhea is a condition characterized by abnormal discharge of feces in a short interval of time, there are many cases in develoving countris with a low standard of living, where dehydration from diarrhea is one of the causes of death in children. This study aims to determine the anti-diarheea drug antilization by period, gender, age, anti diarrhea drug, antibiotic and dosage from at Haji Medan Hospital from January to june 2012.

This study was conducted by a descriptive retrospective method, using the prescription from the medical records of outpatient-pediatric patients who received a prescription of anti-diarrhea drug. The data obtained were presented in percentage, average value and tables form.

The result revealed that during the period of January to June 2012 as many as 44 pediatric patients diagnosed with diarrhea. A total of 100% prescription containing anti diarrhea drug, There was no significant difference the regarding the use of anti diarrhea drug on a monthly basis (ρ≥0.05). Anti diarrhea drug most frequently used in boys (52.3%) which is not much different from prescription antidiarrhea betweeb male and female patients (ρ≥0.05) and in pediatric pa tients with age of 2-12 years (45.5%) There was significant difference regarding the use of anti diarrhea drug on gender and age variable (ρ≤0.05). The most frequently prescribed anti diarrhea drug was zincid (407%) and the most frequently prescribed antibiotic was cotrimoxazol (75%) was the most frequently use as well as serbuk dosage form (53.1%).

The conclusion of the study showed that the utilization of antidiarrhea drug by pediatric outpatients at the Haji Medan hospital period January to June 2012 was not good by using drug diarrhea


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare adalah keadaan buang-buang air besar dengan banyak cairan(mencret) dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lain, seperti diuraikan di bawah ini (Yun diarrea = mengalir melalui). Kasus ini banyak terdapat di negara-negara berkembang dengan standar hidup yang rendah, dimana dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab kematian penting pada anak-anak (Tan dan Rahardja, 2007)

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. Menurut survei kementrian kesehatan RI tahun 2010 diare pernah menjadi kejadian luar biasa (KLB) di ciamis dengan jumlah penderita 460 orang dengan 2 kematian dan pada tahun 2011 mencapai 411 kasus diare per 1000 penduduk. Diare merupakan penyakit yang salah satunya disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, sehingga pelintasan kimus sangat dipercepat dan banyak mengandung air. Diare yang berkepanjangan sangat melemahkan penderitanya karena tubuhnya kehilangan banyak energi, cairan dan elektrolit tubuh, sehingga memerlukan therapi pengganti dengan cairan elektrolit, antibakteri, tergantung penyebab diare juga obat-obat yang bekerja memperlambat peristaltic usus (Tan dan Rahardja, 2002; KKIPM, 1993; Depkes,2010).

Diare berasal dari kata dia: melewati; rheein: mengalir, secara umum didefinisi sebagai peningkatan frekuensi dari buang air besar dan bentuk tinja yang tidak normal atau cair (Navaneethan dan Ralph, 2011).


(16)

Pada keadaan normal makanan yang terdapat di dalam lambung dicerna menjadi bubur kimus kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim pencernaan. Setelah zat-zat gizi diresorpsi oleh vili kedalam darah, sisa kimus yang terdiri dari 90% air dan sisa makanan yang sukar dicerna diteruskan ke usus besar (colon). Selanjutnya bakteri flora normal akan mencerna lagi sisa (serat) tersebut, sehingga sebagian dari padanya dapat diserap selama perjalanan melalui usus besar. Air juga diresorpsi kembali sehingga lambat laun isi usus menjadi lebih padat dan dikeluarkan dari tubuh menjadi tinja. Namun pada diare terjadi peningkatan peristaltik usus sehingga pelintasan kimus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tinja. Selain itu terjadinya penumpukan cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air dan atau terjadinya hipersekresi (Tan dan Rahardja, 2007).

Penyebab tersering diare adalah motilitas usus yang berlebihan, baik akibat iritasi lokal pada dinding usus karena infeksi bakteri atau virus atau karena stress emosi (Sherwood, 2001).

Berdasarkan tingginya prevalensi penderita diare di Indonesia terutama pada pasien anak-anak, maka perlu dilakukan penelitian mengenai profil penggunaan obat anti diare pada anak di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Haji Medan dimana peran pemerintah sangat diharapkan dalam penanganan kasus diare di Indonesia ini mulai dari perencanaan program penanggulangan, pengobatan dan pencegahan.

Berdasarkan penjelasan di atas, hingga saat ini masih terus diperlukan data-data dan informasi yang detail membahas secara komperhensif faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko kejadian dan pengobatan diare, sehingga perlu


(17)

adanya penelitian lebih lanjut yang membahas tentang faktor-faktor ini ditinjau dari berbagai karakteristiknya.

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang penyakit diare di Rumah Sakit Haji Medan. Dalam hal ini yang merupakan variable bebas (independent variable) adalah berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik, bentuk sediaan dan sebagai variabel terikat (dependent variable) adalah profil penggunaan obat anti diare.

Adapun selengkapnya mengenai gambaran kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Skema Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat

1.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaiman profil penggunaan obat anti diare pada periode Januari-Juni 2012 meliputi periode, jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik, bentuk sediaan untuk pasien diare rawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan?

Variabel Terikat Variabel Bebas

Periode Jenis kelamin Usia

Obat diare Antibiotik Bentuk sediaan


(18)

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah Profil penggunaan obat anti diare pada periode Januari-Juni 2012 di Rumah Sakit Haji Medan setiap bulannya berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik, bentuk sediaan proporsinya adalah sama dan sesuai dengan pedaman tata laksana penanganan diare.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola penggunaan obat anti diare pada periode Januari-Juni 2012 berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik, bentuk sediaan di Rumah Sakit Haji Medan setiap bulannya.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian bagi pemberi jasa kesehatan terutama dokter agar memberi pola pengobatan yang tepat sehingga dapat mendukung keberhasilan penghentian diare.

Hasil dari penelitian ini juga dapat dijadikan bahan kajian bagi apoteker untuk dapat mengetahui lebih jauh lagi apakah pola peresepan dan pengobatan terhadap pasien diare sudah tepat, sehingga diperoleh efek therapi yang dapat membantu dan mempercepat penghentian diare.

Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat membentuk suatu hubungan yang sinergis antara peran dokter sebagai penyedia asuhan medis, apoteker sebagai penyedia asuhan kefarmasian dan pasien sebagai pengguna obat sehingga dapat membantu menanggulangi masalah diare di Indonesia.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Obat

Obat ialah bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian badan manusia (Anief, 1997).

Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai pilihan obat saat ini telah tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Obat selalu harus digunakan selalu benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal (IONI, 2002).

Dalam penggunaannya, obat akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Dan obat akan bersifat racun apabila digunakan salah dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih. Akan tetapi bila dosisnya kurang juga tidak memperoleh penyembuhan (Anief, 2004).

2.2 Pengertian Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk membuat atau menyerahkan obat kepada pasien. Resep harus ditulis secara jelas dan lengkap, apabila resep tidak bisa dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker atau asisten harus menanyakan kepada kepada dokter penulis obat (Anief, 2004).


(20)

Resep harus ditulis secara jelas dan mudah dimengerti, agar tidak menimbulkan ketidakjelasan, keraguan, atau salah pengertian mengenai nama obat serta takaran yang harus diberikan. Adalah kebiasaan yang tidak benar untuk menulis resep secara tidak jelas seperti yang sering terjadi saat ini (IONI, 2002).

2.3 Uraian Diare

Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan atau mencret dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lainnya (Tan dan Rhardja, 2007).

Menurut Navaneethan dan Ralph (2011), diare secara umum didefinisikan

sebagai peningkatan frekuensi dari buang air besar dan bentuk tinja yang tidak normal atau cair. Pada keadaan normal makanan yang terdapat didalam lambung dicerna menjadi bubur kimus kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim pencernaan. Setelah zat gizi diresorpsi oleh villi kedalam darah, sisa kimus yang terdiri dari 90% air dan sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasa selalu berada disini (flora) mencerna lagi sisa-sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian daripadanya dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi usus menjadi lebih padat dan dikeluarkan dari tubuh sebagai tinja (Tan dan Rahardja, 2007).

Namun pada diare terjadinya peningkatan peristaltik usus sehingga pelintasan kimus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Selain itu terjadinya penumpukan cairan di usus akibat terjadinya resorpsi air atau dan terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal proses resopsi dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung


(21)

2.3.1 Gejala dan Tanda Diare

Beberapa gejala dan tanda diare antara lain :

Gejala umumnya yaitu berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare. Muntah , biasanya disertai pada diare pada gastroenteritis akut. Demam dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare. Gejala dehidrasi yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah. Sedangkan gejala spesifiknya yaitu Vibrio Cholera yaitu diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis. Disenteriform yaitu tinja berlendir dan berdarah (Widoyono, 2005).

2.3.2 Klasifikasi Diare

Berdasarkan lamanya diare menurut Anwar (2000) dibagi atas: 1.Diare akut

Diare yang disebabkan oleh infeksi usus yang bersifat mendadak. Diare karena infeksi usus dapat terjadi pada setiap umur. Pada diare ini ditandai dengan tinja berbentuk cair, sering diiringin dengan demam, sakit perut, muntah dan badan lemas. Bahaya utama dari diare akut adalah dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit tubuh, terutama pada anak dan bayi.

2.Diare Kronik

Diare kronik berlangsung lebih dari 2 minggu, dan umumnya bersifat menahun. Diare kronik banyak penyebabnya, seperti keadaan sekunder dari penyakit lain (iritasi kolon, hipertirodisme, karsinoma lambung), setelah operasi saluran pencernaan. Sebab-sebab kejiwaanpun dapat menimbulkan diare kronik.


(22)

2.3.3 Penyebab Diare

Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare disebabkan adanya bakteri, virus, infeksi cacing, melasorbsi (karbohidrat, lemak, protein, penyebab lain adalah faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan dan faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas, tetapi jarang terjadi (Ngastiyah, 1997).

Pada diare terdapat gangguan dari resoprsi, sedangkan sekresi getah lambung-usus dan motilitas usus meningkat. Menurut teori klasik diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltic usus tersebut, sehingga pelintasan chimus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Pene;itian dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terjadinya resorpsi air atau terjadinya hipersekresi.

2.3.4 Pengobatan

Tindakan yang pertama sekali diambil guna mencegah atau mengatasi keadaan dehidrasi dan kehilangan garam dengan memberikan ORS (oral rehydration solution).

a. Garam rehidrasi oral

Oral Rehidrasi Solution adalah suatu larutan dari campuran Nacl 3,5 g, kcl 1,5 g, Na trisitrat 2,5g dan glukosa 20 g dalam 1 liter air matang (oralit) glukosa menstimulasi secara aktif transfor Na dan air melalui dinding usus. Dengan demikian resorpsi air dalam usus halus meningkat 25 kali. Begitu pula bahan gizi lainnya (asam amino, peptida) memperlancar penyerapan air. b. Oral Rehidration Solution (ORS) beras


(23)

Beberapa tahun telah ditemukan bahwa tepung beras atau tepung jagung, sorghum dan kentang sebagai pengganti glukosa dalam campuran ORS memberikan beberapa keuntungan penting. Dalam usus, tepung beras yang berisi pati dicernakan dan dihasilkan dua kali lebih banyak glukosa daripada dalam ORS biasa (Tan dan Rahardja, 2007).

2.3.5 Obat Anti Diare Pada Anak

Beberapa jenis obat anti diare pada anak yaitu a. Zincid

b. Lacto-B c. Oralit d. Probiotik

2.3.5.1 Zinkid

Zinkid yaitu mikronutrien yang dapat mempercepat regenerasi sel-sel yang rusak sehingga dapat mempercepat penyakit diare.

Mekanisme kerja zink pada diare akut yaitu zink mempunyai efek terhadap eritrosit dan sel-sel imun yang berinteraksi dengan agen infeksius pada diare. Zink terutama bekerja pada kecepatan turnover yang tinggi seperti saluran cerna dan sistem imun dimana zink dibutuhkan untuk sintesa DNA dan protein. Zink bekerja pada tight junction level untuk mencegah meningkatnya permeabilitas usus, mencegah pelepasan histamine oleh sel mast dan respon kontraksi serta sekretori terhadap histamine dan serotonin pada usus dan mencegah meningkatnya permeabilitas endotel yang diprakarsai TNF

α

yang juga merangsang kerusakan permeabilitas epitel usus (M hatta, 2011).


(24)

2.3.5.2 Lacto-B

Komposisi per sachet mengandung energy 3,4 kalori, karbohidat 0,6 gram, protein 0,02 gram, lemak total 0,1 gram, vitamin c 10

Indikasi : - Lactic acid bacterial menghasilkan as. organic yang menghambat bakteri merugikan sehingga dapat membantu memperbaiki ketidakseimbangan flora usus pada diare.

- Lactobacilli menghasilkan enzim beta-galaktose untuk menghidrolisa laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

- Lacto-B dapat mengurangi lactose intolerance (diare akibat mengkonsumsi susu formula mengandung laktosa) .

- Vitamin B dapat membantu keseimbangan flora usus.

2.3.5.3 Oralit

Kalium klorida 0,3 g (1,5g), natrium klorida 0,7 g(3,5g), natrium bikarbonat 0,5g (2,5g), glukosa anhidrat 4g(20g). Tiap kantong serbuk 200 ml (1000 ml).

Indikasi : mencegah dan mengobati dehidrasi pada waktu muntaber, diare dan kolera

Kontra indikasi : Obstruksi atau perforasi usus

Perhatian : pakailah seperlunya sampai dehidrasi teratasi

Dosis : sesuai keadaan untuk anak dibawah 1 tahun 2 jam pertama 2 gelas larutan selanjutnya setengah gelas setiap buang air besar. Anak 1-5 tahun 2 jam pertama 4 gelas larutan selanjutnya 1 gelas setiap buang air besar. Anak diatas 5 tahun dan dewasa: 2 jam pertama 6 gelas selanjutnya 2 gelas setiap buang air besar ( ISO, 2008).


(25)

2.3.5.4 Probiotik

Pangan probiotik merupakan makanan atau minuman yang mengandung sejumlah bakteri hidup yang menguntungkan kesehatan. Pangan probiotik antara lain produk susu fermentasi oleh bakteri asam laktat (Lactobacilli dan

bifidobacterium). Contoh pangan probiotik yaitu yogurt, yakult, kafir dan dadih (

Endrikawidyastuti, 2011).

Mekanisme probitotik hingga dapat meningkatkan kesehatan a. Produksi senyawa mikroba

(khususnya pathogen) seperti asam laktat, asam asetat, karbondioksida, H202, bakteriosin, reuterin dan senyawa penghambat bakteri pathogen lainnya.

b. Unggul dalam kompetisi penyerapan nutrient dan sisi penempelan pada sel epitel usus.

c. Menstimulasi sistem imunitas dan mampu mengubah aktivitas metabolisme dalam saluran pencernaan, maka bakteri asam laktat sering digunakan sebagai probiotik komersial (Endrikawidyastuti, 2011).

2.4 Antibiotik

2.4.1 Definisi Antibiotik

Antibiotik adalah zat–zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat petumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tan dan Rahardja, 2010).

Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat


(26)

tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes (Setiabudy, 2007).

2.4.2 Amoksisilin

Bekerja agak lambat setelah 5-6 hari demam hilang dibandingkan rata-rata 3 hari dengan kloramfenikol juga menghasilkan pembawa basil.

Amoksisilin merupakan antibiotika dari penisilin semisintetik yang stabil dalam suasana asam, kerja bakterisida, atau pembunuh bakterinya seperti ampisilin. Amoksisilin diabsorbsi dengan cepat dan baik di saluran pencernaan, tidak tergantung adanya makanan dalam lambung dan setelah 1 jam konsentrasinya dalam darah sangat tinggi sehingga efektivitasnya tinggi. Amoksisilin diekskresikan atau dibuang terutama melalui ginjal, dalam air kemih terdapat dalm bentuk aktif. Amoksisilin sangat efektif terhadap organisme gram positif dan gram negatif. Penggunaan amoksisilin seringkali dikombinasikan dengan asam klavulanat untuk meningkatkan potensi dalam membunuh bakteri (Fitriani S, 2010).

2.4.3 Kotrimoxazol

Kotrimoxazol merupakan antibiotik yang mengandung kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim. Kotrimoksazol mempunyai spectrum luas dan efektif terhadap gram positif dan negatif serta salah satu utama penyebab diare akut ( Rosen dan Quinn,2000).

Mampu menghilangkan demam dalam 4 hari, setelah terapi tinja tidak mengandung basil tifus, sehingga efektif juga untuk mengobati pembawa basil. Berhubung bahaya gangguan darah sebaiknya jangan dugunakan lebih dari 2 minggu (Tjan dan Rahardja, 2007).


(27)

Mekanisme kerjanya yaitu Aktivitas antibakteri kombinasi antara sulfametoksazol dan trimetoprim ( kotrimoksazol) berdasarkan kerjanya pada dua tahap yang berurutan pada reaksi enzimatik untuk pembentukan asam tetrahidrofolat. Sulfonamida manghambat masuknya para-aminobenzoic acid (PABA) ke dalam molekul asam folat dan trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat pentinguntuk reaksi-reaksi pemindahan satu atom C, seperti pembentukan basa purin (adenine, guanine dan timidin) dan beberapa asam amino (metinin, glisin). Sel-sel mamalia menggunakan folat jadi yang terdapat dalam makanan dan tidak mensintesis senyawa tersebut. Trimetoprim menghambat enzim dihidrofolat reduktase mikroba secara sangat selektif. Hal ini penting, karena enzim tersebut juga terdapat pada sel mamalia. Efek sinergis dapat dicapai dengan perbandingan kadar yang optimal dari kedua obat. Untuk kebanyakan kuman, rasio kadar Sulfametoksazol : Trimetoprim yang optimal ialah 20:1, sifat farmakokinetik sulfonamid untuk kombinasi dengan Trimetoprim sangat penting untuk kadar yang relatif tetap dari kedua obat tersebut dalam tubuh. Trimetoprim pada umumnya 20 – 100 kali lebih poten daripada sulfametoksazol, sehingga sediaan kombinasi diformulasikan untuk mendapatkan kadar Sulfametoksazol 20 kali lebih besar daripada Trimetoprim (Putra, 2011).

2.5 Penggunaan Antibiotik Pada Anak–Anak

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat baik dalam hal indikasi, maupun cara pemberian akan merugikan penderita serta akan memudahkan terjadinya resistensi terhadap antibiotik dan dapat menimbulkan efek samping. Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah dosis obat yang tepat bagi anak – anak, cara pemberian,


(28)

indikasi, kepatuhan, jangka waktu yang tepat dan dengan memperhatikan keadaan patofisiologi pasien secara tepat, diharapkan dapat memperkecil efek samping yang akan terjadi (Prest, 2003).

2.5.1 Pasien anak

Masa kanak-kanak menggambarkan suatu periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Penggunaan obat pada anak- anak tidaklah sama dengan orang dewasa, sehingga hanya terdapat sejumlah kecil obat yang telah diberi ijin untuk digunakan pada anak- anak, yang memiliki bentuk sediaan yang sesuai (Prest, 2003).

Agar dapat menentukan dosis obat disarankan beberapa penggolongan untuk membagi masa anak – anak. The British Paediatric Association (BPA)

mengusulkan rentang waktu berikut yang didasarkan pada saat terjadinya perubahan-perubahan biologis (Prest, 2003):

- Neonatus : Awal kelahiran sampai usia 1 bulan - Bayi : 1 bulan sampai 2 tahun

- Anak : 2 sampai 12 tahun - Remaja : 12 sampai 18 tahun.

2.5.2 Jenis Obat

Menurut Permenkes No. 02.02/Menkes/068/I/2010, obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya dan obat paten adalah obat yang masih memiliki hak paten (PerMenKes RI, 2010).


(29)

2.5.3 Bentuk Sediaan Obat

Bentuk sediaan obat adalah bentuk sediaan farmasi yang mengandung zat/bahan berkhasiat, bahan tambahan, dengan dosis serta volume dan bentuk sediaan tertentu, langsung dapat digunakan untuk terapi (Joenoes, 2001).

2.5.4 Obat bentuk sediaan cair

Obat bentuk sediaan cair dapat diberikan untuk obat luar, obat suntik, obat minum dan obat tetes seperti larutan, suspensi, emulsi, sirup dan injeksi (Joenoes, 2001).

2.5.5 Obat bentuk sediaan setengah padat

Obat bentuk sediaan setengah padat pada umumnya hanya digunakan sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan terapi atau berfungsi sebagai pelindung kulit seperti salep, krim dan pasta (Joenoes, 2001).

2.5.6 Obat bentuk sediaan padat

Obat bentuk sediaan padat merupakan sediaan dengan system unit/dose mengandung dosis tertentu dari satu atau beberapa komponen obat seperti tablet, kapsul, pulvis pulveres atau puyer dan pil (Joenoes, 2001).

2.6 Rumah Sakit Haji Medan

Sejak awal tahun 1960-an sudah mulai terdengar suara-suara dari kalangan Umat di Sumatera utara, khusunya di Kotamadya Medan yang mendambakan sebuah rumah sakit yang benar-benar bernafaskan islam (Chotimah,2008).

Pada tanggal 28 februari 1991 di Jakarta, President Republik Indonesia menandatangani prasasti untuk keempat Rumah Sakit Haji, yakni Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang dan Medan. Melalui Surat Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara No. 445.05/712.k, tanggal 7 maret 1991 dibentuk Panitia


(30)

Pembangunan Rumah Sakit Haji Medan dan akhirnya diletakkan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Haji Medan oleh Bapak Menteri Agama Republik Indonesia (Bapak H. Munawir Sjadzali) dan Bapak Gubernur Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 11 Maret 1991 (Chotimah, 2008). Kemudian pada tanggal 4 juli 1992 Rumah Sakit Haji Medan diresmikan oleh Bapak Presisent Soeharto dan pada tanggal 15 Juli 1992 telah melaksanakan pelayanan kesehatan pada masyarakat umum dan jemaah Haji Embarkasi Polonia Medan (Chotimah,2008).

Fasilitas yang disediakan Rumah Sakit Haji Medan untuk pasien yang imgin rawat jalan, antara lain: poliklinik syaraf, poliklinik jiwa, poliklinik paru, poliklinik gigi, poliklinik THT, poloklinik jantung, poliklinik fisioteraphi, poliklinik orthopedic, klinik VCT (Voluntary Conseling and Testing), Instalasi Gawat Darurat (IGD) (Chotimah, 2008).

Fasilitas yang disediakan Rumah Sakit Haji Medan untuk pasien yang ingin rawat inap, antara lain : kelas umum utama A, kelas utama B, kelas I-A, kelas I-B, kelas II, kelas III, ruang ICU, ranjang bayi (Chotimah, 2008).

Pelayanan penunjang yang disediakan Rumah Sakit Haji Medan untuk para pasien, antara lain: rehabilitasi nedis, farmasi, ambulance, laundry, dapur atau kitchen, incinerator, kerohanian (Chotimah, 2008).


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan. Rumah sakit tersebut dipilih karena belum ada dilakukan penelitian tentang profil penggunaan Obat Anti Diare pada pasien anak di Rumah Sakit Haji Medan dan rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit pemerintah di kota medan yang umumnya sistem pengobatan telah ditetapkan dengan peraturan pemerintah tentang diare. Jangka waktu penelitian ini selama 3 bulan , yaitu : September 2013 hingga November 2013.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian bersifat deskriptif retrospektif, deskriptrif yaitu analisis yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai subyek penelitian, yang di arahkan pada penyajian informasi mengenai data yang diperoleh melalui proses penelitian dan retrospektif yaitu meneliti kebelakang dengan menggunakan data sekunder.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medis pasien anak rawat jalan yang didiagnosis penyakit diare dan menjalani pengobatan di Rumah Sakit Haji Medan pada periode waktu Januari 2012 hingga Juni 2012. Seluruh populasi terjangkau sebagai objek dalam penelitian. Didapat populasi target berupa rekam medis pasien diare yang berobat di Rumah Sakit Haji Medan pada periode Januari-Juni 2012 adalah 39 pasien anak rawat jalan.


(32)

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh resep yang mengandung obat diare yang diberikan kepada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan Januari-Juni 2012.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Data rekam medis yang diberikan kepada pasien anak rawat jalan yang tidak mengadung obat diare di Rumah Sakit Haji Medan

b. Data rekam medis pasien diare di Rumah Sakit Haji Medan yang tidak lengkap (tidak memuat informasi dasar yang dibutuhkan dalam penelitian).

3.5 Instruman Penelitian 3.5.1 Bahan dan Alat

Bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah sebagai berikut:

a. Status rekam medik (Medical Record) dari penderita diare yang berobat ke Poli Anak Rumah Sakit Haji Medan.

b. Hasil pemeriksaan laboratorium penderita diare yang mendukung diagnosis.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif yaitu meneliti kebelakang dengan menggunakan data sekunder. Data yang dikumpulkan adalah data yang mengandung obat diare dari data rekam medis pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan periode Januari-Juni 2012 dilakukan seleksi


(33)

berdasarkan periode, jenis kelamin, usia, obat diare, antibiotik, bentuk sediaan dan jenis obat.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel, Program SPSS untuk Windows versi 17,0 kemudian disajikan dalam persentase, nilai rata – rata dan tabel, analisa data berdasarkan periode, jenis kelamin dan usia menggunakan SPSS chi square.

3.7 Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : a. Variabel Bebas

i. Periode ii. Jenis kelamin iii.Usia

iv.Obat Diare v. Antibitik vi.Bentuk Sediaan b. Variabel Terikat

i. Profil penggunaan obat Diare

3.8 Langkah Penelitian

Langkah cara pengambilan data yang dilakukan untuk mengumpulkan data rekam medis pasien adalah:

a. Meminta rekomendasi dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di Rumah Sakit Haji Medan.


(34)

b. Menghubungi kepala bidang pendidikan dan penelitian Rumah Sakit Haji Medan untuk mendapatkan izin melakukan penelitian, dengan membawa surat rekomendasi dari fakultas.

c. Mengumpulkan semua data rekam medis yang masuk dari bulan Januari-Juli 2012 di Rumah Sakit Haji Medan.

d. Memilih data rekam medis yang menuliskan obat diare untuk pasien anak rawat jalan penderita diare.

e. Melakukan analisis deskriptif

3.9 Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Profil penggunaan obat Diare adalah gambaran tentang pola penggunaan obat diare yang dinilai berdasarkan usia, berat badan, jenis obat dan bentuk sediaan yang diberikan.

b. Usia adalah total lama waktu hidup objek sejak tanggal kelahiran hingga saat dilakukan pengobatan diare di rumah sakit.

c. Jenis kelamin adalah gender dari objek penelitian. d. Status penyakit adalah tingkat keparahan penyakit diare.

e. Bentuk sediaan obat adalah bentuk sediaan yang mengandung bahan berkhasiat, bahan tambahan yang diperlukan untuk formulasi obat, dengan dosis serta volume dan bentuk sediaan tertentu, langsung dapat digunakan untuk terapi.


(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan yang dimulai dari bulan September 2013 hingga November 2013. Data diambil dari rekam medis penderita Diare dalam rentang waktu Januari 2012 hingga Juni 2012. Dari data rekam medis pasien tersebut didapatkan 39 jumlah pasien anak rawat jalan yang memenuhi kriteria inklusi sebagai objek penelitian yang meliputi persentase penggunaan obat diare, usia, jenis kelamin, antibiotik dan bentuk sediaan obat diare yang diresepkan.

4.1 Persentase Resep yang Mengandung Obat Diare Berdasarkan Periode Januari-Juni 2012

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap profil penggunaan obat diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan periode Januari hingga Juni 2012 diketahui bahwa pasien diare yang terjadi dari bulan Januari 2012 sebanyak 39 pasien dan total resep yang masuk 44 lembar resep, dari 44 lembar resep tersebut terdapat 64 jumlah resep yang mengandung obat diare, yang berarti peresepan obat diare selama periode penelitian sebesar 100% seperti pada Tabel 4.1.


(36)

Tabel 4.1 Distribusi resep yang mengandung obat Diare pada pasien anak rawat jalan penderita Diare di Rumah Sakit Haji Medan periode Januari-Juni 2012.

Bulan Obat Anti Diare % ρ

Januari 6 13,6

0,54

Februari 7 15,9

Maret 7 15,9

April 4 9,1

Mei 9 20,5

Juni 11 25,0

Total 44 100,0

Dari data diatas diperoleh nilai ρ lebih besar dari 0.05 yaitu nilai ρ 0,54 yang menunjukkan persentase penggunaan obat anti diare dari bulan januari-juni 2012 tidak mengalami perubahan yang berarti, dikarenakan faktor pengunjung penderita diare yang tetap pada pasien anak rawat jalan penderita diare yang datang berobat ke RS Haji Medan setiap bulannya.

4.2 Persentase Penggunaan Obat Anti Diare Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat bahwa proporsi obat diare antara pasien laki-laki dan perempuan dengan ρ lebih besar dari 0,05 yaitu 0,76 artinya adalah sama atau tidak berbeda jauh seperti pada tabel 4.2.


(37)

Tabel 4.2 Distribusi Penggunaan Obat Anti Diare Berdasarkan Jenis Kelamin pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penggunaan Obat Anti Diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare terjadi pada pasien laki – laki yaitu 23 resep (52,3%) dan pasien perempuan 21 resep (47,7%). Hal ini tidak berbeda dengan penelitian Fras korompis di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP.DR.R.D.KANDOU MANADO tahun 2013 tentang penggunaan Obat Anti Diare pada pasien anak penderita diare yang menyebutkan bahwa penderita diare lebih sering terjadi pada pasien anak laki – laki 63,09% dari pada perempuan 36,90% . Aktifitas fisik yang banyak pada anak laki – laki dapat membuat kondisi fisik tubuh cepat mengalami penurunan termasuk penurunan sistem kekebalan tubuh, sehingga lebih berisiko terkena penyakit termasuk diare akut (Pudjiaji S, 2010).

4.3 Persentase Penggunaan Obat Anti Diare Berdasarkan Usia

Penggolongan umur pada penelitian ini berdasarkan penggolongan masa anak-anak menurut The British Pediatric Association (BPA) pada tahun 2003 yang terdiri dari Neonatus (awal kel ahiran – 1 bulan), Bayi (1 bulan – 2 tahun), Anak (2 tahun – 12 tahun), Remaja (12 tahun – 18 tahun) (Asiam, dkk., 2003). Obat Anti Diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare paling banyak adalah usia anak 2-12 tahun yaitu 20 resep (45,5%) sedangkan bayi 1 bulan – 2 tahun sebanyak 18 resep (40,9%) dan neonatus awal kelahihan – 1 bulan hanya 6

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Ρ

Perempuan 21 resep 47,7

0,76

Laki – Laki 23 resep 52,3


(38)

resep (13,6%) dan proporsi obat diare antara pasien neonates , bayi dan anak adalah berbeda yang dilihat dari jumlah resep dengan ρ 0,02 yang artinya lebih kecil dari 0,05 hal ini dikarenakan faktor pengunjung penderita diare berdasarkan usia yang berbeda pada pasien anak rawat jalan penderita diare yang datang berobat ke RS Haji Medan setiap bulannya seperti pada table 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Penggunaan Obat Anti Diare Berdasarkan Usia pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012

Usia Jumlah Persentase (%) Ρ

Neonatus(Awal

kelahiran-1 bulan) 6 resep 13.6

0,02 Bayi (1 bulan – 2

tahun) 18 resep 40.9

Anak (2 tahun – 12

tahun) 20 resep 45.5

Jumlah 44 resep 100.0

Pada pasien anak berdasarkan usia 2-12 tahun umumnya mempunyai keluhan lebih banyak yang dilihat dari jumlah resep daripada bayi dan neonates. Hal ini kemungkinan disebabkan pasien anak usia 2- 12 tahun umumnya rentan terkena infeksi penyakit terutama diare. Anak pada kelompok umur ini dapat terkena infeksi bakteri penyebab diare pada saat pada saat bermain di lingkungan yang kotor serta melalui hidup yang kurang bersih (Wulandari, 2012). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Framita G di Rumah Sakit Swasta Jakarta yang menyatakan bahwa pasien bayi usia 2 bulan – 2 tahun lebih banyak yang menderita Diare.

4.4 Persentase Resep yang Mengandung Obat Anti Diare

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan


(39)

(40,7%), Lacto-B sebanyak 22 resep (34,2%), Oralit sebanyak 1 resep (1,6%) dan Probiotik sebanyak 15 resep (23,4%).

Tabel 4.4 Distribusi Obat Anti Diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012.

Obat Diare Jumlah Resep Persentase

Zincid 26 40,7

Lacto-B 22 34,3

Oralit 1 1,6

Probiotik 15 23,4

Jumlah 64 100

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSUP DR.R.D Kandou Manado dimana lebih banyak menggunakan Oralit sebanyak 75 resep (89,28%), zincid 58 resep (49 penderita). Hal ini disebabkan karena zincid merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zincid dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide synthase), dimana ekskresi enzim meningkat selama diare dan meningkatkan hipersekresi epitel usu. Zincid juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian Zincid selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja serta menurunkan kekambuhan kejadian diarenpada 3 bulan berikutnya (Black, 2003).


(40)

4.5 Persentase Resep yang Mengandung Antibiotika Berdasarkan Generik dan Non Generik

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat Diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan berdasarkan jenis obat peresepan obat diare generik dan non generik yaitu 76% generik dan 19% non generik seperti pada Tabel 4.5.

4.5. Distribusi Resep yang Mengandung Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Diare di RS Haji Medan Periode Januari-Juni 2012

NO

Generik Non-Generik (Paten)

Nama Obat Jumlah R/

% Nama

Obat

Jumlah R/

%

1 Amoxicilin 1 1 - - -

2 Cotrimoxazol 12 75 Sanprima 3 19

Jumlah 13 76 Jumlah 3 19

Obat generik merupakan obat program pemerintah yang penggunaannya diberlakukan melalui SK M, Menteri Kesehatan Nomor 085/Menkes/per.1/1989 tanggal 28 Januari 1989, peraturan ini sangat bermanfaat sebab harga generik yang murah dapat meringankan beban masyarakat dalam hal kebutuhan obat serta dapat meningkatkan efisiensi, cakupan dan pemerataan palayanan kesehatan untuk mereka yang membutuhkan. Pemerintah juga mewajibkan kepada semua fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah untuk menuliskan resep obat generic (Sumantomo, 2006), Sehingga didapat hasil penelitian yang sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan bahwa penggunaan OAT pada pasien anak di Rumah Sakit Haji Medan periode Januari 2012 hingga Juni 2012 yaitu 76% generik dan 19% non generik.


(41)

Berdasarkan hasil penelitian, antibiotik yang paling banyak diresepkan adalah antibiotik Cotrimoxazol yaitu 12 resep (75%) , Sanprima 3 resep (19%) dam Amoxicilin 1 (75%) selama periode Januari-Juni 2012. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan di rawat inap di BLU RSUP Prof. DR. R. D bahwa penggunaan antibiotik cotrimoxazol lebih banyak daripada amoxicillin. Hal ini disebabkan cotrimoxazol merupakan antibiotik yang mengandung kombinasi sulfametoxazol dan trimetoprin. Cotrimoxazol mempunyai spectrum aktifitas luas dan efektif terhadap gram positif dan gram negatif termasuk E-coli yang merupakan bakteri gram negative serta salah satu utama penyebab diare akut (Rosen dan Quinn, 2000).

4.6 Persentase Resep yang Mengandung Antibiotik Berdasarkan Bentuk Sediaan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pola penggunaan obat Diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan berdasarkan bentuk sediaan adalah bentuk sediaan tablet sebanyak 30 resep (46,9%) sedangkan Obat Anti Diare dalam bentuk sediaan serbuk sebanyak 34 resep (53,1%) dan Obat Anti Diare dalam bentuk sirup sebanyak 0 resep (0%) seperti pada table 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Obat Anti Diare Berdasarkan Bentuk Sediaan pada pasien anak rawat jalan penderita diare di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012

Bentuk Sediaan Jumlah resep Persentase (%)

Sirup 0 0

Tablet 30 46,9

Serbuk 34 53,1


(42)

Berdasarkan hasil penelitian, dalam bentuk sediaan Obat Anti Diare khususnya bentuk sediaan sirup tidak banyak digunakan dikarenakan harga sirup relatif mahal dan daya tahan relative pendek setelah segel dibuka maka paling aman dipakai maksimal 1 bulan ( karena mudah tercemar jamur atau bakteri). Rute pemberian obat Anti Diare yang digunakan pada penderita diare pada pasien anak rawat jalan di Rumah Sakit Haji Medan adalah secara oral. Hal ini disebabkan pemberian obat melalui oral yang paling menyenangkan, mudah, murah dan paling aman. Tujuan dari pemberian obat melalui oral untuk mendapatkan efek sistemik, yaitu obat beredar melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh (Anief,2004).


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah resep yang masuk periode Januari – Juni 2012 sebanyak 44 resep yang terdiri dari 100% meresepkan obat anti diare. Penggunaan Obat Anti Diare paling banyak terdapat pada laki-laki (52,3%). Berdasarkan usia paling banyak terjadi pada usia 2 tahun-12 tahun yaitu (45,5%). Obat Anti Diare paling banyak digunakan adalah zincid (40,7%). Antibiotik yang paling banyak digunakan adalah cotrimoxazol (75%). Berdasarkan sediaan yang paling banyak diresepkan adalah bentuk sediaan serbuk (53,1%).

Penggunaan Obat Anti Diare pada pasien anak rawat jalan penderita diare di RS Haji Medan Periode Januari – Juni 2012 adalah sama setiap bulannya dan sesuai dengan pedoman tata laksana penanganan diare di Indonesia yaitu :

1. Tuntaskan diare dengan pemberian oralit 2. Berikan zincid

3. Berikan Asi-Makan

4. Berikan antibiotik secara selektif 5. Berikan nasihat pada ibu dan keluarga

5.2 Saran

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian terhadap pola penggunaan obat anti diare di berbagai rumah sakit lain dengan cara membandingkan penggunaan obat anti diare apakah sudah sesuai dengan pedoman Obat Anti Diare atau tidak.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1997). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.13

Anief, M. (2004). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.56-64

Asiam, dkk. (2003). Farmasi Klinis. Jakarta: PT Gramedia. Halaman 191-192. Black, M.M. (1998). Zinc Deficiency and Child Development. Am J Clin Nutr.;

68(Suppl): 464S-9S

Chotimah, S.L. (2008). Persepsi Pengguna Jaminan Kesehatan Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Haji Medan. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Endrikawidiastuti. (2011). Probiotik dan Prebiotik. files.wordpress.com/2011 / 11 pangfus3- probiotik dan prebiotik.pdf (diakses pada tanggal 17 september 2014).

Fitriani,S.(2012). Penetapan Kadar Amoksisilin Dalam Kaplet Omemox Secara Spektrofotometer Ultraviolet di PT. Mutifa Industri Farmasi Medan. Repository USU instituonal.Repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789 /18914/ 4/ chapterII.pdf (diakses pada tanggal 17 september 2014).

Fras, K., dkk. (2012). Study Penggunaan Obat Pada Penderita Diare Akut di Instalasi Rawat Inap BLU Rsup Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode Januari-Juni 2012. Skripsi. Manado : Fakultas MIFA Unsrat.

Hatta, M. (2011). Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/chapterII.pdf (diakses pada tanggal 17 september 2014).

Iso. (2008). Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta : Penerbit PT. ISFI. Joenoes, N.Z. (2001). ARS Prescribendi Resep Yang Rasional, edisi 2. Surabaya:

Airlangga University Press. Hal 20-25.

Mentri Kesehatan RI. (2011). Keputusan Mentri Kesehatan RI Pedoman

Penanggulangan Diare. Jakarta: keMenterian Kesehatan Republik

Indonesia. Hal. 14.

Navaneethan, U., dan Ralph, A.G. (2001). Definition, Epidemiology, Pathophysiology, Clinical Classification, and differential Diagnosis of

Diarrhea. Editor: Stefano Guandalini., dan Haleh Vaziri. Diarrhea.


(45)

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Buku Kedokteran EGC. Cetakan 1. Jakarta.

Pramita, G., Dwi poerwantoro., Badriul, H., Puspita, A.w., Witjaksono. (2005). Pola Tata Laksana Diare Akut di Beberapa Rumah Sakit Swasta di Jakarta ( Jurnal Sari Pediatri Vol.6 No 4).

Prest. (2003). Penggunaan Obat Pada Anak – Anak. Dalam: Farmasi Klinis. Editor: Aslam. Jakarta: PT Gramedia. Halaman 191-192.

Pudjiaji, S. (2010). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Putra. (2011). Suspensi Cotrimoxazol. repository.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/

22470/ 4/ chapterII.Pdf ( diakses pada 17 september 2014).

Rosen , EJ and Quinn. (2000). Microbiology, Infections and Antibiotic Theraphy. 2013).

Tim Penyusun IONI Indonesia. (2002). Informatorium Obat Nasional Indonesia.

Jakarta : Penerbit Sagung Seto.

Tan, H.T, dan Rahardja, K. (2002). Obat-obat penting: Khasiat, penggunaan dan

Efek-Efek sampingnya. Edisi kelima. Cetakan 2. Jakarta: Penerbit PT.

Elex Media Kompotindo Gramedia. Hal 270-271;274;278-279.

Tan, H.T, dan Rahardja, K. (2007). Obat-obat penting: Khasiat, penggunaan dan

Efek-Efek sampingnya. Edisi keenam. Cetakan 1. Jakarta: Penerbit PT.

Elex Media Kompotindo Gramedia. Hal 287.

Tan, H.T., dan Rahardja, K. (2010). Obat – Obat Penting Khasiat, Penggunaan

dan Efek – Efek Sampingnya. Edisi keenam. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo. Halaman 57-58, 81-82.

Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia Dari Sel ke sel sistem. Edisi 2. Penerjemah: Brahm. U.Pendit. Jakarta: Penerbit EGC.Hal.582.

Setiabudy, R. (2007). Pengantar Antimikroba. Dalam: Gunawan, S.G., editor.

Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan

Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 585-587, 674-675, 681-682, 723-724.

Widoyono. (2005). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Wulandari, A. (2012). Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan Upaya Menekan Angka Kesakitan Diare Pada Balita (jurnal). Universitas Negeri Gorontalo.


(46)

Lampiran 1. Data mentah peresepan obat Diare

No No. R.M Jenis Kelamin

Usia

(Thn) Tgl BB (Kg) Diagnosis Obat Dosis Pembayaran

1 076772 L 10 Thn 28-06-2012 8,3 Diare Probiotik 2x1 tab Astek

Zincid 1x1 tab

Rhinos Neo 3x0,3 cc

Sanmol 3x0,6 cc

2 152584 L ½ Bulan 14-02-2012 4,5 Diare Amoxicilin 3xcth ½ Askes

Rhinos Neo 3x0,3 cc

Zincid 1x20 mg

3 152989 P 2 Thn 26-06-2012 10 Diare Cotrimoxazol 2xcth 1 Astek

Zincid 1x20 mg

Probiotik 2x1 tab

4 165387 P 2 Thn 04-01-2012 10,5 Diare Probiotik 2x1 tab Askes

Paracetamol 3xcth 1

Zincid 1x1 tab

5 173288 L 9,5 bulan 02-01-2012 8,3 Diare Lacto B 3x1 sch Askes

6 176973 L 9 bulan 12-04-2012 7,7 Diare Zincid 1x20mg Pribadi

7 177088 P 2 Thn 18-06-2012 10 Diare Proris 3x50mg Pribadi

Lacto-B 3x1sch

8 178253 L 2 Thn 24-02-2012 9,4 Diare Probiotik 2x1 tab Askes

Zincid 1x1 tab

Rhinos Neo 3x0,3 cc

Sanmol 3x0,6 cc

9 179305 P 4 Thn 30-05-2012 14 Diare Zincid 1x20mg Askes

Lacto-B 3x1 sch


(47)

Isomil Advance

P 11 bulan 2-2-2012 8,5 diare Oralit Askes

Isomil advance

Lacto B 3x1 sch

Zincid 1x1 tab

Vometadrop 3x0,5 ml

11 179467 P 4 Thn 30-06-2012 14 Diare Zincid 1x20 mg Inhealth

Lacto B 3x1 sch

12 179520 L 2 Thn 16-01-2012 12 Diare Lacto B 3x1 sch Pribadi

Proris 3x50 mg

13 180173 L 2 Thn 26-03-2012 6 Diare Lacto B 3x1 sch Inhealth

Zincid 1x20 mg

14 180910 P 4 Thn 23-02-2012 15 Diare Lafifed 3xCth ½ Askes

Sanprima 2x tab ½

Lacto-B 3x1 Sch

Pediagrow 1xCth 1

15 182866 L 1,5 Thn 01-01-2012 10 Diare Pediagrow 2xCth 1 Askes

Tiris Drop 2x0,25 ml

Ceudofenicol 0,11% 3x9tt II Ods

Susu nan 2

Probiotik 2x1 tab

L 1,6 Thn 16-02-2012 9,5 Diare Lasal Sirup 3xCth ½ Askes

Tiris Drop 2x0,25 ml

Lacto-B 3x1 Sch

Proris 3x50 mg

Susu Nan Probiotik

16 183153 P 5 bulan 08-02-2012 5,7 Diare Probiotik 1x1 tab Askes

Zincid 1x ½ tab

Rhinos Neo 3x0,3 cc


(48)

17 183836 L 1,5 bulan 23-02-2012 4,7 Diare Susu Nan Ha Jamkesmas

2 bulan 08-03-2012 5 Diare Susu Nan Ha Jamkesmas

18 183889 P 2 Thn 08-02-2012 5,3 Diare Cotrimoxazol Syr 2xcth 1 Askes

Lacto-B 3x1 Sch

Zincid 1x20mg

19 185021 L 1,4 Thn 29-03-2012 10 Diare Cotrimoxazol 2xcth 1 Astek

Zincid 1x1 tab

Probiotik 1x1 tab

20 185144 P 13 hari 23-03-2012 2,7 Diare Zincid 1x½ tab Pribadi

16 hari 02-04-2012 2,6 Diare Lacto B 3x1 sch Pribadi

2 bulan 01-06-2012 3,2 Diare Lacto B 3x1 sch Pribadi

21 185402 L 10 Thn 31-03-2012 11 Diare Cotrimoxazol 2xcth 1 Inhealth

Zincid 1x1 tab

Probiotik 1x1 tab

22 186123 P 5 bulan 10-03-2012 5,8 Diare Probiotik 2x1 tab Astek

Zincid 1x ½ tab

Rhinos neo 3x0,3 cc

Sanmol 3x0,6 cc

23 186161 P 2 Thn 01-04-2012 10 Diare Probiotik 2x1 tab Inhealth

Paracetamol 3xcth I

Zincid 1x1 tab

24 186166 L 2 Thn 06-05-2012 10,5 Diare Probiotik 2x1 tab Inhealth

Paracetamol 3x cth I

Zincid 1x1 tab

25 186692 L 6 bulan 01-01-2012 5,9 Diare Probiotik 2x1 tab Askes

Zincid 1x ½ tab


(49)

26 187104 L 4 bulan 14-05-2012 6,8 Diare Nan Ha Inhealth

Lacto B 2x1 sch

Zincid 1x1 tab

27 187286 P 2,5 Thn 21-05-2012 11 Diare Cotrimoxazol 2xcth 1 Askes

Probiotik 2x1 tab

Zincid 1x1 tab

Paracetamol 3xcth I

28 187614 L 3 Thn 28-05-2012 13 Diare Cotrimoxazol 2xcth I Askes

Probi 1x1 tab

Zincid 1x1 tab

29 187645 L 25 hari 28-05-2012 3,5 Diare Nan HA Pribadi

30 187657 L 2 Thn 29-05-2012 14 Diare Lacto B 3x1 sch Pribadi

Zincid 2xI tab

Sanprima Syrup 2xcth 1

31 187688 P 16 hari 29-05-2012 2,7 Diare Lacto B 2x1 sch Pribadi

Zincid 1x 20 mg

Praxion Drop 4x0,3 ml

32 187991 P 2 Thn 30-06-2012 10,5 Diare Proris 3x50 mg Astek

Nan Ha

33 188175 P 8 bulan 11-06-2012 7,3 Diare Lacto B 3x1 sch Pribadi

Cotrimoxazol 3x cth I

34 188532 P 1 Thn 01-06-2012 13 Diare Lacto B 3x1 sch Astek

8 bulan Cotrimoxazol 3x1 cth I

Dompheridon 3x1 tab

35 189072 L 10 bulan 05-06-2012 8,2 Diare Lacto B 3x1 sch Pribadi


(50)

36 189156 L 2 Thn 08-06-2012 12 Diare Interlac drop 1x gtt V Astek

Disertai Sanmol Syrup 4xcth I

Pilek Tiris drop 1x0,5 ml

Iliadin 0,025% 3xgtt III

3xsehari saja

Lacto B 3x1 sch

37 189354 L 9 bulan 11-06-2012 7,5 Diare Susu SGM Soya Pribadi

Disertai Alcodrop 3x0,8 ml

Batuk Lacto B 2x1 sch

38 189446 P 9 bulan 11-05-2012 7,5 Diare Cotrimoxazol 2xcth I

Probi 1x1 tab

Zincid 1x1 tab

39 189817 L 11 Thn 25-06-2012 23,5 Diare Lacto B 3x1 sch Askes

+ 1 minggu Sanmol 3x250 mg

Zincid 2x1 tab

Sanprima Syrup 2xcth I


(51)

Lampiran 2. Hasil analisis statistik deskriptif peresepan obat diare

1. Resep yang masuk selama periode Januari-Juni 2012

Frequencies

[DataSet1] C:\Documents and Settings\Administrator\My Documents\data mentah te rbaru fika.sav

Statistics

Periode

N Valid 44

Missing 0

periode

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid januari 6 13.6 13.6 13.6

februari 7 15.9 15.9 29.5

maret 7 15.9 15.9 45.5

april 4 9.1 9.1 54.5

mei 9 20.5 20.5 75.0

juni 11 25.0 25.0 100.0


(52)

2. Resep diare berdasarkan jenis kelamin

Frequencies

[DataSet1] C:\Documents and Settings\Administrator\My Documents\data mentah te rbaru fika.sav

Statistics

jeniskelamin

N Valid 44

Missing 0

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 23 52.3 52.3 52.3

perempuan 21 47.7 47.7 100.0

Total 44 100.0 100.0

3 Resep diare berdasarkan usia Frequencies

[DataSet1] C:\Documents and Settings\Administrator\My Documents\data mentah te rbaru fika.sav

Statistics

usia


(53)

Statistics

usia

N Valid 44

Missing 0

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid awal kelahiran-1 bulan 6 13.6 13.6 13.6

1 bulan-2 tahun 18 40.9 40.9 54.5

2 tahun-12 tahun 20 45.5 45.5 100.0


(54)

(55)

Lampiran 4 : Judul Penelitian Dan Pembimbing II


(56)

(57)

(58)

(1)

Statistics

usia

N Valid 44

Missing 0

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid awal kelahiran-1 bulan 6 13.6 13.6 13.6

1 bulan-2 tahun 18 40.9 40.9 54.5

2 tahun-12 tahun 20 45.5 45.5 100.0


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Studi Retrospektif Interaksi Obat pada Pasien Pediatrik Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari–Juni 2012

8 116 168

Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari – Juni 2012

15 138 89

Pola Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Pasien Anak TB Paru Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012

13 104 92

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PARU SIDAWANGI JAWA BARAT PERIODE JANUARI - JUNI 2015

0 6 14

Studi Retrospektif Interaksi Obat pada Pasien Pediatrik Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari–Juni 2012

0 0 92

Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari – Juni 2012

0 0 39

Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Rawat Jalan Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari – Juni 2012

0 11 12

Pola Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Pasien Anak TB Paru Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012

1 4 46

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB) 2.1.1 Pengertian Tuberkulosis - Pola Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Pasien Anak TB Paru Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012

0 1 10

Pola Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Pada Pasien Anak TB Paru Rawat Jalan di Rumah Sakit Haji Medan Periode Januari-Juni 2012

0 0 12