Studi manfaat kegiatan rehabilitasi dalam peninmgkatan pendapatan masyarakat dan reduksi gangguan terhadap kawasan Taman Nasional, Meru Betiri

STUDI MANFAAT KEGIATAN REHABILITASI
DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT
DAN REDUKSI GANGGUAN TERHADAP KAWASAN
TAMAN NASIONAL MERU BETIRI

Oleh :
EKO PURWANINGSIH

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

STUDI MANFAAT KEGIATAN REHABILITASI
DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT
DAN REDUKSI GANGGUAN TERHADAP KAWASAN
TAMAN NASIONAL MERU BETIRI

EKO PURWANINGSIH


Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul Penelitian

: Studi Manfaat Kegiatan Rehabilitasi dalam Peningkatan
Pendapatan dan Reduksi Gangguan Terhadap Kawasan
Taman Nasional Meru Betiri

Nama mahasiswa


: Eko Purwaningsih

NRP

: E34101082

Departemen

: Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas

: Kehutanan

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir.Rinekso Soekmadi, M.Sc.F.

Ir. Ervizal A.M.Zuhud, M.S.


Ketua

Anggota

Diketahui
Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S.

Tanggal Lulus : 6 Februari 2006

RINGKASAN
Eko Purwaningsih. E34101082. Studi Manfaat Kegiatan Rehabilitasi dalam
Peningkatan Pendapatan Masyarakat dan Reduksi Gangguan Terhadap Kawasan
Taman Nasional Meru Betiri. Dibimbing oleh: Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc.
F. dan Ir. Ervizal A. M. Zuhud M. S.
Era Reformasi yang terjadi pada tahun 1998, telah menimbulkan persepsi
yang salah terhadap kawasan hutan di Indonesia, salah satunya adalah di Taman
Nasional Meru Betiri (TNMB), dimana terdapat anggapan bahwa hutan

merupakan lahan yang tidak bertuan sehingga setiap orang bebas untuk
megeksploitasinya. Anggapan yang salah ini, telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak
tertentu dan masyarakat sekitar kawasan TNMB untuk melakukan perambahan
hutan jati yang memiliki luas sekitar 4000 ha. Akibat dari peristiwa ini adalah
terjadinya deforestasi, degradasi lahan dan ancaman terhadap keanekaragaman
flora serta fauna. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan
Konservasi Alam Nomor: 185/ Kpts/ DJ-V/ 1999 tanggal 13 Desember 1999,
ditetapkanlah zona rehabilitasi di TNMB seluas 4.023 ha. Tujuan dari kegiatan
rehabilitasi adalah untuk memulihkan fungsi dan kondisi kawasan yang telah
rusak melalui kegiatan penanaman, pengayaan jenis dan pemeliharaan dengan
tumbuhan asli setempat serta diharapkan dapat dijadikan sumber pendapatan bagi
masyarakat di masa yang akan datang melalui hasil buahnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji manfaat kegiatan rehabilitasi dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan TNMB dan
kemampuannya untuk mereduksi gangguan masyarakat terhadap kawasan
konservasi di taman nasional.
Kegiatan Penelitian berlangsung di Seksi Konservasi Wilayah II Ambulu,
Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember. Meliputi Resort Wonoasri yaitu Desa
Wonoasri, dan Resort Andongrejo, yaitu Desa Andongrejo dan Desa
Curahnongko. Penelitian dilakukan selama dua bulan, yaitu bulan September

sampai Oktober 2005. Teknik pengambilan contoh dilakukan secara purposive
sampling dengan memilih responden yang dianggap dapat mendukung data
penelitian. Responden dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok I adalah
masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Mitra Rehabilitasi (KTMR)
yang berjumlah 30 orang pada setiap resort. Kelompok II adalah masyarakat non
KTMR yang dijadikan sebagai kontrol sehingga hanya diambil contoh sebanyak
10 orang untuk setiap resort. Data yang diambil terdiri dari dua macam, yang
pertama adalah data utama yang meliputi karakteristik responden, data tanaman
pokok, data tanaman tumpangsari, pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku
responden terhadap hutan maupun terhadap kegiatan rehabilitasi, total pendapatan
dan pengeluaran KTMR, kontribusi kegiatan rehabilitasi terhadap pendapatan
total petani, alokasi waktu untuk kegiatan rehabilitasi, serta profil vegetasi
tanaman pokok untuk memberikan gambaran penutupan lahan dari tanaman umur
2 tahun sampai tanaman berumur 7 tahun. Data yang kedua adalah data penunjang
yang meliputi sejarah zona rehabilitasi, kondisi umum KTMR, monografi desa,
keberadaan tumbuhan dan satwaliar di lahan rehabilitasi. Data tersebut diperoleh
dari hasil wawancara dengan masyarakat KTMR maupun non KTMR, observasi

di lapang, dan studi literatur. Data yang diperoleh akan ditabulasikan kemudian
dianalisis secara deskriptif. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar kegiatan

rehabilitasi dapat mempengaruhi pendapatan total petani, maka dihitung dengan
membagi pendapatan petani dari kegiatan rehabilitasi dengan pendapatan totalnya
dikalikan 100%. Kontribusi tersebut akan signifikan apabila nilainya Gittinger
(1986). Besarnya reduksi gangguan hutan diketahui dengan menghitung alokasi
waktu kerja petani untuk mengolah lahan dan memelihara tanaman tumpangsari
sampai dengan panen di lahan rehabilitasi selama satu tahun. Diasumsikan bahwa
waktu yang dicurahkan petani di lahan rehabilitasi dibandingkan dengan waktu
kerja penuh berdasarkan LEKNAS tahun 1997 selama satu tahun dikalikan 100%
merupakan besarnya reduksi gangguan terhadap hutan TNMB, sedangkan sisanya
merupakan ancaman bagi TNMB.
Berdasarkan pengamatan di lapang, diketahui bahwa terdapat 31 jenis
tanaman pokok yang ditanam oleh petani, tetapi enam diantaranya merupakan
eksotik karena tidak ditemukan di dalam hutan TNMB. Berdasarkan hasil
wawancara dengan petugas dan studi literatur diketahui bahwa enam jenis
tanaman tersebut adalah Pete (Parkia speciosa), Rambutan (Nephelium
lappaceum), Mangga (Mangifera indica), Melinjo (Gnetum gnemon), Jengkol
(Pithecellobium jiringa), dan Knitu (Chrysophyllum cainito). Dari keseluruhan
jumlah tanaman pokok yang ditanam, di Ds. Wonoasri 20% merupakan tanaman
eksotik, dan 80% merupakan tanaman asli Meru Betiri. Ds. Andongrejo dan Ds.
Curahnongko menunjukkan bahwa 19% adalah tanaman eksotik, sedangkan 81%

yang merupakan tanaman asli Meru Betiri. Beberapa penyimpangan lain yang
terjadi adalah homogennya tanaman pokok pada sebagian lahan andil rehabilitasi,
jarak penanaman yang melebihi aturan 5 x 5 m, dan adanya pemotongan atau
pembakaran terhadap tanaman pokok yang tidak memberikan hasil buah.
Tanaman tumpangsari yang ditanam oleh masyarakat terdiri dari tiga
macam, yaitu tanaman musiman (Padi, Jagung, Kedelai, Kacang tanah, Kacang
hijau, Kacang tunggak), sayuran (Kacang panjang, Cabe, Ubi), dan tanaman obat
(empon-empon). Karena sistem pengolahan lahan yang mereka gunakan adalah
sistem tadah hujan dengan kondisi lahannya kering, sehingga maksimal mereka
hanya mampu panen sebanyak tiga kali per tahun. Pelanggaran yang masih terjadi
adalah adanya penanaman tembakau yang dilakukan oleh beberapa petani di lahan
rehabilitasi. Padi merupakan jenis produk yang paling utama bagi masyarakat,
karena tanaman ini oleh sebagian besar masyarakat akan dikonsumsi sendiri untuk
kebutuhan makan sehari-hari.
Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan total KTMR yang berasal dari
kegiatan rehabilitasi dan kegiatan non rehabilitasi, diketahui bahwa kontribusi
rehabilitasi signifikan terhadap pendapatan total petani karena nilainya lebih besar
dari 20% hal ini sesuai dengan pernyataan Gittinger (1986). Rata-rata pendapatan
rehabilitasi masyarakat di Ds. Wonoasri adalah Rp 1.914.683, sedangkan
pendapatan totalnya memiliki rata-rata Rp 5.282.003. Sehingga apabila dihitung

kontribusi rehabilitasi terhadap pendapatan total adalah 36%. Di Ds. Andongrejo
dan Ds. Curahnongko, rata-rata pendapatan dari kegiatan rehabilitasi adalah Rp
Rp 1.753.933, dengan rata-rata pendapatan total sebesar Rp 5.775.783. Sehingga
dapat diketahui kontribusi rehabilitasi terhadap pendapatan total petani adalah
30%.

Hasil perhitungan terhadap alokasi waktu menunjukkan bahwa kegiatan
rehabilitasi memberikan manfaat yang cukup besar dalam mereduksi gangguan
masyarakat untuk masuk ke hutan TNMB. Hal ini dapat diketahui bahwa sebagian
besar petani menghabiskan waktunya untuk mengerjakan pertanian di lahan
rehabilitasi. Di Desa Wonoasri 59% waktu kerja petani selama satu tahun
dicurahkan di lahan rehabilitasi sehingga diduga dapat mereduksi gangguan hutan,
41% sisa waktu mereka merupakan ancaman bagi kawasan TNMB. Sebesar 54%
waktu yang digunakan petani di Desa Andongrejo dan Desa Curahnongko dapat
mereduksi gangguan hutan, sedangkan sisanya 46% yang diduga akan menjadi
ancaman bagi kawasan TNMB.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 6 Mei 1983,

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Purwadi dan Ibu Hanifah. Pendidikan formal penulis dimulai pada
tahun 1987 di TK Dharmawanita Branggahan. Pada tahun 1989
melanjutkan ke SD Negeri Branggahan II dan lulus pada tahun
1995. Penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Ngadiluwih dan lulus
pada tahun 1998. Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMU Neger 4 Kediri dan
lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(UMPTN) di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan.
Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis aktif di
Himpunan Profesi (HimPro) Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan
(HIMAKOVA) Kelompok Pemerhati Kupu-kupu (KPK) periode 2002-2004.
Penulis pernah mengikuti magang di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB).
penulis pernah mengikuti P3H (Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan) di
Cagar Alam Taman Wisata Kamojang-Leuweung Sancang dan Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Garut pada tahun 2004 dan pada awal tahun 2005
penulis juga mengikuti PKLP (praktek Kerja Lapang Profesi) di Taman Nasional
Meru Betiri, Jawa Timur.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan,

penulis melakukan penelitian dengan judul ”Studi Manfaat Kegiatan
Rehabilitasi dalam Peningkatan Pendapatan dan Reduksi Gangguan
terhadap Kawasan Taman Nasional Meru Betiri”, di bawah bimbingan Dr. Ir.
Rinekso Soekmadi, M.Sc.F. dan Ir. Ervizal A.M. Zuhud, M.S.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang telah diberikan, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2005 ialah
Analisis Kegiatan Rehabilitasi dengan judul ”Studi Manfaat Kegiatan
Rehabilitasi dalam Peningkatan Pendapatan dan Reduksi Gangguan
terhadap Kawasan Taman Nasional Meru Betiri”. Sebagai syarat dalam
memperoleh gelar sarjana pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu, memberi doa
dan dorongan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan tulisan masih kurang sempurna,
sehingga sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
yang berkepentingan dengan karya ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya

ilmiah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bogor, Januari 2006

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmad-Nya, kekuasaan-Nya serta kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan
karya kecil ini. Dengan segala hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu dengan penuh doa dan kasih sayangnya sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini. Adik tercinta, Hariadi yang selalu menjadi
penyemangat bagi penulis. Mbah Kung, Emak, Bu Lek dan Pak Lek yang
selalu mendoakan penulis.
2. Bapak Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M. Sc. F dan Bapak Ir. Ervizal A.M. Zuhud.
.M Selaku pembimbing penulis yang dengan kesabaran membimbing penulis.
Dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Yusram Massijaya, M.S. selaku penguji wakil dari
Departemen Hasil Hutan dan Bapak Ir. Purwowidodo sebagai penguji wakil
dari Departemen Silvikultur.
4. Bapak Ir. Siswoyo sebagai kepala Balai TN Meru Betiri yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di TN Meru Betiri yang
dipimpinnya, serta seluruh petugas baik Polisi Hutan (Polhut), Pengendali
Ekosistem Hutan (PEH) maupun staf lainnya di TN Meru Betiri yang telah
membantu penulis dalam memperoleh data.
5. Bapak Kaswinto dan segenap seluruh anggota LSM KAIL yang telah
membantu penulis dalam memperoleh data.
6. Bapak Nazrul Jamil, S.Hut yang selalu memberikan pengarahan kepada
penulis.
7. Masyarakat Desa Wonoasri, Desa Andongrejo dan Desa Curahnongko telah
membantu penulis dalam memperoleh data.
8. Seluruh Staf KPAP DKSHE, Ibu Evan, Ibu Tuti, Ibu Titin, Ibu Eti, Bapak Acu
dan Teh Sri yang telah membantu penulis dalam administrasinya.
9. Semua rekan-rekan DKSHE angkatan 38 : Eka, Yanie, Desi, Rita, Mungki dan
rekan-rekan lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, serta rekan-rekan
Fahutan IPB terimakasih atas kebersamaan dan persaudaraan dalam suka dan
duka selama ini.
10. Semua pihak lainnya yang telah banyak membantu penulis.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan ...................................................................................................... 3
Manfaat Penelitian .................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Zona Rehabilitasi ..................................................................................... 4
Rehabilitasi Lahan ................................................................................... 4
Gangguan Hutan....................................................................................... 6
Persepsi, Sikap dan Perilaku .................................................................... 7
Konsep Persepsi ............................................................................. 7
Konsep Sikap ................................................................................. 8
Konsep Perilaku ............................................................................. 9
Pendapatan Usahatani ............................................................................. 10
Pengeluaran ............................................................................................. 11
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat ......................................................... 11
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. 13
Obyek dan Alat yang Digunakan ........................................................... 13
Jenis Data yang Diambil ........................................................................ 14
Cara Pengambilan Data .......................................................................... 14
Teknik Pengambilan Contoh .................................................................. 15
Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 16
Pengetahuan, Persepsi, Sikap dan Perilaku ................................... 16
Pendapatan dan Pengeluaran KTMR ............................................ 16
Penghitungan alokasi waktu.......................................................... 17
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Sejarah Zona Rehabilitasi ..................................................................... 18
Kondisi Desa Penelitian ........................................................................ 19
Letak Desa Penelitian .................................................................... 19
Kondisi Fisik Lokasi Penelitian .................................................... 19
Tata Guna dan Penggunaan Lahan di Desa Lokasi Penelitian ...... 20
Kondisi Sosial Ekonomi Desa Penelitian ...................................... 20
Peta Topografi Zona Rehabilitasi.................................................. 23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden ....................................................................... 24
Pendidikan Formal ........................................................................ 24
Jumlah Tanggungan Keluarga ..................................................... 25
Luas Kepemilikan Lahan .............................................................. 25
Mata Pencaharian .......................................................................... 26

Kelas Pendapatan .......................................................................... 28
Tingkat Kesejahteraan ................................................................... 29
Pengetahuan, Persepsi, Sikap dan Perilaku ................................... 30
Pendapatan Masyarakat......................................................................... 38
Sumber Pendapatan ....................................................................... 38
Besarnya Pendapatan .................................................................... 39
Kontribusi Kegiatan Rehabilitasi terhadap Pendapatan Total
KTMR ........................................................................................... 41
Reduksi Gangguan Hutan ..................................................................... 44
Kegiatan Rehabilitasi dalam Konteks Keanekaragaman Hayati ........... 46
Keanekaragaman Hayati Flora ...................................................... 46
Keanekargaman Hayati Fauna ...................................................... 49
Dampak Spesies Introduksi ........................................................... 51
Kegiatan Rehabilitasi TNMB........................................................ 53
Peta Zona Rehabilitasi TNMB ...................................................... 56
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................... 57
Saran...................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
LAMPIRAN .................................................................................................... 61

DAFTAR TABEL
No

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Halaman.

Batas-batas Wilayah Lokasi Penelitian di Daerah Penyangga TNMB .... 19
Tata Guna dan Pola Penggunaan Lahan di Desa Lokasi Penelitian.......... 20
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Desa Lokasi Penelitian ...... 21
Struktur Umur di Desa Lokasi Penelitian ................................................. 21
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Lokasi Penelitian .......................... 22
Jenis Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Lokasi Penelitian ............... 22
Karakteristik Tingkat Pendidikan Kelompok Tani Mitra Rehabilitasi
(KTMR) .................................................................................................... 24
8. Karakteristik Tingkat Pendidikan Non Kelompok Tani
Mitra Rehabilitasi ( Non KTMR) .............................................................. 24
9. Karakteristik Tanggungan Keluarga Kelompok Tani Mitra
Rehabilitasi (KTMR) ................................................................................ 25
10. Karakteristik Tanggungan Keluarga Non Kelompok Tani
Mitra Rehabilitasi ( Non KTMR) .............................................................. 25
11. Kriteria Luas Kepemilikan Lahan Andil di Zona Rehabilitasi ................. 26
12. Kriteria Luas Kepemilikan Lahan Milik di luar Zona Rehabilitasi ......... 26
13. Kriteria Luas Kepemilikan Lahan Milik Non KTMR .............................. 26
14. Pendapatan Total KTMR Berdasarkan UMK Tahun 2005 ....................... 28
15. Pendapatan Total Non KTMR Berdasarkan UMK Tahun 2005 ............... 28
16. Rekapitulasi Data Tingkat Kesejahteraan KTMR..................................... 29
17. Rekapitulasi Data Tingkat Kesejahteraan Non KTMR............................. 30
18. Pendapatan Total KTMR di Lokasi Penelitian ......................................... 40
19. Kontribusi Rehabilitasi Terhadap Pendapatan Total KTMR di
Ds. Wonoasri ............................................................................................. 42
20. Kontribusi Rehabilitasi Terhadap Pendapatan Total KTMR di
Ds. Andongrejo dan Ds. Curahnongko ..................................................... 43
21. Rekapitulasi Alokasi Waktu Kegiatan Pertanian di Zona Rehabilitasi..... 45
22. Perbandingan antara Waktu Kerja Penuh dengan Waktu Kerja di Lahan
Rehabilitasi ............................................................................................... 46

DAFTAR GAMBAR
No.

Halaman

1. Kondisi Lahan Ditanami Tembakau ........................................................... 38
2. Pemotongan Kepuh ..................................................................................... 38
3. Tanaman Tumpangsari Kacang Tanah di Lahan Rehabilitasi .................... 39
4. Diagram Tanaman Pokok Ds. Wonoasri..................................................... 48
5. Diagram Tanaman Pokok Ds. Wonoasri..................................................... 48
6. Peta Topografi TNMB ................................................................................ 56
7. Peta Zona Rehabilitasi TNMB .................................................................... 56

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

1. Rekapitulasi Data Anggota KTMR Desa Wonoasri ................................. 61
2. Rekapitulasi Data Anggota KTMR Desa Andongrejo dan Desa
Curahnongko ............................................................................................. 63
3. Rekapitulasi Data Non KTMR Desa Wonoasri ........................................ 65
4. Rekapitulasi Data Non KTMR Desa Curahnongko dan Desa
Andongrejo................................................................................................ 66
5. Karakteristik Mata Pencaharian KTMR.................................................... 67
6. Karakteristik Mata Pencaharian Non KTMR............................................ 67
7. Pengetahuan dan Persepsi KTMR............................................................. 68
8. Sikap KTMR ............................................................................................. 69
9. Perilaku KTMR ......................................................................................... 69
10. Pengetahuan dan Persepsi Non KTMR ..................................................... 70
11. Sikap Non KTMR ..................................................................................... 71
12. Perilaku Non KTMR ................................................................................. 71
13. Alokasi Waktu Harian Petani anggota KTMR di Ds. Wonoasri .............. 72
14. Alokasi Waktu Petani anggota KTMR di Ds. Andongrejo dan
Ds. Curahnongko ...................................................................................... 74
15. Rekapitulasi Jumlah Anggota dan Luas Lahan Rehabilitasi .................... 76
16. Rekapitulasi Jenis dan Jumlah Tanaman Pokok di Ds. Wonoasri ............ 77
17. Rekapitulasi Jenis dan Jumlah Tanaman Pokok di Ds. Andongrejo dan
Ds. Curahnongko ...................................................................................... 79
18. Rekapitulasi Jenis dan Hasil Panen Tanaman Palawija Ds. Wonoasri ..... 80
19. Rekapitulasi Jenis dan Hasil Panen Tanaman Palawija
Ds. Andongrejo dan Ds. Curahnongko ..................................................... 82
20. Kalender Musim Pertanian Masyarakat Ds. Penyangga di Lahan
Rehabilitasi TNMB ................................................................................... 84
21. Kuisioner Penelitian .................................................................................. 85
22. Profil Tanaman Pokok............................................................................... 89

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) merupakan salah satu Taman
Nasional yang memiliki zona Rehabilitasi. Menurut Keputusan Direktur Jenderal
Perlindungan dan Konservasi Alam Nomor: 185/ Kpts/ DJ-V/ 1999 tanggal 13
Desember 1999, menyatakan bahwa luas zona Rehabilitasi di TNMB adalah 4.023
hektar.
TNMB sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli
keberadaannya saat ini telah mengalami kepunahan dan kelangkaan. Kelangkaan
ini disebabkan karena jumlahnya yang sedikit dan terus mengalami berbagai
tekanan yang sangat luar biasa. Akhir-akhir ini gangguan dan ancaman terhadap
TNMB sebagai kawasan pelestarian alam semakin meningkat. Terutama ketika
era reformasi mulai bergulir, muncul anggapan dari masyarakat bahwa sumber
daya hutan sebagai ladang tidak bertuan yang setiap orang berhak untuk
mengeksploitasinya. Hal inilah yang mengakibatkan deforestasi dan degradasi
lahan di Taman Nasional Meru Betiri.
Menurut catatan sejarah Koservasi Alam Indonesia Lestari (2004), pada
tahun 1998 telah terjadi pembabatan hutan jati secara besar-besaran. Selama
kurang lebih 6 (enam) bulan, maka sekitar 4.000 Ha hutan jati tersebut telah habis
dijarah dan dijadikan sebagai lahan pertanian. Dan akhirnya berdasarkan
Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, maka sekitar
4.000 Ha luas lahan bekas jati tersebut dikapling dan ditetapkan sebagai zona
rehabilitasi.
Rehabilitasi merupakan upaya memulihkan fungsi dan kondisi kawasan
yang telah rusak tersebut melalui kegiatan penanaman, pengayaan jenis dan
pemeliharaan dengan tumbuhan asli setempat. Penanaman tanaman keras atau
tanaman pokok selain berfungsi untuk mengembalikan kondisi hutan yang telah
gundul, tetapi juga diharapkan dapat dijadikan sumber pendapatan bagi
masyarakat di masa yang akan datang melalui hasil buahnya. Pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi tersebut berdasarkan pola kemitraan telah melibatkan
masyarakat dan berbagai stakeholder lainnya.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
kegiatan rehabilitasi tersebut. Salah satu faktor utamanya adalah yang terkait
dengan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan dan tingkat pemahamannya
terhadap kegiatan rehabilitasi. Tingkat pedapatan merupakan salah satu indikator
bagi kesejahteraan masyarakat. Jika kebutuhan sosial masyarakat terpenuhi dan
kondisi ekonomi masyarakat semakin membaik yang diikuti dengan peningkatan
kesadaran mereka terhadap pelestarian alam, maka diharapkan tekanan terhadap
Taman Nasional akan semakin berkurang. Melalui kegiatan rehabilitasi inilah
diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang rendah dari hasil
tanaman pokok maupun tanaman tumpangsari, sehingga kebutuhan masyarakat
terpenuhi tanpa harus mengambil sumberdaya alam di hutan.
Permasalahan yang kini dihadapi dari kegiatan rehabilitasi di TNMB
adalah belum diketahuinya berapa besar kontribusi rehabilitasi dapat memberikan
dukungan nyata bagi kehidupan masyarakat di sekitar hutan TNMB. Alokasi
waktu yang digunakan dalam kegiatan rehabilitasi juga menjadi bagian yang
penting untuk dikaji dalam kaitannya mempengaruhi peluang masyarakat untuk
masuk ke hutan. Jika kontribusi rehabilitasi terhadap pendapatan petani besar dan
waktu yang dibutuhkan petani di dalam kegiatan pertanian di lahan rehabilitasi
menunjukkan nilai yang tinggi maka diharapkan akan mampu untuk mereduksi
gangguan masyarakat terhadap hutan TNMB. Selain permasalahan tersebut,
kepastian berusaha bagi Kelompok Tani Mitra Rehabilitasi (KTMR) diantaranya
kemantapan status kepemilikan, de facto atau de jure yang merupakan salah satu
faktor pendukung keberhasilan Pengelolaan Hutan oleh Masyarakat (PHM)
sampai saat ini belum memberikan kejelasan.
Oleh karena itu perlu diketahui seberapa besar arti zona rehabilitasi bagi
masyarakat di sekitarnya. Apakah keberadaannya dapat memberikan manfaat
ataukah sebaliknya. Informasi tersebut dapat diperoleh dari berbagai persepsi
masyarakat terhadap kegiatan rehabilitasi, perasaan mereka ditunjukkan melalui
sikap dan diikuti oleh tindakan/perilaku yang mendukung atau menghambat
kegiatan rehabilitasi.

Tujuan
Mengkaji manfaat kegiatan rehabilitasi dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Meru Betiri dan pengaruhnya
untuk mereduksi gangguan masyarakat terhadap kawasan konservasi di taman
nasional.
Manfaat Penelitian
Dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dari
lapang secara benar dan valid sehingga dapat dijadikan masukan bagi
penyempurnaan kegiatan rehabilitasi di Taman Nasional Meru Betiri di masa
yang akan datang.

TINJAUAN PUSTAKA
Zona Rehabilitasi
Untuk mempermudah pengelolaan suatu kawasan yang dilindungi beserta
sumberdayanya, maka perlu dilakukan penetapan dan pembagian zonasi.
Penetapan zonasi adalah proses penerapan berbagai tujuan dan peraturan
pengelolaan ke dalam berbagai kegiatan atau zona suatu kawasan yang dilindungi
(MacKinnon et al. 1993 dan Anonim, 1986 dalam Ulfah, 1998) :
1. Zona rekreasi (Outdoor recreation), untuk rekreasi di alam terbuka
2. Zona rehabilitasi (Rehabilitation zone), yang merupakan wilayah yang
dikhususkan untuk memeperbaiki vegetasi atau habitat satwa yang rusak
3. Zona pemanfaatan tradisional (Traditional zone), dimana dapat dimanfaatkan
guna memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitarnya.
4. Zona kultural (Protected Anthropological), yang merupakan suatu wilayah
yang diketahui sebagai tempat sejarah perkembangan budaya manusia.
Menurut BKSDA IV (1995), zona rehabilitasi meliputi kawasan yang
lokasinya berdekatan dengan kawasan pemukiman. Zona tersebut diantaranya
adalah berupa tegakan jati yang sudah banyak mengalami gangguan masyarakat.
Zona ini dapat dikelola sebagai zona pemanfaatan tradisional yang dapat
memberikan acces/kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan sumberdaya
alam yang hanya bisa didapat dari kawasan. Selain itu pengelolaan zona tersebut
dapat dikaitkan dengan pengembangan zona penyangga yang berada di luar
kawasan.
Rehabilitasi Lahan
Rehabilitasi lahan merupakan upaya yang dititik beratkan pada usaha yang
dapat merangsang partisipasi masyarakat yang bersangkutan dan meningkatkan
kemampuannya sesuai dengan kewajibannya, dalam melestarikan dan memelihara
lahan yang digarap atau dimilikinya. Sehingga kegiatan ini bertujuan

untuk

memulihkan, meningkatkan dan mempertahankan kondisi lahan sehingga dapat
berfungsi secara optimal sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, dan
perlindungan alam lingkungan (Pamulardi, 1995).

Menurut Pasal 40 di dalam Undang-undang No. 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan menyebutkan bahwa rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk
memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan
sehingga daya dukung, produktivitas, dan perannya dalam mendukung sistem
penyangga kehidupan tetap terjaga. Kemudian di dalam pasal 41 disebutkan
bahwa rehabilitasi hutan dan lahan diselenggarakan melalui kegiatan reboisasi,
penghijauan, pemeliharaan, pengayaan tanaman atau penerapan teknik konservasi
tanah secara vegetatif dan sipil teknik, pada lahan kritis dan tidak produktif.
Prinsip dasar pelaksanaan Rehabilitasi menurut Direktorat Konservasi
Kawasan (2001) harus mengacu pada :
1. Pelestarian keanekaragaman jenis
Prinsip ini menuntut adanya keanekaragaman jenis yang tinggi dalam
menentukan jenis tumbuhan, jumlah dan anakan atau bibit yang akan
digunakan dalam rehabilitasi kawasan taman nasional.
2. Pembinaan dan peningkatan kualitas habitat
Mengacu pada pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan rehabilitasi untuk
menjamin pulihnya kondisi dan fungsi kawasan secara lestari. Untuk itu setiap
pelaksanaan kegiatan rehabilitasi kawasan taman nasional harus diarahkan
semaksimal mungkin pada pemulihan kondisi kawasan seperti keadaan
semula.
3. Melibatkan keikutsertaan para pihak terkait (stakeholders)
Setiap kegiatan yang dilakukan harus jelas standar, prosedur dan hasilnya
serta jelas pula tanggung jawab setiap pihak yang berperan dalam pelaksanaan
rehabilitasi kawasan Taman Nasional, sehingga masing-masing dapat
dimintakan tanggung jawabnya. Kejelasan tanggung jawab ini menyangkut
pihak pemerintahan pusat, pemerintah daerah dan masyarakat peserta kegiatan
maupun perorangan dan atau lembaga-lembaga dan para pihak terkait.
Rehabilitasi adalah upaya memulihkan fungsi dan kondisi kawasan yang
rusak melalui kegiatan penanaman, pengayaan jenis dan pemeliharaan dengan
tumbuhan asli setempat. Patani peserta Rehabilitasi adalah warga masyarakat
yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) yang ikut
melakukan penanaman kembali di zona rehabilitasi. Sedangkan Kelompok Tani

Mitra Rehabilitasi (Ketan Merah) adalah kumpulan dari petani rehabilitasi yang
melakukan penanaman kembali zona Rehabilitasi (Balai Taman Nasional Meru
Betiri, 2004).
Menurut Alikodra dan Soekmadi (1991) dalam Mulyani (1997) diketahui
bahwa yang dimaksud daerah rehabilitasi adalah daerah yang terletak di dalam
kawasan konservasi diarahkan pada perbaikan setempat terhadap kerusakan akibat
pemanfaatan sumberdaya yang ada di dalam kawasan konservasi pada daerah
pemanfaatan tradisional.
Gangguan Hutan
Berdasarkan penyebabnya, gangguan hutan dapat digolongkan menjadi 2
(dua), yaitu gangguan yang disebabkan oleh manusia dan gangguan yang
disebabkan oleh daya alam. Gangguan hutan/taman nasional yang diakibatkan
oleh manusia adalah : penebangan liar/pencurian kayu, penyerobotan lahan
hutan/taman nasional, kebakaran hutan, perburuan liar terhadap satwa yang
dilindungi maupun yang tidak dilindungi termasuk perdagangannya, pengambilan
dan memperdagangkan flora yang dilindungi, penggembalaan ternak di kawasan
hutan/taman nasional. Kemudian gangguan hutan yang disebabkan oleh daya alam
adalah karena kebakaran hutan karena kilat dan kemarau, letusan gunung berapi,
hujan deras dan lama yang kemudian menyebabkan terjadinya banjir, erosi, serta
tanah longsor, serangan hama dan penyakit (Sastrosemito, 1984 dalam Ekawati,
2000).
Terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan hutan
diantaranya adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi keadaan
hutan, sistem pengelolaan hutan, aparatur, sarana dan prasarana, serta dana.
Kemudian untuk faktor eksternnya adalah keadaan sosial ekonomi dan budaya
masyarakat (Dephut, 1985 dalam Ekawati, 2000).
Faktor yang menyebabkan masyarakat di sekitar TNMB masih sering
masuk ke dalam kawasan TNMB menurut Alikodra (1984) dalam Suryana (2004)
adalah :
1. Terpaksa oleh kebutuhan sehari-hari
2. Sumberdaya alam tersebut tidak di sekitar mereka

3. Tingkat kepemilikan lahan, kesempatan kerja dan produksi lahan yang rendah
4. Keterbatasan tenaga lapangan pengontrol kawasan hutan.
Menurut Haeruman (1988) bahwa jenis kerusakan sumberdaya hutan
menurut jenis kerusakan selama ini terdiri dari pencurian hasil hutan, kebakaran
hutan, perladangan liar, penggembalaan liar, pembabatan tanaman serta bencana
alam.
Persepsi, Sikap, dan Perilaku
Konsep Persepsi
Menurut Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa persepsi yang
kita kenal memiliki tiga dimensi yang sama yang menandai konsep diri :
1. Pengetahuan : Apa yang kita ketahui (kita anggap tahu) tentang pribadi lain
wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan sebagainya.
2. Pengharapan : Gagasan kita tentang orang itu menjadi apa dan mau
melakukan apa dipadukan dengan gagasan kita tentang seharusnya dia
menjadi apa dan melakukan apa.
3. Evaluasi : Kesimpulan kita tentang seseorang didasarkan pada bagaimana
seseorang (menurut pengetahuan kita tentang mereka) memenuhi pengharapan
kita tentang dia.
Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses perencanaan informasi
untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan
(penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sedangkan alat untuk
memahaminya adalah kesadaran atau kognisi (Sarwono 2002 dalam Insusanty
2003).
Harihanto (2001) yang tercantum dalam Insusanty (2003) menyatakan
bahwa persepsi pada hakekatnya adalah pandangan, interpretasi,

penilaian,

harapan dan atau aspirasi seseorang terhadap suatu obyek. Persepsi dibentuk
melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali dengan menerima rangsangan
atau stimulus dari obyek oleh indera (mata, hidung, telinga, kulit, dan mulut) dan
dipahami dengan interpretasi atau penafsiran tentang obyek. Respon ini berkaitan
dengan penerimaan atau penolakan oleh individu terhadap obyek yang dimaksud.
Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor intern yang ada dalam individu tersebut.

Bakat, minat, kemauan, perasaan, fantasi, kebutuhan, motivasi, jenis kelamin,
umur, kepribadian kebiasaan, dan lain-lain serta sifat lain yang khas dimiliki oleh
seseorang. Persepsi juga dipengaaruhi oleh faktor sosial budaya dan sosial
ekonomi seperti pendidikan lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya.
Konsep Sikap
Definisi sikap itu menggambarkan bahwa sikap adalah kesiapan, kesediaan
untuk bereaksi terhadap suatu obyek, jadi masih berupa kecenderungan dalam
bertindak demi seseorang (Insusanty, 2003).
Kelangsungan hidup kawasan yang dilindungi sangat tergantung pada sikap
penduduk setempat, dan dukungan masyarakat pada tingkat lokal maupun
nasional merupakan komponen penting dari pengelolaan.

Menurut hasil

pengamatan Satuan Tugas Badan Satwaliar India (Pemerintah India, 1983)
menyebutkan bahwa sikap penduduk pedesaan ditentukan oleh tingkat
ketergantungan mereka terhadap hutan untuk pakan ternak, kayu bakar, bahan
bangunan dan hasil hutan lainnya (MacKinnon et al 1990).
Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa suatu sikap adalah
sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang obyek tertentu dan
kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tersebut dengan cara tertentu.
Berdasarkan definisi tersebut suatu sikap mengandung tiga komponen; (1)
Komponen kognitif/keyakinan; (2) Komponen emosi/perasaan; (3) Komponen
perilaku/tindakan. Sikap juga mempunyai tiga fungsi yaitu :
(1)

Sikap punya fungsi organisasi, keyakinan yang terkandung dalam sikap kita
memungkinkan kita mengorganisasikan pengalaman sosial kita;

(2)

Sikap memberikan fungsi kegunaan, kita menggunakan sikap untuk
menegaskan sikap orang lain dan selanjutnya memperoleh persetujuan
sosial;

(3)

Sikap itu memberikan fungsi perlindungan, sikap menjaga kita dari
ancaman terhadap harga diri kita.

Konsep Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam
gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republika Indonesia (1988) dalam Insusanty (2003). Menurut
Sumardi et al. (1997) yang dikutip dalam Insusanty (2003), menyatakan bahwa
perilaku seseorang terhadap keberadaan suatu obyek, dari dalam maupun dari
luar.

Faktor individu meliputi keadaan seseorang terdiri dari status sosial,

ekonomi, dan budaya. Sedangkan yang berasal dari faktor luar meliputi segala
sesuatu yang ada di sekitarnya yang mampu mempengaruhi seseorang untuk
berperan terhadap suatu kegiatan tertentu, seperti masyarakat dan kebijakan
pemerintah.
Menurut teori pemenuhan kebutuhan (Satisfaction of Needs Theory) yang
dikemukakan oleh Abraham Maslow dalam Insusanty (2003) beranggapan bahwa
perilaku manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya.
Maslow menyusun lima jenjang kebutuhan pokok manusia sebagai berikut :
1. Kebutuhan mempertahankan hidup (physiological needs)
2. Manifestasi kebutuhan ini tampakk pada 3 hal, yaitu : sandang, pangan, dan
papann. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi
kebutuhan psikologis dan biologis.
3. Kebutuhan rasa aman (safety needs)
4. Manifestasi kebutuhan ini tampak pada kebutuhaan akan keamanan jiwa,
dimana manusia berada, kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil,
pensiun dan jaminan hari tua.
5. Kebutuhan sosial (social needs)
Manifestasi kebutuhan ini tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima
oleh orang lain (sense of participation)
6. Kebutuhan akan penghargaan/prestice (esteem needs)
Semakin tinggi status seseorang semakin tinggi pula prestisenya.
7. Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (self actualization)
Kebutuhan ini manifestasinya tampak pada keinginan mengembangkan
kapasitas mental dan kapasitas kerja.

Pendapatan Usahatani
Menurut Soeharjo dan Parong (1973) pendapatan usahatani adalah selisih
antara penerimaan yang diperoleh dari produksi di lapangan pertanian dengan
biaya yang dikeluarkan.
Menurut Soekartawi, Soeharjo, Dillon, dan Hardaker (1986) menyatakan
bahwa pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai
produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang
tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya setahun, dan mencakup semua
produk yang:
1. Dijual
2. Dikonsumsi rumah tangga petani
3. Digunakan dalam usahatani untuk bibit/makanan ternak
4. Digunakan untuk pembayaran dan disimpan di gudang pada akhir tahun.
Lebih lanjut Soekartawi et al. (1986) menjelaskan bahwa pendapatan kotor
usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam
usahatani.
Pendapatan bersih usahatani (net farm income) adalah selisih antara
pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih
usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan
faktor – faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri/modal
pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani Soekartawi et al. (1986).
Soeharjo et al. (1973) menyatakan bahwa pendapatan yang diterima seorang
petani dalam satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima petani lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah:
1. Luas usahatani meliputi:
a. Areal tanaman
b. Luas pertanaman
c. Luas pertanaman rata-rata
2. Tingkat produksi
Ukuran – ukuran tingkat produksi
a. Produksi
b. Indeks pertanaman

3. Pilihan dan kombinasi cabang usaha
4. Intensitas pengusahaan pertanaman
5. Efisiensi tenaga kerja
Pengeluaran
Pengeluaran untuk kebutuhan hidup terdiri dari pengeluaran untuk
makanan, pakaian, pemeliharaan rumah, kesehatan, rekreasi, partisipasi sosial
(Soeharjo et al., 1973).
Menurut Soekartawi et al. (1986) pengeluaran total usahatani didefinisikan
sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam
produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat
Indonesia telah dikenal sebagai negara agraris, dimana sebagian besar
penduduknya masih berada di desa dan bertani. Akan tetapi petani yang ada di
negeri ini masih banyak yang hidupnya jauh dari sejahtera. Menurut Awang
(2002) ada dua faktor yang menyebabkan petani kurang sejahtera, antara lain :
1. Faktor luar : kondisi alam yang kurang mendukung, faktor keterbatasan modal
untuk membeli keperluan pertanian, dan keterbatasan pengetahuan tentang
pertanian yang bisa menyebabkan kurang berhasilnya pertanian atau bahkan
gagal.
2. Faktor dalam : Gaya hidup yang dapat dihubungkan dengan tradisi atau adat
yang ada dan juga faktor mentalitas seperti nrimo (menerima apa adanya) dan
kurang bersemangat dalam bekerja.
Secara umum kondisi sejahtera yang diinginkan oleh masyarakat adalah
apabila mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan berlandaskan pada suatu
kesadaran dalam menentukan pilihan hidup bagi diri dan keluarganya seperti
dalam mendapatkan mata pencaharian, pendidikan, perumahan, pangan,
keamanan, ketenteraman dan persaudaraan diantara anggota kerabat (Twikromo,
Krisnadewara, Maryatmo, 1995).
Menurut UU No. 16 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan
Sosial, kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan sosial material maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman batin

yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaikbaiknya bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi
hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Menurut Biro Pusat Statistik (1986) dalam Hidayat (1999) menyebutkan
bahwa salah satu indikator untuk menentukan tingkat kesejahteraan rumah tangga
adalah pendapatan rumah tangga yaitu seluruh penghasilan/penerimaan semua
anggota rumah tangga, pendapatan lainnya, maupun pendapatan transfer (sisa
antara penerimaan dari sumber/kiriman dan pemberian sumbangan/kiriman.
Suatu keluarga dikatakan sejahtera apabila seluruh kebutuhan hidup, baik
jasmani maupun rohani dari keluarga tersebut dapat dipenuhi, sesuai dengan
tingkat hidup dari masing-masing keluarga itu sendiri. Salah satu variabel yang
kuat dalam menggambarkan kesejahteraan adalah tingkat pendapatan keluarga,
dimana pendapatan itu sendiri dipengaruhi oleh upah dan produktifitas (Biro Pusat
Statistik,1986 dalam Hidayat, 1999).
Biro Pusat Statistik (1991) dalam Alfiyah (2002) menyebutkan bahwa
kesejahteraan bersifat subyektif, sehingga ukuran kesejahteraan berkaitan erat
dengan kebutuhan dasar. Apabila kebutuhan dasar bagi individu atau keluarga
dapat dipenuhi, maka dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan dari individu atau
keluarga tersebut sudah tercapai. Kebutuhan dasar erat kaitannya dengan
kemiskinan, apabila kebutuhan dasar belum terpenuhi oleh individu atau keluarga,
maka dikatakan bahwa individu atau keluarga tersebut berada di bawah garis
kemiskinan.
Secara teoritis ada beberapa konsep untuk mengukur suatu kemiskinan,
antara lain ukuran absolut dan ukuran relatif. Pengukuran secara absolut dilakukan
oleh Sayogyo (1977) yang menggunakan garis kemiskinan, dimana terdapat tiga
kategori, diantaranya adalah :
ƒ

Miskin

ƒ

Miskin sekali : Pengeluaran antara (180 – 320) kg beras per kapita per tahun

ƒ

Paling miskin : Pengeluaran < 180 kg beras per kapita per tahun

: Pengeluaran < 320 kg beras per kapita per tahun

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu mulai bulan
September sampai dengan Oktober 2005. Waktu pelaksanaan penelitian ini
bertepatan dengan musim kemarau, sehingga pada musim tersebut jarang
ditemukan tanaman tumpangsari di lahan rehabilitasi tersebut. Penelitian ini
dilaksanakan di Seksi Konservasi II Ambulu, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten
Jember, Jawa Timur. Adapun lokasi penelitiannya adalah di dua resort dan terdiri
dari tiga desa, yaitu Desa Wonoasri (Resort Wonoasri), Desa Andongrejo dan
Desa Curahnongko (Resort Andongrejo).
Obyek dan Alat yang Digunakan
Obyek penelitian ini adalah zona rehabilitasi dan masyarakat di tiga desa
daerah penyangga baik itu yang tergabung dalam Kelompok Tani Mitra
Rehabilitasi (KTMR) ataupun non KTMR, serta lahan rehabilitasi. Sedangkan alat
yang digunakan adalah :
1. Data dasar profil desa/kelurahan Ds. Wonoasri, Ds. Andongrejo dan Ds.
Curahnongko sebagai sumber data penduduk dan kondisi umum lokasi
penelitian.
2. Panduan wawancara dan kuisioner untuk masyarakat KTMR dan non KTMR
3. Kamera yang digunakan untuk mengambil gambar atau dokumentasi
4. Alat perekam, untuk merekam kegiatan wawancara
5. Alat tulis menulis, untuk mencatat data hasil wawancara dan observasi
lapangan.
6. Kompas, pita ukur, tali, haga hypsometer untuk membuat profil tanaman
pokok.

Jenis Data yang Diambil
Dalam penelitian ini, jenis data yang diambil adalah data utama dan data
penunjang. Data utama adalah data penting yang dibutuhkan dalam kegiatan
penelitian. Sedangkan data penunjang adalah data yang diambil sebagai
pendukung data utama.
Data utama :
1. Karakteristik Responden (Pendidikan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Luas
kepemilikan lahan, Mata Pencaharian, Kelas Pendapatan)
2. Jenis dan jumlah tanaman pokok
3. Jenis dan hasil panen tanaman tumpangsari
4. Persepsi, sikap dan perilaku responden terhadap hutan dan kegiatan
rehabilitasi
5. Pendapatan dan pengeluaran responden
6. Waktu petani dalam kegiatan rehabilitasi
7. Profil vegetasi umur dua tahun, lima tahun, dan tujuh tahun
Data penunjang :
1. Sejarah zona Rehabilitasi
2. Kondisi umum KTMR (Jumlah KTMR, luas lahan, jenis tanaman, hasil panen,
musim panen).
3. Monografi desa
4. Tumbuhan dan satwaliar di lahan rehabilitasi.
Cara Pengambilan Data
Data pokok dan data penunjang diperoleh melalui dua cara, yaitu melalui
studi literatur dan penelusuran dokumen, atau diambil secara langsung di lapangan
melalui observasi dan wawancara secara langsung dengan ketua/anggota
Kelompok Tani Mitra Rehabilitasi (KTMR) dan masyarakat Non KTMR, petugas
Taman Nasional, serta Stakeholder/LSM yang terkait. Wawancara tersebut
dilakukan di lahan dan melalui kunjungan dari rumah ke rumah. Wawancara
dilakukan secara terstruktur dan semi terbuka, dengan maksud untuk memberikan
kesempatan yang luas bagi responden dalam mengemukakan pendapatnya dengan
suasana yang lebih santai tanpa dibebani rasa takut.

Data tanaman pokok dan tanaman tumpangsari diperoleh dari pengamatan
secara langsung di lahan rehabilitasi dengan cara menghitung jumlah tanaman
pokok yang ada di setiap lahan milik responden, kemudian dikelompokkan sesuai
dengan jenisnya masing-masing. Pembuatan profil tanaman pokok dilakukan di
lahan rehabilitasi yang telah dipilih karena memiliki kondisi yang baik dan
dikelompokkan berdasarkan umur masing-masing, yaitu dua tahun, lima tahun
dan tujuh tahun. Data yang diambil adalah jenis pohon, tinggi pohon, jarak
tanaman, serta proyeksi tajuk terpanjang dan terpendek. Berdasarkan data tersebut
maka digambarkan profil vertikal dan horisontal.
Teknik Pengambilan Contoh
Pengelompokan lokasi penelitian didasarkan pada pembagian resort, y