Evaluasi program intensifikasi penangkaran bibit ternak ayam buras di Kabupaten Pandeglang

EVALUASI PROGRAM INTENSIFIKASI PENANGKARAN BIBIT
TERNAK AYAM BURAS DI KABUPATEN PANDEGLANG

SKRIPSI
AHMAD SAPURI

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
AHMAD SAPURI. D03497040. 2006. Evaluasi Program Intensifikasi
Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras Di Kabupaten Pandeglang. Skripsi.
Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Hj Dewi Ulfah Wardhani, MS
Pembimbing Anggota : Ir. Dwi Joko Setyono, MS
Berkaitan dengan upaya pembangunan pertanian khususnya Peternakan di
Kabupaten Pandeglang, Dinas peternakan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2000
melaksanakan program penangakaran bibit ayam buras di lokasi-lokasi yang terpilih

sebagai sentra pengembangan peternakan. Keberhasilan program penangkaran bibit
ternak ayam buras tersebut perlu diketahui lebih lanjut sebagai salah satu upaya
untuk perbaikan program di masa mendatang.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui kegiatan dan pembinaan
yang telah dilaksanakan, 2) Mempelajari persepsi peternak terhadap program
penangkaran, 3) Menganalisis pendapatan yang diperoleh dari usaha penangkaran.
Penelitian ini didesain sebagai studi kasus yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data
dilakukan pada bulan Februari - Maret 2002 di empat lokasi yaitu Kecamatan
Cadasari, Kecamatan Menes, Kecamatan Cibaliung, dan Kecamatan Cikeusik
Kabupaten Pandeglang. Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan peternak,
sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur, Dinas Peternakan, Biro pusat
Statistik, dan Instansi lainnya yang terkait. Analisis data yang dilakukan yaitu
analisis deskriptif dan analisis pendapatan.
Program penangkaran bibit ternak ayam buras berlokasi diempat Kecamatan,
pemberian bantuan uang tidak seluruhnya dipergunakan dan sarana produksi ternak
tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya, kegiatan pelatihan tatalaksana
pemeliharaan terlaksana pada awal penangkaran, dan kegiatan pembinaan
kewiraswastaan hanya terlaksana di salah satu kelompok.
Peternak setuju manfaat sosial ekonomi kegiatan penangkaran dalam mengisi

waktu luang, menambah kepemilikan ternak, menambah sumber penghasilan
terkecuali dalam menjadi sentra bibit. Peternak merasa manfaat kegiatan pelatihan
yaitu dalam menambah pengetahuan dan pengalaman, sedangkan materi dan
kegiatan temu usaha kurang bermanfaat. Tatalaksana yang mudah diterapkan yaitu
pemilihan bibit dan perkandangan, sedangkan cara vaksinasi, pemberian pakan, dan
penggunaan mesin tetas tidak mudah. Peternak setuju adanya kewajiban
pengembalian ternak, akan tetapi peternak tidak setuju terhadap jumlah ternak dan
jangka waktu pengembaliannya.
Usaha Penangkaran bibit ayam buras tidak dapat menghasilkan uang tunai
karena merugi. Meskipun demikian secara keseluruhan pendapatan total yang
diperoleh dari usaha tersebut bernilai positif karena pendapatan yang
diperhitungkannya positif. Rata-rata Pendapatan tunai, pendapatan yang
diperhitungkan dan pendapatan total usaha penangkaran yaitu Rp -42.297,50/tahun,
Rp163.651,25/tahun dan Rp 121.353, 75/tahun.
Kata Kunci : Evaluasi, Persepsi, Pendapatan

ABSTRACT
Evluation of Intensification Breeding Chicken Program
In Pandeglang
Sapuri, A., D. U. Wardhani, and D.J. Setyono

This research was to learned activity and construction, the farmer perception to the
program, and income analysis. This research was designed as a case study. Data
collected at Februari to March 2002. Analysis of Data is descriptive analysis and
income analysis. The Result of this research location implementation of the program
in four Subdistrict, activity performed is gift of aid working capital (cash money and
means produce), training of breeding, and activity of enterpreneur construction.
According to the farmer, benefit of economics and social of activity that is against
empty time, adding the ownership of chicken, adding production source. Farmer feel
benefit of activity of training that is in adding knowledge and experience, while
items and activity encounter effort less be useful. The way of breeding system easy
to applied that is election of bred and cage, exacpt way of vaccination, feeding, and
the used of machine hatch do not easy. Farmer agree existence of obligation of
chicken return, however farmer of adverse opinion to amount of chicken and
duration of its return. Effort of maintenance of chicken cannot yield cash because of
loss. Nevertheless the total income obtained from the effort valuable positive because
of calculated income positive. Average of cash income, calculated income and the
total income is Rp-42.297,50/year, Rp163.651,25/year And Rp 121.353, 75/year.
Keyword : Evaluation, Perception, Income

EVALUASI PROGRAM INTENSIFIKASI PENANGKARAN BIBIT

TERNAK AYAM BURAS DI KABUPATEN PANDEGLANG

AHMAD SAPURI
D03497009

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

EVALUASI PROGRAM INTENSIFIKASI PENANGKARAN BIBIT
TERNAK AYAM BURAS DI KABUPATEN PANDEGLANG

Oleh
AHMAD SAPURI

D03497040

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 23 Februari 2006

Pembimbing Utama

Ir. Hj. Dewi Ulfah Wardhani, MS
NIP. 131 878 941

Pembimbing Anggota

Ir. Dwi Joko Setyono, MS
NIP. 131 849 391

Dekan
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc

NIP. 131 624 188

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pandeglang, Banten pada tanggal 20 Agustus 1979
sebagai anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Aria dan Ibu (Almh)
Sanirah.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Menes V tahun 1985-1991.
Tahun 1991 penulis melanjutkan pendidikan ke MTs Mathla’ul Anwar Pusat Menes
dan lulus pada tahun 1994, kemudian melanjutkan ke SMU Negeri I Pandeglang dan
lulus tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis diterima sebagai mahasiswa Program
Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor melalui jalur UMPTN.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Himpunan Mahasiswa
Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) di divisi Pengabdian Pada
Masyarakat tahun 1998-1999, Program Pemberdayaan Masyarakat dan Potesi
Wilayah (PPMPW) LPM IPB, FAMM AL An’am di divisi Baitul Mal Watamwil
(BMT) tahun 1999-2000, Tim kesenian degung Gentra Kaheman FAPET IPB tahun
2000-2001, Gerakan Mahasiswa Banten (GEMA Banten) dan Keluarga Mahasiswa
Banten (KMB) 2000-2002.


KATA PENGANTAR
Usaha ternak ayam buras umumnya merupakan usaha ternak rakyat yang
menghadapi berbagai kendala diantaranya produktivitas yang rendah dan tingginya
angka kematian ternak terutama yang disebabkan oleh penyakit tetelo (Newcastle
Disease). Rendahnya tingkat adopsi teknologi di tingkat peternak dalam hal
perbaikan

tatalaksana

pemeliharaan

yang

masih

bersifat

tradisional

juga


mempengaruhi penampilan usahanya, sehingga manfaat yang dirasakan dari usaha
ternaknya belum optimal.
Program penangkaran bibit ternak ayam buras sebagai merupakan salah satu
upaya Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang yang dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan produksi dan produktivitas ternak melalui penerapan teknologi
Intensifikasi. Secara khusus program tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan bibit
ayam buras yang berkualitas baik, sehingga diharapkan masyarakat tidak mengalami
kesulitan dalam mencari bibit yang baik karena sudah tersedia di daerah tersebut.
Evaluasi program tersebut perlu diketahui sebagai upaya perbaikan program
di masa mendatang. Beberapa hal yang dikaji yaitu kegiatan yang telah dilaksanakan,
persepsi peternak terhadap program tersebut; dan pendapatan yang diperoleh dari
usaha penangkaran.

Bogor Februari 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

RINGKASAN ......................................................................................................
ABSTRACT

i

...................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Perumusan Masalah ................................................................................. 2
Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4
Karakteristik Ayam Buras .......................................................................

Tata Laksana Peternakan Ayam Buras ....................................................
Persepsi ....................................................................................................
Pendapatan Usaha Ternak ........................................................................
Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras ....................................

4
4
7
7
8

METODE ............................................................................................................. 10
Lokasi dan Waktu ....................................................................................
Populasi dan Sampel ................................................................................
Desain ......................................................................................................
Data dan Instrumentasi ............................................................................
Pengumpulan Data ...................................................................................
Analis Data ...............................................................................................
Definisi istilah ..........................................................................................


10
10
10
11
11
12

KEADAAN UMUM LOKASI ............................................................................ 14
Keadaan Alam dan Letak Geografi .........................................................
Jumlah Penduduk .....................................................................................
Wilayah Administrasi dan Pembangunan ................................................
Kondisi Umum Pertanian .........................................................................
Kondisi Umum Peternakan ......................................................................

14
14
15
15
16

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 18
Karakteristik Peternak ..............................................................................
Karakteristik Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras .................
Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras ....................................
Gambaran Umum Program ..........................................................
Bantuan Penguatan Modal Kelompok ..........................................
Pengembalian Bibit Ternak .........................................................
Kegiatan Pelatihan Tatalaksana Pemeliharaan .............................
Pembinaan Kewiraswastaan .........................................................
Persepsi Peternak Terhadap Program Penangkaran..................................
Aspek Manfaat Sosial dan Ekonomi .............................................
Aspek Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan ...................................
Aspek Penerapan Tatalaksana Pemeliharaan ................................
Aspek Kewajiban Pengembalian ..................................................
Pendapatan Usaha Penangkaran ...............................................................
Penerimaan ...................................................................................
Biaya ............................................................................................
Pendapatan ...................................................................................

18
19
28
28
30
33
33
36
36
36
38
39
41
42
42
44
46

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 48
Kesimpulan .............................................................................................. 48
Saran ........................................................................................................ 48
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 51
LAMPIRAN ......................................................................................................... 53

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Kepadatan Kandang Berdasarkan Jenis Ayam ....................................... 5

2.

Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 10

3.

Jenis Tanaman Pertanian Berdasarkan Luas Panen
Produksinya Tahun 2001 .......................................................................... 16

4.

Populasi Ternak di Kabupaten Pandeglang Tahun 1997-2000 ................ 17

5.

Populasi Ternak Ayam Buras per Kecamatan Di Kabupaten
Pandeglang Tahun 2000 ........................................................................... 17

6.

Karakteristik umur Peternak..................................................................... 18

7.

Motivasi Peternak dalam Menjalankan Usaha Penangkaran .................. 20

8.

Rata-Rata Jumlah Ternak Awal dan Ternak yang Dibeli
Sebagai Ukuran Skala Usaha Awal Penangkaran ............................................... 20

9.

Rata-rata Skala Usaha Awal dan Akhir Penangkaran .............................. 21

10. Rata-rata Mutasi Kepemilikan Ternak Penangkaran .............................. 21
11. Karakteristik kandang peternak Penangkar......................................................... 23

12. Bibit Awal dan Bibit yang Dibeli pada Usaha Penangkaran ................... 24
13. Frekuensi Pemberian Pakan dan Jenis Pakan ........................................... 25
14. Kegiatan Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit ................................. 27
15. Nama dan Lokasi Kelompok Penangkaran ........................................................ 30

16. Paket Bantuan penguatan modal kerja kelompok ................................... 30
17. Pelatihan yang Pernah Diikuti Peternak dan Keikutsertaannya dalam
Pelatihan Tatalaksana Pemeliharaan ........................................................ 34
18. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak terhadap Aspek Manfaat
Sosial Ekonomi Kegiatan Penangkaran ................................................... 37
19. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak terhadap Aspek Kegiatan
Pelatihan dan Pembinaan ................................................................................... 38
20. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak terhadap Aspek Kemudahan
Penerapan Tatalaksana Pemeliharaan ................................................................. 40

21. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak terhadap Aspek Kewajiban
Pengembalian Bantuan ............................................................................ 41
22. Rata-rata Penerimaan Usaha Penangkaran Bibit Ternak
Ayam Buras (Rp/th) ............................................................................................ 43
23. Rata-rata Biaya Usaha Penangkaran Bibit Ternak
Ayam Buras (Rp/th) ............................................................................................ 45

24. Rata-rata Pendapatan Usaha Penangkaran Bibit Ternak
Ayam Buras (Rp/Th) ............................................................................... 46

DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Evaluasi Program
Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras ................................................... 3

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Data Karakteristik Peternak ................................................................... 54

2.

Data Persepsi Peternak ............................................................................ 55

3.

Data Produksi Ternak ............................................................................... 57

4.

Data Pendapatan Usaha ............................................................................ 58

5.

Peta Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Pandeglang ......................... 59

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam buras atau yang lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung
merupakan salah satu kekayaan ternak lokal Indonesia yang populasinya tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Ayam buras telah beradaptasi sejak lama dengan
lingkungan dan iklim di wilayah Indonesia dan banyak dipelihara oleh masyarakat
sebagai usaha yang sudah turun-temurun. Hal ini merupakan potensi yang cukup
besar untuk dikembangkan karena mempunyai peranan yang sangat penting
diantaranya dalam memenuhi kecukupan gizi keluarga dan peningkatan pendapatan
keluarga.
Keunggulan

ayam buras

diantaranya

mudah

menyesuaikan

dengan

lingkungan, memiliki daya tahan terhadap penyakit yang lebih tinggi dibandingkan
ayam ras dan dagingnya lebih disukai dibandingkan dengan daging ayam ras. Selain
memiliki keunggulan ayam buras juga memiliki kelemahan diantaranya produksi dan
produktivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras. Disamping itu
Pengelolaan usaha ternak ayam buras juga masih terbatas pada usaha ternak rakyat
yang subsisten untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.
Di Kabupaten Pandeglang. ayam buras merupakan ternak yang paling
dominan dipelihara oleh setiap keluarga dibandingkan ternak kerbau, kambing,
domba, itik dan lain sebagainya. Terlebih lagi adanya istilah yang berkembang di
masyarakat yang menyatakan bahwa “jalemamah paeh hirup geh jeung hayam“,
yang artinya manusia itu hidup dan matinya tidak terlepas dengan ayam. Hal ini
menunjukan bahwa keberadaan ayam buras pada masyarakat sangat penting.
Berkaitan dengan upaya pembangunan pertanian khususnya Peternakan di
Kabupaten Pandeglang, Dinas peternakan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2000
melaksanakan program penangakaran bibit ayam buras. Program penangkaran bibit
ternak ayam buras tersebut dilaksanakan di lokasi-lokasi yang terpilih sebagai sentra
pengembangan peternakan. Melalui program penangkaran bibit ternak ayam buras
tersebut juga diharapkan peternak dapat memperbaiki produksi dan produktivitas
ternak ayam buras dan meningkatkan ketersediaan bibit ternak ayam buras.

Perumusan Masalah
Keberhasilan program penangkaran bibit ternak ayam buras tersebut perlu
diketahui lebih lanjut sebagai salah satu upaya untuk perbaikan program di masa
mendatang. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah : Bagaimana kegiatan dan pembinaan yang telah dilaksanakan;
Bagaimana persepsi peternak terhadap program penangkaran tersebut; Bagaimana
pendapatan yang diperoleh peternak dari usaha penangkaran.
Tujuan
Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut :
1.

Mengetahui kegiatan dan pembinaan yang telah dilaksanakan pada program
penangkaran bibit ternak ayam buras.

2.

Mempelajari persepsi peternak terhadap program penangkaran bibit ternak ayam
buras.

3.

Menganalisis pendapatan yang diperoleh peternak dari usaha penangkaran bibit
ayam buras.

KERANGKA PEMIKIRAN
Evaluasi program penangkaran bibit ternak ayam buras dapat diketahui
melalui identifikasi kegiatan, persepsi, dan pendapatan yang diperoleh dari usaha
penangkaran. Identifikasi persepsi dan kegiatan merupakan analisis deskriptif
sehingga diharapakan dapat mendukung hasil analisis pendapatan yang diperoleh
peternak dalam penangkaran bibit ternak ayam buras.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : (1) Pemberian bantuan penguatan
modal kelompok, (2) Pelatihan tatalaksana pemeliharaan, dan (3) Pembinaan
kewiraswastaan. Persepsi peternak terhadap penangkaran antara lain : (1) Manfaat
sosial ekonomi kegiatan penangkaran, (2) Manfaat kegiatan pelatihan dan
pembinaan, (3) Kemudahan penerapan tatalaksana, dan (4) Kewajiban pengembalian.
Analisis

pendapatan

usaha

penangkaran

mencakup

komponen–komponen

penerimaan, biaya dan pendapatan. Kerangka pemikiran secara sistematis
digambarkan dalam Gambar 1 berikut ini.

PROGRAM PENANGKARAN
BIBIT TERNAK AYAM
BURAS

Evaluasi

PERSEPSI
PETERNAK

KEGIATAN

Analisis Deskriptif

1. Penguatan modal
2. Pelatihan tatalaksana
pemeliharaan
3. Pembinaan
kewiraswastaan

1. Manfaat sosial Ekonomi
2. Kegiatan pelatihan &
pembinaan
3. Penerapan tatalaksana
4. Kewajiban Pengembalian

PENDAPATAN USAHA
PENANGKARAN

Analisis Pendapatan

1. Pengeluaran
2. Penerimaan

Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Evaluasi Program Penangkaran
Bibit Ternak Ayam Buras.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Ayam Buras
Togatorop (1994) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki beberapa jenis
ayam lokal yang mempunyai potensi untuk dikembangkan antara lain yaitu ayam
buras biasa atau ayam kampung, ayam Kedu, ayam pelung, ayam nunukan. Mansjoer
dan Mulyono (1996) menyatakan ayam kampung merupakan salah satu ayam lokal
Indonesia yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat petani di pedesaan, yang
berasal dari keturunan ayam hutan merah dan ayam hutan hijau.
Ayam buras mempunyai warna bulu yang beragam seperti hitam, putih,
coklat, abu-abu campuran dengan pola warna yang berbeda pula. Tipe jengger atau
balungnya ada yang tunggal dan berwarna ros, pial dan cupingnya berwarna merah
(Hardjosubroto dan Atmodjo dalam Taufikurohman, 2000). Menurut Mansjoer dan
Mulyono (1996) warna bulu ayam kampung jantan bervariasi namun pada umumnya
mempunyai bulu dasar berwarna hitam dengan bulu pada bagian punggung berwarna
merah, Sedangkan warna bulu ayam kampung betina coklat dengan bintik-bintik
hitam. Akibat adanya percampuran dengan ayam ras dari luar negeri, setelah puluhan
tahun ayam kampung di Indonesia corak bulunya beraneka ragam (lurik,hitam,
coklat, hitam, putih).
Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Buras
Perkandangan
Kandang merupakan tempat untuk ternak bermalam, berteduh dari sinar
matahari dan berlindung dari derasnya hujan. Rahayu dan Ulupi (1996) menjelaskan
bahwa syarat kandang yang baik diantaranya yaitu : dibuat dari bahan yang mudah
didapat dan murah, letaknya cukup jauh dari rumah tapi mudah untuk dikontrol,
cukup sinar matahari dan ventilasi baik, kondisinya bersih dan kering, tersedianya
sarang bertelur dan tenggeran.
Rahayu dan Ulupi (1996)

menyebutkan ada 3 macam kandang sesuai

kebutuhan yaitu : (1) Kandang anak ayam, bisa berupa box kotak (1X1X1X1 meter)
yang diberi sekam untuk alas dan lampu pemanas 2 buah (@60 Watt) untuk 50-100
ekor; (2) Kandang ayam remaja/dara, untuk pemeliharaan remaja/calon induk dan
untuk memudahkan seleksi; (3) Kandang induk atau jantan, untuk induk yang siap

bertelur dengan dilengkapi sarang dan tenggeran. Kepadatan kandang dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kepadatan Kandang Berdasarkan Jenis Ayam
Jenis Ayam
- Induk dan anak

Kepadatan (ekor/m2)
2 induk daan 15-18 anak

- Anak ayam disapih

25-28

- Dara

14-16

- Induk

6-8

- Pejantan

5-6

Sumber : Juknis Krida Peternakan Saka Tarunabumi dalam Haryono dan Chalimah (1999)

Pemilihan Bibit
Pemilihan atau seleksi ayam buras merupakan langkah awal untuk
memperoleh bibit yang baik dan sangat menentukan keberhasilan usaha. Menurut
Mulyono (1999) langkah awal dalam usaha pemeliharaan ayam buras adalah
tersedianya bibit yang baik sesuai dengan tujuan pemeliharaan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan seleksi atau pemilihan
bibit menurut Mulyono diantaranya melalui (1) melihat bentuk luar ayam buras yang
akan dijadikan bibit, baik anak ayam buras, ayam jantan dewasa maupun betina
dewasa (2) seleksi berdasarkan performans produksi (3) seleksi berdasarkan
keturunan silsilah.
Rahayu dan Ulupi (1996) menyebutkan ciri-ciri bibit ayam yang baik
diantaranya yaitu (1) Ayam jantan: Tubuh tegap dan gagah, Bulu bersih mengkilap,
Mata jernih bersinar, Pial berwarna merah, Kaki kuat dan kekar, Umur antara 1-3
tahun, Tidak cacat; (2) Ayam Betina: Bentuk badan bulat, punggung lebar dan datar,
Bulu bersih, Mata terang dan jernih, Pial berwarna merah, Umur antara 6- 24 bulan,
Tidak cacat.
Pemberian Pakan
Rasyaf (1992) menyatakan bahwa makanan ayam kampung tidak jauh
berbeda dengan ayam ras, dengan kata lain bahwa kebutuhan nutrisi ayam kampung
untuk hidup pokoknya tidak jauh berbeda dengan ayam ras. Dirjopranoto et al (1992)
menyebutkan bahwa dalam mencukupi keseimbangan kebutuhan nutrisisnya ayam

kampung yang dipelihara secara tradisional atau secara alami dapat mencukupi
kebutuhan nutrisinya dari sumber daya yang tersedia di lingkungan sekitarnya.
Iskandar et al (1991) menyatakan kebutuhan pakan ayam kampung pada
periode pertumbuhan dapat digunakan pakan dengan kandungan protein 14 % dan
energi metabolis 2600 kkal/ kg sedangkan untuk periode bertelur kandungan protein
17,5% dan energi metabolis 2800 kkal/g. Selanjutnya Iskandar et al (1998)
pemberian ransum dengan kandungan protein 19 % dan energi metabolis 2900
kkal/kg pada umur ayam 1-12 minggu merupakan tingkat optimum yaitu penggunaan
ransum paling efisien.
Rahayu dan Ulupi (1996) menyebutkan dalam pemberian pakan hendaknya
dibedakan untuk anak ayam, untuk ayam remaja dan untuk ayam dewasa. Untuk
anak ayam sistem terkurung umur 1 hari - 2 bulan diberikan pakan 10 gr/hari/ekor
seterusnya ditambah sampai menghabiskan 2 kg pakan jadi. Untuk ayam remaja/dara
(2-4 bulan) dan 4-6 bulan akan menghabiskan pakan sekitar 9 kg/ekor dengan
pemberian 60-70 gr dan 80-100gr/ekor/hari, pemberiannya sudah dicampur engan
hijauan berupa sayuran cincang, sisa-sisa dapur dan lain-lain. Untuk ayam dewasa
(lebih 6 bulan) diberikan sekitar 100gr/ekor/hari dan diberikan pakan tambahan
berupa sayuran.
Pengelolaan Reproduksi atau Penetasan
Rahayu dan Ulupi (1996) menyebutkan ada dua cara penetasan telur yaitu
alami (oleh induknya) dan buatan (dengan mesin tetas). Penetasan alami merupakan
naluri dari induk ayam untuk mengeram setelah periode bertelur sehingga harus
disediakan sarang untuk bertelur yang nyaman terhindar dari hujan, terhindar dari
cahaya matahari langsung dan terhindar dari binatang buas. Sedangkan penetasan
buatan pada prinsipnya meniru seperti induk ayam dengan mesin tetas dan perlu
memperhatikan temperatur (sekitar 38o) dan kelembaban (sekitar 75 %).
Pengendalian penyakit
Mencegah timbulnya penyakit merupakan tindakan yang penting dan lebih
murah daripada melakukan pengobatan. Beberapa cara untuk melakukan pencegahan
penyakit (Haryono dan Chalimah, 1999) diantaranya yaitu :
1. Sanitasi/ Membersihkan kandang dan peralatan

Hal-hal yang perlu dilakukan diantaranya yaitu menyucihamkan kandang yang
akan diisi ayam dengan desinfektan dan dinding kandang dikapur setiap 3 bulan,
kotoran ayam harus dibersihkan minimal seminggu sekali, membersihkan
peralatan kandang setiap hari agar tidak menjadi sumber penyakit.
2. Seleksi dan Vaksinasi
Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memilih bibit yang berasal dari
keturunan yang baik dan sehat, memisahkan ayam sakit

dari ayam sehat,

membakar atau memusnahkan ayam sakit yang tidak dapat disembuhkan,
membakar dan memusnahkan ayam yang mati mendadak agar tidak menular ke
ayam sehat, melakukan vaksinasi ND/Tetelo pada umur 4 hari (tetes
mata/hidung), 4 minggu dan 4 bulan kemudian diulang setiap 4 bulan.
3. Memberikan makanan yang cukup dan bergizi serta memberikan tambahan
seperti butiran (jagung, gabah, beras, dan lain-lain), sisa-sisa dapur, daun pepaya
dan rumput- rumputan, dan lain-lain.
Persepsi
Reksowardoyo (1983) menyebutkan bahwa persepsi adalah pandangan,
pengertian, dan interpretasi seseorang tentang suatu objek yang diinformasikan
kepadanya, kemudian cara orang tersebut memandang, mengartikan, dan
menginterpretasikan informasi tersebut dengan cara mempertimbangkan informasi
tersebut dengan keadaan diri dan lingkungannya. Sejalan dengan itu Gitosudarmo
(1997) menyebutkan bahwa persepsi adalah suatu proses memperhatikan,
menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan.
Selanjutnya Gitosudarmo (1997) menyatakan bahwa persepsi merupakan
suatu tanggapan atau pendapat yang di dalamnya terkandung unsur penilaian
seseorang terhadap objek dan gejala berdasarkan pengalaman dan wawasan yang
dimilikinya.
Rahmat

(2001) berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman belajar

tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan . Lebih lanjut menurutnya persepsi
juga merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang , oleh karena
itu persepsi akan mempengaruhi seseorang dalam berfikir, bertindak, serta
berkomunikasi dengan pihak lain.

Pendapatan Usaha Ternak
Soekartawi et al (1986) mengemukakan bahwa secara definisi pendapatan
bersih usaha tani adala selisih dari pendapatan kotor usaha tani dengan pengeluaran
total usaha tani. Pendapatan kotor didefinisikan sebagai nilai produk total usaha tani
dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Selanjutnya
disebutkan bahwa pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua
masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam proses produksi tetapi tidak
termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usaha tani yang dihubungkan
dengan kapasitas produksi dibagi menjadi pengeluaran tetap (fixed cost) dan
pengeluaran tidak tetap (variable cost). Pengeluaran tetap ialah pengeluaran usaha
tani yang tidak tergantung besarnya produksi. Sedangkan pengeluaran tidak tetap
ialah pengeluaran yang digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu dan jumlahnya
berubah sebanding dengan besarnya produksi tanaman atau ternak tersebut.
Cyrilla dan Ismail (1988) menyebutkan penerimaan adalah output yang
dinilai dengan uang yang diterima atas hasil penjualan dari output. Penerimaan data
diklasifikasikan menjadi penerimaan nyata dan penerimaan yang diperhitungkan.
Penerimaan nyata adalah penerimaan yang diterima dari hasil penjualan baik tunai
maupun piutang (kredit). Penerimaan yang diperhitungkan ialah nilai output yang
dikonsumsi peternak atau yang dihadiahkan.
Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras
Penangkaran bibit ayam buras merupakan kegiatan untuk menghasilkan bibit
ayam buras melalui penerapan paket teknologi untuk meningkatkan produksi dengan
penggunaan mesin tetas. Kegiatan penangkaran bibit ayam buras dilakukan dengan
prinsip-prinsip intensifikasi melalui rekayasa teknis, ekonomis dan sosial yang
bersifat terfokus dan terkonsentrasi. Rekayasa teknis dalam kegiatan intensifikasi
peternakan meliputi panca usaha yang terdiri dari bibit, pakan, kesehatan hewan,
reproduksi, dan pemeliharaan. Sedangkan rekayasa ekonomis meliputi pasca panen
dan pemasaran. Rekayasa teknis dan ekonomis tersebut dikenal luas sebagai sapta
usaha peternakan yaitu tujuh kegiatan yang meliputi tujuh usaha dalam proses
produksi peternakan (Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang, 2000)

Bantuan yang diberikan pada program penangkaran bersifat penguatan modal
kelompok. Adapun besarnya bantuan penguatan modal tersebut adalah sebesar Rp
14.000.000,-per kelompok penangkar. Bantuan penguatan modal tersebut diberikan
dalam bentuk sarana produksi ternak dan uang tunai (sapronak). Sarana produksi
ternak yang diberikan yaitu mesin tetas, tempat pakan, tempat minum, egg tray, obatobatan dan vaksin. Sedangkan uang tunai diberikan yaitu untuk membeli bibit, pakan
ternak, dan perbaikan kandang.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelompok penangkar bibit ternak ayam buras
yang tersebar di empat Kecamatan di Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini
berlangsung pada bulan Februari- Maret 2002.
Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini adalah peternak penangkar bibit ternak ayam
buras penerima bantuan program penangkaran bibit ternak ayam buras tahun 2000
yang berjumlah 100 peternak. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 peternak
yang diambil 10 peternak dari tiap-tiap kelompok. Pengambilan sampel dilakukan
secara acak (simple random sampling). Jumlah populasi dan sampel dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
No
1.
2.
3.
4.

Nama Kelompok
Terus Maju
Karya Tani
Ternak Jaya
Taman Jaya
Jumlah

Desa

Kecamatan

Cikadu
Curug Ciung
Purwaraja
Kawungcaang

Cibaliung
Cikeusik
Menes
Cadasari

Jumlah
Populasi
25
25
25
25
100

Jumlah
Sampel
10
10
10
10
40

Desain
Penelitian ini merupakan studi kasus yaitu pengkajian masalah secara
mendalam untuk mengetahui program penangkaran bibit ternak ayam buras. Aspek
yang dikaji diantaranya yaitu kegiatan yang dilaksanakan pada program
penangkaran, persepsi peternak terhadap program penangkaran, serta pendapatan
yang diperoleh dari usaha penangkaran bibit ternak ayam buras.
Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu berupa data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan para peternak
kelompok penangkar bibit ayam buras sebagai responden. Instrumentasi data yang

digunakan yaitu melalui kuisioner. Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan,
BPS, dan instansi-instansi lain di Kabupaten Pandeglang serta dari studi literatur.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan mulai minggu kedua bulan februari sampai
dengan minggu keempat bulan Maret 20002.
Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan
data yang diperlukan. Data tersebut ditabulasikan dan dianalisa secara sederhana.
Analisis data yang digunakan meliputi :
1. Analisis deskriptif
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan antara lain :
a. Karakteristik Peternak dan karakteristik usaha penangkaran.
b. Gambaran umum progrram dan kegiatan pada program penangkaran bibit
ternak ayam buras yang meliputi bantuan penguatan modal kelompok
pelatihan tatalaksana pemeliharaan, dan pembinaan kewiraswastaan.
c. Persepsi peternak terhadap program penangkaran bibit ternak ayam buras.
Aspek yang dikaji diantaranya adalah (1) Manfaat sosial ekonomi
Penangkaran, (2) Kegiatan pelatihan dan pembinaan, (3) Kemudahan
penerapan tatalaksana, (4) Kewajiban pengembalian.
Data persepsi diperoleh dengan menggunakan skala likert dalam bentuk
pertanyaan yang memiliki 5 pilihan jawaban. Skor dan arti kelima pilihan
jawaban yaitu :
(1) Satu artinya sangat tidak setuju
(2) Dua artinya tidak setuju
(3) Tiga artinya kurang setuju
(4) Empat artinya setuju
(5) Lima artinya sangat setuju
2. Analisis Pendapatan
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pendapatan usaha penangakaran bibit
ayam buras berdasar harga yang berlaku. Analisis pendapatan dapat dinyatakan
dengan persamaan :

Y= PT – BT + ( PD –BD)
Keterangan :
Y = Tingkat pendapatan (Rp/Th)
PT = Penerimaan tunai merupakan hasil kali jumlah produksi yang dijual
dengan harga (Rp/Th).
BT = Biaya Tunai yang dikeluarkan dalam pengelolaan usaha penangkaran bibit
ternak ayam buras (Rp/th).
PD = Penerimaan yang diperhitungkan dari usaha penangkaran bibit ternak
ayam buras (Rp/Th).
BD = Biaya yang diperhitungkan dalam pengelolaan usaha penangkaran bibit
ternak ayam buras (Rp/Th).
Definisi Istilah
1. Ayam buras adalah ayam lokal, biasa disebut sebagai ayam kampung yang tidak
memiliki ras yang spesifik karena sudah terjadi perkawinan campur.
2. Bibit ayam buras merupakan ternak ayam buras dewasa yang dipelihara sebagai
indukan.
3. Usaha penangkaran bibit ayam buras merupakan usaha ternak ayam buras yang
bertujuan untuk menghasilkan bibit ayam buras.
4. Tatalaksana Pemeliharaan merupakan bentuk kegiatan pemeliharaan ternak ayam
buras yang meliputi perkandangan, bibit, pemberian pakan, penetasan,
pencegahan dan pengendalian penyakit.
5. Persepsi peternak peternak terhadap program penangkaran merupakan tanggapan
peternak terhadap yang meliputi aspek manfaat sosial dan ekonomi usaha
penangkaran, aspek pelatihan dan pembinaan, aspek kemudahan penerapan
tatalaksana pemeliharaan dan aspek kewajiban pengembalian.
6. Pendapatan usaha adalah hasil pengurangan penerimaan tunai dengan biaya tunai
ditambah dengan nilai yang diperhitungkan.
7. Penerimaan tunai merupakan nilai hasil dari produk yang dijual dikalikan harga.
8. Penerimaan yang diperhitungkan merupakan nilai hasil produk yang tidak dijual
dikalikan dengan harga. Penerimaan non tunai meliputi hasil produk yang
dkonsumsi, dihadiahkan, dibayarkan, nilai kotoran ternak, dan pertambahan nilai
ternak.

9. Biaya tunai atau pengeluaran tunai merupakan nilai uang yang dikeluarkan secara
langsung untuk proses produksi dalam pengelolaan usaha penangkaran bibit
ternak ayam buras.
10. Biaya atau pengeluaran yang diperhitungkan merupakan pengeluaran yang tidak
dikeluarkan secara langsung dalam pengelolaan usaha penangkaran bibit ternak
ayam buras.

KEADAAN UMUM LOKASI
Keadaan Alam dan Letak Geografis
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu wilayah Propinsi Banten yang
terletak di ujung barat Propinsi Banten. Secara geografis Kabupaten Pandeglang
terletak antara 60 210 – 70 100 lintang selatan dan 104 0 48 0 – 106 0 11 0 Bujur timur
dengan luas daerah 2747 Km2 atau sekitar 274.690 hektar. Di bagian utara
Kabupaten Pandeglang berbatasan dengan Kabupaten Serang, Samudera Indonesia di
bagian selatan, selat sunda di bagian barat dan Kabupaten Lebak di Bagian timur.
Bentuk topografi wilayah Kabupaten Pandeglang merupakan dataran dan
dataran tinggi berdasarkan ketinggian gunung-gunungnya. Sedangkan dari segi
geomorfologi wilayah Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam zona Bogor yang
merupakan jalur perbukitan.Daerah tengah dan selatan yang memiliki luas wilayah
85,07 % dari luas Kabupaten Pandeglang merupakan dataran dengan ketinggian
gunung-gunugnya yang relatif rendah ( 1000 m, diantaranya gunung Karang (1778 m) gunung
Pulosari (1346m), dan gunung Aseupaan (1174 m).
Suhu udara minimum dan maksimum di wilayah Kabupaten Pandeglang
berkisar antara 22, 50 C – 27,90 dengan suhu udara rata-rata untuk dataran rendah
22,90 dan 22, 50 untuk dataran tinggi. Banyaknya curah hujan pada tahun 1998
berkisar antara 132 mm – 586 mm dengan rata-rata 310mm/ tahun. Sementara itu
banyaknya hari hujan antara 12- 25 hari dan rata-rata sebesar 19,42 hari per bulan.
Ketinggian tempat berkisar antara 3- 417 meter di atas permukaan laut (dpl).
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang pada pertengahan 2000 berjumlah
1.010.741 jiwa terdiri dari 515.534 laki-laki dan 495.207 perempuan dengan sebaran
penduduk yang relatif tidak merata pada setiap Kecamatan. Rata-rata sebaran
penduduk di Kabupaten Pandeglang yaitu 367,96 Km2 atau 3.017 per Desa.

Wilayah Administrasi dan Pembangunan
Kabupaten Pandeglang secara administrasi terdiri dari 22 Kecamatan, 13
Kelurahan dan 322 Desa. Sedangkan menurut wilayah pembangunan, Wilayah
Kabupaten Pandeglang dapat dikelompokkan atas 3 wilayah pembangunan yang
didasarkan atas kesamaan potensi permasalahan pembangunan di setiap Kecamatan.
Ketiga wilayah pembangunan tersebut adalah :
1. Wilayah Pembangunan Pandeglang utara, yang meliputi Kecamatan Pandeglang,
Cadasari, Banjar, Cimanuk, Mandalawangi, Saketi, dan Bojong.
2. Wilayah Pembangunan Teluk Lada, yang meliputi Kecamatan Labuan,
Pagelaran, Munjul, Menes, Cigeulis, dan Panimbang.
3. Wilayah Pembangunan

Pandeglang Selatan, yang

meliputi Kecamatan

Cimanggu, Sumur, Cibaliung dan Cikeusik.
Kecamatan-kecamatan yang berlokasi di bagian Selatan mempunyai luas
wilayah yang relatif lebih luas dibandingkan dengan Kecamatan-Kecamatan di
bagian utara yaitu antara 10.746 Ha - 54.906 Ha, antara lain Kecamatan Cimanggu,
Sumur, Cibaliung, Cikeusik, Cigeulis, Panimbang, Munjul, Bojong dan Pagelaran.
Sementara di bagian utara mempunyai luas antara 3.643 Ha - 9.857 Ha, yaitu
Kecamatan Labuan, Jiput, Menes, Saketi, Cimanuk, Mandalawangi, Banjar,
Pandeglang dan Cadasari. Ketinggian Ibukota Kecamatan di atas permukaan laut
berkisar antara 3 - 417 meter.
Kondisi Umum Pertanian
Lahan pertanian di Kabupaten Pandeglang sebagian besar merupakan lahan
kering yaitu 222,094 Ha (80,85 %) dan 52,096 Ha (19,15%) lahan sawah.
Penggunaan lahan kering yang paling luas diantaranya adalah hutan negara yaitu
sekitar 40,31 persen, Kebun 19,42 %, Ladang/huma 11,82 %. Pada lahan sawah,
lahan yang dialiri irigasi sebesar 28,04 %, dialiri irigasi desa (non PU) sebesar 22,06
% dan tanpa pengairan 49,90 %.
Tanaman Pertanian yang banyak diusahakan oleh masyarakat Pandeglang
umumnya adalah tanaman padi dan palawija. Produksi tertinggi dari tanaman padi
yaitu padi sawah sebesar 435,096.00 ton, Sedangkan pada tanaman palawija yaitu
ubi kayu sebesar 29,614.00 ton. Tanaman lainnya yang diusahakan diantaranya

adalah tanaman perkebunan, tanaman buah-buahan, dan sayuran. Produksi tanaman
pertanian tersebut disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Jenis Tanaman Pertanian Berdasarkan Luas Panen Produksinya
Tahun 2001
Jenis Tanaman

Luas Panen
(Ha)

PADI

Produksi (Ton)
474,060.00

1. Padi Sawah

89,718

435,096.00

2. Padi Ladang

16,129

38,964.00

PALAWIJA

46,181.85

1. Jagung

2,103

4,836.90

2. Kedelai

1,890

2,158.38

3. Kacang Tanah

909

1,118.98

4. Kacang Hijau

1,045

1,087.85

5. Ubi Kayu

2,278

29,614.00

6. Ubi Jalar

575

7,365.75

Sumber : BPS Kabupaten Padeglang (2002)

Kondisi Umum Peternakan
Pada umumnya usaha peternakan di Kabupaten Pandeglang berlokasi pada
lahan kering yang potensi lahannya seluas 222,094 ha. Potensi pengembangan
tersebut masih bisa bertambah lagi dari sebagian lahan kering yang ada dengan
memanfaatkan lahan dari sawah tadah hujan maupun dari tanah yang belum
termanfaatkan. (Dinas Peternakan Kab. Pandeglang, 2001)
Populasi ternak di Kabupaten Pandeglang mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun seiring dengan perbaikan–perbaikan dalam manajemen pengelolaannya.
Populasi ternak di Kabupaten Pandeglang tertera pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Berdasarkan tabel tersebut populasi ternak yang terbanyak didominasi oleh ternak
unggas, yaitu ternak ayam buras, ayam ras pedaging dan itik. Khusus untuk ternak
ayam buras, potensinya dapat dikembangkan tanpa melihat kondisi lahan, karena
ayam buras dimiliki oleh sebagian besar masyarakat di Kabupaten Pandeglang yang
tersebar secara merata di seluruh Kecamatan, di daerah pedesaan maupun perkotaan,
dataran tinggi maupun dataran rendah.

Tabel 4.

Populasi Ternak di Kabupaten Pandeglang Tahun 1997-2000

Jenis Ternak
Ayam Buras
Ayam ras
Itik
Sapi
Kerbau
Kambing
Domba
Kuda

1997
1.896.724
518.500
45.452
0
48.230
228.954
191.236
92

Populasi Tahun
1998
1999
1.896.346
1.905.496
41.000
114.600
35.844
103.074
0
179
35.338
40.858
157.494
168.548
128.828
134.488
91
94

2000
1.947.967
281.500
104.368
190
40.891
163.266
137.488
94

Sumber : Dinas Peternakan kabupaten Pandeglang (2001)

Tabel 5.

Kecamatan
Sumur
Cimanggu
Cibaliung
Cikeusik
Cigeulis
Panimbang
Munjul
Picung
Bojong
Saketi
Pagelaran
Labuan
Jiput
Menes
Mandalawangi
Cimanuk
Banjar
Pandeglang
Cadasari

Populasi Ternak Ayam Buras per Kecamatan Di Kabupaten
Pandeglang Tahun 2000
Ayam Buras
Jantan
34.998
20.667
14.253
8.633
7.783
24.762
31.876
16.183
17.791
103.683
34.586
12.097
45.097
46.059
11.006
26.487
13.047
35.113
35.097

Sumber : Dinas Peternakan kabupaten Pandeglang (2001)

Betina
60.113
73.806
101.866
34.631
43.163
58.972
97.652
14.840
13.665
248.765
56.711
55.492
98.076
116.887
48.115
51.715
64.098
58.416
110.765

Jumlah
95.111
94.473
116.119
43.264
50.946
83.734
129.528
31.023
31.456
352.449
91.297
67.589
143.173
162.946
60.121
78.202
77.145
93.529
145.862

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Peternak
Karakterisik peternak yang menggambarkan kondisi para peternak meliputi
umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman beternak. Tabel 6 menunjukan secara
lengkap karakteristik peternak penangkar bibit ternak ayam buras.
Tabel 6. Karakteristik Peternak Penangkar Bibit Ternak Ayam Buras
No

1.

2.

3.

4.

Karakteristik Peternak

Jumlah
(Orang)

(%)

25-35

15

37,5

36-46

17

42,5

47-57

5

12,5

58-68

3

7,5

Tidak Sekolah

2

5,0

SD/sederajat

24

60,0

SLTP/sederajat

7

17,5

SLTA/sederajat

4

10,0

Perguruan Tinggi

3

7,5

Petani

21

52,5

Pedagang

4

10,0

Ibu RumahTangga

2

5,0

PNS

5

12,5

Wiraswasta

8

20,0

3 - 12

16

40,0

13 - 22

19

47,5

23 - 32

4

10,0

33 - 42

1

2,5

Umur (Tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

Pengalaman beternak

Data umur peternak berkisar antara 27-68 tahun, dengan rata-rata 40 tahun.
Sebagian besar peternak (92,5 %) dapat dikategorikan ke dalam usia produktif (15 55 tahun) yaitu sebanyak 37 orang. Sedangkan peternak yang tidak termasuk ke
dalam usia produktif 7,5 % yaitu 3 orang.
Mayoritas peternak (60 %) berpendidikan formal sampai tingkat sekolah
dasar. Peternak yang berpendidikan formal sampai ke jenjang sekolah lanjutan
tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) atau sederajat yaitu
12,5% dan 10%. Sedangkan peternak yang berpendidikan sampai ke jenjang
perguruan tinggi yaitu sebanyak 7,5%. Sementara itu terdapat pula peternak yang
tidak pernah menempuh pendidikan formal atau tidak sekolah yaitu sebanyak 5 %.
Pekerjaan utama peternak penangkar bibit ternak ayam buras bervariasi.
Tabel 6 menunjukan bahwa mayoritas (52,5 %) pekerjaan utama peternak adalah
petani, dengan status kepemilikan lahan sebagai pemilik dan penggarap 17,5 %, dan
penggarap atau buruh tani 35 %. Pekerjaan utama peternak lainnya diantaranya yaitu
wiraswasta, PNS, pedagang, dan Ibu rumah tangga.
Data lama pengalaman beternak ayam buras berkisar antara 4 - 42 tahun
dengan rata-rata yaitu 14,40 th. Lama pengalaman beternak ayam buras
dikelompokan menjadi 4 selang kelompok dengan Lama pengalaman beternak
terbanyak pada selang antara 13 - 22 tahun dan 3 - 12 tahun masing masing 19 orang
(47,5%) dan 16 orang (40%).
Karakteristik Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras
Karakteristik usaha penangkaran bibit ternak ayam buras merupakan bentuk
kegiatan pemeliharaan ayam buras yang dijalankan oleh peternak dalam penangkaran
bibit ternak ayam buras. Karakteristik usaha penangkaran meliputi motivasi beternak,
skala usaha kepemilikan ternak ayam buras dan tatalaksana pemeliharaan.
Motivasi Beternak
Motivasi peternak dalam memelihara ternak ayam buras bervariasi. Motivasi
peternak tersebut diantaranya yaitu sebagai tabungan dan konsumsi, mengisi waktu
luang, menambah penghasilan, dan menyalurkan hobi. Motivasi peternak teersebut
secara lengkap tertera pada Tabel 7.

Tabel 7.

Motivasi Peternak dalam Menjalankan Usaha Penangkaran

No

Motivasi

Jumlah

Persentase

(Orang)

(%)

1.

Tabungan dan konsumsi

21

52,50

2.

Mengisi Waktu luang

10

25,00

3.

Menambah Penghasilan

5

12,50

4.

Menyalurkan hobi

4

10,00

Total

40

100,00

Mayoritas peternak (52,5 %) menyatakan bahwa motivasi dalam memelihara
ternak ayam buras yaitu sebagai tabungan dan konsumsi. Menurut peternak ayam
buras sewaktu-waktu mudah dijual untuk memenuhi keperluan-keperluan yang
mendesak, dipotong untuk konsumsi keluarga atau kegiatan keagamaan, dan
dihadiahkan kepada kerabat atau keluarga yang berkunjung. Hasil penelitian Lestari
(2000) menyebutkan bahwa ayam buras yang dipelihara di daerah penelitiannya
manfaatnya dapat digunakan pada saat-saat dibutuhkan seperti acara keagamaan,
pesta keluarga atau saat membutuhkan uang.
Skala Usaha
Jumlah ternak ayam buras sebagai ukuran penampilan skala usaha yaitu
sebagian berasal dari ternak awal yang dimiliki peternak dan sebagian lagi berasal
dari ternak yang dibeli oleh peternak pada saat awal penangkaran. Ternak yang dibeli
merupakan pemanfaatan bantuan uang tunai dari Dinas Peternakan. Rata-rata skala
usaha ternak penangkaran bibit ternak ayam buras dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8.

Rata-rata Jumlah Ternak Awal dan Ternak yang Dibeli sebagai
ukuran Skala Usaha Awal Penangkaran

Keterangan

Rata-rata Jumlah ternak

Persentase

(ekor)

(%)

Ternak awal

5,35

46,87

Ternak yang dibeli

6,15

53,13

Skala usaha

11,50

100,00

Tabel 8 menunjukan Jumlah ternak yang dipelihara sebanyak 46,87 % berasal
dari ternak milik peternak dan 53, 13 % adalah hasil pembelian. Rata-rata skala
usaha ternak penangkaran yaitu 11,50 ekor. Rata-rata jumlah ternak awal yang
dimiliki peternak yaitu 5,35 ekor yang berkisar antara 0 – 16 ekor. Rata-rata jumlah
ternak yang dibeli peternak yaitu 6,15 ekor yang berkisar antara 0 – 10 ekor.
Tabel 9.

Rata-rata Skala Usaha Awal dan Akhir Penangkaran

Keterangan

Jumlah Ternak
Dewasa

Muda

Anak

----- Ekor----Skala usaha awal

11,50

3,28

4,33

Skala Usaha akhir

12,53

8,75

12,53

Pada Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa pada awal usaha penangkaran
rata-rata skala usaha penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu sebesar 11,50 ekor.
Pada akhir program penangkaran dan setelah terjadi mutasi ternak rata-rata
peningkatan skala usaha penangkaran meningkat menjadi 12, 53 ekor atau meningkat
sebesar 1, 03 ekor. Mutasi ternak penangkaran diantaranya yaitu ternak yang dijual,
dikonsumsi, dikembalikan, dandihadiahkan. Rata-rata mutasi ternak penankaran
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10.
No

Rata-rata Mutasi Kepe