Inventarisasi Hama dan Penyakit Tanaman Bunga Matahari (Helianthus Annuus Linn)

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN)

LAELA NUR RAHMAH

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

ABSTRAK

LAELA NUR RAHMAH. Inventarisasi Hama dan Penyakit Tanaman Bunga
Matahari (Helianthus annuus Linn). Dibimbing oleh ENDANG SRI RATNA
dan SURYO WIYONO.
Tanaman bunga matahari (Helianthus annuus) merupakan perdu jenis
kenikiran yang memiliki potensi produksi untuk memenuhi berbagai kebutuhan,
seperti pangan, industri makanan, pakan ternak, tanaman hias, tanaman obat, dan
sumber bahan baku biodiesel. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi OPT di
kebun petani bunga matahari di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. Lima puluh tanaman contoh diambil secara acak pada kebun

petani seluas 3000 m2. Jenis OPT dan gejala kerusakan tanaman di lapangan
diamati dan dicatat.
Contoh serangga yang ditemukan dikoleksi untuk
diidentifikasi di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga dan Musium
Serangga, sedangkan contoh bagian tanaman sakit dikoleksi untuk diidentifikasi
di Klinik Tanaman Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB.
Serangga hama yang ditemukan pada tanaman bunga matahari adalah kepik hijau
Nezara viridula (Linn.) (Hemiptera: Pentatomidae), wereng daun Amrasca
biguttula biguttula Ish. (Homoptera: Cicadellidae), ulat gerayak Spodoptera litura
(Fbr.) dan ulat tongkol jagung Helicoverpa armigera (Hbn.) (Lepidoptera:
Noctuidae), ulat bulu Amsacta transiens dan Clostera restitura (Wlk.)
(Lepidoptera: Arctiidae), ulat bulu Euproctis virguncula Wlk. (Lepidoptera:
Lymantriidae), ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae), ulat jengkal (Lepidoptera:
Geometridae), dan belalang Oxya sp. (Orthoptera: Acrididae). Penyakit yang
ditemukan pada tanaman bunga matahari adalah layu fusarium (Fusarium sp.),
bercak daun (Choanephora sp. dan Curvularia sp.), busuk bunga (Rhizopus sp.),
dan hawar alternaria (Alternaria sp.).

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN)


LAELA NUR RAHMAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Inventarisasi Hama dan Penyakit Tanaman Bunga Matahari
(Helianthus Annuus Linn)
: Laela Nur Rahmah

: A34051571

Menyetujui

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dra. Endang Sri Ratna, PhD

Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc. MAgr

NIP: 19580120 198203 2001

NIP: 19690212 199203 1003

Mengetahui:
Ketua Departemen,

Dr. Ir. Dadang, MSc

NIP. 19640204 199002 1002

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 20 Oktober
1987. Penulis merupakan putri keenam dari tujuh bersaudara pasangan Bapak
Andi Suhandi dan Ibu Tjitjah Suhaedah. Penulis lulus dari SMUN 2 Sukabumi
tahun 2005 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa baru di
IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama di IPB, penulis
ikut serta dalam berbagai kegiatan dan kepanitian yang diselenggarakan oleh
Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) dan Badan Eksekutif
Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB, serta aktif sebagai pengurus
HIMASITA periode 2007-2008, BEM KM IPB periode 2006-2007 dan 20082009. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama
Islam pada tahun 2007 dan 2009. Penulis telah berpartisipasi aktif sebagai penyaji
makalah Seminar Nasional Perlindungan Tanaman yang bertema “Strategi
Perlindungan Tanaman Menghadapi Perubahan Iklim Global dan Sistem
Perdagangan Bebas” pada tanggal 5-6 Agustus 2009.

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah, segala puji tetap tercurah pada Allah SWT atas
izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Karya
ilmiah ini merupakan persyaratan tugas akhir untuk meraih gelar sarjana Proteksi
Tanaman, dengan judul Inventarisasi Organisme Pengganggu Tanaman Bunga
Matahari (Helianthus annuus LINN).
Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada
1. Ibunda tercinta, kakak, serta adik yang senantiasa dengan tulus mendoakan
dan memberi dukungan moriil maupun spiritual hingga saat ini.
2. Dra. Endang Sri Ratna, PhD dan Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc. MAgr yang telah
membimbing dan memberikan arahan serta saran dalam penyusunan tugas
akhir ini.
3. Bapak Putra Giyanto yang telah memberikan fasilitas lahan penelitian
tanaman bunga matahari.
4. Bapak Rahmat Rahardjo yang telah membantu dalam penyediaan pustaka
acuan tentang budidaya tanaman bunga matahari.
5. Bapak Agus Sudrajat dan Bapak Sodiq yang telah membantu secara teknis
penyediaan alat-alat pertanian yang dibutuhkan di lapangan, serta Bapak Dede
Sukaryana dan Bapak Endang yang membantu dalam persiapan seminar dan
sidang.

6. Semua teman Departemen Proteksi Tanaman 42, Mafaza, dan teman-teman di
BEM KM yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
isi skripsi ini.

Bogor, Maret 2010

Laela Nur Rahmah

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ........................................................................................

i

RIWAYAT HIDUP ...........................................................................


ii

PRAKATA ........................................................................................

iii

DAFTAR ISI .....................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR .........................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................

vii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ..........................................................................

1

Tujuan .......................................................................................

2

Manfaat .....................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annuus LINN) ...............

3

Klasifikasi Tanaman Bunga Matahari .................................
Syarat Tumbuh ...................................................................
Budidaya ............................................................................

Manfaat dan Kandungan Tanaman Bunga Matahari ............

4
6
6
7

Hama dan Penyakit Tanaman Bunga Matahari ..........................

9

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................

22

Bahan dan Alat .........................................................................

22


Penentuan Tanaman Contoh, Identifikasi Hama dan Penyakit
serta Tingkat Kerusakan Tanaman Bunga Matahari ..........

22

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Pengamatan .......................................

25

Hama dan Penyakit Tanaman Bunga Matahari ..........................

26

Hama pada Tanaman Bunga Matahari ................................
Penyakit pada Tanaman Bunga Matahari ............................

26
41


KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

48

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................

49

LAMPIRAN ......................................................................................

52

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Lahan pertanaman bunga matahari yang baru diolah ......................

26

2. Grafik jumlah populasi serangga pada tanaman bunga
matahari .........................................................................................

27

3. Nimfa belalang Oxya sp. (Orthoptera: Acrididae) ...........................

29

4. Ulat penggerek tongkol jagung, Helicoverpa armigera
(Lepidoptera: Noctuidae). Atas: tubuh larva dilihat dari
samping, bawah: larva sedang menggerek biji ................................

30

5. Grafik luas serangan oleh H. armigera pada biji bunga matahari ....

31

6. Imago ulat gerayak Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) .....

32

7. Ulat bulu Amsacta transiens. (Lepidoptera: Arctiidae).
Kiri: a. Pita dorsal memanjang , b. rambut integumen pendek,
c. Rambut integumen panjang, d. pita lateral arah miring; Kanan:
Ulat dan gejala serangan pada daun bunga matahari. ......................

33

8. Ulat bulu Clostera restitura (Lepidoptera: Notodontidae).
Atas: ulat pada daun muda; bawah: ulat pada biji ...........................

34

9. Ulat bulu Euproctis virguncula (Lepidoptera: Lymantriidae) pada
dasar dan kelopak bunga matahari ..................................................

36

10. Ulat jengkal (Lepidoptera: Geometridae)........................................

36

11. Pupa ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae) ...................................

37

12. Grafik rata-rata luas serangan dan tingkat kerusakan tanaman
bunga matahari oleh serangga hama penggigit pengunyah.............

38

13. Kepik hijau Nezara viridula (Hemiptera: Pentatomidae) ...............

40

14. Nimfa wereng daun Amrasca biguttula biguttula (Hemiptera:
Ciccadellidae) ...............................................................................

40

15. Grafik tingkat kejadian penyakit setiap minggunya pada
tanaman bunga matahari ...............................................................

41

16. Gejala kerusakan tanaman oleh Fusarium sp. Kiri: Gejala layu
fusarium; kanan: konidia Fusarium sp. .........................................
17. Gejala kerusakan tanaman oleh Choanephora sp. Kiri: Gejala

43

bercak daun; kanan: konidia Choanephora sp. ..............................

44

18. Gejala kerusakan tanaman oleh Curvularia sp. Kiri: Gejala
bercak daun; kanan: spora Curvularia sp. .....................................

45

19. Gejala kerusakan pada bunga matahari oleh Rhizopus sp. Kiri:
Gejala busuk bunga; kanan: konidium Rhizopus sp. ......................

46

20. Gejala kerusakan pada bunga matahari oleh Alternaria sp.
Kiri: Gejala hawar; kanan: konidium Alternaria sp. ......................

47

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Kepadatan populasi serangga hama pada tanaman bunga matahari .

53

2. Tingkat kejadian penyakit setiap minggunya pada tanaman bunga
matahari .........................................................................................

53

3. Rata-rata luas serangan dan kerusakan oleh hama pada
tanaman bunga matahari .................................................................

54

4. Luas serangan oleh H. armigera pada biji bunga matahari..............

54

5. Data hasil pengukuran suhu harian dan kelembapan nisbi di lapang

55

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN)

LAELA NUR RAHMAH

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

ABSTRAK

LAELA NUR RAHMAH. Inventarisasi Hama dan Penyakit Tanaman Bunga
Matahari (Helianthus annuus Linn). Dibimbing oleh ENDANG SRI RATNA
dan SURYO WIYONO.
Tanaman bunga matahari (Helianthus annuus) merupakan perdu jenis
kenikiran yang memiliki potensi produksi untuk memenuhi berbagai kebutuhan,
seperti pangan, industri makanan, pakan ternak, tanaman hias, tanaman obat, dan
sumber bahan baku biodiesel. Penelitian ini bertujuan menginventarisasi OPT di
kebun petani bunga matahari di Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. Lima puluh tanaman contoh diambil secara acak pada kebun
petani seluas 3000 m2. Jenis OPT dan gejala kerusakan tanaman di lapangan
diamati dan dicatat.
Contoh serangga yang ditemukan dikoleksi untuk
diidentifikasi di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga dan Musium
Serangga, sedangkan contoh bagian tanaman sakit dikoleksi untuk diidentifikasi
di Klinik Tanaman Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB.
Serangga hama yang ditemukan pada tanaman bunga matahari adalah kepik hijau
Nezara viridula (Linn.) (Hemiptera: Pentatomidae), wereng daun Amrasca
biguttula biguttula Ish. (Homoptera: Cicadellidae), ulat gerayak Spodoptera litura
(Fbr.) dan ulat tongkol jagung Helicoverpa armigera (Hbn.) (Lepidoptera:
Noctuidae), ulat bulu Amsacta transiens dan Clostera restitura (Wlk.)
(Lepidoptera: Arctiidae), ulat bulu Euproctis virguncula Wlk. (Lepidoptera:
Lymantriidae), ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae), ulat jengkal (Lepidoptera:
Geometridae), dan belalang Oxya sp. (Orthoptera: Acrididae). Penyakit yang
ditemukan pada tanaman bunga matahari adalah layu fusarium (Fusarium sp.),
bercak daun (Choanephora sp. dan Curvularia sp.), busuk bunga (Rhizopus sp.),
dan hawar alternaria (Alternaria sp.).

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN)

LAELA NUR RAHMAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Inventarisasi Hama dan Penyakit Tanaman Bunga Matahari
(Helianthus Annuus Linn)
: Laela Nur Rahmah
: A34051571

Menyetujui

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dra. Endang Sri Ratna, PhD

Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc. MAgr

NIP: 19580120 198203 2001

NIP: 19690212 199203 1003

Mengetahui:
Ketua Departemen,

Dr. Ir. Dadang, MSc
NIP. 19640204 199002 1002

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi, Jawa Barat pada tanggal 20 Oktober
1987. Penulis merupakan putri keenam dari tujuh bersaudara pasangan Bapak
Andi Suhandi dan Ibu Tjitjah Suhaedah. Penulis lulus dari SMUN 2 Sukabumi
tahun 2005 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa baru di
IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama di IPB, penulis
ikut serta dalam berbagai kegiatan dan kepanitian yang diselenggarakan oleh
Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) dan Badan Eksekutif
Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB, serta aktif sebagai pengurus
HIMASITA periode 2007-2008, BEM KM IPB periode 2006-2007 dan 20082009. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama
Islam pada tahun 2007 dan 2009. Penulis telah berpartisipasi aktif sebagai penyaji
makalah Seminar Nasional Perlindungan Tanaman yang bertema “Strategi
Perlindungan Tanaman Menghadapi Perubahan Iklim Global dan Sistem
Perdagangan Bebas” pada tanggal 5-6 Agustus 2009.

PRAKATA
Syukur Alhamdulillah, segala puji tetap tercurah pada Allah SWT atas
izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Karya
ilmiah ini merupakan persyaratan tugas akhir untuk meraih gelar sarjana Proteksi
Tanaman, dengan judul Inventarisasi Organisme Pengganggu Tanaman Bunga
Matahari (Helianthus annuus LINN).
Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada
1. Ibunda tercinta, kakak, serta adik yang senantiasa dengan tulus mendoakan
dan memberi dukungan moriil maupun spiritual hingga saat ini.
2. Dra. Endang Sri Ratna, PhD dan Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc. MAgr yang telah
membimbing dan memberikan arahan serta saran dalam penyusunan tugas
akhir ini.
3. Bapak Putra Giyanto yang telah memberikan fasilitas lahan penelitian
tanaman bunga matahari.
4. Bapak Rahmat Rahardjo yang telah membantu dalam penyediaan pustaka
acuan tentang budidaya tanaman bunga matahari.
5. Bapak Agus Sudrajat dan Bapak Sodiq yang telah membantu secara teknis
penyediaan alat-alat pertanian yang dibutuhkan di lapangan, serta Bapak Dede
Sukaryana dan Bapak Endang yang membantu dalam persiapan seminar dan
sidang.
6. Semua teman Departemen Proteksi Tanaman 42, Mafaza, dan teman-teman di
BEM KM yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu
menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per
satu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
isi skripsi ini.

Bogor, Maret 2010

Laela Nur Rahmah

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ........................................................................................

i

RIWAYAT HIDUP ...........................................................................

ii

PRAKATA ........................................................................................

iii

DAFTAR ISI .....................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR .........................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................

vii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..........................................................................

1

Tujuan .......................................................................................

2

Manfaat .....................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annuus LINN) ...............

3

Klasifikasi Tanaman Bunga Matahari .................................
Syarat Tumbuh ...................................................................
Budidaya ............................................................................
Manfaat dan Kandungan Tanaman Bunga Matahari ............

4
6
6
7

Hama dan Penyakit Tanaman Bunga Matahari ..........................

9

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................

22

Bahan dan Alat .........................................................................

22

Penentuan Tanaman Contoh, Identifikasi Hama dan Penyakit
serta Tingkat Kerusakan Tanaman Bunga Matahari ..........

22

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Pengamatan .......................................

25

Hama dan Penyakit Tanaman Bunga Matahari ..........................

26

Hama pada Tanaman Bunga Matahari ................................
Penyakit pada Tanaman Bunga Matahari ............................

26
41

KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

48

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................

49

LAMPIRAN ......................................................................................

52

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Lahan pertanaman bunga matahari yang baru diolah ......................

26

2. Grafik jumlah populasi serangga pada tanaman bunga
matahari .........................................................................................

27

3. Nimfa belalang Oxya sp. (Orthoptera: Acrididae) ...........................

29

4. Ulat penggerek tongkol jagung, Helicoverpa armigera
(Lepidoptera: Noctuidae). Atas: tubuh larva dilihat dari
samping, bawah: larva sedang menggerek biji ................................

30

5. Grafik luas serangan oleh H. armigera pada biji bunga matahari ....

31

6. Imago ulat gerayak Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) .....

32

7. Ulat bulu Amsacta transiens. (Lepidoptera: Arctiidae).
Kiri: a. Pita dorsal memanjang , b. rambut integumen pendek,
c. Rambut integumen panjang, d. pita lateral arah miring; Kanan:
Ulat dan gejala serangan pada daun bunga matahari. ......................

33

8. Ulat bulu Clostera restitura (Lepidoptera: Notodontidae).
Atas: ulat pada daun muda; bawah: ulat pada biji ...........................

34

9. Ulat bulu Euproctis virguncula (Lepidoptera: Lymantriidae) pada
dasar dan kelopak bunga matahari ..................................................

36

10. Ulat jengkal (Lepidoptera: Geometridae)........................................

36

11. Pupa ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae) ...................................

37

12. Grafik rata-rata luas serangan dan tingkat kerusakan tanaman
bunga matahari oleh serangga hama penggigit pengunyah.............

38

13. Kepik hijau Nezara viridula (Hemiptera: Pentatomidae) ...............

40

14. Nimfa wereng daun Amrasca biguttula biguttula (Hemiptera:
Ciccadellidae) ...............................................................................

40

15. Grafik tingkat kejadian penyakit setiap minggunya pada
tanaman bunga matahari ...............................................................

41

16. Gejala kerusakan tanaman oleh Fusarium sp. Kiri: Gejala layu
fusarium; kanan: konidia Fusarium sp. .........................................
17. Gejala kerusakan tanaman oleh Choanephora sp. Kiri: Gejala

43

bercak daun; kanan: konidia Choanephora sp. ..............................

44

18. Gejala kerusakan tanaman oleh Curvularia sp. Kiri: Gejala
bercak daun; kanan: spora Curvularia sp. .....................................

45

19. Gejala kerusakan pada bunga matahari oleh Rhizopus sp. Kiri:
Gejala busuk bunga; kanan: konidium Rhizopus sp. ......................

46

20. Gejala kerusakan pada bunga matahari oleh Alternaria sp.
Kiri: Gejala hawar; kanan: konidium Alternaria sp. ......................

47

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Kepadatan populasi serangga hama pada tanaman bunga matahari .

53

2. Tingkat kejadian penyakit setiap minggunya pada tanaman bunga
matahari .........................................................................................

53

3. Rata-rata luas serangan dan kerusakan oleh hama pada
tanaman bunga matahari .................................................................

54

4. Luas serangan oleh H. armigera pada biji bunga matahari..............

54

5. Data hasil pengukuran suhu harian dan kelembapan nisbi di lapang

55

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bunga matahari (Helianthus annuus Linnaeus) adalah tanaman perdu jenis
kenikiran yang berasal dari daerah Amerika Utara, Meksiko, Chili, dan Peru
(Jamaludin 2008). Biji bunga matahari pada mulanya dikenal oleh penduduk asli
Amerika sebagai bahan pokok dalam pembuatan makanan ringan yang dikenal
dengan ”kuaci” yang diketahui mampu memenuhi kebutuhan pangan dari biji
yang kaya protein dan lemak (Chase 2005). Di Indonesia, potensi produksi bunga
matahari telah dilaporkan sekitar tahun 2003, yaitu melalui penanaman tanaman
tersebut di wilayah Blitar dengan hasil rata-rata mencapai 1675 kg/ha (Anonim
2009). Tanaman ini dapat dijumpai sebagai bunga pekarangan yang memiliki
nilai estetika tinggi, banyak dibudidayakan sebagai tanaman hias dan dijual dalam
bentuk bunga potong maupun bunga pot (Chase 2005). Bunga matahari juga
termasuk komoditas ekspor-impor tanaman hias. Volume ekspor tanaman hias
secara umum mencapai 3.343.562 kg pada periode tahun 2003-2008 (Ditjenhort
2008).
Di luar negeri, bunga matahari dibudidayakan lebih intensif untuk keperluan
skala industri, karena memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi (CAB
International 2005). Minyak bunga matahari telah menjadi minyak nabati yang
paling utama ketiga di dunia setelah kedelai dan sawit, terutama diproduksi
sebagai sumber bahan utama dalam pembuatan margarin. Minyak biji bunga
matahari memiliki kualitas yang hampir setara dengan minyak zaitun, sehingga
sering digunakan sebagai minyak sayur bumbu salad, juga sebagai bahan baku
industri kosmetik dan pelumas (Jamaludin 2008).

Minyak nabati asal bunga

matahari juga digunakan untuk sediaan bahan baku pembuatan sabun dan cat.
Kualitas terbaik dari minyak bunga matahari ini diperoleh dari varietas biji hitam
dengan kandungan minyak sekitar 50%-60%.
Di Indonesia, minyak biji bunga matahari sangat berpotensi dikembangkan
sebagai bahan baku industri biodiesel selain kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, dan
randu (Sanjaya 2007).

Berdasarkan data Automotive Diesel Oil Corporation

2

menunjukkan bahwa konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia terus
meningkat (Hambali 2002). Walaupun dilaporkan pada tahun 1995 kebutuhan
BBM melebihi produksi dalam negeri, namun di era abad 20 ke depan
diperkirakan sediaan BBM alami akan habis, dan perlu dipertimbangkan
pengembangan produk alternatif biodiesel lain.
Mengingat kebutuhan dan pemasaran produk bunga matahari di dalam
negeri maupun ke luar negeri memiliki prospek yang cukup tinggi, maka dapat
memberi peluang petani di Indonesia untuk membudidayakan tanaman ini dalam
skala luas (Anonim 2009). Walaupun demikian, organisme pengganggu tanaman
(OPT) seringkali menjadi salah satu faktor penghambat dalam budidaya tanaman.
Secara umum, kerusakan oleh OPT berpengaruh terhadap hasil panen, yaitu
berupa penurunan jumlah produksi, penurunan mutu produksi, atau kedua-duanya
yang mengakibatkan kerugian ekonomi dan seringkali memerlukan biaya
pengendalian yang cukup besar (Palungkun & Indriani 1992).
Permasalahan OPT pada tanaman budidaya bunga matahari sudah banyak
dilaporkan di luar negeri. Lebih dari 150 spesies hama (Charlet & Brewer 2004)
dan 30 jenis penyakit (Clarke 1999) dilaporkan menyerang tanaman bunga
matahari di seluruh dunia. Di Indonesia, informasi OPT tanaman bunga matahari
belum banyak dilaporkan, sehingga perlu dilakukan penelitian dasar inventarisasi
dan identifikasi OPT pada tanaman ini. Menurut Semangun (1994), informasi
tentang OPT sangat diperlukan sebagai salah satu dasar untuk menentukan
pengendaliannya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan menginventarisasi OPT di kebun petani bunga
matahari.
Manfaat
Melalui

penelitian

ini

harapannya

dapat

memberikan

informasi

keanekaragaman jenis hama dan penyakit pada setiap fase pertumbuhan bunga
matahari (Helianthus annuus Linnaeus), sehingga dapat digunakan sebagai acuan
pustaka untuk membantu dalam penyusunan rekomendasi pengendalian.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annuus Linnaeus)
Bunga matahari (Helianthus annuus L.) adalah tumbuhan asli dari daerah
Amerika Utara, Meksiko, Cili, dan Peru. Tanaman ini merupakan tumbuhan
semusim dari suku kenikiran (Compositeae atau Asteraceae).

Hingga kini

anggota genus Helianthus diperkirakan terdiri atas 67 spesies. Saat ini bunga
matahari merupakan sumber minyak sayur utama di dunia. Sejak dulu Rusia telah
menjadi produsen terbesar bunga matahari, diikuti oleh Argentina dan Amerika
Serikat, yang menempati posisi ketiga dalam produksi bunga matahari di seluruh
dunia (Berglund 2007). Sampai saat ini budidaya bunga matahari telah dilakukan
oleh negara-negara besar lainnya seperti Perancis, Hungaria, Cina, India, dan lainlain (CAB International 1995).
Hampir seluruh bagian tanaman bunga matahari dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kebutuhan seperti pangan, industri, pakan ternak, tanaman hias dan
bahan tanaman obat, sehingga budidaya bunga matahari dikelompokkan
berdasarkan kegunaannya sebagai berikut (Anonim 2008):
Kultivar penghasil minyak. Bagian tanaman yang dimanfaatkan berupa
biji.

Biji bunga matahari jenis ini memiliki cangkang biji yang tipis.

Kandungan minyak biji matahari berkisar antara 48% hingga 52%.
Kultivar penghasil minyak dapat menghasilkan biji yang mengandung
asam oleat hingga 80%-90%.
Kelompok kuaci. Biji bunga matahari dibudidayakan untuk menghasilkan
bahan baku makanan ringan biji kuaci. Biji yang dihasilkan oleh kultivar
ini umumnya hanya memiliki kandungan asam oleat yang lebih kecil
(hanya 25%) bila dibandingkan kultivar penghasil minyak.
Kelompok pakan ternak. Tanaman dipanen dalam bentuk daun sebagai
pakan ternak atau pupuk hijau. Tanaman ini memiliki kandungan serat
yang cukup tinggi, kandungan lisin yang rendah, dan kandungan metionin
yang tinggi dibandingkan kedelai, sehingga dapat digunakan sebagai

4

pakan ternak. Kandungan protein tanaman bunga matahari sama dengan
rumput-rumputan tetapi lebih tinggi daripada jagung (Putnam et al. 1999).
Kelompok tanaman hias. Beberapa kultivar dari kelompok ini memiliki
berbagai variasi ukuran dan warna helaian mahkota bunga yang sangat
menarik dan umumnya memiliki banyak cabang yang menghasilkan
bunga.
Kelompok tanaman obat. Setiap bagian tanaman bunga matahari dapat
dimanfaatkan sebagai tanaman herba untuk mengobati penyakit seperti flu,
batuk, demam, sakit tenggorokan, menurunkan kolesterol tinggi, dan sakit
paru-paru.

Klasifikasi tanaman bunga matahari
Tanaman bunga matahari diklasifikasikan menurut CAB International
(2005) sebagai berikut:

Kingdom

: Plantae

Domain

: Eukaryota

Phylum

: Spermatophyta

Subphylum : Angiospermae
Kelas

: Dicotyledone

Ordo

: Asterales

Familia

: Asteraceae

Genus

: Helianthus

Spesies

: Helianthus annuus Linnaeus

Bunga matahari (Helianthus annuus L.), merupakan tanaman perdu
semusim (herba annual) berbatang basah, umumnya berumur pendek atau kurang
dari setahun (Anonim 2008, CAB International 2005). Pohon berbatang tegak,
agak melengkung pada tanaman yang dewasa, seringkali tidak bercabang; tinggi
90- 400 cm; batang berdiameter relatif kecil, kurang dari 5 cm, dan berbulu kasar.

5

Bunga matahari jenis liar biasanya mempunyai banyak percabangan pada
batangnya dibandingkan dengan tanaman budidaya yang umumnya hampir tidak
atau jarang memiliki percabangan. Daun tunggal berbentuk jantung, berdiameter
terpanjang 15 cm dan lebar 12 cm. Tangkai daun relatif panjang berpangkal pada
batang pokok dengan susunan berhadapan.

Daun yang tumbuh kemudian,

berukuran lebih besar dan berbentuk oval, tepi daun bergerigi dan kedua
permukaan daun dilapisi rambut-rambut halus berkelenjar maupun tidak
berkelenjar, serta letak daun berseling dan tersusun spiral.
Bunga majemuk terletak di ujung batang, berbentuk tandan atau bongkol
yang tersusun pada dasar atau kepala bunga (reseptakel) berbentuk seperti cawan
dengan permukaan datar sampai cembung atau cekung berdiameter sampai 30 cm
(Anonim 2008). Bunga matahari dikenal berperilaku heliotropik, yaitu pada siang
hari permukaan bunga menghadap ke arah matahari dan pada malam hari bunga
tertunduk ke arah bawah. Susunan bunga pada cawan terdiri atas dua lapisan:
bunga steril terletak di sekeliling tepi luar cawan dengan helaian mahkota bunga
berbentuk pita berukuran panjang antara 10-15 cm dan bunga-bunga biseksual
berukuran kecil berbentuk tabung terletak di bagian tengah cawan dan tersusun
spiral melingkar dari pusat bongkol. Bunga bagian luar ini mudah gugur dan
memiliki warna helaian mahkota sangat menarik, yaitu kuning, kadang-kadang
putih, biru, oranye atau merah, sedangkan bunga-bunga kecil di bagian dalam
memiliki helaian mahkota bunga berwarna cokelat.

Setelah terjadi proses

pembuahan pada bunga kecil, maka akan terbentuk biji dengan kulit biji tipis, satu
lapisan endosperma, embrio lurus dan dua keping biji. Seluruh biji-biji tersebut
tersusun dalam kelompok di permukaan cawan dan kesatuan ini disebut sebagai
buah. Biji bunga matahari berbentuk seperti telur terbalik (bagian ujung agak
menyegi empat dengan ujung rompang dan bagian pangkal membulat). Ukuran
dan warna biji bervariasi seperti putih, krem, cokelat, ungu, hitam, atau putih
kelabu dengan garis hitam. Biji-biji yang sudah matang akan mudah dilepaskan
dari cawannya.

6

Syarat tumbuh
Tanaman bunga matahari sangat cocok tumbuh pada tanah berpasir hingga
tanah liat dengan pH berkisar dari 6,5 sampai 7,5 (Franzen 2007). Tanaman ini
tidak dapat hidup di daerah yang tergenang air karena perakarannya mudah
membusuk, sehingga memerlukan drainase yang baik.

Kebutuhan air selama

masa pertumbuhan tanaman umumnya berkisar antara 300 dan 700 mm, walaupun
hal ini bergantung pada kultivar tanaman, tipe tanah dan iklim. Curah hujan lebih
dari 1000 mm dapat meningkatkan resiko perendaman lahan serta kondisi
lingkungan tersebut mendukung timbulnya penyakit tanaman. Bunga matahari
akan lebih baik pertumbuhannya apabila ditanam di lahan terbuka dengan
penyinaran cahaya matahari langsung. Di daerah yang memiliki iklim empat
musim, hari cahaya panjang menyebabkan tanaman menjadi tinggi.
Pada saat pembentukan dan pematangan biji, tanaman memerlukan kondisi
udara yang kering untuk mendapat kualitas biji yang baik. Tanaman yang tumbuh
di daerah beriklim panas menghasilkan biji bunga matahari dengan kadar minyak
relatif rendah dengan komposisi asam linoleat yang rendah dan asam oleat yang
tinggi dibandingkan dengan biji yang diperoleh dari daerah beriklim dingin.

Budidaya
Bunga matahari umumnya dibudidayakan di daerah dingin hingga subtropis.
Di daerah tropis bunga matahari dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga
dataran tinggi pada ketinggian hingga 1500 m dpl. dengan temperatur optimum
23-27 °C dan kelembaban yang relatif kering.

Bunga ini umumnya ditanam

sebagai tanaman hias di pekarangan rumah, paling subur tumbuh di daerah
pegunungan yang memiliki kelembaban udara cukup dan banyak mendapat sinar
matahari langsung. Tanah yang sesuai untuk pertumbuhan bunga matahari adalah
tanah berpasir hingga tanah liat, dengan drainase yang baik dan pH yang berkisar
antara 6,5 sampai 7,5 (Franzen 2007).
Tanaman H. annuus diperbanyak dengan biji. Benih berasal dari biji bunga
pertama induknya yang sudah tua. Benih sebaiknya disemai dahulu sebelum
ditanam. Penyemaian dalam skala besar dapat dilakukan dengan cara menabur

7

benih di atas tanah basah di dalam bedengan, sebaliknya untuk keperluan skala
kecil, benih cukup disemai pada media tanah di dalam pot. Benih ini mudah
berkecambah dan cepat membesar. Bibit baru dapat dipindahkan ke lokasi tanam
bila tingginya telah mencapai 15-20 cm, biasanya memerlukan waktu semai 10
hari. Satu bibit ditanam dalam satu lubang, dengan jarak tanaman 1 m2. Jika
jarak tanaman terlalu rapat, batang tidak akan berkembang optimal maupun
bercabang, ukuran bunga kecil bahkan kerdil.
Bibit sebaiknya ditanam pada tanah gembur. Pada awal tanam, setiap 3 kg
pupuk kandang (kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran lembu) per tanaman
ditaburkan di sekeliling bibit.

Pemupukan diulangi setelah tanaman berumur

sebulan ditambah dengan 25 gram pupuk ZA per batang. Dua minggu kemudian,
ditambahkan 15 gram TSP per batang. Selama pemeliharaan tanaman, saluran
pembuangan air harus diperiksa supaya tidak terjadi genangan air, sehingga tidak
mudah terserang hama maupun penyakit. Pada saat tanaman berumur 2 bulan
sudah mulai terbentuk kuncup bunga pada batang utama, kemudian diikuti
tumbuhnya kuncup pada cabang-cabang yang terletak pada ruas-ruas daun di
bawahnya. Satu batang tanaman bisa menghasilkan 10-12 tangkai bunga.
Penyiraman setidaknya dilakukan satu kali sehari. Hiasan mahkota bunga
matahari mampu menarik serangga yang turut membantu proses penyerbukan
untuk menghasilkan biji bagi perbanyakan dan pertumbuhan anak benih baru.

Manfaat dan kandungan kimia tanaman bunga matahari
Di Amerika Utara, bunga matahari dikenal sebagai tanaman bunga penghias
pinggiran kota yang mempunyai nilai estetika tinggi dan tetap indah meski
disimpan dalam pot. Bunga matahari selain dikenal sebagai tanaman hias sering
dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Setiap bagian tanaman memiliki khasiat
sebagai berikut:
a) Bunga: antipiretik, hipotensif, menurunkan tekanan darah, mengurangi
rasa nyeri (analgetik), nyeri haid (dysmenorrhoe), nyeri lambung (gastric
pain), sakit kepala, sakit gigi, sakit perut, tekanan darah tinggi, radang
payudara (obat luar), radang persendian (obat luar), kosmetik (mencegah
penuaan dini), dan sulit melahirkan.

8

b) Akar: Anti inflamasi, analgesik, antitusif, diuretic, batuk, batu ginjal,
bronkhitis, keputihan (leucorrhoe), anti radang, peluruh air seni, pereda
batuk, dan menghilangkan nyeri.
c) Daun: Anti inflamasi, analgesik, antipiretik, anti radang, mengurangi rasa
nyeri, dan anti malaria.
d) Biji: Anti disentri berdarah, membangkitkan nafsu makan, lesu, sakit
kepala, merangsang pengeluaran cairan tubuh (hormon, enzym, dll.), dan
merangsang pengeluaran campak (measles).
e) Sumsum dari batang dan reseptakel: Merangsang vitalitas energi,
menenangkan

liver,

merangsang

pengeluaran

air

kemih,

menghilangkan rasa nyeri pada waktu buang air kemih, nyeri lambung,
air kemih bedarah (hematuria), ari kemih berlemak (chyluria), kanker
lambung, kanker esophagus dan malignant mole. Sumsum dari batang dan
dasar bunga (reseptakel) mengandung hemiselulosa yang menghambat
penyakit sarcoma 180 dan Ehrlich ascitic carcinoma pada tikus (Anonim
2008).
Bagian tanaman bunga matahari mengandung berbagai komposisi bahan
kimia yang bermanfaat untuk kesehatan sebagai berikut (Anonim 2007):
a) Bunga:

quercimeritrin,

(flavon

glikosida),

sianidinmonoglukosida

(antosian glikosida), xantofil, kholina, betaina, sapogenin, helianthoside AB-C, oleanolic acid, echinocystic acid.
b) Biji: protein globulin, albumin, glutolin, asam amino esensial, betasitosterol, prostaglandin E, chlorogenic acid, quinic acid, phytin, dan 3,4benzopyrene. Di dalam 100 g minyak biji bunga matahari atau 100 g
lemak total terkandung 9,8 g lemak jenuh dan lemak tidak jenuh yang
terdiri atas 11,7 g asam oleat, 72,9 g asam linoleat, dan kolesterol.
c) Buah: lemak, kolin, lesitin, betaina, dan zat samak.
d) Sumsum dari batang dan reseptakel mengandung hemicellulose yang
menghambat sarcoma 180 dan Ehrlich ascitic carcinoma pada tikus.
Biji bunga matahari sering dimanfaatkan sebagai bahan pokok dalam
pembuatan makanan ringan yang dikenal dengan ”kuaci”, dan saat ini semakin
banyak dikonsumsi dan disukai sebagai makanan cemilan oleh penduduk modern

9

Amerika (Chase 2005, Stern 2006). Biji bunga matahari yang kaya protein dan
lemak secara luas digunakan oleh penduduk asli Amerika sebagai sumber buah
kering yang diolah lebih lanjut menjadi tepung dan diketahui mampu memenuhi
kebutuhan pangan untuk bahan tambahan dalam pembuatan roti.

Selain itu,

tanaman bunga matahari dibudidayakan secara komersial sebagai penghasil
minyak sayur dan mentega setelah dibersihkan dari sekam dan diekstrak dari
bijinya (Stern 2006).

Hama dan Penyakit Tanaman Bunga Matahari
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti hama dan penyakit,
seringkali menjadi kendala dalam budidaya tanaman setiap komoditas pertanian.
Berbagai jenis serangga hama tanaman bunga matahari telah dilaporkan di
Amerika Utara, di antaranya adalah kepik hijau Nezara viridula (Linn.)
(Hemiptera: Pentatomidae) dan ulat penggerek Helicoverpa armigera (Hbn.)
(Lepidoptera: Noctuidae) yang merupakan hama utama pada bagian biji dan
wereng daun Amrasca biguttula biguttula Ish. (Homoptera: Cicadellidae) serta
ulat gerayak Spodoptera litura (Fbr.) (Lepidoptera: Noctuidae) yang merupakan
hama minor pada bagian daun maupun bunga matahari (Hill 1987). Ulat bulu
Amsacta transiens Wlk. (Lepidoptera: Arctiidae), Clostera restitura (Wlk).
(Lepidoptera:

Notodontidae),

Euproctis

virguncula

Wlk.

(Lepidoptera:

Lymantriidae), ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae), ulat jengkal (Lepidoptera:
Geometridae), dan belalang Oxya sp. (Orthoptera: Acrididae), dapat dijumpai di
pertanaman bunga matahari, walaupun diduga tanaman ini bukan merupakan
inang utamanya.
Penyakit yang ditemukan pada tanaman bunga matahari adalah layu
fusarium (Fusarium sp.), bercak daun (Choanephora sp. dan Curvularia sp.),
busuk bunga (Rhizopus sp.), dan hawar alternaria (Alternaria sp.). Namun, hanya
busuk bunga (Rhizopus sp.), dan hawar alternaria (Alternaria sp.) yang secara
umum pernah dilaporkan sebagai gejala penyakit pada bunga matahari di Amerika
Utara.

10

Kepik hijau, Nezara viridula (Linn.) (Hemiptera: Pentatomidae)
Kepik hijau merupakan hama penting di daerah tropik. Kepik hijau ini
bersifat polifag pada pertanaman padi, tomat, cabai, kapas dan lain-lain (Pracaya
2007). Di Amerika Utara, kepik ini dilaporkan sebagai hama primer biji bunga
matahari (Hill 1987). Kepik hijau memiliki panjang tubuh 16 mm.

Selama

hidupnya, imago betina mampu meletakkan 10-90 butir tersusun dalam kelompok
di permukaan daun. Perkembangan telur menjadi dewasa membutuhkan waktu 48 minggu. Siklus hidup kepik 60-80 hari, maksimum mencapai 6 bulan. Imago
betina menyerang tanaman fase pembungaan, sehingga menimbulkan kerusakan
pada biji yang sedang berkembang. Kerusakan utama tidak hanya disebabkan
oleh tusukan dan hisapan nimfa dan imago kepik secara langsung, melainkan
disertai racun yang diinjeksikan dari kelenjar ludah kepik.

Racun ini dapat

menimbulkan kelayuan daun dan pucuk daun serta kematian tanaman. Kerusakan
pada biji bunga matahari menunjukkan gejala biji kempis. Cara pengendalian
yang tepat untuk menekan perkembangan hama ini dapat dilakukan dengan
mengumpulkan telur dan nimfanya kemudian dimusnahkan. Cara pengendalian
hayati dilakukan dengan memanfaatkan tabuhan parasitoid telur Ooencyrtus
malayensis (Ferr.) dan Telenomus sp. (Pracaya 2007).

Ulat tongkol jagung, Helicoverpa armigera (Hbn.) (Noctuidae: Lepidoptera)
Ulat ini bersifat polifag, menyerang jagung, tomat, tembakau, kapas,
kentang, jarak, polong pupuk hijau, bermacam-macam sayuran, dan tanaman hias
(Pracaya 2007). Pada tanaman jagung, biasanya ulat melubangi buah tetapi ada
juga yang memakan daun. Di Amerika Utara, ulat ini merupakan hama primer
penggerek biji bunga matahari (Heel, 1987). Hama ini hidup di dataran rendah
sampai ketinggian 2000 dpl. Ngengat makan dengan cara menghisap madu dari
bunga-bunga tanaman. Ngengat bertelur sampai 1000 butir. Biasanya ngengat
meletakkan telur pada tanaman yang sedang berbunga, sehingga saat telur
menetas, larva muda telah mempunyai sediaan pakan di tempatnya.

Telur

berbentuk bulat, diletakkan satu per satu dalam jumlah yang besar pada bagian
permukaan atas daun tanaman inang. Larva memiliki variasi warna, di antaranya

11

hijau, hijau kekuningan, hijau kecokelatan, cokelat tua, dan cokelat muda. Larva
bersifat kanibal, biasanya satu tanaman atau tongkol jagung jarang terdapat lebih
dari satu atau dua larva. Larva berpupa di permukaan tanah, dibungkus kokon
yang terbuat dari partikel tanah. Perkembangan telur sampai imago memerlukan
waktu ± 35 hari. Cara pengendalian hayati dapat dilakukan dengan menggunakan
musuh alami, yaitu parasitoid telur Trichogramma nana, parasitoid larva Eriborus
argenteopilosa dan cendawan Metharizium. Cara pengendalian kimia yang telah
dilaporkan, yaitu dengan penggunaan insektisida berbahan aktif sipenmetrin dan
monokrotofos (Pracaya 2007).

Ulat grayak, Spodoptera litura (Fbn.) (Lepidoptera: Noctuidae)
Spodoptera litura merupakan salah satu hama daun pada pertanaman bunga
matahari (Hill, 1987). Di Indonesia, hama ini dianggap penting, karena bersifat
polifag dan sering menyerang berbagai komoditas tanaman seperti kedelai, kacang
tanah, kubis, ubi jalar, kentang, dan lain-lain. Ulat umumnya menyerang tanaman
budidaya pada fase vegetatif, yaitu memakan daun tanaman muda dengan
menyisakan tulang daun saja dan pada fase generatif saat tanaman mulai berbunga
dan berbuah (Direktorat Perlindungan Tanaman 1985). Menurut Adisarwanto &
Widianto (1999) serangan S. litura menyebabkan kerusakan sekitar 12,5% dan
lebih 20% pada tanaman kedelai umur lebih dari 20 hst.
Ngengat meletakkan telur dalam kelompok yang terdiri atas beberapa ratus
butir telur di permukaan atas daun. Puncak peneluran terjadi pada malam kedua
setelah eklosi.

Ngengat betina kawin 3-4 kali selama hidupnya, sedangkan

ngengat jantan kawin hingga 10 kali. Seekor ngengat dapat meletakkan 20002600 telur dalam waktu 6-8 hari. Kelompok telur dututupi oleh rambut atau sisik
imago (Kalshoven 1981). Stadia telur 2-3 hari.
Stadia larva terdiri atas lima instar.

Larva muda umumnya berwarna

kehijauan. Larva instar I dan II hidup berkelompok di sekitar kulit telur dan
memakan epidermis daun bagian bawah. Larva instar lanjut mempunyai tanda
dua bintik hitam berbentuk seperti bulan sabit pada ruas abdomen ke empat dan
ke sepuluh yang dibatasi oleh alur-alur lateral dan dorsal memanjang berwarna
kuning di sepanjang tubuhnya (Kalshoven 1981). Larva instar lanjut memakan

12

helaian daun dengan menyisakan tulang daun pada malam hari. Oleh karena itu,
instar instar III dan IV merupakan instar yang sangat berbahaya bagi tanaman,
karena perilaku makannya yang rakus dan pada kepadatan populasi yang tinggi
dapat menggunduli seluruh daun tanaman (Ditlintan 1985). Lama stadia larva
berkisar antara 20-26 hari (Deptan 1981). Pupa berkembang di dalam tanah di
dekat tanaman inang. Stadia pupa berkisar antara 7-10 hari.
Usaha pengendalian S. litura pada tanaman bunga matahari dilaporkan
dengan menggunakan teknik pengendalian hama terpadu (PHT), yaitu dengan
cara menanam tanaman perangkap jarak pagar yang menarik S. litura di sekeliling
dan di dalam pertanaman (CAB International 2005). Pengendalian lain dapat
dilakukan dengan penyemprotan insektisida atau penggunaan NPV (Nuclear
Polyhedrosis Virus).

NPV merupakan salah satu jenis virus patogen yang

berpotensi sebagai agensia hayati dalam mengendalikan ulat grayak, karena
bersifat spesifik, selektif, efektif untuk hama-hama yang telah resiten terhadap
insektisida dan aman terhadap lingkungan (Laoh 2003).

Wereng daun, Amrasca biguttula biguttula Ish. (Homoptera: Cicadellidae)
Wereng hijau bersifat polifag, dilaporkan sebagai hama utama pada tanaman
bunga matahari (CAB International 2005). Hama ini juga menyerang inang lain
seperti okra (Abelmoschus esculentus), kacang tanah, kedelai, terung, dan
kentang. Selain itu dapat hidup pada tanaman bayam, tomat, lobak, dan jagung.
Persebaran hama ini meliputi daerah Indonesia, India, Bangladesh, Nepal,
Pakistan, Afghanistan, Vietnam, Jepang, Cina, Taiwan dan Kepulauan Pasifik.
Tubuh imago wereng berwarna hijau kekuningan dengan sepasang bercak
hitam jelas terletak di bagian verteks kepala dan di areal ujung sayap depan.
Panjang tubuhnya sekitar 2,5 mm. Sayap depan memiliki jumbai berwana hijau
kecokelatan dan tungkai berwarna hijau. Pada siang hari, serangga ini tinggal di
bawah permukaan daun, sedangkan pada sore hari kadang-kadang bergerak naik
ke permukaan daun. Jika wereng terganggu, dia akan lari menyamping dengan
cepat untuk mencari tempat yang aman.

Imago mampu terbang cukup jauh,

terutama jika ada angin. Lama hidup imago 11 hari. Imago betina menyisipkan
telur di bagian mesofil helaian daun muda atau di dalam tangkai daun. Seekor

13

imago menghasilkan 17-38 telur selama hidupnya.

Telur berwarna putih

kekuningan, panjang 0.73 mm dan lebar 0.24 mm. Telur ini dapat jelas dilihat
dengan menggunakan metode pewarnaan yang diuraikan oleh Moorthy et al.
(1988). Stadia telur 8-10 hari. Nimfa terdiri atas 5 instar, dengan masing-masing
stadia 3-5 hari.

Tubuh nimfa berwarna kuning kehijauan dengan tungkai

kebiruan.
Wereng A. biguttula biguttula tidak diketahui menularkan penyakit yang
disebabkan oleh virus ataupun mikoplasma.

Gejala awal kerusakan yang

diakibatkan oleh isapan wereng ini adalah menguningnya daun, diikuti dengan
pengerutan disekitar tepi daun, dan kemudian daun mengeriting dengan
lengkungan menghadap ke arah atas. Ujung dan tepi daun berkembang menjadi
daerah nekrotik. Stadium lanjut seluruh daun menjadi kecokelatan. Kerusakan
berat menyebabkan tanaman kerdil.

Satu generasi mampu hidup kira-kira 3

bulan, bergantung pada kondisi lingkungan sekitar.

Curah hujan merupakan

faktor utama mortalitas nimfa dan dewasa. Populasi serangga dapat berkurang
berkaitan dengan suhu rata-rata rendah (29°C), kelembaban nisbi tinggi (> 78%),
dan lama penyinaran matahari kurang dari 6,4 jam.

Pada tanaman bunga

matahari, serangan oleh wereng ini bersama-sama dengan kutu kebul
menyebabkan kehilangan hasil sebesar 9,2% (Balasubramanian & Chelliah 1985
dalam CAB International 2005).
Di India Utara, pengendalian wereng ini digunakan penanaman tumpang sari
antara tanaman kapas, tanaman bunga matahari, dan kacang hijau atau tanaman
bunga matahari dengan okra (CAB International 2005). Pengendalian lain dapat
digunakan dengan menanam varietas tahan tanaman bunga matahari, seperti
contohnya varietas EC 15527, EC 27501, dan EC 68415. Musuh alami hama ini
adalah predator dari famili Coccinellidae dan Chrysopidae, parasit telur
Mymaridae, parasit nimfa dan imago Dyrinidae (Pracaya 2007). Di dataran India,
dilaporkan bahwa dengan ketiadaan musuh alami yang efektif, pengendalian hama
ini dibantu dengan menggunakan insektisida yang berbahan aktif endosulfan,
monokrotofos, dan karbaril (Pracaya 2007).

14

Ulat bulu, Amsacta transiens Wlk. (Lepidoptera: Arctiidae)
Amsacta merupakan hama polifag yang biasa terdapat pada tanaman herba,
semak belukar, dan pohon-pohon tinggi. Larva berwarna cokelat dengan garis
terang pada dorsal dan rambut yang berwarna putih keabu-abuan.
kebanyakan berwarna putih atau kuning.

Pupa berwarna abu-abu.

Spirakel
Imago

memiliki sayap depan berwarna cokelat terang dengan sedikit bintik; kepala dan
torak berwarna putih; dan abdomen berwarna kuning muda dengan barisan bintik
hitam. Imago betina mampu menghasilkan sampai 1500 telur. Lama stadia telur
5,5-7 minggu.

Pengendalian dapat dilakukan dengan parasitoid telur, yaitu

Apanteles creatonoti yang berasal dari Famili Braconidae (Kalshoven 1981).
Serangga ini tidak dilaporkan sebagai hama tanaman bunga matahari.

Ulat bulu, Clostera restitura (Wlk.) (Lepidoptera: Notodontidae)
Menurut Kalshoven (1981), spesies serangga ini dikenal sebagai Clostera
restitura (Wlk.). Ulat berwarna cokelat kekuningan atau oranye yang ditandai
dengan adanya tonjolan pada ruas ke-4 dan ke-11 di permukaan dorsal tubuhnya,
serupa dengan tonjolan yang umum dijumpai pada ulat yang tergolong famili
Noctuidae. Larva berpupa pada daun tempat larva melakukan aktivitas makan.
Perkembangan mulai dari telur hingga menjadi imago memerlukan waktu 33 hari.
Larva memakan tanaman jenis Flacourtiaceae (CAB International 2005).

Ulat bulu, Euproctis virguncula Wlk. (Lepidoptera: Lymantriidae)
Ulat ini bersifat polifag dan umum ditemukan di daerah Jawa, Sumatra, dan
India. Ulat berwarna hitam dengan pita kuning di bagian dorsal tubuh, tetapi
terkadang memiliki banyak warna. Larva memiliki tuberkel yang berwarna merah
dan hitam.

Tuberkel yang berwarna merah ditumbuhi tumpukan rambut dan

terdapat pada bagian belakang kepala, sedangkan tuberkel yang berwarna hitam
terdapat pada bagian distal abdomen larva dengan ditumbuhi rambut berwarna
putih.

Tebu, padi, sayuran, kacang-kacangan, Malvaceae, beberapa tanaman

semak, dan pohon diketahui sebagai inang dari ulat ini. Ulat seringkali terlihat
makan pada bagian bunga (padi, kopi, lamtoro, Tephrosia). Pupa berwarna coklat

15

kelabu.
abdomen.

Ngengat berwarna putih dengan warn