Analisis Tingkat Kemajuan Desa Di Kabupaten Bogor Dengan Metode Chaid dan Regresi Logistik Ordinal
ABSTRAK
DENI SUHANDANI. Analisis Tingkat Kemajuan Desa di Kabupaten Bogor dengan Metode
CHAID dan Regresi Logistik Ordinal. Dibimbing oleh BAMBANG SUMANTRI dan I MADE
SUMERTAJAYA.
Pembangunan yang tidak merata akan menyebabkan perkembangan yang tidak seimbang serta
kesenjangan dalam perekonomian akibatnya muncul daerah-daerah miskin dan tertinggal. Oleh
sebab itu diperlukan penelitian mengenai upaya mengurangi daerah-daerah yang miskin dan
tertinggal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi umum desa di
kabupaten Bogor, menelusuri peubah yang signifikan dan menggambarkan karakteristik tingkat
kemajuan desa di kabupaten Bogor berdasarkan kelompok peubah-peubah yang signifikan
tersebut, dan melihat kecenderungan desa tertentu masuk ke dalam tingkatan desa maju, sedang
dan tertinggal berdasarkan karakteristik tertentu.
Berdasarkan peubah-peubah dan kriteria tingkat kemajuan desa yang disusun oleh BAPEDA
Jawa Barat, kabupaten Bogor terdiri atas 40 desa tertinggal (9.4%), 282 desa sedang (66.2%) dan
104 desa maju (24.4%). Dari analisis CHAID didapatkan 4 peubah yang signifikan terhadap
tingkat kemajuan desa di kabupaten Bogor. Peubah-peubah tersebut adalah sumber penghasilan
utama sebagian besar penduduk, sarana komunikasi, jenis pasar dan fasilitas kesehatan.
Terdapat lima kelompok karakteristik tingkat kemajuan desa. Kelompok pertama merupakan
desa pertanian dan tidak memiliki sarana komunikasi dimana persentase desa maju 0%, desa
sedang 42.37%, dan desa tertinggal 57.63%. Kelompok dua merupakan desa pertanian, memiliki
sarana komunikasi tetapi tidak memiliki fasilitas kesehatan poliklinik dengan persentase desa
maju, sedang dan tertinggal berturut-turut 0%, 94.64%, dan 5.36%. Kelompok tiga mirip dengan
kelompok dua hanya pada kelompok tiga fasilitas kesehatannya poliklinik dengan persentase desa
maju 11.54%, sedang 88.46% dan tertinggal 0%. Kelompok empat merupakan desa non pertanian
dan tidak memiliki pasar dimana persentase desa maju, sedang, dan maju berturut-turut adalah
17.07%, 82.93%, 0% dan yang terakhir kelompok lima merupakan desa non pertanian dan terdapat
pasar dengan persentase desa maju 85.26%, desa sedang 14.74% dan desa tertinggal 0%.
Dari analisis regresi logistik didapatkan 14 karakteristik desa dimana desa yang tidak memiliki
fasilitas kesehatan poliklinik, tidak terdapat sarana komunikasi, tidak terdapat pasar, dan sumber
penghasilan utama sebagian besar penduduk dari pertanian mempunyai peluang terbesar masuk ke
dalam status desa tertinggal dan peluang terkecil masuk ke dalam status desa maju.
ANALISIS TINGKAT KEMAJUAN DESA DI KABUPATEN BOGOR
DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL
DENI SUHANDANI
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
ABSTRAK
DENI SUHANDANI. Analisis Tingkat Kemajuan Desa di Kabupaten Bogor dengan Metode
CHAID dan Regresi Logistik Ordinal. Dibimbing oleh BAMBANG SUMANTRI dan I MADE
SUMERTAJAYA.
Pembangunan yang tidak merata akan menyebabkan perkembangan yang tidak seimbang serta
kesenjangan dalam perekonomian akibatnya muncul daerah-daerah miskin dan tertinggal. Oleh
sebab itu diperlukan penelitian mengenai upaya mengurangi daerah-daerah yang miskin dan
tertinggal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi umum desa di
kabupaten Bogor, menelusuri peubah yang signifikan dan menggambarkan karakteristik tingkat
kemajuan desa di kabupaten Bogor berdasarkan kelompok peubah-peubah yang signifikan
tersebut, dan melihat kecenderungan desa tertentu masuk ke dalam tingkatan desa maju, sedang
dan tertinggal berdasarkan karakteristik tertentu.
Berdasarkan peubah-peubah dan kriteria tingkat kemajuan desa yang disusun oleh BAPEDA
Jawa Barat, kabupaten Bogor terdiri atas 40 desa tertinggal (9.4%), 282 desa sedang (66.2%) dan
104 desa maju (24.4%). Dari analisis CHAID didapatkan 4 peubah yang signifikan terhadap
tingkat kemajuan desa di kabupaten Bogor. Peubah-peubah tersebut adalah sumber penghasilan
utama sebagian besar penduduk, sarana komunikasi, jenis pasar dan fasilitas kesehatan.
Terdapat lima kelompok karakteristik tingkat kemajuan desa. Kelompok pertama merupakan
desa pertanian dan tidak memiliki sarana komunikasi dimana persentase desa maju 0%, desa
sedang 42.37%, dan desa tertinggal 57.63%. Kelompok dua merupakan desa pertanian, memiliki
sarana komunikasi tetapi tidak memiliki fasilitas kesehatan poliklinik dengan persentase desa
maju, sedang dan tertinggal berturut-turut 0%, 94.64%, dan 5.36%. Kelompok tiga mirip dengan
kelompok dua hanya pada kelompok tiga fasilitas kesehatannya poliklinik dengan persentase desa
maju 11.54%, sedang 88.46% dan tertinggal 0%. Kelompok empat merupakan desa non pertanian
dan tidak memiliki pasar dimana persentase desa maju, sedang, dan maju berturut-turut adalah
17.07%, 82.93%, 0% dan yang terakhir kelompok lima merupakan desa non pertanian dan terdapat
pasar dengan persentase desa maju 85.26%, desa sedang 14.74% dan desa tertinggal 0%.
Dari analisis regresi logistik didapatkan 14 karakteristik desa dimana desa yang tidak memiliki
fasilitas kesehatan poliklinik, tidak terdapat sarana komunikasi, tidak terdapat pasar, dan sumber
penghasilan utama sebagian besar penduduk dari pertanian mempunyai peluang terbesar masuk ke
dalam status desa tertinggal dan peluang terkecil masuk ke dalam status desa maju.
ANALISIS TINGKAT KEMAJUAN DESA DI KABUPATEN BOGOR
DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL
DENI SUHANDANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Statistika
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
Judul Skripsi
Nama
NRP
: Analisis Tingkat Kemajuan Desa di Kabupaten Bogor
dengan Metode CHAID dan Regresi Logistik Ordinal
: Deni Suhandani
: G14103054
Menyetujui :
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Bambang Sumantri
NIP. 130779511
Dr. Ir. I Made Sumertajaya, MS
NIP. 132085916
Mengetahui :
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr. Drh. Hasim, DEA
NIP. 131578806
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Alhamdulillah. Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul Analisis
Tingkat Kemajuan Desa di Kabupaten Bogor dengan Metode CHAID dan Regresi Logistik
Ordinal.
Selesainya karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Bambang Sumantri dan Bapak Dr. Ir. I Made Sumertajaya MS selaku
pembimbing yang selalu memberikan arahan, saran dan kesabarannya dalam
membimbing penulis.
2. Ibu Hanifah yang telah memberikan data dan membantu penulis dalam pencarian
literatur.
3. Bapak, Ibu dan Kakak-kakakku tercinta atas segala doa, kasih sayang, serta dukungan
yang telah diberikan kepada penulis.
4. Seluruh dosen Departemen Statistika FMIPA IPB atas ilmu yang diajarkan dan seluruh
staf Departemen Statistika (Bu Markonah, Bu Sulis, Bu Dedeh, Bu Aat, Pak Iyan, Mang
Sudin, Mang Herman, Mang Dur) yang telah membantu penulis selama belajar di
Statistika IPB.
5. Mala Septiani yang selalu memberikan motivasi, semangat, kasih sayang, dan doanya.
6. Adit dan Agus (terima kasih atas kebersamaan selama 3 tahun nge-Kost), Anggoro yang
selalu bersedia untuk diskusi dengan penulis, Adis yang sudah mengajarkan CHAID,
Daus untuk design pinnya, Rahayu atas informasi GLMnya, Anak-anak paladium (terima
kasih atas hiburan PSnya), Tim pembahas seminar (Diyen, Arta, Rina), Anak-anak
Statistics Centre (Rina, Njum, Ika, Ami dkk. atas kerjasamanya), dan Anak-anak Batosai
yang selalu berbagi keceriaan di kostan.
7. Teman seperjuanganku, Statistika 40. Terima kasih atas kebersamaan dan kenangan yang
indah selama 4 tahun.
8. Kakak-kakak kelas STK 38 dan STK 39: Pipin, Dede, Dina, Huda (terima kasih atas
saran-saran dan bantuannya) serta adik-adik STK 41 dan 42.
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam
pembuatan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, November 2007
Deni Suhandani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 14 Maret 1984 sebagai anak ke empat dari empat
bersaudara, anak dari pasangan Maman dan Oom.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Cibugel Sumedang pada tahun 1997, studi
penulis dilanjutkan di SLTP Negeri 1 Situraja yang ditamatkan pada tahun 2000. Tahun 2003
penulis lulus dari SMU Negeri 3 Bandung, dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa
di Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru).
Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Profesi Departemen
Statistika Gamma Sigma Beta (GSB) periode 2005-2006. Penulis juga menjadi tenaga pengajar
dan analisis data di Lembaga Bimbingan Belajar dan Olah Data Statistics Centre serta menjadi
surveyor Bank Syariah Mandiri pada tahun 2005. Praktik Lapang dilakukan penulis di Badan
Perencanaan Daerah (BAPEDA) Jawa Barat pada bulan Februari-April 2007.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................ vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Desa ....................................................................................................................................... 1
Metode CHAID ..................................................................................................................... 1
Regresi Logistik Ordinal ........................................................................................................ 2
BAHAN DAN METODE
Bahan ..................................................................................................................................... 3
Metode ................................................................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa di Kabupaten Bogor .......................................................................
Hasil Analisis CHAID ..........................................................................................................
Karakteristik Tingkat Kemajuan Desa .................................................................................
Hasil Analisis Regresi Logistik Ordinal ...............................................................................
3
4
4
5
KESIMPULAN ............................................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 7
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 8
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Total skor desa di kabupaten Bogor .................................................................................... 3
2
Dugaan parameter model regresi logistik ordinal ............................................................... 5
3
Ketepatan prediksi model regresi logistik ordinal .............................................................. 5
4
Nilai koefisien dan rasio odds model regresi logistik ordinal .............................................. 6
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Diagram pie tingkat kemajuan desa di kabupaten Bogor (%) ........................................... 3
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Skor dan kode setiap peubah penjelas ................................................................................. 9
2
Dendrogram hasil analisis CHAID ...................................................................................... 11
3
Peubah penjelas regresi logistik ordinal ............................................................................... 12
4
Tabel peluang dugaan peubah respon ................................................................................... 12
vii
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Latar Belakang
Desa
Pembangunan yang tidak merata akan
menyebabkan perkembangan yang tidak
seimbang
serta
kesenjangan
dalam
perekonomian akibatnya muncul daerahdaerah miskin dan tertinggal. Undang-undang
nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah
memberikan
legitimasi
untuk
menyerahkan
kewenangan
proses
pembangunan kepada pemerintah daerah
masing-masing. Tujuan dari undang-undang
ini pada dasarnya merupakan suatu upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan mengurangi kesenjangan pembangunan
dengan mengurangi daerah-daerah yang
miskin, kumuh dan tertinggal.
Penelitian mengenai desa tertinggal pernah
dilakukan oleh Handayani (2005) yang
berjudul analisis regresi logistik untuk
menentukan faktor-faktor ketertinggalan desa
di kabupaten Bogor. Sumber data yang
digunakan pada penelitiannya berasal dari
data potensi desa (Podes) tahun 2003. Peubahpeubah yang digunakan serta kriteria
mengenai tertinggal atau tidaknya suatu desa
disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Dalam penelitian ini peubah-peubah yang
digunakan serta kriteria tingkat kemajuan desa
disusun oleh Badan Perencanaan Daerah
(BAPEDA) Jawa Barat. Metode CHAID
digunakan untuk menelusuri peubah yang
signifikan dan menggambarkan karakteristik
tingkat kemajuan desa berdasarkan kelompok
peubah-peubah yang
signifikan tersebut
sedangkan analisis regresi logistik ordinal
digunakan untuk melengkapi hasil dari
analisis CHAID.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem
pemerintahan nasional dan berada di daerah
kabupaten
(Undang-undang
Republik
Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah).
Tujuan
Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu :
Menentukan tingkat kemajuan desa di
kabupaten Bogor berdasarkan peubahpeubah dan kriteria tingkat kemajuan
desa yang disusun oleh BAPEDA Jawa
Barat.
2. Menelusuri peubah yang signifikan dan
menggambarkan karakteristik tingkat
kemajuan desa di kabupaten Bogor
berdasarkan kelompok peubah-peubah
yang signifikan tersebut.
3. Melihat kecenderungan desa tertentu
masuk ke dalam tingkatan desa maju,
sedang dan
tertinggal berdasarkan
karakteristik tertentu.
1.
Metode CHAID
Metode CHAID (Chi-square Automatic
Interaction Detection) merupakan bagian dari
metode
AID
(Automatic
Interaction
Detection). AID adalah suatu teknik untuk
menganalisis kelompok data berukuran besar
dengan membaginya menjadi sub-sub
kelompok yang tidak saling tumpang tindih
(Kass dalam Soemartojo, 2002).
Metode CHAID merupakan teknik
eksplorasi nonparametrik untuk menganalisis
sekumpulan data yang berukuran besar dan
cukup efisien untuk menduga peubah-peubah
bebas yang paling signifikan terhadap peubah
tak bebas (Du Toit et. al, 1986).
Metode CHAID menggunakan kriteria
Khi-kuadrat dalam pengoperasiannya.
r
c
χ 2 = ∑∑
i =1 j =1
(Oij − Eij ) 2
Eij
r
c
i
j
Oij
Eij
= Total baris
= Total kolom
= Indeks baris
= Indeks kolom
= Frekuensi baris ke-i kolom ke-j
= Frekuensi harapan baris ke-i kolom ke-j
Algoritma CHAID menurut Kass dalam
Soemartojo (2002) adalah sebagai berikut :
1. Buat tabulasi silang untuk masing-masing
kategori peubah bebas dengan kategori
peubah tak bebas.
2. Buat sub tabulasi silang berukuran 2xd
yang mungkin tersusun, dengan d adalah
banyaknya kategori peubah tak bebas.
Cari nilai χ2hitung dari semua sub tabel
yang terbentuk. Dengan α ditetapkan, cari
nilai χ2hitung yang terkecil. Jika 2hitung
terkecil < χ2α (db=d-1), maka kedua
kategori
peubah
bebas
tersebut
digabungkan.
Prosedur
ini
akan
mereduksi c kategori peubah bebas
1
menjadi r kategori (r χ2α, maka pembagian
biner dilakukan. Selanjutnya kembali ke
tahap 2.
4. Dari setiap peubah bebas yang telah
digabungkan, hitung nilai-p untuk
masing-masing Tabel yang terbentuk.
Tabel yang mengalami reduksi menjadi r
kategori, nilai-pnya dikalikan dengan
pengganda Bonferroni sesuai dengan tipe
peubahnya. Jika nilai-p terkecil < α yang
ditetapkan, maka peubah tersebut
merupakan
peubah
bebas
yang
pengaruhnya paling signifikan bagi
peubah tak bebas.
5. Kembali ke tahap pertama untuk setiap
data hasil pemisahan.
Tabel kontingensi pada algoritma CHAID
membutuhkan suatu uji signifikansi. Jika tidak
ada pengurangan dari Tabel kontingensi asal,
maka statistik uji khi-kuadrat dapat
digunakan. Tetapi apabila terjadi pengurangan
yaitu c kategori dari peubah asal menjadi r
kategori (r
χ2p(α).
Pengujian parameter secara parsial
menggunakan uji Wald. Hipotesis yang akan
diuji adalah:
H0 : i = 0
H1 : i ≠ 0 ; i = 1,...,p
Statistik uji W yaitu :
∧
W∧ =
β
βi
∧
SE ( β i )
∧
∧
dengan β i sebagai penduga i dan SE ( β i )
sebagai penduga galat baku i. Statistik W
akan mengikuti sebaran normal baku jika H0
benar. Keputusan tolak H0 diambil jika |W| >
Z α/2.
Interpretasi koefisien untuk model regresi
logistik ordinal dapat dilakukan dengan
menggunakan nilai rasio oddsnya. Parameter
i menyatakan perubahan dalam fungsi logit
L(x) untuk perubahan satu unit peubah
penjelas xi=a dan xi=b yang disebut log odds
dan dinotasikan sebagai ln[ (a,b)] dimana :
ln[ (a,b)] = L(xi=a) – L(xi=b)
= i (a-b)
Sehingga didapat penduga untuk rasio
odds sebagai berikut :
∧
∧
ψ = exp ( β i )
2
Perhitungan peluang dilakukan sebagai
berikut :
exp(θ j − β T x)
Pr(Y ≤ j ) =
1 + exp(θ j − β T x)
BAHAN DAN METODE
Bahan
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data Potensi Desa Sensus
Ekonomi 2006 (Podes SE’06) kabupaten
Bogor. Dari data Podes SE’06 tersebut,
Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Jawa
Barat memilih peubah-peubah yang dianggap
dapat mewakili potensi dan kondisi suatu
desa. Kemudian peubah-peubah tersebut
diberi skor dan besarnya total skor setiap desa
menunjukan besarnya kontribusi desa tersebut
terhadap pengklasifikasian desa.
Peubah-peubah yang terpilih mewakili
tiga aspek , yaitu:
1. Aspek potensi desa
2. Aspek perumahan dan lingkungan
3. Aspek keadaan penduduk
Peubah dan skornya dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Kriteria tingkat kemajuan desa yang
disusun adalah :
a) x i > x + s berstatus desa maju
b)
x − s ≤ xi ≤ x + s berstatus desa sedang
xi < x − s berstatus desa tertinggal
dimana :
xi : Total skor desa ke-i
c)
x : Rata-rata total skor desa di Jawa Barat
s
: Simpangan baku total skor desa di Jawa
Barat
Berdasarkan total skor seluruh desa di
Jawa Barat diperoleh x dan s sebesar 44.99
dan 7.71. Dengan demikian, diperoleh kriteria
tingkat kemajuan desa sebagai berikut :
a) xi > 52.7 berstatus desa maju
menjadi respon untuk analisis CHAID
dan regresi logistik ordinal.
3. Melakukan analisis CHAID untuk
menelusuri peubah yang signifikan dan
menggambarkan karakteristik tingkat
kemajuan desa.
4. Melakukan analisis regresi logistik
ordinal untuk melengkapi hasil dari
analisis CHAID.
5. Menghitung nilai peluang ketiga tingkat
kemajuan desa untuk berbagai macam
karakteristik.
Software
yang
digunakan
adalah
Answertree 2.01, SPSS 13, dan Minitab 14.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa
di Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor memiliki 426 desa.
Berdasarkan Tabel 1, total skor minimum dan
maksimum desa di kabupaten Bogor adalah
71 dan 31. Rata-rata total skor 47 dengan
simpangan baku 8. Rata-rata total skor desa
berada pada status sedang sehingga secara
umum seluruh desa di kabupaten Bogor dapat
dikategorikan sebagai desa sedang.
Tabel 1 Total skor desa di kabupaten Bogor
Keterangan
Desa
Total
20102
Rata-rata
47
Standar deviasi
8
Maksimum
71
Minimum
31
Berdasarakan Gambar 1 dibawah ini,
kabupaten Bogor terdiri atas 40 desa
tertinggal (9.4%), 282 desa sedang (66.2%)
dan 104 desa maju (24.4%). Dengan
demikian, sebagian besar desa yang ada di
kabupaten Bogor berstatus desa sedang.
b) 37.28 ≤ xi ≤ 52.7 berstatus desa sedang
c)
xi < 37.28 berstatus desa tertinggal
Metode
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah :
1. Memberi dan menghitung skor setiap
desa di kabupaten Bogor
2. Mengklasifikasikan desa di kabupaten
Bogor. Status desa ini nantinya akan
Gambar 1 Diagram pie tingkat kemajuan
desa di kabupaten Bogor
3
Dendrogram Hasil Analisis CHAID
Analisis CHAID menghasilkan suatu
dendrogram
yang
menggambarkan
pengelompokan
berdasarkan
hubungan
terstruktur peubah respon dengan peubah
penjelas yang signifikan pada taraf nyata 5%.
Dari 26 peubah yang dianalisis, terdapat 4
peubah yang signifikan terhadap tingkat
kemajuan desa. Peubah-peubah tersebut
adalah sumber penghasilan utama sebagian
besar penduduk (X25), sarana komunikasi
(X8), jenis pasar (X15) dan fasilitas kesehatan
(X4).
Peubah yang paling signifikan terhadap
tingkat kemajuan desa adalah sumber
penghasilan utama sebagian besar penduduk.
Dari 249 desa pada kategori pertanian terdiri
atas 59 desa tidak memiliki sarana komunikasi
dan 190 desa memiliki sarana komunikasi
(pos dan telepon). Pada kategori pertanian,
persentase desa maju adalah 0%.
Fasilitas kesehatan merupakan peubah
berikutnya
yang
berperan
dalam
mengelompokkan desa yang memiliki sarana
komunikasi pada sumber penghasilan utama
penduduk dari pertanian. Pada kategori
poliklinik, persentase desa tertinggal adalah
0% sedangkan pada kategori non poliklinik,
(tidak ada, puskesmas pembantu, puskesmas)
persentase 0% ada pada desa maju.
Berdasarkan sumber penghasilan utama
sebagian besar penduduk dari non pertanian
(industri pengolahan, perdagangan, jasa),
kelompok karakteristik tingkat kemajuan desa
dipisahkan oleh jenis pasar. Dari 177 desa
pada kategori ini terdiri dari 82 desa tidak
terdapat pasar dan 95 desa terdapat pasar
(tanpa bangunan, semi permanen, permanen).
Karakteristik Tingkat Kemajuan Desa
Berdasarkan dendrogram hasil analisis
CHAID
dihasilkan
lima
kelompok
karakteristik
tingkat
kemajuan
desa.
Kelompok pertama adalah desa dengan
sumber penghasilan utama sebagian besar
penduduk dari pertanian dan tidak memiliki
sarana komunikasi. Kelompok dua adalah
desa dengan sumber penghasilan utama
sebagian besar penduduk dari pertanian dan
memiliki sarana komunikasi tetapi tidak
memiliki fasilitas kesehatan poliklinik.
Kelompok tiga adalah desa dengan sumber
penghasilan utama sebagian besar penduduk
dari pertanian dan memiliki sarana
komunikasi dengan fasilitas kesehatan
poliklinik. Kelompok empat adalah desa
dengan sumber penghasilan utama sebagian
besar penduduk dari non pertanian tetapi tidak
terdapat pasar dan yang terakhir kelompok
lima adalah desa dengan sumber penghasilan
utama sebagian besar penduduk dari non
pertanian dan terdapat pasar.
Kelompok satu memiliki persentase desa
maju sebesar 0%, desa sedang sebesar 42.37%
dan desa tertinggal sebesar 57.63%.
Perbedaan persentase antara desa maju dengan
desa lainnya cukup signifikan. Perbedaan ini
mengindikasikan desa yang berada pada
kelompok ini akan berpeluang besar menjadi
desa tertinggal atau sedang dibandingkan
menjadi desa maju. Dari dendrogram dapat
dilihat
bahwa
pembangunan
sarana
komunikasi mampu merubah keragaman
tingkat kemajuan desa yang sangat signifikan
dimana persentase desa maju dan sedang
meningkat menjadi 4.74% dan 92.11%
sedangkan persentase desa tertinggal menurun
tajam menjadi 3.16%. Hasil ini menandakan
pentingnya sarana komunikasi bagi penduduk
dalam memajukan desa tersebut. Dari uraian
di atas dapat diambil informsi penting bahwa
pada kelompok ini untuk memajukan desa
dapat diupayakan dengan membangun
infrastruktur desa yang menunjang pada
aktivitas masyarakatnya.
Pada kelompok dua, persentase desa maju
sebesar 0%, desa sedang sebesar 94.64% dan
desa tertinggal sebesar 5.36%. Persentase desa
sedang perbedaannya sangat signifikan
dengan persentase desa lainnya. Hal ini
menandakan bahwa desa pada kelompok ini
akan berpeluang besar menjadi desa sedang
dibandingkan menjadi desa lainnya.
Persentase desa sedang pada kelompok
tiga sebesar 88.46% sedangkan desa maju dan
tertinggal berturut-turut sebesar 11.54% dan
0%. Karakteristik pada kelompok tiga hampir
sama dengan kelompok dua dimana
persentase terbesar desa berada pada desa
sedang.
Hal yang menarik dari kelompok dua dan
tiga adalah pengaruh fasilitas kesehatan
poliklinik atau bukan poliklinik di desa
tersebut. Keragaman tingkat kemajuan desa
awal pada kategori pertanian dan ada
komunikasi adalah 4.74% untuk desa maju,
92.11% untuk desa sedang, dan 3.16% untuk
desa tertinggal. Setelah keragaman tingkat
kemajuan desa ini dipengaruhi oleh fasilitas
kesehatan dapat dilihat bahwa desa dengan
fasilitas kesehatan bukan poliklinik ternyata
persentase desa tertinggal meningkat menjadi
5.36% dan persentase desa maju menurun
menjadi 0% sedangkan pengaruh fasilitas
4
kesehatan poliklinik berbanding terbalik
dengan pengaruh fasilitas kesehatan bukan
poliklinik dimana persentase desa maju
meningkat menjadi 11.54% dan persentase
desa tertinggal menurun menjadi 0%.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa
fasilitas kesehatan poliklinik atau bukan
poliklinik merupakan faktor penting dalam
memajukan desa. Sehingga dapat ditafsirkan
bahwa keberadaan fasilitas kesehatan yang
lebih berkualitas sangat menunjang aktivitas
masyarakat dalam memajukan desanya.
Kelompok empat dan lima memiliki
karakteristik yang hampir sama di mana
persentase desa tertinggal sama-sama sebesar
0%. Persentase desa tertinggal pada kedua
kelompok ini bernilai 0% akibat dari
keragaman tingkat kemajuan desa pada
kelompok sumber penghasilan utama non
pertanian memiliki persentase desa tertinggal
sebesar 0%. Hasil ini menggambarakan bahwa
desa dengan sumber mata pencaharian
penduduk dari non pertanian peluangnya kecil
sekali untuk menjadi desa tertinggal. Hal ini
bisa dipahami karena sumber penghasilan
masyarakat dari non pertanian jauh lebih besar
dibandingkan dari pertanian.
Pada kelompok empat persentase desa
sedang (82.93%) lebih besar dibandingkan
kelompok lima (14.74%) dan sebaliknya
persentase desa maju pada kelompok lima
(85.26%) lebih besar dibandingkan kelompok
empat (17.07%). Uraian di atas menandakan
bahwa keberadaan pasar lebih mampu
memajukan desa karena pasar dapat menjamin
kelancaran aktivitas ekonomi masyarakatnya.
Tabel 2 Dugaan Parameter Model
Peubah
i
Wald
Nilai-p
Intersep1
2.562
52.781
0.000
Intersep2
11.232 142.851
0.000
X4
2.148
30.465
0.000
X8
3.229
45.366
0.000
X15
3.212
64.746
0.000
X25
3.246
50.969
0.000
G=402.53, Nilai-p=0.000
Uji wald pada model menunjukkan
bahwa semua peubah penjelas signifikan pada
taraf nyata 5%. Hal ini dapat dilihat dari nilaip semua koefisien i lebih kecil dari taraf
nyata 5%. Hasil ini menguatkan hasil analisis
CHAID bahwa keempat peubah tersebut
signifikan terhadap tingkat kemajuan desa di
kabupaten Bogor.
Model ordinal logit yang dihasilkan
adalah sebagai berikut :
Logit[1] = 2.562 + 2.148X4 + 3.229X8
+ 3.212X15 + 3.246X25
Logit[2] = 11.232 + 2.148X4 + 3.229X8
+ 3.212X15 + 3.246X25
Logit [1] adalah model logit untuk tingkat
kemajuan desa tertinggal dan Logit [2] adalah
model logit untuk tingkat kemajuan desa
sedang.
Tabel 3 Ketepatan Prediksi Model
Aktual
Sesuai dengan yang dijelaskan pada bab
pendahuluan bahwa regresi logistik pada
penelitian ini dilakukan untuk melengkapi
hasil dari analisis CHAID. Oleh sebab itu,
peubah penjelas yang digunakan untuk
analisis regresi logistik adalah peubah hasil
dari analisis CHAID. Peubah respon dan
penjelas serta kategorinya dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Berdasarkan Tabel 2 di samping,
pendugaan model dengan mengikutsertakan
empat peubah penjelas hasil dari analisis
CHAID menghasilkan nilai statistik uji G
sebesar 402.53 dengan nilai-p 0.000. Pada
taraf nyata 5% maka H0 ditolak yang berarti
bahwa minimal ada satu peubah penjelas yang
tidak sama dengan nol.
Sedang
Tertinggal
%
benar
Maju
80
24
0
Sedang
14
251
17
76.92
89.01
0
8
% keseluruhan
32
80.00
Tertinggal
Hasil Analisis Regresi Logistik Ordinal
Prediksi
Maju
85.21
Berdasarkan Tabel 3 di atas, dari 104
desa maju dapat dikategorikan dengan benar
sebanyak 80 desa (76.92%), dari 282 desa
sedang sebanyak 251 desa (89.01%) dan dari
40 desa tertinggal sebanyak 32 desa (80%).
Secara keseluruhan ketepatan prediksi model
ini sebesar 85.21%. Hasil ini menandakan
model telah cukup untuk dapat menduga
kategori respon dengan baik.
Peubah-peubah pada model regresi
logistik diinterpretasikan melalui nilai rasio
oddsnya. Peubah yang nilai koefisiennya
bertanda positif maka rasio oddsnya di atas
satu dan sebaliknya jika nilai koefisien peubah
tersebut bertanda negatif maka nilai rasio
oddsnya di bawah satu. Nilai koefisien dan
rasio odds untuk setiap peubah dapat dilihat
pada Tabel 4 di bawah ini.
5
Tabel 4 Nilai koefisien dan rasio odds model
Peubah
i
Rasio odds
Intersep1
2.562
Intersep2
11.232
X4
2.148
8.56
X8
3.229
25.26
X15
3.212
24.83
X25
3.246
25.69
Koefisien peubah fasilitas kesehatan (X4)
bernilai positif dengan nilai rasio odds lebih
dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa desa
yang mempunyai fasilitas kesehatan berupa
poliklinik cenderung akan lebih maju 8.56 kali
dibandingkan dengan desa yang memiliki
fasilitas kesehatan lainnya. Uraian di atas
dapat diartikan bahwa fasilitas kesehatan
suatu desa yang lebih berkualitas maka akan
dapat menjamin kesehatan masyarakatnya
sehingga masyarakat lebih mungkin untuk
memperoleh penghasilan yang lebih baik yang
pada akhirnya desa dengan masyarakat seperti
ini akan lebih maju.
Peubah
sarana
komunikasi
(X8)
mempunyai nilai koefisien yang positif
dengan rasio odds 10.55. Hal ini berarti desa
yang memiliki sarana komunikasi cenderung
akan lebih maju dibandingkan dengan desa
yang tidak memiliki sarana komunikasi.
Keberadaan komunikasi sangat penting bagi
masyarakat dalam mengakses informasi yang
diperlukan dalam memajukan desanya.
Nilai rasio odds peubah pasar (X15)
sebesar 24.83 artinya bahwa desa yang
memiliki pasar cenderung akan lebih maju
24.83 kali dibandingkan dengan desa yang
tidak memiliki pasar. Keberadaan pasar sangat
mempengaruhi kemajuan desa karena pasar
mampu membuat aktifitas perdagangan lebih
lancar dan pasti sehingga segala aktifitas
ekonomi masyarakat dapat berjalan dengan
lebih baik.
Peubah sumber mata pencaharian
sebagian besar penduduk merupakan peubah
yang paling signifikan terhadap tingkat
kemajuan desa dikarenakan nilai rasio odds
peubah ini nilainya paling besar dibandingkan
peubah lainnya yaitu sebesar 25.69. Hasil ini
menguatkan hasil analisis CHAID bahwa
peubah ini merupakan peubah yang paling
signifikan terhadap tingkat kemajuan desa.
Desa dengan sumber penghasilan utama
penduduk (X25) dari
non pertanian
cenderung akan lebih maju 25.69 kali
dibandingkan dengan desa yang sumber
penghasilan
utama
penduduknya
dari
pertanian. Uraian di atas dapat dengan mudah
dimengerti karena penghasilan penduduk dari
non pertanian jauh lebih besar dibandingkan
dari pertanian.
Besarnya peluang desa masuk ke dalam
tingkat desa maju, sedang dan tertinggal
berdasarkan peubah yang signifikan dapat
dilihat pada Lampiran 4. Dari 14 karakteristik
desa diketahui bahwa Desa yang tidak
memiliki fasilitas kesehatan poliklinik, tidak
terdapat sarana komunikasi, tidak terdapat
pasar, dan sumber penghasilan utama
sebagian besar penduduk dari pertanian
mempunyai peluang terbesar masuk ke dalam
status desa tertinggal dan peluang terkecil
masuk ke dalam status desa maju.
KESIMPULAN
Kabupaten Bogor memiliki 426 desa
yang terdiri atas 40 desa tertinggal (9.4%),
282 desa sedang (66.2%) dan 104 desa maju
(24.4%).
Peubah-peubah yang signifikan terhadap
tingkat kemajuan desa di kabupaten Bogor
adalah sumber penghasilan utama sebagian
besar penduduk, sarana komunikasi, jenis
pasar dan fasilitas kesehatan.
Hasil analisis CHAID menghasilkan lima
kelompok karakteristik tingkat kemajuan desa
yang berbeda. Pada kelompok desa dengan
sumber penghasilan utama dari pertanian,
pembangunan fasilitas infrastruktur sangat
membantu dalam memajukan desa. Hal ini
dapat dilihat pada dendrogram bahwa
persentase desa maju meningkat dengan
adanya pengaruh sarana komunikasi dan
fasilitas kesehatan yang lebih berkualitas.
Sedangkan pada kelompok desa non pertanian
keberadaan pasar juga sangat membantu
dalam memajukan desa. Hal ini terlihat
dengan tingginya persentase desa maju pada
kelompok tersebut.
Model regresi logistik ordinal yang
didapatkan adalah :
1. Model logit untuk status desa tertinggal
Logit[1] = 2.562 + 2.148X4 + 3.229X8
+ 3.212X15 + 3.246X25
2. Model logit untuk status desa sedang
Logit[2] = 11.232 + 2.148X4 + 3.229X8
+ 3.212X15 + 3.246X25
Desa yang tidak memiliki fasilitas
kesehatan poliklinik, tidak terdapat sarana
komunikasi, tidak terdapat pasar, dan sumber
penghasilan utama sebagian besar penduduk
dari pertanian mempunyai peluang terbesar
masuk ke dalam status desa tertinggal dan
peluang terkecil masuk ke dalam status desa
maju.
6
DAFTAR PUSTAKA
Agresti, A. 1990. Categorical Data Analysis.
New York : John Wiley & Sons.
Alamudi, A., A. H. Wigena & Aunuddin.
1998.
Eksplorasi
Struktur
Data
menggunakan Metode CHAID. Forum
Statistika dan Komputasi. 3:1-9.
Du Toit, S.H.C, A.G.W. Steyn, R.H. Stumpf.
1986. Graphical Exploratory Data
Analysis. Springer-Verlag, New York Inc.
[Bapeda] Badan Perencanaan Daerah. 2006.
Penyusunan Kriteria Desa di Jawa Barat
(tidak dipublikasikan). Bandung.
Hosmer, D.W. & Lemeshow, S. 1989. Applied
Logistic Regression. New York : John
Wiley & Sons, Inc.
McCullagh, P. dan J.A. Nelder. 1989.
Generalized Linear Model. London :
Chapman and Hall.
Soemartojo, SM. 2002. Kajian Metode
CHAID dan CHAID Exhaustive sebagai
Analisa Pohon Berstruktur [Tesis].
Jurusan Statistika
FMIPA
IPB.
Bogor.
7
LAMPIRAN
8
Lampiran 1 Kode dan skor peubah penjelas
Aspek Potensi Desa
Notasi
Peubah
X1
Potensi ekonomi yang menonjol
dan sudah diberdayakan
X2
Fasilitas pendidikan
X3
Lembaga pendidikan keterampilan
X4
Fasilitas kesehatan
X5
Tenaga kesehatan tinggal di desa
X6
Jalan utama desa
X7
Waktu tempuh ke ibu kota
kecamatan
X8
Sarana komunikasi
X9
Kawasan industri
X10
Sentra Industri
X11
Lingkungan industri kecil
X12
Industri besar
X13
Industri sedang
X14
Industri kecil
X15
Pasar
X16
Lembaga keuangan
Kategori
perdagangan dan jasa
industri pengolahan
pertanian
tidak ada
≥ SLTA
SLTP
SD
ada
tidak ada
poliklinik
puskesmas
puskesmas pembantu
tidak ada
doker
paramedis
dukun
tidak ada
aspal
diperkeras
tanah
30 menit
telepon umum
kantor pos
tidak ada
ada
tidak ada
ada
tidak ada
ada
tidak ada
ada
tidak ada
ada
tidak ada
ada
tidak ada
pertokoan
semi permanen
tanpa bangunan
tidak ada
BPR
mikro/informal
tidak ada
Skor
3
2
1
0
3
2
1
3
1
3
2
1
0
3
2
1
0
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
1
3
1
3
1
3
1
3
1
3
1
3
2
1
0
3
2
1
9
Lampiran 1 (lanjutan)
Aspek Perumahan dan Lingkungan
X17
Keluarga yang menggunakan listrik
X18
Bahan bakar
X19
Tempat buang sampah
X20
Tempat buang air besar
X21
Sumber pencemaran
X22
Sumber air minum
ada
tidak ada
LPG
minyak tanah
kayu bakar
tempat sampah dan
diangkut
lubang
sungai
sendiri
bersama atau umum
bukan jamban
pabrik
limbah keluarga
tidak ada
PAM
sumur
mata air, air hujan dan
air sungai
3
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
1
0
3
2
1
Aspek Keadaan Penduduk
X23
Persentase RT pertanian
X24
Persentase pra KS dan KS I
X25
Sumber penghasilan utama
sebagian besar penduduk
X26
Persentase penduduk yang bekerja
sebagai buruh tani
30%
30%
perdagangan dan jasa
industri pengolahan
pertanian
30%
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
10
Lampiran 2 Dendrogram hasil analisis CHAID
Lampiran 3 Peubah regresi logistik ordinal
Peubah respon
Notasi
Y
Peubah penjelas
Tingkat kemajuan desa
Fasilitas kesehatan
X8
Sarana komunikasi
X15
Pasar
X25
Sumber penghasilan utama
sebagian besar penduduk
Kode
3
2
1
Kategori
Kode
1
0
1
0
1
0
1
0
maju
sedang
tertinggal
Peubah penjelas
Notasi
Peubah penjelas
X4
Kategori
poliklinik
lainnya
ada
tidak ada
ada
tidak ada
non pertanian
pertanian
Lampiran 4 Tabel peluang dugaan peubah respon
X4 X8 X15 X25 P(Y=1)
P(Y=2)
P(Y=3)
0
0
0
0 0.928392 0.071595 0.000013
1
0
0
0 0.602190 0.397696 0.000113
0
0
1
0 0.343067 0.656604 0.000329
0
0
0
1 0.335363 0.664297 0.000340
1
0
1
0 0.057471 0.939721 0.002808
1
1
0
0 0.056548 0.940595 0.002857
1
0
0
1 0.055637 0.941457 0.002906
0
0
1
1 0.019920 0.971703 0.008378
0
1
0
1 0.019587 0.971891 0.008521
1
1
1
0 0.002408 0.931191 0.066400
1
0
1
1 0.002367 0.930157 0.067475
1
1
0
1 0.002327 0.929109 0.068563
0
1
1
1 0.000804 0.823345 0.175851
1
1
1
1 0.000094 0.353581 0.646325
12
ANALISIS TINGKAT KEMAJUAN DESA DI KABUPATEN BOGOR
DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL
DENI SUHANDANI
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Latar Belakang
Desa
Pembangunan yang tidak merata akan
menyebabkan perkembangan yang tidak
seimbang
serta
kesenjangan
dalam
perekonomian akibatnya muncul daerahdaerah miskin dan tertinggal. Undang-undang
nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah
memberikan
legitimasi
untuk
menyerahkan
kewenangan
proses
pembangunan kepada pemerintah daerah
masing-masing. Tujuan dari undang-undang
ini pada dasarnya merupakan suatu upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan mengurangi kesenjangan pembangunan
dengan mengurangi daerah-daerah yang
miskin, kumuh dan tertinggal.
Penelitian mengenai desa tertinggal pernah
dilakukan oleh Handayani (2005) yang
berjudul analisis regresi logistik untuk
menentukan faktor-faktor ketertinggalan desa
di kabupaten Bogor. Sumber data yang
digunakan pada penelitiannya berasal dari
data potensi desa (Podes) tahun 2003. Peubahpeubah yang digunakan serta kriteria
mengenai tertinggal atau tidaknya suatu desa
disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Dalam penelitian ini peubah-peubah yang
digunakan serta kriteria tingkat kemajuan desa
disusun oleh Badan Perencanaan Daerah
(BAPEDA) Jawa Barat. Metode CHAID
digunakan untuk menelusuri peubah yang
signifikan dan menggambarkan karakteristik
tingkat kemajuan desa berdasarkan kelompok
peubah-peubah yang
signifikan tersebut
sedangkan analisis regresi logistik ordinal
digunakan untuk melengkapi hasil dari
analisis CHAID.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem
pemerintahan nasional dan berada di daerah
kabupaten
(Undang-undang
Republik
Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah).
Tujuan
Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu :
Menentukan tingkat kemajuan desa di
kabupaten Bogor berdasarkan peubahpeubah dan kriteria tingkat kemajuan
desa yang disusun oleh BAPEDA Jawa
Barat.
2. Menelusuri peubah yang signifikan dan
menggambarkan karakteristik tingkat
kemajuan desa di kabupaten Bogor
berdasarkan kelompok peubah-peubah
yang signifikan tersebut.
3. Melihat kecenderungan desa tertentu
masuk ke dalam tingkatan desa maju,
sedang dan
tertinggal berdasarkan
karakteristik tertentu.
1.
Metode CHAID
Metode CHAID (Chi-square Automatic
Interaction Detection) merupakan bagian dari
metode
AID
(Automatic
Interaction
Detection). AID adalah suatu teknik untuk
menganalisis kelompok data berukuran besar
dengan membaginya menjadi sub-sub
kelompok yang tidak saling tumpang tindih
(Kass dalam Soemartojo, 2002).
Metode CHAID merupakan teknik
eksplorasi nonparametrik untuk menganalisis
sekumpulan data yang berukuran besar dan
cukup efisien untuk menduga peubah-peubah
bebas yang paling signifikan terhadap peubah
tak bebas (Du Toit et. al, 1986).
Metode CHAID menggunakan kriteria
Khi-kuadrat dalam pengoperasiannya.
r
c
χ 2 = ∑∑
i =1 j =1
(Oij − Eij ) 2
Eij
r
c
i
j
Oij
Eij
= Total baris
= Total kolom
= Indeks baris
= Indeks kolom
= Frekuensi baris ke-i kolom ke-j
= Frekuensi harapan baris ke-i kolom ke-j
Algoritma CHAID menurut Kass dalam
Soemartojo (2002) adalah sebagai berikut :
1. Buat tabulasi silang untuk masing-masing
kategori peubah bebas dengan kategori
peubah tak bebas.
2. Buat sub tabulasi silang berukuran 2xd
yang mungkin tersusun, dengan d adalah
banyaknya kategori peubah tak bebas.
Cari nilai χ2hitung dari semua sub tabel
yang terbentuk. Dengan α ditetapkan, cari
nilai χ2hitung yang terkecil. Jika 2hitung
terkecil < χ2α (db=d-1), maka kedua
kategori
peubah
bebas
tersebut
digabungkan.
Prosedur
ini
akan
mereduksi c kategori peubah bebas
1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Latar Belakang
Desa
Pembangunan yang tidak merata akan
menyebabkan perkembangan yang tidak
seimbang
serta
kesenjangan
dalam
perekonomian akibatnya muncul daerahdaerah miskin dan tertinggal. Undang-undang
nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah
memberikan
legitimasi
untuk
menyerahkan
kewenangan
proses
pembangunan kepada pemerintah daerah
masing-masing. Tujuan dari undang-undang
ini pada dasarnya merupakan suatu upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan mengurangi kesenjangan pembangunan
dengan mengurangi daerah-daerah yang
miskin, kumuh dan tertinggal.
Penelitian mengenai desa tertinggal pernah
dilakukan oleh Handayani (2005) yang
berjudul analisis regresi logistik untuk
menentukan faktor-faktor ketertinggalan desa
di kabupaten Bogor. Sumber data yang
digunakan pada penelitiannya berasal dari
data potensi desa (Podes) tahun 2003. Peubahpeubah yang digunakan serta kriteria
mengenai tertinggal atau tidaknya suatu desa
disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Dalam penelitian ini peubah-peubah yang
digunakan serta kriteria tingkat kemajuan desa
disusun oleh Badan Perencanaan Daerah
(BAPEDA) Jawa Barat. Metode CHAID
digunakan untuk menelusuri peubah yang
signifikan dan menggambarkan karakteristik
tingkat kemajuan desa berdasarkan kelompok
peubah-peubah yang
signifikan tersebut
sedangkan analisis regresi logistik ordinal
digunakan untuk melengkapi hasil dari
analisis CHAID.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem
pemerintahan nasional dan berada di daerah
kabupaten
(Undang-undang
Republik
Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah).
Tujuan
Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu :
Menentukan tingkat kemajuan desa di
kabupaten Bogor berdasarkan peubahpeubah dan kriteria tingkat kemajuan
desa yang disusun oleh BAPEDA Jawa
Barat.
2. Menelusuri peubah yang signifikan dan
menggambarkan karakteristik tingkat
kemajuan desa di kabupaten Bogor
berdasarkan kelompok peubah-peubah
yang signifikan tersebut.
3. Melihat kecenderungan desa tertentu
masuk ke dalam tingkatan desa maju,
sedang dan
tertinggal berdasarkan
karakteristik tertentu.
1.
Metode CHAID
Metode CHAID (Chi-square Automatic
Interaction Detection) merupakan bagian dari
metode
AID
(Automatic
Interaction
Detection). AID adalah suatu teknik untuk
menganalisis kelompok data berukuran besar
dengan membaginya menjadi sub-sub
kelompok yang tidak saling tumpang tindih
(Kass dalam Soemartojo, 2002).
Metode CHAID merupakan teknik
eksplorasi nonparametrik untuk menganalisis
sekumpulan data yang berukuran besar dan
cukup efisien untuk menduga peubah-peubah
bebas yang paling signifikan terhadap peubah
tak bebas (Du Toit et. al, 1986).
Metode CHAID menggunakan kriteria
Khi-kuadrat dalam pengoperasiannya.
r
c
χ 2 = ∑∑
i =1 j =1
(Oij − Eij ) 2
Eij
r
c
i
j
Oij
Eij
= Total baris
= Total kolom
= Indeks baris
= Indeks kolom
= Frekuensi baris ke-i kolom ke-j
= Frekuensi harapan baris ke-i kolom ke-j
Algoritma CHAID menurut Kass dalam
Soemartojo (2002) adalah sebagai berikut :
1. Buat tabulasi silang untuk masing-masing
kategori peubah bebas dengan kategori
peubah tak bebas.
2. Buat sub tabulasi silang berukuran 2xd
yang mungkin tersusun, dengan d adalah
banyaknya kategori peubah tak bebas.
Cari nilai χ2hitung dari semua sub tabel
yang terbentuk. Dengan α ditetapkan, cari
nilai χ2hitung yang terkecil. Jika 2hitung
terkecil < χ2α (db=d-1), maka kedua
kategori
peubah
bebas
tersebut
digabungkan.
Prosedur
ini
akan
mereduksi c kategori peubah bebas
1
menjadi r kategori (r χ2α, maka pembagian
biner dilakukan. Selanjutnya kembali ke
tahap 2.
4. Dari setiap peubah bebas yang telah
digabungkan, hitung nilai-p untuk
masing-masing Tabel yang terbentuk.
Tabel yang mengalami reduksi menjadi r
kategori, nilai-pnya dikalikan dengan
pengganda Bonferroni sesuai dengan tipe
peubahnya. Jika nilai-p terkecil < α yang
ditetapkan, maka peubah tersebut
merupakan
peubah
bebas
yang
pengaruhnya paling signifikan bagi
peubah tak bebas.
5. Kembali ke tahap pertama untuk setiap
data hasil pemisahan.
Tabel kontingensi pada algoritma CHAID
membutuhkan suatu uji signifikansi. Jika tidak
ada pengurangan dari Tabel kontingensi asal,
maka statistik uji khi-kuadrat dapat
digunakan. Tetapi apabila terjadi pengurangan
yaitu c kategori dari peubah asal menjadi r
kategori (r
χ2p(α).
Pengujian parameter secara parsial
menggunakan uji Wald. Hipotesis yang akan
diuji adalah:
H0 : i = 0
H1 : i ≠ 0 ; i = 1,...,p
Statistik uji W yaitu :
∧
W∧ =
β
βi
∧
DENI SUHANDANI. Analisis Tingkat Kemajuan Desa di Kabupaten Bogor dengan Metode
CHAID dan Regresi Logistik Ordinal. Dibimbing oleh BAMBANG SUMANTRI dan I MADE
SUMERTAJAYA.
Pembangunan yang tidak merata akan menyebabkan perkembangan yang tidak seimbang serta
kesenjangan dalam perekonomian akibatnya muncul daerah-daerah miskin dan tertinggal. Oleh
sebab itu diperlukan penelitian mengenai upaya mengurangi daerah-daerah yang miskin dan
tertinggal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi umum desa di
kabupaten Bogor, menelusuri peubah yang signifikan dan menggambarkan karakteristik tingkat
kemajuan desa di kabupaten Bogor berdasarkan kelompok peubah-peubah yang signifikan
tersebut, dan melihat kecenderungan desa tertentu masuk ke dalam tingkatan desa maju, sedang
dan tertinggal berdasarkan karakteristik tertentu.
Berdasarkan peubah-peubah dan kriteria tingkat kemajuan desa yang disusun oleh BAPEDA
Jawa Barat, kabupaten Bogor terdiri atas 40 desa tertinggal (9.4%), 282 desa sedang (66.2%) dan
104 desa maju (24.4%). Dari analisis CHAID didapatkan 4 peubah yang signifikan terhadap
tingkat kemajuan desa di kabupaten Bogor. Peubah-peubah tersebut adalah sumber penghasilan
utama sebagian besar penduduk, sarana komunikasi, jenis pasar dan fasilitas kesehatan.
Terdapat lima kelompok karakteristik tingkat kemajuan desa. Kelompok pertama merupakan
desa pertanian dan tidak memiliki sarana komunikasi dimana persentase desa maju 0%, desa
sedang 42.37%, dan desa tertinggal 57.63%. Kelompok dua merupakan desa pertanian, memiliki
sarana komunikasi tetapi tidak memiliki fasilitas kesehatan poliklinik dengan persentase desa
maju, sedang dan tertinggal berturut-turut 0%, 94.64%, dan 5.36%. Kelompok tiga mirip dengan
kelompok dua hanya pada kelompok tiga fasilitas kesehatannya poliklinik dengan persentase desa
maju 11.54%, sedang 88.46% dan tertinggal 0%. Kelompok empat merupakan desa non pertanian
dan tidak memiliki pasar dimana persentase desa maju, sedang, dan maju berturut-turut adalah
17.07%, 82.93%, 0% dan yang terakhir kelompok lima merupakan desa non pertanian dan terdapat
pasar dengan persentase desa maju 85.26%, desa sedang 14.74% dan desa tertinggal 0%.
Dari analisis regresi logistik didapatkan 14 karakteristik desa dimana desa yang tidak memiliki
fasilitas kesehatan poliklinik, tidak terdapat sarana komunikasi, tidak terdapat pasar, dan sumber
penghasilan utama sebagian besar penduduk dari pertanian mempunyai peluang terbesar masuk ke
dalam status desa tertinggal dan peluang terkecil masuk ke dalam status desa maju.
ANALISIS TINGKAT KEMAJUAN DESA DI KABUPATEN BOGOR
DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL
DENI SUHANDANI
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
ABSTRAK
DENI SUHANDANI. Analisis Tingkat Kemajuan Desa di Kabupaten Bogor dengan Metode
CHAID dan Regresi Logistik Ordinal. Dibimbing oleh BAMBANG SUMANTRI dan I MADE
SUMERTAJAYA.
Pembangunan yang tidak merata akan menyebabkan perkembangan yang tidak seimbang serta
kesenjangan dalam perekonomian akibatnya muncul daerah-daerah miskin dan tertinggal. Oleh
sebab itu diperlukan penelitian mengenai upaya mengurangi daerah-daerah yang miskin dan
tertinggal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi umum desa di
kabupaten Bogor, menelusuri peubah yang signifikan dan menggambarkan karakteristik tingkat
kemajuan desa di kabupaten Bogor berdasarkan kelompok peubah-peubah yang signifikan
tersebut, dan melihat kecenderungan desa tertentu masuk ke dalam tingkatan desa maju, sedang
dan tertinggal berdasarkan karakteristik tertentu.
Berdasarkan peubah-peubah dan kriteria tingkat kemajuan desa yang disusun oleh BAPEDA
Jawa Barat, kabupaten Bogor terdiri atas 40 desa tertinggal (9.4%), 282 desa sedang (66.2%) dan
104 desa maju (24.4%). Dari analisis CHAID didapatkan 4 peubah yang signifikan terhadap
tingkat kemajuan desa di kabupaten Bogor. Peubah-peubah tersebut adalah sumber penghasilan
utama sebagian besar penduduk, sarana komunikasi, jenis pasar dan fasilitas kesehatan.
Terdapat lima kelompok karakteristik tingkat kemajuan desa. Kelompok pertama merupakan
desa pertanian dan tidak memiliki sarana komunikasi dimana persentase desa maju 0%, desa
sedang 42.37%, dan desa tertinggal 57.63%. Kelompok dua merupakan desa pertanian, memiliki
sarana komunikasi tetapi tidak memiliki fasilitas kesehatan poliklinik dengan persentase desa
maju, sedang dan tertinggal berturut-turut 0%, 94.64%, dan 5.36%. Kelompok tiga mirip dengan
kelompok dua hanya pada kelompok tiga fasilitas kesehatannya poliklinik dengan persentase desa
maju 11.54%, sedang 88.46% dan tertinggal 0%. Kelompok empat merupakan desa non pertanian
dan tidak memiliki pasar dimana persentase desa maju, sedang, dan maju berturut-turut adalah
17.07%, 82.93%, 0% dan yang terakhir kelompok lima merupakan desa non pertanian dan terdapat
pasar dengan persentase desa maju 85.26%, desa sedang 14.74% dan desa tertinggal 0%.
Dari analisis regresi logistik didapatkan 14 karakteristik desa dimana desa yang tidak memiliki
fasilitas kesehatan poliklinik, tidak terdapat sarana komunikasi, tidak terdapat pasar, dan sumber
penghasilan utama sebagian besar penduduk dari pertanian mempunyai peluang terbesar masuk ke
dalam status desa tertinggal dan peluang terkecil masuk ke dalam status desa maju.
ANALISIS TINGKAT KEMAJUAN DESA DI KABUPATEN BOGOR
DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL
DENI SUHANDANI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Statistika
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
Judul Skripsi
Nama
NRP
: Analisis Tingkat Kemajuan Desa di Kabupaten Bogor
dengan Metode CHAID dan Regresi Logistik Ordinal
: Deni Suhandani
: G14103054
Menyetujui :
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Ir. Bambang Sumantri
NIP. 130779511
Dr. Ir. I Made Sumertajaya, MS
NIP. 132085916
Mengetahui :
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr. Drh. Hasim, DEA
NIP. 131578806
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Alhamdulillah. Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul Analisis
Tingkat Kemajuan Desa di Kabupaten Bogor dengan Metode CHAID dan Regresi Logistik
Ordinal.
Selesainya karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Bambang Sumantri dan Bapak Dr. Ir. I Made Sumertajaya MS selaku
pembimbing yang selalu memberikan arahan, saran dan kesabarannya dalam
membimbing penulis.
2. Ibu Hanifah yang telah memberikan data dan membantu penulis dalam pencarian
literatur.
3. Bapak, Ibu dan Kakak-kakakku tercinta atas segala doa, kasih sayang, serta dukungan
yang telah diberikan kepada penulis.
4. Seluruh dosen Departemen Statistika FMIPA IPB atas ilmu yang diajarkan dan seluruh
staf Departemen Statistika (Bu Markonah, Bu Sulis, Bu Dedeh, Bu Aat, Pak Iyan, Mang
Sudin, Mang Herman, Mang Dur) yang telah membantu penulis selama belajar di
Statistika IPB.
5. Mala Septiani yang selalu memberikan motivasi, semangat, kasih sayang, dan doanya.
6. Adit dan Agus (terima kasih atas kebersamaan selama 3 tahun nge-Kost), Anggoro yang
selalu bersedia untuk diskusi dengan penulis, Adis yang sudah mengajarkan CHAID,
Daus untuk design pinnya, Rahayu atas informasi GLMnya, Anak-anak paladium (terima
kasih atas hiburan PSnya), Tim pembahas seminar (Diyen, Arta, Rina), Anak-anak
Statistics Centre (Rina, Njum, Ika, Ami dkk. atas kerjasamanya), dan Anak-anak Batosai
yang selalu berbagi keceriaan di kostan.
7. Teman seperjuanganku, Statistika 40. Terima kasih atas kebersamaan dan kenangan yang
indah selama 4 tahun.
8. Kakak-kakak kelas STK 38 dan STK 39: Pipin, Dede, Dina, Huda (terima kasih atas
saran-saran dan bantuannya) serta adik-adik STK 41 dan 42.
9. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam
pembuatan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, November 2007
Deni Suhandani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 14 Maret 1984 sebagai anak ke empat dari empat
bersaudara, anak dari pasangan Maman dan Oom.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Cibugel Sumedang pada tahun 1997, studi
penulis dilanjutkan di SLTP Negeri 1 Situraja yang ditamatkan pada tahun 2000. Tahun 2003
penulis lulus dari SMU Negeri 3 Bandung, dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa
di Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru).
Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Profesi Departemen
Statistika Gamma Sigma Beta (GSB) periode 2005-2006. Penulis juga menjadi tenaga pengajar
dan analisis data di Lembaga Bimbingan Belajar dan Olah Data Statistics Centre serta menjadi
surveyor Bank Syariah Mandiri pada tahun 2005. Praktik Lapang dilakukan penulis di Badan
Perencanaan Daerah (BAPEDA) Jawa Barat pada bulan Februari-April 2007.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................ vii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Desa ....................................................................................................................................... 1
Metode CHAID ..................................................................................................................... 1
Regresi Logistik Ordinal ........................................................................................................ 2
BAHAN DAN METODE
Bahan ..................................................................................................................................... 3
Metode ................................................................................................................................... 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa di Kabupaten Bogor .......................................................................
Hasil Analisis CHAID ..........................................................................................................
Karakteristik Tingkat Kemajuan Desa .................................................................................
Hasil Analisis Regresi Logistik Ordinal ...............................................................................
3
4
4
5
KESIMPULAN ............................................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 7
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 8
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Total skor desa di kabupaten Bogor .................................................................................... 3
2
Dugaan parameter model regresi logistik ordinal ............................................................... 5
3
Ketepatan prediksi model regresi logistik ordinal .............................................................. 5
4
Nilai koefisien dan rasio odds model regresi logistik ordinal .............................................. 6
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Diagram pie tingkat kemajuan desa di kabupaten Bogor (%) ........................................... 3
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Skor dan kode setiap peubah penjelas ................................................................................. 9
2
Dendrogram hasil analisis CHAID ...................................................................................... 11
3
Peubah penjelas regresi logistik ordinal ............................................................................... 12
4
Tabel peluang dugaan peubah respon ................................................................................... 12
vii
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Latar Belakang
Desa
Pembangunan yang tidak merata akan
menyebabkan perkembangan yang tidak
seimbang
serta
kesenjangan
dalam
perekonomian akibatnya muncul daerahdaerah miskin dan tertinggal. Undang-undang
nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah
memberikan
legitimasi
untuk
menyerahkan
kewenangan
proses
pembangunan kepada pemerintah daerah
masing-masing. Tujuan dari undang-undang
ini pada dasarnya merupakan suatu upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan mengurangi kesenjangan pembangunan
dengan mengurangi daerah-daerah yang
miskin, kumuh dan tertinggal.
Penelitian mengenai desa tertinggal pernah
dilakukan oleh Handayani (2005) yang
berjudul analisis regresi logistik untuk
menentukan faktor-faktor ketertinggalan desa
di kabupaten Bogor. Sumber data yang
digunakan pada penelitiannya berasal dari
data potensi desa (Podes) tahun 2003. Peubahpeubah yang digunakan serta kriteria
mengenai tertinggal atau tidaknya suatu desa
disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Dalam penelitian ini peubah-peubah yang
digunakan serta kriteria tingkat kemajuan desa
disusun oleh Badan Perencanaan Daerah
(BAPEDA) Jawa Barat. Metode CHAID
digunakan untuk menelusuri peubah yang
signifikan dan menggambarkan karakteristik
tingkat kemajuan desa berdasarkan kelompok
peubah-peubah yang
signifikan tersebut
sedangkan analisis regresi logistik ordinal
digunakan untuk melengkapi hasil dari
analisis CHAID.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem
pemerintahan nasional dan berada di daerah
kabupaten
(Undang-undang
Republik
Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah).
Tujuan
Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu :
Menentukan tingkat kemajuan desa di
kabupaten Bogor berdasarkan peubahpeubah dan kriteria tingkat kemajuan
desa yang disusun oleh BAPEDA Jawa
Barat.
2. Menelusuri peubah yang signifikan dan
menggambarkan karakteristik tingkat
kemajuan desa di kabupaten Bogor
berdasarkan kelompok peubah-peubah
yang signifikan tersebut.
3. Melihat kecenderungan desa tertentu
masuk ke dalam tingkatan desa maju,
sedang dan
tertinggal berdasarkan
karakteristik tertentu.
1.
Metode CHAID
Metode CHAID (Chi-square Automatic
Interaction Detection) merupakan bagian dari
metode
AID
(Automatic
Interaction
Detection). AID adalah suatu teknik untuk
menganalisis kelompok data berukuran besar
dengan membaginya menjadi sub-sub
kelompok yang tidak saling tumpang tindih
(Kass dalam Soemartojo, 2002).
Metode CHAID merupakan teknik
eksplorasi nonparametrik untuk menganalisis
sekumpulan data yang berukuran besar dan
cukup efisien untuk menduga peubah-peubah
bebas yang paling signifikan terhadap peubah
tak bebas (Du Toit et. al, 1986).
Metode CHAID menggunakan kriteria
Khi-kuadrat dalam pengoperasiannya.
r
c
χ 2 = ∑∑
i =1 j =1
(Oij − Eij ) 2
Eij
r
c
i
j
Oij
Eij
= Total baris
= Total kolom
= Indeks baris
= Indeks kolom
= Frekuensi baris ke-i kolom ke-j
= Frekuensi harapan baris ke-i kolom ke-j
Algoritma CHAID menurut Kass dalam
Soemartojo (2002) adalah sebagai berikut :
1. Buat tabulasi silang untuk masing-masing
kategori peubah bebas dengan kategori
peubah tak bebas.
2. Buat sub tabulasi silang berukuran 2xd
yang mungkin tersusun, dengan d adalah
banyaknya kategori peubah tak bebas.
Cari nilai χ2hitung dari semua sub tabel
yang terbentuk. Dengan α ditetapkan, cari
nilai χ2hitung yang terkecil. Jika 2hitung
terkecil < χ2α (db=d-1), maka kedua
kategori
peubah
bebas
tersebut
digabungkan.
Prosedur
ini
akan
mereduksi c kategori peubah bebas
1
menjadi r kategori (r χ2α, maka pembagian
biner dilakukan. Selanjutnya kembali ke
tahap 2.
4. Dari setiap peubah bebas yang telah
digabungkan, hitung nilai-p untuk
masing-masing Tabel yang terbentuk.
Tabel yang mengalami reduksi menjadi r
kategori, nilai-pnya dikalikan dengan
pengganda Bonferroni sesuai dengan tipe
peubahnya. Jika nilai-p terkecil < α yang
ditetapkan, maka peubah tersebut
merupakan
peubah
bebas
yang
pengaruhnya paling signifikan bagi
peubah tak bebas.
5. Kembali ke tahap pertama untuk setiap
data hasil pemisahan.
Tabel kontingensi pada algoritma CHAID
membutuhkan suatu uji signifikansi. Jika tidak
ada pengurangan dari Tabel kontingensi asal,
maka statistik uji khi-kuadrat dapat
digunakan. Tetapi apabila terjadi pengurangan
yaitu c kategori dari peubah asal menjadi r
kategori (r
χ2p(α).
Pengujian parameter secara parsial
menggunakan uji Wald. Hipotesis yang akan
diuji adalah:
H0 : i = 0
H1 : i ≠ 0 ; i = 1,...,p
Statistik uji W yaitu :
∧
W∧ =
β
βi
∧
SE ( β i )
∧
∧
dengan β i sebagai penduga i dan SE ( β i )
sebagai penduga galat baku i. Statistik W
akan mengikuti sebaran normal baku jika H0
benar. Keputusan tolak H0 diambil jika |W| >
Z α/2.
Interpretasi koefisien untuk model regresi
logistik ordinal dapat dilakukan dengan
menggunakan nilai rasio oddsnya. Parameter
i menyatakan perubahan dalam fungsi logit
L(x) untuk perubahan satu unit peubah
penjelas xi=a dan xi=b yang disebut log odds
dan dinotasikan sebagai ln[ (a,b)] dimana :
ln[ (a,b)] = L(xi=a) – L(xi=b)
= i (a-b)
Sehingga didapat penduga untuk rasio
odds sebagai berikut :
∧
∧
ψ = exp ( β i )
2
Perhitungan peluang dilakukan sebagai
berikut :
exp(θ j − β T x)
Pr(Y ≤ j ) =
1 + exp(θ j − β T x)
BAHAN DAN METODE
Bahan
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data Potensi Desa Sensus
Ekonomi 2006 (Podes SE’06) kabupaten
Bogor. Dari data Podes SE’06 tersebut,
Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Jawa
Barat memilih peubah-peubah yang dianggap
dapat mewakili potensi dan kondisi suatu
desa. Kemudian peubah-peubah tersebut
diberi skor dan besarnya total skor setiap desa
menunjukan besarnya kontribusi desa tersebut
terhadap pengklasifikasian desa.
Peubah-peubah yang terpilih mewakili
tiga aspek , yaitu:
1. Aspek potensi desa
2. Aspek perumahan dan lingkungan
3. Aspek keadaan penduduk
Peubah dan skornya dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Kriteria tingkat kemajuan desa yang
disusun adalah :
a) x i > x + s berstatus desa maju
b)
x − s ≤ xi ≤ x + s berstatus desa sedang
xi < x − s berstatus desa tertinggal
dimana :
xi : Total skor desa ke-i
c)
x : Rata-rata total skor desa di Jawa Barat
s
: Simpangan baku total skor desa di Jawa
Barat
Berdasarkan total skor seluruh desa di
Jawa Barat diperoleh x dan s sebesar 44.99
dan 7.71. Dengan demikian, diperoleh kriteria
tingkat kemajuan desa sebagai berikut :
a) xi > 52.7 berstatus desa maju
menjadi respon untuk analisis CHAID
dan regresi logistik ordinal.
3. Melakukan analisis CHAID untuk
menelusuri peubah yang signifikan dan
menggambarkan karakteristik tingkat
kemajuan desa.
4. Melakukan analisis regresi logistik
ordinal untuk melengkapi hasil dari
analisis CHAID.
5. Menghitung nilai peluang ketiga tingkat
kemajuan desa untuk berbagai macam
karakteristik.
Software
yang
digunakan
adalah
Answertree 2.01, SPSS 13, dan Minitab 14.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa
di Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor memiliki 426 desa.
Berdasarkan Tabel 1, total skor minimum dan
maksimum desa di kabupaten Bogor adalah
71 dan 31. Rata-rata total skor 47 dengan
simpangan baku 8. Rata-rata total skor desa
berada pada status sedang sehingga secara
umum seluruh desa di kabupaten Bogor dapat
dikategorikan sebagai desa sedang.
Tabel 1 Total skor desa di kabupaten Bogor
Keterangan
Desa
Total
20102
Rata-rata
47
Standar deviasi
8
Maksimum
71
Minimum
31
Berdasarakan Gambar 1 dibawah ini,
kabupaten Bogor terdiri atas 40 desa
tertinggal (9.4%), 282 desa sedang (66.2%)
dan 104 desa maju (24.4%). Dengan
demikian, sebagian besar desa yang ada di
kabupaten Bogor berstatus desa sedang.
b) 37.28 ≤ xi ≤ 52.7 berstatus desa sedang
c)
xi < 37.28 berstatus desa tertinggal
Metode
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah :
1. Memberi dan menghitung skor setiap
desa di kabupaten Bogor
2. Mengklasifikasikan desa di kabupaten
Bogor. Status desa ini nantinya akan
Gambar 1 Diagram pie tingkat kemajuan
desa di kabupaten Bogor
3
Dendrogram Hasil Analisis CHAID
Analisis CHAID menghasilkan suatu
dendrogram
yang
menggambarkan
pengelompokan
berdasarkan
hubungan
terstruktur peubah respon dengan peubah
penjelas yang signifikan pada taraf nyata 5%.
Dari 26 peubah yang dianalisis, terdapat 4
peubah yang signifikan terhadap tingkat
kemajuan desa. Peubah-peubah tersebut
adalah sumber penghasilan utama sebagian
besar penduduk (X25), sarana komunikasi
(X8), jenis pasar (X15) dan fasilitas kesehatan
(X4).
Peubah yang paling signifikan terhadap
tingkat kemajuan desa adalah sumber
penghasilan utama sebagian besar penduduk.
Dari 249 desa pada kategori pertanian terdiri
atas 59 desa tidak memiliki sarana komunikasi
dan 190 desa memiliki sarana komunikasi
(pos dan telepon). Pada kategori pertanian,
persentase desa maju adalah 0%.
Fasilitas kesehatan merupakan peubah
berikutnya
yang
berperan
dalam
mengelompokkan desa yang memiliki sarana
komunikasi pada sumber penghasilan utama
penduduk dari pertanian. Pada kategori
poliklinik, persentase desa tertinggal adalah
0% sedangkan pada kategori non poliklinik,
(tidak ada, puskesmas pembantu, puskesmas)
persentase 0% ada pada desa maju.
Berdasarkan sumber penghasilan utama
sebagian besar penduduk dari non pertanian
(industri pengolahan, perdagangan, jasa),
kelompok karakteristik tingkat kemajuan desa
dipisahkan oleh jenis pasar. Dari 177 desa
pada kategori ini terdiri dari 82 desa tidak
terdapat pasar dan 95 desa terdapat pasar
(tanpa bangunan, semi permanen, permanen).
Karakteristik Tingkat Kemajuan Desa
Berdasarkan dendrogram hasil analisis
CHAID
dihasilkan
lima
kelompok
karakteristik
tingkat
kemajuan
desa.
Kelompok pertama adalah desa dengan
sumber penghasilan utama sebagian besar
penduduk dari pertanian dan tidak memiliki
sarana komunikasi. Kelompok dua adalah
desa dengan sumber penghasilan utama
sebagian besar penduduk dari pertanian dan
memiliki sarana komunikasi tetapi tidak
memiliki fasilitas kesehatan poliklinik.
Kelompok tiga adalah desa dengan sumber
penghasilan utama sebagian besar penduduk
dari pertanian dan memiliki sarana
komunikasi dengan fasilitas kesehatan
poliklinik. Kelompok empat adalah desa
dengan sumber penghasilan utama sebagian
besar penduduk dari non pertanian tetapi tidak
terdapat pasar dan yang terakhir kelompok
lima adalah desa dengan sumber penghasilan
utama sebagian besar penduduk dari non
pertanian dan terdapat pasar.
Kelompok satu memiliki persentase desa
maju sebesar 0%, desa sedang sebesar 42.37%
dan desa tertinggal sebesar 57.63%.
Perbedaan persentase antara desa maju dengan
desa lainnya cukup signifikan. Perbedaan ini
mengindikasikan desa yang berada pada
kelompok ini akan berpeluang besar menjadi
desa tertinggal atau sedang dibandingkan
menjadi desa maju. Dari dendrogram dapat
dilihat
bahwa
pembangunan
sarana
komunikasi mampu merubah keragaman
tingkat kemajuan desa yang sangat signifikan
dimana persentase desa maju dan sedang
meningkat menjadi 4.74% dan 92.11%
sedangkan persentase desa tertinggal menurun
tajam menjadi 3.16%. Hasil ini menandakan
pentingnya sarana komunikasi bagi penduduk
dalam memajukan desa tersebut. Dari uraian
di atas dapat diambil informsi penting bahwa
pada kelompok ini untuk memajukan desa
dapat diupayakan dengan membangun
infrastruktur desa yang menunjang pada
aktivitas masyarakatnya.
Pada kelompok dua, persentase desa maju
sebesar 0%, desa sedang sebesar 94.64% dan
desa tertinggal sebesar 5.36%. Persentase desa
sedang perbedaannya sangat signifikan
dengan persentase desa lainnya. Hal ini
menandakan bahwa desa pada kelompok ini
akan berpeluang besar menjadi desa sedang
dibandingkan menjadi desa lainnya.
Persentase desa sedang pada kelompok
tiga sebesar 88.46% sedangkan desa maju dan
tertinggal berturut-turut sebesar 11.54% dan
0%. Karakteristik pada kelompok tiga hampir
sama dengan kelompok dua dimana
persentase terbesar desa berada pada desa
sedang.
Hal yang menarik dari kelompok dua dan
tiga adalah pengaruh fasilitas kesehatan
poliklinik atau bukan poliklinik di desa
tersebut. Keragaman tingkat kemajuan desa
awal pada kategori pertanian dan ada
komunikasi adalah 4.74% untuk desa maju,
92.11% untuk desa sedang, dan 3.16% untuk
desa tertinggal. Setelah keragaman tingkat
kemajuan desa ini dipengaruhi oleh fasilitas
kesehatan dapat dilihat bahwa desa dengan
fasilitas kesehatan bukan poliklinik ternyata
persentase desa tertinggal meningkat menjadi
5.36% dan persentase desa maju menurun
menjadi 0% sedangkan pengaruh fasilitas
4
kesehatan poliklinik berbanding terbalik
dengan pengaruh fasilitas kesehatan bukan
poliklinik dimana persentase desa maju
meningkat menjadi 11.54% dan persentase
desa tertinggal menurun menjadi 0%.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa
fasilitas kesehatan poliklinik atau bukan
poliklinik merupakan faktor penting dalam
memajukan desa. Sehingga dapat ditafsirkan
bahwa keberadaan fasilitas kesehatan yang
lebih berkualitas sangat menunjang aktivitas
masyarakat dalam memajukan desanya.
Kelompok empat dan lima memiliki
karakteristik yang hampir sama di mana
persentase desa tertinggal sama-sama sebesar
0%. Persentase desa tertinggal pada kedua
kelompok ini bernilai 0% akibat dari
keragaman tingkat kemajuan desa pada
kelompok sumber penghasilan utama non
pertanian memiliki persentase desa tertinggal
sebesar 0%. Hasil ini menggambarakan bahwa
desa dengan sumber mata pencaharian
penduduk dari non pertanian peluangnya kecil
sekali untuk menjadi desa tertinggal. Hal ini
bisa dipahami karena sumber penghasilan
masyarakat dari non pertanian jauh lebih besar
dibandingkan dari pertanian.
Pada kelompok empat persentase desa
sedang (82.93%) lebih besar dibandingkan
kelompok lima (14.74%) dan sebaliknya
persentase desa maju pada kelompok lima
(85.26%) lebih besar dibandingkan kelompok
empat (17.07%). Uraian di atas menandakan
bahwa keberadaan pasar lebih mampu
memajukan desa karena pasar dapat menjamin
kelancaran aktivitas ekonomi masyarakatnya.
Tabel 2 Dugaan Parameter Model
Peubah
i
Wald
Nilai-p
Intersep1
2.562
52.781
0.000
Intersep2
11.232 142.851
0.000
X4
2.148
30.465
0.000
X8
3.229
45.366
0.000
X15
3.212
64.746
0.000
X25
3.246
50.969
0.000
G=402.53, Nilai-p=0.000
Uji wald pada model menunjukkan
bahwa semua peubah penjelas signifikan pada
taraf nyata 5%. Hal ini dapat dilihat dari nilaip semua koefisien i lebih kecil dari taraf
nyata 5%. Hasil ini menguatkan hasil analisis
CHAID bahwa keempat peubah tersebut
signifikan terhadap tingkat kemajuan desa di
kabupaten Bogor.
Model ordinal logit yang dihasilkan
adalah sebagai berikut :
Logit[1] = 2.562 + 2.148X4 + 3.229X8
+ 3.212X15 + 3.246X25
Logit[2] = 11.232 + 2.148X4 + 3.229X8
+ 3.212X15 + 3.246X25
Logit [1] adalah model logit untuk tingkat
kemajuan desa tertinggal dan Logit [2] adalah
model logit untuk tingkat kemajuan desa
sedang.
Tabel 3 Ketepatan Prediksi Model
Aktual
Sesuai dengan yang dijelaskan pada bab
pendahuluan bahwa regresi logistik pada
penelitian ini dilakukan untuk melengkapi
hasil dari analisis CHAID. Oleh sebab itu,
peubah penjelas yang digunakan untuk
analisis regresi logistik adalah peubah hasil
dari analisis CHAID. Peubah respon dan
penjelas serta kategorinya dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Berdasarkan Tabel 2 di samping,
pendugaan model dengan mengikutsertakan
empat peubah penjelas hasil dari analisis
CHAID menghasilkan nilai statistik uji G
sebesar 402.53 dengan nilai-p 0.000. Pada
taraf nyata 5% maka H0 ditolak yang berarti
bahwa minimal ada satu peubah penjelas yang
tidak sama dengan nol.
Sedang
Tertinggal
%
benar
Maju
80
24
0
Sedang
14
251
17
76.92
89.01
0
8
% keseluruhan
32
80.00
Tertinggal
Hasil Analisis Regresi Logistik Ordinal
Prediksi
Maju
85.21
Berdasarkan Tabel 3 di atas, dari 104
desa maju dapat dikategorikan dengan benar
sebanyak 80 desa (76.92%), dari 282 desa
sedang sebanyak 251 desa (89.01%) dan dari
40 desa tertinggal sebanyak 32 desa (80%).
Secara keseluruhan ketepatan prediksi model
ini sebesar 85.21%. Hasil ini menandakan
model telah cukup untuk dapat menduga
kategori respon dengan baik.
Peubah-peubah pada model regresi
logistik diinterpretasikan melalui nilai rasio
oddsnya. Peubah yang nilai koefisiennya
bertanda positif maka rasio oddsnya di atas
satu dan sebaliknya jika nilai koefisien peubah
tersebut bertanda negatif maka nilai rasio
oddsnya di bawah satu. Nilai koefisien dan
rasio odds untuk setiap peubah dapat dilihat
pada Tabel 4 di bawah ini.
5
Tabel 4 Nilai koefisien dan rasio odds model
Peubah
i
Rasio odds
Intersep1
2.562
Intersep2
11.232
X4
2.148
8.56
X8
3.229
25.26
X15
3.212
24.83
X25
3.246
25.69
Koefisien peubah fasilitas kesehatan (X4)
bernilai positif dengan nilai rasio odds lebih
dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa desa
yang mempunyai fasilitas kesehatan berupa
poliklinik cenderung akan lebih maju 8.56 kali
dibandingkan dengan desa yang memiliki
fasilitas kesehatan lainnya. Uraian di atas
dapat diartikan bahwa fasilitas kesehatan
suatu desa yang lebih berkualitas maka akan
dapat menjamin kesehatan masyarakatnya
sehingga masyarakat lebih mungkin untuk
memperoleh penghasilan yang lebih baik yang
pada akhirnya desa dengan masyarakat seperti
ini akan lebih maju.
Peubah
sarana
komunikasi
(X8)
mempunyai nilai koefisien yang positif
dengan rasio odds 10.55. Hal ini berarti desa
yang memiliki sarana komunikasi cenderung
akan lebih maju dibandingkan dengan desa
yang tidak memiliki sarana komunikasi.
Keberadaan komunikasi sangat penting bagi
masyarakat dalam mengakses informasi yang
diperlukan dalam memajukan desanya.
Nilai rasio odds peubah pasar (X15)
sebesar 24.83 artinya bahwa desa yang
memiliki pasar cenderung akan lebih maju
24.83 kali dibandingkan dengan desa yang
tidak memiliki pasar. Keberadaan pasar sangat
mempengaruhi kemajuan desa karena pasar
mampu membuat aktifitas perdagangan lebih
lancar dan pasti sehingga segala aktifitas
ekonomi masyarakat dapat berjalan dengan
lebih baik.
Peubah sumber mata pencaharian
sebagian besar penduduk merupakan peubah
yang paling signifikan terhadap tingkat
kemajuan desa dikarenakan nilai rasio odds
peubah ini nilainya paling besar dibandingkan
peubah lainnya yaitu sebesar 25.69. Hasil ini
menguatkan hasil analisis CHAID bahwa
peubah ini merupakan peubah yang paling
signifikan terhadap tingkat kemajuan desa.
Desa dengan sumber penghasilan utama
penduduk (X25) dari
non pertanian
cenderung akan lebih maju 25.69 kali
dibandingkan dengan desa yang sumber
penghasilan
utama
penduduknya
dari
pertanian. Uraian di atas dapat dengan mudah
dimengerti karena penghasilan penduduk dari
non pertanian jauh lebih besar dibandingkan
dari pertanian.
Besarnya peluang desa masuk ke dalam
tingkat desa maju, sedang dan tertinggal
berdasarkan peubah yang signifikan dapat
dilihat pada Lampiran 4. Dari 14 karakteristik
desa diketahui bahwa Desa yang tidak
memiliki fasilitas kesehatan poliklinik, tidak
terdapat sarana komunikasi, tidak terdapat
pasar, dan sumber penghasilan utama
sebagian besar penduduk dari pertanian
mempunyai peluang terbesar masuk ke dalam
status desa tertinggal dan peluang terkecil
masuk ke dalam status desa maju.
KESIMPULAN
Kabupaten Bogor memiliki 426 desa
yang terdiri atas 40 desa tertinggal (9.4%),
282 desa sedang (66.2%) dan 104 desa maju
(24.4%).
Peubah-peubah yang signifikan terhadap
tingkat kemajuan desa di kabupaten Bogor
adalah sumber penghasilan utama sebagian
besar penduduk, sarana komunikasi, jenis
pasar dan fasilitas kesehatan.
Hasil analisis CHAID menghasilkan lima
kelompok karakteristik tingkat kemajuan desa
yang berbeda. Pada kelompok desa dengan
sumber penghasilan utama dari pertanian,
pembangunan fasilitas infrastruktur sangat
membantu dalam memajukan desa. Hal ini
dapat dilihat pada dendrogram bahwa
persentase desa maju meningkat dengan
adanya pengaruh sarana komunikasi dan
fasilitas kesehatan yang lebih berkualitas.
Sedangkan pada kelompok desa non pertanian
keberadaan pasar juga sangat membantu
dalam memajukan desa. Hal ini terlihat
dengan tingginya persentase desa maju pada
kelompok tersebut.
Model regresi logistik ordinal yang
didapatkan adalah :
1. Model logit untuk status desa tertinggal
Logit[1] = 2.562 + 2.148X4 + 3.229X8
+ 3.212X15 + 3.246X25
2. Model logit untuk status desa sedang
Logit[2] = 11.232 + 2.148X4 + 3.229X8
+ 3.212X15 + 3.246X25
Desa yang tidak memiliki fasilitas
kesehatan poliklinik, tidak terdapat sarana
komunikasi, tidak terdapat pasar, dan sumber
penghasilan utama sebagian besar penduduk
dari pertanian mempunyai peluang terbesar
masuk ke dalam status desa tertinggal dan
peluang terkecil masuk ke dalam status desa
maju.
6
DAFTAR PUSTAKA
Agresti, A. 1990. Categorical Data Analysis.
New York : John Wiley & Sons.
Alamudi, A., A. H. Wigena & Aunuddin.
1998.
Eksplorasi
Struktur
Data
menggunakan Metode CHAID. Forum
Statistika dan Komputasi. 3:1-9.
Du Toit, S.H.C, A.G.W. Steyn, R.H. Stumpf.
1986. Graphical Exploratory Data
Analysis. Springer-Verlag, New York Inc.
[Bapeda] Badan Perencanaan Daerah. 2006.
Penyusunan Kriteria Desa di Jawa Barat
(tidak dipublikasikan). Bandung.
Hosmer, D.W. & Lemeshow, S. 1989. Applied
Logistic Regression. New York : John
Wiley & Sons, Inc.
McCullagh, P. dan J.A. Nelder. 1989.
Generalized Linear Model. London :
Chapman and Hall.
Soemartojo, SM. 2002. Kajian Metode
CHAID dan CHAID Exhaustive sebagai
Analisa Pohon Berstruktur [Tesis].
Jurusan Statistika
FMIPA
IPB.
Bogor.
7
LAMPIRAN
8
Lampiran 1 Kode dan skor peubah penjelas
Aspek Potensi Desa
Notasi
Peubah
X1
Potensi ekonomi yang menonjol
dan sudah diberdayakan
X2
Fasilitas pendidikan
X3
Lembaga pendidikan keterampilan
X4
Fasilitas kesehatan
X5
Tenaga kesehatan tinggal di desa
X6
Jalan utama desa
X7
Waktu tempuh ke ibu kota
kecamatan
X8
Sarana komunikasi
X9
Kawasan industri
X10
Sentra Industri
X11
Lingkungan industri kecil
X12
Industri besar
X13
Industri sedang
X14
Industri kecil
X15
Pasar
X16
Lembaga keuangan
Kategori
perdagangan dan jasa
industri pengolahan
pertanian
tidak ada
≥ SLTA
SLTP
SD
ada
tidak ada
poliklinik
puskesmas
puskesmas pembantu
tidak ada
doker
paramedis
dukun
tidak ada
aspal
diperkeras
tanah
30 menit
telepon umum
kantor pos
tidak ada
ada
tidak ada
ada
tidak ada
ada
tidak ada
ada
tidak ada
ada
tidak ada
ada
tidak ada
pertokoan
semi permanen
tanpa bangunan
tidak ada
BPR
mikro/informal
tidak ada
Skor
3
2
1
0
3
2
1
3
1
3
2
1
0
3
2
1
0
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
1
3
1
3
1
3
1
3
1
3
1
3
2
1
0
3
2
1
9
Lampiran 1 (lanjutan)
Aspek Perumahan dan Lingkungan
X17
Keluarga yang menggunakan listrik
X18
Bahan bakar
X19
Tempat buang sampah
X20
Tempat buang air besar
X21
Sumber pencemaran
X22
Sumber air minum
ada
tidak ada
LPG
minyak tanah
kayu bakar
tempat sampah dan
diangkut
lubang
sungai
sendiri
bersama atau umum
bukan jamban
pabrik
limbah keluarga
tidak ada
PAM
sumur
mata air, air hujan dan
air sungai
3
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
1
0
3
2
1
Aspek Keadaan Penduduk
X23
Persentase RT pertanian
X24
Persentase pra KS dan KS I
X25
Sumber penghasilan utama
sebagian besar penduduk
X26
Persentase penduduk yang bekerja
sebagai buruh tani
30%
30%
perdagangan dan jasa
industri pengolahan
pertanian
30%
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
10
Lampiran 2 Dendrogram hasil analisis CHAID
Lampiran 3 Peubah regresi logistik ordinal
Peubah respon
Notasi
Y
Peubah penjelas
Tingkat kemajuan desa
Fasilitas kesehatan
X8
Sarana komunikasi
X15
Pasar
X25
Sumber penghasilan utama
sebagian besar penduduk
Kode
3
2
1
Kategori
Kode
1
0
1
0
1
0
1
0
maju
sedang
tertinggal
Peubah penjelas
Notasi
Peubah penjelas
X4
Kategori
poliklinik
lainnya
ada
tidak ada
ada
tidak ada
non pertanian
pertanian
Lampiran 4 Tabel peluang dugaan peubah respon
X4 X8 X15 X25 P(Y=1)
P(Y=2)
P(Y=3)
0
0
0
0 0.928392 0.071595 0.000013
1
0
0
0 0.602190 0.397696 0.000113
0
0
1
0 0.343067 0.656604 0.000329
0
0
0
1 0.335363 0.664297 0.000340
1
0
1
0 0.057471 0.939721 0.002808
1
1
0
0 0.056548 0.940595 0.002857
1
0
0
1 0.055637 0.941457 0.002906
0
0
1
1 0.019920 0.971703 0.008378
0
1
0
1 0.019587 0.971891 0.008521
1
1
1
0 0.002408 0.931191 0.066400
1
0
1
1 0.002367 0.930157 0.067475
1
1
0
1 0.002327 0.929109 0.068563
0
1
1
1 0.000804 0.823345 0.175851
1
1
1
1 0.000094 0.353581 0.646325
12
ANALISIS TINGKAT KEMAJUAN DESA DI KABUPATEN BOGOR
DENGAN METODE CHAID DAN REGRESI LOGISTIK ORDINAL
DENI SUHANDANI
DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Latar Belakang
Desa
Pembangunan yang tidak merata akan
menyebabkan perkembangan yang tidak
seimbang
serta
kesenjangan
dalam
perekonomian akibatnya muncul daerahdaerah miskin dan tertinggal. Undang-undang
nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah
memberikan
legitimasi
untuk
menyerahkan
kewenangan
proses
pembangunan kepada pemerintah daerah
masing-masing. Tujuan dari undang-undang
ini pada dasarnya merupakan suatu upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan mengurangi kesenjangan pembangunan
dengan mengurangi daerah-daerah yang
miskin, kumuh dan tertinggal.
Penelitian mengenai desa tertinggal pernah
dilakukan oleh Handayani (2005) yang
berjudul analisis regresi logistik untuk
menentukan faktor-faktor ketertinggalan desa
di kabupaten Bogor. Sumber data yang
digunakan pada penelitiannya berasal dari
data potensi desa (Podes) tahun 2003. Peubahpeubah yang digunakan serta kriteria
mengenai tertinggal atau tidaknya suatu desa
disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Dalam penelitian ini peubah-peubah yang
digunakan serta kriteria tingkat kemajuan desa
disusun oleh Badan Perencanaan Daerah
(BAPEDA) Jawa Barat. Metode CHAID
digunakan untuk menelusuri peubah yang
signifikan dan menggambarkan karakteristik
tingkat kemajuan desa berdasarkan kelompok
peubah-peubah yang
signifikan tersebut
sedangkan analisis regresi logistik ordinal
digunakan untuk melengkapi hasil dari
analisis CHAID.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem
pemerintahan nasional dan berada di daerah
kabupaten
(Undang-undang
Republik
Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah).
Tujuan
Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu :
Menentukan tingkat kemajuan desa di
kabupaten Bogor berdasarkan peubahpeubah dan kriteria tingkat kemajuan
desa yang disusun oleh BAPEDA Jawa
Barat.
2. Menelusuri peubah yang signifikan dan
menggambarkan karakteristik tingkat
kemajuan desa di kabupaten Bogor
berdasarkan kelompok peubah-peubah
yang signifikan tersebut.
3. Melihat kecenderungan desa tertentu
masuk ke dalam tingkatan desa maju,
sedang dan
tertinggal berdasarkan
karakteristik tertentu.
1.
Metode CHAID
Metode CHAID (Chi-square Automatic
Interaction Detection) merupakan bagian dari
metode
AID
(Automatic
Interaction
Detection). AID adalah suatu teknik untuk
menganalisis kelompok data berukuran besar
dengan membaginya menjadi sub-sub
kelompok yang tidak saling tumpang tindih
(Kass dalam Soemartojo, 2002).
Metode CHAID merupakan teknik
eksplorasi nonparametrik untuk menganalisis
sekumpulan data yang berukuran besar dan
cukup efisien untuk menduga peubah-peubah
bebas yang paling signifikan terhadap peubah
tak bebas (Du Toit et. al, 1986).
Metode CHAID menggunakan kriteria
Khi-kuadrat dalam pengoperasiannya.
r
c
χ 2 = ∑∑
i =1 j =1
(Oij − Eij ) 2
Eij
r
c
i
j
Oij
Eij
= Total baris
= Total kolom
= Indeks baris
= Indeks kolom
= Frekuensi baris ke-i kolom ke-j
= Frekuensi harapan baris ke-i kolom ke-j
Algoritma CHAID menurut Kass dalam
Soemartojo (2002) adalah sebagai berikut :
1. Buat tabulasi silang untuk masing-masing
kategori peubah bebas dengan kategori
peubah tak bebas.
2. Buat sub tabulasi silang berukuran 2xd
yang mungkin tersusun, dengan d adalah
banyaknya kategori peubah tak bebas.
Cari nilai χ2hitung dari semua sub tabel
yang terbentuk. Dengan α ditetapkan, cari
nilai χ2hitung yang terkecil. Jika 2hitung
terkecil < χ2α (db=d-1), maka kedua
kategori
peubah
bebas
tersebut
digabungkan.
Prosedur
ini
akan
mereduksi c kategori peubah bebas
1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Latar Belakang
Desa
Pembangunan yang tidak merata akan
menyebabkan perkembangan yang tidak
seimbang
serta
kesenjangan
dalam
perekonomian akibatnya muncul daerahdaerah miskin dan tertinggal. Undang-undang
nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah
memberikan
legitimasi
untuk
menyerahkan
kewenangan
proses
pembangunan kepada pemerintah daerah
masing-masing. Tujuan dari undang-undang
ini pada dasarnya merupakan suatu upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan mengurangi kesenjangan pembangunan
dengan mengurangi daerah-daerah yang
miskin, kumuh dan tertinggal.
Penelitian mengenai desa tertinggal pernah
dilakukan oleh Handayani (2005) yang
berjudul analisis regresi logistik untuk
menentukan faktor-faktor ketertinggalan desa
di kabupaten Bogor. Sumber data yang
digunakan pada penelitiannya berasal dari
data potensi desa (Podes) tahun 2003. Peubahpeubah yang digunakan serta kriteria
mengenai tertinggal atau tidaknya suatu desa
disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Dalam penelitian ini peubah-peubah yang
digunakan serta kriteria tingkat kemajuan desa
disusun oleh Badan Perencanaan Daerah
(BAPEDA) Jawa Barat. Metode CHAID
digunakan untuk menelusuri peubah yang
signifikan dan menggambarkan karakteristik
tingkat kemajuan desa berdasarkan kelompok
peubah-peubah yang
signifikan tersebut
sedangkan analisis regresi logistik ordinal
digunakan untuk melengkapi hasil dari
analisis CHAID.
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki kewenangan untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dalam sistem
pemerintahan nasional dan berada di daerah
kabupaten
(Undang-undang
Republik
Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah).
Tujuan
Penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu :
Menentukan tingkat kemajuan desa di
kabupaten Bogor berdasarkan peubahpeubah dan kriteria tingkat kemajuan
desa yang disusun oleh BAPEDA Jawa
Barat.
2. Menelusuri peubah yang signifikan dan
menggambarkan karakteristik tingkat
kemajuan desa di kabupaten Bogor
berdasarkan kelompok peubah-peubah
yang signifikan tersebut.
3. Melihat kecenderungan desa tertentu
masuk ke dalam tingkatan desa maju,
sedang dan
tertinggal berdasarkan
karakteristik tertentu.
1.
Metode CHAID
Metode CHAID (Chi-square Automatic
Interaction Detection) merupakan bagian dari
metode
AID
(Automatic
Interaction
Detection). AID adalah suatu teknik untuk
menganalisis kelompok data berukuran besar
dengan membaginya menjadi sub-sub
kelompok yang tidak saling tumpang tindih
(Kass dalam Soemartojo, 2002).
Metode CHAID merupakan teknik
eksplorasi nonparametrik untuk menganalisis
sekumpulan data yang berukuran besar dan
cukup efisien untuk menduga peubah-peubah
bebas yang paling signifikan terhadap peubah
tak bebas (Du Toit et. al, 1986).
Metode CHAID menggunakan kriteria
Khi-kuadrat dalam pengoperasiannya.
r
c
χ 2 = ∑∑
i =1 j =1
(Oij − Eij ) 2
Eij
r
c
i
j
Oij
Eij
= Total baris
= Total kolom
= Indeks baris
= Indeks kolom
= Frekuensi baris ke-i kolom ke-j
= Frekuensi harapan baris ke-i kolom ke-j
Algoritma CHAID menurut Kass dalam
Soemartojo (2002) adalah sebagai berikut :
1. Buat tabulasi silang untuk masing-masing
kategori peubah bebas dengan kategori
peubah tak bebas.
2. Buat sub tabulasi silang berukuran 2xd
yang mungkin tersusun, dengan d adalah
banyaknya kategori peubah tak bebas.
Cari nilai χ2hitung dari semua sub tabel
yang terbentuk. Dengan α ditetapkan, cari
nilai χ2hitung yang terkecil. Jika 2hitung
terkecil < χ2α (db=d-1), maka kedua
kategori
peubah
bebas
tersebut
digabungkan.
Prosedur
ini
akan
mereduksi c kategori peubah bebas
1
menjadi r kategori (r χ2α, maka pembagian
biner dilakukan. Selanjutnya kembali ke
tahap 2.
4. Dari setiap peubah bebas yang telah
digabungkan, hitung nilai-p untuk
masing-masing Tabel yang terbentuk.
Tabel yang mengalami reduksi menjadi r
kategori, nilai-pnya dikalikan dengan
pengganda Bonferroni sesuai dengan tipe
peubahnya. Jika nilai-p terkecil < α yang
ditetapkan, maka peubah tersebut
merupakan
peubah
bebas
yang
pengaruhnya paling signifikan bagi
peubah tak bebas.
5. Kembali ke tahap pertama untuk setiap
data hasil pemisahan.
Tabel kontingensi pada algoritma CHAID
membutuhkan suatu uji signifikansi. Jika tidak
ada pengurangan dari Tabel kontingensi asal,
maka statistik uji khi-kuadrat dapat
digunakan. Tetapi apabila terjadi pengurangan
yaitu c kategori dari peubah asal menjadi r
kategori (r
χ2p(α).
Pengujian parameter secara parsial
menggunakan uji Wald. Hipotesis yang akan
diuji adalah:
H0 : i = 0
H1 : i ≠ 0 ; i = 1,...,p
Statistik uji W yaitu :
∧
W∧ =
β
βi
∧