Karakterisasi sifat mekanik hasil formulasi derivat aspal dengan matriks dari minyak bumi untuk peningkatan kualitas aspal jalan

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK HASIL FORMUL ASI DERIVAT
ASPAL DENGAN MATRIKS DARI FRAKSI MINYAK BUMI UNTUK
PENINGKATAN KUALITAS ASPAL JALAN

Oleh :
DIAH TRI UTAMI
G74101025

PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

ABSTRAK

DIAH TRI UTAMI, Karakterisasi Sifat Mekanik Hasil Formulasi Derivat Aspal dengan Matriks
dari Fraksi Minyak Bumi untuk Peningkatan Kualitas Aspal Jalan. Dibimbing oleh MERSI
KURNIATI dan NUR LATIFAH.
Aspal merupakan unsur pokok alami dari sekian banyak minyak bumi dalam bentuk cairan
dalam keadaan panas. Minyak bumi mentah disuling untuk memisahkan bahan campuran lain dan
mengambil aspalnya. Ada beberapa fungsi aspal, selain sebagai sarana transportasi juga dapat

berguna sebagai pelapis atap, perekat, dan lain-lain. Apabila aspal dimodifikasi, dapat lebih
berguna sebagai ubin, anti bocor, pelindung bangunan yang terpendam dalam tanah. Selain itu,
aspal juga dapat dimanfaatkan sebagai lapisan konstruksi beton pada tempat parkir, lapangan
terbang, dan sebagai dinding pondasi vertikal terowongan. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat campuran derivat aspal dan matriks dari fraksi minyak bumi menjadi aspal jalan yang
kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan yang sudah ada. Sampel dibuat dalam lima jenis
campuran derivat aspal dan matriks dari fraksi minyak bumi yang berbeda komposisinya, yaitu
85.0%:15.0%, 87.5%:12.5%, 90.0%:10.0%, 92.5%:7.5%, dan 95.0%:5.0%. Sampel dipanaskan
kemudian dituang kedalam wadah untuk diuji dengan tiga parameter uji yang berbeda, yaitu uji
softening point, penetrasi dan daktilitas. Hasil yang diinginkan adalah nilai softening point
minimal mencapai 50.0oC, kemudian hasil penetrasi 35.0-50.0 mm dan daktilitas sebesar 150.0
cm. Dari hasil pengujian ternyata karakteristik masing-masing sampel sudah memenuhi standar
karakteristik aspal jalan raya yang telah ada. Kemudian sebagai hasil akhir akan diambil sampel
yang memiliki komposisi optimal dengan karakteristik nilai softening point 50.7 oC, kedalaman
penetrasi 36.5-39.0 mm dan nilai daktilitas lebih besar dari 150.0 cm.

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK HASIL FORMULASI DERIVAT
ASPAL DENGAN MATRIKS DARI FRAKSI MINYAK BUMI UNTUK
PENINGKATAN KUALITAS ASPAL JALAN


Skripsi
Sebagai salah satu syarat tugas akhir untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
DIAH TRI UTAMI
G74101025

PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul : Karakterisasi Sifat Mekanik Hasil Formulasi Derivat Aspal
dengan Matriks dari Fraksi Minyak Bumi untuk Peningkatan
Kualitas
Aspal Jalan

Nama : Diah Tri Utami
NRP

: G74101025

Menyetujui,

Mersi Kurniati, M. Si.
Pembimbing I

Nur Latifah, M. Si.
Pembimbing II

Mengetahui,
Dekan FMIPA

Dr. Yonny Koesmaryono, M.S
NIP. 131 473 999

Tanggal Lulus :


Winners vs L osers
One day a st udent asked t o his t eacher
"Teacher, what should I do so I can become a winner in t his lif e not a loser?"
And the teacher said, "You have to learn the distinguish between them."
I f the loser is always a part of the problem
Then the winner is always a part of the answer.
I f the loser always has an excuse
Then the winner always has a program.
I f the loser says: "That’s not my job!"
Then t he winner says: "L et me do it f or you!"
I f the loser sees a problem in every answer.
Then t he winner sees an answer f or every problem.
I f t he loser sees t wo or t hree sand t raps near every green
Then t he winner sees a green near every sand t rap.
I f the loser says: "I t may be possible, but it’s too difficult!"
Then the winner says: "I t may be difficult, but it’s possible!"
I f you are w illing t o do all t he winner list , you will be become winner.

I bumu adalah, I bunda darah dagingmu. Tundukkan mukamu, Bungkukkan badanmu, Raih

punggung tangan beliau, Ciumlah dalam-dalam, Hiruplah wewangian cintanya, Dan
rasukkan ke dalam kalbumu, Agar menjadi azimah bagi rizki dan kebahagiaan.
(Emha Ainun Najib)

U ntukmu yang tercinta, I bu…

PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi
dengan judul “Karakterisasi Sifat Mekanik Hasil Formulasi Derivat Aspal dengan Matriks dari
Fraksi Minyak Bumi untuk Peningkatan Kualitas Aspal Jalan”. Shalawat serta salam tercurah
kepada pemimpin dan tauladan bagi umat manusia, nabi besar Muhammad SAW.
Penulis amat menyadari dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan,
bimbingan dan bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar -besarnya kepada yang
terhormat, Ibu Mersi Kurniati, M. Si beserta keluarga, selaku Pembimbing I dan Ibu Nur Latifah
beserta keluarga, selaku Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan masukkannya. Kepada
yang terhormat, Bapak Irzaman dan Bapak Setyanto Tri Wahyudi, selaku penguji. Terima kasih
atas kritik dan sarannya. Untuk yang tercinta, Ibu, Bapak, Kakak-kakakku dan Adikku di rumah.

Terima kasih atas motivasi, bantuan, pengorbanan dan terutama kasih sayang dan pengertiannya.
Kepada Bapak Hanedi Darmasetiawan M. S. selaku komosi pendidikkan, terima kasih atas
dukungannya dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. Dosen-dosen Fisika dan
keluarga besar Fisika IPB (Pak Firman, Pak Yaya, Pak Asep, Ibu Grace, Bu Dini, Bu Eli, Pak
Yani, Pak Musiran, Pak Rahmat, Pak Toni, Pak Parman, Pak Maulana dan pihak-pihak terkait
yang tidak tercantum), terima kasih atas kerja samanya. Terima kasih kepada pihak Pertamina (Pak
Suyanto, Pak Jito, Pak Syafnir, Mba Nari dan personel lainnya) atas kerja samanya. Untuk Ade,
Piah, Poe, Wi2t, S-ti, Epi, Rika, Soepri, N-da, Ayank, Kk, Moogie, Coe, Iman, Aco, Jani, Doddy,
H-sun, TeBe, Agus, Richie, Yayat, Gerald, Ma2n, Erus, Wawiko, Yei, Sigit, Guslani, thanks for
everything. Terima kasih atas doa dan kebersamaannya kepada kakak-kakak Fisika angkatan 37,
36, 35 dan adik-adikku Fisika angkatan 39, 40, 41 serta Eltek angkatan 39, 40, 41. Kepada
personel CLB (K’ Fara, Mba Dina, K’ Tin, Ni Salma, Mba Sai, Teh Ima, Moez, Reni, Poppy,
Disti, Rani, Septi, Rike, Faza, Lina, Hesti, Witae, Rezha, Dhani, Isma, Mufi, dan personel CLB
lainnya), terima kasih atas motivasi, doa dan kebersamaannya. Untuk sahabatku Ike beserta
keluarga, thanks for everything. Last but not least, untuk semua pihak yang membantu
terlaksananya penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga Allah SWT
membalasnya dengan kebaikan yang berlimpah.
Semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat bagi kita semua dan kemajuan ilmu
pengetahuan. Amin.


Bogor, Oktober 2005

Diah Tri Utami

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 04 Agustus 1983, merupakan anak ke-3 dari
empat bersaudara, putri dari Bapak Djartono dan Ibu Rubiyem. Penulis menamatkan pendidikan
dasar di TK Aisyah Perumnas-Klender, pada tahun 1989. Kemudian melanjutkan ke SDN 07 Pulo
Gebang dan lulus tahun 1995 dan pada tahun yang sama, melanjutkan ke SMPN 138 Pulo Gebang.
Pada tahun 1998, penulis mengenyam pendidikan sekolah menengah atas di SM UN 44 Duren
Sawit. Penulis masuk ke Institut Pertanian Bogor tahun 2001, melalui jalur (Undangan Seleksi
Masuk IPB) USMI di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Fisika.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Fisika Dasar I dan II
pada tahun 2002-2004. Penulis juga bekerja sebagai pengajar privat pada bimbingan belajar
AMPUH, Bogor pada tahun 2004. Selain itu, penulis juga aktif dalam kepanitiaan dan organisasiorganisasi seperti Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) pada periode 2001/2002 dan
2003/2004. Kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti selama masa perkuliahan benar -benar
memberikan pengalaman yang tidak ternilai harganya bagi penulis.

xii


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL....................................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................

xiii

PENDAHULUAN
Latar Belakang…………....................................................................................
Tujuan Penelitian................................................................................................
Hipotesa..............................................................................................................


1
1
1

TINJAUAN PUSTAKA
Aspal……………………………………….…………..…….....….…………..
Pengujian Aspal…………………………………..…….……..……..………...
ASTM (the American Society for Testing Materials) dan SNI
(Standar Nasional Indonesia)………….............……………........…...………

2
3
4

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian.......…………...............…………………....…...
Bahan dan Alat…………………….........…...............………………………....
Metode Penelitian……………………........................ ....………………………

4

4
6

HASIL DAN PEMBA HASAN
Uji Softening Point.………………………..……………….…………………..
Uji Penetrasi........................................................................................................
Uji Daktilitas.......................................................................................................

8
8
9

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan.............................................................................................................
Saran...................................................................................................................

10
10

DAFTAR PUSTAKA............................................................ ...................................


10

LAMPIRAN.............................................................................................................

12

xiii

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Hasil Uji Softening Point………………………..........................……...…
Tabel 2 Hasil Uji Penetrasi…………………………………......................… ……
Tabel 3 Hasil Uji Daktilitas………………………...………..................…………

8
9
10

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Ring and ball softening point test…..……………………………….....
Gambar 2 Penetrationt test……………………..……………………………........
Gambar 3 Ductility test……………………… ..………………………………..…
Gambar 4 Alat Uji Softening Point………………..……………………………....
Gambar 5 Shouldered Ring (a), Ball Centering Guide (b), Ring
Holder (c), Two-Ring Assembly (d)………………………….……………....…..
Gambar 6 Alat Uji Penetrasi …… ..................…....……………………………….
Gambar 7 Jarum Penetrasi…………………......................………………….....…
Gambar 8 Alat Uji Daktilitas.....………………......................…………...…….….
Gambar 9 Mold....………………………………..………… .......................…...…

3
3
4
4
5
5
5
5
5

DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Hasil Data dari Uji Titik Lunak, Penetrasi dan Daktilitas. .............................
Grafik Uji Titik Lunak..............................................................................................
Grafik Uji Penetrasi………………………………………...…………. ..................
Grafik Uji Daktilitas…………………………………..…………..................…….

13
14
14
15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Aspal merupakan unsur pokok alami dari
sekian banyak minyak bumi dalam bentuk
cairan dalam keadaan panas. Minyak bumi
mentah disuling untuk memisahkan bahan
campuran lain dan mengambil aspalnya.
Proses serupa yang terjadi di alam telah
membentuk endapan aspal secara alami,
beberapa bagian aspal bebas dari bahan asing
dan bagian lainnya telah tercampur dengan
bahan mineral, air, dan substansi lainnya [1].
Ada beberapa fungsi aspal, selain sebagai
sarana transportasi juga dapat berguna sebagai
pelapis atap, perekat, dan lain-lain. Apabila
aspal dimodifikasi, dapat lebih berguna
sebagai ubin, anti bocor, pelindung bangunan
yang terpendam dalam tanah. Selain itu, aspal
juga dapat dimanfaatkan sebagai lapisan
konstruksi beton pada tempat parkir, lapangan
terbang, dan sebagai dinding pondasi vertikal
terowongan.
Sejak lama, sarana dan prasarana
transportasi telah menjadi tulang punggung
dalam dunia modern. Salah satunya adalah
jalan aspal. Setelah jalan -jalan di kota maupun
di daerah pedesaan dilapisi dengan aspal maka
semakin banyak kendaran yang melintasi jalan
tersebut. Jalan aspal memudahkan akses
kendaraan menuju tempat-tempat terpencil
sehingga mengakibatkan banyak kendaraan
yang melalui jalan tersebut, khususnya jalan
aspal di kota-kota besar dan daerah pabrik.
Aspal
merupakan
bahan
yang
diformulasikan dengan agregat sedemikian
rupa untuk pembuatan kualitas jalan raya.
Daya tahan aspal juga memiliki jangka waktu
tertentu, misalkan kelenturan, kekerasan dan
penetrasi. Ada beberapa penyebab utama
kerusakan jalan, antara lain, genangan air,
bencana (faktor alam), atau kelebihan beban
yang disyaratkan. Jika aspal terendam air,
maka akan mengeras. Kemudian, saat
menerima beban, kemungkinan pecahnya
makin besar sehingga rusaknya lebih parah.
Bencana alam juga merupakan salah satu
penyebab rusaknya jalan aspal walaupun tidak
terlalu berarti [2]. Beban yang berlebihan
dengan masuknya truk-truk ke dalam kota
juga menyebabkan kerusakan jalan. Jalan
aspal sering dilintasi selain oleh kendaraan
pribadi juga angkutan umum yang bobotnya
melebihi daya tampung angkutan tersebut
serta kendaraan pabrik yang mengangkut
bahan baku atau hasil produksi dengan berat

berton-ton
sehingga
hal
ini
dapat
mempengaruhi umur pakai jalan tersebut.
Para
pengguna
jalan
akhirnya
mengeluhkan keadaan jalan aspal yang rusak
seperti jalan aspal yang berlubang sehingga
bila musim hujan tiba maka akan tergenang
air dan dapat mencelakai pengguna jalan yang
tidak tahu akan adanya lubang pada jalan
aspal tersebut atau terjadi cekungan pada jalan
aspal. Untuk itu, pihak Pertamina sebagai
produsen
aspal
berupaya
melakukan
penelitian, diantaranya adalah formulasi aspal
sejalan dengan perubahan keadaan diatas.
Aspal yang dipakai pada jalan raya selama ini
memiliki penetrasi 60/70, nilai softening point
atau titik lunak kurang dari 50oC, dan ducility
diatas 150 cm. Maka dilakukan formulasi
dengan menggunakan derivat aspal yang akan
dibuat aspal dengan nilai softening point
minimal 50 oC dan atau lebih, lalu menentukan
nilai penetrasi, dan ductility dengan jarak 150
cm atau lebih.

Tujuan Penelitian
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan komposisi yang tepat dengan
cara memformulasikan derivat aspal dari
Cilacap dan matriks dari fraksi minyak bumi
dari Dumai sebagai matriks alternatif,
sehingga diperoleh aspal yang memenuhi
syarat untuk penggunaan sebagai aspal jalan.

Hipotesa
Spesifikasi aspal yang ada pada
Departemen Pekerjaan Umum, yaitu aspal
penetrasi 60/70, adalah 48oC – 58oC untuk
nilai softening point, kemudian nilai penetrasi
60 – 79, dan besarnya nilai daktilitas 100 cm.
Namun saat ini softening point yang dicapai ±
48 oC, untuk itu hasil formulasi derivat aspal
dan matriks dari fraksi miyak bumi
diharapkan dapat mencapai minimal 50oC atau
lebih untuk hasil uji softening point .
Kemudian nilai penetrasi yang dihasilkan
berada pada jarak 35 – 50 mm. Selanjutnya,
untuk nilai duktilitas dapat mencapai 150 cm
atau lebih.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Aspal
Aspal merupakan material bersifat semen
berwarna coklat kehitam -hitaman hingga
hitam yang terdiri dari senyawa kompleks dan
mengandung unsur karbon, hidrogen, sulfur,
oksigen, nitrogen, dan sedikit logam. Aspal
mempunyai sifat semen yang kuat, mudah
merekat, dan sangat tahan terhadap air. Secara
struktur kimia aspal merupakan hidrokarbon
alifatik jenuh, alifatik tak jenuh, aromatik dan
naftanik serta mengandung sedikit asam
organik, basa, dan komponen heterosiklik
dengan nitrogen [4]. Aspal dapat dihasilkan
dari campuran derivat aspal yang merupakan
hasil dari proses deasphalting di dalam
Propane Deasphalted Unit dan residu, dalam
hal ini short residu yang juga merupakan hasil
dari proses fraksinasi di dalam High Vacum
Unit. Secara fisis aspal memiliki sifat
termoplastis y aitu bila dipanaskan akan
berubah kebentuk cair dan bila didinginkan
akan kembali pada bentuk awal, padat. Selain
itu, aspal juga mempunyai sifat daya rekat,
tahan terhadap air, dan daya tahan yang tinggi
terhadap pengaruh asam, basa, dan garam.
Derivat aspal memiliki nilai penetrasi yang
lebih rendah sehingga dapat dikatakan sifat
bahannya lebih keras dibandingkan aspal.
Material ini memiliki titik lunak pada kisaran
suhu 61,98oC dan sifat-sifat lainnya tidak jauh
berbeda dengan aspal. Sebagai campuran
unt uk membuat aspal, matriks yang dipakai
untuk penelitian ini merupakan hasil dari
proses fraksinasi minyak bumi dan merupakan
bahan baku untuk proses tahap selanjutnya
dari pembuatan bahan bakar minyak bumi.
Hasil proses fraksinasi ini memiliki titik lunak
pada suhu sekitar 43,375oC, nilai penetrasi
tinggi sehingga bahan ini lebih lunak bila
dibandingkan dengan derivat aspal.
Aspal merupakan salah satu bahan
campuran untuk pembuatan jalan yang
diformulasikan sedemikian rupa untuk
memperbaiki jalan raya. Daya tahan aspal
juga memiliki jangka waktu tertentu, misalkan
kelenturan, kekerasan dan penetrasi. Aspal
merupakan salah satu bahan campuran untuk
pembuatan jalan yang diformulasikan
sedemikian rupa untuk memperbaiki jalan
raya. Aspal merupakan residu dari proses
penyulingan minyak bumi. Aspal minyak
memiliki beberapa unsur penting pembentuk
koloid, yaitu:

a.

Aspalten
Aspalten merupakan padatan amorf
dengan komposisi antara 5 – 25 %
dari berat total aspal. Selain itu,
aspalten merupakan fasa terdispersi
pada sistem koloid.
b.
Resin
Resin adalah suatu padatan atau semi
cair yang bersifat sebagai perekat.
Resin terbagi menjadi dua, yaitu
resin yang larut dalam fenol (bersifat
aromatik) dan resin yang tidak larut
dalam fenol (bersifat naftanik).
c.
Aromatik
Aromatik berupa cairan kental
berwarna coklat kehitaman dan
dalam berat total aspal terdapat 40 –
60 % bagian.
d.
Hidrokarbon jenuh
Hidrokarbon
jenuh
merupakan
padatan atau cairan dengan warna
agak terang dan memiliki komposisi
1 – 25 % dari berat total aspal.
Resin, aromatik, dan hidrokarbon jenuh
dalam sistem koloid secara kolektif disebut
malten. Malten merupakan media pendispersi.
Malten juga merupakan fraksi cair dari aspal
dan juga bagian yang larut dalam n–pentana,
terdiri dari basa nitrogen, aromat, paraffin,
dan resin. Aspalten bersifat polar, terdiri dari
senyawa–senyawa aromatik kompleks. Kadar
aspalten yang ideal berada pada kisaran 15 –
25 %.
Aspal minyak yang digunakan sebagai
bahan pengikat dan perkerasan jalan berasal
dari residu pengilangan minyak m entah
asphaltic base crude oil merupakan minyak
mentah yang lebih besar kadar aspalnya bila
dibandingkan dengan paraffin, hal ini karena
sifat paraffin yang tidak dapat larut dalam
aspalten. Malten mempunyai berat molekul
rendah, rendahnya berat molekul ini
menyebabkan malten lebih dahulu mencair
dan lebih banyak terambil pada saat dituang.
Akibatnya, aspal akan semakin lunak karena
rendahnya kandungan aspalten didalamnya.
Jika sistem pelarutan yang terjadi antara
kedua fraksi, aspalten dan malten tidak baik
maka akan mengakibatkan turunnya daya
lekat aspal terhadap batuan.

Pengujian Aspal
Aspal banyak tersedia dengan tipe dan
mutu yang berbeda. Spesifikasi tipe dan mutu
aspal yang berbeda yang digunakan dalam
konstruksi bangunan dan aplikasi di bidang
teknik lainnya diberikan pada Specification

3

for Paving and Industrial Asphalt, Institut
Aspal.
Tes
laboratorium
bertujuan
menentukan
kesesuaian
aspal
dengan
spesifikasi yang ada. Prosedur uji aspal dapat
dilihat pada The American Society for Testing
and Materials (ASTM) yang merupakan
standar pengujian suatu material. Prosedur
pengujian sampel yang benar harus dapat
memberikan hasil uji yang mewakili sifat-sifat
aspal yang diinginkan [1]. Parameter uji yang
dipakai pada penelitian ini adalah, softening
point (titik lunak), penetration (penetrasi) dan
ductility (daktilitas).

Softening Point (Titik Lunak)
Uji softening point digunakan sebagai
dasar penunjukan atau indikasi temperatur
untuk melunak dari aspal jika temperatur
dinaikkan. Aspal merupakan material tanpa
titik lunak yang jelas, apabila temperatur
dinaikkan maka akan melunak perlahan-lahan.
Softening point biasanya ditentukan oleh
metode ring and ball test, seperti pada
Gambar 1. Walaupun tes ini tidak termasuk ke
dalam tes spesifik untuk aspal kualitas trotoar,
biasa digunakan untuk mengkarakterisasi
material keras yang digunakan pada aplikasi
selain pengaspalan jalan. Ini menandakan
temperatur dimana aspal keras mencapai
derajat softening point yang berubah-ubah.
Dalam uji ini aspal yang dipanaskan dituang
ke dalam cincin kuningan dengan dimensi
tertentu. Jadi, sampel yang disiapkan
digantung dalam beaker glass yang diisi
dengan air dan bola baja dengan dimensi dan
berat tertentu ditempatkan di tengah sampel.
Beaker glass dipanaskan pada kecepatan dan
temperatur tertentu, kemudian sementara aspal
menjadi lembut, bola baja dan aspal mencapai
dasar bejana. Temperatur saat aspal mencapai
dasar bejana inilah merupakan titik softening
point aspal [1].

Gambar 1 Ring and ball soft ening point test.

Penetration (Penetrasi)
Uji penetrasi merupakan pengukuran
empiris dari kekentalan dan berfungsi untuk
mengetahui konsistensi dan kekerasan aspal
yang dinyatakan oleh kedalaman jarum
penguji menembus sampel. Tingginya nilai
penetrasi maka lunaknya nilai konsistensi.
Gambar 2 merupakan ilustrasi skema uji
penetrasi standar. Suatu wadah berisi semen
aspal yang dijaga pada suhu 25oC dalam
pengatur suhu water -bath . Jarum diletakkan di
atas permukaan semen aspal 100 gram
dibiarkan selama 5 detik. Jarak, dalam unit 0,1
mm, yang ditembus jarum ke dalam semen
aspal disebut penetrasi semen aspal [1].

Gambar 2 Penetration test.

4

Ductility (Daktilitas)
Pada
banyak
aplikasi,
daktilitas
merupakan karakteristik penting aspal semen
yang menunjukkan sifat dapat diregang dari
aspal. Daktilitas aspal semen dinyatakan oleh
pemanjangan
atau
pemuluran
yang
diilustrasikan oleh Gambar 3. Sampel uji aspal
semen dibentuk pada kondisi dan dimensi
standar. Kemudian dimasukkan kedalam
ductility apparatus dengan input 220 V/1
Amps/50 Hz. Lalu diberikan tarikan atau
perpanjangan pada kecepatan tetap yaitu 5
cm/detik hingga berkas yang menghubungkan
kedua sisi putus. Perpanjangan (dalam
sentimeter) saat berkas terputus disebut titik
daktilitas [1].

Gambar 3 Ductility test.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Fisika
IPB dan Penelitian dan Laboratorium
Pertamina, Jakarta. Waktu yang dibutuhkan
untuk melaksanakan penelitian ini adalah 7
bulan (Maret – September), meliputi
penelusuran literatur, pembuatan formulasi,
pengujian hasil formulasi, pembandingan
formulasi, dan penyusunan laporan.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah
propan aspal sebagai bahan utama dan bottom
fractionator. Peralatan yang digunakan ada
dua macam yaitu alat untuk formulasi dan alat
untuk pengujian atau analisa. Peralatan uji
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Modular Bath LC-102 (uj i softening point)
dan Low Temperature Thermostatic Water
Bath TRL-400 (uji penetrasi dan daktilitas)
sebagai alat pengkondisian. Alat untuk uji
softening point (Gambar 4 dan Gambar 5)
yaitu, Softening Point Apparatus yang terdiri
dari termometer, gelas bejana, bola baja, dua
buah shouldered ring, dua buah ball centering
guide, ring holder , plat datar terbuat dari
aluminium dan alat pemanas (bunsen dan kaki
tiga).

ASTM (The American Society for Testing
and Materials) dan SNI (Standar Nasional
Indonesia)
The American Society for Testing and
Materials (ASTM) merupakan alat bantu
untuk dapat menjelaskan standar prosedur dan
perlengkapan suatu pengujian. Ada beberapa
prosedur dan perlengkapan standar suatu
pengujian yang dideskripsikan pada ASTM,
misalnya standar uji penetrasi, uji Marshall
Stability and Flow, uji daktilitas, dan lain-lain.
Hasil standarisasi ASTM akan diterbitkan ke
seluruh dunia untuk dijadikan standar bagi
hasil uji selanjutnya [4].
Standar
Nasional
Indonesia
(SNI)
merupakan standarisasi hasil suatu pengujian
di Indonesia. Standar ini merupakan
penyeragaman format, isi laporan dan kondisi
suatu bahan uji saat dilaksanakan pengujian
yang meliputi diantaranya sifat fisis dan kimia
suatu bahan uji. Standarisasi dari SNI akan
disebarluaskan ke seluruh Indonesia dan
menjadi pedoman bagi hasil uji selanjutnya
[5].

Gambar 4 Alat Uji Softening Point.

5

Perangkat
uji
selanjutnya Ductility
Apparatus. Duc tility Apparatus terdiri dari
mesin penguji (Gambar 8) dan mold (Gambar
9).

Gambar 5 Shouldered Ring (a), Ball Centering
Guide (b), Ring Holder (c), Two -Ring Assembly
(d).
Gambar 8 Alat Uji Daktilitas.

Kemudian untuk uji penetrasi digunakan
Penetrometer Controller sebagai pengatur
lamanya proses penetrasi dan Penetration
Apparatus (Gambar 6) yaitu,

Gambar 9 Mold.

Gambar 6 Alat Uji Penetrasi.

container atau wadah sampel, transfer dish
dan jarum penetrasi (Gambar 7).

Gambar 7 Jarum Penetrasi.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini memformulasikan derivat aspal dengan
matriks dari fraksi miyak bumi dengan tujuan
untuk mendapatkan kualitas aspal jalan
menjadi lebih baik. Hasil formulasi dilakukan
pengujian Ring and Ball Softening Point ,
Penetrasi dan Daktilitas. Sampel dibuat dalam
lima formulasi derivat aspal (PA) dan matriks
dari fraksi miyak bumi (BF) yang berbeda
yakni dengan perbandingan 85%:15%,
87.5%:12.5%, 90%:10%, 92.5%:7.5%, dan
95%:5%
kemudian
pengujian
sampel
dilakukan berulang-ulang agar data yang
dihasilkan dari masing-masing formula lebih
akurat.

6

Persiapan Sampel
• Timbang PA sebanyak 85%, 87.5%,
90%, 92.5%, dan 95% dari 250 gram.
• Timbang (BF) sebanyak 15%, 12.5%,
10%, 7.5%, dan 5% dari 250 gram.
• Campurkan kedua bahan sesuai dengan
kombinasi PA dan BF, berturut-turut,
85%:15%, 87.5%:12.5%, 90%:10%,
92.5%:7.5%, dan 95%:5% dalam
wadah kaleng yang berbeda untuk
masing-masing campuran.
• Kemudian panaskan pada suhu 150oC,
aduk hingga homogen dan cukup cair
untuk dituang selama 2 jam.
• Selanjutnya, tuangkan pada wadah
yang telah ditentukan untuk keperluan
pengujian.

Prosedur Pengujian
Softening Point
Sesaat setelah sampel dipanaskan lalu
dituang hingga penuh kedalam dua cincin
kuningan yang ditaruh di atas plat kuningan
yang telah dilapisi gliserin, diamkan pada
suhu kamar selama 30 menit. Potong bagian
berlebih sampel pada kedua cincin kuningan
dengan menggunakan spatula atau pisau
panas, lalu dinginkan selama 1 jam dalam
suhu kamar. Pindahkan sampel bersama
perangkat uji softening point ke dalam water
bath berisi air dan bersuhu 5 oC, rendam
selama 2 jam.
Pasangkan kedua cincin pada ring holder
bersama dengan ball centering guide lalu
letakkan bola baja dipusatnya, kemudian
masukkkan ke dalam gelas bejana berisi air
yang sudah direndam pada suhu 5oC bersama
dengan termometer untuk mengukur suhunya.
Tempatkan gelas bejana pada kaki tiga
(perangkat
pemanasan)
yang
sudah
dipasangkan kawat kasa pada bagian atasnya.
Nyalakan api pada bunsen yang berada di
bawah kaki tiga, atur nyala api. Panaskan
gelas bejana dengan kenaikan suhu rata-rata
5oC per menit. Catat suhu pada termometer
saat masing-masing sampel yang menyelimuti
bola baja menyentuh bagian bawah plat. Suhu
inilah yang disebut sebagai titik lunak. Jika
pebedaan suhu antara kedua cincin melebihi
1oC maka ulangi pengujian. Lakukan uji
softening point sebanyak tiga kali. Berikan
perlakuan yang sama unt uk formulasi aspal
yang lainnya.

Penetrasi
Siapkan wadah untuk menempatkan
sampel yang telah dipanaskan. Tuang sampel
hingga memenuhi seluruh wadah tetapi tidak
sampai melebihi batas. Diamkan pada suhu
kamar selama 1.5 jam sementara itu set water
bath pada suhu 25oC ± 0.1 oC. Setelah itu,
masukkan wadah berisi sampel beserta
transfer dish dan kaki segitiga sebagai
penyangga yang berada di dalamnya ke dalam
water bath dan rendam hingga 2 jam.
Pasangkan
jarum
penetrasi
pada
penetrometer dan atur timing device pada 5
detik. Ambil transfer dish yang berisi air dari
water bath yang suhunya dijaga tetap konstan
dengan posisi wadah sampel terendam di atas
kaki segitiga penyangga. Letakan transfer
dish pada tempatnya dan letakkan jarum
penetrometer perlahan hingga ujung jarum
bersentuhan tepat di atas permukaan sampel.
Set pembacaan penetrometer pada posisi awal,
catat nilainya. Kemudian tekan tombol
pengatur waktu turunnya jarum hingga waktu
yang ditentukan dan atur pembacaan
pergerakkan jarum, catat hasil akhir. Selisih
pembacaan jarum penetrometer antara akhir
dan awal itulah merupakan nilai penetrasi.
Ulangi pengujian pada wadah sampel yang
sama di tempat yang berbeda sebanyak tiga
kali, sebelumnya bersihkan ujung jarum
penetrometer dengan kerosin dan lap kering.
Selanjutnya, tempatkan kembali sampel pada
wadah yang berbeda dan lakukan prosedur
pengujian seperti yang telah dijelaskan di atas.
Kemudian lakukan pengujian yang sama
untuk formulasi aspal yang lain.
Daktilitas
Siapkan plat datar aluminium lalu olesi
dengan gliserin. Olesi bagian sisi mold dan
dengan gliserin agar pada saat melakukan
pengujian sisi tersebut dapat dilepas dengan
mudah. Tuang sampel yang telah dipanaskan
ke dalam mold hingga merata dan sedikit
melebihi batas. Lalu diamkan selama 30 menit
pada suhu kamar. Atur water bath pada suhu
25 oC ± 0.1oC, buka kran inlet -outlet dan
jalankan pompa untuk mengalirkan air ke
perangkat daktilitas dan sebaliknya hingga
keduanya cukup penuh dengan air dan berada
pada suhu 25oC ± 0.1oC tercapai, usahakan
selang karet dalam keadaan bebas agar
sirkulasi air sempurna. Potong bagian berlebih
sampel pada mold dengan pisau atau spatula
panas lalu diamkan kembali pada suhu kamar
selama 1 jam, kemudian masukkan ke dalam
water bath selama 1.5 jam.

7

Angkat mold dari dalam water bath,
pisahkan bagian sisi mold yang berbentuk
segitiga. Masukkan bagian ujung mold yang
berlubang pada kait di dalam perangkat
daktilitas. Atur mistar pengukur agar terbaca
jelas mulai dari skala “0” cm. Tekan tombol
“on/off” untuk menghidupkan mesin dan panel
“motor”, sehingga sampel pada mold mulai
teregang dengan kecepatan ± 5 cm per menit.
Selama pengujian berlangsung sampel yang
mulai meregang akan seperti benang hitam
yang semakin tipis. Amati keadaan sampel
tersebut, bila mengalami pemecahan atau
putus hentikan “motor” dan ukur pada skala
berapa pemutusan ini terjadi. Pada skala inilah
yang disebut sebagai nilai duktilitas.
Pengujian ini dilakukan dua kali hingga
pemutusan mencapai nilai 150 cm atau lebih.
Selanjutnya, persiapkan sampel dari formulasi
aspal lainnya untuk pengujian ini.

TAHAPAN PENELITIAN
Studi
Literatur

Preparasi Alat
dan Bahan

Formulasi Derivat
Aspal (PA) dan
Matriks dari Fraksi
Miyak Bumi (PA)
(Lima M acam)

Uji Softening
Point

Ya

Baik

U ji Penetrasi

Ya

Baik
Uji
Daktilitas

Ya

Baik

Aspal
Baru

T
i
d
a
k

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian sifat fisik aspal dapat dilakukan
dengan berbagai macam parameter uji yaitu,
penetrasi, viskositas, titik lunak (softening
point), daktilitas, kelarutan (solubility), titik
nyala (flash point), kehilangan berat (loss on
heating), destilasi, berat jenis, dan kandungan
lilin (wax content). Dalam penelitian ini hanya
dilakukan tiga uji karena ketiga parameter uji
ini merupakan parameter penting dalam
pengujian aspal sebagai material konstruksi
jalan raya yang sesuai dengan standar yang
digunakan. Apabila hasil ketiga pengujian
aspal telah memenuhi syarat yang telah
ditentukan maka dapat diperkirakan aspal
tersebut telah memenuhi kualitas sebagai
aspal yang siap untuk dicampur dengan
agregat.

Uji Softening Point
Uji softening point dilakukan untuk
mengetahui titik lunak aspal. Nilai softening
point yang ada diharapkan dapat bertahan
dalam lingkungan bersuhu tinggi atau pada
perubahan suhu lingkungan. Apabila nilai
softening point berada pada suhu panas
normal di suatu lingkungan atau pada suhu
kamar, maka aspal tidak dapat digunakan pada
konstruksi jalan. Pengambilan data dilakukan
sebanyak tiga kali untuk masing-masing
formulasi.
Dari data yang diperoleh pada Tabel 1
Hasil Uji Softening Point, dapat dilihat bahwa
kelima komposisi sampel telah memenuhi
kriteria yang diinginkan yaitu dapat mencapai
50oC atau lebih. Pada komposisi 85%:15%
terlihat bahwa titik softening point berada
pada kisaran 48oC-50oC, hasil ini memang
kurang memuaskan tetapi paling tidak telah
mendekati kriteria atau paling tidak telah
memenuhi persyaratan aspal Pertamina.
Adanya penyimpangan data ini mungkin saja
disebabkan oleh pengadukan sampel kurang
merata sehingga sampel menjadi kurang
homogen. Sedangkan pada komposisi lainnya
telah memenuhi kriteria yang diinginkan.

Tabel 1 Hasil Uji Softening Point
Persentasi Campuran Titik Softening
Point
(oC)
Derivat
Matriks
Bola 1 Bola 2
Aspal
dari Fraksi
(PA)
Minyak
Bumi (BF)
85.0 %
15.0 %
48.8
49.8
50.2
50.2
48.6
49.6
87.5 %
12.5 %
50.4
50.6
51.4
51.6
50.2
50.0
90.0 %
10.0 %
52.2
52.4
53.0
53.9
53.2
53.4
92.5 %
7.5 %
54.6
54.6
54.4
54.6
54.6
55.0
95.0 %
5.0 %
57.0
57.2
57.6
57.4
57.2
57.4
Berdasarkan tabel hasil uji softening point
di atas dapat dinyatakankan bahwa, semakin
besar komposisi derivat aspal (PA) maka nilai
softening point semakin tinggi, s ehingga
produk hasil formulasi aspal menjadi semakin
keras. Sedangkan, apabila komposisi derivat
aspal lebih sedikit dibandingkan dengan
komposisi matriks dari fraksi minyak bumi
(BF) maka nilai softening point akan semakin
rendah dan aspal menjadi lunak. Hal ini dapat
terjadi karena sifat BF lebih lunak dan
memiliki nilai softening point lebih rendah
dari PA.

Uji Penetrasi
Metode uji penetrasi merupakan standar
penentuan konsistensi dan kekerasan bahan
aspal. Kekerasan dan konsistensi aspal
bergantung pada komposisi bahan-bahan yang
terkandung didalamnya. Penambahan derivat
aspal (PA) dapat menngkatkan kekerasan
bahan aspal. Hal ini disebabkan oleh nilai
penetrasi derivat aspal yang lebih kecil
dibandingkan dengan m atriks dari fraksi
minyak bumi (BF). Nilai penetrasi akan
semakin besar bila ditambahkan dengan
matriks dari fraksi minyak bumi karena sifat
BF lebih lunak daripada PA sehingga aspal
menjadi lebih lunak.

9

Sifat kekerasan dan konsistensi suatu
material dalam pembuatan konstruksi badan
jalan sangat penting. Nilai penetrasi sudah
ditetapkan dalam standar yang baku sehingga
pada saat menahan beban kendaraan yang
relatif berat, aspal tidak akan mengalami
perubahan kekerasan dalam waktu yang lebih
lama. Berdasarkan data-data yang didapat
seperti pada Tabel 2 Hasil Uji Penetrasi,
terdapat dua formula yang memenuhi
ketentuan yaitu pada komposisi 85.0%:15.0%
dan 87.5%:12.5% Dari data kedalaman
penetrasi ini dapat dikatakan bahwa semakin
sedikit komposisi BF maka nilai penetrasi
semakin kecil. Hal ini m enandakan bahwa
aspal menjadi semakin keras. Sedangkan
apabila komposisi BF semakin besar maka
nilai penetrasi menjadi besar sehingga aspal
menjadi lunak. Selain itu, juga dipengaruhi
oleh kadar aspalten yang tinggi (kadar aromat
atau resin dalam malten tidak cukup
mengikat) maka aspal menjadi lebih keras,
dalam arti lain derajat kekerasan aspal tinggi
(nilai penetrasi rendah dan nilai softening
point tinggi).
Tabel 2 Hasil Uji Penetrasi
Persentasi
Campuran
Kedalaman Penetrasi
Derivat M atriks
(mm)
Aspal dari
(PA)
Fraksi
Minyak
Bumi
(BF)
85.0 % 15.0 % 41.0
41.0
40.5
44.0
45.0
46.0
46.0
48.0
47.0
87.5 % 12.5 % 37.0
38.5
39.0
39.5
39.0
39.0
38.5
38.0
39.0
90.0 % 10.0 % 33.5
32.0
33.0
31.5
30.5
30.0
32.0
30.5
31.5
92.5 % 7.5 %
27.0
26.0
27.0
27.0
26.5
28.0
26.5
27.5
25.5
95.0 % 5.0 %
20.0
19.5
19.5
19.0
18.5
19.5
19.5
18.5
19.0
Berdasarkan pengujian softening point dan
penetrasi terdapat hubungan langsung diantara
keduanya. Dapat ditemukan hubungan bahwa
ketika nilai softening point tinggi maka yang
terjadi adalah aspal memiliki nilai penetrasi
yang kecil. Sebaliknya, pada saat nilai

softening point menjadi rendah maka nilai
penetrasi menjadi besar. Dengan adanya
hubungan kedua sifat ini maka sifat -sifat aspal
hasil formulasi menjadi keras namun tahan
terhadap perubahan suhu lingkungan.

Uji Daktilitas
Daktilitas merupakan karakteristik penting
yang melengkapi sifat material aspal.
Pengujian
daktilitas
dilakukan
untuk
mengetahui kelenturan atau peregangan aspal.
Uji daktilitas juga berhubungan dengan kedua
pengujian sebelumnya. Apabila nilai daktilitas
sesuai dengan yang diinginkan maka dapat
dilihat bahwa sifat -sifat aspal hasil formulasi
akan menjadi tahan terhadap perubahan suhu
lingkungan lalu keras tetapi elastis.
Nilai daktilitas yang diharapkan pada
penelitian ini adalah 150 cm atau lebih. Dari
data hasil pengujian pada Tabel 3 Hasil Uji
Daktilitas, dapat dilihat bahwa pada masingmasing formulasi aspal tersebut telah
memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan data-data yang ada, derivat aspa
(PA) memiliki sifat getas dan daya mulur
yang cukup tinggi . Oleh karena itu maka
dilakukan penambahan matriks dari fraksi
minyak bumi (BF) dalam formulasi ini
dimaksudkan untuk dapat mengurangi sifat
getas dan daya mulur aspal agar dapat
digunakan untuk konstruksi jalan secara
optimal. Selain itu, diketahui bahwa dalam
aspal terkandung fraksi malten yang memiliki
berat molekul lebih rendah dari aspalten
sehingga dapat lebih dahulu mencair bila
dipanaskan dan lebih banyak yang terambil
bila dituang, akibatnya aspal menjadi lebih
lunak. Fraksi lain yang terkandung dalam
aspal juga ada aspalten, apabila pencampuran
kedua fraksi tersebut tidak berjalan dengan
baik maka dapat mempengaruhi daya lekat
aspal tersebut.
Metode ini, seperti telah dikatakan
sebelumnya, dilaksanakan untuk mengurangi
kerusakan aspal seperti cracking dan dapat
menahan beban yang relatif berat akan tetapi
tetap dapat mempertahankan keadaan awal
aspal (elastis). Semakin sedikit penambahan
matriks dari fraksi minyak bumi maka
semakin besar nilai daktilitas aspal, sehingga
aspal akan semakin lentur dan bersifat getas.

10

Tabel 3 Hasil Uji Daktilitas
Persentasi Campuran
Derivat
Matriks dari
Aspal (PA) Fraksi
Minyak Bumi
(BF)
85.0 %
15.0 %
87.5 %

12.5 %

90.0 %

10.0 %

92.5 %

7.5 %

95.0 %

5.0 %

Daktilitas
(cm)

> 150.0
> 150.0
> 150.0
> 150.0
> 150.0
> 150.0
> 150.0
> 150.0
> 150.0
> 150.0

Apabila penambahan matriks dari fraksi
minyak bumi terlalu banyak maka nilai
daktilitas akan rendah dan akibatnya aspal
akan tidak lentur melainkan mudah patah.
Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan dicari
komposisi yang optimal yaitu komposisi yang
dapat memenuhi nilai softening point yang
tidak terlau rendah atau terlalu tinggi, lalu
nilai penetrasi tepat, dan daktilitas di atas 100
cm. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya
bahwa berdasarkan data-data hasil uji
daktilitas sampel dengan masing-masing
komposisi yang berbeda telah memenuhi
ketentuan yang ada.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Formulasi derivat aspal dan fraksi minyak
bumi telah dibuat dalam lima komposisi yaitu
85%:15%,
87.5%:12.5%,
90%:10%,
92.5%:7.5%, dan 95%:5%. Dari kelima
komposisi dan data-data yang ada maka dapat
diambil kesimpulan bahwa komposisi
87.5%:12.5% merupakan komposisi optimal
yang diinginkan dengan nilai softening point
50.7 oC, kedalaman penetrasi 36.5-39.0 mm,
dan nilai daktilitas lebih besar dari 150.0 cm.
Kemudian terlihat bahwa ada hubungan
langsung antara hasil uji softening point dan
penetrasi dengan penggunaan fraksi minyak
bumi sebagai matriks.

Saran
Formula-formula yang telah berhasil
dibuat dan di uji di Laboratorium Pertamina
sebaiknya di uji kembali agar hasil data
tersebut dapat lebih akurat. Dalam pembuatan
aspal baru sebaiknya menambah metode baru
lainnya untuk menguji sifat -sifat fisik
khususnya dan sifat-sifat kimia aspal. Selain
itu, tambahkan variasi pencampuran bahanbahan lain yang cocok dengan sifat-sifat aspal
tersebut
sebagai
matriksnya
untuk
meningkatkan kualitas aspal agar menjadi
lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA
[1] [Asphal Institut]. Introduction to
Asphalt, Manual Series No. 5 (MS-5). 5th
Edition. Lexington: Asphalt Institute.
[2] Ysd. 2004. Tergenang, Penyebab
Utama.
http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=643
[3] Daswiyanto. 1998. Pembuatan Aspal
Emulsi. Tesis. Depok. Universitas Indonesia.
Program Pasca Sarjana.
[4] [Anonim]. 2004. Standards.
http://www.library.jhu.edu/researchhelp/engr/
standards
[5] [BSN] Badan Standardisasi Nasional.
20002.Pelaporan Uji Alir Fluida Sumur Panas
Bumi.
http://www.djgsm.esdm.go.id/index.php?fusea
ction=d.panasbumi
[6] [ASTM] The American Society for
Testing and Materials. 1992. Annual Book of
ASTM Standart. D 5 – 86. Volume 04.04.
[7] [ASTM] The American Society for
Testing and Materials. 1992. Annual Book of
ASTM Standart. D 36 – 86. Volume 04.04.
[8] [ASTM] The American Society for
Testing and Materials. 1973. Annual Book of
ASTM Standart. D 113 – 69. Volume 04.03.
[9] Utama, D. 2000. Penggunaan
Drainseal sebagai Lapis Permukaan yang
Bersifat Porous pada Ruas Jalan Tol
Tangerang.
http://www.iptek.net.id/Ind/Pustaka/mipi11.ph
p?doc15=PI11-15

11

[10] Supardi , R. 1997. Pengetahuan
Material. Bandung: Tarsito.
[11] Nugraha, Y. 2004. Penentuan
Spesifikasi Aspal Per tamina Berdasarkan
Penetrasi Softening Point Ductility dan
Viskositas Kinematis . Laporan Praktek Kerja
Lapang. Depok. UI. FMIPA. Program
Diploma Kimia Terapan.
[12] Ari K, D. Analisis Aspal Khusus
dengan Bottom Fractionator. Laporan Praktek
Kerja Lapang. Bogor. IPB. FMIPA. Program
Studi Analisis Kimia.
[13] Budi S , J. 1991. Studi Awal
Pemanfaatan Aspal Eks Kilang Cilacap untuk
Bahan Roof-Coating. Skripsi. Depok. UI.
Fakultas Teknik. Jurusan Gas dan Petrokimia.
[14] Risnaeni, I. 1996. Optimalisasi
Proses
Pembuatan
Aspal
Lembaran
Menggunakan
Mesin
Proses
Skala
Laboratorium. Laporan Praktek Kerja
Lapang. Bandung. UNPAD. FMIPA. Program
Studi Kimia Terapan.
[15] Angreny, Y. 1998. Peningkatan
Kualitas Aspal Jalan yang Telah Mengalami
Penuaan. Laporan Praktek Kerja Lapang.
Depok. UI. FMIPA. Program Diploma Kimia
Terapan.
[16] Ant, T. 2004. Aspal Pertamina Mulai
Dipakai
untuk
Landasan
Bandara.
http://www.gatra.com/2004 -0729/artikel.php?id=418 28

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Hasil Data dari Uji Titik Lunak, Penetrasi dan Daktilitas
Persentase Campuran

Titik Lunak ( oC)

Derivat
Aspal
(PA)

Matriks dari
Fraksi
Minyak
Bumi (BF)

Bola 1

Bola 2

Penetrasi
Pertama

Penetrasi
Kedua

Penetrasi
Ketiga

85.0%

15.0%

48.8
50.2
48.6

49.8
50.2
49.6

41.0
44.0
46.0

41.0
45.0
48.0

40.5
46.0
47.0

> 150
> 150
> 150

Pengulangan Pertama
Pengulangan Kedua
Pengulangan Ketiga

87.5%

12.5%

50.4
51.4
50.2
52.2

50.6
51.6
50.0
52.4

37.0
39.5
38.5
33.5

38.5
39.0
38.0
32.0

39.0
39.0
39.0
33.0

> 150
> 150
> 150
> 150

Pengulangan Pertama
Pengulangan Kedua
Pengulangan Ketiga
Pengulangan Pertama

90.0%

10.0%

92.5%

7.5%

53.0
53.2
54.6
54.4

53.9
53.4
54.6
54.6

31.5
32.0
27.0
27.0

30.5
30.5
26.0
26.5

30.0
31.5
27.0
28.0

> 150
> 150
> 150
> 150

Pengulangan Kedua
Pengulangan Ketiga
Pengulangan Pertama
Pengulangan Kedua

54.6
57.0
57.6
57.2

55.0
57.2
57.4
57.4

26.5
20.0
19.0
19.5

27.5
19.5
18.5
18.5

25.5
19.5
19.5
19.0

> 150
> 150
> 150
> 150

Pengulangan Ketiga
Pengulangan Pertama
Pengulangan Kedua
Pengulangan Ketiga

95%

5.0%

Penetrasi (mm)

Daktilitas
(cm)

Keterangan

13

14

Lampiran 2 Grafik Uji Titik Lunak

58.0
57.0
56.0
55.0
54.0
53.0
52.0
51.0
50.0
49.0
48.0
47.0

95
.0%

:5
.0%

:7
.50
%
92
.5%

90
.0%

:1
0.0
%

:12
.5%

Bola 1
Bola 2

87
.5%

85
.0%

:1
5.0
%

Suhu Titik Lunak ( oC)

Grafik Uji Titik Lunak Campuran Derivat Aspal (PA) dan Fraksi Minyak Bumi
(BF)

Komposisi PA : BF

Lampiran 3 Grafik Uji Penetrasi
Grafik Uji Penetrasi pada Campuran Derivat Aspal (PA) dan Fraksi Minyak
Bumi (BF)

Kedalaman Penetrasi (mm)

48.0
45.0
42.0
39.0

Pengulangan 1

36.0

Pengulangan 2

33.0

Pengulangan 3

30.0
27.0
24.0
21.0
18.0
15.0

85.0% :
15.0%

87.5%
:12.5%

90.0% :
10.0%

92.5% :
7.50%

Komposisi PA : BF

95.0% :
5.0%

15

Lampiran 4 Grafik Uji Daktilitas

Grafik Uji Daktilitas Campuran Derivat Aspal (PA)
dan Fraksi Minyak Bumi (BF)

Jarak Perputusan (cm)

180.0
150.0
120.0

Pengulangan 1

90.0

Pengulangan 2

60.0
30.0
0.0
85.0% :
15.0%

87.5%
:12.5%

90.0% :
10.0%

92.5% :
7.50%

Komposisi PA : BF

95.0% :
5.0%