Inkorporasi Dengan Pelesapan Verba Dalam Bahasa Mandailing

Telangkai Bahasa dan Sastra, April 2014, 40-50 Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

Tahun ke-8, No 1

INKORPORASI DENGAN PELESAPAN VERBA DALAM BAHASA MANDAILING

Deli Kesuma SD Negeri 067690 Medan Johor
kesuma_deli@yahoo.com
Abstract
Incorporation in Mandailing language happens due to the change of the verb position that effected the deletion of the verb. The method that used in the research based on Labov. He said that linguistic research get the data from the texts, elisitation, intuition, eksperiment, and observation. The Von Humbolt said that incorporation terms is a lexical morphem and a word became one. The result of analysis showed that incorporation of Mandailing language happen typologys, it is not polysinthesis. The type of incorporation is agent, object, incorporation that result in compound word and incorporation with deleting the verb. The process incorporation with deletion verb happen because the cases incorporate with verb and it is happen because its function is changed by the case that incorporate. The case is verbal with verb afixes, then the process of incorporation is affected the valency changed of syntaxis and construction of syntaxis.

PENDAHULUAN
Kekayaan bahasa Mandailing dalam bentuk–bentuk kata merupakan fenomena menarik dalam suatu penelitian, terutama menyangkut pada inkorporasi dengan pelesapan verba dalam bahasa tersebut. Bentuk–bentuk verba itu seperti: marujungberujung, mandokoni-mengatakan, manggule-menggulai, mangulosi-menyelimuti, manyabi-menyabit, markareta-bersepeda.
Bentuk-bentuk verba ini menurut para ahli bahasa merupakan hasil verbalisasi, yakni kata dasar nomina ditambah afiks pembentuk verba : mar, mar-i, man, man-i, mang, dan mang-i. Hal ini juga merupakan hasil derivasi dari nomina menjadi verba atau denominalisasi, proses pembentukannya adalah mar + bentuk dasar, mar-i + bentuk dasar, man + bentuk dasar, man + bentuk dasar, man-i + bentuk dasar, mang + bentuk dasar, mang-i + bentuk dasar dan sebagainya. Dari segi semantis makna afiks pada bentukbentuk tersebut diterangkan sebagai berikut :
mar pada kata marujung menuju ke ............. man pada kata manjait membuat ................. mang pada kata mangulosi memberi........... mang pada kata mengalampaki mengeluarkan ...... mar pada kata markareta mengendarai/memiliki........

Deli Kesuma
―Pertanyaan yang sangat menarik dan menantang adalah ―Mengapa terjadi verbalisasi atau denominalisasi pada bentuk-bentuk tersebut?‖ Makalah ini menganalisis bentuk– bentuk verba di atas untuk menguraikan pembuktian bahwa kasus sejenis ini merupakan proses inkorporasi. Ada apa dengan inkorporasi? Pada kenyataannya bahwa bentuk– bentuk di atas masih dapat dikembalikan ke dalam bentuk asalnya yang memiliki makna gramatikal yang sama dengan bentuk inkorporasinya, bahkan masih bisa dipakai secara bergantian. 1a) Na marbaju nagorsing i anggiku (Yang berbaju kuning itu adik saya) 1b) Na mamake baju nagorsing i anggiku (Yang memakai baju kuning itu adik saya) 2a) Bu Ani jot – jot mangotangi daganak nalosok (Bu Ani sering merotani anak – anak
yang malas) 2b) Bu Ani jot – jot mamotuk daganak nalosok dohot otang (Bu Ani sering memukul anak–anak yang malas dengan rotan.)
Setelah mengalami verbalisasi menggantikan posisi verba, sebagai akibatnya verba semula dilesapkan. Demikian pula pada kalimat (2b) kasus instrumental dengan rotan berinkorporasi dengan verba kemudian mengalami verbalisasi, lalu menggantikan posisi verba, sebagai akibatnya verba samula dilesapkan. Bentuk – bentuk seperti ini cukup produktif dalam bahasa Mandailing untuk dikaji lebih mendalam dan memperkaya penelitian dalam bahasa tersebut.
Permasalahan yang muncul dari latar belakang di atas adalah kasus–kasus apakah yang dapat berinkorporasi dengan verba? Ruang lingkup kajian ini terbatas pada inkorporasi dengan pelesapan verba dalam bahasa Mandailing, hal ini sangat perlu dipertegas karena dalam bahasa Mandailing masih ada bentuk–bentuk inkorporasi yang lain, misalnya bentuk inkorporasi agen, inkorporasi objek, inkorporasi preposisi, dan sebagainya. Untuk itu, tujuan penelitian ini selain untuk menemukan kasus – kasus yang berinkorporasi, juga mengkaji proses terjadinya inkorporasi dengan pelesapan verba dalam bahasa Mandailing.

KAJIAN PUSTAKA
Istilah inkorporasi berasal dari bahasa Inggris incorporation. Pemakaian istilah incorporation dalam bidang linguistik pada mulanya berhubungan dengan pembagian tipologi bahasa atas bahasa isolatif, aglutinatif, fleksi, dan inkorforatif (Keraf, 1990:62) atau isolating, agglutinating, (in)flectional, dan polysynthetic (Spencer, 1993:38). Keraf mengatakan bahwa inkorporatif kemudian disamakan saja dengan istilah polisintesis yang saling berganti: bahasa inkorporatif atau bahasa polisintesis. Konsep inkorporasi berkembang menjadi sebuah konsep tentang struktur kalimat yang salah satu argumennya bergabung dengan verba sehingga diistilahkan sebagai noun incorporation, object incorporation, atau incorporation saja.
Kridalaksana (1992:153) menggunakan istilah pertautan argumen yang mengacu pada pengertian yang sama dengan noun incorporation. Pertautan argumen ialah peleburan suatu argumen ke dalam predikator sehingga terbentuk predikator baru. Contohnya (a) ‗Kakak memiliki rambut panjang‘ dan (b) ‗Kakak berambut panjang‘. Dalam kalimat (a), Argumen rambut panjang dalam ditautkan dengan verba memiliki. Selanjutnya ia mengatakan bahwa pertautan argumen dalam bahasa Indonesia menyangkut afiksasi dan penggabungan leksem, begitu juga halnya dalam bahasa Mandailing.
41

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014
Parera (1993:133) mengatakan inkorporasi merupakan perintegrasian kasus kedalam sebuah verbum atau pemerbuman sebuah kasus secara morfologis tanpa membawa perbedaan smantis. Atau dengan kata lain sebuah verbum yang diturunkan dari sebuah kasus secara morfologis. Contoh dikutip dari Hendrikus Jehane
a) Opat panangko na mamake tutup ulu pake sinjato piso b) Opat panangko na mamake tutup ulu marsinjato piso
Bentuk inkorporasi seperti contoh diatas oleh Parera disebut ‗verbum‘ (verba) inkorporasi. Parera tidak menjelaskan mengapa ia menggunakan istilah semacam ‗noun incorporation‘, seperti yang digunakan oleh para ahli bahasa pada umumnya. Hal tersebut tentu bukan suatu kekeliruan apabila kita telaah lebih jauh. Istilah verba inkorporasi kalau kita terjemahkan dalam bahasa inggris menjadi „incorporated verb‟ bukan „verb invorporation‟. Jadi, Parera menekankan pada verba hasil inkorporasi‘ bukan nomina yang berinkoporasi‘. Apabila kita hubungkan kedua istilah tersebut, kita temukan benang merahnya, yakni nomina yang berinkoporasi ke dalam verba menjadi verba inkorporasi dengan inkorporasi nomina pada dasarnya mengacu pada hal yang sama, hanya penekanannya yang berbeda.
Apa yang kami sebut ‗inkorporasi dengan pelepasan verb‟ mirip dengan apa yang disebut verbum (verba) inkorporasi yang dikemukakan oleh Parera. Inkorporasi dengan pelepasan verba yang kami maksudkan dalam penelitian ini adalah bentuk inkorporasi yang terjadi karena salah satu kasus berinkorporasi ke dalam verba, kemudian kasus tersebut menggantikan posisi verba setelah mengalami verbalisasi, akibatnya verba semula dilepaskan.
METODE PENELITIAN
Kridalaksana (1988:33) mengutip pendapat Labov yang mengatakan bahwa dalam penelitian linguistik saat ini para penyelidik memperoleh data bahasa dari teks, elisitasi,intuisi, eksperimen, dan observasi.
Data dan Sumber Data
Data penelitian ini merupakan kalimat yang diperoleh dari sumber data cerita rakyat dari Mandailing, Miakna do panggorengna dan informan langsung (Lokot Nasution dan Roslan Nasution). Dalam penelitian ini penulis juga memperoleh data bahasa dari elisitasi.
Teknik Analisis Data
Sebagai penutur bahasa Mandailing, teknik observasi, teknik simak bebas libat cakap dan teknik simak libat cakap digunakan untuk menentukan keberterimaan suatu sturuktur, dan menjaring data yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu pemakaian bentuk inkorporasi bahasa Mandailing. Selain itu, menganalisis data dengan menggunakan teknik pilah atau teknik pisah.
42

Deli Kesuma
Metode analisis dari penelitian ini adalah bahwa setelah data yang terkumpul ditabulasi berdasarkan persamaan cirinya, yakni persamaan kasus – kasus apa saja yang berinkorporasi. Selanjutnya dianalisis bagaimana terjadinya inkorporasi, dan terakhir adalah memilah–milah kemudian mengelompokkan afiks–afiks yang memverbalisasi kasus–kasus yang berinkorporasi. Seperti kalimat dibawah ini adalah bentuk inkorporasi dengan pelesapan verba dalam bahasa Mandailing. 1a) Na mamake kupia i uda ku (yang memakai peci itu paman saya) 1b) Na markupia i uda ku (yang berpeci itu paman saya) 2a) Barang-barang kuno i dipajopi di museum (barang-barang kuno itu disimpan di

museum) 2b) Barang-barang kuno i dimuseumkon (barang-barang kuno itu dimuseumkan).
ANALISIS
Dari berbagai literatur yang membicarakan bentuk inkorporasi, para ahli bahasa pada umumnya membicarakan inkorporasi agen (agent incorporation), inkorporasi objek (object incorporation), dan inkorporasi nomina (noun incorporation). Inkorporasi nomina lebih luas jangkauannya karena selain kedua bentuk yang pertama, termasuk juga kasus oblik seperti, instrumen, lokatif, dan sebagainya. Dalam bahasa Greenlandic misalnya, selain inkorporasi objek, terdapat juga inkorporasi non-objek (non-object incorporation), seperti predikat nominal (predicate nominal), inkorporasi kasus ablatif, dan inkorporasi bentuk infleksi (lihat Sadock, 1979:313-315).
Dalam data bahasa Mandailing ditemukan beberapa tipe inkorporasi yang secara garis besar tipe inkorporasi bahasa tersebut dapat digolongkan sebagai berikut. Inkorporasi Agen, Inkorporasi Objek, Inkorporasi objek yang menghasilkan kata majemuk, Inkorporasi Objektif, Inkorporasi Instrumental Inkorporasi Lokatif, Inkorporasi Hasil atau Faktitif, Inkorporasi Translatif, dan Inkorporasi Keadaan.
Inkorporasi Agen
Tipe inkorporasi ini, agen sebagai salah satu argumen verba berinkorporasi dengan verba. Contoh: 1. a. Au pataru buku (saya mengantar buku )
b. Buku hupataru (buku kuantar ) 2. a. Ia manarik tali i (dia menarik tali itu )
b. Tali i ditarik ia (tali itu ditariknya )
Inkorporasi Objek
Objek sebagai argumen verba berinkorporasi dengan verba, sebagai akibatnya terjadi nominalisasi verba contoh :
1. a. Kakak i manulis buku (kakak itu menulis buku) b. Kakak i panulis buku (kakak itu penulis buku)
Inkorporasi objek yang menghasilkan kata majemuk.
Verhaar menyebutnya ―verba derivasi dengan inkorporasi objek‘ (derived verba with incorporated object)‖ (1984:48). Lihat juga Kridalaksana (1992:153). Dalam tipe ini, objek berinkorporasi dengan verba -derivasi sehingga menghasilkan kata majemuk.
43

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014

Contoh:

Alai sala bege (mereka salah dengar)


SOP

Ami sala etong natuari (kami salah hitung kemarin)

S OP K

Ami barani mate mandokkon napeto (kami berani mati menyatakan

SP O P

K

kebenaran)

Inkorporasi dengan pelepasan verba

Tipe inkorporasi ini berbeda dengan tipe inkorporasi yang telah dikemukakan diatas. Dalam inkorporasi tipe ini, kasus yang berinkorporasi diverbalisasi dan menggantikan posisi verba. Verba semula dilesapkan. Contoh :
1 .a. Na mamake kupia i uda ku (yang memakai peci itu paman saya) b. Na markupia i uda ku (yang berpeci itu paman saya)
2. a. Barang – barang kuno i dipajopi di museum (barang – barang kuno itu disimpan di museum)

b. Barang – barang kuno i dimuseumkon (barang – barang kuno itu dimuseumkan).
Dari seluruh rangkaian inkorporasi yang telah dikemukakan di atas, bentuk yang paling utama dalam penelitian ini adalah inkorporasi dengan pelesapan verba dalam bahasa Mandailing. Kasus – kasus yang berinkorporasi menurut konsep Filmore (1988), dalam Hendrikus Jehane adalah sebagai berikut (1) agen [A], (2) Instrumental [1], (3) Dative [D], (4) Factitive [F], (5) Locative [L], (6) Object
Pada tahun 1970-an Filmore memodifikasi kasus – kasus yang telah aParera (1993:125—136). Konsep kasus tersebut sebagai berikut:
1.Agentif [A], 2.Pengalam (Experiencer) [E], 3.Instrumental [I], 4. Benefaktif [B], 5.Objektif [O], 6.Lokatif [L], 7.Hasil (Faktitif) [F], 8.Sumber [S], 9. Waktu [W], 10. Komitatif [K]
Di bawah ini akan diuraikan contoh kalimat – kalimat berdasarkan konsep tersebut agar mudah dibandingkan atau dikaitkan dengan kasus – kasus yang berinkorporasi dalam pembahasan selanjutnya. Contoh : 1. Ayah manggotap ayu (ayah memotong kayu)
AO 2. Ayu digotap Ayah ( kayu dipotong oleh ayah)
OA 3. Lading panggotap Ayu (parang pemotong kayu)
IO 4. Ayah manggotap Ayu dohot lading (Ayah memotong kayu dengan parang)
AO 5. Ayah pake lading giot manggotap ayu (Ayah menggunakan parang memotong kayu)
AI 6. Ayah purcayo bahaso ia monang (Ayah percaya bahwa ia menang)
EE

44

Deli Kesuma
7. Ho manggogo on tu ayah bahaso na ia angkon monang (kamu meyakinkan ayah bahwasanya ia akan menang)
A EE 8. Ida-ida ayah angkon monang ancogot (kelihatannya akan menang besok)
EW 9. Aek sijorni marombun ( aek si jorni itu berembun)
L 10. Marombun di aek sijorni ( berembun di aek sijorni)
L 11. kakak mangkirim surat tu abang (kakak mengirim surat kepada abang)

A OB 12. Ucok kehe dohot ayah nia tu saba (ucok pergi dengan ayahnya kesawah)
A KL 13. Umak mambayu amak (ibu menganyam tikar)
AF 14. Amak i dibaen sian baion (tikar itu terbuat dari pandan)
OF
Sangat perlu diperhatikan bahwa istilah kasus objektif tidak sama dengan objek langsung ataupun dengan akusatif. Fillmore juga mnegatakan antara lokatif dengan arah (directional). Akan tetapi ia tidak membedakan ‗lokasi‘ dan ‗kelokasi‘. Keduanya termasuk kasus lokatif, Misalnya to sabah dan dohot di sabah (ke sawah dan di sawah). Berikut pembahasan kasus-kasus yang berinkorporasi:

Inkorporasi Objektif

Dalam konstruksi ini, kasus objektif yang telah mengalami menggantikan posisi verba, sementara yang bsemula dilesapkan. contoh : a. Na mamake baju nagorsing i anggiku
yang memakai baju kuning itu adik saya b. Namarbaju nagorsing i anggiku
yang berbaju kuning adik saya

verbalisasi

Inkorporasi Instrumental

Dalam konstruksi ini, kasus instrumental yang telah mengalami verbalisasi
menggantikan posisi verba , sementara verba semula dilesapkan. Contoh : a. Dokter i jot – jot mangalehen ubat tu tobang – tobang i
Dokter itu sering memberi obat kepada kakek tua itu b. Dokter i jot – jot mangubati tobang – tobang i
Dokter itu sering mengobati kakek tua itu


Inkorporasi Lokatif

Dalam konstruksi ini, kasus lokatif yang telah mengalami verbalisasi mengantikan posisi verba, sementara verba semula dilesapkan. Contoh : a. Calon oji kaloter sada masuk ma tu karantina ancogot
Para jamaah calon haji kloter pertama masuk karantina besok

45

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014
b. Calon oji kaloter sada dikarantinaon ancogot Para jamaah calon haji dikarantinakan besok
Inkorporasi Hasil atau Faktitif
Konstruksi ini adalah kasus faktitif yang mengalami verbalisasi menggantikan posisi verba, sementara verba semula dilesapkan. Contoh : a. Monci mangkali lubang di pantar
b. Monci mangalubangi pantar faktitif karena objek langsung verba tersebut sebenarnya sudah merupakan hasil tindakan yang dinyatakan oleh verba, misalnya: marmasak indahan (menanak nasi) logikanya mesti marmasak danon (menanak beras) hasilnya nasi. Demikian mangkali lubang di tano (menggali lubang di tanah) mestinya mangkali lubang (menggali tanah) hasilnya lubang.

Inkorporasi Translatif

Kasus translatif adalah kasus yang menandai makna perubahan pada nomina atau

sejenisnya. Misalnya boku (beku) menjadi mamboku (membeku)


. Inkorporasi

translatif terjadi apabila kasus translatif berinkorporasi ke dalam verba, sedangkan verba

semula dilesapkan. Misalnya:

a. aek manjadi boku (air menjadi beku)

b. aek mamboku (air membeku)

Inkorporasi Keadaan
Kasus keadaan yang kami maksud disini adalah kasus yang menyatakan keadaan kasus objektif dan pengalam (experiencer). Inkorporasi keadaan terjadi apabila kasus tersebut berinkorporasi dengan verba dan menggantikan posisi verba setelah diverbalisasi, sedangkan verba semula dilesapkan. Contoh : 1. a. Ulang cubo-cubo pajujung ila tu simatobangmu
jangan coba-coba membuat malu kedua orang tuamu b. Ulang cubo-cubo paila-ilaon simatobangmu
jangan coba-coba mempermalukan kedua orang tuamu 2. a. Doni mambaen ancit rohani kakak nia
Doni membuat sakit hati kakaknya b. Doni manganciti rohani kakak nia
Doni menyakiti hati kakak nia

Proses Inkorporasi
Dari hasil kajian kasus-kasus yang berinkorporasi diatas, dapat dirumuskan proses inkorporasinya. Akan tetapi, perlu diingakan bahwa proses inkorporasi yang dirumuskan dibawah ini merupakan urutan peristiwa alamiah ataupun urutan logis seperti A sampai Z. Tetapi hanya merupakan urutan yang dibuat untuk kepentingan analisis.


46

Deli Kesuma
Proses inkorporasi sulit ditentukan urutannya, mana yang lebih dulu terjadi, pelesapan verba atau inkorporasi kasus sulit untuk ditentukan. Hanya satu hal yang pasti adalah pelesapan verba terjadi karena adanya inkorporasi kasus ke posisi verba. Oleh akrena itu, kita bisa mulai dengan proses inkorporasi kasus, prosesnya sebagai berikut: I. Kasus berinkorporasi dengan verba II. Verba mengalami pelesapan karena fungsinya digantikan oleh kasus yang
berinkorporasi. III. Karena kasus tersebut menggantikan fungsi verba maka kasus tersebut
diverbalisasikan dengan afiks verba. Jadi, kasus tersebut mengalami derivasi. IV. Proses inkorporasi dan pelesapan verba mengakibatkan perubahan valensi dan atau
perubahan konstruksi sintaksis. Perubahan tersebut sebagai berikut:

Inkorporasi Objektif

(a). Apabila verba memiliki dua argumen, dan argumen tersebut salah satunya berkasus objektif yang berinkorporasi, maka klausa tersebut menjadi intransitif karena kehilangan salah satu argumennya. Contoh: 1. a. kakak dor mamake baju narata Kakak selalu memakai baju hijau b. Kakak dor marbaju narata Kakak selalu berbaju hijau

(b). Apabila verba memiliki tiga argumen, argumen ketiga berkasus benefaktif, maka

kasus benefaktif berubah menjadi kasus objektif bila kasus objektif berinkorporasi

dengan verba. Contoh:

a. kakak mangkirim hobar tu abang (kakak mengirim kabar kepada abang)


VO

B

b. Kakak manghabari abang (kakak mengabari abang)

VO

Inkorporasi Instrumentasi

(a). Apabila kasus instrumental yang berinkorporasi itu merupakan argumen verba, maka verba tersebut berubah menjadi intransitif dan sekaligus kehilangan kasus
instrumental. Contoh :
Dua panangkoi mamake topeng dohot manggunaon sinjato piso Kedua perampok itu memakai topeng dan menggunakan senjata pisau
Dua panangkoi martopeng dohot marsinjato piso Kedua perampok itu bertopeng dan bersenjata pisau
(b). Apabila kasus instrumental yang berinkorporasi bukan argumen verba, maka verba tersebut hanya kehilangan kasus instrumental tersebut. Contoh :
a. Dja Bolut jot – jot mamotuk daganak nalosok dohot otang Dja Bolut sering memukul anak – anak yang malas dengan rotan
b. Dja Bolut jot – jot mangotangi daganak nalosok Dja Bolut sering merotani anak – anak yang malas

47


Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014
Inkorporasi Lokatif
Apabila kasus lokatif berinkorporasi dengan verba, maka verba tersebut kehilangan kasus lokatif. Contoh :
a. Calon oji kaloter sada masuk ma tu karantina ancogot Para jamaah calon haji kloter pertama masuk karantina besok
b. Calon oji kaloter sada dikarantinaon ancogot Para jamaah calon haji dikarantinakan besok
Inkorporasi Translatif
Apabila kasus translatif berinkorporasi dengan verba, maka verba tersebut kehilangan kasus translatif. Contoh :
a. Aek manjadi boku Air menjadi beku
b. Aek mamboku Air membeku
Inkorporasi Faktitif
Apabila kasus faktitif berinkorporasi dengan verba, maka verba tersebut kehilangan kasus faktitif. Contoh :
a. Umak si Roken marmasak gule manuk Umak si Roken memasak gulai ayam
b. Umak si Roken manggule manuk Umak si Roken menggulai ayam
Inkorporasi Kasus Keadaan
Apabila kasus keadaan berinkorporasi dengan verba, maka verba tersebut kehilangan kasus keadaan. Contoh :
a. Ulang cubo-cubo pajujung ila tu simatobangmu Jangan coba-coba membuat malu kedua orang tuamu
b. Ulang cubo-cubo paila-ilaon simatobangmu Jangan coba-coba mempermalukan kedua orang tuamu
Afiks – afiks Verbalisasi Kasus Inkorporasi
Setelah membahas kasus – kasus yang berinkorporasi dan proses penginkorporasiaan kasus yang berinkorporasi, maka analisis data menunjukkan bahwa afiks – afiks yang memverbalisasi kasus – kasus yang berinkorporasi meliputi. (1) Prefiks mar-, di-, mang(2) Konfiks mar-i, mar-on, di-on, di-i, mang-on Hasil kajian tentang hubungan bentuk antara verba semula yang dilesapkan dengan verba hasil inkorporasi menunjukkan sebagai berikut.
48


Deli Kesuma
(1) Apabila verba semula yang dilesapkan berupa verba pasif, maka verba hasil inkorporasi pun berjenis verba pasif. Demikian pula sebaliknya, apabila verba semula yang dilesapkan berupa verba aktif, maka verba hasil inkorporasi pun berupa verba aktif.
(2) Apabila verba semula yang dilesapkan berupa transitif, tidak selamanya verba hasil inkorporasi berjenis verba transitif, demikian pula sebaliknya.
(3) Tidak ada hubungan yang simetris antara afiks verrba semula yang dilesapkan dengan afiks inkorporasi. Misalnya manulis surat (menulis surat) menjadi manyurati (menyurati). Verba semula hasil afiks man- sedangkan verba inkorporasi konfiks man-i.
SIMPULAN
Dari seluruh pembahasan kasus–kasus dalam bentuk bahasa Mandailing di atas, bahasa Mandailing secara tipologis bukan bahasa polisistesis atau inkorporasi, tetapi bahasa Mandailing memiliki bentuk inkorporasi. Bentuk inkorporasi bahasa Mandailing ternyata cukup luas dan bervariasi yang hampir sama dengan bahasa Indonesia, dan dapat juga diaplikasikan dengan jelas tanpa berubah maknanya dari setiap inkorporasi. Bentuk inkorporasi tersebut adalah inkorporasi agen, inkorporasi objek, inkorporasi yang menghasilkan kata majemuk, dan inkorporasi dengan pelesapan verba. Inkorporasi dengan pelesapan verba adalah inkorporasi yang terjadi karena salah satu kasus berinkorporasi ke dalam verba setelah mengalami verbalisasi, akibatnya verba semula dilesapkan. Adapun jenis – jenis inkorporasi dengan pelesapan verba berdasarkan kasus–kasus yang berinkorporasi adalah : 1. Inkorporasi objektif 2. Instrumental 3. Inkorporasi lokatif 4. Inkorporasi faktitif 5. Inkorporasi traslatif 6. Inkorporasi keadan Proses inkorporasi dengan pelesapan verba terjadi karena kasus berikorporasi dengan verba dan mengalami pelesapan karena fungsinya digantikan oleh kasus yang berinkorporasi. Kasus tersebut diverbalisasikan degan afiks verba, kemudian proses inkorporasi mengakibatkan perubahan valensi sintaksis dan perubahan konstruksi sintaksisnya. Afiks – afiks yang memverbalisasi kasus yang berinkorporasi adalah prefiks mar, mari,mang,mang-i,man,man-i.
49

Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 1, April 2014
DAFTAR PUSTAKA Fillmore, Benjamin & Pickett, Velma B. 1993. Beginning Morphology and Syntax. Summer Institute of Linguistics Keraf, Gorys. 1990. Linguistik Bandingan Tipologis. Jakarta: Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Parera, Jos Daniel. 1993. Sintaksis. Jakarta: Gramedia Spencer, Edrew. 1993. Morphological Theory. Cambridge: Blackwell. Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik: ke Arah Memahami metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Verhaar, JWM. 1984. Pengantar Linhguistik Yogyakarta: Gadjah Mada University press. https://www.google.com/#=cerita+rakyat+dari+Mandailing https://www,google.com/#q=ceritarakyat+Mandailing+Miakna+do+panggorengna
50