Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis Dengan Lebar Lengkung Gigi Pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutro-Melayu

HUBUNGAN DIMENSI VERTIKAL TULANG VERTEBRA
SERVIKALIS DENGAN LEBAR LENGKUNG GIGI PADA
MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO-MELAYU

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana kedokteran gigi

oleh
ALIFINA PRIANDINI
NIM : 070600049

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonti
Tahun 2011

Alifina Priandini
Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis dengan Lebar
Lengkung Gigi Pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutro-Melayu
ix + 39 halaman
Tulang

vertebra

servikalis

yang

mendukung

kepala

mempengaruhi

pertumbuhan mandibula yang dapat mempengaruhi dimensi lengkung rahang.
Beberapa penelitian menunjukkan wajah pendek jarang ditemui pada individu yang

berleher panjang. Sementara itu individu dengan tipe wajah panjang mempunyai lebar
lengkung gigi yang lebih sempit dibandingkan individu berwajah pendek. Tujuan
penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara dimensi vertikal tulang vertebra
servikalis dengan lebar lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu.
Penelitian ini menggunakan 14 pasang model studi dan foto lateral sefalometri
yang diperoleh dari mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu yang diseleksi terlebih
dahulu. Pengukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dilakukan dengan
menggunakan metode Karlsen, sedangkan pengukuran lebar lengkung gigi pada studi
model dilakukan dengan metode Rakosi.
Setelah dilakukan pengukuran, diperoleh korelasi negatif antara dimensi
vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar lengkung gigi. Artinya, kenaikan satu
variabel diikuti dengan penurunan variabel lain. Hubungan korelasi ini signifikan

pada lebar lengkung posterior baik pada maksila maupun mandibula, tetapi tidak
untuk lebar lengkung anterior.
Kesimpulannya adalah individu dengan leher yang panjang cenderung
mempunyai lengkung gigi yang lebih sempit daripada individu dengan leher yang
pendek.

Daftar rujukan : 32 (1963


2010)

HUBUNGAN DIMENSI VERTIKAL TULANG VERTEBRA
SERVIKALIS DENGAN LEBAR LENGKUNG GIGI PADA
MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO-MELAYU

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana kedokteran gigi

oleh
ALIFINA PRIANDINI
NIM : 070600049

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN


2011
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 23 Maret 2011
Pembimbing :
Ervina S, drg., Sp.Ort
NIP. 19800323 200812 2 002

Tanda tangan

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 23 Maret 2011

TIM PENGUJI
KETUA


:

Ervina S, drg., Sp.Ort

ANGGOTA

:

1. Nurhayati Harahap, drg,. Sp.Ort (K)
2. Siti Bahirrah, drg

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar

1.

besarnya kepada :

Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2.

Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort(K) selaku Ketua Departemen Ortodonti

3.

Ervina S, drg., Sp.Ort selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, memotivasi dan
memberikan masukan kepada penulis selama masa penyelesaian skripsi ini.
4.

Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) dan Siti Bahirrah, drg selaku dosen


penguji yang telah menyediakan waktu dan memberikan masukan kepada penulis.
5.

Seluruh staf pengajar di bagian Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan saran dalam penyelesaian
skripsi ini.
6.

Drs. Ahmad Jalil selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kesehatan

Masyarakat atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.

7.

Siti Wahyuni, drg

selaku dosen pembimbing akademis yang telah


membimbing, memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis selama
pendidikan akademik
8.

Ayahanda Azmul Santri dan ibunda Lenvaria Gusti, S.Pd yang selalu

memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.
9.

Saudara penulis Fadil Rifkiyuda dan Trihesa Priandarini yang selalu

memberikan semangat kepada penulis.
10. Para sahabat penulis dan seluruh teman

teman angkatan 2007 yang telah

memberi dukungan dan semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya
Departemen Ortodonti.

Medan, 23 Maret 2011
Penulis

Alifina Priandini
NIM. 070600049

DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................
TIM PENGUJI SKRIPSI.................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................

iii

DAFTAR ISI...................................................................................................


v

DAFTAR TABEL........................................................................... .................

vii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................

ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.............................................................................
1.2
Rumusan Masalah.......................................................................
1.3

Tujuan Penelitian.........................................................................
1.4
Hipotesis Penelitian.....................................................................
1.5
Manfaat Penelitian.......................................................................

1
3
4
4
4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tulang Vertebra Servikalis.........................................................
2.1.1 Anatomi Tulang Vertebra Servikalis........................................
2.1.2 Keterlibatan Tulang Vertebra Servikalis dalam Ilmu
Kedokteran Gigi...........................................................................
2.1.3 Pertumbuhan Tulang Vertebra Servikalis................................
2.1.4 Maturitas Tulang Vertebra Servikalis.......................................
2.2
Pertumbuhan Wajah Dalam Arah Vertikal..............................
2.3
Lengkung Gigi.............................................................................
2.3.1 Pengertian.....................................................................................
2.3.2 Lebar Lengkung Gigi..................................................................
2.3.3 Pengukuran Lebar Lengkung Gigi............................................
2.4
Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis

5
5
8
8
10
11
12
13
13
14

dengan Pertumbuhan Wajah dalam Arah Vertikal .................

16

Hubungan Dimensi Vertikal Wajah dengan Lebar
Lengkung Gigi.............................................................................

18

BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian.............................................................................
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................
3.3
Populasi Penelitian......................................................................
3.4
Sampel Penelitian........................................................................
3.4.1 Kriteria Inklusi.............................................................................
3.4.2 Kriteria Eksklusi..........................................................................
3.5
Variabel Penelitian......................................................................
3.5.1 Variabel Bebas.............................................................................
3.5.2 Variabel Terikat...........................................................................
3.6
Defenisi Operasional...................................................................
3.7
Alat dan Bahan.............................................................................
3.8
Cara Pengumpulan Data.............................................................
3.9
Pengolahan Data..........................................................................
3.10 Analisis Data................................................................................

20
20
20
20
21
21
21
21
22
22
23
24
26
26

BAB 4 HASIL PENELITIAN.............................................................................

27

BAB 5 PEMBAHASAN.......................................................................................

30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan.............................................................................
6.2
Saran ......................................................................................

35
35

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

35

2.5

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
1.

Rerata ukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan lebar
lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu.............

27

2.

Hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikal dengan lebar
lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu (uji
korelasi Pearson s).................................................................................

28

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1.

Anatomi atlas....................................................................................

6

2.

Anatomi axis.....................................................................................

6

3.

Anatomi C3

C7...............................................................................

7

4.

Pertumbuhan tulang vertebra servikalis............................................

9

5.

Maturitas tulang vertebra servikalis..................................................

11

6.

Perbandingan besar sudut gonion.....................................................

12

7.

Lengkung gigi...................................................................................

13

8.

Titik referensi menurut Foster et al...................................................

14

9.

Titik referensi menurut Mills............................................................

15

10. Titik referensi menurut Rakosi.........................................................

16

11. a. Jarak GoCV2 pada tipe wajah panjang.........................................

17

b. Jarak GoCV2 pada tipe wajah pendek.........................................

18

12. Titik dan garis referensi pada sefalometri.........................................

25

13. Titik dan garis referensi pada model studi........................................

26

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Kerangka teori

2.

Kerangka konsep

3.

Ethical clearance

4.

Kuesioner

5.

Pemeriksaan klinis pasien

6.

Surat pernyataan persetujuan

7.

Hasil pengukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan lebar lengkung
gigi pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu

8.

Hasil perhitungan statistik dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan lebar
lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu

Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonti
Tahun 2011
Alifina Priandini
Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis dengan Lebar
Lengkung Gigi Pada Mahasiswa FKG USU Ras Deutro-Melayu
ix + 39 halaman
Tulang

vertebra

servikalis

yang

mendukung

kepala

mempengaruhi

pertumbuhan mandibula yang dapat mempengaruhi dimensi lengkung rahang.
Beberapa penelitian menunjukkan wajah pendek jarang ditemui pada individu yang
berleher panjang. Sementara itu individu dengan tipe wajah panjang mempunyai lebar
lengkung gigi yang lebih sempit dibandingkan individu berwajah pendek. Tujuan
penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara dimensi vertikal tulang vertebra
servikalis dengan lebar lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu.
Penelitian ini menggunakan 14 pasang model studi dan foto lateral sefalometri
yang diperoleh dari mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu yang diseleksi terlebih
dahulu. Pengukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dilakukan dengan
menggunakan metode Karlsen, sedangkan pengukuran lebar lengkung gigi pada studi
model dilakukan dengan metode Rakosi.
Setelah dilakukan pengukuran, diperoleh korelasi negatif antara dimensi
vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar lengkung gigi. Artinya, kenaikan satu
variabel diikuti dengan penurunan variabel lain. Hubungan korelasi ini signifikan

pada lebar lengkung posterior baik pada maksila maupun mandibula, tetapi tidak
untuk lebar lengkung anterior.
Kesimpulannya adalah individu dengan leher yang panjang cenderung
mempunyai lengkung gigi yang lebih sempit daripada individu dengan leher yang
pendek.

Daftar rujukan : 32 (1963

2010)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Mempelajari pertumbuhan serta perkembangan gigi geligi dan kraniofasial
merupakan suatu hal yang penting dalam ilmu ortodonti. Dengan mempelajari hal
tersebut akan dapat dipahami secara jelas bagaimana terjadinya susunan gigi geligi
dan rahang yang harmonis dengan wajah yang estetis serta fungsi gigi geligi yang
optimal.1
Usia kronologis tidak selamanya dapat menjadi acuan mutlak untuk mencapai
hasil perawatan ortodonti yang optimal. Hal ini disebabkan oleh adanya variasi
individu dalam segi waktu, durasi dan percepatan pertumbuhan. Sinclair (1985)
melaporkan bahwa puncak pertumbuhan perempuan terjadi pada usia 10
sedangkan laki

laki 12

12 tahun,

15 tahun.2 Oleh karena itu, usia skeletal dapat membantu

dalam merumuskan rencana perawatan yang layak. 3,4,5
Lamparski (1972) menyimpulkan bahwa tulang vertebra servikalis dapat
dijadikan sebagai parameter untuk menentukan usia skeletal. 3,4 Hal tersebut juga
diperkuat oleh Hassel (1995) melalui pengamatannya terhadap perubahan anatomis
tulang vertebra servikalis kedua hingga keempat. 5 Penggunaan vertebra servikalis
sebagai parameter untuk usia skeletal adalah sama untuk perempuan dan laki - laki.
Perbedaannya hanya terletak pada tahap perkembangan tulang vertebra servikalis,
dimana perempuan lebih awal dibandingkan dengan laki

laki.3-5

Pertumbuhan tulang vertebra servikalis dalam arah vertikal berkaitan dengan
morfologi kraniofasial.6,7 Bench (1963) melaporkan bahwa individu dengan tipe
wajah panjang jarang ditemui mempunyai leher yang pendek, begitu juga
sebaliknya.7 Karlsen (2004) menemukan bahwa pada usia 6

12 tahun, individu yang

mempunyai leher pendek cenderung mempunyai wajah yang panjang, sedangkan
leher panjang ditemukan pada individu yang berwajah pendek atau persegi.6
Beberapa penelitian menunjukkan pengaruh tulang vertebra servikalis
terhadap pertumbuhan mandibula.4,8 O Reilly (1988) menemukan bahwa terdapat
peningkatan yang signifikan pada panjang korpus, tinggi ramus dan panjang
mandibula selama tahap perkembangan tulang vertebra servikalis. 4 Alhadlaq (2009)
juga menyimpulkan bahwa tulang vertebra servikalis dapat dipakai untuk
memprediksi potensi pertumbuhan mandibula pada pasien tumbuh kembang. 8
Morfologi vertikal wajah berhubungan dengan dataran mandibula (MP).
Dasar tengkorak anterior (SN) digunakan sebagai garis acuan untuk menentukan
kecuraman dari dataran mandibula (MP).9,10 Menurut Ricketts et al (1989), individu
yang memiliki sudut MP SN yang lebih besar cenderung memiliki wajah lebih
panjang daripada mereka yang mempunyai sudut MP

SN yang lebih kecil.9

Howes (1957) menemukan bahwa individu dengan dataran mandibula yang
curam umumnya memiliki gigi yang lebih besar dan lengkung rahang yang lebih
sempit daripada individu dengan dataran mandibula yang lebih datar.11 Nasby et al
(1972) juga mencatat bahwa lebar intermolar maksila dan mandibula lebih besar pada
individu dengan sudut MP SN yang kecil daripada individu dengan sudut MP SN
yang lebih besar.12

Menurut Ricketts dan Sassouni, kelompok ras yang berbeda akan
menampilkan pola kraniofasial yang berbeda pula. Sebagian besar penduduk
Indonesia didominasi oleh ras melayu yang kemudian dibedakan atas ras DeutroMelayu dan Proto-Melayu. Kelompok Deutro-Melayu tersebar di Indonesia bagian
barat yang meliputi suku Aceh, Minangkabau, Melayu, Betawi, Sunda, Jawa,
Madura, Bali, Makasar, Bugis dan Menado, sedangkan suku Batak, Aceh Gayo,
Sasak dan Toraja termasuk kelompok Proto-Melayu.13 Kedua ras ini menampilkan
ciri fisik yang berbeda, salah satunya terletak pada bentuk kepala. Bentuk dan ukuran
rahang pada kedua ras ini juga berbeda.14
Beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa ruas

ruas tulang vertebra

servikalis yang mendukung kepala mempengaruhi pertumbuhan mandibula yang
dapat mempengaruhi dimensi lengkung gigi. Latar belakang usia, etnik, dan jenis
kelamin menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan untuk membuktikan suatu
hubungan. Berdasarkan fenomena itu, peneliti melihat perlunya dilakukan penelitian
untuk menyelidiki hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan lengkung
gigi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka dapat
dirumuskan masalah apakah ada hubungan antara dimensi vertikal tulang vertebra
servikalis dengan lebar lengkung gigi pada individu yang sudah selesai tahap tumbuh
kembang pada ras Deutro-Melayu?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dimensi
vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar lengkung gigi pada individu yang
sudah selesai tahap tumbuh kembang pada ras Deutro-Melayu.
1.4. Hipotesis Penelitian
Dimensi vertikal tulang vertebra servikalis berhubungan dengan lebar
lengkung gigi pada individu yang sudah selesai tahap tumbuh kembang pada ras
Deutro-Melayu.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a.

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu parameter diagnosa

untuk menyusun suatu rencana perawatan ortodonti.
b.
lanjut.

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa literatur penelitian menunjukkan bahwa tulang vertebra servikalis
memiliki hubungan yang sangat erat dengan pertumbuhan dan perkembangan
kraniofasial, salah satunya pertumbuhan wajah dalam arah vertikal. 6,9,15 Sementara
itu, dimensi vertikal wajah dapat mempengaruhi lebar lengkung gigi.11,16
2.1.

Tulang Vertebra Servikalis

Tulang vertebra servikalis merupakan salah satu bagian dari tulang
belakang.9,17 Tulang ini berfungsi untuk pergerakan kepala dan leher. Pergerakan ini
diperankan oleh beberapa tulang, yaitu tulang occipitalis, tulang vertebra servikalis
pertama (atlas) dan tulang vertebra servikalis kedua (axis).7,9
2.1.1. Anatomi Tulang Vertebra Servikalis
Tulang vertebra servikalis terdiri dari dari 7 buah tulang. 9,17 Masing

masing

tulang tersebut berbeda satu sama lain. Tulang vertebra servikalis pertama yang
disebut atlas dan tulang vertebra servikalis kedua yang disebut axis mempunyai
perbedaan menyolok dengan tulang servikalis lainnya. Tulang vertebra servikalis
ketiga sampai ketujuh hampir sama dalam segi ukuran dan bentuk. 7,9
2.1.1.1.Atlas
Atlas tidak mempunyai korpus, tetapi mempunyai arcus anterior. Hilangnya
korpus ini menjadikan dens pada vertebra servikalis kedua menonjol ke atas. Tulang

ini juga tidak mempunyai prosessus spinosus, tetapi mempunyai tuberkulum anterior
dan tuberkulum posterior (gambar 1).9,17

Gambar 1. Anatomi atlas18

2.1.1.2.Axis
Merupakan bagian yang paling besar dari tulang vertebra servikalis. 9 Tulang
ini terdiri dari empat bagian besar, yaitu prosessus odontoid (dens), korpus dan dua
lengkung. Prosessus odontoidnya menonjol dari permukaan atas korpus. Tulang ini
tidak memiliki tuberkulum anterior di prosessus transversusnya (gambar 2).9,17

Gambar 2. Anatomi axis18

2.1.1.3.CV3

CV7

Tulang vertebra servikalis ketiga sampai keenam dianggap tipikal karena
mempunyai semua ciri

ciri umum tulang vertebra. Keempat tulang ini mempunyai

foramen transversium, prosessus transversus yang berakhir di lateral sebagai
tuberkulum anterior dan posterior serta mempunyai prosessus spinosus yang
bercabang.9,17
Tulang vertebra servikalis ketujuh mempunyai ciri

ciri yang tidak tipikal.

Tulang ini mempunyai prosessus spinosus yang panjang dan tidak bercabang serta
prosessus transversusnya tidak memiliki tuberkulum (gambar 3).9,17

Gambar 3. Anatomi CV3 CV720

2.1.2. Keterlibatan Tulang Vertebra Servikalis dalam Ilmu Kedokteran Gigi
Tulang vertebra servikalis merupakan bagian yang berpengaruh dalam proses
tumbuh kembang kraniofasial. Berikut adalah beberapa alasan mengapa tulang
vertebra servikalis patut untuk diperhitungkan dalam ilmu kedokteran gigi: 9
1. Oklusi sentrik merupakan oklusi gigi yang dihasilkan oleh postural
apparatus atau sistem dukungan kepala. Hal ini disebabkan karena posisi dukungan
akhir mandibula dipengaruhi oleh posisi kepala.
2. Kelainan kongenital pada vertebra servikalis dan basis kranial dapat
mempengaruhi cara berbicara dan penelanan. Hal ini akan mempengaruhi mandibula
terutama gigi geligi.
3. Kebiasaan bernafas melalui mulut dan gangguan pernafasan dapat merubah
sikap kepala. Hal ini bisa dilihat pada dimensi vertikal wajah yang ditandai dengan
adanya underclosure atau overopening pada mandibula.
4. Kehilangan gigi posterior atau kehilangan dukungan vertikal akibat
clencing dapat menyebabkan mandibula overclosure yang selanjutnya berkembang ke
otot-otot servikal dan tulang leher.
5. Pertumbuhan vertikal wajah dihubungkan dengan pertumbuhan dan
perkembangan vertebra servikal. Terlihat hubungan yang kuat antara dimensi vertikal
wajah dengan panjang tulang leher seperti yang ditunjukkan oleh Bench.
2.1.3. Pertumbuhan Tulang Vertebra Servikalis.
Bench (1963) melakukan penelitian mengenai pertumbuhan vertikal tulang
vertebra servikalis pada berbagai kelompok umur (gambar 4). Ia menggunakan titik

porion sebagai titik patokan untuk menentukan panjang tulang vertebra servikalis. Ia
menemukan bahwa pada masa gigi desidui, terjadi peningkatan jarak porion ke tulang
vertebra servikalis kedua sebesar 2,1 mm pertahun, 2,9 mm pertahun untuk CV3, 3,5
mm pertahun untuk CV4, dan 4,0 mm per tahun untuk CV5. Basion tumbuh ke bawah
dan mundur sejauh 0,9 mm per tahun dari porion.7
Pada kelompok usia 7
per tahun. Masing

12 tahun, basion tumbuh ke bawah sekitar 0,6 mm

masing tulang vertebra servikalis kedua sampai kelima

mengalami peningkatan sebesar 2,1, 2,2, 2,9 dan 3,2 mm per tahun. Pada usia 12
tahun terjadi sedikit penurunan pertumbuhan. Pertumbuhan rata

18

rata tulang vertebra

servikalis hanya sebesar 1,9, 1,6, 2,3, dan 2,5 mm untuk tulang kedua hingga kelima,
sedangkan basion hanya 0,3 mm per tahun. Pada beberapa individu dalam kelompok
usia tersebut sudah tidak menunjukkan pertumbuhan. 7

Gambar 4. Pertumbuhan tulang vertebra sevikalis7

2.1.4. Maturitas Tulang Vertebra Servikalis
Proses pematangan tulang vertebra servikalis dapat diamati mulai dari lahir
sampai tahap maturitas tulangnya selesai. Hassel menggunakan tulang vertebra
servikalis kedua hingga keempat untuk mengamati hal tersebut. Berikut adalah
tahapan maturitas tulang vertebra servikalis menurut Hassel (gambar 5) : 5
a. Initiation
Batas bawah badan tulang CV2, CV3 dan CV4 datar sedangkan batas atas
ketiga tulang tersebut meruncing dari posterior ke anterior.
b. Acceleration
Konkavitas tulang meningkat pada batas bawah tulang CV 2, dan CV3,
sedangkan pada tulang CV4 masih datar. Anatomi tulang CV3 dan CV4 menjadi lebih
persegi panjang.
c. Transition
Konkavitas tulang semakin meningkat pada batas bawah tulang CV2 dan
CV3. Batas bawah tulang CV4 mulai tampak cekung pada tahap ini. Anatomi tulang
CV3 dan CV4 persegi panjang.
d. Deceleration
Konkavitas tulang semakin meningkat pada batas bawah tulang CV 2, CV3 dan
CV4. Anatomi tulang CV3 dan CV4 hampir menyerupai pesegi.
e. Maturation
Konkavitas tulang semakin dalam pada batas bawah tulang CV 2, CV3 dan
CV4. Anatomi tulang CV3 dan CV4 menyerupai pesegi.

f. Completion
Terlihat konkavitas tulang yang dalam pada batas bawah tulang CV 2, CV3 dan
CV4. Tinggi tulang CV3 dan CV4 lebih besar daripada lebarnya.

Gambar 5. Maturitas tulang vertebra servikalis5

2.2. Pertumbuhan Wajah dalam Arah Vertikal
Dasar tengkorak anterior (SN) digunakan sebagai garis acuan untuk
menentukan kecuraman dari dataran mandibula (MP). Individu dengan sudut MP SN
yang lebih besar cenderung memiliki wajah yang lebih panjang. Hal ini disebabkan
karena rahang bawah berputar menjauhi rahang atas selama perkembangan sehingga
menambah panjang vertikal wajah. Sebaliknya, individu dengan sudut MP SN yang
lebih kecil cenderung memiliki wajah yang lebih pendek karena rahang bawah
berputar mendekati rahang atas.10
Tinggi wajah bagian bawah dibentuk oleh tinggi gigi

geligi dan rahang.

Tinggi wajah juga dipengaruhi oleh sudut gonion dari mandibula. Individu dengan

sudut gonion yang tinggi cenderung memiliki wajah yang panjang, sedangkan
individu dengan sudut gonion yang lebih kecil cenderung memiliki wajah yang
pendek (gambar 6). Keadaan ini tercermin pada hubungan oklusal. Wajah yang
pendek cenderung memiliki overbite yang dalam sedangkan wajah yang panjang
cenderung memiliki gigitan terbuka anterior. 19

Gambar 6. Perbandingan besar sudut gonion6

2.3. Lengkung Gigi
Lengkung gigi terdiri dari lengkung superior yang dikenal dengan maksila dan
lengkung inferior yang dikenal dengan mandibula. Lengkung gigi berbeda pada setiap
individu meskipun mereka adalah anak kembar. Hal ini dibuktikan oleh Lundstrom
(1948) melalui penelitiannya terhadap 50 pasang anak kembar monozigot dan 50
pasang kembar dizigot.21

2.3.1. Pengertian
Menurut Moorrees dan Reed, lengkung gigi adalah lengkung yang dibentuk
oleh susunan mahkota gigi,22 sedangkan Barber menyatakan bahwa lengkung gigi
atau dental arch merupakan suatu garis lengkung imaginer yang menghubungkan
sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah (gambar 7).23
Moyers membedakan lengkung gigi atas dua bagian, yaitu lengkung alveolar
dan lengkung basal. Lengkung basal merupakan bagian dari masing

masing rahang

yang telah ada sebelum gigi erupsi, bahkan ketika gigi dan prosessus alveolaris
hilang. Lengkung alveolar adalah tempat gigi tertanam di dalam tulang basal. 22

Gambar 7. Lengkung gigi24

2.3.2. Lebar Lengkung Gigi
Titik referensi untuk mengukur lebar lengkung gigi bervariasi. Raberin (1993)
menggunakan puncak tonjol kaninus, tonjol mesio-bukal molar pertama permanen

dan tonjol disto-bukal molar kedua permanen sebagai titik referensi. 23 Moyers
menggunakan titik puncak kaninus.22 Foster et al (2008) menggunakan puncak tonjol
kaninus, puncak tonjol bukal dan bagian labial yang paling lebar pada premolar,
puncak mesio-bukal, fossa sentral, bagian bukal yang paling lebar dan bagian lingual
yang paling sempit pada molar pertama (gambar 8).11 Keakuratan hasil pengukuran
lebar lengkung gigi tergantung pada ketepatan dalam menentukan titik

titik

referensi.25

Gambar 8. Titik referensi menurut Foster et al11

2.3.3. Pengukuran Lebar Lengkung Gigi
Bermacam

macam cara pengukuran lebar lengkung gigi telah diperkenalkan

oleh para ahli. Mills (1965) mengukur lebar lengkung gigi dengan menggunakan gigi
premolar kedua dan molar pertama permanen sebagai patokan. Lebar lengkung pada
regio premolar kedua diukur dengan cara menghitung jarak antara puncak tonjol gigi

premolar pertama kanan dan kiri. Sedangkan pada regio molar pertama permanen,
pengukuran dilakukan dari fisur bukal ke fisur bukal gigi molar pertama permanen
yang berseberangan (gambar 9).25

Gambar 9. Titik referensi menurut Mills25

Rakosi (1993) membagi lebar lengkung gigi ke dalam dua bagian. Pada
mandibula, lebar lengkung anterior adalah jarak yang diukur dari titik kontak fasial
premolar pertama kiri ke kanan, sedangkan lebar lengkung posterior adalah jarak
antara tonjol medio-bukal gigi molar pertama permanen kiri dan kanan. Pada maksila,
lebar lengkung anterior adalah jarak yang diukur dari titik terendah fisur transversal
gigi premolar pertama kiri ke kanan, sedangkan lebar lengkung posterior adalah jarak
titik pertemuan fisur transversal dengan fisur bukal gigi molar pertama kiri dan kanan
(gambar 10).26

Gambar 10. Titik referensi menurut Rakosi26

2.4. Hubungan

Dimensi

Vertikal

Tulang Vertebra Sevikalis

dengan

Pertumbuhan Wajah dalam Arah Vertikal
Menurut Bench (1963), leher panjang jarang ditemui pada individu dengan
tipe wajah yang pendek, sebaliknya leher pendek pada individu yang berwajah
panjang.7 Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil penelitian Karlsen (2004) terhadap
kelompok usia 12

15 tahun, tetapi tidak untuk kelompok usia 6

12 tahun.6

Tulang vertebra servikalis mempengaruhi pertumbuhan mandibula. 4,5,8
O Reilly (1998) menemukan korelasi yang signifikan pada panjang korpus, tinggi
ramus dan panjang mandibula selama pertumbuhan tulang vertebra servikalis pada
wanita ras Kaokasoid usia 9

15 tahun. Hal ini menjelaskan bahwa tulang vertebra

servikalis mempengaruhi pertumbuhan mandibula yang nantinya akan mempengaruhi
pola vertikal wajah.4
Bjork (1969) menyatakan bahwa pertumbuhan mandibula juga dipengaruhi
oleh arah rotasinya. Individu dengan tipe wajah yang pendek memiliki rotasi

mandibula ke arah depan dengan sudut gonion yang lebih kecil sedangkan individu
dengan wajah yang panjang memiliki rotasi mandibula ke arah bawah dengan sudut
gonion yang lebih besar.13,27,28
CV2 atau axis, merupakan vertebra servikalis yang paling tinggi dan paling
lebar. Karslen (2004) menemukan bahwa individu dengan sudut MP

SN yang kecil,

rata - rata jarak GoCV2 adalah 2,4 mm pada usia 6 tahun, 2,6 mm pada usia 12 tahun,
dan 1,4 mm pada usia 15 tahun. Sedangkan, pada individu dengan sudut MP

SN

yang besar, jaraknya secara signifikan lebih panjang dengan rata-rata 8,2 mm pada
usia 6 tahun, 9,4 mm pada usia 12 tahun dan 7,1 mm pada usia 15 tahun.6
Posisi vertikal Go memegang peranan pada perkembangan wajah dalam arah
vertikal, terutama perkembangan wajah bagian bawah. Pada gambar 11a terlihat
bahwa individu dengan sudut MP

SN yang besar memiliki jarak GoCV2 yang lebih

basar. Sebaliknya, individu dengan sudut MP

SN yang kecil memiliki jarak GoCV2

yang lebih kecil (gambar 11b).6

Gambar 11a. Jarak GoCV2 pada tipe wajah panjang7

Gambar 11b. Jarak GoCV2 pada tipe wajah pendek7

2.5. Hubungan Dimensi Vertikal Wajah dengan Lebar Lengkung Gigi
Bentuk vertikal wajah telah dihubungkan dengan lebar lengkung gigi.
Isaacson et al melaporkan bahwa lebar intermolar maksila lebih kecil pada individu
yang memiliki wajah panjang daripada individu yang berwajah pendek. 10,11
Pada penelitian Foster et al (2008) mengenai hubungan bentuk vertikal wajah
dengan lebar lengkung gigi terlihat bahwa terdapat hubungan antara sudut dataran
mandibula dengan lebar lengkung gigi maksila pada regio kaninus, premolar pertama,
premolar kedua dan molar pertama pada laki-laki. Sedangkan pada perempuan hanya
pada regio premolar kedua. Pada lengkung mandibula, terlihat bahwa pada laki-laki
terdapat hubungan yang signifikan antara sudut dataran mandibula dengan lebar
interkaninus dan interpremolar pertama mandibula.11
Otot-otot mempengaruhi hubungan antara lebar lengkung gigi dan dimensi
vertikal wajah. Kiliaridis et al (2003)

telah menggambarkan pengaruh otot-otot

pengunyahan terhadap lebar lengkung gigi. Individu dengan otot elevator mandibula
yang kuat cenderung memiliki dimensi transversal yang lebih lebar.11,16
Otot pengunyahan yang kuat sering dihubungkan dengan bentuk brachyfasial
atau yang lebih dikenal dengan wajah pendek. Hiperfungsi otot ini disebabkan oleh
terjadinya suatu peningkatan muatan mekanis pada rahang. Ini dapat menyebabkan
induksi perkembangan sutura dan aposisi tulang yang kemudian menyebabkan
peningkatan pertumbuhan transversal rahang dan basis tulang pada lengkung gigi.11

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan cross
sectional.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi penelitian

: Klinik Ortodonti FKG USU

3.2.2. Waktu penelitian

: Oktober 2010 - Maret 2011

3.3. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKG USU
3.4. Sampel Penelitian
Besar sampel ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Z  Z 


N 
 3
 0,5 In(1  r ) /(1  r )
2

Setelah dilakukan penelitian pendahuluan terhadap 5 subjek yang dipilih
secara acak, diperoleh nilai korelasi (r) antara dimensi vertikal tulang vertebra
servikalis dengan lebar posterior mandibula sebesar 0,7. Kesalahan tipe I ditetapkan
sebesar 5 % dengan Z sebesar 1,645 dan kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10 %
dengan Z sebesar 1,282. Maka jumlah sampel minimun adalah :



1,645  1,282
N 
  3  14
 0,5 In(1  0,7) /(1  0,7)
2

3.4.1. Kriteria Inklusi
a.

Belum mendapat perawatan ortodonti.

b.

Ras Deutro-Melayu.

c.

Tahapan maturitas tulang vertebra servikalis sudah selesai (Terlihat

konkavitas tulang yang dalam pada batas bawah tulang CV2, CV3 dan CV4. Tinggi
tulang CV3 dan CV4 lebih besar daripada lebarnya.)
d.

Seluruh gigi permanen lengkap sampai M2.

e.

Pergeseran midline

f.

Hubungan Molar klas I angle.

g.

Overjet dan overbite normal.

h.

Crowded dan diastema

i.

Tidak ada karies, tambalan aproksimal dan onlay.

j.

Kualitas foto lateral sefalometri baik.

2 mm pada rahang atas dan rahang bawah.

2mm masih dapat diterima.

3.4.2. Kriteria Eksklusi
Mahasiswa menolak untuk berpartisipasi.
3.5. Variabel Penelitian
3.5.1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dimensi vertikal tulang vertebra
servikalis.

3.5.2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah lebar lengkung gigi, yaitu lebar
anterior maksila, posterior maksila, anterior mandibula dan posterior mandibula.
3.6. Defenisi Operasional
3.6.1. Pada sefalometri
a.

Dimensi vertikal tulang vertebra servikalis (BaCV 4) adalah tinggi leher

yang diukur dari basion ke batas bawah tulang vertebra servikalis keempat.6
b. Sella (S) adalah titik pertengahan sella. 6
c.

Basion (Ba) adalah margin anterior foramen magnum. 6

d. CV4 adalah batas bawah anterior tulang vertebra servikalis keempat. 6
e.

Porion (Po) adalah batas atas saluran telinga. 6

f.

Orbital (Or) adalah batas bawah orbital.6

3.6.2. Pada model studi
a.

Lebar anterior maksila adalah jarak yang diukur dari titik terendah fisur

transversal gigi premolar pertama kiri ke kanan. 26
b. Lebar posterior maksila adalah jarak yang diukur dari titik pertemuan
fisur transversal dengan fisur bukal gigi molar pertama kiri ke kanan.26
c.

Lebar anterior mandibula adalah jarak yang diukur dari titik kontak fasial

antara premolar pertama dan kedua kiri ke kanan.26
d. Lebar posterior mandibula adalah jarak yang diukur dari tonjol mediobukal molar pertama kiri ke kanan.26

3.6.3. Ras Deutro-Melayu adalah penduduk Indonesia yang bersuku Aceh
(kecuali Gayo dan Alas), Melayu, Minangkabau. Betawi, Sunda, Jawa, Madura, Bali,
Makasar, Bugis dan Menado.
3.6.4.

Hubungan Molar klas I adalah cusp mesio-bukal molar satu permanen

atas jatuh pada groove bukal molar pertama permanen bawah.
3.6.5. Overjet normal adalah suatu keadaan dimana relasi horizontal gigi
insisivus rahang atas dengan permukaan labial gigi insisivus rahang bawah berjarak
1-3 mm.
3.6.6. Overbite normal adalah suatu keadaan dimana gigi insisivus rahang
atas menutupi 5

20 % tinggi mahkota gigi insisivus rahang bawah.

3.6.7. Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal
3.6.8. Diastema adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang
seharusnya berkontak.
3.7. Alat dan Bahan
3.7.1. Alat
a. Kaca mulut
b. Sendok cetak merk Asco No 1 dan 2
c. Lecron merk SMIC
d. Rubber bowl
e. Spatel
f. Tracing box
g. Pensil mekanik 2B 0,7

h. Penggaris logam merk Joy-Art
i. Digital kaliper merk Mitutoyo dengan ketelitian 0,05 mm
3.7.2. Bahan
a. Alginate (Hygedent)
b. Dental stone (Fujirock)
c. Gyps
d. Foto lateral sefalometri
e. Tracing paper
3.8. Cara Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan cara sebagai berikut :
a) Pemeriksaan model studi preklinik mahasiswa FKG USU.
b) Mencari mahasiswa yang studi modelnya memenuhi kriteria inklusi untuk
dilakukan pemeriksaan klinis dan pengisian kuesioner.
c) Mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi subjek
penelitian mengisi informed consent.
d) Pengambilan foto lateral sefalometri di Laboratorium Pramitha (Jln.
Diponegoro No.37 Medan) dan pencetakan rahang pada mahasiswa yang memenuhi
kriteria inklusi.
e) Penapakan foto lateral sefalometri.
f)
Karlsen.

Pengukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan metode

g) Menentukan titik referensi, yaitu S, Ba, CV4, Po dan Or. Hubungkan titik
Po dengan Or. Kemudian tarik garis tegak lurus dari titik S terhadap garis Po-Or.
Proyeksikan titik Ba dan CV4 ke garis tersebut. Dimensi vertikal tulang vertebra
servikalis adalah jarak titik Ba dan CV 4 yang telah diproyeksikan (gambar 12).

Gambar 12. Titik dan garis referensi pada sefalometri 6

h) Pengukuran lebar lengkung gigi dengan menggunakan metode Rakosi.
i)

Lebar anterior dan posterior dari maksila dan mandibula diukur pada

semua sampel. Pada maksila, lebar anterior diukur dengan cara menghitung jarak dari
titik terendah fisur transversal gigi premolar pertama kiri ke kanan, sedangkan lebar
posterior adalah jarak dari titik pertemuan fisur transversal dengan fisur bukal gigi
molar pertama kiri ke kanan. Pada mandibula, lebar anterior diukur dengan
menghitung jarak dari titik kontak fasial antara premolar pertama dan kedua kiri ke
kanan, sedangkan untuk lebar posterior jarak dari tonjol medio-bukal molar pertama
kiri ke kanan (gambar 13)

Gambar 13. Titik dan garis referensi pada model studi26

j)

Pengukuran dilakukan dua kali. Pengukuran kedua dilakukan tiga hari

kemudian setelah pengukuran pertama selesai dilakukan pada semua sampel.
Kemudian data diuji secara statistik. Data dikatakan valid apabila hasilnya tidak
berbeda secara nyata.
3.9. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18.
3.10. Analisis Data
a) Dihitung rerata dan standar deviasi tinggi tulang vertebra servikalis dan
lebar lengkung gigi pada semua sampel.
b) Dianalisis hubungan antara tinggi tulang vertebra sevikalis dengan lebar
lengkung gigi. Jika distribusi data dari kedua kelompok normal, analisis yang
digunakan adalah korelasi Pearson s, tetapi jika distribusi salah satu kelompok atau
kedua kelompok tidak normal, analisis yang digunakan adalah korelasi Spearman.

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 14 orang perempuan ras Deutro-Melayu. Sampel
diambil dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang
masih aktif mengikuti pendidikan dan memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap sampel, dapat dilihat gambaran
rerata dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan lebar lengkung gigi mahasiswa
FKG-USU ras Deutro-Melayu (Tabel 1).
Tabel 1.

RERATA UKURAN DIMENSI VERTIKAL TULANG VERTEBRA
SERVIKALIS DAN LEBAR LENGKUNG GIGI PADA MAHASISWA FKG
USU RAS DEUTRO-MELAYU

Pengukuran

N

BaCV4

Lebar anterior maksila

Lebar posterior maksila

Lebar anterior mandibula

Lebar posterior mandibula

Rata

rata

(mm)

80,64

14

37,46
48,27
36,81
47,98

Simpangan baku
(mm)
2,32
1,32
2,50
1,48
2,54

Tabel 1 menunjukkan nilai rerata dimensi vertikal tulang vertebra servikalis
dan lebar lengkung gigi mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu. Nilai rerata
dimensi vertikal tulang vertebra servikalis adalah 80,64 mm. Nilai rerata lebar
lengkung gigi anterior adalah 37,46 mm pada maksila dan 36,81 mm pada mandibula.

Sedangkan nilai rerata lebar lengkung gigi posterior adalah 48,27 mm pada maksila
dan 47,98 mm pada mandibula.
Hubungan antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar
lengkung gigi diperoleh dengan uji hipotesis korelasi Pearson s. Hal ini disebabkan
karena semua data terdistribusi secara normal. Uji hipotesis korelasi antara dimensi
vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar lengkung gigi dilakukan untuk masing
masing pengukuran lebar lengkung gigi, yaitu lebar anterior dan posterior baik pada
maksila maupun mandibula (tabel 2)
Tabel 2. HUBUNGAN DIMENSI VERTIKAL TULANG VERTEBRA SERVIKALIS

DENGAN LEBAR LENGKUNG GIGI PADA MAHASISWA FKG USU RAS
DEUTRO-MELAYU (UJI KORELASI PEARSON S)

P

Lebar anterior maksila

0,144

Lebar anterior mandibula

0,187

Lebar posterior maksila

Lebar posterior mandibula

BaCV4

r (Pearson s)
-0,411

0,009

-0,667**

0,006

-0,690**

**. Korelasi bermakna adalah signifikan pada taraf uji p
( r ) = 0,21 0,40  lemah
( r ) = 0,41 0,60  sedang
( r ) = 0,61 0,80  cukup kuat

-0,374

0.01

Hasil uji korelasi Pearson s antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis
dengan lebar lengkung gigi anterior maksila diketahui sebesar -0,411. Hal ini
menunjukkan bahwa kekuatan korelasinya sedang dengan nilai signifikan (p) yang
tidak bermakna, yaitu sebesar 0,144.

Hubungan antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar
lengkung gigi anterior mandibula juga memiliki nilai signifikan yang tidak bermakna,
yaitu sebesar 0,187 dengan nilai kekuatan korelasi uji Pearson s sebesar -0,374. Hal
ini menyatakan bahwa hubungan korelasi antara kedua variabel tersebut lemah.
Hasil korelasi antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan lebar
lengkung gigi posterior baik pada maksila maupun mandibula memiliki nilai
signifikan yang bermakna pada level p