Hubungan Dimensi Vertikal Antara Tulang Vertebra Servikalis dan Pola Wajah Pada Oklusi Normal.

(1)

HUBUNGAN DIMENSI VERTIKAL ANTARA TULANG

VERTEBRA SERVIKALIS DAN POLA WAJAH PADA

OKLUSI NORMAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SOLI N. TAMBUNAN NIM : 070600052

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti Tahun 2011

Soli N Tambunan

Hubungan Dimensi Vertikal Antara Tulang Vertebra Servikalis dan Pola Wajah Pada Oklusi Normal

xi + 44 halaman

Tubuh manusia mengalami perubahan dimensi sepanjang hidup.2 Fungsi tulang vertebra servikalis bersama dengan diskus intervertebra adalah mendukung leher. Pertumbuhan wajah akan mempengaruhi fungsi stogmatognati. Tulang vertebra servikalis dan wajah memiliki fungsi yang berbeda tetapi berdasarkan penelitian terdahulu tulang vertebra servikalis dan wajah memiliki keterkaitan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan vertikal dimensi antara tulang vertebra servikalis dan pola wajah pada oklusi normal.

Penelitian ini menggunakan 31 sampel foto sefalometri lateral yang diperoleh dari mahasiswa FKG USU. Pengukuran dimensi vertikal vertebra servikalis dan dimensi vertikal wajah menggunakan metode Karlsen.

Setelah dilakukan pengukuran, hasil yang didapat adalah nilai rerata dimensi vertikal tulang vertebra servikalis (BaCV4) yaitu 80,565mm dengan SD ±4,9728 dan nilai rerata dimensi vertikal wajah (MP-SN) yaitu 28 dengan SD ±5,2978 yang menunjukkan bahwa sampel penelitian memiliki dimensi vertikal wajah yang normal. Hubungan dimensi vertikal antara tulang vertebra servikalis dan pola wajah terdapat


(3)

korelasi yang signifikan dan bernilai negatif. Semakin besar nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin kecil dimensi vertikal wajah. Semakin kecil nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin besar dimensi vertikal wajah.

Kesimpulannya adalah individu dengan leher yang pendek cenderung memiliki wajah yang panjang dan individu dengan leher yang panjang cenderung memiliki wajah yang pendek.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 2 Mei 2011

Pembimbing : Tanda tangan

1. Ervina S, drg., Sp.Ort ... NIP : 19800323 200812 2 002


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 2 Mei 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K) ANGGOTA : Siti Bahirrah, drg


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin,drg.,Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) selaku Ketua Departemen Ortodonti. 3. Ervina S, drg., Sp.Ort selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi dan meluangkan waktu dalam membimbing serta mengarahkan penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Muslim Yusuf, drg., Sp.Ort (K) dan Siti Bahirrah, drg selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan kepada penulis.

5. Seluruh staf pengajar di bagian ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi saran dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Drs. Ahmad Jalil selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kesehatan Masyarakat atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.


(7)

7. Siti Wahyuni,drg selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberi motivasi kepada penulis selama pendidikan akademik.

8. Ibunda Dinawati Tarigan, S.Pd yang selalu memberi dukungan, semangat dan doa kepada penulis.

9. Saudara penulis Benny Tambunan, Dian Tambunan, Gani Tambunan dan Mirna Tambunan yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis.

10. Teman dan sahabat terbaik penulis Kendri Malau yang selalu mendukung, memberi semangat dan meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Seluruh teman penulis diangkatan 2007 yang telah memberi dukungan dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan bagi masyarakat.

Medan, 19 April 2011 Penulis,

(Soli N.Tambunan)


(8)

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ...

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Hipotesis ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5 

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vertebra servikalis ... 6

2.1.1 Pembagian vertebra servikalis... 6

2.1.2 Struktur Anatomi Vertebra Servikalis ... 7

2.2 Keterkaitan Vertebra Servikalis pada Ilmu Kedokteran Gigi ... 11

2.3 Dimensi Vertikal Tulang Vertebra servikalis ... 11

2.4 Dimensi Vertikal Wajah ... 13

2.5 Sefalometri Lateral Sebagai Alat Bantu Ukur Untuk Melihat Perkembangan Vertikal Vertebra Servikalis dan Pertumbuhan Wajah Vertikal ... 16 2.6 Hubungan Dimensi Vertikal Antara Tulang Vertebra


(9)

Servikalis Terhadap Pola Wajah ... 22

BAB 3 MEDOTE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.3 Populasi ... 27

3.4 Sampel Penelitian ... 27

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 28

3.4.2 Kriteria eksklusi ... 28

3.5 Variabel-Variabel Penelitian ... 29

3.5.1 Variabel Bebas ... 29

3.5.2 Variabel Tergantung... 29

3.6 Definisi Operasional ... 29

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 30

3.7.1 Alat ... 30

3.7.2 Bahan ... 30

3.8 Cara Pengumpulan Data ... 30

3.9 Pengolahan Data ... 32

3.10 Analisis Data ... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 33

BAB 5 PEMBAHASAN ... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 41

6.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Rerata pengukuran dimensi vertikal vertebra servikalis pada

oklusi normal...………... 33 2. Rerata pengukuran dimensi vertikal wajah pada oklusi

normal……...……….………. 33 3. Hubungan antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis

dengan pola wajah pada oklusi normal


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Spinal column, pandangan lateral and posterior... 7

2. Vertebra Servikalis 1 (Tulang Atlas) ... 8

3. Vertebra Servikalis 2 (Axis/Epistropheus) ... 9

4. Vertebra Servikalis 3-6 (Vertebra Servikalis Tipikal) ... 10

5. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens) ... 10

6. Pertumbuhan tulang vertebra servikalis yang mengalami peningkatan pertumbuhan setiap tahun... 12

7. Pengukuran dimensi vertikal wajah berdasarkan penilaian proporsi wajah yaitu tinggi wajah anterior bagian atas dan tinggi wajah anterior bagian bawah... 13

8. Pada gambar kiri profil wajah pasien terjadi pengurangan tinggi wajah anterior bagian bawah, sedangkan pada gambar kanan memperlihatkan oklusi pasien dimana pengurangan tinggi wajah anterior bagian bawah cenderung mengalami deepbite... 14

9. Individu dengan tinggi wajah anterior bagian bawah yang besar cenderung memiliki openbite anterior... 15

10. Garis-Garis Referensi Untuk Mengukur Pertumbuhan Wajah dalam Arah Vertikal... 16


(12)

12. Titik-titik referensi yang digunakan untuk pengukuran

pertumbuhan vertikal vertebra servikalis dan pertumbuhan wajah vertikal pada sefalogram... 22 13. (a) Subjek dengan sudut kranio-servikal yang kecil cenderung

memiliki tinggi wajah anterior yang kecil dan inklinasi

mandibular plane kecil; (b) Subjek dengan dengan sudut kranio-servikal yang besar cenderung memiliki tinggi wajah anterior yang lebih besar dan inklinasi mandibular

plane besar... 23 14. (a) Subjek dengan sudut kranio-servikal yang kecil cenderung

mengalami rotasi mandibula kedepan; (b) Subjek dengan sudut kranio-servikal yang besar cenderung mengalami pertumbuhan

mandibula dalam arah vertikal... 24 15. Jarak Vertikal Antara Go dan CV2 ... . 26


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kerangka teori 2. Kerangka konsep

3. Pemeriksaan klinis pasien 4. Surat Pernyataan Persetujuan

5. Hasil pengukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan dimensi vertikal wajah pada oklusi normal

6. Hasil perhitungan statistik dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan dimensi vertikal wajah pada oklusi normal


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonti Tahun 2011

Soli N Tambunan

Hubungan Dimensi Vertikal Antara Tulang Vertebra Servikalis dan Pola Wajah Pada Oklusi Normal

xi + 44 halaman

Tubuh manusia mengalami perubahan dimensi sepanjang hidup.2 Fungsi tulang vertebra servikalis bersama dengan diskus intervertebra adalah mendukung leher. Pertumbuhan wajah akan mempengaruhi fungsi stogmatognati. Tulang vertebra servikalis dan wajah memiliki fungsi yang berbeda tetapi berdasarkan penelitian terdahulu tulang vertebra servikalis dan wajah memiliki keterkaitan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan vertikal dimensi antara tulang vertebra servikalis dan pola wajah pada oklusi normal.

Penelitian ini menggunakan 31 sampel foto sefalometri lateral yang diperoleh dari mahasiswa FKG USU. Pengukuran dimensi vertikal vertebra servikalis dan dimensi vertikal wajah menggunakan metode Karlsen.

Setelah dilakukan pengukuran, hasil yang didapat adalah nilai rerata dimensi vertikal tulang vertebra servikalis (BaCV4) yaitu 80,565mm dengan SD ±4,9728 dan nilai rerata dimensi vertikal wajah (MP-SN) yaitu 28 dengan SD ±5,2978 yang menunjukkan bahwa sampel penelitian memiliki dimensi vertikal wajah yang normal. Hubungan dimensi vertikal antara tulang vertebra servikalis dan pola wajah terdapat


(15)

korelasi yang signifikan dan bernilai negatif. Semakin besar nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin kecil dimensi vertikal wajah. Semakin kecil nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin besar dimensi vertikal wajah.

Kesimpulannya adalah individu dengan leher yang pendek cenderung memiliki wajah yang panjang dan individu dengan leher yang panjang cenderung memiliki wajah yang pendek.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulang vertebra servikalis memiliki pengaruh dalam proses tumbuh kembang kraniofasial. Berdasarkan hal tersebut, memungkinkan tulang vertebra servikalis mempengaruhi kestabilan pertumbuhan mandibula maupun wajah seseorang. Analisa suatu maloklusi dalam perawatan ortodonti dilakukan dalam 3 arah yaitu sagital, vertikal dan transversal. Dimensi vertikal biasanya berkaitan dengan pengukuran tinggi wajah dan pola pertumbuhan mandibula dalam arah vertikal.1 Pemeriksaan terhadap pertumbuhan wajah dalam arah vertikal berperan dalam menegakkan diagnosis dan penyusunan rencana perawatan ortodonti.

Tubuh manusia mengalami perubahan dimensi sepanjang hidup. Pertumbuhan wajah berkaitan erat dengan pertumbuhan tubuh secara keseluruhan dan sangat cepat selama masa pubertas. Gambaran sefalometri menunjukkan bahwa laju pertumbuhan wajah tidak konstan selama periode pertumbuhan. Puncak pubertas pertumbuhan wajah memiliki variasi yang besar di antara pasien. Berbagai indikator untuk mengevaluasi pertumbuhan wajah pada pasien ortodonti antara lain kematangan somatik, seksual, skeletal, dan gigi.2

Salah satu indikator untuk mengevaluasi pertumbuhan wajah adalah dengan memperhatikan kematangan skeletal. Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang dapat dilihat dari


(17)

kematangan skeletal antara lain tinggi badan, pengukuran handwrist, perubahan suara, perkembangan gigi, perubahan seks sekunder, dan vertebra servikalis.3-6

Banyak laporan penelitian yang memperlihatkan vertebra servikalis dapat menjadi cara alternatif dalam menilai kematangan skeletal.7 Penelitian Paloma (2002) yang mengacu pada penelitian Lamparski, Hassel dan Farman memperlihatkan bahwa kematangan skeletal ditentukan oleh perkembangan vertebra servikalis. Penelitian ini menggunakan perubahan anatomi vertebra servikalis untuk menentukan kematangan tulang vertebra servikalis dengan melihat kecekungan dari batas bawah vertebra servikalis, tinggi vertebra servikalis, dan bentuk vertebra servikalis.8 Mito et al (2002) mengemukakan bahwa usia tulang vertebra servikalis adalah cara objektif untuk mengevaluasi kematangan skeletal dengan melihat perubahan kematangan pada tubuh vertebra servikalis ketiga dan keempat dari sefalogram lateral.9

Beberapa penelitian terdahulu menghubungkan pertumbuhan wajah dalam arah vertikal dengan vertebra sevikalis atau yang sering disebut juga denga istilah tulang leher. Laporan penelitian Bench mengemukakan bahwa pertumbuhan vertikal dari wajah setelah pubertas memiliki korelasi yang tinggi dengan pertumbuhan leher, sehingga pasien dengan wajah dolikosefali sering memiliki tulang vertebra servikalis yang lurus dan panjang.10 Penelitian Beni Solow dan Andrew Sandham (2002) mengenai postur kranio-servikal dapat mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Tujuan penelitian tersebut adalah ingin melihat bagaimana hubungan postur kranio-servikal dalam mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Hasilnya menunjukkan bahwa pada subjek dewasa yang memiliki sudut kranio-servikal yang kecil memperlihatkan tinggi wajah anterior yang


(18)

kecil dan inklinasi mandibular plane kecil. Subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang besa memperlihatkan tinggi wajah anterior yang besar dan inklinasi

mandibular plane besar. Pada subjek anak-anak dan remaja, terdapat perbedaan postur kranio-servikal menghasilkan perbedaan tipe dari perkembangan wajah. Subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang kecil diikuti dengan pertumbuhan kedepan dari maksila dan mandibula. Sedangkan subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang besar diikuti dengan perkembangan wajah vertikal, dapat terlihat perubahan posisi vertikal dari tulang hyoid.11

Penelitian Karlsen (2004) melihat hubungan antara perkembangan vertikal dari tulang vertebra servikalis dan pola pertumbuhan wajah dalam arah vertikal dari sefalogram lateral pada populasi Oslo Growth Material departemen Ortodonti,

University of Oslo, Norwegia. Tujuan penelitiannya adalah ingin melihat hubungan perkembangan vertikal tulang vertebra servikalis terhadap pola wajah dalam arah vertikal. Rentang usia subjek penelitian berkisar 6 sampai 15 tahun yang dibagi dalam 2 kelompok dengan sudut MP-SN yang kecil (≤ 25°) dan anak-anak dengan sudut MP-SN yang besar (≥35°). Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalometri untuk mengukur pertumbuhan wajah vertikal yaitu NGn (Tinggi Wajah Anterior Total), NSp (Tinggi Wajah Anterior Atas), SpGn (Tinggi Wajah Anterior Bawah), SGo (Tinggi Wajah Posterior Total), SPm (Tinggi Wajah Posterior Atas), PmGo (Tinggi Wajah Posterior Bawah) dan CdGo (Tinggi Ramus Mandibula). Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalometri lateral untuk mengukur pertumbuhan vertebra servikalis dalam arah vertikal atau menggunakan variabel vertebra servikalis yaitu BaCV4 (total dimensi vertikal vertebra servikalis atas),


(19)

SCV2 (posisi vertikal vertebra servikalis 2 relatif terhadap basis kranial), SCV3 (posisi vertikal vertebra servikalis 3 relatif terhadap basis kranial), SCV4 (posisi vertikal vertebra servikalis 4 relatif terhadap basis kranial). Hasilnya menunjukkan bahwa wajah yang panjang ditemukan pada orang yang memiliki leher pendek sedangkan wajah pendek ditemukan pada orang yang memiliki leher panjang.12

Berdasarkan hal diatas, terdapat perbedaan hasil penelitian Beni Solow dan Andrew Sandham, Bench dan Karlsen ditinjau dari segi usia. Mengingat faktor kematangan skeletal dapat mempengaruhi perkembangan maloklusi, maka perlu dilakukan penelitian awal terhadap subjek normal. Selain itu hasil penelitian diharapkan dapat mengacu pada nilai normal.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan dimensi vertikal antara tulang vertebra servikalis dan pola wajah pada oklusi normal?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan dimensi vertikal antara tulang vertebra servikalis dan pola wajah pada oklusi normal.

1.4 Hipotesis

Ada hubungan dimensi vertikal antara tulang vertebra servikalis dan pola wajah pada oklusi normal.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu parameter dalam menegakkan diagnosa untuk menyusun rencana perawatan pada pasien ortodonti.


(20)

2. Hasil penelitian merupakan penelitian pendahuluan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vertebra Servikalis

Vertebra servikalis adalah bagian bawah kepala dengan ruas-ruas tulang leher yang berjumlah 7 buah (CV I – CV VII).13,14 Vertebra servikalis merupakan bagian terkecil di tulang belakang. Secara anatomi vertebra servikalis dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3 sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki struktur anatomi yang unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus, antara lain CV1 disebut atlas, CV2 disebut axis, dan CV7 disebut prominens vertebra.15 Ruas tulang leher umumnya mempunyai ciri yaitu badannya kecil dan persegi panjang, lebih panjang dari samping ke samping daripada dari depan ke belakang. Vertebra servikalis mempunyai korpus yang pendek dan korpus ini berbentuk segiempat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari atas. Tebal korpus bagian depan dan bagian belakang sama. Lengkungnya besar mengakibatkan prosesus spinosus di ujungnya memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya berlubang-lubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis.16

2.1.1 Pembagian Vertebra Servikalis

Ada 7 vertebra servikalis, tiga diantaranya memiliki struktur anatomi yang unik dan telah diberi nama khusus. Vertebra servikalis 1 disebut atlas, vertebra servikalis 2 disebut axis, dan vertebra servikalis 7 disebut vertebra prominens.15


(22)

Gambar 1. Spinal column, pandangan lateral and posterior15 2.1.2 Struktur Anatomi Vertebra Servikalis

Secara anatomi vertebra servikalis dibagi menjadi dua daerah: daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3 sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas-ruas servikal yang memiliki struktur anatomi yang unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus, antara lain CV1 disebut atlas, CV2 disebut axis, dan CV7 disebut prominens vertebra. Sedangkan Vertebra servikalis 3-6 disebut vertebra


(23)

servikalis tipikal karena vertebra servikalis ini memiliki ciri-ciri umum vertebra servikalis.15

a. Vertebra Servikalis 1 (Tulang Atlas)

Vertebra servikalis pertama dikenal sebagai atlas dimana berperan sebagai pendukung seluruh tengkorak.15 Atlas berbeda dengan vertebra servikalis lainnya karena tidak mempunyai korpus sehingga bentuknya hampir seperti cincin. Atlas tidak mempunyai prosesus spinosus namun memiliki tuberkulum posterior yang kecil yang berguna agar pergerakan kepala atau kranium lebih bebas. Atlas berbentuk cincin atau lingkaran yang dibagi dua yaitu lengkung depan disebut arkus anterior dan lengkung belakang disebut arkus posterior. Terlihat massa yang agak lebar pada pertemuan arkus anterior dan arkus posterior dan disebut massa lateralis. Tiap massa lateralis di bagian atas terdapat permukaan berbentuk oval dan konkaf disebut fovea artikularis superior dan permukaan ini bersendi dengan tulang kranium. Di bagian bawah tiap massa terdapat fasies artikularis yang bersendi dengan vertebra servikalis 2 (Epistropheus). Di bagian samping massa lateralis terdapat prosesus transversus dan foramen transversum.13

Gambar 2. Vertebra Servikalis 1 (Tulang Atlas)15 b. Vertebra Servikalis 2 (Axis/Epistropheus)


(24)

Axis adalah yang terbesar dari semua vertebra servikalis. Kepala berputar di sekitar tulang axis.14Terdapat penonjolan tulang keatas dari permukaan atas korpus disebut dens epistropheus atau disebut juga prosesus odontoid (odontoid process).12 Prosesus odontoid mirip dengan gigi .15 Permukaan depan dan belakang dari dens didapati permukaan persendian disebut fasies artikularis anterior dan posterior. Pada tulang ini prosesus transversus tidak jelas.13

Gambar 3. Vertebra Servikalis 2 (Axis/Epistropheus)15

c. Vertebra Servikalis 3-6 ( Vertebra Servikalis Tipikal)

Vertebra servikalis 3-6 disebut vertebra servikalis tipikal karena vertebra servikalis ini memiliki ciri-ciri umum vertebra servikalis. Ciri-ciri umum vertebra servikalis antara lain memiliki tubuh yang kecil dan korpus yang pendek, berbentuk persegi empat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari atas, tebal korpus bagian depan dan bagian belakang sama, di ujung prosesus spinosus memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya berlubang-lubang karena memiliki foramen tempat lewatnya arteri vertebralis.15,16


(25)

Gambar 4. Vertebra Servikalis 3-6 ( Vertebra Servikalis Tipikal)15 d. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens)

Ciri-ciri vertebra servikalis 7 (vertebra prominens) antara lain memiliki prosesus spinosus yang panjang dan tidak bercabang, foramen transversus tidak selalu ada.15

Gambar 5. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens)15


(26)

Tulang vertebra servikalis memiliki pengaruh terhadap tumbuh kembang kraniofasial. Beberapa keterkaitan tulang vertebra servikalis dalam ilmu kedokteran gigi :

1. Oklusi sentrik merupakan hasil dari postural apparatus atau sistem dukungan kepala yang mana postur kepala dapat mempengaruhi mandibula serta otot-otot kepala dan leher.

2. Bernafas melalui mulut dan obstruksi pernafasan dapat mengubah postur kepala. Hal ini terbukti bahwa dimensi vertikal wajah atau apa yang disebut dengan "underclosure" atau "overopening" dari mandibula diberi label "sindrom wajah panjang".

3. Kehilangan gigi posterior atau kehilangan dukungan vertikal akibat

clenching dapat menyebabkan mandibula “overclosure” sehingga mempengaruhi otot dan tulang leher.

4. Otot-otot leher dapat dipengaruhi oleh nyeri wajah dan sakit kepala, terutama sternocleidomastoid atau trapezius dapat menyebabkan kepala dan leher menjadi tidak nyaman.

5. Gigi berfungsi sebagai stabilisator untuk fiksasi mandibula dalam proses menelan dan membantu memperbaiki postur kepala dan mendukung kepala untuk fungsi lain.

6. Cacat kongenital dari tulang leher dan basis kranial dapat mempengaruhi proses berbicara dan menelan yang mana dapat mempengaruhi mandibula dan oklusi gigi geligi.


(27)

7. Variasi basis kranial mempengaruhi naso-faring yang berkaitan dengan proses bicara dan bernafas sehingga dapat mempengaruhi perkembangan oklusi.

8. Pertumbuhan wajah dalam arah vertikal memiliki hubungan dengan pertumbuhan tulang vertebra servikalis. Terlihat hubungan yang kuat antara dimensi vertikal wajah dan panjang tulang leher atau setidaknya perilaku mereka selama pertumbuhan (Bench). Selain itu adanya kecenderungan pola pertumbuhan wajah yang dapat mempengaruhi stabilitas mandibula

2.3 Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis

Karlsen (2004) meneliti tentang hubungan perkembangan vertikal dari vertebra servikalis dengan pola wajah vertikal. Populasi penelitian adalah pasien anak-anak di Oslo Growth Material departemen Ortodonti, University of Oslo, Norwegia. Beliau membandingkan perkembangan tulang vertebra servikalis dan pertumbuhan wajah dalam arah vertikal pada usia 6, 12, dan 15 tahun.

Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalometri lateral untuk mengukur pertumbuhan vertebra servikalis dalam arah vertikal atau menggunakan variabel vertebra servikalis yaitu BaCV4 (total dimensi vertikal vertebra servikalis atas), SCV2 (posisi vertikal vertebra servikalis 2 relatif terhadap basis kranial), SCV3 (posisi vertikal vertebra servikalis 3 relatif terhadap basis kranial), SCV4 (posisi vertikal vertebra servikalis 4 relatif terhadap basis kranial). Garis-garis referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankfort Horizontal estimated) untuk melihat perkembangan vertebra servikalis dalam arah vertikal.12


(28)

Bench (1963) juga melakukan penelitian yang berhubungan dengan tulang servikalis. Penelitiannya mengenai pertumbuhan tulang vertebra servikalis yang dihubungkan terhadap lidah, wajah dan perkembangan gigi. Menurut Bench, pertumbuhan vertikal dari vertebra servikalis mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada usia 7 sampai usia 12 tahun, tulang vertebra servikalis kedua, ketiga, keempat dan kelima mengalami peningkatan yang konsisten setiap tahunnya yaitu rata-rata 2,1mm, 2,2mm, 2,9mm, dan 3,2mm pertahun. Pada usia 12 sampai usia 18 tahun, tulang vertebra servikalis kedua, ketiga, keempat dan kelima mengalami peningkatan yang setiap tahunnya yaitu rata-rata 1,2mm, 1,6mm, 2,3mm dan 2,5mm pertahun.10

Gambar 6. Pertumbuhan tulang vertebra servikalis yang mengalami peningkatan pertumbuhan setiap tahun10

2.4 Dimensi Vertikal Wajah

Dimensi vertikal wajah dapat diukur berdasarkan sudut MP-SN. Pengelompokan pertumbuhan wajah dalam arah vertikal berdasarkan MP-SN terdiri


(29)

atas kelompok dengan sudut MP-SN yang besar (≥35°) dan kelompok dengan sudut MP-SN yang kecil (≤25°). Individu yang memiliki sudut MP-SN yang lebih besar cenderung memiliki wajah yang lebuh panjang. Sebaliknya, individu dengan sudut MP-SN yang lebih kecil cenderung memiliki wajah yang lebih pendek.12

Dimensi vertikal wajah juga dapat diukur berdasarkan penilaian proporsi wajah. Penilaian proporsi wajah dikelompokkan menjadi tinggi wajah anterior bagian atas dan tinggi wajah anterior bagian bawah. Individu yang memiliki tinggi wajah anterior yang lebih pendek cenderung memiliki overbite yang dalam. Sebaliknya tinggi wajah anterior yang lebih panjang cenderung memiliki open bite anterior.1

Gambar 7. Pengukuran dimensi vertikal wajah berdasarkan penilaian proporsi wajah yaitu tinggi wajah anterior bagian atas dan tinggi wajah anterior bagian bawah1

Tinggi wajah anterior bagian bawah adalah jarak dari pangkal dagu ke dasar hidung. Tinggi wajah anterior bagian atas adalah jarak dari dasar hidung ke titik kira-kira diantara kedua alis. Dimensi ini dapat diukur dengan penggaris. Tinggi wajah anterior bagian atas dan bawah biasanya hampir sama. Jika tinggi wajah anterior bagian bawah berkurang maka akan menghasilkan overbite yang dalam. Sebaliknya,


(30)

jika tinggi wajah anterior bawah lebih besar dari 50% dari total tinggi wajah anterior maka akan menghasilkan openbite anterior.1

Gambar 8. Pada gambar kiri profil wajah pasien terjadi pengurangan tinggi wajah anterior bagian bawah, sedangkan pada gambar kanan memperlihatkan oklusi pasien dimana pengurangan tinggi wajah anterior bagian bawah cenderung mengalami deepbite1

Gambar 9. Individu dengan tinggi wajah anterior bagian bawah yang besar cenderung memiliki openbite anterior1


(31)

Penelitian Karlsen menggunakan sudut MP-SN sebagai patokan untuk mengukur pertumbuhan wajah dalam arah vertikal. Sudut MP-SN besar apabila nilainya lebih besar sama dengan 35° dan kecil apabila nilainya lebih kecil sama dengan 25°. Jadi, semakin besar sudut MP-SN maka semakin besar pertumbuhan vertikal wajah, semakin kecil sudut MP-SN maka semakin kecil pertumbuhan vertikal wajah.

Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalometri untuk mengukur pertumbuhan wajah vertikal yaitu NGn (Tinggi Wajah Anterior Total), NSp (Tinggi Wajah Anterior Atas), SpGn (Tinggi Wajah Anterior Bawah), SGo (Tinggi Wajah Posterior Total), SPm (Tinggi Wajah Posterior Atas), PmGo (Tinggi Wajah Posterior Bawah), CdGo (Tinggi Ramus Mandibula). Garis-garis referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankfort Horizontal estimated) untuk mengukur pertumbuhan wajah pada sefalogram.

Wajah panjang (long face) ditemukan pada kelompok dengan sudut MP-SN yang besar. Karakteristik MP-SN besar berupa total tinggi wajah anterior (NGn), tinggi wajah anterior bawah (SpGn) yang berlebihan, dan tinggi wajah posterior (SGo) yang kecil. Wajah pendek (short face) ditemukan pada kelompok dengan sudut MP-SN yang kecil. Karakteristik MP-SN kecil berupa total tinggi wajah posterior (SGo), tinggi wajah posterior bawah (PmGo) yang berlebihan, tinggi ramus mandibula lebih besar (CdGo), dan tinggi wajah anterior (NGn) yang kecil.12


(32)

Gambar 10. Garis-Garis Referensi Untuk Mengukur Pertumbuhan Wajah dalam Arah Vertikal12

2.5 Sefalometri Lateral Sebagai Alat Bantu Ukur Untuk Melihat Perkembangan Vertikal Vertebra Servikalis dan Pertumbuhan Wajah Vertikal

Setiap individu memiliki variasi dalam percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Keadaan ini berkaitan dengan usaha untuk menegakkan diagnosa yang benar sehingga perlunya intervensi dini dalam koreksi suatu maloklusi. Salah satu indikator untuk melihat kematangan individu adalah perkembangan skeletalnya.8 Beberapa indikator untuk menilai kematangan skeletal dapat dilihat dari tinggi badan, pengukuran handwrist, perubahan suara, perkembangan gigi dan vertebra servikalis.3,5,6

Penelitian yang dilakukan oleh Paloma (2002) mengemukakan bahwa radiografi hand-wrist merupakan indikator yang baik dalam menilai kematangan skeletal.8 Kematangan skeletal secara umum ditentukan dengan menggunakan tangan dan pergelangan tangan karena adanya perbedaan tipe dari tulang pada daerah tersebut. Terdapat dua pendekatan yang secara umum dilakukan untuk menilai


(33)

radiografi hand-wrist. Pertama, membandingkan kematangan tulang pergelangan-tangan dengan tulang atlas. Kedua, menggunakan indikator yang spesifik untuk menghubungkan kematangan tulang dengan kurva pertumbuhan pubertas.18

Penilaian tahap pertumbuhan dengan sefalometri lateral dapat meminimalisasikan penggunaan radiografi hand-wrist.18 Penelitian Adel (2010) pada populasi di Saudi Arabia meramalkan potensi pertumbuhan mandibula dengan memperhatikan usia tulang vertebra servikalis. Beliau mengemukakan bahwa untuk keamanan pasien dari tambahan biaya dan radiasi, digunakan sefalogram lateral untuk melihat kematangan skeletal dari vertebra servikalis.9 Penggunaan radiografi Hand-wrist untuk meminimalkan radiasi akan lebih ideal bila seandainya hanya menggunakan sefalometri. Penggunaan cervical vertebral maturation (CVM) atau kematangan tulang vertebra servikalis pada sefalometri lateral untuk menilai kematangan skeletal makin sering diteliti. Keuntungan utama dari evaluasi CVM adalah dapat dilakukan dengan conventional lateral cephalogram (LCR) yaitu untuk menghindari paparan ekstra radiasi akibat pengambilan radiografi hand-wrist. Evaluasi kematangan dari vertebra servikalis pertama kalinya dilakukan oleh Lamparski. Alasan penggunaan analisis CVM lebih mudah adalah yang pertama karena membutuhkan sedikit tulang vertebra. Vertebra servikalis yang digunakan adalah vertebra servikalis yang sensitif untuk menentukan proses pentahapan dan dapat terlihat ketika pasien memakai collar sebagai proteksi radiasi. Alasan yang kedua adalah identifikasinya lebih mudah karena menggunakan 1 buah sefalogram dan mengurangi penafsiran tahapan ketika dibandingkan antara berbagai perubahan pada tahapan-tahapan.19


(34)

Lamparski mengamati perkembangan maturitas tulang vertebra servikalis pada tulang vertebra servikalis kedua (CV2) sampai keempat (CV4). Indikator maturitas tulang tersebut adalah meningkatnya konkavitas pada bagian inferior dan meningkatnya tinggi vertikal pada bagian anterior dari tulang vertebra servikalis. Hal ini menyebabkan berubahnya bentuk vertebra servikalis dari bentuk baji ke bentuk persegi panjang dan kemudian ke bentuk persegi. 2

Maturitas tulang vertebra servikalis dibagi atas enam tahap. Masing-masing memiliki karakteristik yang spesifik yang berhubungan dengan bentuk vertebra.20

1. Initiation

Tulang berbentuk baji. Semua bagian inferior dari tulang vertebra servikalis datar sedangkan bagian superiornya miring dari posterior ke anterior.

2. Acceleration

Ditandai dengan perkembangan konkavitas pada batas inferior dari badan CV2 dan CV3, sedangkan pada CV4 masih datar. CV3 dan CV4 cenderung ke arah bentuk persegi panjang.

3. Transition

Konkavitas pada bagian inferior dari CV2 dan CV3 sudah nyata terlihat. Terlihat perkembangan konkavitas pada batas inferior dari CV4. CV3 dan CV4 cenderung berbentuk persegi panjang.

4. Deceleration

Konkavitas pada bagian inferior dari CV4 sudah terlihat. CV3 dan CV4 mendekati bentuk persegi.


(35)

5. Maturation

CV3 dan CV4 berbentuk persegi. Terlihat peningkatan konkavitas dari CV2, CV3 dan CV4.

6. Finalization

Konkavitas dari CV2, CV3 dan CV4 semakin dalam. Selain itu terjadi pertumbuhan dalam arah vertikal. Tinggi tulang vertebra servikalis lebih besar daripada lebarnya.

Gambar 11. Tahapan maturitas tulang vertebra servikalis menurut lamparski20 Dalam bidang ilmu ortodonti, vertebra servikalis dianggap dapat membantu dalam penyusunan rencana perawatan terutama pada pasien yang sedang dalam tumbuh kembang. Berdasarkan penelitian pada subjek perempuan usia 7-15 tahun yang dilakukan Toshinori (2002), terlihat perubahan vertebra servikalis yang tampak


(36)

pada sefalometri lateral.3 Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Karlsen (2004) yang membandingkan vertebra servikalis dan wajah pada pasien anak usia 6-15 tahun. Hanya vertebra servikalis 2, 3, dan 4 saja yang dapat diteliti disebabkan karena anak-anak memakai proteksi radiasi sehingga hanya vertebra servikalis 2, 3, dan 4 saja yang terlihat dari penampakan sefalogram lateral.12 Kondisi ini berbeda dengan penelitian Toshinori yang menggunakan vertebra servikalis 3 dan 4. Hal ini disebabkan karena vertebra servikalis 1 tidak tampak pada sefalogram, vertebra servikalis 2 hanya sedikit yang mengalami perubahan morfologi dan sulit untuk dilakukan pengukuran, dan vertebra servikalis 5 tidak tampak jelas pada sefalogram.3

Karlsen menggunakan sudut MP-SN untuk mengukur pertumbuhan wajah dalam arah vertikal maupun pertumbuhan vertebra servikalis dalam arah vertikal. Karlsen membagi sudut MP-SN menjadi dua yaitu sudut MP-SN yang besar (≥35°) dan sudut MP-SN yang kecil (≤25°). Titik-titik yang digunakan sebagai referensi untuk melakukan pengukuran terhadap vertebra servikalis dan wajah adalah nasion (N), orbital (Or), spinal-point (Sp), gnathion (Gn), sella (S), basion (Ba), condylion

(Cd), porion (Po), pterygomaxillare (Pm), gonion (Go), SN-line (SN), Frankfort horizontal plane (FH), mandibular plane (MP), tangential mandibular line (ML1),

vertebra servikalis 2 (CV2), vertebra servikalis 3 (CV3), vertebra servikalis 4 (CV4).

Titik-titik referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankfort Horizontal estimated) untuk mengukur pertumbuhan vertebra servikalis dan wajah dalam arah vertikal pada sefalogram. Beliau menemukan hubungan yang kuat pada usia 12 sampai 15 tahun, hubungan tersebut dilihat dari GoCV2. Dimana Go sebagai


(37)

salah satu titik referensi pada tinggi wajah posterior dan CV2 sebagai vertebra

servikalis 2 memiliki keterkaitan selama pertumbuhan.12

Gambar 12. Titik-titik referensi yang digunakan untuk pengukuran pertumbuhan vertikal vertebra servikalis dan pertumbuhan wajah vertikal pada sefalogram12

2.6 Hubungan Dimensi Vertikal Antara Tulang Vertebra Servikalis dan Pola Wajah

Penelitian Beni Solow dan Andrew Sandham (2002) mengenai postur kranio-servikal yang mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Tujuan penelitian tersebut adalah ingin melihat hubungan postur kranio-servikal dalam mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Penelitian ini menggunakan subjek anak-anak, remaja dan dewasa. Postur kranio-servikal adalah hubungan postur kepala terhadap cervical column. Hasilnya menunjukkan perbedaan pada subjek orang dewasa maupun anak-anak dan remaja. Pada subjek orang dewasa,


(38)

subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang kecil, ditandai dengan tinggi wajah anterior yang kecil dan inklinasi mandibular plane kecil. Subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang besar, ditandai dengan tinggi wajah anterior yang besar dan inklinasi mandibular plane besar.11

Gambar 13. (a) Subjek dengan sudut kranio-servikal yang kecil cenderung memiliki tinggi wajah anterior yang kecil dan inklinasi mandibular plane kecil; (b) Subjek dengan dengan sudut kranio-servikal yang besar cenderung memiliki tinggi wajah anterior yang lebih besar dan inklinasi

mandibular plane besar11

Pada subjek anak-anak dan remaja, terdapat perbedaan postur kranio-servikal menghasilkan perbedaan tipe dari perkembangan wajah. Subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang kecil diikuti dengan pertumbuhan kedepan dari maksila dan mandibula. Sedangkan subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang besar diikuti dengan perkembangan wajah vertikal, dapat terlihat perubahan posisi vertikal dari tulang hyoid.11


(39)

Gambar 14. (a) Subjek dengan sudut kranio-servikal yang kecil cenderung mengalami rotasi mandibula kedepan; (b) Subjek dengan sudut kranio-servikal yang besar cenderung mengalami pertumbuhan mandibula dalam arah vertikal11

Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalogram untuk mengukur hubungan perkembangan vertikal vertebra servikalis dan wajah terhadap berbagai pola wajah yaitu GoCV2 (jarak vertikal antara sudut gonial dan vertebra servikalis 2), PmCV2 ( jarak vertikal antara titik paling belakang dari maksila dan vertebra servikalis 2). Garis-garis referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankfort Horizontal estimated) untuk mengukur hubungan antara


(40)

perkembangan vertikal dari vertebra servikalis dan wajah terhadap berbagai pola wajah vertikal.

CV2 atau axis adalah yang paling tinggi dan paling luas dari vertebra servikalis. Kepala berputar di atlas dari kondilus occipitalis dan 2 bagian superior. Prosesus odontoid atau dens dari CV2 berjalan hampir sejajar dengan ramus mandibula. Nilai mutlak rata-rata dari jarak vertikal antara Go dan CV2 kurang lebih tetap atau tidak berubah. Pada kelompok sudut yang kecil jarak GoCV2 rata-rata 2,4 mm pada usia 6 tahun, 2,6 pada usia 12 tahun, 1,4 pada usia 15 tahun. Pada sudut yang besar jarak GoCV2 cukup signifikan rata-rata 8,2 mm pada usia 6 tahun, 9,4 mm pada usia 12 tahun, 7,1 mm pada usia 15 tahun. Kondisi ini mempertegas peranan Go dan CV2 sangat berkaitan selama pertumbuhan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Salagnac bahwa tinggi wajah posterior memiliki hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan wajah, tidak hanya setelah usia 12 tahun tetapi juga pada periode sebelumnya, dimana hubungan antara pertumbuhan vertebra servikalis dan wajah tidak ada. Sedikit variasi jarak GoCV2 mungkin adalah hasil variasi yang sesuai pada pertumbuhan dari tinggi wajah posterior bawah.

Posisi vertikal dari Go mungkin menjadi kunci untuk pertumbuhan wajah dalam arah vertikal, khususnya untuk perkembangan tinggi wajah bagian bawah. Hubungan timbal balik anatomi antara Go dan CV2 sangat kuat yaitu hubungan antara pertumbuhan vertebra servikalis dan pertumbuhan wajah, khususnya hubungan antara vertebra servikalis dan pertumbuhan mandibula. Hubungan timbal balik pertumbuhan tampak pada usia 12-15 tahun, dimana pertumbuhan vertikal dari vertebra servikalis dan wajah berhubungan sangat erat. Pada penelitian Karlsen tidak


(41)

mendukung pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan vertebra servikalis sebagai faktor utama yang menentukan perkembangan tinggi wajah anterior bagian bawah.12


(42)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Klinik Ortodonti FKG USU

Jl. Alumni No.2 Universitas Sumatera Utara Waktu : Oktober 2010 – Maret 2011

3.3 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah mahasiswa FKG USU. 3.4 Sampel Penelitian

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Setelah dilakukan penelitian pendahuluan terhadap 5 subjek yang dipilih secara acak, diperoleh nilai korelasi (r) antara BaCV4 dengan MP-SN sebesar 0,759. Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% dan kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 15% sehingga Zα= 1,96 dan Zβ=1,036. Maka jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah


(43)

Jumlah sampel minimal yang diperlukan adalah 13. Sampel yang dipakai untuk penelitian ini adalah 31 orang.

3.4.1 Kriteria Inklusi

a. Belum pernah mendapat perawatan ortodonti.

b. Tahapan maturitas tulang vertebra servikalis sudah selesai diukur dari CV2, CV3, CV4.

c. Seluruh gigi permanen lengkap sampai M2.

d. Pergeseran midline ≤2mm pada rahang atas dan rahang bawah. e. Hubungan Molar pertama Klas I Angle.

f. Overjet dan overbite normal.

g. Crowded dan diastema ≤2mm masih dapat diterima.

h. Tidak ada karies aproksimal, tambalan aproksimal dan onlay. i. Kualitas foto sefalometri lateral baik.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

Mahasiswa menolak untuk dilakukan foto sefalogram lateral.

3.5 Variabel-Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas


(44)

Variabel bebas pada penelitian ini adalah dimensi vertikal tulang vertebra sevikalis.

3.5.2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah dimensi vertikal wajah. 3.6 Definisi Operasional

a. Dimensi vertikal tulang vertebra servikalis (BaCV4) adalah tinggi leher

yang diukur dari basion ke batas bawah tulang vertebra servikalis keempat.

b. Dimensi vertikal wajah adalah tinggi wajah yang diukur berdasarkan sudut MP-SN. MP-SN adalah kecuraman mandibula terhadap basis kranii anterior.

c. Basion (Ba) adalah margin anterior foramen magnum.

d. Vertebra servikalis keempat (CV4) adalah batas bawah tulang vertebra

servikalis keempat.

e. Mandibular Plane (MP) adalah kecuraman dataran mandibula. f. Sella (S) adalah titik ditengah-tengah fossa pituitary.

g. Nasion (N) adalah titik perpotongan sutura frontonasalis. h. SN adalah basis kranii anterior.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat

a. Kaca mulut b. Sonde c. Tracing box

d. Pensil mekanik 2B 0,5 e. Busur merk Star


(45)

f. Penggaris logam merk Joy-Art g. Penghapus

3.7.2 Bahan

a. Foto sefalometri lateral

b. Tracing paper

3.8 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dengan mengikuti langkah-langkah berikut : 1. Pemeriksaan model studi preklinis mahasiswa FKG USU yang memenuhi kriteria inklusi.

2. Mencari mahasiswa yang model studinya memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan pemeriksaan klinis.

3. Mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi subjek penelitian mengisi informed consent.

4. Pengambilan foto sefalometri lateral di Laboratorium Klinik Pramita (Jl. P. Diponegoro No. 37 Medan).

5. Penapakan foto sefalometri lateral.

6. Pengukuran dimensi vertikal antara tulang vertebra servikalis dan wajah berdasarkan metode Karlsen.

7. Penentuan titik-titik referensi pada foto sefalometri lateral, antara lain nasion (N), sella (S), basion (Ba), orbital (Or), porion (Po), vertebra servikalis 4 (CV4).


(46)

8. Penentuan garis dan bidang, antara lain garis mandibular plane (MP), sella ke nasion, mandibular plane ke garis sella-nasion, porion ke orbital. Tarik garis dari sella tegak lurus terhadap garis porion ke orbital sampai melewati CV4 kemudian titik pada basion dan CV4 diproyeksikan tegak lurus ke garis tersebut. Ukur jarak dari basion ke CV4 dengan menggunakan penggaris logam. Garis S-N diproyeksikan tegak lurus terhadap MP sehingga membentuk sudut. Ukur sudut tersebut dengan menggunakan busur.

Gambar. Titik-titik referensi yang digunakan11

9. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka dilakukan pengulangan pengukuran sebanyak dua kali. Pengukuran kedua dilakukan satu hari kemudian setelah pengukuran pertama selesai dilakukan pada semua sampel. Kemudian data diuji secara statistik. Data dikatakan akurat apabila hasilnya tidak berbeda secara nyata.

3.9 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16. 3.10 Analisis Data


(47)

1. Dihitung rerata dan standard deviasi dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan dimensi vertikal wajah pada semua sampel.

2. Dianalisis hubungan antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan dimensi vertikal wajah. Jika distribusi data kedua kelompok normal, analisis yang digunakan adalah korelasi Pearson’s, tetapi jika distribusi salah satu kelompok atau kedua kelompok tidak normal, analisis yang digunakan adalah korelasi Spearman.


(48)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 31 foto sefalometri lateral. Sampel diambil dari mahasiswa yang masih aktif mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, yaitu berupa foto sefalometri lateral yang telah memenuhi kriteria inklusi. Setelah dilakukan pengolahan data, didapat rerata dari BaCV4 yaitu dimensi vertikal vertebra servikalis( Tabel 1) dan rerata MP-SN yaitu

dimensi vertikal wajah (Tabel 2). Rerata BaCV4 adalah 80,565mm dan rerata MP-SN

adalah 28 (memiliki sudut MP-SN yang normal).

Tabel 1. RERATA PENGUKURAN DIMENSI VERTIKAL VERTEBRA SERVIKALIS PADA OKLUSI NORMAL

Pengukuran Rerata (mm) Standard Deviasi

BaCV4 80,565 4,9728

Tabel 2. RERATA PENGUKURAN DIMENSI VERTIKAL WAJAH PADA OKLUSI NORMAL

Pengukuran Rerata ( ) Standard Deviasi

MP-SN 28 5,2978

Hubungan dimensi vertikal antara vertebra servikalis dengan pola wajah dapat diketahui dengan menggunakan uji hipotesis korelasi Pearson’s. Uji hipotesis Pearson’s digunakan karena data yang diperoleh dari kedua kelompok adalah normal.

Tabel 3 menunjukkan hasil uji korelasi Pearson’s antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan dimensi vertikal wajah sebesar -0,449. Hal ini berarti kekuatan korelasinya sedang dengan nilai signifikan (p) adalah bermakna yaitu 0,011. Tabel 3 juga menunjukkan hubungan korelasi bernilai negatif. Hal


(49)

tersebut berarti semakin besar nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin kecil dimensi vertikal wajah.

Tabel 3. HUBUNGAN ANTARA DIMENSI VERTIKAL TULANG VERTEBRA SERVIKALIS DENGAN POLA WAJAH PADA OKLUSI NORMAL (UJI KORELASI PEARSON’S)

BaCV4

P Korelasi Pearson’s (r)

MP-SN 0,011** -0,449 **. Korelasi bermakna adalah signifikan pada taraf uji p≤0,05

(r) = 0,21 - 0,40 lemah (r) = 0,41 - 0,60 sedang (r) = 0,61 - 0,80 cukup kuat


(50)

BAB 5 PEMBAHASAN

Tubuh manusia mengalami perubahan dimensi sepanjang hidup.2 Tulang vertebra servikalis dan wajah memiliki fungsi yang berbeda tetapi berdasarkan penelitian terdahulu, tulang vertebra servikalis dan wajah memiliki keterkaitan.12 Pemahaman yang baik terhadap perkembangan kraniofasial normal penting untuk menegakkan diagnosis dan perawatan pada ganguan morfologi maupun fungsional pada sistem pengunyahan dan struktur lain yang berkaitan.11

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk melihat hubungan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan dimensi vertikal wajah. Penelitian ini belum dapat membandingkan nilai normal dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan dimensi vertikal wajah pada populasi di Indonesia disebabkan belum pernah dilakukan penelitian pada populasi di Indonesia.

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rerata dimensi vertikal tulang vertebra servikalis (BaCV4) yaitu 80,565mm dengan SD ±4,9728 dan tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rerata dimensi vertikal wajah (MP-SN) yaitu 28 dengan SD ±5,2978 yang menunjukkan bahwa sampel penelitian memiliki dimensi vertikal wajah yang normal. Dari 31 sampel penelitian, high angle ada 4 subjek yang memiliki rerata MP-SN sebesar 36,75 dan rerata BaCV4 sebesar 77,125; normal ada 16 subjek yang memiliki rerata MP-SN sebesar 29,56 dan rerata BaCV4 sebesar 79,25mm;


(51)

low angle ada 11 subjek yang memiliki rerata MP-SN sebesar 22,54 dan rerata BaCV4 sebesar 83,72mm.

Tabel 3 menunjukkan hasil uji korelasi Pearson’s antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dengan dimensi vertikal wajah sebesar -0,449. Hal ini berarti kekuatan korelasinya sedang dengan nilai signifikan (p) adalah bermakna yaitu 0,011. Tabel 3 juga menunjukkan hubungan korelasi bernilai negatif. Hal tersebut berarti semakin besar nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin kecil dimensi vertikal wajah.

Penelitian BjÖrk (1969) melaporkan bahwa pengukuran sefalometri dapat membantu dalam melihat perubahan bentuk wajah yang relatif kecil. Hal ini tidak berlaku pada subjek yang memiliki kelainan patologis.21 Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alf Tor Karlsen (2004). Karlsen menemukan bahwa pertumbuhan wajah dalam arah vertikal (sudut MP-SN) pada usia 6,12 dan15 tahun mengalami penurunan yaitu pada low angle rata-rata 25,4 , 21,4 dan18,2 dan pada high angle rata-rata 39,8 , 37,5 dan 35,1 . 11 Hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi sampai pertumbuhan subjek selesai (sampai subjek menginjak dewasa), dimana tidak ada lagi pertumbuhan terjadi pada subjek.12

Pada Penelitian Bench (1963) mengenai pertumbuhan dari vertebra servikalis yang dihubungkan terhadap lidah, wajah, dan perkembangan gigi, Beliau mengemukakan bahwa pertumbuhan vertikal dari vertebra servikalis mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pertumbuhan vertikal dari vertebra servikalis mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada usia 7 sampai usia 12 tahun, tulang


(52)

vertebra servikalis kedua, ketiga, keempat dan kelima mengalami peningkatan yang konsisten setiap tahunnya yaitu rata-rata 2,1mm, 2,2 mm, 2,9 mm, dan 3,2 mm pertahun. Pada usia 12 sampai usia 18 tahun, tulang vertebra servikalis kedua, ketiga, keempat dan kelima mengalami peningkatan yang setiap tahunnya yaitu rata-rata 1,2 mm, 1,6 mm, 2,3 mm dan 2,5 mm pertahun.10 Hal tersebut berlanjut selama masa pertumbuhan atau pertambahan dimensi vertikal tulang vertebra servikalis akan terhenti saat masa pertumbuhan subjek selesai.

Hasil penelitian Beni dan Andrew (2002) yang bertujuan untuk melihat hubungan postur kranio-servikal terhadap perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial, menunjukkan bahwa pada usia 8,5 tahun tidak ada hubungan antara dimensi morfologi kraniofasial terhadap postur servikal. Pada usia 11,9 tahun, terdapat perbedaan postur kranio-servikal menghasilkan perbedaan tipe dari perkembangan wajah. Subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang kecil diikuti dengan pertumbuhan kedepan dari maksila dan mandibula. Sedangkan subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang besar diikuti dengan perkembangan wajah vertikal, dapat terlihat perubahan posisi vertikal dari tulang hyoid.11

Penelitian pada anak-anak dan remaja juga dilaporkan oleh Karlsen (2004). Karlsen mengatakan bahwa tidak hubungan dimensi vertikal vertebra servikalis dan pola wajah dalam arah vertikal pada anak-anak, namun hubungan tersebut ditemui pada masa pubertas atau usia diatas 12 tahun. Beliau melaporkan wajah panjang ditemui pada anak dengan leher pendek dan wajah pendek ditemui pada anak-anak dengan leher panjang.12 Penelitian Beni dan Andrew, Karlsen sesuai dengan penelitian ini dimana hubungan antara dimensi vertikal tulang vertebra servikalis dan


(53)

pertumbuhan vertikal wajah memiliki nilai korelasi yang berlawanan arah. Dimensi vertikal vertebra servikalis mengalami pertumbuhan yang signifikan setiap tahunnya namun pertumbuhan wajah dalam arah vertikal sebaliknya (semakin berkurang setiap tahunnya).

Banyak praktisi yang mengatakan bahwa subjek dewasa dengan inklinasi yang besar pada Mandibular Plane dan morfologi wajah panjang dikarakteristikkan dengan postur kepala yang panjang dan inklinasi kedepan dari vertebra servikalis (memiliki sudut kranio-servikal yang besar). Subjek dewasa dengan morfologi wajah yang pendek sering dengan kepala yang pendek, dan memiliki tulang vertebra servikalis bagian atas dengan kurva yang melengkung kebelakang seperti tulang vertebra servikalis yang mengalami lordosis (memiliki sudut kranio-servikal yang kecil).10,11 Sayangnya, hasil temuan ini tidak didukung dengan penjelasan atau informasi mengenai apa yang menyebabkan terjadinya hasil temuan diatas.

Simona dan Felice yang mengacu pada penelitian Kantor dan Norton (1987) mengemukakan bahwa mekanisme yang menyangkut hubungan antara kurva tulang vertebra servikalis dan morfologi kraniofasial masih diperdebatkan. Menurut Kantor dan Norton, untuk melihat hubungan tulang vertebra servikalis tidak hanya menggunakan foto sefalometri lateral tetapi juga harus melihat kestabilan otot dari tulang vertebra servikalis yang tidak bisa dilihat dari foto sefalometri lateral. Hubungan antara tulang vertebra servikalis dengan wajah dipengaruhi kestabilan otot dari tulang vertebra servikalis. Kurva normal tulang vertebra servikalis dapat berubah akibat terjadinya spasme otot vertebra servikalis yang menyebabkan postur kepala berubah dalam upaya mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan.22


(54)

Pertumbuhan vertikal vertebra servikalis dan pola wajah dalam arah vertikal juga dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang seseorang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Selain itu, hormon tubuh juga mempengaruhi pertumbuhan, seperti growth hormone, tiroksin, insulin, dan kortikosteroid (semua yang mempengaruhi laju pertumbuhan), leptin ( yang mengubah komposisi tubuh), dan hormon paratiroid, 1,25-dihidroksi-vitamin D, dan

calcitonin (semua yang mempengaruhi mineralisasi tulang). Peningkatan hormon ini paling banyak dihubungkan terhadap tahap pubertas, usia tulang dan waktu dari kecepatan puncak tinggi. Pematangan tulang dipengaruhi oleh hormon tiroid, adrenal androgen, dan steroid seks gonad, terutama estrogen. Kelebihan sekresi hormon ini dapat menyebabkan pematangan tulang yang cepat, dan pada saat pubertas, kekurangan hormon ini akan menyebabkan perlambatan.23

Penelitian ini didapat bahwa semakin besar nilai BACV4 maka semakin kecil pula sudut MP-SN dan semakin kecil nilai BACV4 maka semakin besar pula sudut MP-SN. Hasil penelitian ini lebih mengacu pada hasil penelitian terdahulu pada subjek remaja. Penelitian ini juga tidak mendukung hasil penelitian yang mengemukakan bahwa subjek dewasa dengan inklinasi yang besar pada Mandibular Plane dan morfologi wajah panjang dikarakteristikkan dengan postur kepala yang panjang dan inklinasi kedepan dari vertebra servikalis (memiliki sudut kranio-servikal yang besar). Subjek dewasa dengan morfologi wajah yang pendek sering dengan kepala yang pendek, dan memiliki tulang vertebra servikalis bagian atas dengan kurva yang melengkung kebelakang seperti tulang vertebra servikalis yang mengalami lordosis (memiliki sudut kranio-servikal yang kecil).


(55)

(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Rerata ukuran dimensi vertikal tulang vertebra servikalis adalah 80,565mm dan rerata ukuran dimensi vertikal wajah adalah 28 . Hubungan dimensi vertikal antara tulang vertebra servikalis dan pola wajah terdapat korelasi yang signifikan dan bernilai negatif. Semakin besar nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin kecil dimensi vertikal wajah. Semakin kecil nilai dimensi vertikal tulang vertebra servikalis maka semakin besar dimensi vertikal wajah.

6.2. Saran

Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan pada subjek yang memiliki dikelompokkan berdasarkan maloklusi, jenis kelamin, ras sehingga hasil yang didapat lebih akurat dan lebih spesifik.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

1. Harry DR, Sandy J. Orthodontic Part 2 : Patient assessment and examination I. British Dental Journal 2003; 195(9): 489-492.

2. Nassar AS. The relationships between cervical vertebral maturation and dental calcification among Malays. Tesis. Malaysia. Universitas Sains Malaysia. 2008.

3. Mito T, Sato K, Mitani H. Cervical vertebral bone age in girls. American Journal of Orthodontics and Dentofacial and Orthopedics. 2002; 122(4):380. 4. Caldas MD, Ambrosano GMB, Neto FH. Use of cervical vertebral dimensions

for assessment of children growth. Journal of Applied Oral Science 2007; 15(2): 144-145.

5. Sidlauskas A, Zilinskaite L, Svalkauskiene V. Mandibular pubertal growth spurt prediction part one method based on the hand-wrist radiographs. Baltic Dental and Maxillofacial Journal 2005; 7(1): 16.

6. Gu Y, Mcnamara JA. Mandibular growth changes and cervical vertebral maturation. Angle Orthodontist 2007; 77(6): 948.

7. Caldas MD, Ambrosano GMB, Neto FH. Computer-assisted analysis of cervical vertebra bone age using cephalometric radiographs in Brazilian subjects. Braz Oral Res 2010; 24(1): 120-121.


(58)

8. Roman PS, Palma JC, Oteo MD, Nevado E. Skeletal maturation determined by cervical vertebrae development. European Orthodontic Society 2002; 24: 303-304.

9. Alhadlag AM. Prediction of mandibular growth potential using cervical vertebral bone age in Saudi subjects. J. King Saud Univ 2010; 22(1): 1-2. 10. Bench RW. Growth of the cervical vertebrae as related to tongue, face, and

denture behavior. Am J Orthod Dentofac 1963; 49: 183-214.

11. Solow B, Andrew S. Cranio-cervical: a factor in the development function of the dentofacial structures. European Journal of Orthodontic 2002; 24: 447-451.

12. Karlsen AT. Association between vertical development of the cervical spine and the face in subjects with varying vertical facial patterns. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics 2004; 125(5): 597-606.

13. Sitepu S. Sistem Lokomotor. Diktat Kuliah Anatomi FK USU. Medan. 2007: 11-15.

14. Sitepu S. Anatomi kepala leher, thorax, abdomen, pelvis. Diktat Kuliah FK USU. Medan. 2008: 1.

15. Http://www.daviddarling.info/encyclopedia/C/cervicalvertebra.html (9 Desember 2010)

16. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-handayanig-5251-2-bab2.pdf ( 9 Desember 2010)

17. Ricketts RM. Provocations and perceptions in cranio-facial orthopedics: dental science and facial art. USA: 1989: 501-516.


(59)

18. Flores C, Burgess CA, Champney M, Jensen RJ, Pitcher MR, Major PW. Correlation of skeletal maturation stages determined by cervical vertebrae and hand-wrist evaluations. Angle Orthodontist 2006; 76(1): 1-2.

19. Chen L, Xu T, Jiang J, Zhang X, Lin J. Quantitative cervical vertebral maturation assessment in adolescents with normal occlusion a mixed longitudinal study. American Journal of Orthodontics and Dentofacial and Orthopedics 2008; 134(6): 720.e1.

20. Fernandez PG, Torre H, Flores L, Rea J. The Cervical Vertebrae as Maturational Indicators. J of Clic Orthod 1998; 32(4): 221-5.

21. Bjork A. Prediction of mandibular growth rotation. Am J Orthod Dentofac 1969; 55: 586.

22. Tecco S, Festa F. Cervical spine curvature and craniofacial morphology in an adult Caucasian group: a multiple regression analysis. European Journal of Orthodontics 2007; 29: 204-205.

23. http://www.usc.edu/student-affair/Health_Center/adolhealth/content/a1.html (9 Desember 2010)


(60)

LAMPIRAN 1

KERANGKA TEORI

Vertebra Servikalis

Pembagian vertebra servikalis

Struktur anatomi vertebra servikalis

Keterkaitan vertebra servikalis pada ilmu

kedokteran gigi

Dimensi vertikal tulang vertebra servikalis

Dimensi vertikal wajah Sefalometri lateral sebagai alat bantu ukur untuk melihat perkembangan vertikal vertebra servikalis dan pertmbuhan wajah

vertikal

Hubungan dimensi vertikal antara tulang vertebra servikalis terhadap pola


(61)

LAMPIRAN 2

KERANGKA KONSEP

Populasi

Sampel

Sefalometri lateral

Dimensi vertikal tulang vertebra

servikalis

Dimensi vertikal wajah

Pengolahan data

Analisis data


(62)

LAMPIRAN 3

PEMERIKSAAN KLINIS PASIEN

Nama :

NIM :

Umur :

Gigi geligi sampai M2 Lengkap Tidak lengkap

Oklusi M1 Klas I Klas II Klas III

Karies aproksimal Ada Tidak ada Tambalan aproksimal Ada Tidak ada

Tambalan onlay Ada Tidak ada

Pergeseran midline : mm

Crowded : mm


(63)

LAMPIRAN 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah menerima penjelasan, dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian mengenai Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis dengan Pola Wajah pada Mahasiswa FKG USU, dengan penuh kesadaran, tanpa paksaan dan tidak akan menuntut dikemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya sampaikan dalam keadaan pikiran yang sehat dan tanpa paksaan apapun dari pihak manapun juga.

Medan,

Pembuat pernyataan


(64)

LAMPIRAN 5

HASIL PENGUKURAN DIMENSI VERTIKAL TULANG VERTEBRA SERVIKALIS DAN DIMENSI VERTIKAL WAJAH PADA OKLUSI NORMAL

Kode Sampel BaCV4 (mm) MPSN (⁰)

03894(s) 82 30

03711M(S) 80 31

03969M(S) 82 28,5

03702M(R) 78 25

02153M 84 25

BI 88 22

03159M(O) 74 35

03158M(P) 88 28

CH 89,5 18

03489M(Q) 79 29,5

02829M(Na) 86 24

04700M(W) 81,5 25

04704M(X) 79 25,5

04477M(V) 79 28,5

U 80 28 T 81 25 M 96 25


(65)

03015M 80 31,5 RA 82 22

RF 76 34 RD 80 27,5

I 83 35 10(L) 76 38.5 10(K) 76 31

10(J) 72 30

01(RH) 79 33

01(RG) 78 28

RC 76 18 01(RE) 75,5 38,5


(66)

LAMPIRAN 6

NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)= mpsn bacv4 /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet0]

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

31 31 28,000 80,565 5,2978 4,9728 ,092 ,161 ,069 ,161 -,092 -,090 ,513 ,894 ,955 ,401 N Mean Std. Deviation

Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

MPSN BaCV4

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b. CORRELATIONS /VARIABLES=mpsn bacv4 /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .

Correlations

[DataSet0] Correlations 1 -,449* ,011 31 31 -,449* 1 ,011 31 31 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N MPSN BaCV4 MPSN BaCV4

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.


(1)

LAMPIRAN 2

KERANGKA KONSEP

Populasi

Sampel

Sefalometri lateral

Dimensi vertikal tulang vertebra

servikalis

Dimensi vertikal wajah

Pengolahan data

Analisis data


(2)

LAMPIRAN 3

PEMERIKSAAN KLINIS PASIEN

Nama : NIM : Umur :

Gigi geligi sampai M2 Lengkap Tidak lengkap

Oklusi M1 Klas I Klas II Klas III Karies aproksimal Ada Tidak ada

Tambalan aproksimal Ada Tidak ada Tambalan onlay Ada Tidak ada Pergeseran midline : mm

Crowded : mm Diastema : mm


(3)

LAMPIRAN 4

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :

Umur : Jenis Kelamin : Alamat :

Setelah menerima penjelasan, dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian mengenai Hubungan Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis dengan Pola Wajah pada Mahasiswa FKG USU, dengan penuh kesadaran, tanpa paksaan dan tidak akan menuntut dikemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya sampaikan dalam keadaan pikiran yang sehat dan tanpa paksaan apapun dari pihak manapun juga.

Medan,


(4)

LAMPIRAN 5

HASIL PENGUKURAN DIMENSI VERTIKAL TULANG VERTEBRA SERVIKALIS DAN DIMENSI VERTIKAL WAJAH PADA OKLUSI NORMAL

Kode Sampel BaCV4 (mm) MPSN (⁰)

03894(s) 82 30

03711M(S) 80 31

03969M(S) 82 28,5

03702M(R) 78 25

02153M 84 25

BI 88 22

03159M(O) 74 35

03158M(P) 88 28

CH 89,5 18

03489M(Q) 79 29,5

02829M(Na) 86 24

04700M(W) 81,5 25

04704M(X) 79 25,5

04477M(V) 79 28,5

U 80 28 T 81 25 M 96 25


(5)

03015M 80 31,5 RA 82 22

RF 76 34 RD 80 27,5

I 83 35 10(L) 76 38.5 10(K) 76 31

10(J) 72 30

01(RH) 79 33

01(RG) 78 28

RC 76 18 01(RE) 75,5 38,5


(6)

LAMPIRAN 6 NPAR TESTS

/K-S(NORMAL)= mpsn bacv4 /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet0]

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

31 31 28,000 80,565 5,2978 4,9728 ,092 ,161 ,069 ,161 -,092 -,090 ,513 ,894 ,955 ,401 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

MPSN BaCV4

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b. CORRELATIONS /VARIABLES=mpsn bacv4 /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .

Correlations

[DataSet0] Correlations 1 -,449* ,011 31 31 -,449* 1 ,011 31 31 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N MPSN BaCV4 MPSN BaCV4

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.