Strategi peningkatan daya saing industri pulp Indonesia

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING
INDUSTRI PULP INDONESIA

ASEP HUSNI YASIN ROSADI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul: Strategi
Peningkatan Daya Saing Industri Pulp Indonesia adalah karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Bogor, Desember 2005

Yang membuat pernyataan

Asep Husni Yasin Rosadi
NIM. 995143

ABSTRAK

ASEP HUSNI YASIN ROSADI. Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Pulp
Indonesia. Dibawah bimbingan E. GUMBIRA-SA’ID, ILLAH SAILAH,
WASRIN SYAFII dan AMRIL AMAN.

Industri pulp merupakan industri yang prospektif di masa mendatang serta
memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Hal tersebut diantaranya karena didukung oleh sumber bahan baku kayu kayu
yang potensial. Meskipun demikian, industri pulp Indonesia masih menghadapi
masalah daya saing. Kemampuan daya saing industri pulp Indonesia relatif belum
teruji dibandingkan dengan industri pulp negara-negara penghasil pulp utama
lainnya, seperti Kanada, Finlandia, Swedia, Rusia, Brazil dan Chili, terutama
dalam hal pemanfaatan bahan baku, penggunaan faktor produksi dan pengelolaan
dampak limbah yang dihasilkannya terhadap lingkungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan daya saing industri
pulp Indonesia dibandingkan dengan industri pulp negara-negara penghasil pulp
utama dunia lainnya, serta memberikan usulan berbagai strategi yang relevan
untuk meningkatkan kemampuan daya saing tersebut. Kajian kemampuan daya
saing dan usulan strategi peningkatan daya saing didasarkan kepada hasil analisa
daya saing. Analisa daya saing dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode non-parametrik terutama DEA (Data Envelopment
Analysis), OCRA (Operational Competitiveness Rating Analysis) dan metode
yang dikembangkan khusus untuk penelitian ini, yaitu metode APD (Analisa
Perbandingan Daya Saing). Hasil analisa menunjukkan bahwa dalam hal
pemanfaatan bahan baku kayu untuk menghasilkan pulp, industri pulp Indonesia
memiliki daya saing yang relatif rendah dibandingkan dengan Kanada, Finlandia,
Swedia dan Chili, meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan Brazil dan Rusia.
Dalam hal penggunaan faktor produksi, terutama penggunaan biaya produksi
dalam memperoleh pendapatan pulp, industri pulp Indonesia memiliki daya saing
yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan empat negara penghasil pulp utama
lainnya yang telah mapan (Kanada, Finlandia, Swedia dan Rusia) tetapi relatif
lebih rendah dibandingkan dengan dua negara Amerika Latin (Brazil dan Chili).
Pada sisi lain, dalam hal pengelolaan dampak limbah yang dihasilkan, industri
pulp Indonesia memiliki daya saing yang relatif lebih rendah dibandingkan

dengan Finlandia dan Kanada.
Dengan memperhatikan faktor-faktor kritis dari daya saing industri pulp
Indonesia relatif terhadap industri pulp enam negara penghasil utama pulp
lainnya, maka dirumuskan tiga buah strategi peningkatan daya saing. Ketiga
strategi tersebut adalah Strategi Optimasi Pengelolaan HTI-Pulp, Strategi
Optimasi Penggunaan Biaya Produksi dan Pemanfaatan Kapasitas Produksi serta
Strategi Membangun Kepedulian Para Stakeholder Terhadap Lingkungan.
Strategi-strategi tersebut kemudian dijabarkan dalam strategi peningkatan skala
produksi, strategi optimasi luas areal lahan hutan (HTI-pulp) dan kayu yang
diperoleh dari lahan tersebut, strategi efisiensi dalam penggunaan biaya bahan

baku dan energi, serta strategi untuk meningkatkan pengendalian pengelolaan
limbah yang dihasilkan industri pulp melalui penerapan audit lingkungan,
pembangunan instalasi pengolah limbah yang memadai serta pemberian sanksi
kepada pelaku industri pulp yang masih mencemari lingkungan.

Kata-kata kunci: strategi, daya saing, industri pulp, bahan baku kayu, faktor
produksi, limbah

ABSTRACT

ASEP HUSNI YASIN ROSADI. Strategy to Increase the Competitiveness of
Indonesian Pulp Industry. Under the supervision of E. GUMBIRA-SA’ID, ILLAH
SAILAH, WASRIN SYAFII and AMRIL AMAN.

Supported by a huge amount of raw materials, Indonesian pulp industry gives
significant contribution to Indonesian economy and has a good prospect in the future.
Nevertheless, the industry competitiveness still has many problems. Its
competitiveness is still far below the other main pulp producers (Canada, Finland,
Sweden, Russia, Brazil and Chile) especially for critical factors, such as using
sources of raw material, optimizing capability in the production factors and
managing pollutant impact to the environment.
This study was aimed at assessing the competitiveness of Indonesian pulp
industry among the other main producers, and to give the suggestion of relevant
strategies to increase its competitiveness. The assessment on competitiveness and
suggested strategies are based on the results of its competitiveness analysis. The
analysis used the non-parametric method, especially DEA (Data Envelopment
Analysis), OCRA (Operational Competitiveness Rating Analysis) and a special
method developed specially for this study, called CA (Competitiveness Analysis).
The results of the analysis show that in utilizing the raw material, the
competitiveness of the Indonesian pulp industry is relatively low compared to

Canada, Finland, Sweden and Chile, but higher than Brazil and Russia. In using the
production factors, Indonesian pulp industry has relatively higher competitiveness
than the other four main established producers (Canada, Finland, Sweden and
Russia) but relatively lower than the other two South American (Brazil and Chile).
While in managing the industrial waste, the competitiveness of the Indonesian pulp
industry is worse than Finland and Canada.
By taking into consideration the critical factors of the Indonesian pulp industry
competitiveness toward the other six countries as the major pulp producers in the
word, three major strategies can be applied to increase the competitiveness. The three
main strategies being proposed are strategy in optimizing planted forest management,
strategy in optimizing production cost and utilizing production capacity, and strategy
in promoting awareness to stakeholders in managing environment.

Keywords: strategy, competitiveness, pulp industry, raw material, production
factors, pollutant impact

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING
INDUSTRI PULP INDONESIA

ASEP HUSNI YASIN ROSADI


Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

Judul Disertasi
Nama
NIM
Program Studi

:
:
:
:


Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Pulp Indonesia
Asep Husni Yasin Rosadi
995143
Teknologi Industri Pertanian

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. E. Gumbira-Sa’id, MADev
Ketua

Dr. Ir. Illah Sailah, MSc
Anggota

Prof. Dr. Ir. Wasrin Syafii, MAgr
Anggota

Dr. Ir. Amril Aman, MSc
Anggota


Diketahui

Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian

Dr. Ir. Irawadi Jamaran

Tanggal Ujian: 03 / 10 / 2005

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, MSc

Tanggal Lulus:

04 JAN 2006

PRAKATA


Alhamdullilah, puji dan syukur dipanjatkan ke hadlirat Ilahi Rabbi, karena
hanya dengan ridla dan ijin-Nyalah disertasi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi akhir jaman, Muhammad saw,
keluarganya, sahabatnya serta kaum muslimin sepanjang jaman.
Penyusunan disertasi ini, tidak lepas dari bantuan ikhlas yang telah
diberikan oleh Komisi Pembimbing dan pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu,
ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. H. E. Gumbira-Sa’id,
MADev, Prof. Dr. Ir. Wasrin Syafii, MAgr, Dr. Ir. Illah Sailah, MSc dan Dr. Ir.
Amril Aman, MSc, sebagai Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing yang telah
mengoreksi dengan teliti setiap tulisan yang diajukan penulis dari mulai proposal
penelitian sampai setiap draft disertasi, sehingga penulis dapat belajar banyak
mengenai penelitian, metodologi, substansi dan teknik penulisannya.
Ucapan terima kasih disampaikan juga untuk Dr. Ir. Irawadi Jamaran, Dr. Ir.
Ani Suryani, DEA, dan dosen-dosen pascasarjana TIP atas pelayanan konsultasi,
ilmu dan wawasan yang telah mereka berikan; serta Dr. Ir. Anas M. Fauzi, MEng
dan Dr. Ir. Sam Herodian, MS dari Dekanat Fateta atas dukungan pelayanan dan
pengorbanan waktu dalam Ujian Tertutup dan Ujian Terbuka.
Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc
dari Fakultas Teknologi Pertanian IPB yang telah bersedia menjadi Penguji Luar
Komisi pada Ujian Tertutup, serta Dr. Ir. Bintang Charles Hamonangan, MSc dari

Fakultas Kehutanan IPB dan Dr. Hariyatno Dwiprabowo, MSc, PLKom dari
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan yang
telah bersedia menjadi Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka, yang dengan
kritis memberikan pertanyaan dan masukan-masukan yang sangat berharga untuk
perbaikan disertasi.
Selain itu, ucapan terima kasih juga disampaikan untuk Dr. Lukman Hakim,
MSc dan Ir. Dyan Vidyatmoko, MSc dari Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi
Teknologi, Kedeputian PKT BPPT yang telah memberi izin dan dorongan
semangat untuk mengikuti program S3; Kepala dan staf Pusdiklat BPPT yang
telah memberi izin dan pembiayaan dalam mengikuti program S3; serta rekanrekan pada Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi Teknologi, Kedeputian PKT
BPPT atas dukungan moril maupun material yang telah mereka berikan.
Penelitian untuk disertasi ini tidak lepas dari dukungan para stakeholder
dalam industri pulp, terutama Ir. Kahar Haryopuspito dari APKI (Asosiasi Pulp
dan Kertas Indonesia), Ir. Benny Wahyudi, MBA dari Departemen Perindustrian,
Ir. Teddy Suratmadji, MSc dari PT. Kiani Kertas, Ir. Edward Wahab dari PT. Riau
Andalan Pulp and Paper, Njauw Kwet Meen dari PT. Indah Kiat Pulp and Paper,
serta Ir. Joedarso Djojosoebroto, MMA, Ir. Hardjono Arisman, MSc dan Ir. Tavip
dari PT Musi Hutan Persada yang telah bersedia menerima penulis melakukan
kunjungan lapangan dan wawancara. Untuk kesediaan waktu dan tempat yang
telah mereka berikan, penulis mengucapkan terima kasih.


Ucapan terima kasih, penulis juga sampaikan kepada rekan-rekan pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian dan rekan-rekan dari program studi lain
di Sekolah Pascasarjana IPB berbagai angkatan atas dukungan moral dan material
yang telah mereka berikan. Begitu juga ucapan terima kasih disampaikan untuk staf
administrasi, baik yang ada di Program Studi Teknologi Industri Pertanian, di
Sekolah Pascasarjana, serta di Sekretariat MMA IPB atas bantuan pelayanan
administrasi, informasi, penyediaan ruangan dan peralatan lainnya. Tak lupa ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada pihak-pihak lainnya yang telah membantu
secara langsung dan tidak langsung dalam penyelesaian disertasi ini.
Selain itu, penyelesaian disertasi ini tak lepas dari dukungan doa dan
pengorbanan yang tak terhingga dari keluarga, terutama Ema dan Bapa (almarhum)
di Garut yang setiap saat selalu mendoakan kebaikan untuk puteranya. Begitu juga
untuk istriku Herni Hayati, serta anak-anaku Rifqi, Riza dan Hanief yang telah
bersedia mengorbankan waktu dan perhatian dari suami/ ayah mereka. Mudahmudahan Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan. Amien.
Akhir kata, penulis berharap semoga Disertasi dengan judul “Strategi
Peningkatan Daya Saing Industri Pulp Indonesia” yang merupakan bagian dari
penyelesaian studi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor ini
bermanfaat dalam meningkatkan daya saing industri pulp Indonesia pada peta
persaingan pulp dunia, serta bermanfaat dalam pengembangan keilmuan, terutama
ilmu teknologi industri pertanian.

Bogor, Desember 2005
Penulis,

Asep Husni Yasin Rosadi
NIM. 995143/ TIP

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 28 Oktober 1966 sebagai anak
tunggal pasangan H. Idji ZA (alm) dan Hj. W. Suryati. Pendidikan sarjana
ditempuh di Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri ITB dengan
bidang keahlian Kebisingan, dan lulus tahun 1993. Pada tahun 1996 melanjutkan
Program Pascasarjana pada Sekolah Tinggi Manajemen PPM dengan konsentrasi
Manajemen Keuangan, dan menamatkannya tahun 1998. Tahun 1999 penulis
memperoleh beasiswa Proyek Pengembangan dan Peningkatan Kemampuan
Personil (PPKP) dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk
melanjutkan program doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian,
Sekolah Pascasarjana IPB.
Penulis bekerja sebagai peneliti pada Pusat Pengkajian Kebijakan Inovasi
Teknologi, Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT dengan jabatan
Ajun Peneliti Madya. Bidang penelitian yang menjadi kajian diantaranya adalah
kebijakan inovasi di industri komponen otomotif dan industri makanan, serta daya
saing industri pulp dan gula.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL…………………………………………………………

ii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………

iv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………

v

PENDAHULUAN ………………………………………………………..
Latar Belakang ………………………………………………………..
Permasalahan Industri Pulp Indonesia ………………………………..
Tujuan Penelitian ……………………………………………………..
Ruang Lingkup Penelitian ..…………………………………… ……..

1
1
4
6
7

TINJAUAN PUSTAKA……………… …………………………………..
Kondisi Daya Saing Industri Pulp di Negara-negara Penghasil Pulp
Utama Dunia ………………………………..........................................
Perangkat Analisa Daya Saing Industri …………………………....….
Strategi Peningkatan Daya Saing Industri …………………………….

8
8
53
71

METODOLOGI PENELITIAN …………………………………………….
Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian …….………………………
Metode untuk Memperoleh Data Kondisi Daya Saing Industri Pulp
Negara-negara Penghasil Pulp Utama Dunia ……………..… ….…….
Metode dalam Melakukan Analisa Daya Saing Pulp … ….…………….
Metode Perumusan Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Pulp ……

90
93
95

ANALISA DAYA SAING INDUSTRI PULP DI TUJUH NEGARA
PENGHASIL PULP UTAMA DUNIA …………………………………….
Analisa Perbandingan Daya Saing …….…………………………..…….
Analisa Daya Saing Pemanfaatan Bahan Baku Kayu …….…………….
Analisa Daya Saing Penggunaan Faktor Produksi …….………………..
Analisa Daya Saing Pengelolaan Dampak Lingkungan …….

97
100
103
106
119

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI PULP …..……
Penerapan Metode Formulasi Strategi dalam Peningkatan Daya Saing
Industri Pulp Indonesia ..…………………………….. .……………….
Strategi Optimasi Pengelolaan HTI-Pulp .………………………… ….
Strategi Optimasi Penggunaan Biaya Produksi dan Pemanfaatan
Kapasitas Produksi .………………………… ………………….……….
Strategi Membangun Kepedulian Para Stakeholder Terhadap
Lingkungan ……………………………………………………….……..

84
84

127
128
139
158
168

Halaman
KESIMPULAN DAN SARAN ..………… ……………………………...
Kesimpulan …….….………………………………………………….
Saran ………………………………………………….. ……………..

174
174
176

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….

177

LAMPIRAN ………………………………………………………….…...

194

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Negara-negara penghasil utama pulp dunia tahun 2003 berdasarkan
kontribusi pasokan ….…………………………………………………..
2. Luas areal hutan negara-negara penghasil pulp utama dunia ……………
3. Biaya bahan baku untuk menghasilkan satu ton pulp di tujuh negara
penghasil pulp utama dunia antara tahun 1999 sampai tahun 2003 ……..
4. Biaya energi untuk menghasilkan satu ton pulp di tujuh negara penghasil
pulp utama dunia antara tahun 1999 sampai tahun 2003 ………………...
5. Biaya tenaga kerja untuk menghasilkan satu ton pulp di tujuh negara
penghasil pulp utama dunia antara tahun 1999 sampai tahun 2003 ……..
6. Harga jual satuan negara utama penghasil pulp ………………………….
7. Polutan yang ditimbulkan dalam pengolahan pulp ………………………
8. Perbandingan berbagai perangkat analisa daya saing …………………..
9. Metode perumusan strategi dengan faktor kunci dan sasaran strategisnya
10. Perumusan strategi bersaing menurut Oral …………………………
11. Hubungan antara tujuan penelitan, data yang dikumpulkan, sumber data,
metode memperoleh data, analisa data dan output …………………………
12. Keterbatasan pada DEA dan OCRA dan metode baru yang diperlukan ...
13. Potensi dan pemanfaatan sumber bahan baku di tujuh negara utama
penghasil pulp ...........................................................................................
14. Daya saing pemanfaatan sumberdaya bahan baku setiap negara
penghasil utama pulp …………….............................................................
15. Biaya dan harga satuan faktor produksi tujuh negara penghasil pulp .......
16. Daya saing penggunaan faktor produksi setiap negara dengan
menggunakan DEA....................................................................................
17. Perhitungan kinerja (ketidakefisienan) penggunaan sumberdaya produksi
dengan menggunakan OCRA .....................................................
18. Perhitungan kinerja (ketidakefisienan) pembangkitan pendapatan dengan
menggunakan OCRA …………………………………………………….
19. Daya saing (kinerja operasional) penggunaan faktor produksi dengan
menggunakan OCRA ………………………………………………..….
20. Kinerja masing-masing variabel dari pembangkitan output terhadap
masing-masing sumberdaya input pulp faktor produksi setiap negara
dengan menggunakan APD ............................………………………….
21. Daya saing penggunaan faktor produksi setiap negara dengan
menggunakan metode APD …….………………………………………
22. Besarnya limbah dan produksi pulp yang dihasilkan oleh tiga negara
penghasil pulp antara tahun 1993 sampai tahun 2003 …………………...
23. Daya saing pengelolaan limbah setiap negara dengan menggunakan
DEA ……………..………………………………………………………
24. Kinerja masing-masing variabel limbah sebelum mempertimbangkan
faktor pembobot dengan menggunakan APD ……………………………
25. Daya saing pengelolaan limbah dengan menggunakan APD ……………
26. Posisi persaingan tujuh negara penghasil pulp ………………………..

12
22
39
42
44
45
46
56
74
81
88
99
104
106
107
109
111
113
115

116
118
120
122
124
125
131

Halaman
27. Pertumbuhan pasar pulp dari tujuh negara penghasil pulp …………….
28. Metode formulasi strategi dan keterbatasan penggunaannya dalam
peningkatan daya saing industri pulp …..……………………………..
29. Strategi yang dikembangkan berdasarkan faktor kritis dalam industri
pulp ……………………………………..……………………………..
30. Luas lahan dan realisasi tanaman HTI-pulp ……………………………..
31. Perkembangan persetujuan RPBI IPKH sampai Desember 2003 ……….
32. Rata-rata potensi Acacia mangium umur 5,5 tahun (diameter lebih dari 7
cm) pada uji provenans di Sumatera Selatan …………………………….
33. Rata-rata riap Acacia mangium umur 5,5 tahun pada uji provenans di
Sumatera Selatan ………………………………………………………...
34. Pemanfaatan kapasitas produksi pulp negara-negara utama dunia ………
35. Strategi peningkatan skala produksi pabrik pulp berdasarkan
kemampuan penyediaan bahan baku HTI dan kapasitas produksi pabrik
pulp ………………………………………………………………………
36. Perusahaan pulp dan kertas yang mencemari lingkungan menurut KLH/ .

131
134
137
143
154
155
156
164

165
169

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Besarnya limbah cair yang dihasilkan industri pulp di Kanada ………….
2. Besarnya limbah cair yang dihasilkan industri pulp di Finlandia ………..
3. Penurunan limbah AOX yang dihasilkan industri pulp Swedia …………
4. Besarnya limbah uap/gas yang dihasilkan industri pulp di Kanada ……..
5. Besarnya limbah uap/gas yang dihasilkan industri pulp di Finlandia …...
6. Penurunan limbah sulfur yang dihasilkan industri pulp di Swedia ……..
7. Penumpukan limbah padat (landfill) dari industri pulp di Finlandia …….
8. Perumusan strategi secara komprehensif………………………...............
9. Berbagai metode formulasi strategi……………………….......................
10. Stategi Generik………………………......................................................
11. Matriks hubungan antara DFCA dan CGS………………………............
12. Empat tipe strategi dengan distribusi CP……………………….............
13. Kerangka pemikiran konseptual penelitian ………………………………
14. Alur untuk memperoleh data daya saing industri pulp …………………
15. Alur analisa daya saing industri pulp ………………………..................
16. Alur formulasi strategi peningkatan daya saing ………………………
17. Posisi Indonesia dan negara lainnya dengan Matriks Grand Strategy …
18. Perkembangan luas areal HTI ……………………………………………
19. Perbandingan skala ekonomi antara pabrik pulp dengan pengelolaan
hutan tanaman/ HTI ……………………………………………………...
20. Rata-rata volume Acacia mangium rotasi pertama di PT. MHP …………

47
48
49
50
51
51
52
76
77
79
83
83
87
90
94
96
132
141
148
157

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Pertumbuhan ekonomi (PDB) beberapa negara ASEAN dari tahun 1996
sampai tahun 2004 .....................................................................................
2. Kontribusi setiap sektor dalam PDB selama tahun 1996-2003 ………….
3. Kontribusi setiap subsektor industri pengolahan terhadap PDB selama
tahun 2000-2003 …………………………………………………………
4. Pertumbuhan setiap subsektor industri pengolahan selama tahun 20002003 ……………………………………………………………………...
5. Besarnya ekspor hasil industri selama tahun 2002 sampai tahun 2004 ….
6. Luas hutan di atas 50 ribu ha di beberapa negara ……………………….
7. Produksi pulp berbagai di berbagai negara ……………………………..
8. Ekspor pulp oleh berbagai negara ………………………………………
9. Surplus (defisit) pulp di berbagai negara ………………………………..
10. Luas areal hutan sebagai pemasok kayu industri pulp tujuh negara utama
11. Perusahaan HTI-pulp dan area konsesinya ………………………………
12. Peringkat PROPER KLH industri pulp dan kertas tahun 2004 ………….

194
194
194
195
195
195
196
198
200
204
205
206

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Stabilitas dan pemulihan ekonomi di negara-negara ASEAN sudah mulai
terjadi sejak tahun 1999. Negara-negara di kawasan ASEAN yang pada tahun
1997 mengalami krisis ekonomi mulai tumbuh dan bangkit kembali dari
keterpurukan yang berkepanjangan. Malaysia yang mengalami krisis ekonomi,
sehingga pertumbuhan ekonominya menurun sebesar –7,4% tahun 1998, sejak
tahun 1999 perekonomiannya sudah tumbuh kembali menjadi 6,1%. Begitu juga
tahun 2000 pertumbuhan ekonominya meningkat menjadi 8,3%. Meskipun pada
tahun 2002 hanya tumbuh sebesar 4,2%, namun tahun 2004 sudah kembali
mencapai pertumbuhan sebesar 8,0%. Hal yang sama dialami oleh Thailand, tahun
1998 mengalami pertumbuhan ekonomi negatif sebesar –10,5%, tahun 1999
sudah meningkat kembali menjadi 4,4%, tahun 2000 menjadi 4,6%, dan tahun
2003 serta tahun 2004 telah kembali mendekati angka 7%. Di lain pihak,
Indonesia setelah mengalami pertumbuhan ekonomi menurun (negatif) sebesar –
13,1% pada tahun 1998, tahun 1999 hanya tumbuh sebesar 0,8% dan tahun 2001
sebesar 3,4%. Meskipun pada tahun 2002 tumbuh lebih tinggi menjadi 3,7%,
tetapi pertumbuhan tersebut relatif stagnan pada angka sekitar 4%, yaitu sebesar
4,1% pada tahun 2003 dan 4,3% pada tahun 2004 (Sekretariat ASEAN, 2005).
Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, pemulihan ekonomi
Indonesia relatif lebih lambat dan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
Hal tersebut selain karena stabilitas politik yang mengalami gejolak, juga karena
lemahnya fundamental ekonomi, lemahnya sistem keuangan serta relatif kurang
terbukanya ekonomi Indonesia (Kawai, 2000; Llyod dan MacLaren, 2000).
Dengan lemahnya stabilitas perekonomian, investasi yang masuk juga semakin
menurun (Lipsey, 2001) yang kemudian berdampak semakin sulitnya sektorsektor perekonomian untuk bangkit (Feridhanusetyawan dan Pangestu, 2004).

2
Ditinjau dari sisi perekonomian nasional, pemulihan ekonomi suatu negara
ditandai dengan adanya pertumbuhan positif dari pendapatan nasional atau Produk
Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan PDB adalah pertumbuhan kumulatif dari
sektor-sektor ekonomi yang mempengaruhi PDB. Secara umum, terdapat
sembilan sektor ekonomi yang mempengaruhi besarnya pertumbuhan PDB di
Indonesia, yaitu (1) sektor pertanian, kehutanan dan perikanan; (2) sektor
pertambangan; (3) sektor industri pengolahan; (4) sektor listrik, gas, dan air; (5)
sektor konstruksi dan perumahan; (6) sektor perdagangan, hotel dan restoran; (7)
sektor transportasi dan komunikasi; (8) sektor keuangan dan bisnis; (9) serta
sektor jasa lainnya (BPS, 2004).
Dibandingkan sektor lainnya, peran sektor industri pengolahan relatif lebih
besar (BPS, 2004). Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB pada
tahun 2003 mencapai 24,6 persen, sementara kontribusi sektor pertanian (urutan
kedua) sebesar 16,6 persen dan kontribusi sektor perdagangan-hotel-restoran
(urutan ketiga) sebesar 16,3 persen. Begitu juga untuk kurun waktu sebelumnya,
peran sektor industri pengolahan terhadap PDB lebih tinggi dibandingkan sektor
lainnya dengan kontribusi sebesar 25,6 persen pada tahun 1996, 25,0 persen tahun
1998, 25,0 persen tahun 2002, dan 24,7 persen tahun 2004. Sebagai sektor yang
memiliki kontribusi paling besar dalam perekonomian Indonesia, maka memacu
pertumbuhan sektor industri pengolahan untuk meningkatkan kinerja ekonomi
nasional merupakan pilihan yang rasional.
Sektor industri pengolahan dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu industri
migas (minyak dan gas bumi) serta industri bukan migas. Industri migas
menyumbang sekitar 15 persen terhadap industri pengolahan, sementara industri
non migas menyumbang lebih besar lagi, sekitar 85 persen. Kelompok industri
non migas dibagi dalam sembilan subkelompok industri, yaitu (1) kelompok
industri makanan, minuman dan tembakau; (2) kelompok industri tekstil, barang
kulit dan alas kaki; (3) kelompok industri barang dari kayu dan hasil hutan lain;
(4) kelompok industri kertas dan barang cetakan; (5) kelompok industri pupuk,
kimia dan barang dari karet; (6) kelompok industri semen dan barang galian
bukan logam; (7) kelompok industri logam dasar, besi dan baja; (8) kelompok

3
industri alat angkutan, mesin dan peralatan; serta (9) kelompok industri barang
lainnya.
Kesembilan kelompok industri dalam industri pengolahan tersebut memiliki
peluang untuk menggerakan roda perekonomian dan menghasilkan devisa.
Meskipun demikian, terdapat beberapa kelompok industri tertentu yang memiliki
peran besar terhadap perekonomian Indonesia di masa mendatang. Peran tersebut
ditunjukkan diantaranya dengan kontribusi terhadap PDB, besarnya angka
pertumbuhan serta besarnya nilai ekspor nettonya. Dengan memperhatikan
kontribusinya terhadap PDB selama kurun waktu empat tahun terakhir, kelompok
industri makanan, minuman dan tembakau merupakan kelompok industri dengan
kontribusi terbesar (sekitar 11,4 persen) dari 24,7 persen kontribusi total industri
pengolahan terhadap PDB (BPS, 2004). Kelompok industri dengan peran yang
besar lainnya adalah kelompok industri pupuk, kimia dan produk karet dengan
kontribusi 3,1 persen; kelompok industri peralatan transportasi dan permesinan
dengan 1,9 persen; serta kelompok industri tekstil, kulit dan sepatu dengan 1,5
persen. Kelompok industri pengolahan lainnya seperti industri produk kayu,
industri semen dan bahan galian, industri logam dasar dan industri kertas dan
barang cetakan relatif memiliki konstribusi yang hampir sama, sekitar 0,7%.
Pada sisi lain, dengan memperhatikan besarnya angka pertumbuhan, terdapat
beberapa kelompok industri yang memiliki pertumbuhan yang tinggi tahun 2003,
yaitu kelompok industri pupuk, kimia dan produk karet dengan pertumbuhan ratarata sebesar 10,4% pertahun serta kelompok industri kertas dan barang cetakan
dengan pertumbuhan sebesar 7,9% pertahun. Kelompok industri lainnya memiliki
pertumbuhan rata-rata di bawah 5% (BPS, 2004).
Berdasarkan besarnya nilai ekspor, terdapat beberapa kelompok industri
yang memiliki nilai ekspor yang tinggi pada tahun 2003. Kelompok industri
tersebut diantaranya adalah kelompok industri tekstil dan produk tekstil dengan
nilai mencapai USD 7,1 milyar, kelompok industri alat listrik, ukur, fotografi
dengan nilai sebesar USD 6,3 milyar, kelompok industri kayu olahan dengan nilai
ekspor USD 3,1 milyar, kelompok industri minyak nabati dengan nilai ekspor
USD 2,9 milyar, kelompok industri barang dari logam dengan nilai ekspor USD
2,5 milyar, kelompok industri karet alam olahan dengan nilai ekspor USD 2,1

4
milyar dan kelompok industri kertas serta barang kertas dengan nilai ekspor lebih
dari USD 2,0 milyar (BPS, 2004). Pada sisi lain, berdasarkan besarnya nilai
pertumbuhan ekspor, kelompok industri pulp dan kertas merupakan kelompok
industri dengan pertumbuhan ekspor yang tinggi dalam kurun tahun 1999-2003.
Besarnya pertumbuhan ekspor mencapai 10,7 persen, yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor rata-rata komoditas lainnya yang hanya
3,3 persen untuk kurun waktu yang sama (Deperindag, 2004).
Paparan di atas menggambarkan bahwa meskipun kontribusi kelompok
industri kertas dan barang cetakan terhadap perekonomian nasional relatif masih
kecil, tetapi kelompok industri kertas dan cetakan merupakan kelompok industri
dengan prospek pertumbuhan dan kontribusi yang besar di masa mendatang.
Prospek industri kertas dan barang cetakan yang besar tidak dapat dilepaskan dari
dukungan dari industri pulp sebagai penyedia bahan baku utamanya.
Sebagai industri utama, industri pulp merupakan industri yang kokoh karena
didukung oleh ketersediaan bahan baku kayu yang besar, proses produksi yang
stabil serta pasar yang potensial. Dalam hal penyediaan bahan baku untuk pulp,
Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi persediaan kayu yang
cukup besar di dunia karena memiliki areal lahan hutan serta lahan marjinal yang
belum dimanfaatkan dalam jumlah yang luas. Indonesia memiliki hutan dengan
luas mencapai 110 juta ha (Departemen Kehutanan, 2004a), yang merupakan
negara peringkat kedelapan dengan hutan terluas di dunia setelah Rusia, Brazil,
Kanada, Amerika Serikat, R.R. Cina, Australia dan Republik Demokratik Kongo
(FAO, 2001). Selain itu, industri pulp juga didukung oleh sumberdaya produksi,
seperti energi yang relatif lebih murah dan tenaga kerja yang banyak.

1.2. Permasalahan Industri Pulp Indonesia
Meskipun industri pulp merupakan industri yang prospekif, tetapi terdapat
beberapa permasalahan serius yang dihadapi oleh industri pulp Indonesia.
Permasalahan yang dihadapi industri pulp di Indonesia diantaranya adalah
walaupun memiliki potensi lahan hutan yang luas, tetapi kayu untuk bahan baku
pulp belum tersedia dalam jumlah yang memadai untuk kebutuhan produksi.
Kebutuhan bahan baku kayu untuk pulp yang dipasok dari hutan tanaman industri

5
(HTI-pulp) hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku bagi sebagian
perusahaan pulp saja. Realisasi penanaman HTI-pulp sejak tahun 1989 sampai
tahun 2003 secara kumulatif baru mencapai 1,42 juta ha (Departemen Kehutanan,
2004a). Luas hutan tersebut terdiri dari hutan dengan kayu yang siap tebang dan
hutan dengan kayu yang masih belum mencukupi usia tebang. Luas hutan dengan
kayu yang sudah layak digunakan sebagai bahan baku pulp tahun 2004, mencapai
949 ribu ha. Luas hutan tersebut hanya mampu menghasilkan kayu setara dengan
produksi pulp sebanyak empat juta ton pertahun. Pada sisi lain, produksi pulp
Indonesia tahun 2004 lebih dari enam juta ton, sehingga secara netto, kayu yang
tersedia dari lahan HTI-pulp belum mencukupi kebutuhan produksi pulp.
Masalah lain yang dihadapi oleh industri pulp Indonesia adalah semakin
meningkatnya biaya untuk memproduksi pulp, meskipun pada periode sebelum
tahun 2000-an biaya produksi tersebut relatif lebih murah (Ibnusantoso, 2000).
Harga energi (bahan bakar minyak dan gas) setiap tahun dikurangi subsidinya,
disesuaikan dengan harga pasar internasional. Begitu juga dengan biaya upah
buruh yang setiap tahun terus meningkat. Hal tersebut membuat biaya produksi
pulp juga terus meningkat. Pada sisi lain, dengan biaya transportasi (transport
cost) dan upah buruh di bagian tanaman yang terus meningkat, menyebabkan
biaya penanaman kayu yang dikonversikan menjadi harga kayu berdiri (stumpage
value) juga meningkat. Hal tersebut menyebabkan biaya kayu (log cost dan pulp
timber cost) juga semakin tinggi.
Industri pulp Indonesia juga dihadapkan pada suatu fakta yang menunjukkan
bahwa industri pulp merupakan salah satu industri yang mencemari lingkungan
dengan berat. Limbah yang dihasilkan dari industri pulp telah mencemari udara,
air dan tanah dalam kategori yang cukup membahayakan. Dalam tataran global,
penerapan ekolabeling dan ISO seri 14000 sebagai standar pengelolaan
lingkungan dalam menghasilkan produk, dijadikan sebagai acuan dalam
menentukan perdagangan suatu produk. Oleh karena itu, limbah yang dihasilkan
industri pulp yang mencemari lingkungan akan menjadi citra negatif dalam
perdagangan pulp Indonesia di pasar internasional.

6
1.3. Tujuan Penelitian
Kondisi-kondisi yang dipaparkan di atas merupakan masalah-masalah yang
dihadapi oleh industri pulp Indonesia secara serius. Sebagai salah satu negara
eksportir utama pulp dunia, apabila masalah tersebut tidak segera ditangani, maka
peran Indonesia dalam perdagangan pulp dunia juga akan menurun, karena
semakin lemahnya daya saing produk pulp Indonesia terhadap negara lain.
Meskipun industri pulp Indonesia memiliki peran yang cukup signifikan dalam
peta produksi pulp dunia, tetapi peran tersebut belum didukung oleh daya saing
yang memadai dibandingkan dengan industri pulp di negara–negara penghasil
pulp utama lainnya. Peran industri suatu negara dalam perdagangan dunia
ditentukan oleh daya saing industri negara tersebut dalam memanfaatkan semua
sumberdaya yang dimilikinya (bahan baku, faktor produksi, teknologi,
pengelolaan lingkungan dan lainnya) dengan efisien untuk menghasilkan produk
(output) dengan kualitas yang baik dan harga yang kompetitif serta ramah
lingkungan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan daya saing industri pulp
Indonesia terhadap industri pulp negara lainnya, diperlukan kajian daya saing
industri, terutama dalam hal sebagai berikut.
1. Kemampuan industri pulp dalam pengelolaan sumber bahan baku kayu.
2. Kemampuan mengefisienkan penggunaan bahan baku kayu, tenaga kerja
dan energi dalam proses produksi,
3. Kemampuan untuk memenuhi tuntutan global terhadap produk yang tidak
mencemari lingkungan (clean production).
Kajian tersebut dapat mengukur posisi daya saing industri pulp Indonesia
terhadap negara lainnya. Supaya kemampuan daya saing industri pulp Indonesia
dapat ditingkatkan, maka diperlukan juga kajian untuk merumuskan strategi
dalam meningkatkan atau mempertahankan daya saing industri pulp Indonesia.
Oleh karena itu, dalam penelitian dirumuskan tujuan sebagai berikut.
1. Membandingkan daya saing industri pulp Indonesia dengan industri pulp
negara-negara utama lainnya;
2. Merumuskan strategi peningkatan daya saing industri pulp Indonesia.

7
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan paparan masalah yang dihadapi industri pulp Indonesia serta
tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka terdapat beberapa hal yang menjadi
lingkup dari kegiatan penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Industri yang diteliti adalah industri pulp, yang merupakan agregat dari
perusahaan-perusahaan pulp (pulp mills) yang beroperasi di suatu negara.
2. Penelitian berfokus pada komparasi (perbandingan) daya saing industri
pulp antara negara-negara penghasil pulp utama dunia serta formulasi
strategi peningkatan daya saing industri pulp Indonesia.
3. Perbandingan dilakukan terhadap faktor-faktor yang memiliki pengaruh
besar terhadap daya saing industri pulp.
4. Negara-negara penghasil pulp utama dunia ditentukan berdasarkan
besarnya peran dari industri pulp negara tersebut terhadap pasokan pulp
dunia.
5. Metode analisa daya saing dipilih dari berbagai metode daya saing yang
telah luas dan banyak dijadikan rujukan dalam berbagai penelitian
sebelumnya.
6. Perumusan strategi peningkatan daya saing industri pulp Indonesia
dilakukan dengan mengacu kepada metode formulasi strategi yang telah
luas digunakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan strategi peningkatan daya saing industri pulp dapat dirumuskan
setelah terlebih dahulu dilakukan kajian dan analisa mengenai daya saing dalam
industri pulp. Oleh karena itu, bahasan di bawah akan memaparkan berbagai
pustaka yang berhubungan dengan kajian analisa daya saing industri dan kajian
formulasi strategi peningkatan daya saing industri. Kajian analisa daya saing
memerlukan pustaka yang berupa data mengenai kondisi industri pulp di berbagai
negara penghasil pulp dunia serta berbagai metode perangkat analisa daya saing
industri yang banyak digunakan. Pada sisi lain, kajian formulasi strategi
peningkatan daya saing industri memerlukan pustaka mengenai berbagai metode
yang digunakan dalam perumusan strategi peningkatan daya saing industri.
Tinjauan pustaka kondisi industri pulp di berbagai negara penghasil pulp utama
dunia dibagi dalam dua bagian, yaitu paparan mengenai entitas (negara) penghasil
pulp utama dunia serta faktor penentu dalam daya saing industri pulp. Bahasan
mengenai metode perangkat analisa daya saing industri, memaparkan berbagai
perangkat yang digunakan dalam analisa daya saing, terutama metode nonparametrik. Pada sisi lain, bahasan mengenai strategi peningkatan daya saing
industri, memaparkan berbagai metode dalam perumusan strategi peningkatan
daya saing.

2.1. Kondisi Daya Saing Industri Pulp di Negara-negara Penghasil Pulp
Utama Dunia
Daya saing merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui posisi setiap
entitas (unit, produk, organisasi, perusahaan, industri maupun negara) dalam peta
persaingan, baik lingkup industri, nasional, regional maupun internasional. Daya
saing banyak digunakan sebagai alat banding masing-masing entitas untuk
mengetahui peta keberadaannya terhadap mitra/ pesaingnya. Dengan mengetahui
daya saing yang dimiliki oleh entitas tersebut dibandingkan dengan mitra/

9
pesaingnya, maka dapat ditentukan strategi apa yang tepat agar entitas tersebut
dapat bertahan atau memenangkan persaingan.
Terdapat beberapa definisi daya saing yang telah dikembangkan. Definisi
daya saing ada yang lebih berorientasi hasil (output), ada yang berorientasi
sumberdaya (input), ada juga yang berorientasi proses, bahkan ada yang
merupakan kombinasi dari ketiganya. Beberapa definisi tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut.
1) Daya saing adalah proses bagi suatu entitas supaya dapat mengungguli lainnya
(Khalil, 2000).
2) Daya saing adalah derajat dimana setiap negara, dalam kondisi pasar bebas
dan adil, dapat menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan
pasar internasional, sambil secara simultan dapat meningkatkan pendapatan
riil penduduknya (Council of Competitiveness, 1994 dikutip dari Khalil,
2000).
3) Daya saing adalah kemampuan produsen untuk memproduksi suatu komoditas
dengan mutu yang baik dan ongkos produksi yang rendah, sehingga pada
harga-harga di pasar internasional tetap dapat diperoleh laba yang mencukupi,
serta dapat mempertahankan kelanjutan kegiatan produksinya (Simanjuntak,
1992) dan mampu memperpanjang pertumbuhannya (Toh dan Tan, 1998).
4) Daya saing adalah kemampuan menerapkan strategi penciptaan nilai yang
tidak diterapkan serta tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain (Vastag, 2000).
5) Daya saing adalah kombinasi antara hasil akhir (tujuan/ misi) dengan upaya
(strategi/ kebijakan) untuk mencapainya (Porter, 1980).
6) Daya saing adalah kombinasi antara tujuan atau competitive strategic goal
dengan faktor yang menentukan keberhasilan atau determinant factors of
competitive advantage (Li dan Deng, 1999).
Dari beberapa definisi di atas, terdapat beberapa kata kunci yang digunakan
dalam daya saing, yaitu unggul dari pesaing dalam menggunakan sumberdaya/
produksi, mampu memproduksi barang/ jasa dengan kualitas baik dan harga
murah, serta merupakan kombinasi tujuan dengan upaya. Dengan kata-kata kunci
di atas, maka daya saing dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk lebih baik

10
dari pesaing dalam menggunakan sumberdaya/ produksi (input) untuk
menghasilkan barang/ jasa (output) dengan kualitas dan harga yang kompetetif.
Untuk mengetahui daya saing suatu entitas terhadap entitas lainnya, maka
dilakukan analisa daya saing. Analisa daya saing memerlukan tiga hal, yaitu
entitas (unit) yang terlibat dalam persaingan (para pesaing), faktor-faktor yang
mempengaruhi daya saing (faktor input dan output), serta perangkat yang
digunakan dalam mengukur kemampuan persaingan. Pertama, entitas atau unit
yang terlibat persaingan dalam persaingan industri pulp antar negara terdiri dari
negara-negara yang memiliki dominasi kuat dalam peta pasokan dan perdagangan
pulp dunia. Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing adalah faktorfaktor yang memiliki peran besar sebagai faktor penentu (faktor kunci)
keberhasilan daya saing industri pulp. Faktor kunci keberhasilan daya saing
berupa faktor-faktor yang digunakan sebagai sumberdaya (input) serta faktorfaktor yang dihasilkan (output) yang berupa produk (barang atau jasa). Ketiga,
perangkat

untuk

mengukur

kemampuan

persaingan

dilakukan

dengan

menggunakan metode yang banyak digunakan dalam pengukuran daya saing.

2.1.1. Entitas/ unit (negara) penghasil pulp utama dunia
Data dari organisasi dunia dalam bidang makanan dan pertanian atau Food
and Agriculture Organization (FAO, 2004) menunjukkan bahwa terdapat 63
negara di dunia yang merupakan penghasil (produsen) pulp. Negara produsen pulp
terbesar di dunia adalah Amerika Serikat yang rata-rata memproduksi sekitar 53
juta ton pertahun, sementara negara penghasil pulp terendah adalah Madagaskar
dengan rata-rata produksi sekitar 700 ton pertahun. Selain Amerika Serikat,
negara-negara produsen pulp terbesar lainnya adalah Kanada dengan produksi
rata-rata sebesar 26 juta ton pertahun, R.R. China dengan 18 juta ton pertahun,
Finlandia dan Swedia dengan produksi sekitar 12 juta ton pertahun, dan Jepang
dengan produksi 10 juta ton pertahun. Di samping itu, terdapat tiga negara yang
memproduksi pulp antara lima sampai sepuluh juta ton pertahun yaitu Brazil,
Rusia dan Indonesia, serta lima negara yang memproduksi pulp antara dua sampai
lima juta ton pertahun, yaitu India, Chili, Perancis, Norwegia dan Jerman.

11
Besarnya produksi pulp suatu negara belum memberikan gambaran
mengenai peran negara tersebut terhadap kebutuhan pulp dunia. Peran terhadap
kebutuhan pulp dunia, selain dipengaruhi oleh besarnya produksi juga dipengaruhi
oleh besarnya kelebihan pasokan pulp serta besarnya ekspor pulp dari negara yang
bersangkutan. Kelebihan pasokan (surplus) pulp menunjukkan perbedaan antara
pulp yang dihasilkan (produksi) dengan pulp yang dibutuhkan (konsumsi) oleh
negara yang bersangkutan. Semakin besar nilai kelebihan pasokan, semakin besar
peran negara tersebut untuk memasok kebutuhan pulp negara lain. Pada sisi lain,
besarnya ekspor pulp suatu negara selain menunjukkan bahwa produk pulp
merupakan komoditas penting bagi negara tersebut dalam menghasilkan devisa,
juga memberi gambaran mengenai besarnya pasokan pulp dari negara tersebut
dalam memenuhi kebutuhan pulp negara lain.
Berdasarkan angka kelebihan pasokan (surplus) pulp, negara yang memiliki
kelebihan pasokan pulp terbesar di dunia adalah Kanada dengan kelebihan ratarata sekitar 11 juta ton pertahun (FAO, 2004). Negara-negara yang memiliki
kelebihan pasokan pulp di atas satu juta ton pertahun lainnya adalah Swedia,
Finlandia, Brazil, Chili, Indonesia dan Rusia. Selain itu, terdapat negara-negara
dengan kelebihan pasokan pulp di atas 400 ribu ton pertahun, diantaranya adalah
Afrika Selatan, Portugal, Selandia Baru dan Norwegia. Pada sisi lain, negaranegara penghasil pulp yang besra di dunia seperti Amerika Serikat, R.R. Cina dan
Jepang juga merupakan negara-negara yang kekurangan pasokan (defisit) pulp
terbesar di dunia. Kebutuhan (konsumsi) pulp negara-negara tersebut lebih besar
dari produksi. Setiap tahun, R.R. Cina kekurangan pasokan pulp sekitar enam juta
ton, Jepang kekurangan sekitar dua juta ton dan Amerika Serikat sekitar satu juta
ton.
Peran suatu negara penghasil pulp terhadap kebutuhan pulp dunia juga
dipengaruhi oleh besarnya ekspor dari negara yang bersangkutan. Negara yang
melakukan ekspor pulp terbesar di dunia adalah Kanada, dengan besarnya eskpor
pada tahun 2003 mencapai 11,5 juta ton. Di samping itu negara-negara
pengekspor pulp terbesar lainnya adalah Amerika Serikat, Swedia, Brazil,
Finlandia, Indonesia, Chili, dan Rusia yang masing-masing pada tahun 2003
mengekspor pulp di atas satu juta ton.

12
Dengan memperhatikan peran negara-negara penghasil utama pulp dunia
terhadap kebutuhan pulp dunia, ditunjukkan bahwa ada tujuh negara yang
memiliki peran besar dalam pasokan pulp dunia ditinjau dari besarnya produksi,
kelebihan pasokan dan besarnya ekspor, yaitu Kanada, Finlandia, Swedia, Brazil,
Chili, Rusia dan Indonesia. Negara-negara tersebut rata-rata memproduksi,
memiliki surplus serta mengekspor pulp dalam jumlah yang besar, lebih dari satu
juta ton pertahun. Angka satu juta ton pertahun sebagai indikator yang
menunjukkan besarnya peran negara-negara tersebut terhadap pasokan pulp dunia.
Kontribusi negara-negara penghasil utama pulp dunia berdasarkan besarnya
produksi, kelebihan pasokan dan ekspor ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Negara-negara utama pulp dunia tahun 2001 sampai 2003 berdasarkan
kontribusi pasokan (dalam juta ton)

Kanada
Swedia
Finlandia
Brazil
Chili
Indonesia
Rusian
Portugal
Afrika Selatan
Norwegia
Spanyol
Thailand
India
Austria
Australia
AS
Perancis
Jepang
Korea Selatan
Jerman
R.R. Cina

2001
10.80
2.60
1.57
2.95
2.14
1.13
1.68
0.82
0.14
0.40
0.06
0.02
-0.18
-0.18
-0.27
-1.13
-1.77
-2.49
-2.31
-3.44
-5.42

Surplus
2002
11.67
2.90
2.02
2.16
2.12
1.65
1.76
0.82
0.16
0.39
-0.08
-0.17
-0.22
-0.26
-0.31
-1.10
-1.74
-2.32
-2.52
-3.70
-5.75

2003
10.92
2.91
2.25
2.16
2.10
1.82
1.77
0.83
0.45
0.41
0.05
-0.17
-0.23
-0.25
-0.32
-0.98
-1.71
-2.16
-2.45
-3.81
-6.43

2001
24.91
11.39
11.17
7.39
2.67
4.67
6.02
1.81
1.90
2.27
1.73
1.00
2.60
1.54
1.21
53.03
2.46
10.74
0.55
2.10
18.38

Produksi
2002
25.56
11.71
11.73
7.39
2.69
4.97
6.38
1.93
1.90
2.17
1.73
1.00
2.95
1.56
1.39
52.91
2.43
10.66
0.53
2.15
18.38

2003
26.00
12.10
11.95
9.10
2.76
5.59
6.61
1.94
1.80
2.26
1.91
0.99
3.21
1.63
1.17
52.54
2.32
10.52
0.52
2.45
18.38

2001
11.07
2.91
1.70
3.25
2.17
1.70
1.72
0.98
0.19
0.50
0.80
0.34
0.03
0.33
0.00
5.51
0.45
0.09
0.00
0.43
0.04

Ekspor
2002
11.94
3.28
2.11
2.58
2.15
2.25
1.80
0.96
0.22
0.49
0.72
0.19
0.03
0.32
0.00
5.48
0.49
0.11
0.00
0.52
0.05

2003
11.39
3.30
2.39
2.58
2.11
2.38
1.81
0.96
0.51
0.51
0.83
0.19
0.03
0.30
0.00
5.11
0.46
0.17
0.00
0.47
0.05

Sumber : FAO (2004)

Meskipun Amerika Serikat (AS) merupakan negara produsen terbesar pulp
dunia dan merupakan salah satu negara dengan ekspor terbesar, tetapi AS juga
merupakan salah satu negara yang kekurangan pasokan pulp terbesar di dunia.
Begitu juga dengan R.R. Cina dan Jepang, negara-negara tersebut termasuk

13
kelompok negara produsen pulp tetapi kekurangan pasokan pulp dalam jumlah
yang besar. Ketiga negara tersebut menggunakan hampir seluruh produksi pulp
mereka untuk kebutuhan dalam negeri.

2.1.2. Faktor penentu daya saing industri pulp
Terdapat berbagai pandangan untuk menentukan faktor apa saja yang
dijadikan sebagai indikator dalam menentukan daya saing industri/ negara.
Pandangan-pandangan tersebut memamparkan mengenai faktor-faktor penentu
daya saing antar negara/ kawasan dan daya saing indsutri. Beberapa pandangan
tersebut adalah sebagai berikut.

Daya saing antar negara/ kawasan
1. Sebagai faktor dalam mengukur daya saing, Council of Competitiveness
Amerika Serikat (Khalil, 2000), mengembangkan empat bagian piramida daya
saing yang merupakan ukuran dalam daya saing suatu negara, yaitu investasi,
produktivitas, perdagangan dan kualitas hidup.
2. Untuk mengukur daya saing kawasan/ regional, Department of Trade and
Industry

(2001)

Inggris

menggunakan

14

indikator

(faktor)

yang

dikelompokan dalam lima bagian. Keempat belas indikator tersebut adalah
GDP dan pendapatan rumah tangga, produktivitas pekerja sektor manufaktur,
pendapatan tam