Analisis Komparatif Daya Saing Industri Manufaktur di ASEAN

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KOMPARATIF DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR DI ASEAN

OLEH

Fitria Sulistiani 110501023

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Komparatif Daya Saing Industri Manufaktur di ASEAN” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan atau plagiat dalam skripsi ini, saya menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2014

110501023 Fitria Sulistiani


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN PENCETAKAN

Nama : ... NIM : ... Program Studi : ... Konsentrasi : ... Judul : ... ... ... Tanggal: ... Ketua Program Studi

NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD

Tanggal: ... Ketua Departemen

NIP. 19730408 199802 1 001 Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Sebagai dosen pembimbing saya telah memberikan bimbingan dan perbaikan seperlunya atas skripsi:

Nama : Fitria Sulistiani

NIM : 110501023

Program Studi : S-1 Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan

Judul : Analisis Komparatif Daya Saing Industri Manufaktur di ASEAN

Setelah memperhatikan proposal, proses penulisan, substansi dan teknik penulisan saya memberikan nilai ... untuk skripsi tersebut diatas.

Medan, ... Dosen Pembimbing,

19630 81819 8803 1005


(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Sebagai pembaca penilai saya telah memberikan koreksi dan perbaikan seperlunya atas skripsi:

Nama : Fitria Sulistiani

NIM : 110501023

Program Studi : S-1 Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan

Judul : Analisis Komparatif Daya Saing Industri Manufaktur di ASEAN

Setelah memperhatikan substansi dan teknik penulisan saya memberikan nilai ... atas skripsi tersebut diatas.

Medan, ... Pembaca Penilai,

195104211982031002 Dr. Rujiman, MA


(6)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARATIF DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR DI ASEAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing ekspor manufaktur negara-negara ASEAN untuk menganalisis hubungan kausalitas daya saing industri manufaktur dalam ekspor industri manufaktur di ASEAN.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Pengumpulan data sekunder diperoleh dariWorld Bank dan World Integrated Solution. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan program komputer Eviews 7.

Hasil penelitian terhadap 10 negara ASEAN adalah menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan timbal balik antara daya saing industri dengan ekspor industri manufaktur akan tetapi terdapat hubungan jangka panjang.Hal ini tampak dari nilai uji granger kausalitas bahwa tidak terdapat hubungan timbal balik antara daya saing dengan ekspor industri, untuk nilai probabilitas daya saing antara ekspor industri

adalah sebesar 0.0624 dengan α sebesar 0,10. Sementara itu, untuk uji kointegrasi dilihat dari nilai t-statistik dari variabel adalah 0.425664 dengan prob (probability)-nya sebesar 0.6816. Sedangkan t-tabel dengan tingkat signifikansi 1% sebesar 2.82144.Berdasarkan pengujian RCA (Revealed Comparative Adventages) dari 10 negara ASEAN yang memiliki keunggulan daya saing adalah Thailand yang mempunyai keunggulan pada ekspor produk makanan, Singapura yang mempunyai keunggulan pada ekspor produk bahan kimia,Kamboja yang mempunyai keunggulan pada ekspor produk tekstil, dan Indonesia yang mempunyai keunggulan pada ekspor produk kayu, menjadikan ASEANsemakin kuat dimata dunia. Tidak terdapat nya hubungan timbal balik atau hubungan dua arah saat dilakukannya pengujian dapat disebabkan oleh ada beberapa negara seperti Brunei Darussalam dan Laos yang kurang tersedianya data ekspor industri membuat hasil pengujjian tidak signifikan mempengaruhi ada nya hubungan timbal balik antara daya saing industri dengan ekspor industri manufaktur.


(7)

ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS OF MANUFACTURING INDUSTRY COMPETITIVENESS IN ASEAN

The purpose of this research to analyze the competitiveness of manufacturing exports of ASEAN countries to analyze causality competitiveness of manufacturing industries in export manufacturing industry in ASEAN.

This research characteristic is quantitative of descriptive. The data in this research is secondary data. The collecting of secondary data are obtained from WITS and World Bank. The descriptive analysis method by using eviews7 .

The research 10 ASEAN countries are showing that there is no reciprocal relationship between industrial competitiveness in export manufacturing industry but there is a long janka relationship. This is evident from the value of granger causality test that there is a reciprocal relationship between the competitiveness of the export industry, for a probability value between export competitiveness of the industry is at

0.0624 with α of 0.10. Meanwhile, to test cointegration seen from the value of the t -statistics of the variables is 0.425664 with prob (probability) it amounted to 0.6816. While the t-table with a significance level of 1% at 2.82144. Based on testing RCA (Revealed Coparative Advantages) from 10 ASEAN countries have a competitive advantages is Thailand wich has the advantages in the export of food products, Singapore has advantages in exporting chemical products, Cambodia wich has the advantages in the export of textile products, and Indonesia, wich have excellence in the export of wood products, make ASEAN stronger in the eyes of the world. There is a reciprocal relationship or his two way relationship while doing the test can be caused by a few countries such as Brunei and Laos the lack of availability of data export industry makes test results do not significantly affect his existing reciprocal relationship between industrial competitiveness in export manufacturing industry. Keywords: competitiveness, export manufacturing industry


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa, dimana atas segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi guna memenuhisalah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada FakultasEkonomi Universitas Sumatera Utara dengan judul “Analisis Komparatif Daya Saing Industri Manufaktur Di ASEAN”.

Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini dan juga penyelesaian studi penulis, yaitu kepada :

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Tumin Sugondo, SE, MS.i dan Ibunda Patiani atas semangat dan dukungan baik berupa dukungan moril maupun materil .

2. Bapak Prof. DR. Azhar Maksum, SE., M.Ec., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec., selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Irsyad Lubis, SE., M.Soc.Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(9)

5. Bapak Prof. Dr. lic.rer. reg. Sirojuzilam, SE, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Dr. Rujiman, MA. dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E, M.Si, selaku dosen pembaca dan penilai yang telah meluangkan waktunya dan memberi masukan terhadap skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan Staf pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Kepada seluruh teman-temanstambuk 2011 Ekonomi Pembangunan yang juga memberikan semangat, doa dan dukungannya kepada penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Oktober 2014 Penulis,

110501023 Fitria Sulistiani


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 7

2.1.1 Industri Manufaktur ... 7

2.1.2 Daya Saing Industri ... 10

2.1.2.1 Konsep comparative Advantage ... 11

2.1.3 Ekspor ... 14

2.1.3.1 Barang Ekspor ... 14

2.1.3.2 Strategi Ekspor ... 15

2.2 Penelitian Terdahulu ... 16

2.3 Kerangka Konseptual ... 18


(11)

BAB III METODE PENELETIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Definisi Operasional Variabel ... 21

3.3 Objek Penelitian ... 21

3.5 Jenis Data ... 22

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.6 Alat Analisis ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 AEC (ASEAN Economics Community) ... 25

4.2. Negara-Negara di ASEAN ... 30

4.2.1 Brunei Darussalam ... 30

4.2.2 Kamboja…...……… 32

4.2.3 Indonesia………...……….. 32

4.2.4 Laos………... 33

4.2.5 Malaysia………... 34

4.2.6 Myanmar………. 35

4.2.7 Filipina………. . 36

4.2.8 Singapura………. 39

4.2.9 Thailand……….….. 40

4.2.10 Vietnam………..…… 42

4.3 Pangsa Pasar di ASEAN ... 44

4.4 Analisis Data ... 51

4.4.1 Uji Akar Unit ... 51


(12)

4.4.3 Uji GrangeKausalitas... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Peningkatan Daya Saing Industri di ASEAN

Tahun 2002-2013 ... 3

1.2 Nilai Ekspor Industri Manufaktur 10 Negara ASEAN Terhadap Nilai Ekspor Industri Manufaktur ASEAN (USD) Tahun 2003-2013 ... 4

4.1 Indeks RCA Produk Makanan ASEAN Tahun 2003-2012 ………..…… 45

4.2 Klasifikasi Nilai RCA Produk Makanan di ASEAN Tahun 2003-2012 ... 46

4.3 Nilai RCA Bahan Kimia ASEAN TAHUN 2003-2012 ...………... 47

4.4 Klasifikasi Nilai RCA Bahan Kimia ASEAN Tahun 2003-2012 ... 47

4.5 Nilai RCA Produk Tekstil Di ASEAN Tahun 2003-2012 ... 48

4.6 Klasifikasi Nilai RCA Tekstil Di ASEAN Tahun 2003-20012 ……….…….……….... 49

4.7 Nilai RCA Produk Kayu di ASEAN Tahun 2003-2012 ……..……. 50

4.8 Klasifikasi nilai RCA Produk Kayu di ASEAN Tahun 2003-2012 ……….……… 51

4.9 Hasil pengujian Akar Unit data tingkat level……….. 52

4.10 Hasil pengujian Akar Unit Data Tingkat Diffrence ……….… 53

4.11 Hasil Pengujian Kointegrasi ……… 54


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangaka Konseprtual ... 19 4.1 Spesialisasi Negara-negara ASEAN ……….. 29


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Data Produk Kimia Tahun 2003-201……….. 61 2. Data Produk Kimia Tahun 2003-2012………. 62 3. Data Produk Tekstil dan Pakaian Tahun 2003-2012…………. 63 4. Data Produk Kayu Tahun 2003-2012 ... 64


(16)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARATIF DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR DI ASEAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing ekspor manufaktur negara-negara ASEAN untuk menganalisis hubungan kausalitas daya saing industri manufaktur dalam ekspor industri manufaktur di ASEAN.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Pengumpulan data sekunder diperoleh dariWorld Bank dan World Integrated Solution. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan program komputer Eviews 7.

Hasil penelitian terhadap 10 negara ASEAN adalah menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan timbal balik antara daya saing industri dengan ekspor industri manufaktur akan tetapi terdapat hubungan jangka panjang.Hal ini tampak dari nilai uji granger kausalitas bahwa tidak terdapat hubungan timbal balik antara daya saing dengan ekspor industri, untuk nilai probabilitas daya saing antara ekspor industri

adalah sebesar 0.0624 dengan α sebesar 0,10. Sementara itu, untuk uji kointegrasi dilihat dari nilai t-statistik dari variabel adalah 0.425664 dengan prob (probability)-nya sebesar 0.6816. Sedangkan t-tabel dengan tingkat signifikansi 1% sebesar 2.82144.Berdasarkan pengujian RCA (Revealed Comparative Adventages) dari 10 negara ASEAN yang memiliki keunggulan daya saing adalah Thailand yang mempunyai keunggulan pada ekspor produk makanan, Singapura yang mempunyai keunggulan pada ekspor produk bahan kimia,Kamboja yang mempunyai keunggulan pada ekspor produk tekstil, dan Indonesia yang mempunyai keunggulan pada ekspor produk kayu, menjadikan ASEANsemakin kuat dimata dunia. Tidak terdapat nya hubungan timbal balik atau hubungan dua arah saat dilakukannya pengujian dapat disebabkan oleh ada beberapa negara seperti Brunei Darussalam dan Laos yang kurang tersedianya data ekspor industri membuat hasil pengujjian tidak signifikan mempengaruhi ada nya hubungan timbal balik antara daya saing industri dengan ekspor industri manufaktur.


(17)

ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS OF MANUFACTURING INDUSTRY COMPETITIVENESS IN ASEAN

The purpose of this research to analyze the competitiveness of manufacturing exports of ASEAN countries to analyze causality competitiveness of manufacturing industries in export manufacturing industry in ASEAN.

This research characteristic is quantitative of descriptive. The data in this research is secondary data. The collecting of secondary data are obtained from WITS and World Bank. The descriptive analysis method by using eviews7 .

The research 10 ASEAN countries are showing that there is no reciprocal relationship between industrial competitiveness in export manufacturing industry but there is a long janka relationship. This is evident from the value of granger causality test that there is a reciprocal relationship between the competitiveness of the export industry, for a probability value between export competitiveness of the industry is at

0.0624 with α of 0.10. Meanwhile, to test cointegration seen from the value of the t -statistics of the variables is 0.425664 with prob (probability) it amounted to 0.6816. While the t-table with a significance level of 1% at 2.82144. Based on testing RCA (Revealed Coparative Advantages) from 10 ASEAN countries have a competitive advantages is Thailand wich has the advantages in the export of food products, Singapore has advantages in exporting chemical products, Cambodia wich has the advantages in the export of textile products, and Indonesia, wich have excellence in the export of wood products, make ASEAN stronger in the eyes of the world. There is a reciprocal relationship or his two way relationship while doing the test can be caused by a few countries such as Brunei and Laos the lack of availability of data export industry makes test results do not significantly affect his existing reciprocal relationship between industrial competitiveness in export manufacturing industry. Keywords: competitiveness, export manufacturing industry


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Perusahaan dari negara-negara Asia yang dahulunya menerima investasi dari perusahaan-perusahaan Eropa yang mengambil keuntungan dari biaya tenaga kerja yang lebih rendah sekarang melakukan investasi di Eropa. Investasi perusahaan-perusahaan tersebut pada pabrik-pabrik otomotif dan elektronik Eropa berjumlah miliaran dolar (Ball, 2007; 121).

Meskipun benar bahwa jepang telah melakukan investasi dalam jumlah besar di negara-negara Asia Pasifik dan dengan demikian cukup terwakili di daerah itu, adalah terlalu menyederhanakan persoalan untuk menganggap bahwa jepang dan NIEs (New Industrialisasi Economics) Asia merupakan satu blok perdagangan. Faktanya, ada dua kelompok yang saling bersaing dipasifik tidaklah sepenuhnya memadai, yaitu; diantara NIEs Asia sendiri dan diantara negara-negara tersebut dan sepuluh anggota dari perhimpunan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN). Perusahaan-perusahaan dari NIEs Asia juga merupakan investor penting di negara-negara anggota ASEAN (Ibid; 90).

Satu faktor yang menonjol dalam analisis dari kekuatan-kekuatan kompetitif adalah banyaknya produk yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan Asia yang bersaing ketat dengan output para produsen yang lebih tua dan lebih berpengalaman dari Eropa, AS, dan jepang. Pada tahun 2000, impor dan ekspor di kawasan Asia Timur, yang meliputi Cina, Hongkong, Korea, Singapur, Taiwan, Indonesia,


(19)

Malaysia, Filipina, dan Thailand, masing-masing melampaui USD 1 triliun untuk pertama kalinya (Ibid; 137-138).

Konsep daya saing umumnya dikaitkan dengan konsep comparative advantage, yakni yang dimiliki nya unsur-unsur penunjang produksi yang memungkinkan satu negara menarik investor untuk melakukan investasi kenegaranya, tidak kenegara lain (Imawan, 2002; 84).

Dalam cetak biru AEC ( ASEAN Economic Community) 2015 satu pilar yang berkaitan erat dengan industri manufaktur adalah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi negara ASEAN yang memungkinkan terjadinya aliran bebas barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terampil.

Adanya perbandingan daya saing industri manufaktur diharapkan mampu berperan positif dalam kerja sama perdagangan internasional, dengan demikian neraca perdagangan negara-negara anggota ASEAN akan mengalami surplus.

Terintegrasinya kawasan Asia Tenggara, kawasan ini akan mampu menghadapi tantangan dan intervensi dari luar, baik secara ekonomi maupun militer. Diharapkan dengan terbentuknya komunitas ekonomi ASEAN dapat mempererat kerjasama dalam berbagai hal bidang misalnya, kerja sama dalam bidang industri manufaktur. ASEAN terdiri dari negara-negara berkembang yang tercakup di Asia Tenggara. Dengan begitu ASEAN akan lebih mudah untuk melakukan kerjasama dengan negara bukan anggota ASEAN.

Pembentukan AFTA mengukuhkan terbentuknya pasar tunggal ASEAN. Tujuannya untuk menciptakan pasar yang terintegrasi (pasar tunggal) antar negara


(20)

anggota ASEAN dan sasarannya adalah meningkatkan daya saing ekonomi ASEAN sebagai product based dalam menghadapi persaingan dipasar dunia, sehingga kegiatan produksi dilakukan dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing negara anggota. Dengan menghilangkan hambatan tarif dan nontarif inter-regional dikawasn ASEAN, daya saing negara-negara ASEAN diharapkan lebih kompetitif sehingga rasio volume perdagangan ASEAN maupun dunia semakin meningkat (Istifadah, 2012; 429).

Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara nasional di negara. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkan maupun kinerja industri secara keseluruhan.

Tabel 1.1

Peringkat Daya Saing Industri di ASEAN Tahun 2002-2012

Tahun Peringkat

Singapura Malaysia Thailand Indonesia Filipina

2002 8 24 31 47 40

2003 4 21 28 49 41

2004 2 16 26 49 43

2005 3 25 25 50 40

2006 3 22 29 52 42

2007 2 23 33 54 45

2008 2 19 27 51 40

2009 3 18 26 42 43

2010 1 10 26 35 39

2011 3 16 27 37 41

2012 4 14 30 37 43


(21)

Berdasarkan tabel diatas bahwa peringkat daya saing industri pada tahun 2010 negara Singapura meraih peringkat ke-1, sedangkan negara yang meraih posisi terendah pada tahun 2007 di ASEAN adalah negara Indonesia yaitu peringkat ke-54. Indonesia pada tahun 2010 meraih peringkat ke-35, Malaysia, Thailand , Filipina memiliki daya saing yang stabil.

Rendahnya daya saing industri antar negara ASEAN dipengaruhi oleh sumber daya alam yang kurang dikelola, teknologi yang rendah, sumber daya manusia yang kurang berkualitas juga dapat menyebabkan rendahnya daya saing industri di ASEAN.

Dalam perekonomian global, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh kegiatan perdagangan antarnegara melalui ekspor dan impor. Negara yang memiliki produk berlebih pada sektor tertentu dapat menjual hasil komoditasnya ke negara lain dengan ekspor. Di sisi lain, negara yang belum mampu memproduksi barang ataupun jasa tertentu dapat terpenuhi kebutuhannya dengan melakukan impor (Siaman, 2014; 2).

Tabel 1.2

Nilai Ekspor Industri Manufaktur 10 Negara ASEAN terhadap Nilai Ekspor Industri Manufaktur ASEAN (USD) Tahun 2003-2013 (in 000)

Negara Tahun Total

2003-2006 2007-2009 2010-2013 Brunei

Darussalam 909,820 0 0 909,820 Kamboja 11,348,883 12,642,687 11,400,987 35,392,557 Indonesia 137,467,842 161,242,280 255,720,876 554,430,998

Laos 0 0 0 0

Malaysia 396,077,551 341,477,242 393,812,421 1,131,367,214 Myanmar 0 0 2,598,324 2,598,324


(22)

Sumber: World Bank (diolah)

Secara umum ASEAN, total ekspor ASEAN pada tahun 2003-2013 mengalami kenaikan. Dari total nilai ekspor yang terlihat di tabel 1.2, posisi pertama diraih oleh Singapura sebesar USD 2,431,673,404,000 sedangkan posisi terakhir diraih oleh Brunei Darussalam sebesar USD 909,820,000. Sementara itu Laos tidak melakukan kegitan ekspor untuk menambah pendapatan negaranya.

Sumber daya manusia juga berperan dalam hal menguasai teknologi agar dapat mengefisiensikan produksi manufaktur. Jika, sumber daya manusianya terlatih dan terdidik maka penyerapan tenaga kerja di industri manufaktur akan berjalan baik dengan memberikan pertambahan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Untuk itu perlu adanya keterampilan agar SDM dapat mengoptimalkan kinerja industri manufaktur.

Keunggulan industri yang dimiliki masing-masing negara membuat terjadinya daya saing terhadap sesama negara anggota ASEAN. Sehingga dapat memacu pertumbuhan perekonomian yang lebih meningkat lagi. Dari 10 negara anggota, masing-masing negara memiliki industri-industri unggulan yang diekspor kepasar internasional agar memberikan tambahan devisa untuk perekonomian negaranya tersebut.

Filipina 145,887,030 116,300,643 135,267,242 397,454,915 Singapura 702,647,680 663,873,185 1,065,152,539 2,431,673,404 Thailand 316,291,510 364,350,054 619,267,562 1,299,909,126 Vietnam 61,381,953 95,443,098 151,241,459 308,066,510 ASEAN 1,772,012,269 1,755,329,189 2,634,461,410 6,161,802,868


(23)

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dilatar belakang adalah sebagai berikut; 1. Bagaimanakah daya saing industri manufaktur untuk ekspor di ASEAN ? 2. Apakah terdapat hubungan kausalitas antara daya saing industri manufaktur

dan ekspor industri manufaktur di ASEAN?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari permasalahan diatas adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis daya saing ekspor manufaktur negara-negara ASEAN 2. Untuk menganalisis hubungan kausalitas daya saing industri manufaktur

dan ekspor industri manufaktur di ASEAN

Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan dan bahan perbandingan untuk membuat kebijakan dalam menyusun strategi perekonomian di ASEAN khususnya Indonesia.

2. Penelitian ini diharapkan mampu menyediakan informasi tambahan untuk penelitian selanjutnya sebagai bahan refrensi.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Industri Manufaktur

Manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dengan tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu barang. Untuk membuat sesuatu barang dengan tangan maupun mesin diperlukan bahan atau barang lain. Seperti halnya membuat kue diperlukan tepung, gula, mentega, dan sebagainya. Secara umum dapat dikatakan bahwa manufaktur adalah kegiatan memproses suatu atau beberapa bahan menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar (Heizer, dkk, 2005).

Kata pabrik berasal dari bahasa belanda yaitu fabriec, berarti kegitan memproses bahan baku atau bahan mentah menjadi barang setengah jadi, lalu menjadi barang jadi (Prawirosentono, 2002: 19).

Industri dalam arti sempit adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis di mana terdapat kesamaan dalam bahan baku yang digunakan, proses bentuk produk akhir. Dalam arti luas industi didefinisikan kumpulan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang (cross elasticities of demand) yang positif dan tinggi (Kuncoro, 2007: 167).

Manufaktur juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan memproses pengolahan input menjadi output. Kegiatan manufaktur dapat dilakukan oleh


(25)

perorangan (manufacturer) maupun oleh perusahaan (manufacturing company). Sedangkan industri manufaktur adalah kelompok perusahaan sejenis yang mengolah bahan-bahan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang bernilai tambah lebih besar. Contoh industri manufaktur, misalnya: Pakaian dan Tekstil, Minyak, Kimia dan Plastik, Elektronika, Komputer dan Transportasi, Makanan, Logam, Kayu, Kulit dan Kertas (Heizer,dkk, 2005)

Pembahasan mengenai industrialisasi dalam konteks internasional perlu membedakan dua hal, yakni tren jangka panjang dan pergerakan yang berulang. Tren jangka panjang diantaranya (Kuncoro, 2007: 26);

1.Menyempitnya perekonomian dunia internasional akibat adanya kemajuan teknologi dan transportasi

2.Globalisasi produksi melalui internasioanalisasi modal

3.Perubahan sumbangan industri terhadap kesempatan kerja dan perubahan ditingkat pembangunan

4.Perubahan teknologi dan proses kerja sebagai hasil revolusi mikro elektronika.

Sementara itu, yang dimaksud pergerakan yang berulang meliputi; 1.Perubahan tingkat pertumbuhan produksi industri

2.Perubahan tingkat pertumbuhan perdagangan internasional 3.Perubahan tingkat keuntungan


(26)

Dalam kasus industri yang berbasis pada sumber daya (resource-based industries), industri manufaktur cenderung berlokasi didalam atau diluar kota. Pertanian dan industri berdampingan bahkan kadang berebut lahan diseputar pusat-pusat kotanya. Kluster industri pada dasarnya merupakan kelompok aktivitas produksi yang amat terkonsentrasi secara spasial dan umumnya berspesialisasi hanya pada satu atau dua indusrti yang utama.

Bentuk pasar yang tepat untuk pasar internasional ASEAN adalah pasar persaingan monopolistik. Alasannya bahwa peusahaan dapat mengontrol harga produk-produk mereka hanyalah dengan memandang produk-produknya berbeda. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan meyakinkan konsumenya bahwa produk mereka berbeda dan lebih baik dari perusahaan lain. Untuk meyakinkan konsumenya, perusahaan-perusahaan umumnya menjalankan dua strategi (Baye, 2000: 36).

Strategi pertama, perusahaan-perusahaan akan mengeluarkan dana yang besar untuk mempromosikan produknya. Strategi dijalankan dengan cara iklan komparatif (comparative advertising), yaitu iklan yang didesain untuk menonjolkan perbedaan produk atau merek perusahaannya terhadap produk atau merek lain.

Strategi kedua, perusahaan-perusahaan tersebut memperkenalkan pula produk baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Strategi yang demikian disebut pemasaran ceruk (niche marketing), yaitu produk atau jas yang ditujukan pada sekelompok konsumen tertentu.


(27)

2.1.2. Daya Saing Industri

Daya saing industri adalah konsep perbandingan kemampuan dan kinerja perusahaan, sub-sektor atau negara untuk menjual dan memasok barang dan atau jasa yang diberikan dalam pasar. Daya saing sebuah negara dapat dicapai dari akumulasi daya saing strategis setiap perusahaan. Proses penciptaan nilai tambah (value added creation) berada pada lingkup perusahaan. Sementara pada ruang lingkup negara, daya saing suatu bangsa ditentukan oleh interaksi antara kinerja ekonomi makro, seberapa jauh kebijakan pemerintah kondusif bagi dunia usaha, kinerja dunia usaha dan infrastruktur (Kuncoro, 2007, 2009).

Daya saing berarti kemampuan perusahaan untuk bersaing. Perusahaan memiliki strategi tersendiri untuk menurunkan biaya, meningkatkan kualitas produk, dan mendapatkan jaringan pemasaran (Asia Development Bank (ADB) Institute, 2003).

Menurut tolok ukur WEF, diidentifikasi 5 (lima) faktor penting yang menonjol. Pada tataran makro, terdapat 3 (tiga) faktor, yaitu: (a) tidak kondusifnya kondisi ekonomi makro; (b) buruknya kualitas kelembagaan publik dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan pusat pelayanan; dan (c) lemahnya kebijakan pengembangan teknologi dalam memfasilitasi kebutuhan peningkatan produktivitas. Sementara itu, pada tataran mikro atau tataran bisnis, 2 (dua) faktor yang menonjol adalah: (a) rendahnya efisiensi usaha pada tingkat operasionalisasi perusahaan; dan


(28)

(b) lemahnya iklim persaingan dalam rangka menciptakan tekanan kompetisi secara sehat.

Menurut United Nations Industrial Development Organization (UNIDO)

mengembangkan indikator Competitiveness Industrial Performance (CIP) yang kemudian diterapkan untuk mengukur peringkat daya saing sektor industri manufaktur pada 93 negara. Dalam Industrial Development Report 2004, ukuran indikator CIP tersebut terdiri dari 4 (empat) variabel utama, yaitu: (a) nilai tambah industri manufaktur per kapita, (b) ekspor industri manufaktur per kapita, (c) insensitas industrialisasi yang diukur dari kontribusi industri manufaktur pada PDB dan kontribusi industri manufaktur berteknologi menengah dan tinggi pada sektor industri manufaktur, dan (d) kualitas eskpor yang diukur dari kontribusi ekspor manufaktur dalam total ekspor dan kontribusi manufaktur berteknologi menengah dan tinggi dalam nilai ekspor industri manufaktur.

2.1.2.1. Konsep Comparative Advantage

Kompetisi merupakan unsur comparative advantage yang menjadi perhatian utama dari analisa politik, artinya dilihat dari sudut kepentingan negara. Bila dikaitkan dengan sudut pandang polotik, selain elemen teknologi dan modal, elemen penting dari daya saing adalah adanya kompetisi, khususnya kompetisi internal. Maksudnya, sebelum produk yang dihasilkan oleh satu bangsa dikonteskan dengan produk bangsa-bangsa lain, harus dipastikan bahwa produk ini sudah dikonteskan diantara elemen-elemen bangsa itu sendiri. Artinya, untuk bisa menghasilkan produk unggulan atau aktor yang handal untuk mewakili bangsa diperdagangan


(29)

internasional, perlu diciptakan kompetisi ditiap tingkatan masyarakat. Daya saing berhubungan dengan bargaining position, dan bargaining position itu terkait erat dengan modal, teknologi dan peluang yang dimiliki oleh negara tersebut (Imawan, 2002: 95).

Dalam hubungan comparative advantages ada beberapa unsur-unsur yang saling menguatkan yaitu dianntaranya; kondisi faktor produksi, kondisi permintaan,industri-industri yag berkaitan dan mendukung, strategi, struktur dan persaingan perusahaan. Kondisi faktor produksi dibagi menjadi dua yaitu; kondisi faktor produksi yang biasa dan kondisi faktor produksi yang terspesialisasi.

Kondisi faktor produksi yang biasa adalah faktor-faktor produksi yang diwarisi secara alami seperti kekayaan sumber daya alam (SDA), tenaga kerja yang terlatih. Sedangkan kondisi faktor produksi yang terspesialisasi adalah faktor-faktor produksi yang tidak terdapat secara alami, melainkan harus diciptakan terlebih dahulu.

Pengembangan comparative advantages, dimana tiap negara memiliki kekhususan banyak memiliki input tenaga kerja atau sebaliknya banyak memilki faktor produksi kapital. Menurut teori Eli Heckscher dan Bertil Ohlin suatu negara yang memilki keunggulan menghasilkan suatu barang dengan labor intensive

sekaligus berarti bahwa negara yang memiliki keunggulan dengan alternatif capital intensive maka negara tersebut akan mengekspor barang-barang modal (Nasution, dkk, 2013: 33-34).

Perdagangan yang saling menguntungkan terjadi karena prinsip skala ekonomi melalui spesialisasi produksi. Artinya, persaingan internasional mendorong setiap


(30)

perusahaan atau pabrik untuk membatasi model atau tipe produknya agar dapat mengerahkan segenap sumber dayanya untuk menghasilkan beberapa jenis produk saja namun dengan kualitas terbaik dan harga yang bersaing. Jika semula sebuah perusahaan dapat menghasilkan produk manufaktur tertentu dalam berbagai model, maka dengan adanya persaingan akan lebih berkonsentrasi pada satu atau beberapa model saja untuk menekan biaya produksi per unit hingga serendah mungkin. Sementara itu kebutuhan konsumen atas model yang lain akan diimpor dari negara lain (Wahyuningsih, 2012: 118-140).

Semakin tinggi tingkat persaingan antar negara maka tingkat profitabilitas industri semakin meningkat. Namun, kemungkinan profitabilitas negara menurun.Intensitas persaingan tergantung pada beberapa faktor sebagai berikut (Kuncoro, 2007: 161);

a. Pertumbuhan industri (industry growth)

b. Biaya tetap dan biaya penyimpanan (fixed and stronger cost) c. Diferensiasi produk (brand differences)

d. Identitas merek (brand identity)

e. Biaya pengalihan kebarang lain (switching cost)

f. Konsentrasi dan keseimbangan (concentrate and balance) g. Informasi yang kompleks (information of complexity) h. Keberagaman pesaing (diversity of competitors) i. Halangan keluar (exit barriers)


(31)

Pengertian advantage dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut (Nasution, 2013: 25-26):

a. Banyak negara yang melakukan perdagangan internasional dengan berbagai jenis barang

b. Berbagai input yang digunakan, tidak hanya tenaga kerja c. Keunggulan terjadi disebabkan oleh selera konsumen

d. Kekayaan sumber daya sebagai potensi ekonomi sehingga berbagai jenis/banyak barang dapat dihasilkan oleh suatu negara

e. Penggunaan /penguasaan teknologi

f. Karakteristik sumber daya alam sehingga produk yang dihasilkan oleh suatu negara dinyatakan unggul terutama ditinjau dari kualitas

g. Berbagai faktor lain dapat mempengaruhi proses perdagangan internasional.

2.1.3. Ekspor

Ekspor adalah perdagangan memberikan perdagangan dengan mnegeluarkan barang dari dalam negeri keluar wilayah pabean ASEAN dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Rudy, 2002: 57).

2.1.3.1. Barang Ekspor

Umumnya semua jenis dapat diekspor, namun terhadap beberapa jenis barang tertentu diadakan suatu sistem pengaturan berupa larangan, diawasi, diterapkan pengawasn mutunya diatur tata niaga ekspornya. Kebijakan ini ditempuh pemerintah


(32)

untuk menjaga keseimbangan antara penawaran dengan permintaan barang-barang dalam negeri (Ibid: 58):

a. Barang dilarang diekspor adalah untuk menjaga agar terjarmin kelestariannya didalam negeri, usaha untuk memenuhi kebutuhan.

b. Barang yang diawasinya, adalah untuk menjaga agar terjamin pengadaan barang dan stabilitas harga barang dalam negeri, sehingga dapat terjamin kontinuitas pengadaan barang yang dibutuhkan dalam negeri.

c. Barang yang diterapkan pengawasan mutunya adalah barang yang hanya dapat diekspor bila memenuhi mutu dan memenuhi persyaratan yang diterapkan departemen perdagangan.

d. Brang yang diatur tata niaga ekspornya adalah barang yang dapat diekspor oleh eksportir yang terdaftar.

2.1.3.2 Strategi Ekspor

Ekspor memegang peranan penting dalam hal menghasilkan devisa bagi negara serta pemasaran bagi barang-barang produksi dalam negeri. Dalam hal ini ada dua macam produk ekspor, yaitu (Rudy, 2002: 36);

a. Produk yang sepenuhnya dibuat di suatu negara yang kemudian di ekspor kenegara lain, Karena dibutuhkan oleh negara lain tersebut.

b. Produk yang dibuat di suatu negara oleh perusahaan asing yang punya keterkaitan dengan cabang-cabangnya dinegara lain.


(33)

Tujuan ekspor adalah untuuk meningkatkan penjualan dan manfaat pasar yang beragam diluar negeri. Adanya ekspor secara luas ke berbagai negara memungkinkan peningkatkan jumlah produksi yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Apabila ada perusahaan ekspor yang melemah maka ekspor dapat dialihkan kepasar lainnya yang menguat (Ibid: 37).

2.2. Penelitian Terdahulu

Edi, Sirojuzilam, Rahmanta (2014) meneliti Analisis Integrasi Dan Volatilitas Harga Beras Regional ASEAN Terhadap Pasar Beras Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif kointegrasi

Revealed Comparatif Advantages (RCA). Berdasarkan hasil yang didapat bahwa harga beras medium lebih volatile dibandingkan harga beras premium dan kualitas rendah. Harga beras Indonesia lebih volatile dibandingkan harga beras Philipina, Thailand dan Vietnam.

Wahyuningsih (2012) meneliti Analisis Perdagangan Intra Industri Sektor Manufaktur Indonesia Dengan ASEAN-4: Berdasarkan Hipotesis Industry Specific

dan Policy Based. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data panel dengan 19 industri sebagai crossection data dan jangka waktu data adalah data tahunan 1998-2009. Produk yang diperdagangkan dalam industri intra antara Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura didasarkan pada intensitas teknologi. Menurunkan kebijakan tarif ke 0% -5% menunjukkan efek positif dan signifikan terhadap intra industri perdagangan antara Indonesia, Thailand dan Singapura.


(34)

Wijaya (2008) meneliti Analisis Determinan Ekspor Manufaktur Indonesia Ke Singapura. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu vector error correction model (VECM) dengan impulse response dan variance decomposition. Berdasarkan hasil estimasi VECM dengan melihat perilaku dari impulse response

menunjukkan bahwa perubahan GDP perkapita Singapura direspon negatif hanya pada periode kedua dan pada periode ketiga serta selanjutnya direspon positif permanen oleh nilai ekspor manufaktur, perubahan daya saing yang dilambangkan dengan RCA direspon positif permanen oleh nilai ekspor manufaktur, dan perubahan nilai tukar direspon positif sampai pada periode keempat tetapi pada periode kelima dan selanjutnya direspon negatif permanen oleh nilai ekspor manufaktur.

Amita Batra dan Zeba Khan (2005) meneliti Revealed Comparative Advantage: An Analysis For India And China. Ketepatan waktu studi ini juga diperkuat oleh fakta bahwa peningkatan perdagangan integrasi China selama beberapa tahun terakhir mungkin telah berkontribusi pada perubahan dikeunggulan komparatif dalam padat karya manufaktur di pasar dunia. ini pembangunan berhubungan dengan India, China dan India tidak hanya mirip dalam ukuran tetapi juga di faktor pendukung. Hal ini penting karena itu, untuk mengeksplorasi sejauh mana kesamaan dalam pola keunggulan komparatif untuk dua ekonomi.


(35)

Penerimaan terbesar sebuah negara berasal dari industri sektor manufaktur. Berdasarkan teori diatas bahwa konsep daya saing sering dikaitkan dengan konsep keunggulan komparatif (comparative advantages). Konsep komparatif advanteges

dikemukakan oleh David Ricardo.

Setiap negara anggota ASEAN telah mempersiapkan negaranya untuk masuk dalam lingkungan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan berbagai persiapan yang matang, seperti menata kondisi perekonomian agar tidak menjadi penonton atau konsumen aktif dan menata industri-industri terutama industri manufaktur agar dapat meraih keuntungan semaksimalnya. Tentunya hal ini harus disertai dengan kerja keras dan dukungan dari setiap lapisan masyarakat serta bentuk nyata dari pemerintah itu sendiri dalam memasuki pasar tunggal ASEAN. ASEAN lebih memperkenalkan ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand) agar dapat melengakapi dengan sektor unggulan masing-masing.

Adapun kerangka struktur konseptual adalah sebgai berikut: Industri


(36)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Industri manufaktur memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan ekonomi negara. Negara-negara anggota ASEAN berebut untuk memberikan manufaktur yang terbaik dengan harga yang lebih murah agar dapat diekspor. Produk-produk yang meiliki daya saing tinggi tidak terlepas dari penggunaan teknologi dan sumber daya manusia yang sudah menggunakan efisiensi.

Perdagangan ini mencakup pertukaran-pertukaran antara barang manufaktur dengan barang primer. Persaingan mendorong masing-masing perusahaan di negara-negara industri untuk memproduksi hanya satu atau paling tidak sedikit macam dan corak dari produk yang sama untuk mempertahankan biya per unit rendah.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas terdapat hipotesis penelitian sebagai berikut;

Industri Manufaktur

Daya Saing Ekspor Ekspor Industri Manufaktur


(37)

Ho = Terdapat hubungan timbal balik (kausalitas) dalam jangka panjang antara daya saing dan ekspor industri manufaktur di ASEAN

Ha = Tidak terdapat hubungan timbal balik (kausalitas) dalam jangka panjang antara daya saing dan ekspor industri manufaktur di ASEAN


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah bersifat deskriptif dan kuantitatif. Yang dimaksud kuantitatif adalah data yang berwujud bilangan (Aritonang, 2009: 2), yaitu dengan melakukan pendekatan Revealed Comparative Advantage (RCA). Sedangkan untuk hasil analis hubungan antar industri manufaktur unggulan dengan daya saing industri dilakukan secara deskriptif.

3.2. Devinisi Operasional Variabel

Daya saing Industri manufaktur adalah sesuatu kemampuan kelompok atau perusahaan sejenis untuk bersaing dalam mengolah bahan-bahan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang bernilai tambah lebih besar (USD). Seperti kayu, bahan kimia, tekstil dan pakaian, dan makanan.

Ekspor industri manufaktur adalah suatu kegiatan perdagangan yang memberikan atau mengeluarkan barang dari dalam negeri keluar wilayah pabean ASEAN dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (USD).

3.3. Objek Penelitian

Populasi dan sampel penelitaian ini adalah 10 negara anggota ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Laos, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Sampel yang digunakan adalah sama dengan populasi yang sama.


(39)

3.4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder time series dari tahun 2003-2013, yaitu data yang dikumpulkan oleh lembaga, instansi atau organisasi pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Aritonang, 2009: 3). Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah ekspor, dan 4 jenis industri manufaktur ASEAN.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu melalui pengumpulan data yang didapat dari sumber-sumber internet melalui situs-situs yang releven yang menyediakan data untuk ekpor negara-negara ASEAN di World Bank dan World Integrated Solution.

3.6. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan pertama yaitu, untuk mengukur tingkat daya saing industri manufaktur yang ada di ASEAN dengan cara penghitungan Revealed Comparative Advantage (RCA);

RCA = (Xia/total Xa)/(Xiw/totalXw) Dimana:

X= Ekspor atau nilai ekspor

I= Jenis komoditi (makanan dan minuman, textile, kertas, kayu, elektronik) A= Negara Asal


(40)

Bila nilai RCA<1 atau sampai mendekati 0, maka daya saing komoditi lemah. Bila nilai RCA > 1 maka daya saingnya kuat, semakin tinggi RCA semakin daya saing nya (Amita Batra dan Zeba Khan, 2005: 5).

Sedangkan untuk menjawab permasalahan kedua yaitu, menganalisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Kointegrasi dan uji Granger Kausalitas untuk mengetahui hubungan jangka panjang dan hubungan dua arah atau timbal balik antara daya saing industri dengan ekspor industri manufaktur unggulan yaitu, jika variabel yang saling berkointegrasi menggambarkan keadaan keseimbangan jangka panjang maka variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dapat berkointegrasi pada derajat nol atau I (O) dan dapat juga berkointegrasi pada derajat integrasi satu atau I (1). Namun kedua variabel ini dapat saling berkointegarsi karena trend daya saing industri dan ekspor industri saling menghilangkan sehingga variabel yang tidak stasioner dapat menghasilkan residual yang stasioner seperti rumus dibawah ini;

Daya saing t = α0 + α1 Ekspor industri t + µ t ………

(1)

Selanjutnya persamaan tersebut diubah menjadi ;

µ t = Daya saing t - α0 – α1 Ekspor industri t ……… (2)

Jika µ t = Stasioner, maka daya saing dan ekspor industri dikatakan saling terkointegrasi (Pratomo,2010: 159).

Untuk menghindari regresi lancung, dilakukan pengujian sifat data dengan menggunakan uji akar-akar unit (unit roots test) dan uji kointegrasi (cointegration).


(41)

Uji kausalitas adalah hubungan dua arah antara variabel ekonomi. Dalam hubungan kausalitas perilaku variabel ekonomi dianggap sebagai variabel dependent (terikat).

Mialnya: Y= f (c) X = f (y), Y = f (x) X = f (y), Wagner Laws :G = f (y) Keynes : Y =f (g). Adapun rumus atau formula Granger Causality test adalah sebagai berikut:

Yt = ∑�=1 ∝iYt-i + ∑�=1�iXt-i + e1t Xt = ∑�=�iXt-i + ∑�=1�iYt-i + e2t Dimana:

Y = Daya saing X = Ekspor

Jika nilai probability < α maka Ha diterima dan Ho ditolak, jika nilai


(42)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. AEC (ASEAN Economics Community)

ASEAN Economic Community terbentuk karena adanya kesepakatan atau intergrasi ekonomi yang telah menjadi elemen penting dalam proses globalisasi. Integrasi ekonomi dilandasi oleh konsep dasar bahwa manfaat ekonomi yang akan diperoleh lebih besar disbanding biya/resiko yang mungkin dihadapi.

Jumlah instrumen hukum ASEAN terkait dengan AEC seperti perjanjian dan kesepakatan tambahan, serta protokol, dan amandemen dokumen-dokumen ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tanggal 31 Desember 2009, 91 dari 124 instrumen hukum AEC mulai berlaku yaitu 73% dari semua AEC terkait hukum instrumen, dibandingkan dengan 50% pada tahun 2002. Negara anggota ASEAN adalah upaya mengerahkan meratifikasi semua perjanjian AEC terkait pada tahun 2010.

Sementara ASEAN telah membuat kemajuan penting dalam membangun AEC, sebuah langkah yang masih tertunda untuk periode antara Januari2008 dan Desember 2009, yang memerlukan tindakan oleh negara anggota ASEAN. Sampai saat ini, sembilan inisiatif utama belum dilaksanakan oleh semua negara-negara anggota ASEAN.

Pertumbuhan ekonomi ASEAN selama tujuh tahun terakhir menunjukan perkembangan yang meningkat pesat, yaitu meningkat dua kali lipat. Pada tahun


(43)

2010, Gross Domestic Product (GDP) nominal ASEAN terlah tumbuh hingga mencapai USD 1.8 triliun.

Adapun langkah-langkah yang diambil oleh ASEAN adalah sebagai berikut; 1. Pemberlakuan Perdagangan barang-barang ASEAN (ATIGA)

2. Penentuan tingkat akhir untuk penurunan tarif pada Produk Highly Sensitive List seperti beras dan gula

3. Pasar tunggal

4. Petunjuk penggunaan di ASEAN

5. Penyempurnaan perjanjian paket 7 perdagangan liberalisasi jasa 6. Memberlakukan perjanjian investasi komprehensif ASEAN (ACIA)

7. Memberlakukan kesepakatan kerangka kerja ASEAN yang memfasilitasi barang-barang yang transit (AFAFGIT)

8. Memberlakukan perjanjian multilateral di bidang jasa-jasa udara (Mass) 9. Memberlakukan perjanjian ASEAN liberalisasi multilateral jasa-jasa

penerbangan (MAAFS)

Sedangkan untuk tindakan-tindakan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut; 1. Meratifikasi ATIGA

2. Meningkatkan hubungan antara pihak yang terlibat dan menentukan tingkat akhir

3. Mempercepat terjadinya transaksi perdagangan

4. Menggunakan petunjuk perundang-undangan nasional ASEAN dan meletakkannya pada sistem petunjuk penggunaan produk-produk


(44)

5. Jadwal sektor yang memenuhi modal asing lebih tinggi tingkat partisipasi dan komitmen lainnya

6. Meratifikasi ACIA dan menyelesaikan daftar reservasi 7. Meratifikasi AFAFGIT dan utama-utamanya

8. Meratifikasi Mass dan utama-utamanya 9. Meratifikasi MAAFS dan utama-utamanya

AEC bertujuan untuk membangun kemitraan untuk kemajuan yang akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat ASEAN sebagai daerah integrasi yang dicapai melalui upaya kolektif masyarakat ASEAN.

Realisasi AEC pada 2015 akan membuka peluang lebih besaruntuk pertumbuhan sosial-ekonomi. Manfaat-manfaatnya sebagai berikut;

1. Pilihan barang-barang dan jasa yang lebih banyak untuk konsumen melalui peningkatan perdagangan intra-regional

2. Ekonomi yang lebih besar dalam skala bisnis dan industri, sehingga meningkatkan produktifitas dan mengurangi biaya produksi yang menyebabkan harga barang lebih memiliki daya saing

3. Menurunkan biaya produksi dapat dirasakan oleh konsumen yang mencari keuntungan dari harga barang dan jasa yang lebih rendah

4. Permintaan yang lebih banyak untuk barang dan jasa akan menciptakan lapangan kerja diberbagai industri seperti misalnya; manufaktur, transportasi, logistik dan komunikasi


(45)

5. Peningkatan perdagangan dan investasi yang mempromosikan kewirausahaan dan inovasi lebih banyak lagi dalam barang-barang dan jasa, sehingga memproduksi dengan baik, berkualitas dan efisien yang akan bermanfaat untuk konsumen

6. Peningkatan integrasi ekonomi yang akan memperkuat jaringan bisnis ASEAN membangun pertumbuhan dan kesejahteraan

7. Sebuah tingkat kerja yang lebih tinggi di ASEAN yang akan berperan terhadap pembangunan yang lebih terfokus pada kelas menengah, sehingga mengguragi kesenjangan antara kaya dan miskin yang akan mempromosikan stabilitas sosial terlepas dari pasar barang dan jasadengan daya beli konsumen .

Salah satu sektor prioritas dalam perekonomian nasional adalah industri manufaktur. Pengembangan industri manufaktur harus berorientasi spasial dan regional. Kebijakan pengembangan industri manufaktur diarahkan untuk mendorong spesialisasi komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif dimasing-masing daerah, sehingga mampu menciptakan nilai tambah, perluasan kesempatan kerja, serta perolehan devisa yang optimal.

Dibawah ini adalah spesialisasi negara-negara di ASEAN untuk menghadapi AEC 2015 agar mempermudah jalannya pasar tunggal yang akan segera dilaksanakan pada tahun 2015.


(46)

Ket: Singapura

Thailand Malaysia Indonesia Filipina Vietnam Brunei

Kamboja Laos Myanmar Gambar 4.1

Spesialisasi Negara- Negara ASEAN (sumber: Maesince, SASIN)

Negara Singapura memfokuskan pengembangan dibidang jasa untuk berkontribusi dalam perdagangan pasar tunggal ASEAN, negara Thailand, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Vietnam berfokus pada bidang produksi untuk mengambil posisi di AEC seperti makanan,kayu,alat-alat kesehatan,elektronik,energi, konstruksi, pendidikan, wisata, dan otomotif. Sedangkan negara Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, dan Myanmar berfokus pada

Pembentukan ASEAN diprakarsai alasan politik untuk membendung arus komunisme di negaranegara Asia Tenggara. Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan jaman maka kesatuan regional ini lebih mengarah kepada kegiatan ekonomi bersama sebagai prioritas.

Jasa Produksi Sumber Daya


(47)

ASEAN belakangan ini aktif melakukan kerjasama dengan negara‐negara lain seperti; ASEAN–Cina, ASEAN–India, ASEAN–Korea dan ASEAN–Jepang serta dalam tahap penjajakan adalah ASEAN–Australia New Zealand (ANZ). Khusus dengan Jepang walaupun perjanjian dalam kerangka ASEAN, namun perundingan dilakukan secara bilateral masingmasing negara.

4.2. Negara-Negara Di ASEAN 4.2.1. Brunei Darussalam

Negara ini bergabung menjadi anggota di ASEAN pada tanggal 7 januari 1984. Brunei Darussalam telah aktif terlibat dalam FTA melalui keanggotaannya di ASEAN serta secara bilateral. Sampai saat ini, Brunei Darussalam, melalui ASEAN, telah menyimpulkan FTA dengan Australia & Selandia Baru, Cina, India, Jepang dan Korea Selatan. Kemajuan infrastruktur telah meningkatkan kualiti kehidupan rakyat dan penduduk Brunei Darussalam.

Bilateral, Brunei Darussalam telah menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi dengan Jepang (Economic Partnership Agreement Brunei dan Jepang atau "BJEPA") dan perjanjian plurilateral dengan Chili, Selandia Baru dan Singapura (Kemitraan Trans Pasifik Strategis Ekonomi atau lebih sering disebut sebagai (P4).

Brunei Darussalam memandang Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) sebagai bagian penting dari kebijakan perdagangan luar negeri untuk memaksimalkan potensi perdagangan bebas dan terbuka bagi orang-orang di dunia yang selalu mengglobal. Dengan rezim perdagangan yang relatif bebas dan terbuka, serta tenaga kerja kecil tapi berpendidikan tinggi, Brunei Darussalam melihat keterlibatan pada FTA sebagai


(48)

langkah penting dalam memastikan bahwa orang-orang, barang, jasa dan investasi terus akses ke pasar yang lebih luas di seluruh dunia.

Brunei Darussalam, yang sebagian besar terlihat di masyarakat internasional sebagai penghasil minyak dan gas, saat ini tengah melakukan sejumlah proyek dalam upaya untuk lebih diversifikasi ekonominya. Dalam hal ini, pemerintah Brunei Darussalam sangat percaya bahwa keterlibatan aktif dari FTA dengan sejumlah mitra strategis kunci akan membuka pasar untuk ekspor dan jasa Brunei serta membantu memperlancar arus investasi asing langsung ke Brunei Darussalam.

Sektor minyak dan gas telah menjadi penyumbang utama perekonomian Brunei Darussalam sejak penemuannya pada tahun 1929. Brunei adalah produsen terbesar ketiga minyak di Asia Tenggara, rata-rata sekitar 180.000 barel per hari (29.000 m3 / d), dan produsen terbesar kesembilan dari gas alam cair di dunia. Brunei juga peringkat sebagai memiliki salah satu tingkat tertinggi stabilitas makroekonomi di dunia dan tertinggi di Asia.

Kinerja Ekonomi;

• Secara keseluruhan Trend

Total perdagangan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 25,1 persen dari BND18,589.2 juta pada tahun 2008 menjadi BND13,923.6 juta. Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan total ekspor dan total impor sebesar 30,2 persen dari BND14,941.9 juta menjadi BND10,431.7 juta dan 4,3 persen dari masing-masing BND3,647.3 juta untuk BND3,491.9 juta.


(49)

Surplus total perdagangan turun 38,6 persen dari BND11,294.6 juta menjadi BND6,939.9 juta selama periode yang sama. Ekspor yang lebih tinggi, jauh melebihi penurunan impor.

• Kinerja ekspor

Ekspor minyak menurun 37,4 persen dari BND 7,948.5 juta menjadi BND4,974.5 juta dan Liquefied Natural Gas (LNG) mengalami penurunan sebesar 24,3 persen dari BND6,666.8 juta menjadi BND5,049.0 juta. Ekspor pakaian menurun 53,1 persen dari 121,0 juta BND untuk BND56.7 juta. 4.2.2. Kamboja

Kamboja bergabung diASEAN pada tanggal 16 desember 1998. Terletak di barat daya Semenanjung Indocina, Kamboja menempati total luas 181.035 kilometer persegi dan berbatasan dengan Thailand di sebelah barat dan barat laut, Laos di timur laut, Vietnam di timur, dan Teluk Thailand di barat daya. Koordinat geografis Kamboja 13 00 N, 105 00 medan E. Kamboja sebagian besar terdiri dari dataran rendah, dengan pegunungan di barat daya dan utara. Dua ciri fisik yang dominan dari Kamboja adalah sungai Mekong, yang membentang dari utara ke selatan negara itu, dan Tonle Sap Lake. Sumber daya alam termasuk minyak dan gas, kayu, batu permata, bijih besi, mangan, fosfat, potensi tenaga air.

Penduduk Kamboja adalah sekitar 14 juta. Sembilan puluh persen dari warga Khmer; sisanya adalah Cham (Khmer Muslim), Cina, Vietnam, India, Thailand, Phnorng, Kuoy, Stieng, Tamil, dll. Kepadatan penduduk adalah 78 / km2.


(50)

Negara ini bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal 8 agustus 1967. Republik Indonesia disimgkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak digaris khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya yang berada diantara dua benua, dan dua samudra, Indonesia disebut juga sebagai nusantara (kepulauan Antara).Terdiri dari 17.508 pulau, Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar didunia.

Visi negara ini adalah terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. Sedangkan misinya adalah sebagai berikut;

• Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera • Memperkuat Pilar-pilar Demokratis

• Memperkuat Dimensi Keadilan disemua bidang.

Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF), permasalahan daya saing industri manufaktur Indonesia yang menurun dapat dilihat dari bebagai faktor seperti kondisi makro ekonomi yang kurang kondusif, kualitas kelembagaan publik yang buruk, dan arah kebijakan pengembagan teknologi yang minim. Dari segi mikro, rendahnya efisiensi operasional usaha dan iklim usaha yang buruk menjadi faktor penentu.

Dengan kebijakan industri yang tidak terarah, gejala deindustrialisasi sudah mulai tercium oleh para pengamat ekonomi, terlihat dari indikator seperti pertumbuhan yang rendah, realisasi kapasitas produksi yang jauh lebih rendah


(51)

dibanding dengan masa sebelum krisis, penurunan jumlah unit usaha, dan indeks produksi yang kian menurun.

4.2.4. Laos

Negara ini memiliki luas wilayah sekitar 236.800 km², dengan letak astronomi 14 LU – 22 LU dan 100 BT – 107 BT. Berbatasan dengan Myanmar dan Thailand disebelah bagian barat sedangkan disebelah bagian timur negara Vietnam, sebelah bagian utara berbatasan dengan RRC dan disebelah bagian selatasn berbatasan dengan Kamboja. Satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak memiliki wilayah perairan laut. Mempunyai lembah sungai yang subur sehingga banyak menghasilkan tanaman pertanian dan perkebunan, terutama padi, kopi, dan tembakau. Memiliki sumber-sumber tambang mineral, seperti timah, tembaga, emas, dan perak.

Kegiatan Perekonomian Laos mengandalkan dari hasil pertanian yang masih mempengaruhi setengah dari pendapatan nasional dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada. Ekonomi Laos menerima bantuan dari IMF dan sumber internasional lain serta dari investasi asing baru dalam bidang pemrosesan makanan dan pertambangan, khususnya tembaga dan emas.

4.2.5. Malaysia

Negara ini bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal 8 agustus 1967. Luas negara Malaysia sekitar 329.750 km², dengan Letak Astronomis 11 LU – 27 LS, dan antara 100 BT – 120 BT, disebelah bagian utara berbatasan dengan Thailand, Laut Cina Selatan dan Brunei Darussalam, disebelah bagian timur Laut


(52)

Sulu dan Laut Sulawesi, disebelah bagian barat berbatasn dengan Selat Malaka, dan disebelah selatan berbatasan dengan Indonesia dan Singapura. Malaysia terbagi menjadi dua negara bagian yaitu Malaysia Barat yang mencakup bagian selatan Semenanjung Malaysia. Bagian tengahnya berupa pegunungan rendah, serta melandai pada sisi timur dan selatan. Dan Malysia Timur (Sabah dan Serawak) yang didominasi pegunungan, di mana 80 persen di antaranya berketinggian >1.400 meter.

Malaysia adalah anggota organisasi multilateral termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Konferensi Islam (OKI), Gerakan Non-Blok (GNB),

Commonwealth, ASEAN, Kelompok Tujuh Puluh Tujuh (G77), Developing Eight

(D8 ), Asia Timur Tengah Dialog (AMED), Asia Timur Jauh Latin America Cooperation(FEALAC), India Asosiasi Rim Samudera Kerjasama Regional (IOR-ARC), Asia Europe Meeting (ASEM), Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).

Malaysia meningkatkan keamanan, hukum internasional serta pembangunan melalui partisipasi aktif dalam forum-forum internasional, terutama sistem PBB dan badan-badan khususnya. PBB melalui keanggotaan universal dan yang Piagam menempati peran sentral dan sangat diperlukan dalam sistem multilateral pemerintahan. Malaysia mengakui kebutuhan untuk mengatasi kebutuhan mendesak sosial dan ekonomi dari negara-negara berkembang dan sebagai terlihat seperti PBB untuk memajukan agenda pembangunan yang berkaitan dengan keterbelakangan dan pemberantasan kemiskinan.


(53)

Diplomasi multilateral tidak hanya penting tapi akurat dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri Malaysia sejak negara itu merdeka. Malaysia telah bekerja secara aktif menuju stabilitas politik dan sosial-ekonomi global dan keamanan dalam sistem multilateral.

4.2.6. Myanmar

Myanmar bergabung dengan ASEAN pada tanggal 23 juli 1997. Myanmar terletak di Asia Tenggara dan berbatasan di sebelah utara dan timur laut China, di sebelah timur dan tenggara dengan Laos dan Thailand, di sebelah selatan berbatasan dengan Laut Andaman dan Teluk Benggala dan di sebelah barat oleh Bangladesh dan India. Kota ini terletak antara garis lintang 09º 32 'N dan 28º 31' N dan bujur 92º 10 'E dan 101º 11' E.

Negara ini meliputi area seluas 677.000km2 (261.228 mil persegi) mulai 936 kilometer (581 mil) dari timur ke barat dan 2.051 kilometer (1.275 mil) dari utara ke selatan, Ini adalah tanah bukit dan lembah dan berbingkai di utara, timur dan barat oleh pegunungan membentuk tapal kuda raksasa.

Seperti yang diketahui bahwa, industri dapat meningkatkan pembangunan ekonomi negara. Sejak Myanmar telah mengadopsi ekonomi berorientasi pasar, mereka berusaha untuk meningkatkan porsi sektor manufaktur dalam perekonomian nasional dengan mendorong dan memperluas ruang lingkup kerjasama industri internasional dan kerjasama ekonomi dengan sektor swasta.

Sejak itu, kawasan industri standar internasional dengan infrastruktur ditetapkan secara patungan bekerjasama dengan investor asing. Investor asing juga


(54)

diperbolehkan untuk berinvestasi di kawasan industri lokal dengan memungkinkan mereka sewa jangka panjang dengan izin dari Komisi Investasi Myanmar (MIC). 4.2.7. Filipina

Negara ini bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal 8 agustus 1967. Filipina memilki luas negara sekitar 514,000 km2, letak geografis negara ini di

Malaysia, teluk Syam, dibagian barat berbatasan Myanmar, laut Andaman, dan dibagian timur berbatasan dengan Laos dan Kamboja. Misi negara ini adalah untuk memajukan kepentingan negara Filipina dan mansyarakat nya. Sedangkan visinya adalah sebagai berikut;

• lembaga utama pemerintah yang bertanggung jawab untuk mengejar kebijakan luar negeri, negara, dan pusat saraf untuk Layanan Asing layak kepercayaan dan kebanggaan setiap Filipina.

• sebuah organisasi yang kompeten, berdedikasi dan sangat termotivasi personil, yang mencurahkan energi mereka untuk kepentingan rakyat Filipina.

• menerapkan kebijakan luar negeri dengan standar tertinggi profesionalisme dan komitmen.

• mengejar, hubungan regional dan multilateral bilateral untuk memajukan kepentingan masyarakat Filipina.


(55)

• membangun kemitraan dengan badan-badan keamanan dan pembangunan nasional, sektor swasta, media dan masyarakat sipil untuk kepentingan bangsa dan rakyat.

• untuk meningkatkan kerja sama regional dan global untuk mencapai perdamaian, kemakmuran dan stabilitas.

• Di arena global, kita bekerja untuk keadilan sosial khususnya bagi masyarakat miskin, hak asasi manusia dan kebebasan fundamental, dan cara hidup demokratis

• untuk mengamankan dunia yang bebas dari degradasi lingkungan yang serius, kejahatan transnasional dan proliferasi senjata nuklir.

• Misi di luar negeri adalah mitra dari Filipina di luar negeri dalam mengejar kepentingan nasional dan dalam pemajuan dan perlindungan hak-hak mereka dan kesejahteraan.

• Personil kami adalah aset terbesar kami. Kami berkomitmen untuk pribadi, pengembangan profesional dan karir masing-masing karyawan.

• Memiliki sistem yang sangat responsif, yang menjamin pengiriman efektif layanan.

• Dalam mengejar tujuan, kami berusaha untuk dan hidup dengan prinsip-prinsip keunggulan, integritas dan patriotisme.

Filipina meluncurkan inisiatif baru untuk membentuk asosiasi regional dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya yang disebut Perhimpunan Bangsa-Bangsa


(56)

Asia Tenggara (ASEAN). Filipina juga dinormalisasi hubungan ekonomi dan diplomatik dengan China dan Uni Soviet, yang mengunjungi Presiden Marcos pada tahun 1975 dan 1976, masing-masing. Filipina juga membuka kedutaan besar di negara-negara blok timur, serta misi terpisah ke Pasar Bersama Eropa di Brussels.

Di antara peristiwa penting lainnya di luar negeri selama bertahun-tahun Ramos adalah: adopsi oleh ASEAN pada tahun 1992, atas inisiatifnya Filipina, dari Deklarasi Perilaku Para Pihak di Laut China Selatan yang ditujukan untuk membangun kepercayaan dan menghindari konflik antara negara-negara penuntut pembentukan wilayah Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina (BIMP) -East Pertumbuhan Asia pada tahun 1994; pembentukan Forum Regional ASEAN (ARF) pada tahun 1994 sebagai satu-satunya dialog keamanan multilateral di kawasan Asia-Pasifik yang dilakukan di tingkat pemerintah; dan penandatanganan antara Pemerintah Filipina dan Front Pembebasan Nasional Moro pada 2 September 1996 Perjanjian Perdamaian Mindanao.

DFA, selama pemerintahan Estrada, menjadi tuan rumah Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN pada bulan Juli 1998, dan melakukan tindakan membangun kepercayaan dengan China atas isu Laut China Selatan. Presiden Estrada memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara tetangga dengan kunjungan ke Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Jepang dan Korea Selatan. DFA memainkan peran utama dalam tempaan Perjanjian Visiting Forces dengan Amerika Serikat, yang setuju di Senat pada tahun 1999. Negara ini juga mengirim delegasi dari 108 pengamat pemilihan parlemen Indonesia, dan terlibat dalam kegiatan


(57)

koperasi di bidang keamanan, pertahanan, memerangi kejahatan transnasional, ekonomi, budaya, dan perlindungan OFW dan Filipina di luar negeri.

4.2.8. Singapura

Singapura bergabung di ASEAN pada tanggal 8 agustus 1967. Luas Negara ini sekitar 710.2 km2, dengan letak geografis di 10 LU – 29 LU dan 102 BT – 104 BT, disebelah utara berbatasan dengan Laut Andaman, disebelah barat berbatasan dengan Bangladesh, India, dan Teluk Benggala, disebelah timur berbatasan dengan Laos, Thailand, dan Cina, dan disebelah selatan berbatasan dengan Cina.

Visi negara ini adalah untuk menjadi mitra luar negeri yang sangat baik bahwa pengamanan dan kemajuan untuk kepentingan Singapura. Sedangkan misinya adalah;

a) Berkontribusi untuk perumusan dan pelaksanaan kebijakan luar negeri Singapura untuk memajukan kepentingan nasional kita

b) Membuat teman-teman dan menjadi anggota yang bertanggung jawab dan konstruktif dari masyarakat internasional, termasuk berbagi pengalaman perkembangan Singapura dengan negara-negara lain

c) Memberikan bantuan konsuler efisien dan responsif terhadap Singapura di rumah dan di luar negeri

Singapura memiliki hubungan diplomatik dengan lebih dari 180 negara dan memiliki 49 misi luar negeri. Misi Lokal ini akan membantu mengidentifikasi Misi Luar Negeri dan Konsul Jenderal Kehormatan / Konsul yang dapat dilakukan melalui pendekatan bantuan konsuler. Disarankan untuk menghubungi misi sebelum


(58)

mengunjungi mereka. Dalam beberapa kasus, Singapura misi terdekat ke tujuan tidak selalu harus terakreditasi untuk negara tempat berada. Meskipun demikian, mereka akan melakukan yang terbaik untuk membantu atau setidaknya mengarahkan ke misi terdekat.

Singapura memiliki hubungan hangat dengan negara-negara Asia Tengah. Terlepas dari sejarah, budaya dan geografis ketidakmiripan, Singapura dan negara-negara Asia Tengah adalah negara-negara-negara-negara muda dengan aspirasi umum untuk mengukir ruang untuk diri kita sendiri di arena internasional. Tujuan bersama ini telah mendorong hubungan yang lebih erat dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan Kazakhstan dan Uzbekistan.

4.2.9. Thailand

Negara ini menjadi anggota di ASEAN pada tanggal 8 agustus 1967. Visi Negara Thailand adalah untuk melayani sebuah organisasi terkemuka dalam meningkatkan kapasitas Thailand yang memiliki status internasional yang bermartabat, dengan memainkan peran tertinngi dan aktif, di bidang stabilitas politik dan keamanan, pembangunan ekonomi dan sosial, dan memastikan bahwa masyarakat Thailand dapat memanfaatkan sebaik mungkin dari globalisasi. Misi negara Thailand adalah:

1. Melindungi, memelihara, dan mempromosikan kepentingan nasional Thailand dalam hubungan internasional.


(59)

3. Penawaran saran dan rekomendasi strategis yang berkaitan dengan kebijakan dan tindakan dalam urusan luar negeri dan hukum internasional.

4. Mengembangkan diplomat Thailand dengan rasa hati nurani, pemahaman yang baik tentang masyarakat Thailand, dan keterampilan yang komprehensif dan pengetahuan sehingga dapat juga mewakili Thailand dan untuk mempromosikan kepentingan Thailand di luar negeri.

5. Melindungi dan mempromosikan hak-hak dan kepentingan warga negara Thailand yang tinggal di luar negeri dan untuk menyediakan mereka dengan layanan konsuler.

6. Memberikan informasi yang akurat kepada khalayak domestik dan internasional tentang kebijakan luar negeri Thailand serta menciptakan pemahaman internasional yang baik tentang Thailand.

7. Melakukan fungsi protokol yang relevan yang melayani kebijakan dan strategi asing.

8. Mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pekerjaan dalam urusan internasional dengan semua pemangku kepentingan.

9. Melakukan kerjasama pembangunan baik di tingkat bilateral dan multilateral. 4.2.10. Vietnam

Negara ini bergabung di ASEAN pada tanggal 28 juli 1997. Vietnam terletak di semenanjung Indochina di Asia Tenggara. Ini memiliki perbatasan darat yang panjang dari 4550 km, yang berbatasan dengan China di utara, Laos dan Kamboja ke Barat, dan Laut Timur (Laut Cina Selatan) dari Samudera Pasifik ke Timur. Pada


(60)

peta, Vietnam adalah strip S-berbentuk tanah, yang membentang dari 23 ° 23 'sampai 8 ° 27' Lintang Utara. Total panjang negara itu adalah 1650 km dari titik paling utara ke titik paling selatan. Lebarnya, dari pantai Timur ke perbatasan Barat, sekitar 500 km di bagian terluas dan sekitar 50 km di bagian tersempit.

Beragam topografi negara terdiri dari bukit, gunung, delta, pantai dan landas kontinen, yang mencerminkan sejarah panjang geologi dan pembentukan topografi di musim hujan, iklim lembab dan paparan cuaca yang kuat. Topografi tersebut lebih rendah dari Tenggara, yang dapat jelas diamati dalam arus sungai besar.

Seiring dengan hukum proses pembuatan, lembaga ekonomi pasar juga telah dibentuk. Ini adalah kebijakan dari pemerintah untuk menghilangkan mekanisme perencanaan pusat, menekankan moneter - hubungan pasar, fokus pada langkah-langkah manajemen ekonomi dan membangun berbagai lembaga keuangan, bank dan pasar dasar untuk uang, tenaga kerja, barang dan tanah, dll administrasi reformasi dipromosikan sehingga dapat meningkatkan daya saing ekonomi dan untuk membantu menciptakan lingkungan bisnis yang lebih menguntungkan dan memobilisasi semua sumber daya untuk pertumbuhan ekonomi.

Program yang dicapai Vietnam secara administrasi 2001-2010 yang menekankan penyederhanaan prosedur administrasi, amandemen hukum dan peningkatan manajemen ekonomi, memberikan kontribusi bagi pembentukan mekanisme dinamis. Saat ini, Vietnam telah melaksanakan program reformasi administrasi untuk 2011-2020 yang akan membantu untuk mewujudkan sosial negara


(61)

- strategi pembangunan ekonomi untuk tahun 2020, memenuhi persyaratan pengembangan Vietnam dalam konteks baru.

Seperti Vietnam secara aktif mengintegrasikan ke dalam ekonomi global, hubungan ekonomi Vietnam dengan negara-negara lain dan organisasi internasional telah diperluas. Vietnam telah menghibur hubungan ekonomi dan perdagangan dengan lebih dari 160 negara dan 70 wilayah. Negara ini telah bergabung berbagai pengaturan ekonomi di tingkat bilateral, regional dan global. Ini adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, World Trade Organization, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, Asia Europe Meeting, Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik, Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, Bank Pembangunan Asia dan lainnya regional dan organisasi internasional. Kerjasama ekonomi dengan negara besar seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Rusia, Cina dan India telah diperluas. Vietnam menandatangani perjanjian perdagangan bilateral dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan sejumlah negara. Saat ini, Viet Nam terlibat dalam negosiasi FTA dengan Uni Eropa, Republik Korea dan Rusia - Belarus - Kazakhstan Uni Bea Cukai; dan sedang dalam proses negosiasi Perjanjian Trans Pacific Partnership

(TPP).

4.3 Pangasa Pasar di ASEAN

Para kepala negara dan pemerintahan ASEAN telah setuju untuk membentuk ASEAN Free Trade Area atau AFTA pada bulan Januari 1992. Tujuan dari AFTA adalah menghilangkan batasan tarif diantara negara-negara Asia Tenggara dengan visi mengintegrasikan ekonomi ASEAN ke dalam satu dasar produksi dan


(62)

menciptakan pasar regional, yang akan ditempuh melalui penghapusan tarif intra-regional dan batasan non-tarif. ASEAN Free Trade Area atau AFTA dianggap sebagai wujud integrasi ekonomi ASEAN.

AFTA mulai diimplementasikan sejak Januari 1993. Daftar pengurangan tarif untuk AFTA dibuat dibawah skema CEPT (Common Effective Preferential Tariff/ Tarif Umum Efektif Yang Dipilih) dan daftar penurunan tarif untuk ASEAN-6 lebih maju dibandingkan negara-negara CMLV (Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam). Dibawah skema CEPT, semua produk dikategorikan dalam 5 kelompok: Produk Inklusif/ Inclusion List (IL), Produk Sensitif/Sensitive List (SL), Produk Sangat Sensitif/Highly Sensitive List (HSL), Produk Eksklusif Sementara/Temporary Exclusion List (TEL), and Daftar PengecualianUmum/General Exception List (GEL). Hal ini menunjukan bahwa Indonesia juga mampu mendapatkan pangsa pasar diASEAN dengan berlakunya perjanjian perdagangan AFTA yang mempermudah pangsa pasar Indonesia di ASEAN.

Negara ASEAN lainnya seperti; Malaysia, Singapura dan Thailand juga terus mengalami peningkatan ekspor. Sehingga dapat dikatakan bahwa peran AFTA telah memperbaiki laju perdagangan antar negara di region ini.

Produk-produk yang mengalami kenaikan pangsa pasar pada umumnya adalah produk berbasis sumber daya alam yang diklasifikasikan sebagai produk manufaktur seperti: kayu dan tekstil mengalami penurun pangsa pasar. Hal ini disebabkan karena produk-produk ini tidak dapat bersaing dengan produk-produk lokal Cina atau negara ASEAN lainnya.


(1)

Rudy, May. T, 2002. Bisnis Internasional: Teori, Aplikasi, Operasionalisasi.PT

Rafika Aditama, Bandung.

Siaman, Rohmad Adi, 2014.”

Analisis Kointegarsi Dan Kausalitas Antara

Pertumbuhan Ekonomi, Ekspor Dan Keunggulan Komparatif Pada Sektor

Industri Manufaktur Indonesia Dikawasan Asia Tenggara (ASEAN)”.

Universitas Gajah Madha: Fakultas Ekonomika Dan Bisnis, Tesis,

Situs Resmi Brunei Daru

Yogyakarta.

Situs Resmi Kamboj

Situs Resmi Indonesia, www.Indonesia.go.id, diakses 30 oktober 2014.

Situs Resmi Malaysi

Situs Resmi Myanmar

Situs Resmi Filipin

Situs Resmi Singapur

Situs Resmi Thailan

Situs Resmi Vietnam

Sophia, Wijaya Affandi, 2008. “Meneliti Analisis Determinan Ekspor Manufaktur

Indonesia Ke Singapura”. Universitas Jember: fakultas ekonomi, Skripsi

Supriyanto, 2009. Metodologi Riset Bisnis, PT Indeks, Jakarta.

,

Sumanjaya, Rahmat.Syahrir Hakim Nasution, Arifin Hamzah, 2013. Ekonomi

Internasional, Cet.ke-6, USU Press. Medan.


(2)

The world Bank, 2014. Data Ekspor ASEAN Tahun 2003-2013. Situs Resmi

The World Integrated Solution, 2014. Data Perdagangan Ekspor Sektor

Manufaktur ASEAN tahun 2003-2012. Situs Resmi

Widyasanti, Amalia Adininggar, 2010. Perdagangan Bebas Regional dan Daya

Saing Ekspor: Kasus Indonesi

0ktober 2014)

Wahyuningsih, Diah, 2012

. ”

Meneliti Analisis Perdagangan Intra Industri Sektor

Manufaktur Indonesia Dengan ASEAN-4: Berdasarkan Hipotesis

Industry Specific dan Policy Based”.

Media Trend Vol. 7 Nomor 2 hal 118

-140.


(3)

LAMPIRAN

1.

Data Produk Makanan Tahun 2003-2012 di ASEAN

Sumber: World Integrated Solution (diolah)

Negara

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Brunei

Darussalam 756.24 775.48 792.29 2,947.68

Kamboja 2,519.76 4,395.66 8,826.83 9,362.48 10,027.19 9,456.49 25,364.87 35,276.77 40,698.70 54,628.82

Indonesia 1,469,690.94 1,674,001.82 1,985,749.43 2,316,490.33 2,693,855.42 3,703,995.95 3,734,511.48 4,463,095.01 4,995,264.75 5,126,891.72

Laos

Malaysia 1,626,394.80 1,863,564.09 2,036,903.66 2,321,374.19 3,001,345.70 3,724,758.20 3,463,704.09 4,602,722.88 5,420,946.44 5,780,697.08

Myanmar 17,791.77 - -

Filipina 734,608.55 809,180.25 868,075.29 945,895.07 1,066,723.59 1,308,525.48 1,327,159.29 1,374,341.51 1,884,296.59 1,841,444.97

Singapura 1,920,151.34 2,338,902.71 2,587,681.05 2,959,709.10 3,611,983.24 4,347,890.31 4,267,944.52 5,274,029.34 6,514,060.29 7,075,201.17

Thailand 6,042,008.34 6,429,414.62 7,219,150.50 8,278,797.87 9,701,992.54 12,042,696.97 12,137,560.30 14,054,612.24 18,013,405.62 19,085,445.65

Vietnam 473,454.72 599,895.29 729,158.80 924,236.71 1,082,402.92 1,446,039.49 1,540,573.98 2,078,864.27 2,861,020.41 3,067,972.65


(4)

2.

Data Produk Kimia Tahun 2003-2012 di ASEAN

Sumber: World Integrated Solution (diolah)

Negara

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Brunei Darussalam 2,403.79 1,598.59 2,438.58 249,313.85 Kamboja 789.92 1,744.11 1,279.51 1,386.64 2,118.70 968.36 3,714.04 3,848.37 4,855.17 2,909.79 Indonesia 2,544,404.99 2,898,207.24 3,175,823.27 3,682,495.36 4,783,962.87 5,008,538.40 4,286,192.08 6,172,105.47 8,935,702.25 8,195,187.83 Laos Malaysia 3,461,055.45 5,592,390.75 6,227,945.16 6,490,592.31 6,530,568.02 7,414,768.11 6,061,075.26 7,965,663.28 9,519,189.58 9,467,438.34 Myanmar

933.38 - -

Filipina 273,945.87 358,872.00 437,195.09 628,721.73 792,327.97 830,535.07 763,897.25 1,282,856.92 1,556,561.67 1,581,353.13 Singapura 15,877,069.30 19,404,159.42 21,254,243.68 25,179,062.16 26,720,727.91 24,385,816.12 24,124,762.31 29,777,351.05 39,433,490.48 41,442,095.45 Thailand 2,560,941.59 3,186,622.95 3,978,260.74 4,995,232.51 5,826,674.45 7,039,762.46 6,741,376.39 8,786,683.14 11,750,472.81 12,167,101.23 Vietnam 230,485.75 289,678.99 340,761.22 443,566.20 558,094.54 979,803.95 840,345.99 1,234,402.58 1,845,740.12 2,210,809.75 ASEAN 24,951,096.67 31,733,274.05 35,415,508.68 41,423,495.50 45,214,474.47 45,660,192.47 42,821,363.31 55,223,844.17 73,046,012.08 75,316,209.36


(5)

3.

Data Produk Tekstil dan Pakaian

Negara

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Brunei Darussalam 221,325.68 241,774.28 132,202.29 7,595.63 Kamboja 1,615,612.94 2,001,234.38 2,237,480.74 2,665,488.26 2,682,790.19 3,024,771.71 2,452,414.39 3,056,539.58 4,014,443.89 4,327,636.77 Indonesia 7,051,025.38 7,647,440.73 8,604,097.87 9,446,287.79 9,810,197.73 10,144,881.40 9,263,981.28 11,224,038.00 13,256,791.76 12,461,701.43 Laos Malaysia 2,172,531.03 2,501,961.86 2,662,874.17 2,848,387.65 2,905,703.10 3,030,123.91 2,426,152.43 2,738,757.20 3,538,092.84 3,335,481.12 Myanmar

349,275.04 - -

Filipina 2,500,154.10 2,397,979.49 2,545,980.00 2,867,847.53 2,523,087.85 2,200,751.27 1,693,106.02 1,264,245.01 1,599,191.36 1,781,655.63 Singapura 2,907,356.31 2,955,155.44 2,624,083.92 2,914,470.44 2,788,208.80 2,471,018.78 1,783,882.84 1,906,297.00 2,038,988.35 2,150,651.23 Thailand 5,537,132.93 6,433,535.67 6,728,801.28 6,949,973.11 7,042,277.93 7,211,217.53 6,523,641.49 7,772,237.26 8,356,316.28 7,318,943.99 Vietnam 3,873,846.45 4,785,121.08 5,308,417.24 6,526,236.57 8,603,179.45 10,150,688.29 10,416,645.84 13,303,733.52 16,760,021.12 18,150,522.65 ASEAN 25,878,984.82

28,964,202.93 30,711,735.21

34,350,893.63 36,355,445.05 38,233,452.88 34,559,824.29 41,615,122.62 49,563,845.58 49,534,188.46

Sumber: World Integrated Solution (diolah)


(6)

4.

Data Produk Kayu Tahun 2003-2012

Negara

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Brunei Darussalam 809.11 1,107.04 1,166.40 3,849.21 Kamboja 354,576.88 622,385.34 591,029.03 663,900.26 574,217.28 907,222.30 2,007,759.09 1,816,970.74 1,632,332.91 2,310,685.11 Indonesia 6,050,342.11 6,160,599.80 6,433,133.32 7,409,328.51 7,634,590.19 8,156,188.99 6,654,894.68 8,688,021.19 9,202,177.02 9,107,608.15 Laos Malaysia 3,646,029.28 4,401,606.82 4,726,751.66 5,471,830.12 5,678,635.25 5,418,388.42 4,781,553.82 5,526,845.63 5,820,774.80 5,739,397.76 Myanmar 592,423.20 - - Filipina 375,438.80 373,287.31 449,019.58 993,275.88 1,116,070.25 1,261,456.14 1,112,234.24 1,367,556.66 2,121,118.91 2,521,539.06 Singapura 1,375,816.81 1,590,607.90 1,888,222.01 1,994,483.36 2,219,349.82 2,456,655.20 2,192,012.71 2,832,278.10 4,029,992.05 4,414,329.96 Thailand 1,627,359.83 1,823,618.32 2,037,429.47 2,393,463.52 3,412,511.39 4,127,276.06 4,073,153.66 5,194,195.56 9,067,667.61 3,722,219.67 Vietnam 351,503.06 458,237.73 540,440.40 681,936.64 899,611.58 1,036,980.01 938,473.48 1,411,244.50 1,870,771.04 2,181,727.83 ASEAN 13,781,875.87

15,431,450.25 16,666,025.48

19,609,384.69 21,534,985.75 23,364,167.12 21,760,081.67 27,429,535.59 13,781,875.87 13,781,875.87

Sumber: World Integrated Solution (diolah)