Pendekatan Ekologi-Ekonomi dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau
PENDEXATAN EKOLOGI-EKONOMI DALAM
PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE
DI PULAU BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS
PROPINSI RIAU
OLEH :
ERLINDA INDRA YANI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
ERLINDA INDRA YANI. Pendekatan Ekologi-ekonomi Dalarn Pengelolaan
Hutan Mangrove Di Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau.
Dibawah bimbingan AKHMAD FAUZI, dan JOKO PURWANTO.
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem hutan tropis
yang memiliki karakteristik yang khas, dan juga merupakan salah satu
ekosistem penting didaerah pesisir. Tingkat degradasi yang tej a d i dari
tahun ketahun di Propinsi Riau khususnya Pulau Bengkalis akan
memberikan pengaruh
sangat penting bagi kehiduPanmasyarakat
disekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi
ekologi I ~ u t a n&angrove dan ekonomi masyarakat pemanfaat hutan
mangrove, melihat keterkaitan ekologi-ekonomi untuk kegiatan
pengelolaan hutan mangrove dengan menggunakan regresi linier
berganda d m analisis Master kemudian memberikan masukan berupa
alternatif pemanfaatan kepada pemerintah dalam pengelolaan hutan
mangrove. Responden yang digunakan addah pemanfaat kayu untuk
kayu arang, kayu bakar dan kayu bangunan yaitu sebanyak 44
responden yang diambil dari Desa Meskom dan Desa Teluk Pambang.
yang
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara
ekologi-ekonomi. Variabel yang digunakan adalah pendapatan (Y),
produksi (XI),
jenis (Xa),
kerapatan (X)
dan diameter (X4).Hal ini dapat
dilihat dari hasil regresi
dengan nilai Rz sebesar 97.6%. Keempat
variabel X tersebut memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap
variabel Y. Kemudian dilanjutkan dengan analisis Master yang
menunjukan adanya pengelompokan pendapatan yang dibagi menjadi 3
(tiga) kelompok yaitu pendapatan rendah, sedang dan tinggi. Untuk
altematif pemanfaatan dibuat 8 (delapan) altematif pemanfaatan. Dari 8
(delapan) alternatif tersebut alternatif ke 6 (enam) merupakan altematif
yang mempunyai keterkaitan ekologi-ekonomi dengan diameter 8 cm
kayu bakar + diameter 18 cm kayu arang + 20 cm kayu bangunan dan
pendapatan yang diperoleh sebesar R p 969267 dan te j a d i penambahan
luasan hutan mangrove 0.04 ha/thn. Secara ekologis dengan tejadinya
penambahan luasan &an memberikan pengaruh terhadap kondisi
hutan mangrove di Pulau Bengkalis.
SURAT PERNYATMN
Dengan h
i saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
PENDEKATAN
HUTAN
EKOLOGI-EKONOMI
XUANGROVE
DI
PULAU
DACAM
PENGELOLAAN
BENGKALIS
KABUPATEN
B E N O U S PROPINSI RIAU
adalah
benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah
dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
PENDEKATAN EKOLOGI-EKONOMI DALAM PENGELOLAAN
HUTAN MANGROVE DI PULAU BENGKALIS KABUPATEN
BENGKALIS PROPINSI RIAU
OLEH :
ERLINDA INDRA YANI M
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOW R
2002
-
Judul Tesis
: Pendekatan Ekologi
Ekonomi dalam Pengelolaan
Hutan Mangrove di Pulau Bengkalis Kab. Bengkalis
Propinsi Riau
Narna
: Erlinda Indra Yani M
NRP
: 99690
Program Studi
: Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL)
Menyetujui,
1. Komisi Pembirnbing
I
Dr.Ir. Joko Purwanto, DEA
Anggota
Ketua
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pe
dan Lautan
.
a .
D
t~)wmav)
Dr. Ir. Rokhmin Dahuri. M S
Tanggal Lulus : 5 Desember 2001
*yp
RIWAYAT HXDUP
Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan pada tanggal 20 Pebruari
1974 dari pasangan H. M. Ali dan Hj. F Reni, sebagai anak kedelapan
dari delapan bersaudara.
Pendidikan
Sidimpuan
tahun
Sekolah Dasar
1986. Pada
diselesaikan
tahun
di
SD
1989 penulis
07
Padang
menamatkan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP N 3 Padang Sidimpuan
Tahun 1992 penulis tamat dari SMA N 6
Pekanbaru dan pada tahun
yang sama penulis memperoleh kesempatan kuliah di Program Studi
Sosial Ekonomi Perikanan Universitas Riau dan lulus tahun 1998.
Pada tahun
1999 penulis bergabung pada Program Pascasarjana
Jnstitut Pertanian Bogor, Program Studi Pengelolaan Pesisir dan Lautan
dan diselesaikan pada tahun 2001
PRAKATA
6ismillahittahmanittahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikrnat, rahmat dan
karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.
Topik yang diambil dalarn penulisan tesis ini adalah Pendekatan
Ekologi-Ekonomi dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Pulau Bengkalis
Propinsi Riau
Ucapan terimakasih penulis ucapkan, kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam penulisan tesis ini yaitu :
1. Bapak Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing
dan Bapak Dr. Tr Joko Purwanto, DEA selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah membirnbing penulis dalam penyelesaian
tesis ini.
2. Papa dan mama, yang telah mendoakan dan merestui setiap langkah
yang diambil penulis
3. Keluarga besar Co Fish Bengkalis terutama Rika dan Hatta yang
banyak membantu dalam penelitian.
4. Kakak-kakak yang telah memberikan
dorongan materil maupun
sprituil, keponakan ku yang Manize-manize yang menghiburku slalu.
5. Rekan-rekan mahasiswa SPL terutama SPL Angkatan 111
6. Rekan-rekan G-1 (M' Eka, Rina Jaka, Ucy. Anik, Fenti. Ayu dan Rina
Rahmawati) thank's to canda dan tawanya serta,
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Tesis ini dapat memberikan manfaat dikemudian hari.
Bogor, Pebruari 2002
Erlinda Indra Yani M
DAFTAR IS1
Halaman
..................................................................
DAFTAR GAMBAR ...............................................................
DAFTAR LAMPIRAN
...........................................................
PENDAHULUAN
............................................................
............................................................
Latar Belakmg
DAFTAR TABEL
......................................................
.......................
Tujuan Penelitian
.
.......
........................
Kegunaan Penelitian
......................................................
......................................................
Kerangka Pemikiran
TINJAUAN PUSTAKA
.....................................................
Jenis d a n Penyebaran Mangrove
....................................
Fungsi, Manfaat dan Potensi
..........................................
Perumusan Masalah
Fungsi Ekologi Hutan Mangrove
....................................
.................................
..........................................
Valuasi Hutan Mangrove
..........................................
Pengelolaan Hutan Mangrove
..........................................
Konsep Ekologi-Ekonomi
..........................................
METODE PENELITIAN
..................................................
..........................................
Lokasi dan Waktu Penelitian
Fungsi Ekonomi Hutan Mangrove
Degradasi Hutan Mangrove
Metode Penelitian
Teknik Pengarnbilan
..................................................
Contoh
..........................................
..................................................
.....................L.......................................
.........................................................
Pengumpulan Data
Analisis Data
Data sosial
..................................................
Andisis Keterkaitan ekologi-ekonomi .............................
Data biofisik wilayah
...........................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN
................................................
...................................
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Analisis klaster
...
111
iv
v
1
..................................
..........................................
Kondisi Sosial Ekonomi
................................................
a.Jumlah penduduk .......................................................
...........................................................
b .Pendidikan
c.Matapencaharian penduduk .......................................
d.Tingkat kesejahteraan .................................................
..........................................................
Kondisi Mangrove
Kondisi ekologi ...........................................................
Pemanfaatan kayu mangrove secara langsung ...............
Analisis Keterkaitan Ekologi-Ekonomi .............................
Letak Geografis dan Administratif
Iklim Dan Topografi Perairan
Analisis Klaster
..............................................................
Aleternatif Pemanfaatan dan Pengelolaan Hutan
........................... ....................................
Mangrove
Kebijakan pengeloaan dan pemanfaatan hutan
...........................................................
mangrove
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
.............................................
..............................................................
Gambar-1. Skema Kerangka Pemikiran Pengelolaan Hutan
.......
Garnbar 2. Pemanfaat Kayu Mangrove Bedasarkan Diameter ..
Mangrove secara Optimal di Pulau Bengkalis
6
48
Gambar 4. Pendapatan yang di Peroleh Menurut Altematif
femanfaatan dan Pengelolaan di Pulau Bengkalis ..
59
DAFTAR TAEEL
Halaman
Tabel 1. Beberapa alternatif pemanfaatan hutan mangrove
di Desa Meskom d a n Teluk Pambang
......................
Tabel 2. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Bengkalis dan Kecamatan Bantan
.........
Tabel 3. Kondisi penduduk Desa Meskom dan Desa Teluk
Pambang
..............................................................
Tabel 4. Kondisi pendidikan masyarakat Meskom d a n Teluk
Pambang tahun 1999
...........................
.
.
.............
Tabel 5. Matapencaharian nelayan Meskom dan Teluk Pambang
tahun 1999
........................................................
Tabel 6.Tingkat kesejahteraan masyarakat Meskom d a n Teluk
Pambang tahun 1999
.............................................
Tabel 7 Pemanfaatan hutan mangrove oleh masyarakat Meskom
d a n Teluk Parnbang
............................................
Tabel 8. Ringkasan analisis keterkaitan ekologi-ekonorni
pemanfaatan kayu Mangrove di Pulau Bengkalis
.....
Tabel 9. Hasil perhitungan penyusutan, penarnbahan dan
pendapatan berdasarkan alternatif pemanfaatan
dan pengelolaan hutan mangrove
...........................
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah pesisir
dan lautan mempunyai peranan yang sangat
penting bagi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia.
Kedua
wilayah tersebut merupakan tumpuan harapan bagi pembangunan
bangsa Indonesia dimasa yang akan datang.
Hal ini disebabkan
sebagian besar (yaitu sekitar 63 %) dari wilayah teritorial Indonesia
merupakan wilayah pesisir dan lautan yang merniliki sumberdaya alam
dan jasa-jasa lingkungan yang kaya dan beragam, misalnya hutan
mangrove,
terumbu
karang,
perikanan,
bahan
tambang,
jasa
perhubungan dan pariwisata.
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem hutan tropis
yang merniliki karakteristik yang &as, dan juga merupakan salah satu
ekosistem penting didaerah pesisir/pantai.
disebut
sebagai
hutan
payau
karena
Hutan mangrove sering
sebagian
besar
hidup
dan
berkembang di daerah payau. Keberadaan hutan mangrove di kawasan
pesisir secara ekologi dapat berfungsi sebagai penahan lumpur dan
perangkap sedimen (sediment trap) termasuk limbah-limbah beracun
yang dibawa oleh aliran air permukaan, penghasil detritus, sebagai
daerah asuhan dan tempat mencari makan, daerah pemijahan dan
pembesaran bagi bermacam-macam biota perairan. Sedangkan dari segi
ekonomis hutan mangrove i
ni berfungsi sebagai penyediaan bahan baku
industri (kayu chip, kayu arang, kayu bangunan dan lain-lain). Selain
itu juga secara tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
kayu bakar.
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Propinsi Riau
khususnya Bengkalis yang diikuti pula oleh peningkatan kebutuhan
hidup yang terus bertambah, kecenderungan untuk membuka kawasan
hutan
mangrove
untuk
pemukiman,
usaha
pertanian,
usaha
pertambakan, dan penebangan hutan oleh masyarakat merupakan satusatunya pilihan
bagi
penduduk
untuk
melengsungkan hidupnya.
Akibatnya secara langsung maupun tidak langsung telah meningkatkan
penurunan habitat dan keanekaragaman hayati ekosistem alamiah
hutan mangrove.
Degradasi hutan mangrove di Propinsi Riau mulai diindikasikan
sejak akhir 1970-an (Dinas Kehutanan Riau, 1978). Hal ini dapat dilihat
juga dari beberapa sumber yang menyatakan bahwa luas tutupan hutan
mangrove di Riau semakin menurun. Menurut laporan Dinas Kehutanan
Propinsi Riau (1997) tingkat kerusakan hutan mangrove dalam satu
dasawarsa (1987 - 1997) mencapai f 43.935 ha. Dan diperkirakan laju
kerusakan ini akan terus bertambah setiap tahunnya.
Dengan berkurangnya luasan mangrove tersebut
memberikan
pengaruh yang sangat penting bagi masyarakat di PuIau Bengkalis.
Pantai di Pulau Bengkalis sampai dekade terakhir terus m e n g a l d
abrasi yang cukup serius, terutama pada bagian utara pulau.
Abrasi
yang terjadi di pulau ini setiap tahunnya mencapai 5-10 m dengan
panjang wilayah yang terkena abrasi mencapai 100 Km lebih.
Banyak usaha-usaha
yang
telah
dilakukan
oleh
Pemerintah
maupun masyarakat untuk mengatasi berkurangnya luasan hutan
mangrove. Salah satu cara yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi
pengurangan
luasan
hutan
mangrove
yaitu
dengan
mengeluarkan
ketentuan-ketentuan
dalam
pemanfaam
mangrove dan juga penanaman bibit mangrove sebanyak f
hutan
300.000
batang dengan memakai dana bantuan dwi ADB (Asian Development
Bank). Selain itu masyarakat juga melakukan penanaman mangrove
yang kegiatannya dibawah Yayasan Bina Lestari Pantai.
Perurnusan M a s a l a h
Propinsi Riau mempunyai luas hutan mangrove terbesar kedua di
Sumatera yaitu 259.500 ha (Giessen, 1993). Namun dikarenakan sudah
dieksploitasi bertahun-tahun terutama untuk kayu chip d m arang,
maka tekanan terhadap ekosistem mangrove di daerah Riau cenderung
meningkat.
Menurut laporan Ginas Kehutanan Propinsi Riau, psda
tahun 1997 luas mangrove di Propinsi Riau
+
234.517 ha.
Over eksploitasi yang terjadi terlihat jelas di Pulau Bintan d m
Pulau Senayang.
Hal ini ditandai dengan pertumbuhan bakau yang
kerdil, spesiesnya sedikit dan diameter pohonnya kecil.
Keadaan yang
demikian semakin memperparah terjadinya abrasi pantai di pulau-pulau
kecil di Propinsi Riau, seperti yang terjadi saat ini disepanjang pantai
utara Pulau Bengkalis.
Sebagian besar masyarakat Pulau Bengkalis bermata pencaharian
sebagai nelayan
sepanjang pantai.
tradisional yang
Selain itu
mempunyai areal
masyarakat
Pulau
penangkapan
Bengkalis juga
memanfaatkan kayu mangrove sebagai bahan kayu arang, kayu bakar
dan bahan bangunan.
Pemanfaatan kayu arang di Pulau Bengkalis
telah terjadi cukup lama oleh perantau yang berasal dari Tiongkok. Hal
ini merupakan salah satu penyebab berkurangnya luasan mangrove di
daerah h i .
Akibat eksploitasi besar-besaran dan penebangan secara liar,
ditarnbah kondisi aIam yang kurang mendukung, maka sebagian besar
hutan mangrove menjadi rusak, sehingga posisi Pulau Bengkalis bisa
terancarn karena memungkinkan terjadinya abrasi yang cukup luas.
Pulau Bengkalis ini merupakan salah satu pulau yang terdapat di
Kabupaten
Bengkalis
sedimentasi
Dengan
dimana
adanya
Propinsi
Riau
tanahnya
hutan
yang
sangat
mangrove
terbentuk
dari
labil terhadap
disepanjang
proses
erosi/abrasi.
pantai
pulau
i
n
i
diharapkan masalah abrasi/ erosi dapat dicegah dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat dapat terangkat.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas agar pengelolaan hutan
mangrove
dapat
terlaksana,
diperlukan
suatu
penelitian
tentang
pendekatan ekologi dan ekonomi dalam pengelolaan hutan mangrove.
Pendekatan
ini
diharapkan
memberikan
keseimbangan
antara
pemanfaatan ekologi dan ekonomi sehingga terjadi pengelolaan hutan
mangrove yang berkelanjutan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
I . Mengetahui
kondisi
ekologi
hutan
mangrove
dan
ekonomi
masyarakat pemanfaat hutan mangrove.
2. Mengetahui keterkaitan ekologi ekonomi untuk kegiatan pengelolaan
hutan mangrove.
3. Memberikan
pemerintah
masukan
dalam
bempa
pengelolaan
alternatif
hutan
pemanfaatan
mangrove
pendekatan ekologi ekonomi di Pulau Bengkalis.
kepada
ditinjau
dari
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menghasilkan
pola pengelolaan hutan mangrove dan memberi masukan bagi para
pengambil kebijakan dalam penentuan pengelolaan hutan mangrove
secara optimal dan berkelanjutan di Pulau Bengkalis.
Kerangka Pemikiran
Pernikiran
yang
mendasari
penelitian
ini
adalah
bahwa
sumberdaya pesisir dan lautan seperti mangrove jika tidak dikelola
dengan baik
akan terjadi pemanfaatan sumberdaya yang tidak lestari.
Hal ini akan memberikan dampak yang tidak diinginkan diantaranya
adalah degradasi fisik dari ekosistem wilayah pesisir (pantai dan hutmangrove).
Dengan melihat kondisi Kabupaten Bengkalis dan beberapa pulau
lainnya selarna lima belas tahun terakhir,
terjadi sekitar 26 % dari luasan awal.
diketahui
degradasi yang
Angka tersebut menunjukkan
bahwa sepertiga dari degradasi ditingkat propinsi terjadi pada areal
tersebut.
Melihat kondisi ini pengelolaan wilayah pesisir Pulau Bengkalis
perlu dilakukan. Tujuan pengelolaan ini untuk mengendalikan kegiatan
masyarakat yang tekonsentrasi di wilayah pesisir
sehingga tejadi
kesinambungan. Menurut Muluk (1996) rencana pengelolaan wilayah
pesisir harus didasarkan pada hasil evaluasi ekologi, ekonomi, sosial
dan budaya yang ditemukan di wilayah pesisir tersebut. Selain itu dalarn
perencanaan pengelolaan wilayah pesisir harus bersifat mencegah bukan
untuk memperbaiki.
Untuk
kasus
Pulau
Bengkalis yang
hutan mangrove-nya
dimanfaatkan untuk sektor perikanan dan kehutanan perlu dilakukan
pengeloIaan hutan mangrove.
Pengelolaan hutan mangrove yang
dilakukan adalah deagan pendekatan ekologi d m ekonomi. Pendekatan
ini nantinya diharapkan dapat memberikan jalan keluar untuk mencapai
tujuan pengelolazm hutan mangrove yang berkelanjutan di PuIau
Bengkalis.
I
KAWASAN HUTAN MANGROVE
PULAU BENGKALIS
I
Potensi Hutan Mangrove
Pulau Bengkalis
Degradasi
Lingkungan
Faktor internal :
Penebangan secara liar
r Pemberian izin
penebangan
Faktor ekstemal :
Kondisi geografis
-
r Analisis
Regresi
Analisis master
r Altematif Pemanfaatan
Mangrove Berkelanjutan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pengelolaan Hutan Mangrove
Secara Optimal di Pulau Bengkalis.
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis dan Penyebaran Mangrove
Kata mangrove mempunyai d u a arti, pertarna sebagai komunitas
yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan
terhadap kadar garam/salinitas (pasang surut air laut), d a n kedua
sebagai individu spesies (Macnae, 1968 dalam Supriharyono 20001,
Macnae
kemudian
menggunakan
istilah
mangal
apabila
berkaitan
dengan komunitas hutan dan mangrove untuk individu tumbuhan.
Mangrove sering di terjemahkan
sebagai komunitas hutan
bakau,
sedangkan tumbuhan bakau merupakan salah satu jenis dari tumbuhan
yang hidup di hutan pasang surut tersebut.
Mangrove adalah vegetasi yang terdiri atas pohon atau perdu yang
tumbuh didaerah pantai diantara batas-batas permukaan air pasang
tertinggi dan daerah tropis dan memiliki pantai terlindung dari, dan
muara dimana air laut dapat masuk, disepanjang pantai berpasir atau
berbatu
maupun
karang
yang
tetutup
oleh
pasir
dan
lumpur
(Hardjosentono,1978).
Hutan
mangrove
merupakan
hutan
tropis
yang
umumnya
terdapat disepanjang wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran
ombak, pantai yang datar/ landai, sekitar muara sungai d m laguna.
Wilayah pesisir merupakan daerah petemuan antara daratan dan laut.
Bagian daratriya masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti angin
laut, pasang surut dan perembesan air laut, d a n bagian laut lainnya
masih dipengaruhi oleh proses alami yang t e j a d i di darat, seperti
sedimentasi, aliran air tawar dan semua aktivitas manusia merupakan
wilayah peralihan antara laut dan darat, karena dalam wilayah yang
relatif sempit dapat terjadi pembahan sifat lingkungan yang tajam
(Soemodihardjo,1997).
Hutan mangrove m e ~ p a k a nekosistem yang unik dan khas.
Hal
in. disebabkan oleh posisinya sebagai ekosistem peralihan, antara
ekosistem darat dan ekosistem laut. Kondisi ini menyebabkan ekosistem
mengrove sangat rawan terhadap pengaruh luar, temtama karena
spesies biota pada hutan mangrove ini memiliki toleransi yang sempit
terhadap adanya perubahan dari luar (Alikodra, 1995).
Setiap tipe vegetasi mangrove yang terbentuk berkaitan erat
dengan kondisi tanah, topo-,
iklim, pasang surut d a n salinitas air,
sehingga setiap daerah vegetasi mangrove umumnya membentuk zonasi
yang berbeda-beda pada setiap habitatnya. Walaupun demikian, setiap
jenis mangrove mempunyai persamaan fisiologis yang khas dan struktur
adaptasi dengan ewlogical preference tertentu pula (Sukardjo, 1981).
Menurut Samingan (1972)tegakan mengrove mempakan vegetasi
yang seragam dan berkembang biak dengan baik di daerah lumpur yang
berada dalam jangkauan peristiwa pasang surut serta dijumpai di tepi
pantai sampai beberapa ratus meter dan kilometer kearah darat.
Tegakan ini hanya dapat tumbuh di daerah yang secara berkala
dipengaruhi oleh air payau, dalam ha1 ini penggenangan disebabkan oleh
fenomena pasang surut.
Mangrove cenderung tumbuh dalam kelompok-kelompok atau
jalur-jalur sejajar pantai. Pantai dengan kemiringan landai, khususnya
hutan yang paling dekat dengan laut, didominasi oleh Avicennia yang
sering kali berasosiasi denga sonneratia, jika kondisi lumpurnya kaya
bahan
organik.
Kearah
darat tumbuh Bmguiera
cylindric^. yang
membentuk tegakan-tegakan yang kokoh. Dibelakang zona ini tumbuh
Bnrguiera cylindrica bercampur dengan Rizophora apiculata. Rizophora
mucronata, Bruguiera parmJ!ora dan Xylocarpus granatum.
Dan paling
belakang antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah tumbuh
jenis Nypa fruticans.
Hutan mangrove terluas di Indonesia dijumpai di Irian Jaya dan
berturut-turut di Sumatera, Kalimatan, Sulawesi, Maluku, Bali, Jawa
dan Nusa Tengga. Tumbuhan mangrove di Indonesia di dominasi oleh
jenis-j enis antara lain : bakau (Rizophora spp), api-api (Avicennia spp),
pedada (Sonneratia spp), tanjang (Bruguieraspp), nyirih (Xylocarpus spp),
tengar (Ceriops spp) dan batu-batu (Exocuriaspp).
Komunitas hutan mangrove yang tebesar di Indonesia berkaitan
dengan
sifat dasar
lingkungan
Penyebarannya dibatasi
laut
dan
oleh letak lintang.
mangrove sensitif terhadap suhu dingin.
iklim
Hal
tropis
Indonesia.
ini dikarenakan
Umumnya mangrove akan
tumbuh dengan baik di daerah yang suhunya pada musim dingin tidak
lebih rendah dari 200C.
Selain itu penyebaran hutan mangrove juga
dipengaruhi oleh limpasan air tawar.
Walaupun terdapat jenis-jenis
mangrove yang memiliki adaptasi terhadap salinitas yang tinggi,
bila
tidak adanya suplai air tawar akan mempengaruhi kemampuan toleransi
mangrove dan biota yang terkait terhadap salinitas.
Pada pantai yang terlindung, mangrove akan tumbuh baik dan
tidak pada pantai yang terbuka.
Garis pantai harus terlindung dari
gelombang besar dan pasang surut yang kuat agar semai (anakan)dapat
tumbuh.
Selain itu pada kondisi dengan gelombang dan pasut yang
kuat tidak akan tej a d i pengendapan sedimen, yang diperlukan sebagai
substrat bagi pertumbuhan mangrove.
Kedangkalan pantai juga sangat mempengaruhi penyebarah dan
luas hutan mangrQVe. M a k i n dangkal dan makin landai suatu pantai,
akan semakin luas dan semakin baik pula penyebaran hutan mangrove
dibandingkan dengan garis pantai yang tej a l dan curam.
Daya adaptasi yang khas dimiliki oleh mangrove menyebabkam
mangrove dapat terus hidup diperairan dangkal.
Nybakken (1982),
menyatakan bahwa daya adaptasi tersebut meliputi : (1)perakaran yang
pendek dan menyebar luas dengan akar penyangga atau akar tunjang
yang tumbuh dari batang dan dahan sehingga menjamin kokohnya
batang, (2) berdaun kuat dan banyak mengandung air, (3)mempunyai
jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garam yang tinggi.
Fungsi, Manfaat dan Potensi
Hutan mangrove merupakan sumberdaya d a m daerah tropika yang
mempunyai manfaat ganda baik aspek ekologi maupun sosial ekonomi.
Besarnya peranan
hutan mangrove atau ekosistem mangrove bagi
kehidupan dapat diketahui dari banyak jenis hewan, baik yang hidup di
perairan, diatas lahan maupun ditajuk-tajuk pohon mangrove serta
ketergantungan manusia terhadap hutan mangrove tersebut.
Sugiarto dan Willy (1995) dalarn Suhaeb (2000) menyatakan bahwa
hutan mangrove memiliki fungsi antara lain : (1)sebagi pelindung pant&
dari gempuran ombak, arus dan angin, (2) sebagai tempat berkdung,
memijah atau berkembang biak dan daerah asuhan berbagai jenis biota,
(3) sebagai penghasil bahan organik yang sangat produktif dan (4)
sebagai sumber bahan baku industri.
Secara fisik hutan
mangrove
dapat
berfungsi sebagai hutan
lindung. Sistem perakaran yang khas pada tumbuhan mangrove dapat
menghambat arus air dan ombak, sehingga menjadi garis pantai tetap
stabil dan terhindar dari pengikisan (abrasi). Selain itu juga sebagd
penyangga daratan dari rembesan air lzut serta penghdang angin.
Keadaan hutan mangrove yang relaLXlebih tenang dan terlindung dan
sangat subur maka aman bagi biota laut pada umumnya.
Fungsi lain yvlg penting adalah sebagai penghasil bahan organik
yang merupakan mata rantai utama dalam jaringan makanan ekosistem
hutan mangrove. Daun mangrove yang gugur melalui proses penguraian
oleh
mikroorganisme
diuraikan
menjadi
Detritus kemudian menjadi bahan
detritus
seperti
: cacing,
partikel-partikel
detritus.
makanan bagi hewan pemakan
mysidaceae
(udang-udang kecil/rebon).
Selanjutnya hewan pemakan detritus menjadi makanan larva ikan,
udang dan hewan lainnya.
Pada tingkat berikutnya hewan-hewan
tersebut menjadi makanan bagi hewan-hewan lainnya yang lebih besar
dan begitu seterusnya untuk menghasilkan ikan, udang dan berbagai
jenis bahan makanan lainnya yang berguna bagi kepentingan mmusia
(Sugiarto dan Willy, 1995 dalarn Suhaeb, 2000).
Fungsi penting lain dari hutan mangrove adalah manfaat sosial
ekonomi
bagi masyarakat
sekitaxnya yaitu
sebagai
sumber
mata
pencaharian dan produksi berbagai jenis hasil hutan dan hasil ikutan
lainnya.
Fungsi Ekologi Hutarr Mangrove
Fungsi ekologi ekosistem hutan mangrove dapat dilihat dari
beberapa aspek antara lain aspek fisika, kimia dan biologi.
Fungsi
ekologis ditinjau dari aspek fisika adalah sebagai : 1) d d a m ekosistem
hutan
mangrove
terjadi
mekanisme
hubungan
antara
komponen-
komponen dalam ekosistem mangrove serta hubungan antara ekosistem
mangrove dengan jenis-jenis ekosistem lainnya seperti padang lamun
dan terumbu karang, 2) dengan sistem perakaran yang kuat dan kokoh
ekosistem
hutan
mangrove
mempunyai
kemampuan
meredam
gelombang, menahan lumpur dan melindungi pantai dari erosi, 3)
sebagai pengendali
banjir,
didaerah estuaria juga
hutan
mengrove yang
banyak
tumbuh
dapat berfungsi untuk mengurangi bencana
banjir. Fungsi ini akan hilang apabila hutan mangrove ditebangi.
Dari
aspek
kimia,
hutan
mangrove
dengan
kemampuannya
melakukan proses kimia dan pemulihan (self purification) memiliki
beberapa fungsi : 1) hutan mangrove dapat berfurigsi sebagi penyerap
bahan
pencemar
(environmental service), khususnya
bahan-bahan
organik, 2) sebagai sumber energi bagi lingkungan perairan sekitarnya.
Ketersediaan berbagai jenis makanan yang terdapat pada ekosistem
hutan mangrove
telah menjadikannya sebagai sumber energi bagi
berbagai jenis biota yang bernaung didalaznnya, seperti udang, kepiting,
burung, kera, ular dan lain-lain telah menjadikan rantai makanan yang
sangat kompleks sehingga terjadi pengalihan energi dari tingkat tropik
yang lebih rendah ke tingkat tropik yang lebih .tinggi, 3) pensuplai
bahan-bahan organik bagi lingkungan perairan. Dalam ekosistem hutan
mangrove terjadi ~nekanismehubungan memberikan sumbangan berupa
bahan organik bagi perairan sekitarnya.
Serasah mangrove yang telah
jatuh dan gugur ke dalam air akan menjadi substrat yang baik bagi
bakteri dan sekaligus berfungsi membantu proses pembusukan daundaun terebut menjadi detritus.
Selanjutnya
detritus ini menjadi
makanan binatang pemakan detritus seperti Amphipoda, Mysidaceae
dan lain-lain, dan akhimya binatang-binatang ini akan menjadi makan
larva-larva udang, kepiting dan lainnya (Heald and Odum, 1972). Selain
itu bahan organik terlarut yang dihasilkan dari proses penguraian
(dekomposisi) di hutan mangrove juga dimasuki lingkungan perairan
pesisir yang dihuni oleh berbagai macarn filter feeder (organisme yang
cara makannya dengan menyaring air) laut dan estuaria serta berbagai
macam hewan pemakan hewan dasar (Snekader et al, 1958 cialam
Bengen, 1998)
Sedangkan aspek biologis hutan mangrove sangat penting untuk
tetap menjaga kestabilan produktifitas dan ketersediaan sumberdaya
hayati
wilayah
merupakan
pesisir,
daerah
mengingat
asuhan
karena
hutan
(nursery ground)
mangrove juga
hewan-hewan
muda
(juvenile stage) yang akan bertumbuh kembang menjadi hewan-hewan
dewasa dan juga
merupakan daerah pemijahan
(spawning ground)
beberapa hewan perairan seperti udang, ikan dan kerang-kerangan.
Beberapa
ditunjang
fungsi
ekologis
oleh karakteristik
mementingkan
fungsi
hutan
hutan
ekologis
mangrove
mangrove
bukan
berarti
tersebut
sangat
sendiri,
narnun
meniadakan
fungsi
itu
ekonomis yang dimilikinya, tetapi yang diharapkan adalah bagaimana
menempatkan kepentingan ekonomi yang tidak merusak fungsi-fungsi
ekologi tersebut.
Fungsi Ekonomi Hutan Mangrove
Potensi
ekonomis ditunjukkan
dengan
kemarnpuannya
menyediakan produk yang dapat diukur dengan uang.
dalam
Produk yang
dimaksud adalah secara ekonomis potensial dapat diarnbil langsung
Hamilton d a n Snedaker (1994)
seperti hutan dan produksi perikanan.
mencatat sekitar 58 produk langsung dan tidak langsung dari mangrove
berupa kayu bakar, bahan bangunan, alat dan teknik penangkapan
ikan,
pupuk,
bahan
baku
kertas,
bahan
makanan,
obat-obatan,
minuman, peralatan rumah tangga, bahan baku tekstil dan kulit, madu,
lilin, dan tempat rekreasi.
Pemanfaatan hutan mangrove untuk skala komersial (skala besar)
adalah untuk menghasilkan kayu, chip dan arang; konversi hutan
mangrove untuk kawasan pertanian, pertambakan, pemukiman, ladang
garam dan daerah transmigrasi; dan manfaat hutan mangrove untuk
beberapa jenis obat-obatan.
Kayu dari hutan mangrove Sumatera dan
Kalimantan telah banyak diekspor ke Jepang dan Taiwan.
Arang dari
Riau dan Aceh terutama diekspor ke Singapura. Malaysia dan Hongkong,
sedangkan chips dari Kalimantan Timur dan Riau diekspor ke Jepang
(Soemodihardjo dan Soerianegara,l989).
Degradrtsi Hutan Mangrove
Degradasi hutan
mangrove,
dalam
bentuk
penurunan
luas
tutupan hutan permanen (kuantitas) dan hilangnya fungsi-fungsi hutan
mangrove (kualitas), seperti halnya yang banyak terjadi di banyak negara
memang tidak bisa dilepaskan dari darnpak kegiatan manusia. Menurut
Kusmana (1995) yang menyebabkan rusaknya ekosistem mangrove
dapat dikategorikan kedalam 3 jenis gangguan :
(1)Gangguan frsik-mekanis
(a) Abrasi pantai/pinggir sungai
(b) Sedirnentasi dengan laju yang tidak terkendali
(c)Banjir yang menyebabkan melimpah air tawar
(d) Gempa bumi/ tsunami
(2) Gangguan kimia
(a) Pencemaran air, tanah dan udara
(b) Hujan asam
(3)Gangguan biologi
(a)Reklarnasi
mangrove
untuk
pemukiman,
industri,
pertanian,
pertarnbakan, sarana anggkutan dan pengguna hasil hutan.
(b) Penebangan pohon yang tidak memperhatikan azas kelestarian
hutan.
(c) Invasi Acrostichum aureum (piang)
Berbagai fenomena alam seperti amukan badai, angin
topan
maupun serangan isopoda memang bisa menimbulkan kemsakan yang
serius terhadap hutan mangrove (Nybakken, 1988) namun pengaruh
dari tindakan manusia cenderung lebih merusak (Saenger, Hegerl dan
Davie,
1983).
Tindakan
manusia
yang merusak
tersebut
dapat
bersumber dari dua bentuk pemanfaatan terhadap hutan mangrove,
yaitu lewah panen dari penggunaan tradisional maupun komersialmodern dan kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan di luar maupun
di dalam ekosistem hutan mangrove yang mangabaikan keterkaitan
hutan mangrove dengan ekosistem lain di sekelilingnya.
P e m d a a t a n tradisional terhadap hutan mangrove bisa merusak
karena
sifat
kepemilikan bersama
dari
sumberdaya
ini.
Suatu
sumberdaya dimiliki secara bersama jika hak kepemilikan yang melekat
kepadanya sangat lemah.
Sumberdaya ini tidak dimiliki atau diawasi
secara eksklusif oleh satu orang atau satu kelompok pemilik sehingga
penggunaanya tidak terbatas oleh siapapun dan cenderung kepada
lewah panen.
Vduasi Hutan Mangrove
- -Tidak sedikit konflik dan kerusakan yang terjadi di wilayah pesisir
dan lautan yang tidak dapat diselesaikan. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya data dan informasi dimiliki sehingga berapa besar kerugian
yang akan diperoleh tidak diketahui. Misalnya untuk sumberdaya yang
belum diketahui manfaat dan fungsinya untuk sekarang dan masa
datang menyebabkan nilai tersebut luput dari perhitungan ekonomi dan
kemusnahannya tidak dianggap sebagai kerugian.
dapat membantu untuk
memecahkan masalah
Salah satu yang
i
n
i adalah dengan
menghitung potensi ekonomi dari sumberdaya tersebut.
Secara konseptual nil& total ekonomi (total economic value) suatu
sumberdaya terdiri dari : a) use-value dan b) non-use-value.
Use-value
ini dibedakan lagi menjadi manfaat langsung (direct use value), nilai
manfaat tidak langsung (indirect-use-value) d a n option value, sedangkan
untuk kategori nan-use-value yaitu nilai keberadaan suatu sumberdaya
alam (existence value) d a n bequest value (Munasinghe and Lutz, 1993).
Dalam mengestimasi nilai ekonomi sebuah sistem mangrove ada d u a
pendekatan, yang pertarna penilaian total (total valuation) dan kedua
melalui kIasifiiasi nilai mangrove kedalam empat fungsi hutan mangrove
yang berguna
bagi manusia dalam menyediakan
barang d a n jasa
(Thurairaja, 1994 dalam Sathriratai, 1998)
Pendekatan penilaian total ekonomi yaitu mengestimasi nilai total
ekonomi hutan mangrove berdasarkan pada klasifikasi use-value dan
non-use-value, sedangkan pendekatan keempat fungsi hutan mangrove
yaitu :1) barang dan jasa di dalarn ekosistem dan dapat dipasarkan, 2)
barang dan jasa di luar ekosistem dan dapat dipasarkan, 3) barang dan
jasa didalam ekosistem tetapi tidak dapat dipasarkan dan 4) barang dan
jasa di luar ekositem tetapi tidak dapat dipasarkan.
Analisis manfaat dan biaya sebagia besar digunakan di dalam
penilaian secara parsial.
Hanya pengaruh-pengaruh
mendasar dari
kebijakan ekonomi dan ekosistem yang dipertimbangkan karena sifat
pendekatannya yang parsial. Analisis manfat dan biaya yang dibangun
berdasarkan asumsi ekonomi neo-klasik, dimana asumsi tersebut paling
sesuai untuk menemukan alternatip pemanfaatan sumberdaya yang
alokasinya paling efisien dengan menggunakan harga pasar sebagai
petunjuk dan kegunaan analisis manfaat biaya untuk mengklaim pihak-
pihak yang telah m e n i m b u h kerugian, sehingga besarnya klaim
tersebut dapat ditentukan sesuai dengan nilai manfaat.
Ruitenbeek
(1994) menyarankan bahwa penggunaan beberapa bentuk
analisis
ekonomi yang terpenting mampu menyatukan hubungan ekologis dari
berbagai komponennya. Hal h i penting di dalam memberikan informasi
pengambilan
kebijakan
dalarn
memilih
strategi
pengelolaan
atau
penggunaan seluruh sumberdaya secara optimal.
Pengelolaan Hutan Mangrove
Pengelolaan hutan terrnasuk di dalam hutan mangrove adalah
penerapan
teknologi
kehutanan
secara
teratur
dalam
kegiatan
p e n g u d a a n hutan suatu kawasan hutan. Dalam kegiatan pengelolaan
hutan tercakup konsep kelestarian hasil (sustained yield), yaitu untuk
mendapatkan produksi secara terus menerus dalam waMu yang relatif
singkat dengan tujuan untuk mencapai suatu keadaan seirnbang antara
pertumbuhan dengan hasil yang dipanen setiap tahun atau jangka
waktu tertentu (Meyer ef ~1,1961).Hal yang sama juga dikemumakan
oleh Kenneth (1979)yang menyatakan bahwa tujuan pengelolaan hutan
adalah untuk mencapai manfaat yang sebesar-besarnya dari hutan
secara serbaguna dan lestari.
Pada dasarnya pengelolaan hutan
merupakan penerapan cara-cara penguru-
dan pengusahaan hutan
serta teknik ke dalam usaha pemanfaatan sumberdaya alam hutan
tersebat.
Untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan, termasuk
ekosistem hutan mangrove untuk tujuan konservasi, baru secara umum
mendapat
perhatian
global dalam dua puluh
tahun
terakhir ini.
Menurut Watson dan Arief (1992) ada tiga alasan utama mengapa
kegiatan konservasi dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan
tersebut baru mendapat perhatian. Pertama, manusia pada hakekatnya
merupakan penyebab kerusakan-kerusakan yang te j a d i di lingkungan
laut.
Kedua, belum membudayakan usaha melindungi wilayah perairan
di lingkungan daratan. Ketiga, sebagian wilayah laut dan lautan terletak
diluar batas yuridiksi negara, atau wiIayah teritorial perairan mereka.
Lautan sering dianggap sebagai sumberdaya umum yang berpotensi
menirnbulkan konflik eksploitasi.
Bengen (1998) menyatakan dalam kerangka pengelolaan dan
pelestarian
mangrove,
terdapat
dua
konsep
utama
yang
dapat
diterapkan. Kedua konsep pengupayaan ini pada dasarnya memberikan
legitimasi
dan
pengertian
bahwa
mangrove
sangat
pengelolaan dan perlindungan agar dapat tetap lestari.
memerlukan
Kedua konsep
tersebut adalah perlindungan hutan mangrove dan rehabilitasi hutan
mangrove.
Konsep perlindungan dapat berupa upaya memberikan
legitimasi kawasan hutan mangrove sebagai areal yang dilindungi,
diantaranya seperti yang dapat dilihat di Pulau Rambut d a n Pulau Dua
(Jawa Barat) yang
telah
ditunjuk
sebagai suatu
kawasan
suaka
margasatwa, yakni sebagai kawasan habitat burung.
Konsep rehabilitasi merupakan suatu kegiatan penghijauan yang
dilakukan terhadap hutan-hutan yang telah gundul, yang mana dalarn
hal ini bukan saja berhasil mengembalikan nilai estetika, namun yang
paling utama adalah marnpu mengembalikan fungsi ekologi kawasan
tersebut.
Soerianegara (1978)menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya
d a m adalah upaya manusia dalam mengubah ekosistem sumberdaya
d a m agar dipemleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan
kontinuitas produksi.
Eidman (1997)menyatakan bahwa dalam pengelolaan lingkungan
ada tiga (3)kategori yang perlu diperhatikan, yaitu 1) yang berhubungan
dengan
penataan
masyarakat
umum
kelembagaan
untuk
dan
organisasi,
2) keikut
meransang perubahan
yang
sertaan
diinginkan
(misalnya intensif) dan 3) yang berkaitan dengan keikut sertaan atau
investasi masyarakat umum secara langsung.
menyebutkan beberapa
Bailey &lam Abdullah dan Hisyam (1980)
faktor mengenai pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan yaitu :1) adanya suatu keyakinan bahwa keputusan terbaik
hanya bisa diarnbil apabila dalam prosesnya melibatkan semua pihak
yang berkepentingan dan masyarakat yang terkena, 2) memberikan
informasi kepada masyarakat yang berkepentingan untuk mendapatkan
umpan balik dalam bentuk pengetahuan lokal, 3) adanya partisipasi
masyarakat akan dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik, dalam
arti keputusan tersebut dapat diterima karena masyarakat dilibatkan.
Menurut
Budiman dan
Suhardjono
(1993) ada 3 alternatif
pemanfaatan hutan mangrove yaitu :
(1) Mempertahankan hutan mangrove tetap alami.
Disini bentuk
pemanfaatannya adalah pemanfaatan fungsi fisik hutan, antara lain
sebagai perlindungan terhadap abrasi, penyangga perembesan air
laut, sumber nutrisi untuk biota perairan pantai, pelindung daratan
terhadap gejala kenaikan paras air laut.
Cara pemanfaatan ini
sering tidak dihargai oleh masyarakat karena tidak secara langsung
terasa akibatnya.
(2) Pemanfaatan sistem untuk memperoleh hasil dan pemanfaatan dari
komoditi yang ada dihutan itu sendiri terutama kayu.
(3) Konversi, yang umumnya bertujuan memanfaatkan lahan mangrove
untuk hanya satu kepentingan.
terutama
kaitan
dengan
Kegiatan utama dari pilihan ini
kegiatan
pertanian
secara
luas
dan
pemukimm.
Konsep Ekologi-Ekonomi
Menurut
Crosby
(1997) ekologi berkembang dari kesadaran
tentang pentingnya aspek ekologi dalam pembangunan, karena dampak
ekologi mempengaruhi kesejahteraan manusia. Dari kacamata ekonomi,
pembangunan
melalui
berarti
peningkatan
peningkatan
berbagai
kesejahteraan
konsumsi
material
barang
&an
manusia
dan
jasa.
Pembangunan ini nantinya dapat membawa dampak baik yang positif
maupun
dampak
yang
negatif.
Dikatakan
positif
jika
mampu
meningkatkan kesejahteraan manusia yang terkena pengaruh, dan
negatif jika menurunkan kesejahteraan manusianya.
Lebih jauh lagi ditekankan bahwa dampak tersebut
ada yang
tidak dimaksudkan atau dituju oleh kegiatan ekonomi, tetapi dirasakan
oleh pihak selain pelaku tersebut sebagai eksternalitas. Konsumen dan
produsen tidak memasukkan eskternalitas baik yang positif maupun
yang negatif sebagai keuntungan atau biaya dari kegiatan ekonomi yang
dilakukannya.
Dalam kerangka pemikiran ekonomi, cakupan konsep
ekologi hanya membatasi diri dalam menanggulangi dampak negatif,
baik langsung maupun tidak langsung, dari kegiatan pembangunan.
Dengan kata lain konsep ekologi lebih mengarah kepada pengelolaan
dampak pembangunan atas pihak-pihak yang terkena atau secara
potensial terkena pengaruh.
Sementara itu, teori ekonomi selain
menawarkan altematif bagi pengelola imbas-pengaruh kegiatan ekonomi
(impact and accident), juga
mencakup bahkan menekankan
peran
manusia sebagai sektor atau pelaku kegiatan ekonomi (Ismawan, 1999).
Bengston cialam Suhendang (1996)menyatakan bahwa ada enam
tema besar dalam perubahan cara pandang ekologi ekonomi dengan
ekonomi tradisonal yaitu :
I . Sustainability
Analisis
dengan
ekonomi
tradisional
memusatkan
tujuannya
kedalam efisiensi alokasi sumberdaya dan pertumbuhan, sementara
ekologi ekonomi lebih mementingkan keterpaduan (integrity) dan
keberlanjutan (sustainability)
2. Multilple value, broader national of value
Nilai ekonomi yang dianut dalam ekonomi tradisional dibatasi pada
dua tipe nilai yang sempit yaitu nilai tukar (market price) dan nilai
dalam manfaat atau kegunaannya (willlingness to pay or willingness
to accept compensation).
teori
yang
lebih
Sedangkan dalam ekologi ekonomi dianut
luas yang
mencakup
pula
nilai-nilai sosial,
keindahan, sokongan terhadap kehidupan, nilai intrinsik dan nilai
energi disamping kedua tipe nilai yang dianut ekonomi tradisional.
3. Integenerational equity
Dalam
ekonomi
tradisional
keputusan
tentang
bagimana
memanfaatkan sumberdaya, dalarn jangka waktunya, diperlukan
sebagai
pertanyaan
sumberdaya
investasi
sebagai
pendiskontoan nilai
milik
dengan
dari
generasi
menganggap
seluruh
sekarang.
Praktek
dimasa yang akan datang dalam ekonomi
tradisonal diartikan bahwa nilai sumberdaya 10 tahun dari sekarang
kira-kira sekitar setengahnya dari 11ilai sumberdaya yang sama pada
saat hi (bergantung kepada besarnya suku bunga yang dipakai
untuk mendiskontokannya). Konsep dalarn ekologi ekonomi percaya
bahwa nilai sumberdaya dimasa yang akan datang tidak akan
mengalami penurunan yang sangat besar d m kita harus mengarnbil
keputusan yang tidak bersifat kompromis dalam mempertahankan
kualitas
kehidupan
atau
bahkan
kehidupannya
sendiri
untuk
generasi dimasa yang akan datang.
4 . Uncertainty
Dalam ekologi ekonomi dianut paham ketidakpastian yang sangat
besar resikonya u n t i k tidak pulihnya Iingkungan yang mengalami
perubahan dalam skala besar.
5. Methodological pluralism
Satu-satunya kepastian yang dapat diyakini dari kerangka analisis
atau metode yang dikembangkan oleh seseorang adalah adanya
ketidak
lengkapan garnbaran
dari hubungan
antara ekosistem dan sistem ekonomi.
atau
ketejalinan
6. Land ethic
Paham utilitarian, yaitu doktrin filosofis yang menganggap manfaat
dari suatu benda atau kegiatan sebagai satu-satunya kriteria untuk
menunjukkan dari tindakan d m kegunaan suatu benda, merupakan
filosofi dasar dari ekonomi tradisional.
Sebaliknya filosofi yang
dianut oleh ekologi ekonomi adalah etika Lingkungan d m etika
lahan.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini
dilaksanakan
Bengkalis Propinsi Riau.
terbagi
dalam
dua
di
Pulau
Bengkalis
Kabupaten
Secara administratif Pulau Bengkalis ini
kecamatan
yaitu
Kecamatan
Bengkalis
dan
Kecamatan Bantan. Ada 2 (dua) desa yang dianggap dapat mewakili
seluruh
Pulau
Bengkalis
dengan
pertimbmgan
(1) pemanfaatan
mangrove secara langsung (untuk kayu bakar, kayu arang dan kayu
pancang (bangunan) (2) daerah abrasi. Penelitian dilaksanakan selama
3 bulan (April - Juni - 200 1)
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif
korelasional yang berusaha
untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat mengenai
fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti (Nazir,1983).
Melalui
pendekatan
ini
diharapkan
memperoleh
gambaran
yang
komprehensif dan mendalam tentang obyek yang diteliti.
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan metode survei. Metode survei yaitu metode yang bertujuan
untuk mengumpulkan data dari sejumlah variabel pada suatu kelompok
melalui wawancara langsung dan berpedoman pada daftar pertanyyang telah disediakan sebelumnya (Singarimbun,1995).
Teknik Pengambilan Contolt
Mengingat daerah penelitian yang luas, keterbatasan waktu,
tenaga dan biaya serta pertimbangan agar tujuan penelitian ini dapat
dicapai maka ditentukan dua desa contoh yang mempunyai usaha
pemanfaatan mangrove dan adanya abrasi yang cukup tinggi agar dapat
mewakili seluruh populasi yang ada di lokasi penelitian.
Menurut Fauzi (2001) metode penarikan
contoh yang sesuai
untuk populasi yang menyebar pada wilayah yang luas adalah dengan
metode penarikan contoh bertingkat (multi stage sampling).
DaLam
pelaksanaanya, stratifikasi ini memerlukan dua tahapan operasional
yaitu :
(a) Populasi penarikan contoh pertama untuk memilih desa contoh
dengan mempertimbangkan jumlah pemilik usaha kayu w g , kayu
pmcang (bangunan),
kayu bakar maka dipilih dua desa contoh
yaitu : Desa Meskom, dan Desa Teluk Pambang.
(b) Dari desa contoh tersebut dilakukan pencatatan. jumlah pemilik
panglong arang (dapur arang), jumlah pengumpul kayu pancang
(bangunan) dan kayu bakar. Untuk pemilik panglong (dapur arang)
diambil sebanyak 4 "panglong"(l1dengan dapur berkisar 5-6 dapur.
Sedangkan untuk pengumpul kayu pancang (bangunan] dan kayu
bakar menurut Dinas Kehutanan Bengkalis data yang pasti tidak
ada maka data yang diambil adalab dari seluruh responden yang ada
yaitu 25 responden untuk pengambil kayu bakar dan 15 responden
untuk pengambil kayu pancang (bangunan).
(1)Panglong adalah tempat pembuatan arang. Untuk Pdau Bengkalis
setiap panglong berkisar 2-8 dapur
Pengumpulan Data
Data Primer
a. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung
responden
yang
tinggal
disekitar
lokasi
penelitian,
dengan
dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disusun
sesuai dengan tujuan penelitian.
a. Data Sekunder
Data
sekunder
yang
dikumpulkan
meliputi
kondisi
hutan
mangrove, keadaan geografi dan demosafi hutan mangrove di Pulau
Bengkalis. Serta informasi-informasi yang mendukung penelitian mulai
dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, dan Pusat.
Analisis Data
Data sosial
Data hasil penelusuran informasi baik melalui data sekunder
maupun primer (kuisioner), akan diolah dan ditabulasikan kemudian
dianalisis secara diskriptif.
Data biofisik wilayah
Data biofisik yang digunakan adalah data sekunder melalui
pustaka-pustaka yang terkait, selanjutnya diolah dan tabulasi kemudian
dianalisis secara diskriptif.
Analisis keterkaitan ekologi-ekonomi (Regresi Linier Berganda)
Untuk m e n e n t u k a n keterkaitan antara ekologi-ekonomi dalam
pengelolaan hutan mangrove digunakan analisis regresi linier berganda.
Menurut Wibisono (1999) bila terdapat heteroseedascity maka dapat
Dalam ha1 ini yang
ditempuh dengan mentransformasikan data.
digunakan adalah model LN.
Model umum regresi h i e r berganda adalah:
Ln Y = a
+PI
LnXi
+pl
LnXz
+..-pn LnXn + p ~
Keterangan :
Y
-
Peubah tak bebas
x1,2,
...
-
Peubah bebas
FL
-
Gangguan
p1,2, n
=
Koefisien regresi
a
=
Intersep
...
Pengujian ada tidaknya multikolinearitas digunakan metode Klein.
Pengujian
autokorelasi
digunakan
metode
Durbin-Watson.Uji
Kuadrat untuk menguji normalitas dari residu.
pengaruh
tiap-tiap
peubah
digunakan
uji
Chi-
Untuk mengetahui
t,
sedangkan
untuk
mengetahui pengaruh peubah secara keseluruhan digunakan uji F.
Untuk membuat keterkaitan ekologi ekonomi dibuat beberapa
asumsi yaitu
(1) Semakin baik ekologi hutan mangrove maka pendapatan masyarakat
pengguna hutan mangrove juga akan semakin baik.
(2) Masyarakat dengan
kesejahteraan
rendah
diasumsikan
pemanfaat kayu mangrove khususnya kayu bakar.
sebagai
(3)Diperhitungkan bahwa setiap penebangan harus menanam 4 pohon
pengganti dan dianggap 50% dapat hidup.
Faktor-faktor yang digunakan untuk pemanfaatan kayu adalah:
Y = Pendapatan (Rp/m3)
X1= Produksi (ma/trip)
X2= Jenis (Rp/m3)
X3= Kerapatan (ind/ha)
X4= Diameter (cm)
Untuk menghasilkan keterkaitan hubungan tersebut kemudian
dianalisis secara diskriptif.
Pengelolaan hutan mangrove (Analisis klaster)
Dari hasil regresi yang diperoleh maka dilakukan pengelolaan
terhadap hutan mangrove. Analisis yang digunakan adalah analisis
klaster yaitu mengklasifikasikan irrdividu-individu atau objek kedalam
kelompok-kelompok dalam jumlah kecil yang bersifat mutually eclusiue,
dengan berpedoman bahwa jumlah kesamaan antar anggota-anggota
dalam grup sama dengan jumlah perbedaan antar grup.
Tujuan dari
pengelompokan tersebut adalah untuk menentukan beberapa grup yang
ada dan setiap grup terseb
PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE
DI PULAU BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS
PROPINSI RIAU
OLEH :
ERLINDA INDRA YANI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
ERLINDA INDRA YANI. Pendekatan Ekologi-ekonomi Dalarn Pengelolaan
Hutan Mangrove Di Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau.
Dibawah bimbingan AKHMAD FAUZI, dan JOKO PURWANTO.
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem hutan tropis
yang memiliki karakteristik yang khas, dan juga merupakan salah satu
ekosistem penting didaerah pesisir. Tingkat degradasi yang tej a d i dari
tahun ketahun di Propinsi Riau khususnya Pulau Bengkalis akan
memberikan pengaruh
sangat penting bagi kehiduPanmasyarakat
disekitarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi
ekologi I ~ u t a n&angrove dan ekonomi masyarakat pemanfaat hutan
mangrove, melihat keterkaitan ekologi-ekonomi untuk kegiatan
pengelolaan hutan mangrove dengan menggunakan regresi linier
berganda d m analisis Master kemudian memberikan masukan berupa
alternatif pemanfaatan kepada pemerintah dalam pengelolaan hutan
mangrove. Responden yang digunakan addah pemanfaat kayu untuk
kayu arang, kayu bakar dan kayu bangunan yaitu sebanyak 44
responden yang diambil dari Desa Meskom dan Desa Teluk Pambang.
yang
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara
ekologi-ekonomi. Variabel yang digunakan adalah pendapatan (Y),
produksi (XI),
jenis (Xa),
kerapatan (X)
dan diameter (X4).Hal ini dapat
dilihat dari hasil regresi
dengan nilai Rz sebesar 97.6%. Keempat
variabel X tersebut memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap
variabel Y. Kemudian dilanjutkan dengan analisis Master yang
menunjukan adanya pengelompokan pendapatan yang dibagi menjadi 3
(tiga) kelompok yaitu pendapatan rendah, sedang dan tinggi. Untuk
altematif pemanfaatan dibuat 8 (delapan) altematif pemanfaatan. Dari 8
(delapan) alternatif tersebut alternatif ke 6 (enam) merupakan altematif
yang mempunyai keterkaitan ekologi-ekonomi dengan diameter 8 cm
kayu bakar + diameter 18 cm kayu arang + 20 cm kayu bangunan dan
pendapatan yang diperoleh sebesar R p 969267 dan te j a d i penambahan
luasan hutan mangrove 0.04 ha/thn. Secara ekologis dengan tejadinya
penambahan luasan &an memberikan pengaruh terhadap kondisi
hutan mangrove di Pulau Bengkalis.
SURAT PERNYATMN
Dengan h
i saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
PENDEKATAN
HUTAN
EKOLOGI-EKONOMI
XUANGROVE
DI
PULAU
DACAM
PENGELOLAAN
BENGKALIS
KABUPATEN
B E N O U S PROPINSI RIAU
adalah
benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah
dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
PENDEKATAN EKOLOGI-EKONOMI DALAM PENGELOLAAN
HUTAN MANGROVE DI PULAU BENGKALIS KABUPATEN
BENGKALIS PROPINSI RIAU
OLEH :
ERLINDA INDRA YANI M
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOW R
2002
-
Judul Tesis
: Pendekatan Ekologi
Ekonomi dalam Pengelolaan
Hutan Mangrove di Pulau Bengkalis Kab. Bengkalis
Propinsi Riau
Narna
: Erlinda Indra Yani M
NRP
: 99690
Program Studi
: Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL)
Menyetujui,
1. Komisi Pembirnbing
I
Dr.Ir. Joko Purwanto, DEA
Anggota
Ketua
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pe
dan Lautan
.
a .
D
t~)wmav)
Dr. Ir. Rokhmin Dahuri. M S
Tanggal Lulus : 5 Desember 2001
*yp
RIWAYAT HXDUP
Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan pada tanggal 20 Pebruari
1974 dari pasangan H. M. Ali dan Hj. F Reni, sebagai anak kedelapan
dari delapan bersaudara.
Pendidikan
Sidimpuan
tahun
Sekolah Dasar
1986. Pada
diselesaikan
tahun
di
SD
1989 penulis
07
Padang
menamatkan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP N 3 Padang Sidimpuan
Tahun 1992 penulis tamat dari SMA N 6
Pekanbaru dan pada tahun
yang sama penulis memperoleh kesempatan kuliah di Program Studi
Sosial Ekonomi Perikanan Universitas Riau dan lulus tahun 1998.
Pada tahun
1999 penulis bergabung pada Program Pascasarjana
Jnstitut Pertanian Bogor, Program Studi Pengelolaan Pesisir dan Lautan
dan diselesaikan pada tahun 2001
PRAKATA
6ismillahittahmanittahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikrnat, rahmat dan
karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.
Topik yang diambil dalarn penulisan tesis ini adalah Pendekatan
Ekologi-Ekonomi dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Pulau Bengkalis
Propinsi Riau
Ucapan terimakasih penulis ucapkan, kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam penulisan tesis ini yaitu :
1. Bapak Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing
dan Bapak Dr. Tr Joko Purwanto, DEA selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah membirnbing penulis dalam penyelesaian
tesis ini.
2. Papa dan mama, yang telah mendoakan dan merestui setiap langkah
yang diambil penulis
3. Keluarga besar Co Fish Bengkalis terutama Rika dan Hatta yang
banyak membantu dalam penelitian.
4. Kakak-kakak yang telah memberikan
dorongan materil maupun
sprituil, keponakan ku yang Manize-manize yang menghiburku slalu.
5. Rekan-rekan mahasiswa SPL terutama SPL Angkatan 111
6. Rekan-rekan G-1 (M' Eka, Rina Jaka, Ucy. Anik, Fenti. Ayu dan Rina
Rahmawati) thank's to canda dan tawanya serta,
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Tesis ini dapat memberikan manfaat dikemudian hari.
Bogor, Pebruari 2002
Erlinda Indra Yani M
DAFTAR IS1
Halaman
..................................................................
DAFTAR GAMBAR ...............................................................
DAFTAR LAMPIRAN
...........................................................
PENDAHULUAN
............................................................
............................................................
Latar Belakmg
DAFTAR TABEL
......................................................
.......................
Tujuan Penelitian
.
.......
........................
Kegunaan Penelitian
......................................................
......................................................
Kerangka Pemikiran
TINJAUAN PUSTAKA
.....................................................
Jenis d a n Penyebaran Mangrove
....................................
Fungsi, Manfaat dan Potensi
..........................................
Perumusan Masalah
Fungsi Ekologi Hutan Mangrove
....................................
.................................
..........................................
Valuasi Hutan Mangrove
..........................................
Pengelolaan Hutan Mangrove
..........................................
Konsep Ekologi-Ekonomi
..........................................
METODE PENELITIAN
..................................................
..........................................
Lokasi dan Waktu Penelitian
Fungsi Ekonomi Hutan Mangrove
Degradasi Hutan Mangrove
Metode Penelitian
Teknik Pengarnbilan
..................................................
Contoh
..........................................
..................................................
.....................L.......................................
.........................................................
Pengumpulan Data
Analisis Data
Data sosial
..................................................
Andisis Keterkaitan ekologi-ekonomi .............................
Data biofisik wilayah
...........................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN
................................................
...................................
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Analisis klaster
...
111
iv
v
1
..................................
..........................................
Kondisi Sosial Ekonomi
................................................
a.Jumlah penduduk .......................................................
...........................................................
b .Pendidikan
c.Matapencaharian penduduk .......................................
d.Tingkat kesejahteraan .................................................
..........................................................
Kondisi Mangrove
Kondisi ekologi ...........................................................
Pemanfaatan kayu mangrove secara langsung ...............
Analisis Keterkaitan Ekologi-Ekonomi .............................
Letak Geografis dan Administratif
Iklim Dan Topografi Perairan
Analisis Klaster
..............................................................
Aleternatif Pemanfaatan dan Pengelolaan Hutan
........................... ....................................
Mangrove
Kebijakan pengeloaan dan pemanfaatan hutan
...........................................................
mangrove
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
.............................................
..............................................................
Gambar-1. Skema Kerangka Pemikiran Pengelolaan Hutan
.......
Garnbar 2. Pemanfaat Kayu Mangrove Bedasarkan Diameter ..
Mangrove secara Optimal di Pulau Bengkalis
6
48
Gambar 4. Pendapatan yang di Peroleh Menurut Altematif
femanfaatan dan Pengelolaan di Pulau Bengkalis ..
59
DAFTAR TAEEL
Halaman
Tabel 1. Beberapa alternatif pemanfaatan hutan mangrove
di Desa Meskom d a n Teluk Pambang
......................
Tabel 2. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Bengkalis dan Kecamatan Bantan
.........
Tabel 3. Kondisi penduduk Desa Meskom dan Desa Teluk
Pambang
..............................................................
Tabel 4. Kondisi pendidikan masyarakat Meskom d a n Teluk
Pambang tahun 1999
...........................
.
.
.............
Tabel 5. Matapencaharian nelayan Meskom dan Teluk Pambang
tahun 1999
........................................................
Tabel 6.Tingkat kesejahteraan masyarakat Meskom d a n Teluk
Pambang tahun 1999
.............................................
Tabel 7 Pemanfaatan hutan mangrove oleh masyarakat Meskom
d a n Teluk Parnbang
............................................
Tabel 8. Ringkasan analisis keterkaitan ekologi-ekonorni
pemanfaatan kayu Mangrove di Pulau Bengkalis
.....
Tabel 9. Hasil perhitungan penyusutan, penarnbahan dan
pendapatan berdasarkan alternatif pemanfaatan
dan pengelolaan hutan mangrove
...........................
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah pesisir
dan lautan mempunyai peranan yang sangat
penting bagi kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia.
Kedua
wilayah tersebut merupakan tumpuan harapan bagi pembangunan
bangsa Indonesia dimasa yang akan datang.
Hal ini disebabkan
sebagian besar (yaitu sekitar 63 %) dari wilayah teritorial Indonesia
merupakan wilayah pesisir dan lautan yang merniliki sumberdaya alam
dan jasa-jasa lingkungan yang kaya dan beragam, misalnya hutan
mangrove,
terumbu
karang,
perikanan,
bahan
tambang,
jasa
perhubungan dan pariwisata.
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem hutan tropis
yang merniliki karakteristik yang &as, dan juga merupakan salah satu
ekosistem penting didaerah pesisir/pantai.
disebut
sebagai
hutan
payau
karena
Hutan mangrove sering
sebagian
besar
hidup
dan
berkembang di daerah payau. Keberadaan hutan mangrove di kawasan
pesisir secara ekologi dapat berfungsi sebagai penahan lumpur dan
perangkap sedimen (sediment trap) termasuk limbah-limbah beracun
yang dibawa oleh aliran air permukaan, penghasil detritus, sebagai
daerah asuhan dan tempat mencari makan, daerah pemijahan dan
pembesaran bagi bermacam-macam biota perairan. Sedangkan dari segi
ekonomis hutan mangrove i
ni berfungsi sebagai penyediaan bahan baku
industri (kayu chip, kayu arang, kayu bangunan dan lain-lain). Selain
itu juga secara tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
kayu bakar.
Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Propinsi Riau
khususnya Bengkalis yang diikuti pula oleh peningkatan kebutuhan
hidup yang terus bertambah, kecenderungan untuk membuka kawasan
hutan
mangrove
untuk
pemukiman,
usaha
pertanian,
usaha
pertambakan, dan penebangan hutan oleh masyarakat merupakan satusatunya pilihan
bagi
penduduk
untuk
melengsungkan hidupnya.
Akibatnya secara langsung maupun tidak langsung telah meningkatkan
penurunan habitat dan keanekaragaman hayati ekosistem alamiah
hutan mangrove.
Degradasi hutan mangrove di Propinsi Riau mulai diindikasikan
sejak akhir 1970-an (Dinas Kehutanan Riau, 1978). Hal ini dapat dilihat
juga dari beberapa sumber yang menyatakan bahwa luas tutupan hutan
mangrove di Riau semakin menurun. Menurut laporan Dinas Kehutanan
Propinsi Riau (1997) tingkat kerusakan hutan mangrove dalam satu
dasawarsa (1987 - 1997) mencapai f 43.935 ha. Dan diperkirakan laju
kerusakan ini akan terus bertambah setiap tahunnya.
Dengan berkurangnya luasan mangrove tersebut
memberikan
pengaruh yang sangat penting bagi masyarakat di PuIau Bengkalis.
Pantai di Pulau Bengkalis sampai dekade terakhir terus m e n g a l d
abrasi yang cukup serius, terutama pada bagian utara pulau.
Abrasi
yang terjadi di pulau ini setiap tahunnya mencapai 5-10 m dengan
panjang wilayah yang terkena abrasi mencapai 100 Km lebih.
Banyak usaha-usaha
yang
telah
dilakukan
oleh
Pemerintah
maupun masyarakat untuk mengatasi berkurangnya luasan hutan
mangrove. Salah satu cara yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi
pengurangan
luasan
hutan
mangrove
yaitu
dengan
mengeluarkan
ketentuan-ketentuan
dalam
pemanfaam
mangrove dan juga penanaman bibit mangrove sebanyak f
hutan
300.000
batang dengan memakai dana bantuan dwi ADB (Asian Development
Bank). Selain itu masyarakat juga melakukan penanaman mangrove
yang kegiatannya dibawah Yayasan Bina Lestari Pantai.
Perurnusan M a s a l a h
Propinsi Riau mempunyai luas hutan mangrove terbesar kedua di
Sumatera yaitu 259.500 ha (Giessen, 1993). Namun dikarenakan sudah
dieksploitasi bertahun-tahun terutama untuk kayu chip d m arang,
maka tekanan terhadap ekosistem mangrove di daerah Riau cenderung
meningkat.
Menurut laporan Ginas Kehutanan Propinsi Riau, psda
tahun 1997 luas mangrove di Propinsi Riau
+
234.517 ha.
Over eksploitasi yang terjadi terlihat jelas di Pulau Bintan d m
Pulau Senayang.
Hal ini ditandai dengan pertumbuhan bakau yang
kerdil, spesiesnya sedikit dan diameter pohonnya kecil.
Keadaan yang
demikian semakin memperparah terjadinya abrasi pantai di pulau-pulau
kecil di Propinsi Riau, seperti yang terjadi saat ini disepanjang pantai
utara Pulau Bengkalis.
Sebagian besar masyarakat Pulau Bengkalis bermata pencaharian
sebagai nelayan
sepanjang pantai.
tradisional yang
Selain itu
mempunyai areal
masyarakat
Pulau
penangkapan
Bengkalis juga
memanfaatkan kayu mangrove sebagai bahan kayu arang, kayu bakar
dan bahan bangunan.
Pemanfaatan kayu arang di Pulau Bengkalis
telah terjadi cukup lama oleh perantau yang berasal dari Tiongkok. Hal
ini merupakan salah satu penyebab berkurangnya luasan mangrove di
daerah h i .
Akibat eksploitasi besar-besaran dan penebangan secara liar,
ditarnbah kondisi aIam yang kurang mendukung, maka sebagian besar
hutan mangrove menjadi rusak, sehingga posisi Pulau Bengkalis bisa
terancarn karena memungkinkan terjadinya abrasi yang cukup luas.
Pulau Bengkalis ini merupakan salah satu pulau yang terdapat di
Kabupaten
Bengkalis
sedimentasi
Dengan
dimana
adanya
Propinsi
Riau
tanahnya
hutan
yang
sangat
mangrove
terbentuk
dari
labil terhadap
disepanjang
proses
erosi/abrasi.
pantai
pulau
i
n
i
diharapkan masalah abrasi/ erosi dapat dicegah dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat dapat terangkat.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas agar pengelolaan hutan
mangrove
dapat
terlaksana,
diperlukan
suatu
penelitian
tentang
pendekatan ekologi dan ekonomi dalam pengelolaan hutan mangrove.
Pendekatan
ini
diharapkan
memberikan
keseimbangan
antara
pemanfaatan ekologi dan ekonomi sehingga terjadi pengelolaan hutan
mangrove yang berkelanjutan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
I . Mengetahui
kondisi
ekologi
hutan
mangrove
dan
ekonomi
masyarakat pemanfaat hutan mangrove.
2. Mengetahui keterkaitan ekologi ekonomi untuk kegiatan pengelolaan
hutan mangrove.
3. Memberikan
pemerintah
masukan
dalam
bempa
pengelolaan
alternatif
hutan
pemanfaatan
mangrove
pendekatan ekologi ekonomi di Pulau Bengkalis.
kepada
ditinjau
dari
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menghasilkan
pola pengelolaan hutan mangrove dan memberi masukan bagi para
pengambil kebijakan dalam penentuan pengelolaan hutan mangrove
secara optimal dan berkelanjutan di Pulau Bengkalis.
Kerangka Pemikiran
Pernikiran
yang
mendasari
penelitian
ini
adalah
bahwa
sumberdaya pesisir dan lautan seperti mangrove jika tidak dikelola
dengan baik
akan terjadi pemanfaatan sumberdaya yang tidak lestari.
Hal ini akan memberikan dampak yang tidak diinginkan diantaranya
adalah degradasi fisik dari ekosistem wilayah pesisir (pantai dan hutmangrove).
Dengan melihat kondisi Kabupaten Bengkalis dan beberapa pulau
lainnya selarna lima belas tahun terakhir,
terjadi sekitar 26 % dari luasan awal.
diketahui
degradasi yang
Angka tersebut menunjukkan
bahwa sepertiga dari degradasi ditingkat propinsi terjadi pada areal
tersebut.
Melihat kondisi ini pengelolaan wilayah pesisir Pulau Bengkalis
perlu dilakukan. Tujuan pengelolaan ini untuk mengendalikan kegiatan
masyarakat yang tekonsentrasi di wilayah pesisir
sehingga tejadi
kesinambungan. Menurut Muluk (1996) rencana pengelolaan wilayah
pesisir harus didasarkan pada hasil evaluasi ekologi, ekonomi, sosial
dan budaya yang ditemukan di wilayah pesisir tersebut. Selain itu dalarn
perencanaan pengelolaan wilayah pesisir harus bersifat mencegah bukan
untuk memperbaiki.
Untuk
kasus
Pulau
Bengkalis yang
hutan mangrove-nya
dimanfaatkan untuk sektor perikanan dan kehutanan perlu dilakukan
pengeloIaan hutan mangrove.
Pengelolaan hutan mangrove yang
dilakukan adalah deagan pendekatan ekologi d m ekonomi. Pendekatan
ini nantinya diharapkan dapat memberikan jalan keluar untuk mencapai
tujuan pengelolazm hutan mangrove yang berkelanjutan di PuIau
Bengkalis.
I
KAWASAN HUTAN MANGROVE
PULAU BENGKALIS
I
Potensi Hutan Mangrove
Pulau Bengkalis
Degradasi
Lingkungan
Faktor internal :
Penebangan secara liar
r Pemberian izin
penebangan
Faktor ekstemal :
Kondisi geografis
-
r Analisis
Regresi
Analisis master
r Altematif Pemanfaatan
Mangrove Berkelanjutan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pengelolaan Hutan Mangrove
Secara Optimal di Pulau Bengkalis.
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis dan Penyebaran Mangrove
Kata mangrove mempunyai d u a arti, pertarna sebagai komunitas
yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan
terhadap kadar garam/salinitas (pasang surut air laut), d a n kedua
sebagai individu spesies (Macnae, 1968 dalam Supriharyono 20001,
Macnae
kemudian
menggunakan
istilah
mangal
apabila
berkaitan
dengan komunitas hutan dan mangrove untuk individu tumbuhan.
Mangrove sering di terjemahkan
sebagai komunitas hutan
bakau,
sedangkan tumbuhan bakau merupakan salah satu jenis dari tumbuhan
yang hidup di hutan pasang surut tersebut.
Mangrove adalah vegetasi yang terdiri atas pohon atau perdu yang
tumbuh didaerah pantai diantara batas-batas permukaan air pasang
tertinggi dan daerah tropis dan memiliki pantai terlindung dari, dan
muara dimana air laut dapat masuk, disepanjang pantai berpasir atau
berbatu
maupun
karang
yang
tetutup
oleh
pasir
dan
lumpur
(Hardjosentono,1978).
Hutan
mangrove
merupakan
hutan
tropis
yang
umumnya
terdapat disepanjang wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran
ombak, pantai yang datar/ landai, sekitar muara sungai d m laguna.
Wilayah pesisir merupakan daerah petemuan antara daratan dan laut.
Bagian daratriya masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti angin
laut, pasang surut dan perembesan air laut, d a n bagian laut lainnya
masih dipengaruhi oleh proses alami yang t e j a d i di darat, seperti
sedimentasi, aliran air tawar dan semua aktivitas manusia merupakan
wilayah peralihan antara laut dan darat, karena dalam wilayah yang
relatif sempit dapat terjadi pembahan sifat lingkungan yang tajam
(Soemodihardjo,1997).
Hutan mangrove m e ~ p a k a nekosistem yang unik dan khas.
Hal
in. disebabkan oleh posisinya sebagai ekosistem peralihan, antara
ekosistem darat dan ekosistem laut. Kondisi ini menyebabkan ekosistem
mengrove sangat rawan terhadap pengaruh luar, temtama karena
spesies biota pada hutan mangrove ini memiliki toleransi yang sempit
terhadap adanya perubahan dari luar (Alikodra, 1995).
Setiap tipe vegetasi mangrove yang terbentuk berkaitan erat
dengan kondisi tanah, topo-,
iklim, pasang surut d a n salinitas air,
sehingga setiap daerah vegetasi mangrove umumnya membentuk zonasi
yang berbeda-beda pada setiap habitatnya. Walaupun demikian, setiap
jenis mangrove mempunyai persamaan fisiologis yang khas dan struktur
adaptasi dengan ewlogical preference tertentu pula (Sukardjo, 1981).
Menurut Samingan (1972)tegakan mengrove mempakan vegetasi
yang seragam dan berkembang biak dengan baik di daerah lumpur yang
berada dalam jangkauan peristiwa pasang surut serta dijumpai di tepi
pantai sampai beberapa ratus meter dan kilometer kearah darat.
Tegakan ini hanya dapat tumbuh di daerah yang secara berkala
dipengaruhi oleh air payau, dalam ha1 ini penggenangan disebabkan oleh
fenomena pasang surut.
Mangrove cenderung tumbuh dalam kelompok-kelompok atau
jalur-jalur sejajar pantai. Pantai dengan kemiringan landai, khususnya
hutan yang paling dekat dengan laut, didominasi oleh Avicennia yang
sering kali berasosiasi denga sonneratia, jika kondisi lumpurnya kaya
bahan
organik.
Kearah
darat tumbuh Bmguiera
cylindric^. yang
membentuk tegakan-tegakan yang kokoh. Dibelakang zona ini tumbuh
Bnrguiera cylindrica bercampur dengan Rizophora apiculata. Rizophora
mucronata, Bruguiera parmJ!ora dan Xylocarpus granatum.
Dan paling
belakang antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah tumbuh
jenis Nypa fruticans.
Hutan mangrove terluas di Indonesia dijumpai di Irian Jaya dan
berturut-turut di Sumatera, Kalimatan, Sulawesi, Maluku, Bali, Jawa
dan Nusa Tengga. Tumbuhan mangrove di Indonesia di dominasi oleh
jenis-j enis antara lain : bakau (Rizophora spp), api-api (Avicennia spp),
pedada (Sonneratia spp), tanjang (Bruguieraspp), nyirih (Xylocarpus spp),
tengar (Ceriops spp) dan batu-batu (Exocuriaspp).
Komunitas hutan mangrove yang tebesar di Indonesia berkaitan
dengan
sifat dasar
lingkungan
Penyebarannya dibatasi
laut
dan
oleh letak lintang.
mangrove sensitif terhadap suhu dingin.
iklim
Hal
tropis
Indonesia.
ini dikarenakan
Umumnya mangrove akan
tumbuh dengan baik di daerah yang suhunya pada musim dingin tidak
lebih rendah dari 200C.
Selain itu penyebaran hutan mangrove juga
dipengaruhi oleh limpasan air tawar.
Walaupun terdapat jenis-jenis
mangrove yang memiliki adaptasi terhadap salinitas yang tinggi,
bila
tidak adanya suplai air tawar akan mempengaruhi kemampuan toleransi
mangrove dan biota yang terkait terhadap salinitas.
Pada pantai yang terlindung, mangrove akan tumbuh baik dan
tidak pada pantai yang terbuka.
Garis pantai harus terlindung dari
gelombang besar dan pasang surut yang kuat agar semai (anakan)dapat
tumbuh.
Selain itu pada kondisi dengan gelombang dan pasut yang
kuat tidak akan tej a d i pengendapan sedimen, yang diperlukan sebagai
substrat bagi pertumbuhan mangrove.
Kedangkalan pantai juga sangat mempengaruhi penyebarah dan
luas hutan mangrQVe. M a k i n dangkal dan makin landai suatu pantai,
akan semakin luas dan semakin baik pula penyebaran hutan mangrove
dibandingkan dengan garis pantai yang tej a l dan curam.
Daya adaptasi yang khas dimiliki oleh mangrove menyebabkam
mangrove dapat terus hidup diperairan dangkal.
Nybakken (1982),
menyatakan bahwa daya adaptasi tersebut meliputi : (1)perakaran yang
pendek dan menyebar luas dengan akar penyangga atau akar tunjang
yang tumbuh dari batang dan dahan sehingga menjamin kokohnya
batang, (2) berdaun kuat dan banyak mengandung air, (3)mempunyai
jaringan internal penyimpan air dan konsentrasi garam yang tinggi.
Fungsi, Manfaat dan Potensi
Hutan mangrove merupakan sumberdaya d a m daerah tropika yang
mempunyai manfaat ganda baik aspek ekologi maupun sosial ekonomi.
Besarnya peranan
hutan mangrove atau ekosistem mangrove bagi
kehidupan dapat diketahui dari banyak jenis hewan, baik yang hidup di
perairan, diatas lahan maupun ditajuk-tajuk pohon mangrove serta
ketergantungan manusia terhadap hutan mangrove tersebut.
Sugiarto dan Willy (1995) dalarn Suhaeb (2000) menyatakan bahwa
hutan mangrove memiliki fungsi antara lain : (1)sebagi pelindung pant&
dari gempuran ombak, arus dan angin, (2) sebagai tempat berkdung,
memijah atau berkembang biak dan daerah asuhan berbagai jenis biota,
(3) sebagai penghasil bahan organik yang sangat produktif dan (4)
sebagai sumber bahan baku industri.
Secara fisik hutan
mangrove
dapat
berfungsi sebagai hutan
lindung. Sistem perakaran yang khas pada tumbuhan mangrove dapat
menghambat arus air dan ombak, sehingga menjadi garis pantai tetap
stabil dan terhindar dari pengikisan (abrasi). Selain itu juga sebagd
penyangga daratan dari rembesan air lzut serta penghdang angin.
Keadaan hutan mangrove yang relaLXlebih tenang dan terlindung dan
sangat subur maka aman bagi biota laut pada umumnya.
Fungsi lain yvlg penting adalah sebagai penghasil bahan organik
yang merupakan mata rantai utama dalam jaringan makanan ekosistem
hutan mangrove. Daun mangrove yang gugur melalui proses penguraian
oleh
mikroorganisme
diuraikan
menjadi
Detritus kemudian menjadi bahan
detritus
seperti
: cacing,
partikel-partikel
detritus.
makanan bagi hewan pemakan
mysidaceae
(udang-udang kecil/rebon).
Selanjutnya hewan pemakan detritus menjadi makanan larva ikan,
udang dan hewan lainnya.
Pada tingkat berikutnya hewan-hewan
tersebut menjadi makanan bagi hewan-hewan lainnya yang lebih besar
dan begitu seterusnya untuk menghasilkan ikan, udang dan berbagai
jenis bahan makanan lainnya yang berguna bagi kepentingan mmusia
(Sugiarto dan Willy, 1995 dalarn Suhaeb, 2000).
Fungsi penting lain dari hutan mangrove adalah manfaat sosial
ekonomi
bagi masyarakat
sekitaxnya yaitu
sebagai
sumber
mata
pencaharian dan produksi berbagai jenis hasil hutan dan hasil ikutan
lainnya.
Fungsi Ekologi Hutarr Mangrove
Fungsi ekologi ekosistem hutan mangrove dapat dilihat dari
beberapa aspek antara lain aspek fisika, kimia dan biologi.
Fungsi
ekologis ditinjau dari aspek fisika adalah sebagai : 1) d d a m ekosistem
hutan
mangrove
terjadi
mekanisme
hubungan
antara
komponen-
komponen dalam ekosistem mangrove serta hubungan antara ekosistem
mangrove dengan jenis-jenis ekosistem lainnya seperti padang lamun
dan terumbu karang, 2) dengan sistem perakaran yang kuat dan kokoh
ekosistem
hutan
mangrove
mempunyai
kemampuan
meredam
gelombang, menahan lumpur dan melindungi pantai dari erosi, 3)
sebagai pengendali
banjir,
didaerah estuaria juga
hutan
mengrove yang
banyak
tumbuh
dapat berfungsi untuk mengurangi bencana
banjir. Fungsi ini akan hilang apabila hutan mangrove ditebangi.
Dari
aspek
kimia,
hutan
mangrove
dengan
kemampuannya
melakukan proses kimia dan pemulihan (self purification) memiliki
beberapa fungsi : 1) hutan mangrove dapat berfurigsi sebagi penyerap
bahan
pencemar
(environmental service), khususnya
bahan-bahan
organik, 2) sebagai sumber energi bagi lingkungan perairan sekitarnya.
Ketersediaan berbagai jenis makanan yang terdapat pada ekosistem
hutan mangrove
telah menjadikannya sebagai sumber energi bagi
berbagai jenis biota yang bernaung didalaznnya, seperti udang, kepiting,
burung, kera, ular dan lain-lain telah menjadikan rantai makanan yang
sangat kompleks sehingga terjadi pengalihan energi dari tingkat tropik
yang lebih rendah ke tingkat tropik yang lebih .tinggi, 3) pensuplai
bahan-bahan organik bagi lingkungan perairan. Dalam ekosistem hutan
mangrove terjadi ~nekanismehubungan memberikan sumbangan berupa
bahan organik bagi perairan sekitarnya.
Serasah mangrove yang telah
jatuh dan gugur ke dalam air akan menjadi substrat yang baik bagi
bakteri dan sekaligus berfungsi membantu proses pembusukan daundaun terebut menjadi detritus.
Selanjutnya
detritus ini menjadi
makanan binatang pemakan detritus seperti Amphipoda, Mysidaceae
dan lain-lain, dan akhimya binatang-binatang ini akan menjadi makan
larva-larva udang, kepiting dan lainnya (Heald and Odum, 1972). Selain
itu bahan organik terlarut yang dihasilkan dari proses penguraian
(dekomposisi) di hutan mangrove juga dimasuki lingkungan perairan
pesisir yang dihuni oleh berbagai macarn filter feeder (organisme yang
cara makannya dengan menyaring air) laut dan estuaria serta berbagai
macam hewan pemakan hewan dasar (Snekader et al, 1958 cialam
Bengen, 1998)
Sedangkan aspek biologis hutan mangrove sangat penting untuk
tetap menjaga kestabilan produktifitas dan ketersediaan sumberdaya
hayati
wilayah
merupakan
pesisir,
daerah
mengingat
asuhan
karena
hutan
(nursery ground)
mangrove juga
hewan-hewan
muda
(juvenile stage) yang akan bertumbuh kembang menjadi hewan-hewan
dewasa dan juga
merupakan daerah pemijahan
(spawning ground)
beberapa hewan perairan seperti udang, ikan dan kerang-kerangan.
Beberapa
ditunjang
fungsi
ekologis
oleh karakteristik
mementingkan
fungsi
hutan
hutan
ekologis
mangrove
mangrove
bukan
berarti
tersebut
sangat
sendiri,
narnun
meniadakan
fungsi
itu
ekonomis yang dimilikinya, tetapi yang diharapkan adalah bagaimana
menempatkan kepentingan ekonomi yang tidak merusak fungsi-fungsi
ekologi tersebut.
Fungsi Ekonomi Hutan Mangrove
Potensi
ekonomis ditunjukkan
dengan
kemarnpuannya
menyediakan produk yang dapat diukur dengan uang.
dalam
Produk yang
dimaksud adalah secara ekonomis potensial dapat diarnbil langsung
Hamilton d a n Snedaker (1994)
seperti hutan dan produksi perikanan.
mencatat sekitar 58 produk langsung dan tidak langsung dari mangrove
berupa kayu bakar, bahan bangunan, alat dan teknik penangkapan
ikan,
pupuk,
bahan
baku
kertas,
bahan
makanan,
obat-obatan,
minuman, peralatan rumah tangga, bahan baku tekstil dan kulit, madu,
lilin, dan tempat rekreasi.
Pemanfaatan hutan mangrove untuk skala komersial (skala besar)
adalah untuk menghasilkan kayu, chip dan arang; konversi hutan
mangrove untuk kawasan pertanian, pertambakan, pemukiman, ladang
garam dan daerah transmigrasi; dan manfaat hutan mangrove untuk
beberapa jenis obat-obatan.
Kayu dari hutan mangrove Sumatera dan
Kalimantan telah banyak diekspor ke Jepang dan Taiwan.
Arang dari
Riau dan Aceh terutama diekspor ke Singapura. Malaysia dan Hongkong,
sedangkan chips dari Kalimantan Timur dan Riau diekspor ke Jepang
(Soemodihardjo dan Soerianegara,l989).
Degradrtsi Hutan Mangrove
Degradasi hutan
mangrove,
dalam
bentuk
penurunan
luas
tutupan hutan permanen (kuantitas) dan hilangnya fungsi-fungsi hutan
mangrove (kualitas), seperti halnya yang banyak terjadi di banyak negara
memang tidak bisa dilepaskan dari darnpak kegiatan manusia. Menurut
Kusmana (1995) yang menyebabkan rusaknya ekosistem mangrove
dapat dikategorikan kedalam 3 jenis gangguan :
(1)Gangguan frsik-mekanis
(a) Abrasi pantai/pinggir sungai
(b) Sedirnentasi dengan laju yang tidak terkendali
(c)Banjir yang menyebabkan melimpah air tawar
(d) Gempa bumi/ tsunami
(2) Gangguan kimia
(a) Pencemaran air, tanah dan udara
(b) Hujan asam
(3)Gangguan biologi
(a)Reklarnasi
mangrove
untuk
pemukiman,
industri,
pertanian,
pertarnbakan, sarana anggkutan dan pengguna hasil hutan.
(b) Penebangan pohon yang tidak memperhatikan azas kelestarian
hutan.
(c) Invasi Acrostichum aureum (piang)
Berbagai fenomena alam seperti amukan badai, angin
topan
maupun serangan isopoda memang bisa menimbulkan kemsakan yang
serius terhadap hutan mangrove (Nybakken, 1988) namun pengaruh
dari tindakan manusia cenderung lebih merusak (Saenger, Hegerl dan
Davie,
1983).
Tindakan
manusia
yang merusak
tersebut
dapat
bersumber dari dua bentuk pemanfaatan terhadap hutan mangrove,
yaitu lewah panen dari penggunaan tradisional maupun komersialmodern dan kerusakan yang diakibatkan oleh tindakan di luar maupun
di dalam ekosistem hutan mangrove yang mangabaikan keterkaitan
hutan mangrove dengan ekosistem lain di sekelilingnya.
P e m d a a t a n tradisional terhadap hutan mangrove bisa merusak
karena
sifat
kepemilikan bersama
dari
sumberdaya
ini.
Suatu
sumberdaya dimiliki secara bersama jika hak kepemilikan yang melekat
kepadanya sangat lemah.
Sumberdaya ini tidak dimiliki atau diawasi
secara eksklusif oleh satu orang atau satu kelompok pemilik sehingga
penggunaanya tidak terbatas oleh siapapun dan cenderung kepada
lewah panen.
Vduasi Hutan Mangrove
- -Tidak sedikit konflik dan kerusakan yang terjadi di wilayah pesisir
dan lautan yang tidak dapat diselesaikan. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya data dan informasi dimiliki sehingga berapa besar kerugian
yang akan diperoleh tidak diketahui. Misalnya untuk sumberdaya yang
belum diketahui manfaat dan fungsinya untuk sekarang dan masa
datang menyebabkan nilai tersebut luput dari perhitungan ekonomi dan
kemusnahannya tidak dianggap sebagai kerugian.
dapat membantu untuk
memecahkan masalah
Salah satu yang
i
n
i adalah dengan
menghitung potensi ekonomi dari sumberdaya tersebut.
Secara konseptual nil& total ekonomi (total economic value) suatu
sumberdaya terdiri dari : a) use-value dan b) non-use-value.
Use-value
ini dibedakan lagi menjadi manfaat langsung (direct use value), nilai
manfaat tidak langsung (indirect-use-value) d a n option value, sedangkan
untuk kategori nan-use-value yaitu nilai keberadaan suatu sumberdaya
alam (existence value) d a n bequest value (Munasinghe and Lutz, 1993).
Dalam mengestimasi nilai ekonomi sebuah sistem mangrove ada d u a
pendekatan, yang pertarna penilaian total (total valuation) dan kedua
melalui kIasifiiasi nilai mangrove kedalam empat fungsi hutan mangrove
yang berguna
bagi manusia dalam menyediakan
barang d a n jasa
(Thurairaja, 1994 dalam Sathriratai, 1998)
Pendekatan penilaian total ekonomi yaitu mengestimasi nilai total
ekonomi hutan mangrove berdasarkan pada klasifikasi use-value dan
non-use-value, sedangkan pendekatan keempat fungsi hutan mangrove
yaitu :1) barang dan jasa di dalarn ekosistem dan dapat dipasarkan, 2)
barang dan jasa di luar ekosistem dan dapat dipasarkan, 3) barang dan
jasa didalam ekosistem tetapi tidak dapat dipasarkan dan 4) barang dan
jasa di luar ekositem tetapi tidak dapat dipasarkan.
Analisis manfaat dan biaya sebagia besar digunakan di dalam
penilaian secara parsial.
Hanya pengaruh-pengaruh
mendasar dari
kebijakan ekonomi dan ekosistem yang dipertimbangkan karena sifat
pendekatannya yang parsial. Analisis manfat dan biaya yang dibangun
berdasarkan asumsi ekonomi neo-klasik, dimana asumsi tersebut paling
sesuai untuk menemukan alternatip pemanfaatan sumberdaya yang
alokasinya paling efisien dengan menggunakan harga pasar sebagai
petunjuk dan kegunaan analisis manfaat biaya untuk mengklaim pihak-
pihak yang telah m e n i m b u h kerugian, sehingga besarnya klaim
tersebut dapat ditentukan sesuai dengan nilai manfaat.
Ruitenbeek
(1994) menyarankan bahwa penggunaan beberapa bentuk
analisis
ekonomi yang terpenting mampu menyatukan hubungan ekologis dari
berbagai komponennya. Hal h i penting di dalam memberikan informasi
pengambilan
kebijakan
dalarn
memilih
strategi
pengelolaan
atau
penggunaan seluruh sumberdaya secara optimal.
Pengelolaan Hutan Mangrove
Pengelolaan hutan terrnasuk di dalam hutan mangrove adalah
penerapan
teknologi
kehutanan
secara
teratur
dalam
kegiatan
p e n g u d a a n hutan suatu kawasan hutan. Dalam kegiatan pengelolaan
hutan tercakup konsep kelestarian hasil (sustained yield), yaitu untuk
mendapatkan produksi secara terus menerus dalam waMu yang relatif
singkat dengan tujuan untuk mencapai suatu keadaan seirnbang antara
pertumbuhan dengan hasil yang dipanen setiap tahun atau jangka
waktu tertentu (Meyer ef ~1,1961).Hal yang sama juga dikemumakan
oleh Kenneth (1979)yang menyatakan bahwa tujuan pengelolaan hutan
adalah untuk mencapai manfaat yang sebesar-besarnya dari hutan
secara serbaguna dan lestari.
Pada dasarnya pengelolaan hutan
merupakan penerapan cara-cara penguru-
dan pengusahaan hutan
serta teknik ke dalam usaha pemanfaatan sumberdaya alam hutan
tersebat.
Untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan, termasuk
ekosistem hutan mangrove untuk tujuan konservasi, baru secara umum
mendapat
perhatian
global dalam dua puluh
tahun
terakhir ini.
Menurut Watson dan Arief (1992) ada tiga alasan utama mengapa
kegiatan konservasi dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan
tersebut baru mendapat perhatian. Pertama, manusia pada hakekatnya
merupakan penyebab kerusakan-kerusakan yang te j a d i di lingkungan
laut.
Kedua, belum membudayakan usaha melindungi wilayah perairan
di lingkungan daratan. Ketiga, sebagian wilayah laut dan lautan terletak
diluar batas yuridiksi negara, atau wiIayah teritorial perairan mereka.
Lautan sering dianggap sebagai sumberdaya umum yang berpotensi
menirnbulkan konflik eksploitasi.
Bengen (1998) menyatakan dalam kerangka pengelolaan dan
pelestarian
mangrove,
terdapat
dua
konsep
utama
yang
dapat
diterapkan. Kedua konsep pengupayaan ini pada dasarnya memberikan
legitimasi
dan
pengertian
bahwa
mangrove
sangat
pengelolaan dan perlindungan agar dapat tetap lestari.
memerlukan
Kedua konsep
tersebut adalah perlindungan hutan mangrove dan rehabilitasi hutan
mangrove.
Konsep perlindungan dapat berupa upaya memberikan
legitimasi kawasan hutan mangrove sebagai areal yang dilindungi,
diantaranya seperti yang dapat dilihat di Pulau Rambut d a n Pulau Dua
(Jawa Barat) yang
telah
ditunjuk
sebagai suatu
kawasan
suaka
margasatwa, yakni sebagai kawasan habitat burung.
Konsep rehabilitasi merupakan suatu kegiatan penghijauan yang
dilakukan terhadap hutan-hutan yang telah gundul, yang mana dalarn
hal ini bukan saja berhasil mengembalikan nilai estetika, namun yang
paling utama adalah marnpu mengembalikan fungsi ekologi kawasan
tersebut.
Soerianegara (1978)menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya
d a m adalah upaya manusia dalam mengubah ekosistem sumberdaya
d a m agar dipemleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan
kontinuitas produksi.
Eidman (1997)menyatakan bahwa dalam pengelolaan lingkungan
ada tiga (3)kategori yang perlu diperhatikan, yaitu 1) yang berhubungan
dengan
penataan
masyarakat
umum
kelembagaan
untuk
dan
organisasi,
2) keikut
meransang perubahan
yang
sertaan
diinginkan
(misalnya intensif) dan 3) yang berkaitan dengan keikut sertaan atau
investasi masyarakat umum secara langsung.
menyebutkan beberapa
Bailey &lam Abdullah dan Hisyam (1980)
faktor mengenai pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan yaitu :1) adanya suatu keyakinan bahwa keputusan terbaik
hanya bisa diarnbil apabila dalam prosesnya melibatkan semua pihak
yang berkepentingan dan masyarakat yang terkena, 2) memberikan
informasi kepada masyarakat yang berkepentingan untuk mendapatkan
umpan balik dalam bentuk pengetahuan lokal, 3) adanya partisipasi
masyarakat akan dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik, dalam
arti keputusan tersebut dapat diterima karena masyarakat dilibatkan.
Menurut
Budiman dan
Suhardjono
(1993) ada 3 alternatif
pemanfaatan hutan mangrove yaitu :
(1) Mempertahankan hutan mangrove tetap alami.
Disini bentuk
pemanfaatannya adalah pemanfaatan fungsi fisik hutan, antara lain
sebagai perlindungan terhadap abrasi, penyangga perembesan air
laut, sumber nutrisi untuk biota perairan pantai, pelindung daratan
terhadap gejala kenaikan paras air laut.
Cara pemanfaatan ini
sering tidak dihargai oleh masyarakat karena tidak secara langsung
terasa akibatnya.
(2) Pemanfaatan sistem untuk memperoleh hasil dan pemanfaatan dari
komoditi yang ada dihutan itu sendiri terutama kayu.
(3) Konversi, yang umumnya bertujuan memanfaatkan lahan mangrove
untuk hanya satu kepentingan.
terutama
kaitan
dengan
Kegiatan utama dari pilihan ini
kegiatan
pertanian
secara
luas
dan
pemukimm.
Konsep Ekologi-Ekonomi
Menurut
Crosby
(1997) ekologi berkembang dari kesadaran
tentang pentingnya aspek ekologi dalam pembangunan, karena dampak
ekologi mempengaruhi kesejahteraan manusia. Dari kacamata ekonomi,
pembangunan
melalui
berarti
peningkatan
peningkatan
berbagai
kesejahteraan
konsumsi
material
barang
&an
manusia
dan
jasa.
Pembangunan ini nantinya dapat membawa dampak baik yang positif
maupun
dampak
yang
negatif.
Dikatakan
positif
jika
mampu
meningkatkan kesejahteraan manusia yang terkena pengaruh, dan
negatif jika menurunkan kesejahteraan manusianya.
Lebih jauh lagi ditekankan bahwa dampak tersebut
ada yang
tidak dimaksudkan atau dituju oleh kegiatan ekonomi, tetapi dirasakan
oleh pihak selain pelaku tersebut sebagai eksternalitas. Konsumen dan
produsen tidak memasukkan eskternalitas baik yang positif maupun
yang negatif sebagai keuntungan atau biaya dari kegiatan ekonomi yang
dilakukannya.
Dalam kerangka pemikiran ekonomi, cakupan konsep
ekologi hanya membatasi diri dalam menanggulangi dampak negatif,
baik langsung maupun tidak langsung, dari kegiatan pembangunan.
Dengan kata lain konsep ekologi lebih mengarah kepada pengelolaan
dampak pembangunan atas pihak-pihak yang terkena atau secara
potensial terkena pengaruh.
Sementara itu, teori ekonomi selain
menawarkan altematif bagi pengelola imbas-pengaruh kegiatan ekonomi
(impact and accident), juga
mencakup bahkan menekankan
peran
manusia sebagai sektor atau pelaku kegiatan ekonomi (Ismawan, 1999).
Bengston cialam Suhendang (1996)menyatakan bahwa ada enam
tema besar dalam perubahan cara pandang ekologi ekonomi dengan
ekonomi tradisonal yaitu :
I . Sustainability
Analisis
dengan
ekonomi
tradisional
memusatkan
tujuannya
kedalam efisiensi alokasi sumberdaya dan pertumbuhan, sementara
ekologi ekonomi lebih mementingkan keterpaduan (integrity) dan
keberlanjutan (sustainability)
2. Multilple value, broader national of value
Nilai ekonomi yang dianut dalam ekonomi tradisional dibatasi pada
dua tipe nilai yang sempit yaitu nilai tukar (market price) dan nilai
dalam manfaat atau kegunaannya (willlingness to pay or willingness
to accept compensation).
teori
yang
lebih
Sedangkan dalam ekologi ekonomi dianut
luas yang
mencakup
pula
nilai-nilai sosial,
keindahan, sokongan terhadap kehidupan, nilai intrinsik dan nilai
energi disamping kedua tipe nilai yang dianut ekonomi tradisional.
3. Integenerational equity
Dalam
ekonomi
tradisional
keputusan
tentang
bagimana
memanfaatkan sumberdaya, dalarn jangka waktunya, diperlukan
sebagai
pertanyaan
sumberdaya
investasi
sebagai
pendiskontoan nilai
milik
dengan
dari
generasi
menganggap
seluruh
sekarang.
Praktek
dimasa yang akan datang dalam ekonomi
tradisonal diartikan bahwa nilai sumberdaya 10 tahun dari sekarang
kira-kira sekitar setengahnya dari 11ilai sumberdaya yang sama pada
saat hi (bergantung kepada besarnya suku bunga yang dipakai
untuk mendiskontokannya). Konsep dalarn ekologi ekonomi percaya
bahwa nilai sumberdaya dimasa yang akan datang tidak akan
mengalami penurunan yang sangat besar d m kita harus mengarnbil
keputusan yang tidak bersifat kompromis dalam mempertahankan
kualitas
kehidupan
atau
bahkan
kehidupannya
sendiri
untuk
generasi dimasa yang akan datang.
4 . Uncertainty
Dalam ekologi ekonomi dianut paham ketidakpastian yang sangat
besar resikonya u n t i k tidak pulihnya Iingkungan yang mengalami
perubahan dalam skala besar.
5. Methodological pluralism
Satu-satunya kepastian yang dapat diyakini dari kerangka analisis
atau metode yang dikembangkan oleh seseorang adalah adanya
ketidak
lengkapan garnbaran
dari hubungan
antara ekosistem dan sistem ekonomi.
atau
ketejalinan
6. Land ethic
Paham utilitarian, yaitu doktrin filosofis yang menganggap manfaat
dari suatu benda atau kegiatan sebagai satu-satunya kriteria untuk
menunjukkan dari tindakan d m kegunaan suatu benda, merupakan
filosofi dasar dari ekonomi tradisional.
Sebaliknya filosofi yang
dianut oleh ekologi ekonomi adalah etika Lingkungan d m etika
lahan.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini
dilaksanakan
Bengkalis Propinsi Riau.
terbagi
dalam
dua
di
Pulau
Bengkalis
Kabupaten
Secara administratif Pulau Bengkalis ini
kecamatan
yaitu
Kecamatan
Bengkalis
dan
Kecamatan Bantan. Ada 2 (dua) desa yang dianggap dapat mewakili
seluruh
Pulau
Bengkalis
dengan
pertimbmgan
(1) pemanfaatan
mangrove secara langsung (untuk kayu bakar, kayu arang dan kayu
pancang (bangunan) (2) daerah abrasi. Penelitian dilaksanakan selama
3 bulan (April - Juni - 200 1)
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif
korelasional yang berusaha
untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat mengenai
fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti (Nazir,1983).
Melalui
pendekatan
ini
diharapkan
memperoleh
gambaran
yang
komprehensif dan mendalam tentang obyek yang diteliti.
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan metode survei. Metode survei yaitu metode yang bertujuan
untuk mengumpulkan data dari sejumlah variabel pada suatu kelompok
melalui wawancara langsung dan berpedoman pada daftar pertanyyang telah disediakan sebelumnya (Singarimbun,1995).
Teknik Pengambilan Contolt
Mengingat daerah penelitian yang luas, keterbatasan waktu,
tenaga dan biaya serta pertimbangan agar tujuan penelitian ini dapat
dicapai maka ditentukan dua desa contoh yang mempunyai usaha
pemanfaatan mangrove dan adanya abrasi yang cukup tinggi agar dapat
mewakili seluruh populasi yang ada di lokasi penelitian.
Menurut Fauzi (2001) metode penarikan
contoh yang sesuai
untuk populasi yang menyebar pada wilayah yang luas adalah dengan
metode penarikan contoh bertingkat (multi stage sampling).
DaLam
pelaksanaanya, stratifikasi ini memerlukan dua tahapan operasional
yaitu :
(a) Populasi penarikan contoh pertama untuk memilih desa contoh
dengan mempertimbangkan jumlah pemilik usaha kayu w g , kayu
pmcang (bangunan),
kayu bakar maka dipilih dua desa contoh
yaitu : Desa Meskom, dan Desa Teluk Pambang.
(b) Dari desa contoh tersebut dilakukan pencatatan. jumlah pemilik
panglong arang (dapur arang), jumlah pengumpul kayu pancang
(bangunan) dan kayu bakar. Untuk pemilik panglong (dapur arang)
diambil sebanyak 4 "panglong"(l1dengan dapur berkisar 5-6 dapur.
Sedangkan untuk pengumpul kayu pancang (bangunan] dan kayu
bakar menurut Dinas Kehutanan Bengkalis data yang pasti tidak
ada maka data yang diambil adalab dari seluruh responden yang ada
yaitu 25 responden untuk pengambil kayu bakar dan 15 responden
untuk pengambil kayu pancang (bangunan).
(1)Panglong adalah tempat pembuatan arang. Untuk Pdau Bengkalis
setiap panglong berkisar 2-8 dapur
Pengumpulan Data
Data Primer
a. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung
responden
yang
tinggal
disekitar
lokasi
penelitian,
dengan
dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disusun
sesuai dengan tujuan penelitian.
a. Data Sekunder
Data
sekunder
yang
dikumpulkan
meliputi
kondisi
hutan
mangrove, keadaan geografi dan demosafi hutan mangrove di Pulau
Bengkalis. Serta informasi-informasi yang mendukung penelitian mulai
dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, dan Pusat.
Analisis Data
Data sosial
Data hasil penelusuran informasi baik melalui data sekunder
maupun primer (kuisioner), akan diolah dan ditabulasikan kemudian
dianalisis secara diskriptif.
Data biofisik wilayah
Data biofisik yang digunakan adalah data sekunder melalui
pustaka-pustaka yang terkait, selanjutnya diolah dan tabulasi kemudian
dianalisis secara diskriptif.
Analisis keterkaitan ekologi-ekonomi (Regresi Linier Berganda)
Untuk m e n e n t u k a n keterkaitan antara ekologi-ekonomi dalam
pengelolaan hutan mangrove digunakan analisis regresi linier berganda.
Menurut Wibisono (1999) bila terdapat heteroseedascity maka dapat
Dalam ha1 ini yang
ditempuh dengan mentransformasikan data.
digunakan adalah model LN.
Model umum regresi h i e r berganda adalah:
Ln Y = a
+PI
LnXi
+pl
LnXz
+..-pn LnXn + p ~
Keterangan :
Y
-
Peubah tak bebas
x1,2,
...
-
Peubah bebas
FL
-
Gangguan
p1,2, n
=
Koefisien regresi
a
=
Intersep
...
Pengujian ada tidaknya multikolinearitas digunakan metode Klein.
Pengujian
autokorelasi
digunakan
metode
Durbin-Watson.Uji
Kuadrat untuk menguji normalitas dari residu.
pengaruh
tiap-tiap
peubah
digunakan
uji
Chi-
Untuk mengetahui
t,
sedangkan
untuk
mengetahui pengaruh peubah secara keseluruhan digunakan uji F.
Untuk membuat keterkaitan ekologi ekonomi dibuat beberapa
asumsi yaitu
(1) Semakin baik ekologi hutan mangrove maka pendapatan masyarakat
pengguna hutan mangrove juga akan semakin baik.
(2) Masyarakat dengan
kesejahteraan
rendah
diasumsikan
pemanfaat kayu mangrove khususnya kayu bakar.
sebagai
(3)Diperhitungkan bahwa setiap penebangan harus menanam 4 pohon
pengganti dan dianggap 50% dapat hidup.
Faktor-faktor yang digunakan untuk pemanfaatan kayu adalah:
Y = Pendapatan (Rp/m3)
X1= Produksi (ma/trip)
X2= Jenis (Rp/m3)
X3= Kerapatan (ind/ha)
X4= Diameter (cm)
Untuk menghasilkan keterkaitan hubungan tersebut kemudian
dianalisis secara diskriptif.
Pengelolaan hutan mangrove (Analisis klaster)
Dari hasil regresi yang diperoleh maka dilakukan pengelolaan
terhadap hutan mangrove. Analisis yang digunakan adalah analisis
klaster yaitu mengklasifikasikan irrdividu-individu atau objek kedalam
kelompok-kelompok dalam jumlah kecil yang bersifat mutually eclusiue,
dengan berpedoman bahwa jumlah kesamaan antar anggota-anggota
dalam grup sama dengan jumlah perbedaan antar grup.
Tujuan dari
pengelompokan tersebut adalah untuk menentukan beberapa grup yang
ada dan setiap grup terseb