Sikap Dan Preferensi Petani Terhadap Penggunaan Benih Padi Varietas Unggul Di Kabupaten Subang Jawa Barat

SIKAP DAN PREFERENSI PETANI TERHADAP
PENGGUNAAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI
KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

SITI SYAMSIAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Sikap dan Preferensi
Petani terhadap Penggunaan Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Subang
Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Siti Syamsiah
NIM H351140211

RINGKASAN
SITI SYAMSIAH. Sikap dan Preferensi Petani terhadap Penggunaan Benih Padi
Varietas Unggul di Kabupaten Subang Jawa Barat. Dibimbing oleh RITA
NURMALINA dan ANNA FARIYANTI.
Padi merupakan salah satu tanaman utama di Indonesia yang menghasilkan
komoditas beras. Beras digunakan sebagai makanan pokok oleh hampir 98%
masyarakat Indonesia, dan digunakan sebagai bahan baku oleh industri
pengolahan beras. Pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, daya beli
masyarakat, dan perubahan selera mempengaruhi peningkatan permintaan. Upaya
pemerintah untuk memenuhi dan menjamin ketersediaan beras melalui
peningkatan produksi padi, salah satu caranya dengan penerapan penggunaan
benih padi varietas unggul. Pemerintah menetapkan kebijakan melalui program
Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) untuk menggunakan
varietas Ciherang, namun apakah hal tersebut sejalan dengan keinginan dan
kebutuhan petani. Pemberian subsidi benih varietas unggul melalui program

SLPTT, tentunya juga dapat mempengaruhi sikap petani dalam pemilihan benih
yang akan dibeli dan digunakan. Penggunaan benih padi varietas unggul dapat
berubah seiring dengan berubahnya karakteristik dari varietas tersebut,
karakteristik petani dan karakteristik pasar. Penelitian tentang sikap dan preferensi
petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul merupakan hal yang
sangat penting dilakukan dimana perilaku petani akan memberikan dampak yang
besar bagi dalam pelaksanaan program upaya peningkatan produksi beras dan
ketahanan pangan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji proses keputusan pembelian
benih padi varietas unggul yang dilakukan petani, menganalisis sikap dan
preferensi petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Subang Jawa
Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling),
berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra padi
di Jawa Barat. Metode penarikan atau pengambilan sampel yang digunakan adalah
metode non probability sampling dengan pendekatan judgement sampling, yaitu
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu oleh
peneliti. Responden yang digunakan dalam penelitian berjumlah 100 orang petani
padi yang menggunakan dan atau pernah menggunakan benih padi varietas
Ciherang, IR64, dan IR42 selama minimal 2 tahun terakhir.
Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif,

analisis sikap multiatribut Fishbein, dan analisis konjoin. Proses keputusan
pembelian benih padi dianalisis secara deskriptif. Analisis multiatribut fishbein
digunakan untuk menganalisis sikap petani terhadap penggunaan benih padi
varietas unggul. Preferensi petani terhadap penggunaan benih padi dianalisis
dengan konjoin. Pada analisis sikap multiatribut Fishbein, atribut produk yang
diuji dalam penelitian sebanyak 18 atribut yaitu produktivitas, tahan hama dan
penyakit, umur tanaman, daya tumbuh (berkecambah), efisiensi penggunaan
pupuk, daya simpan, kualitas kemasan, jenis varietas, ukuran benih, jenis beras,
tanggal kadaluarsa, label benih, harga benih, harga gabah, kemudahan dalam
akses benih, stok benih (ketersediaan), kemudahan dalam menjual gabah, dan

ketersediaan demplot. Atribut yang diuji dalam analisis preferensi petani adalah
produktivitas, harga jual gabah, kemasan, jenis beras, dan pembelian benih.
Berdasarkan hasil penelitian, proses keputusan pembelian benih padi oleh
petani menunjukkan, bahwa motivasi/alasan utama petani dalam budidaya padi
dengan menggunakan benih padi varietas unggul adalah untuk memperoleh
keuntungan. Petani memperoleh informasi mengenai benih varietas unggul
melalui petugas penyuluh. Variteas yang paling sering digunakan adalah IR42.
Hasil analisis sikap multiatribut fishbein menunjukan bahwa sikap petani terhadap
benih padi varietas IR42 lebih baik dibandingkan benih padi varietas Ciherang

dan IR64. Hal ini menunjukkan bahwa benih padi varietas IR42 memiliki lebih
banyak keunggulan dibandingkan dengan benih padi varietas Ciherang dan IR64.
Preferensi petani terhadap benih padi varietas unggul menunjukkan bahwa petani
responden menyukai benih padi dengan jenis beras pera karena untuk industri
pengolahan beras, harga jual gabah Rp 650 000/ku, produktivitas 7-8 ton/ha,
kemasan benih 10 kg dan pembelian benih di kios.

Kata kunci: sikap, preferensi, benih padi, fishbein, konjoin

SUMMARY
SITI SYAMSIAH. Attitude and Farmer’s Preference in Using Rice Seed Varieties
in Subang Regency West Java. Supervised by RITA NURMALINA and ANNA
FARIYANTI.
Paddy is one of the main plant in Indonesia which produce rice commodities.
Rice is used as a staple food by nearly 98% of Indonesian society, and is used as a
raw material by the rice processing industry. Population growth, economic growth,
people's purchasing power and the changing tastes of affecting an increasing rice
demand. Efforts by the government to meet and ensure the availability of rice
through increased rice production, one way with the application of the use of
improved varieties of rice seed. The government established a policy through a

program of Integrated Crop Management Field School (SLPTT) for use rice seed
of Ciherang varieties, but whether it is in line with the wishes and needs of
farmers. Subsidization of seed varieties through SLPTT program, of course, also
affect the attitudes of farmers in the selection of seeds to be purchased and used.
The use of high yielding varieties of rice seeds may change with the changing
characteristics of these varieties, farmers characteristics and market characteristics.
Research on the attitudes and preferences of farmers to use improved varieties of
rice seed is very important where the behavior of farmers will have a great impact
for the program implementation efforts to increase rice production and food
security.
The purpose of this study was to evaluate the purchase decision process rice
seed varieties by the farmers, analyze the attitudes and preferences of farmers on
rice seed varieties in Subang, West Java. Location research done intentionally
(purposive sampling), based on the consideration that the location is one of the
centers of rice in West Java. The sampling method is non-probability sampling
with judgment sampling approach, which is based on certain criteria that have
been set in advance by researcher. The respondents of this study are 100 paddy
farmers, were ever used rice seed Ciherang, IR 64, and IR42 in the last two years.
The analytical tools used in this research are descriptive analysis,
multiatributte Fishbein, and conjoint analysis. Descriptive analysis is used to

evaluate purchase decision process rice seed varieties by the farmers. Fishbein’s
Multiattribute is used to estimate the attitude of farmers and Conjoint analysis is
used to estimate the structure of farmers’ preferences for rice seed. In the analysis
of attitudes multiatribut Fishbein, the product attributes that were examined
include were 18 attributes: productivity, resistant to pests and diseases, plant age,
ability to grow (germination), fertilizer use efficiency, shelf life, packaging quality,
variety, seed size, type of rice, the expiration date, label seed , the price of seed,
grain prices, ease of access to seeds, seed stock (availability), ease in selling grain,
and availability of demonstration plots. Attributes are tested in farmers' preference
analysis is productivity, the selling price of grain, packaging, type of rice, and the
purchase of seed.
Based on the results of the study indicate the purchase decision process, that
the motivation or the main reason farmers in rice cultivation using improved
varieties of rice seeds is to make a profit. Farmers obtain information on seed
varieties through extension agents. IR42 is rice seeds which often used by farmers.

The attitude of farmers on rice seed varieties IR42 better than rice seed varieties
Ciherang and IR64. This suggests that the seeds of rice variety IR42 has more
advantages than the rice seed Ciherang and IR64. Preferences farmers on rice seed
varieties showed that the farmers of respondents liked the rice seeds with different

types of rice „pera’ due to the rice processing industry, grain selling price of Rp
650 000/ku, productivity 7-8 ton/ha, 10 kg of seed packaging and the purchase of
seed in farm shop.
Keywords: attitude, preference, rice seed, fishbein, conjoint

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

SIKAP DAN PREFERENSI PETANI TERHADAP
PENGGUNAAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI
KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

SITI SYAMSIAH


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

: Dr. Ir. Burhanuddin SP., MM

Penguji Program Studi pada Ujian Tesis

: Dr. Ir. Suharno, M. Adev


Judul Tesis : Sikap dan Preferensi Petani terhadap Penggunaan Benih Padi
Varietas Unggul di Kabupaten Subang Jawa Barat
Nama
: Siti Syamsiah
NIM
: H351140211

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Ketua

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agribisnis


Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 8 Agustus 2016

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2016 ini ialah
Sikap dan Preferensi, dengan judul Sikap dan Preferensi Petani terhadap
Penggunaan Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Tesis
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar
Master pada Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor. Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan dari

banyak pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
khususnya kepada:
1. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS dan Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku
pembimbing. Atas segala bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis.
2. Dr. Burhanuddin, SP., MM selaku dosen penguji luar komisi dan Dr. Suharno
M. Adev selaku dosen penguji perwakilan program studi pada ujian tesis.
3. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen selaku Ketua Program Studi
Agribisnis dan Dr Ir Suharno M. Adev selaku Sekretaris Program Studi
Agribisnis, serta seluruh staf dan pengajar Program Studi Agribisnis atas
dorongan semangat, bantuan dan kemudahan yang diberikan selama penulis
menjalani pendidikan pada Program Studi Agribisnis
4. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian dan Ketua Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor beserta
civitas akademik STPP Bogor, atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi Agribisnis.
5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Kecamatan Tambakdahan Kabupaten
Subang dan Kepala Desa Rancaudik beserta staf dan Petugas Penyuluh, atas
kesempatan dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama penelitian.
6. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 5 Program Studi Agribisnis atas diskusi,
masukan dan keceriaan selama mengikuti pendidikan.
7. Penghargaan yang tinggi dan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada keluarga besar “Muara”dan keluarga besar “Gandul”
8. Ungkapan terima kasih yang khusus disampaikan kepada Suami tercinta R.
Gilar Gautama dan anakku tersayang Kafka Hafizh Gautama, atas segala doa,
kesabaran, dukungan, pengorbanan dan kasih sayangnya selama penulis
mengikuti pendidikan. Semoga Alloh SWT membalas dengan kebaikan yang
berlipat ganda.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016
Siti Syamsiah

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Benih Padi Varietas Unggul
Analisis Proses Keputusan Pembelian
Analisis Sikap Konsumen Terhadap Produk
Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Produk
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
4 METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sampel
Metode Pengolahan dan Analisis Data
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Responden Petani Padi
Proses Keputusan Pembelian
Analisis Sikap Petani terhadap Benih Padi Varietas Unggul
Preferensi Petani terhadap Benih Padi Varietas Unggul
Implikasi Manajerial
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vii
1
1
5
7
7
7
7
7
9
9
10
12
12
25
27
27
27
27
28
33
33
34
37
43
63
66
68
68
69
70
76
85

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

8
9
10
11
12
13

14

15

16
17

Luas panen, produksi dan produktivitas padi pada lima provinsi
utama penghasil padi di Indonesia tahun 2010-2014
Sebaran Varietas Padi di Indonesia Tahun 2014
Perkembangan penggunaan varietas Ciherang, IR64, dan IR42 di
Kabupaten Subang
Atribut produk yang diuji dalam penelitian
Atribut dan taraf atribut benih padi
Karakteristik petani responden berdasarkan jenis kelamin, usia,
pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan
Karakteristik petani responden berdasarkan, status lahan, luas lahan
yang dimiliki, budidaya dan hasil panen, rata-rata hasil panen dan
pola tanam
Tahapan pengenalan kebutuhan
Keputusan pembelian benih padi varietas unggul
Proses evaluasi pasca pembelian
Penilaian evaluasi (ei) atribut benih padi
Tingkat kepercayaan benih padi varietas Ciherang, IR64, dan IR42
Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat
kepercayaan (bi) terhadap atribut benih padi varietas unggul
Ciherang (n=100)
Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat
kepercayaan (bi) terhadap atribut benih padi varietas unggul IR64
(n=100)
Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat
kepercayaan (bi) terhadap atribut benih padi varietas unggul IR42
(n=100)
Analisis sikap petani terhadap benih padi varietas unggul
Hasil analisis konjoin atribut benih padi

2
3
5
29
33
35

37
38
42
43
44
52

54

56

57
59
64

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
4

Model pengambilan keputusan pembelian konsumen dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya
Kerangka pemikiran operasional
Tahapan pencarian informasi oleh petani
Tahapan evaluasi alternatif
Pihak yang mempengaruhi keputusan pembelian benih padi
Peta persepsi sikap petani responden berdasarkan atribut terhadap
benih padi varietas Ciherang, IR64, dan IR42
Nilai kepentingan realtif atribut benih padi varietas unggul

13
26
39
40
41
62
63

DAFTAR LAMPIRAN
1

Kuesioner penelitian

76

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Padi merupakan salah satu tanaman utama di Indonesia yang menghasilkan
makanan pokok terbesar yaitu komoditi beras yang dikonsumsi masyarakat
Indonesia. Beras merupakan komoditi strategis karena selain sebagai sumber
pangan pokok juga menjadi sumber penghasilan bagi petani. Selain itu beras
dijadikan instrumen politik bagi pemerintahan karena banyak kepentingan umum
didalamnya sehingga keberadaan beras tidak mudah digantikan oleh komoditas lain
dan harus dalam jumlah yang memadai. Fungsi pangan sebagai komoditas hajat
hidup orang banyak inilah yang melahirkan unsur politik (Khudori 2008).
Menurut Nurmalina (2007), beras merupakan makanan pokok yang
dikonsumsi oleh hampir 98% masyarakat Indonesia. Seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah permintaan akan
ketersediaan komoditi beras. Pada masa sekarang pola konsumsi beras mulai
meluas ke daerah-daerah yang sebelumnya berpola pangan pokok non beras. Selain
dijadikan makanan pokok, beras juga menjadi bahan baku industri yang strategis
bagi perekonomian nasional. Sehingga permintaan beras meningkat seiring
pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan
perubahan selera.
Penduduk Indonesia yang berjumlah 212 juta, membutuhkan beras untuk
keperluan industri dan rumah tangga lebih dari 30 juta ton per tahun. Kebutuhan
beras tersebut akan terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk.
Jika rata-rata pertumbuhan penduduk 1.8 persen per tahun, maka jumlah
penduduk Indonesia tahun 2010 diperkirakan 238.4 juta dan tahun 2015 menjadi
253.6 juta. Dengan melihat kondisi potensi produksi padi nasional, diperkirakan
tahun 2015 persediaan beras akan mengalami defisit sebesar 5.64 juta ton
(Siswono et al. dalam Briawan et al, 2004). Tercatat dalam Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2015 konsumsi beras nasional sebesar 114 kg/kapita.
Selain digunakan untuk konsumsi rumah tangga, beras juga digunakan
untuk kebutuhan industri pengolahan dan restoran. Permintaan beras untuk
kebutuhan industri pengolahan dan restoran perlu juga mendapatkan perhatian
dari pemerintah. Meskipun volumenya tidak sebesar untuk konsumsi rumah
tangga, namun penggunaan beras untuk bahan baku industri pengolahan terus
meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini seiring dengan meningkatnya
ragam dan kapasitas industri pengolahan. Tepung beras dan produk olahan dari
beras mempunyai prospek permintaan pasar yang cerah. Telah terjadi peningkatan
rasio antara beras untuk industri pengolahan dan konsumsi rumah tangga dari 1:12
menjadi 1:5 (Erwidodo dan Pribadi 2002). Permintaan industri terhadap beras
diperkirakan mencapai 23.5 persen dari konsumsi rumah tangga (Departemen
Pertanian 2005 dalam Nurmalina 2007).
Produksi padi secara nasional pada tahun 2015 sebesar 74 991 788 ton
mengalami peningkatan sekitar 5.54 persen dari tahun 2014. Walaupun dari segi
luas panen mengalami penurunan namun pada tahun 2015 terjadi peningkatan
produktivitas yang sebelumnya 51.35 ku/ha menjadi 52.89 persen pada tahun

2

2015. Data luas panen, produksi dan produktivitas padi pada lima provinsi utama
penghasil padi di Indonesia tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1

Luas panen, produksi dan produktivitas padi pada lima provinsi utama
penghasil padi di Indonesia Tahun 2010-2015
Tahun

Uraian
2011

2012

Luas Panen (ha)
Jawa Barat
1 964 466
1 918 799
Jawa Timur
1 926 796
1 975 719
Jawa Tengah
1 724 246
1 773 558
Sulawesi Selatan
889 232
981 394
Sumatera Utara
757 547
765 099
Produksi (t)
Jawa Barat
11 633 891
11 271 861
Jawa Timur
10 676 543
12 198 707
Jawa Tengah
9 391 959
10 232 934
Sulawesi Selatan
4 511 705
5 003 011
Sumatera Utara
3 607 403
3 715 514
Produktivitas(ku/ha
)
Jawa Barat
59.22
58.74
Jawa Timur
54.89
61.74
Jawa Tengah
54.47
57.70
Sulawesi Selatan
50.74
50.98
Sumatera Utara
47.62
48.56
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016(diolah)

2013

2014

2015

2 029 891

1 979 799

1 851 716

2 037 021

2 072 822

2 136 872

1 845 447

1 800 908

1 869 310

983 107

1 042 192

1 056 229

742 968

716 654

753 996

12 083 162

11 644 894

11 176 917

12 049 342

12 398 312

13 054 511

10 344 816

9 648 104

11 045 494

5 035 830

5 438 033

5 534 370

3 722 249

3 628 968

3 866 492

59.53

58.82

60.36

59.15

59.81

61.09

56.06

53.57

59.09

51.22

52.18

52.40

50.17

50.64

51.28

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Jawa Barat dan Jawa Timur
merupakan penyumbang produksi terbesar masing-masing 14.90 persen dan 17.40
persen dari produksi padi nasional. Kabupaten Subang merupakan salah satu sentra
produksi padi di Provinsi Jawa Barat terdapat 163 812 hektar dan produksi sebesar
1 153 867 ton (Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2016). Kabupaten Subang
dikategorikan sentra produksi beras dengan pertimbangan luas panen yang
menduduki peringkat ketiga (BPS Jawa Barat, 2015). Sektor pertanian tanaman
pangan menyumbang 28.51 persen terhadap pembentukan Pendapatan Daerah
Rata-Rata Bruto (PDRB) Kabupaten Subang serta memiliki peranan penting dalam
pembentukan PDRB Jawa Barat.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menjamin ketersediaan beras,
diantaranya adalah Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN), Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan sejak tahun 2008 melakukan kegiatan P2BN dengan
meningkatkan kualitas Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT),
dan Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai (UPSUS PAJALE) pada tahun 2015.
Langkah awal untuk meningkatkan produksi padi adalah dengan menyediakan
input produksi yang baik dan benar, salah satunya adalah benih. Benih merupakan
salah satu input produksi yang sangat penting dalam budidaya padi. Peningkatan
produksi tanaman padi yang diupayakan melalui perbaikan mutu benih,

3

diantaranya dengan mengsosialisasikan penggunaan benih padi varietas unggul
(bersertifikat).
Program SL-PTT padi merupakan program strategis nasional dalam
mendukung peningkatan produksi dan pemantapan swasembada beras di Indonesia.
SL-PTT bisa diartikan sebagai suatu tempat pendidikan non formal bagi petani
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi,
menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan
dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat
secara sinergis dan berwawasan lingkungan, sehingga usahataninya menjadi
efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. Pemerintah melalui program
SL-PTT menganjurkan petani untuk menggunakan benih padi varietas Ciherang.
Hal ini didukung dengan program pemberian benih subsidi. Pemberian subsidi
benih ini bertujuan menyediakan benih dengan mutu yang terjamin untuk
memenuhi kebutuhan benih dalam rangka pelaksanaan budidaya tanaman pangan.
Benih unggul bersertifikat terutama dihasilkan oleh badan pembenihan milik
negara perusahaan BUMN yaitu PT. Sang Hyang Seri dan PT. Pertani. Selain itu
banyak perusahaan pembenihan swasta yang telah mendapatkan sertifikasi dari
Kementerian Pertanian antara lain PT. Dupont Indonesia (Pioneer), PT. Bisi
Internasional Tbk, PT. Bayer Indonesia, PT. Sygenta Indonesia dan PT. SAS.
Produsen benih swasta umumnya memproduksi benih padi dan jagung hibrida,
sedangkan produsen BUMN memproduksi benih unggul padi dan jagung baik
konvensional maupun hibrida. Sebaran varietas padi tahun 2014 dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Sebaran Varietas Padi di Indonesia Tahun 2014
Luas Tanam Nasional
Hektar
Persentase (%)
Ciherang
5 034 657
37.1
Mekongga
1 135 893
8.37
Situ Bagendit
1 013 659
7.47
IR 64
964 241
7.11
varietas local
827 387
6.10
Cigeulis
427 813
3.15
Ciliwung
399 058
2.94
Cibogo
285 829
2.10
IR 42
181 884
1.34
Varietas lainnya
3 299 060
24.31
Jumlah
13 569 481
100
Sumber : Balai Besar Penelitian Padi 2015 (diolah)
Varietas

Sebagaimana terlihat pada Tabel 2, setiap tahun penggunaan masing-masing
varietas berubah. Pada tahun 2013 varietas Ciherang merupakan benih padi paling
banyak ditanam petani hingga mencapai 41.2 persen, diikuti oleh Mekongga 7.6
persen, IR 64 7.2 persen dan Situ Bagendit 6 persen di seluruh Indonesia.
Kemudian pada tahun 2014 penggunaan benih padi mengalami perubahan, varietas
Ciherang menjadi 37.10 persen, Mekongga 8.37 persen, Situ bagendit 7.47 persen
dan IR 64 sebesar 7.11 persen. Sebaran varietas di ke lima propinsi utama penghasil

4

padi juga berbeda, varietas Ciherang umumnya ditanam hampir diseluruh propinsi
di Indonesia. Varietas Mekongga paling banyak ditanam di Jawa Barat dan
Sumatera Utara, sedangkan varietas Situ Bagendit dan IR 64 di Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Varietas Cigeulis paling banyak ditanam di Lampung,
varietas Ciliwung di Sulawesi Selatan, varietas Cibogo di Jawa Timur sedangkan
IR 42 tersebar Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan
Selatan, Jambi dan Jawa Barat. Varietas yang paling banyak ditanam di Jawa Barat
yaitu Ciherang, Mekongga, dan Situbagendit, sedangkan di Kabupaten Subang
adalah Ciherang, IR64, dan IR42.
Banyaknya varietas unggul yang dikeluarkan pemerintah, dalam upaya
meningkatkan produksi beras, tentunya berdampak terhadap perilaku petani dalam
pemilihan benih yang akan ditanam, mengingat penilaian petani padi terhadap
varietas di masing-masing wilayah tidak sama. Pemerintah selaku pemegang
kebijakan dapat saja menyarankan petani untuk menggunakan varietas Ciherang,
namun apakah hal tersebut dapat sejalan dengan keinginan dan kebutuhan petani.
Penggunaan benih padi varietas unggul dapat berubah seiring dengan berubahnya
karakteristik dari varietas tersebut, karakteristik petani dan karakteristik pasar.
Petani merupakan pelaku utama usaha pertanian, oleh karena itu sikap dan
preferensi petani padi terhadap varietas benih tentu sangat penting, karena petani
mempunyai peran ganda yaitu sebagai produsen padi dan konsumen antara produk
benih. Sebagai produsen petani tentu saja harus dapat memenuhi keinginan pasar
sehingga preferensi petani terhadap varietas benih tidak terlepas dari pemenuhan
keinginan pasar yang saling berkaitan. Walaupun banyaknya varietas baru yang
telah ditemukan dan diperkenalkan pada petani, tapi jika tidak memenuhi kriteria
petani sebagai pengguna maka petani akan kembali menggunakan varietas yang
lama (Manu et al. 2006).
Banyaknya varietas benih yang dihasilkan melalui penelitian, hanya sedikit
yang diadopsi oleh petani, hal ini dimungkinkan pada saat melakukan penelitian
tidak memperhitungkan preferensi dan persepsi petani tentang varietas tersebut.
Preferensi, pengetahuan, informasi yang diterima petani terhadap benih yang
digunakan sangat penting dan berbeda secara signifikan di setiap daerah (Efisue
2009; Joshi dan Bauer 2006; Horna dan Smale 2005)
Pemerintah dan produsen benih harus mengetahui sikap dan preferensi petani
terhadap hasil yang dicapai oleh benih padi yang digunakan petani. Sikap
memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku petani dalam memutuskan
benih varietas apa yang akan ditanam. Karena petani yang dekat dengan daerah
pengembangan benih padi, belum tentu mau menggunakan benih varietas baru.
Keengganan petani untuk menggunakan benih varietas baru yang disarankan
pemerintah tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karakteristik
petani, informasi yang diterima petani, harga benih, pasar yang tersedia dan harga
jual gabah.
Dengan mengetahui sikap dan preferensi petani terhadap benih yang
digunakan maka pemerintah maupun pihak terkait dapat menerapkan strategi yang
tepat dalam pengembangan dan pengadaan benih. Berdasarkan latar belakang
tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk melihat sikap dan preferensi petani
terhadap penggunaan benih padi varietas unggul.

5

Perumusan Masalah
Permintaan beras meningkat seiring pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
ekonomi, daya beli masyarakat dan perubahan selera. Pemerintah berupaya
mendorong petani padi untuk menggunakan varietas-varietas unggul sebagai
upaya untuk meningkatkan produksi padi. Pada kenyataannya petani mempunyai
perbedaan sikap dan preferensi terhadap penggunaan benih. Umumnya yang
menjadi pertimbangan petani padi dalam menggunakan benih adalah
produktivitas, namun saat ini petani juga memperhitungkan harga jual gabah dari
hasil panen tersebut. Hal tersebut yang membentuk perilaku petani dalam
menggunakan benih varietas unggul yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi
petani. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut antara lain demografi,
ekonomi, sosial, budaya, psikologis dan keluarga.
Kabupaten Subang sebagai salah satu sentra produksi di Jawa Barat dengan
luas areal lahan sawah di Subang mencapai 84 570 hektar, diperkirakan setiap
musimnya kebutuhan benih padi yaitu sebanyak 2 123 200 kilogram. Produktivitas
padi inbrida (varietas Ciherang) di daerah Subang dan Ciamis, mencapai record
produksi pada musim tanam 2009 dengan capaian produksi di atas 10 ton per
hektar. Varietas lain yang banyak ditanam petani di Kabupaten Subang yaitu IR
42, IR 64, Cigeulis, Pandan Wangi, Cimuncul, LUSI dan Mira 1 (BPS Kabupaten
Subang 2016). Penggunaan benih padi varietas Ciherang di Kabupaten Subang
mengalami perubahan pada tahun 2011 mencapai 71.47 persen menjadi 57.43
persen pada tahun 2013. Varietas yang paling banyak ditanam petani selain
varietas Ciherang adalah varietas IR42 sebesar 26.85 persen, dan IR64 sebesar
5.55 persen. Perkembangan penggunaan benih padi varietas unggul di Kabupaten
Subang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perkembangan penggunaan varietas Ciherang, IR64, dan IR42 di
Kabupaten Subang
Luas tanam (hektar)
Varieas
2011
2012
2013
Ciherang
60 443
57 354
48 577
IR64
18 193
6 212
4 694
IR42
16 099
15 346
22 707
Sumber : BPS Kabupaten Subang 2014
Salah satu daerah penghasil padi di Kabupaten Subang adalah Kecamatan
Tambakdahan. Luas panen padi di Kecamatan Tambakdahan pada tahun 2014
sebesar 9.430 hektar dengan tingkat produksi sebesar 68 365 ton, mengalami
peningkatan sebesar 20 persen pada tahun 2015 menjadi 84 959 ton. Pada tahun
2015 produktivitas padi di Kecamatan Tambakdahan peningkatan menjadi 90.10
ku/ha per hektar dari 72.50 ku/ha pada tahun sebelumnya (BPS Kabupaten
Subang 2016). Benih padi yang paling banyak digunakan oleh petani di
Kecamatan Tambakdahan adalah varietas IR42 (Badan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan Kecamatan Tambakdahan
2016, komunikasi langsung).
Hal tersebut menandakan terdapat perbedaan sikap dan preferensi petani
terhadap varietas unggul yang ada. Semua ini tidak lepas dari kondisi demografi,

6

ekonomi, sosial, budaya, keluarga, psikologis dan faktor-faktor lainnya. Kondisi
tersebut tentunya akan membentuk sikap petani dalam penggunaan benih varietas
unggul sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu yang
dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan mereka serta sesuai dengan
permintaan pasar.
Berdasarkan survey lapang,salah satu yang menyebabkan berubahnya sikap
petani di KecamatanTambakdahan terhadap penggunaan varietas Ciherang diduga
karena harga jual gabah yang tidak sesuai dengan yang diharapkan petani. Di duga
terjadi kesenjangan harga antara di tingkat petani dan pasar. Selain itu, diduga
keberadaan industri pengolahan beras yang memproduksi tepung beras “Rose
Brand”, tentu memiliki pengaruh tersendiri bagi petani dalam memutuskan
penggunaan benih padi. Industri pengolahan ini memerlukan beras sebagai bahan
baku industri pengolahannya.
Sikap merupakan proses aktif penggunaan pikiran sehingga menimbulkan
bahkan dapat membentuk sikap seseorang terhadap suatu rangsangan. Sikap yang
terbentuk dalam diri petani akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap
penggunaan benih padi varietas unggul dan mempengaruhi tingkat keberhasilan
petani dalam penggunaan benih padi varietas unggul. Sikap petani merupakan
salah satu ukuran keberhasilan dari suatu program, agar program dapat berjalan
sesuai tujuan maka perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap
petani dalam penggunaan benih padi varietas unggul.
Menganalisis preferensi petani terhadap penggunaan benih padi varietas
unggul juga perlu dilakukan, agar dapat diketahui kesukaan petani terhadap benih
padi varietas Ciherang, IR 64, dan IR 42 apakah sudah sesuai dengan preferensi
petani atau tidak. Tentunya sikap dan preferensi itu berdasarkan atas
atribut-atribut padi yang terdapat pada benih padi varietas unggul. Maka
sebaiknya perlu untuk melakukan identifikasi atribut-atribut benih padi yang
paling dianggap penting oleh para petani di Kabupaten Subang Jawa Barat.
Pemberian subsidi benih varietas unggul melalui program SLPTT, tentunya
juga mempengaruhi sikap petani dalam pemilihan benih yang akan dibeli dan
digunakan. Dengan membeli benih yang bersubsidi, petani berharap bisa
mengurangi biaya produksi. Melihat beragamnya benih varietas unggul yang
beredar dipasaran serta adanya pemberian subsidi benih padi varietas Ciherang di
Kabupaten Subang. Dengan demikian, maka penelitian terhadap perilaku petani
padi, sikap mereka terhadap benih padi, serta preferensi mereka dalam
menggunakan benih varietas unggul di Kabupaten Subang menarik untuk
dilakukan.
Penelitian tentang sikap dan preferensi petani terhadap penggunaan benih
padi varietas unggul memang merupakan sesuatu hal yang sangat penting
dilakukan terutama di Kabupaten Subang Jawa Barat, dimana perilaku petani akan
memberikan dampak yang besar bagi Dinas Pertanian Kabupaten Subang Jawa
Barat di dalam melaksanakan program upaya peningkatan produksi beras dan
ketahanan pangan. Sehingga keputusan atau strategi kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah serta para produsen benih padi varietas unggul akan sesuai dan tidak
bertolak belakang dengan harapan petani sebagai konsumen. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan penelitian terhadap sikap dan preferensi petani dalam penggunaan benih
padi varietas unggul di Kabupaten Subang Jawa Barat.

7

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang akan diteliti
sehubungan dengan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses keputusan pembelian benih padi varietas unggul oleh
petani?
2. Bagaimana sikap petani terhadap benih padi varietas unggul?
3. Bagaimana preferensi petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah (1) mengevaluasi proses keputusan pembelian benih
padi yang dilakukan petani, (2) mengidentifikasi dan menganalisis sikap petani
terhadap benih padi varietas unggul, (3) mengidentifikasi dan menganalisis
preferensi petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pihak pengambil
kebijakan pada instansi-instansi terkait dan produsen/penjual benih dalam
penetapan kebijakan, penyediaan, dan pengembangan benih padi yang sesuai
dengan sikap dan preferensi petani. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumber informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih
lanjut terkait dengan sikap dan preferensi petani terhadap benih padi.
Ruang Lingkup Penelitian dan Batasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
Benih padi yang dijadikan bahan penelitian ini merupakan varietas Ciherang,
IR 64, dan IR 42. Varietas tersebut dipilih karena merupakan varietas yang
dianjurkan pemerintah, dan paling banyak digunakan oleh petani di
Kabupaten Subang.
2. Objek penelitian ini adalah petani padi yang menggunakan dan atau pernah
menanam varietas Ciherang, IR 64, dan IR 42, minimal 2 tahun.
3. Penelitian ini difokuskan pada sikap dan preferensi petani terhadap benih padi
varietas Ciherang, IR 64, dan IR 42.
4. Penelitian ini difokuskan pada sikap dan preferensi petani terhadap atribut
benih unggul padi di Kabupaten Subang.
Penelitian ini terbatas hanya dilakukan di Kabupaten Subang sehingga hasil
penelitian ini tidak bisa dianggap sama jika dilakukan di daerah lain, mengingat
karakteristik, ekonomi, sosial dan budaya serta faktor lainnya berbeda di setiap
daerah.
1.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Benih Padi Varietas Unggul
Benih merupakan biji tanaman yang telah mengalami perlakuan sehingga
dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Varietas unggul
merupakan salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan

8

produktivitas padi, baik melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman
maupun toleransi dan atau ketahanannya terhadap cekaman biotik dan abiotik
(Sembiring, 2008). Varietas padi juga merupakan teknologi yang paling mudah
diadopsi karena teknologinya murah dan penggunaannya sangat praktis (Badan
Litbang Pertanian 2007). Benih merupakan salah satu input utama produksi
yang tidak dapat digantikan. Benih sebagai faktor yang menentukan keberhasilan
budidaya padi, sehingga perlu penanganan yang khusus. Benih bermutu harus
memenuhi kriteria enam tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu,
tepat tempat, tepat harga, dan tepat pelayanan (Sadjad, 1993). Suprihatno et al.
(2010) mendeskripsikan benih padi varietas IR42, IR64, dan Ciherang sebagai
benih padi varietas unggul untuk lahan sawah.
Varietas Ciherang
Varietas ini tergolong lebih baru di Kabupaten Subang dibandingkan dengan
varietas IR64 dan IR42. Beras hasil olahan dari padi varietas Ciherang ini bersifat
pulen, dengan kandungan amilosa 23%. Umur tanaman dari mulai tanam sampai
panen adalah 116 – 125 hari, dengan warna gabah kuning bersih dan bentuk gabah
ramping. Rata-rata hasil produksi saat panen adalah 6 ton/ha GKG dan bobot
perseribu butir adalah 28 gram. Varietas ini tahan terhadap wereng coklat biotipe
2 dan agak tahan biotipe 3. Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV.
Varietas Ciherang dilepas pada tahun 2000 dan merupakan hasil dari persilangan
antara IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1- 3//4 *IR64.
Varietas IR64
Varietas IR64 tidak jauh berbeda dengan varietas Ciherang. Varietas ini
tergolong lama di Kabupaten Subang bila dibandingkan dengan varietas Ciherang.
Beras hasil olahan dari padi varietas IR64 bersifat pulen, dengan kandungan
amilosa 23%. Umur tanaman dari mulai tanam sampai panen adalah 110-120 hari,
dengan warna gabah kuning bersih dan bentuk gabah ramping. Rata-rata hasil
produksi saat panen adalah 5 ton/ha GKG dan bobot perseribu butir adalah 24.1
gram. Varietas ini tahan terhadap penyakit wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak
tahan wereng coklat biotipe 3, agak tahan hawar daun bakteri strain IV, tahan
virus kerdil rumput. Varietas IR64 dilepas pada tahun 1986 dan merupakan hasil
dari persilangan antara IR5657/IR2061.
Varietas IR42
Varietas IR42 sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh petani di
Kabupaten Subang. Beras hasil olahan dari varietas ini memiliki sifat pera, seperti
hasil beras pada umumnya di Sumatera Barat, dengan kandungan amilosa 27%.
Umur tanam varietas IR42 mulai dari tanam sampai panen lebih lama
dibandingkan varietas unggul lainnya yaitu 135 – 145 hari. Hasil panen varietas
IR42 adalah 5 ton/ha GKG. Tanaman padi varietas ini memiliki keunggulan tahan
terhadap wereng coklat biotipe 1 dan 2, rentan wereng coklat biotipe 3, tahan
terhadap hawar daun bakteri, virus tungro dan kerdil rumput, rentan terhadap
hawar pelepah daun, dan toleran terhadap tanah masam. Varietas IR42 dilepas
menjadi Varietas Unggul pada tahun 1980 dan merupakan hasil persilangan antara
IR2042/CR94-13.

9

Analisis Proses Keputusan Pembelian
Definisi lain keputusan pembelian adalah keputusan pembeli tentang merek
mana yang dibeli (Kotler dan Amstrong 2008). Konsumen dapat membentuk niat
untuk membeli merek yang paling disukai. Ada dua faktor yang dapat berada di
antara niat pembelian dan keputusan pembelian, yaitu sikap dan faktor situasi
yang tidak terantisipasi (Kotler 2005).
Menurut Engel et al (1994) tahapan proses keputusan pembelian terdiri dari
lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
pembelian dan hasil dari keputusan pembelian. Tahapan proses keputusan
pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, sehingga dengan mengenali
kebutuhan konsumen dapat menentukan/mencari produk apa yang sesuai dengan
kebutuhan dan dapat mengatasi masalah mereka.
Killenga et al. (2014 menyatakan bahwa petani memilih varietas padi sesuai
dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi yaitu varietas yang toleran terhadap
kadar garam yang tinggi. Keputusan petani membeli benih berdasarkan kebutuhan
yang disesuaikan dengan segmen petani (Feeney et al. 2013). Rusyadi (2014)
mengkaji bahwa yang mendasari petani memutuskan membeli benih padi varietas
unggul karena bagi petani penggunaan benih varietas unggul merupakan hal yang
penting dalam bertani padi karena beberapa varietas benih akan memudahkan
petani dalam penggunaan pestisida, penggunaan pupuk perawatan yang lebih
ringan sehingga hasil panen yang didapat akan lebih baik. Alasan yang digunakan
konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk karena untuk menjaga
kesehatan dan memenuhi kebutuhan gizi (Deliana 2011; Rusma 2005; Rizal
1997).
Pencarian informasi merupakan tahap selanjutnya setelah pengenalan
kebutuhan. Informasi mengenai produk didapatkan dari berbagai sumber,
misalnya petugas penyuluh lapangan (Armando 2007), produsen/penjual (Koes
2013; Rusyadi 2014), pengalaman sendiri (Horna dan smale 2005) media cetak
maupun elektronik (Li et al. 2010), teman dan tetangga (Rusma 2005),
ketersediaan demplot (Rusyadi 2014). Selanjutnya konsumen akan melakukan
evaluasi alternatif dengan menetapkan kriteria yang dijadikan pertimbangan awal
dalam memilih produk antara lain produktivitas (Rusyadi 2014; Koes 2013;
Wicaksana et al. 2013; Horna dan Smale 2005) dan Rasa (Rusma 2005).
Tahap selanjutnya dalam proses keputusan pembelian adalah pembelian,
apakah dilakukan secara terencana (Rusyadi 2014), disaat persediaan sudah habis
(Rusma 2005). Setelah konsumen melakukan pembelian dan mendapatkan manfaat
dari produk tersebut, selanjutnya konsumen akan mengevaluasi hasil
pembelian yang dilakukan. Jika memuaskan maka terjadi peningkatan loyalitas
dan pembelian ulang.

Analisis Sikap Konsumen terhadap produk
Sikap merupakan hal yang mendasar dalam membentuk perilaku dan sangat
mempengaruhi proses keputusan oleh konsumen. Menurut Engel et al. (1994)
sikap merupakan evaluasi menyeluruh yang memungkinan orang merespon dengan
cara menguntungkan secara konsisten dengan obyek atau alternatif yang diberikan.

10

Sikap konsumen terhadap suatu produk mempengaruhi perilaku atau tindakan
konsumen terhadap produk tersebut. Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari
untuk berperilaku dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
untuk objek tertentu (Schiffman dan Kanuk 2008). Armando (2007) sikap petani
terhadap karakteristik produksi dan sikap petani terhadap pemasaran merupakan
faktor penting dalam peningkatan adopsi varietas jagung
Model multriatribut Fishbein adalah model yang paling popular dalam
mengukur sikap konsumen terhadap produk (Schiffman dan Kanuk 1994; Minor
dan Mowen 1998). Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan
model sikap multiatribut Fishbein untuk menganalisis sikap petani terhadap benih
padi hibrida (Rusyadi 2014) benih unggul jagung komposit (Koes 2013) benih
kentang bersertifikat (Wicaksana et al. 2013), produk sayuran anorganik dan
organik (Deliana 2011), produk ayam goreng (Rizal 1997). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut semua atribut yang diteliti ternyata responden menganggap
atribut produk berkaitan erat dengan sikap konsumen.
Hal yang menjadi pilihan utama petani dalam menentukan sikap untuk
membeli benih adalah produktivitas (potensi hasil), tahan hama penyakit dan
umur tanaman dari benih tersebut (Rusyadi 2014; Koes 2013). Berdasarkan hasil
penelitian Wicaksana et al. (2013), diketahui bahwa atribut-atribut yang
menentukan sikap dan kepuasan petani adalah potensi produksi, daya tahan, daya
tumbuh benih, keseragaman benih, ukuran benih, ketersediaan benih, harga beli
benih, asal produksi, dan label sertifikasi.

Preferensi Konsumen terhadap Atribut produk
Petani identik dengan produsen utama sebagai penghasil produk, namun
petani merupakan salah satu konsumen antara utama dalam pembelian input
produksi salah satunya benih, sehingga sikap dan preferensi petani sebagai
konsumen sangat diperlukan demi peningkatan kualitas input produksi. Preferensi
petani sangat penting karena petani sebagai pelaku utama usaha pertanian.
Terminologi preferensi konsumen terutama digunakan untuk menjelaskan
suatu opsi yang diantisipasi memiliki nilai tertinggi dibanding dengan opsi-opsi
lainnya (Ernest et al. 2006; Jesionkowska 2008; Hinson dan Bruchhaus 2008).
Produk yang diinginkan dan disukai konsumen adalah produk yang dapat
memenuhi dan memuaskan keinginan konsumen. Karakteristik kualitas suatu
produk yang diinginkan oleh konsumen dapat diperoleh melalui pengkajian
terhadap perilaku konsumen berdasarkan pendekatan konsep atribut produk.
Konsep atribut produk menganggap bahwa konsumen memandang suatu produk
sebagai kesatuan dari atribut-atribut tertentu yang dikenal sebagai petunjuk kualitas
(Manalo 1990; Baker 1999; Luce et al. 2000; Schupp et al. 2003). Petunjuk kualitas
ini merupakan stimulus yang bersifat informatif bagi konsumen berhubungan
dengan produk dan dapat diketahui oleh konsumen melalui panca indera. Melalui
petunjuk kualitas ini, konsumen dapat menilai bahwa suatu produk mempunyai
kualitas yang sesuai dengan preferensinya atau tidak.
Analisis konjoin merupakan teknik multivariat yang banyak digunakan untuk
mengetahui bagaimana preferensi konsumen terhadap produk pertanian dan pangan
(Haung dan Fu 1995; Harrisson et al. 2002), madu (Murphy et al. 2000), varietas

11

padi (Horna dan Smale 2005), beras organik (Rusma 2005), Apel (Engjell dan
Drini Imamib 2012; Cerda et al. 2012), produk kentang, bawang merah dan cabai
merah (Adiyoga W dan Nurmalinda 2012), daging (Kwadzo et al. 2013). Hasil
analisis konjoin menunjukkan bahwa harga merupakan atribut yang penting
(Wang dan Sun 2003; Murphy et al. 2000), atribut bentuk (Harrison et al. 2002;
Kwadzo et al. 2013), ukuran produk (Adiyoga W dan Nurmalinda 2012)
Preferensi konsumen berhubungan dengan harapan konsumen tentang
produk yang disukainya. Rekonsiliasi konsumen pada dasarnya berada di alam
sadar konsumen yang berhubungan dengan evaluasi rasional pembelian dan
evaluasi emosional pembelian yang direncanakan (Hoang dan Nakayasu 2006;
Foret dan Prochazka 2006). Fokus utama penelitian ini terdapat pada faktor
personal yang sesuai yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan dan
kemudahan di dalam mendapatkan suatu produk.
Karakteristik kualitas suatu produk yang diinginkan konsumen dapat
diperoleh melalui pengkajian terhadap perilaku konsumen berdasarkan konsep
atribut produk (Adiyoga dan Nurmalinda 2012). Dalam preferensi konsumen harga
dan promosi dapat meningkatkan pangsa pasar (Murphy et al. 2000). Apantaku et
al. (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa petani/peternak lebih memilih
menggunakan self compounded feeds (SCF) dibandingkan commercial
compounded feeds (CCF). Faktor kualitas menjadi pertimbangan petani karena
SCF mempunyai kualitas yang lebih baik daripada CCF.
Menurut Badshah dan Hussain (2011) menyebutkan bahwa preferensi petani
merupakan Informasi sangat penting. Dalam penelitiannya yang bertujuan
mengetahui preferensi/informasi dari petani dan peternak mengenai spesies pakan
ternak lokal di wilayah semi kering. Kriteria yang paling sering disebutkan adalah
palatabilitas, kemampuan pakan untuk memuaskan rasa lapar dan ketahanan
terhadap kekeringan (daerah/kawasan pernah hijau).
Derera et al. (2006) dalam penelitiannya menunjukan bahwa preferensi
petani terhadap kandungan protein jagung menunjukan bahwa varietas ideal dari
jagung harus memenuhi atribut jagung seperti kematangan benih, potensi hasil
tinggi, toleran terhadap kekeringan, tahan penyakit daun dan penggerek batang
toleran. Bellon (2001) menunjukkan bahwa untuk berkontribusi secara efektif pada
kesejahteraan petani dengan menyediakan informasi baru dan teknologi maka
peneliti harus terlebih dahulu memahami pengetahuan petani tentang tanaman
mereka, lingkungan pertanian dan sosial ekonomi.
Horna dan Smale (2005) dalam penelitiannya dengan menggunakan analisis
konjoin menyatakan bahwa hal-hal yang dipertimbangkan petani dalam memilih
varietas padi antara lain potensi hasil, kapasitas anakan, ukuran butir, tinggi
tanaman dan umur panen. Berdasarkan hasil penelitian Mendis and Jagath (2013)
menyatakan bahwa pertimbangan petani dalam memilih varietas padi tergantung
pada karakteristik selain hasil seperti persentase benih kosong padi benih, tahan
penyakit, dan kondisi permintaan dari konsumen akhir (jenis beras).
Diallo (2009) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas dan
kemurnian varietas terhadap kekeringan menjadi preferensi bagi petani untuk
mendapatkan benih. Temuan yang sangat menarik dalam penelitian ini adalah
adanya budaya untuk melarang pembelian benih terutama untuk shorgum dan
kacang tanah, namun petani melakukan mengungkapkan kesediaan untuk
membayar benih sorgum dari disukai, varietas unggul. Para petani di kedua zona

12

siap untuk membayar 200 FCFA / kg untuk benih untuk varietas yang mereka
sukai. Ini adalah harga yang sangat tinggi mengingat tingkat pendapatan rendah,
dan konsep-konsep budaya terbatas membayar untuk benih tanaman subsisten
Preferensi petani terhadap varietas benih tentu sangat penting, karena petani
mempunyai peran ganda baik sebagai produsen beras dan konsumen perantara.
Sebagai produsen petani tentu saja harus dapat memenuhi keinginan masyarakat
sebagai konsumen beras sehingga preferensi petani terhadap varietas benih tidak
terlepas dari pemenuhan keinginan masyarakat yang saling berkaitan. Walaupun
banyaknya varietas baru yang telah ditemukan dan diperkenalkan pada petani, tapi
jika tidak memenuhi kriteria petani sebagai pengguna maka petani akan kembali
menggunakan varietas yang lama (Aduening et al. 2006; Derera et al. 2006)
Banyaknya varietas benih yang dihasilkan melalui penelitian, hanya sedikit
yang diadopsi oleh petani, hal ini dimungkinkan mel

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERILAKU PETANI DALAM PEMBELIAN BENIH PADI UNGGUL VARIETAS INBRIDA DAN HIBRIDA DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

1 9 12

Pengaruh Teknologi Terhadap Efisiensi Ekonomi dan Distribusi Pendapatan Petani Padi di Kabupaten Subang Jawa Barat

0 10 100

Studi Komersialisasi Benih Padi Sawah Varietas Unggul

0 4 8

Analisis Sikap Dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi (Oryza sativa) Varietas Unggul di Kota Solok, Sumatera Barat

7 64 137

Analisis Sikap Dan Kepuasan Petani Terhadap Atribut Benih Padi Hibrida Maro Di Kabupaten Subang Jawa Barat

0 17 101

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI HIBRIDA PADA PROGRAM BANTUAN LANGSUNG BENIH UNGGUL PADI HIBRIDA DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR

0 3 103

Dampak Penggunaan Varietas Unggul terhadap Distribusi Pendapatan Petani Jagung di Kalimantan Barat

0 0 10

PREFERENSI PETANI DALAM PENENTUAN VARIETAS BENIH PADI DI DESA PABLENGAN KECAMATAN MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR Nur Satiti Wulandari nur.satiti.wmail.ugm.ac.id Sudrajat sudrajatgeoyahoo.com Abstract - PREFERENSI PETANI DALAM PENENTUAN VARIETAS BENIH PADI

0 1 9

ANALISIS SIKAP PETANI TERHADAP PENGGUNAAN BENIH PADI VARIETAS UNGGUL DI KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT (ATTITUDE ANALYSIS OF FARMERS TOWARD USING RICE SEED HIGH YIELDING VARIETIES IN SUBANG REGENCY WEST JAVA)

0 0 11

Sikap Petani Padi terhadap Benih Unggul Padi Bersertifikat di Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar - UNS Institutional Repository

0 0 12