Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel Bambu Ampel dengan Perlakuan Perendaman Asam Asetat

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL
BAMBU AMPEL DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN
ASAM ASETAT

SUSLENI MURTIANAH

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sifat Fisis dan Mekanis
Papan Partikel Bambu Ampel dengan Perlakuan Perendaman Asam Asetat adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 2014
Susleni Murtianah
NIM E24100083

ABSTRAK
SUSLENI MURTIANAH. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel Bambu Ampel
dengan Perlakuan Perendaman Asam Asetat. Dibimbing oleh FAUZI
FEBRIANTO dan DEDED SARIP NAWAWI.
Pembuatan produk papan partikel interior banyak menggunakan perekat urea
formaldehida (UF). Kematangan perekat UF sangat baik dan lebih cepat pada
kondisi asam. Perlakuan rendaman asam asetat diharapkan dapat membuat kondisi
bahan bersifat asam, sehingga dapat mempercepat tingkat kematangan perekat UF
tanpa penambahan hardener dan mampu meningkatkan sifat fisis dan mekanis.
Metode yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan perlakuan perendaman
partikel bambu ampel ke dalam larutan asam asetat dengan konsentrasi 1 dan 3%,
dan perlakuan pencampuran hardener dengan perekat, yang hasilnya dapat
dibandingkan dengan kontrol. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji sifat
fisis dan mekanis papan partikel yang terbuat dari bambu ampel menggunakan

perlakuan perendaman partikel bambu dengan asam asetat, serta perlakuan
pencampuran hardener dengan perekat. Nilai kerapatan, Kadar Air (KA),
Modulus of Rupture (MOR), Internal Bond (IB), dan Kuat Pegang Sekrup (KPS)
pada papan partikel perlakuan perendaman asam asetat dan pencampuran
hardener telah memenuhi standar JIS A 5908:2003 dengan nilai kerapatan lebih
dari 0.4 g cm-3, KA dibawah 13%, MOR lebih dari 8.36 N mm-2, IB lebih dari
0.15 N mm-2, dan KPS lebih dari 304 N.
Kata kunci : asam asetat, hardener, papan partikel, perekat Urea Formaldehida
(UF).
ABSTRACT
SUSLENI MURTIANAH. Physical and Mechanical properties of Ampel Bamboo
Particle Board with Acetic Acid Immersion treatment. Supervised by FAUZI
FEBRIANTO and DEDED SARIP NAWAWI.
Manufacturing of interior particle boards commonly use urea formaldehyde
(UF). The adhesion process of UF is optimum in acidic pH condition. Acetic acid
immersion aims to raise the level of acidity of ampel bamboo particles to
accelerate the adhesion level of the UF adhesive and to increase physical and
mechanical properties of board. Method that used in this research was carried out
dipping of ampel particle in 1 and 3% acetid acid and hardener with adhesive
treatment. The results of this research will be compared to control. The purpose of

this study was to determine the physical and mechanical properties of particle
boards made from Ampel bamboo after acetic acid pretreatment, and it compares
to particle board with hardener and control. The results showed that the Density,
Moisture Content (MC), Modulus of Rupture (MOR), Internal Bond (IB), Strong
Hold Screws (SHS) in the particle board acetic acid soaking treatment and mixing
hardener has met to JIS A 5908: 2003 standard with a density value more than 0.4
g cm-3, MC below 13%, MOR more than 8.36 N mm-2, IB more than 0.15 N mm-2,
and the SHS more than 304 N.
Keywords: acetic acid, adhesives UF, hardener, Particle boards.

SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL
BAMBU AMPEL DENGAN PERLAKUAN PERENDAMAN
ASAM ASETAT

SUSLENI MURTIANAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan


DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel Bambu Ampel dengan
Perlakuan Perendaman Asam Asetat
Nama
: Susleni Murtianah
NIM
: E24100083

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS
Pembimbing I

Ir Deded Sarip Nawawi, M.Sc

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah Sifat
Fisis dan Mekanis Papan Partikel Bambu Ampel dengan Perlakuan Perendaman
Asam Asetat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS
dan Bapak Ir Deded Sarip Nawawi, M.Sc selaku pembimbing yang telah banyak
memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pak
Mahdi, Pak Suhada, Pak Kadiman, Pak Atin, Mas Gun, dan Mas Irfan selaku
Laboran di Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB yang sangat sabar

dalam membantu penulis melakukan penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, Dwi Rizky Endriadilla, Qisthya Octa, Windi Ayu,
Rahmazudi, Syaiful Bahri, Arif Rakhmatullah, seluruh keluarga dan kawan-kawan
DHH 47, atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 2014
Susleni Murtianah

DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian


2

Bahan

2

Alat

2

Prosedur Penelitian

3

Prosedur Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat fisis papan partikel bambu ampel

8
8

Kerapatan

8

Kadar Air

9

Daya serap air

10

Pengembangan tebal

11


Sifat mekanis papan partikel bambu ampel

12

Modulus of Rupture

12

Modulus of Elasticity

13

Internal Bond

14

Kuat Pegang Sekrup

15


SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR GAMBAR
1. Pola pemotongan contoh uji
2. Pengujian MOE dan MOR
3. Pengujian IB
4. Nilai kerapatan
5. Nilai KA
6. Nilai DSA
7. Nilai PT
8. Nilai MOR
9. Nilai MOE
10. Nilai IB
11. Nilai KPS

4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bambu cukup potensial untuk dijadikan sebagai pengganti kayu. Bambu
dengan mutu yang baik dapat diperoleh pada umur 3-5 tahun. Bambu memiliki
kesesuaian sebagai bahan baku pembuatan papan partikel karena merupakan
bahan berlignoselulosa dengan komposisi kimia terbesar adalah selulosa berkisar
54-66% (Subyakto et al. 2009). Bambu dapat digunakan sebagai alternatif bahan
baku industri kayu karena memiliki beberapa kelebihan seperti cepat tumbuh,
produktivitas tinggi, kematangan sangat cepat, dan sifat mekanik yang tidak
kalah dibanding spesies kayu.
Pembuatan produk papan partikel interior banyak menggunakan perekat
UF. Jenis perekat UF sensitif terhadap nilai pH untuk pengerasannya, sehingga
salah satu sifat bahan baku sebagai variabel keberhasilan proses perekatannya
adalah keasaman bahan baku. Pengkondisian asam bahan pada perekatan dengan
UF selama ini dilakukan dengan penambahan hardener berupa NH4Cl, akan
tetapi pada pembuatan papan partikel berbahan baku bambu dengan perekat UF
masih dihasilkan papan dengan sifat fisis dan mekanis belum memuaskan. Hal
ini diduga karena terdapat karakteristik dasar bambu yang berbeda dibandingkan
dengan kayu, misalnya kadar pati yang tinggi. Oleh sebab itu diperlukan upaya
untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya dengan cara perendaman partikel
bambu kedalam larutan asam asetat.
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perlakuan perendaman
partikel dalam larutan asam asetat 1% selama 24 jam telah berhasil memperbaiki
beberapa sifat fisis dan mekanis papan partikel kulit buah jarak (Iswanto et al.
2011). Perlakuan tersebut berpeluang diterapkan untuk meningkatkan sifat fisis
mekanis papan partikel bambu dengan perekat UF. Perendaman asam diharapkan
dapat melarutkan sebagian zat ekstraktif dan menghasilkan kondisi optimal untuk
pengerasan perekat UF.
Perlakuan asam dapat menaikkan tingkat keasaman bahan baku sehingga
dapat mempercepat pengerasan perekat UF. Ruhendi dan Hadi (1977)
mengemukakan bahwa sifat dari resin urea formaldehida akan cepat mengeras
dengan meningkatnya keasaman. Selanjutnya Marra (1992) juga mengatakan
bahwa pengerasan perekat dengan menggunakan katalis seperti urea akan
mengakibatkan terlalu cepat proses pematangan perekat pada kayu yang berkadar
asam tinggi.
Perumusan Masalah
Perendaman partikel bambu dalam larutan asam lemah, misalnya asam
asetat, diduga dapat melarutkan sebagian zat ekstraktif dan menghasilkan partikel
berkondisi asam yang sesuai dengan kondisi untuk pematangan perekat UF.
Terlarutnya zat ekstraktif dapat memfasilitasi penetrasi perekat lebih baik
sehingga mendukung keberhasilan proses perekatan dan kondisi partikel yang
bersifat asam akan menghasilkan pengerasan perekat UF tanpa perlu penambahan
hardener. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan mencoba aplikasi

2
perendaman asam asetat untuk meningkatkan sifat fisis dan mekanis papan
partikel bambu ampel dengan perekat UF. Mutu papan partikel tersebut akan
dibandingkan dengan papan partikel tanpa perlakuan dan dengan penambahan
hardener.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji sifat fisis dan mekanis papan
partikel bambu ampel dengan perlakuan perendaman partikel bambu dengan
asam asetat 1 dan 3%, serta perlakuan pencampuran hardener dengan perekat.
Manfaat Penelitian
Informasi mengenai sifat fisis dan mekanis papan partikel bambu ampel
bermanfaat sebagai data pendukung untuk pengembangan papan partikel bambu
sebagai bahan konstruksi struktur substitusi kayu solid di Indonesia.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung mulai bulan Maret hingga Agustus 2014.
Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di
Laboratorium Pengerjaan Kayu dan Laboratorium Biokomposit. Pengujian sifat
fisis contoh uji dilakukan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu
dan pengujian sifat mekanis contoh uji di Laboratorium Rekayasa dan Kontruksi
Design Bangunan Kayu yang bertempat di Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bambu ampel (Bambusa
vulgaris Schrader ex Wendland) yang berumur ± 3 tahun dalam bentuk partikel.
Perekat yang digunakan yaitu UF dan hardener (NH4Cl). Perendaman partikel
dilakukan dengan menggunakan larutan asam asetat konsentrasi 1 dan 3%.
Pengukuran kapasitas penyangga dilakukan dengan menggunakan NaOH 0.01N.
Alat
Alat yang digunakan untuk persiapan bahan baku yaitu mesin serut. Alat
pembuatan papan diantaranya oven, timbangan digital, desikator, rotary blender,
spray gun, cetakan berukuran (30x30x1) cm3, kempa panas, plat besi dengan
ketebalan 1 cm, dan caliper. Alat yang digunakan untuk pengukuran pH dan

3
kapasitas penyangga yaitu pH meter, water bath, dan buret. Alat pengujian papan
partikel berupa alat uji Universal Testing Machine (UTM) merk Instron.
Prosedur Penelitian
Tahapan Pembuatan Papan Partikel
Papan partikel yang dibuat adalah papan partikel dengan target kerapatan
0.7 g cm-3 berdimensi (30x30x1) cm3. Papan partikel dibuat dengan empat
perlakuan yaitu sebagai kontrol, pencampuran perekat dengan hardener,
perendaman partikel dengan larutan asam asetat konsentrasi 1 dan 3%. Setiap
perlakuan dibuat papan sebanyak empat kali ulangan.
Persiapan Bahan Baku
Batang bambu terlebih dahulu dipotong sepanjang 1 m tanpa menyertakan
kulitnya, kemudian dibelah menjadi empat bagian dan diserut dengan mesin serut
menjadi partikel. Partikel bambu ampel hasil serutan selanjutnya dilakukan empat
perlakuan yang berbeda, yang pertama partikel dioven pada suhu 60-80 ºC
hingga kadar air mencapai 5-10% sebagai kontrol dan perlakuan pencampuran
perekat dengan hardener. Papan ber-hardener menggunakan NH4Cl sebanyak
0.2%. Perlakuan rendaman asam dilakukan dengan cara merendam partikel
bambu ampel dalam larutan asam asetat berkonsentrasi 1 dan 3% selama 24 jam.
Setelah proses perendaman, partikel di keringudarakan dalam kondisi ruangan,
kemudian partikel dioven pada suhu 60-80 ºC hingga kadar air mencapai 5-10%.
Pencampuran Bahan
Pencampuran bahan antara partikel bambu ampel dengan perekat
menggunakan rotary blender dan spray gun. Partikel dimasukkan kedalam rotary
blender, sedangakan perekat dan parafin dimasukkan kedalam spray gun secara
bergantian. Saat mesin rotary blender berputar, perekat dan parafin disemprotkan
kedalamnya secara bergantian sehingga perekat dan parafin akan bercampur rata
dengan partikel bambu ampel.
Pembuatan Lembaran
Pembentukan lembaran dilakukan setelah partikel dan perekat tercampur
secara merata. Campuran tersebut dimasukkan kedalam pencetak lembaran.
Selama proses pembentukan lembaran pendistribusian partikel pada alat pencetak
diusahakan tersebar merata sehingga produk papan komposit yang dihasilkan
memiliki profil kerapatan yang seragam.
Pengempaan
Sebelum dilakuakan proses pengempaan, bagian bawah dan atas lembaran
dilapisi dengan plat aluminium. Bagian tepi dibatasi dengan batang besi dengan
ketebalan 1 cm. Proses pengempaan dilakukan dengan menggunakan kempa
panas bersuhu 120 ºC dengan tekanan 25 kgf cm-2 selama 10 menit. Suhu dan
tekanan kempa disesuaikan dengan jenis perekat yang digunakan.

4
Pengkondisian
Pengkondisian dilakukan untuk menyeragamkan kadar air dan
menghilangkan tegangan sisa yang terbentuk selama proses pengempaan panas
selama 14 hari pada suhu kamar. Selain itu pengkondisian dimaksudkan agar
kadar air papan komposit mencapai kesetimbangan.
Pengujian Papan Partikel
Pemotongan Contoh Uji
Papan partikel yang telah mengalami conditioning kemudian dipotong
sesuai dengan tujuan pengujian yang dilakukan. Pemotongan contoh uji
mengacu pada Japanes Industrial Standard JIS A 5908:2003 (JSA 2003).
Pengujian terdiri dari pengujian sifat fisis antara lain kerapatan, Kadar Air (KA),
Daya Serap Air (DSA), Pengembangan Tebal (PT) dan pengujian sifat mekanis
antara lain Modulus of Rupture (MOR), Modulus of Elasticity (MOE), Internal
Bond (IB), dan Kuat Pegang Sekrup (KPS).

Gambar 1 Pola Pemotongan Contoh Uji.
Keterangan:
A = contoh uji untuk pengujian MOR dan MOE
B = contoh uji untuk KA dan kerapatan
C = contoh uji untuk DSA dan PT
D = contoh uji untuk IB
E = contoh uji untuk KPS
F = cadangan untuk contoh uji MOR dan MOE
Pengujian Sifat Fisis
Pengujian sifat fisis terdiri dari kerapatan, KA, DSA, dan PT. Pengujian
mengacu pada standar JIS A (JSA 2003).
Kerapatan
Pengujian kerapatan papan partikel dilakukan pada kondisi kering udara
dan volume kering udara. Contoh uji berukuran (10x10x1) cm3 ditimbang
beratnya, lalu diukur rata-rata panjang, lebar dan tebalnya untuk menentukan
volume contoh uji. Nilai kerapatan dihitung dengan persamaan:

5

Keterangan:
= kerapatan (g cm-3)
M = berat contoh uji kering udara (g)
V = volume contoh uji kering udara (cm3 )
Kadar Air
KA papan partikel dihitung dari berat awal dan berat akhir setelah
mengalami pengeringan dalam oven selama 24 jam pada suhu 103 ± 2 °C.
Contoh uji berukuran (10x10x1) cm3. KA papan dihitung dengan menggunakan
rumus:

Keterangan:
KA = kadar air (%)
BB = berat awal contoh uji (g)
BKT = berat kering tanur (g)
Daya Serap Air
DSA papan partikel dihitung berdasarkan berat sebelum dan sesudah
perendaman dalam air selama 24 jam dengan ukuran sampel (5x5x1) cm3. DSA
papan dihitung berdasarkan rumus:

Keterangan:
DSA = daya serap air (%)
B1 = berat contoh uji sebelum perendaman (g)
B2 = berat contoh uji setelah perendaman 24 jam (g)
Pengembangan Tebal
Contoh uji PT berukuran (5x5x1) cm3 sama dengan contoh uji DSA. PT
didasarkan pada tebal sebelum dan sesudah perendaman dalam air selama 24 jam
yang diukur pada keempat sisi dan dirata-ratakan. Nilai PT dihitung dengan
rumus:

Keterangan:
PT = pengembangan tebal (%)
TI = tebal contoh uji sebelum perendaman (mm)
T2 = tebal contoh uji setelah perendaman (mm)

6
Pengujian Sifat Mekanis
Pengujian sifat mekanis terdiri dari MOE, MOR, IB, dan KPS. Pengujian
mengacu pada standar JIS A (JSA 2003).
Modulus of Elasticity
Pengujian MOE menggunakan metode pengujian destruktif dengan alat
UTM merk Instron. Pengujian menggunakan lebar bentang (jarak penyangga) 15
kali tebal nominal, tetapi tidak kurang dari 15 cm. Contoh uji berukuran (5x20x1)
cm3. Pembebanan diberikan dengan kecepatan 10 mm menit-1. Nilai MOE
dihitung dengan persamaan:
Keterangan:
MOE = modulus of elasticity (N mm-2)
ΔP = beban di bawah batas proporsi (kgf)
L
= jarak sangga (cm)
ΔY = defleksi pada beban P (cm)
b
= lebar contoh uji (cm)
h
= tebal contoh uji (cm)
Modulus of Rupture
Pengujian MOR dilakukan bersama dengan pengujian MOE dengan
menggunakan contoh uji yang sama. Pada pengujian ini, pembebanan pada
pengujian MOR dilanjutkan sampai contoh uji mengalami kerusakan (patah).
Nilai MOR dihitung dengan persamaan:
Keterangan:
MOR = modulus of rupture (N mm-2)
P
= beban maksimum (kgf)
L
= jarak sangga (cm)
b
= lebar contoh uji (cm)
h
= tebal contoh uji (cm)

Gambar 2 Pengujian MOE dan MOR.
Internal Bond
Contoh uji berukuran (5x5x1) cm3 direkatkan pada dua buah blok
alumunium dengan perekat dan dibiarkan mengering selama 24 jam. Kedua blok

7
besi ditarik tegak lurus permukaan contoh uji dengan kecepatan 2 mm menit-1
sampai beban maksimum. Nilai IB dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:
IB
= internal bond (N mm-2)
P
= beban maksimum (kgf)
b
= lebar contoh uji (cm)
L
= panjang contoh uji (cm)

Gambar 3. Pengujian IB.
Kuat Pegang Sekrup
Contoh uji berukuran (5×10x1) cm3. Sekrup berdiameter 2.7 mm, panjang
16 mm dimasukkan ke dalam sampel hingga mencapai kedalaman 8 mm. Nilai
KPS dinyatakan oleh besarnya beban maksimum.
Pengukuran pH dan Kapasitas Penyangga
Pengukuran pH dan kapasitas penyangga ini mengacu pada metode yang
dilakukan oleh Johns dan Niazi (1980). Pengukuran pH dan kapasitas penyangga
dilakukan dengan empat perlakuan yang berbeda yaitu pada kondisi bambu
kering, basah, dan perendaman partikel dalam larutan asam asetat dengan
konsentrasi 1 dan 3%. Partikel pada perlakuan kondisi bambu kering, terlebih
dahulu dikeringkan di dalam oven pada suhu 60-80 ºC hingga mencapai kadar air
5-10%. Partikel pada kondisi bambu basah dan perendaman asam asetat sebanyak
2 g partikel dilarutkan dalam 50 ml larutan asam asetat dengan konsentrasi 1 dan
3% selama 24 jam, selanjutnya sampel disaring dengan menggunakan kertas
saring. Tahap berikutnya sebanyak 2 g partikel dari masing-masing perlakuan
dilarutkan kedalam 50 ml aquades dan dipanaskan dalam waterbath dengan suhu
80 ºC selama 1 jam. Sampel didinginkan pada suhu ruang dan diukur nilai pHnya
dengan pH meter yang telah dikalibrasi sebelumnya. Larutan sampel dititrasi
hingga pH 7 menggunakan 0,01N NaOH untuk menghitung kapasitas penyangga
basa. Nilai pH dicatat setiap penambahan 1 ml NaOH pada larutan. Kapasitas
penyangga dihitung sebagai banyaknya alkali yang diperlukan untuk menetralkan
asam.
Prosedur Analisis Data
Penelitian ini merupakan percobaan satu faktor dalam Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Perlakuan yang dilakukan berupa kontrol, pencampuran
hardener, perendaman asam asetat 1 dan 3%. Ulangan yang dilakukuan pada
masing-masing perlakuan sebanyak tiga. Pengolahan data penelitian ini

8
menggunakan Microsoft Excel 2007 dan software Statistical Analysis System
(SAS) versi 9.1.3. Analisis keragaman dilakukan terhadap pengujian kerapatan,
KA, DSA, PT, MOR, MOE, IB, dan KPS. Jika uji F-hitung pada taraf 1%
menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata dan taraf 5% berpengaruh
nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan. Model matematisnya adalah sebagai
berikut :
Yij = µ + αi + εij
Keterangan:
Yij
= nilai pengamatan pada perlakuan α ke- i dan ulangan ke- j
μ
= nilai rata-rata ulangan
αi
= pengaruh perlakuan α ke- i dan ulangan ke- j
εij
= kesalahan percobaan α pada perlakuan ke- i dan ulangan ke- j
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisis Papan Partikel Bambu Ampel
Kerapatan
Kerapatan papan partikel bambu ampel yang dihasilkan berkisar
0.61– 0.72 g cm-3. Nilai kerapatan rata-rata tertinggi terdapat pada papan partikel
dengan perlakuan pencampuaran hardener, sedangkan terendah terdapat pada
papan partikel dengan perlakuan perendaman asam asetat 3%.

JIS A

Gambar 4 Nilai kerapatan papan partikel.
Keterangan :
PC
= papan perlakuan kontrol
PH
= papan perlakuan pencampuran hardener
PAS 1% = papan perendaman asam asetat 1%
PAS 3% = papan perendaman asam asetat 3%
Berdasarkan analisis keragaman (anova), perlakuan mempengaruhi
kerapatan sangat nyata (α 1%). Uji Duncan menunjukkan perlakuan hardener dan
asam asetat 1% tidak mempengaruhi kerapatan, tetapi asam asetat 3%
mempengaruhi kerapatan sangat nyata (α 1%). Hal ini disebabkan bervariasinya

9
nilai kerapatan dan terdapat perlakuan yang menghasilkan papan dengan
kerapatan yang tidak sesuai target 0.7 g cm-3. Perlakuan tersebut yaitu kontrol
dan perendaman dalam asetat 1 dan 3%. Nilai kerapatan yang belum mencapai
target diduga akibat kondisi spring back sehingga tebal panil yang dihasilkan
tidak sesuai dengan target (Iswanto et al. 2007), tetapi sacara keseluruhan nilai
kerapatan papan partikel yang dihasilkan telah memenuhi standar JIS A yang
mensyaratkan kerapatan papan partikel antara 0.4 - 0.9 g cm-3 (JSA 2003).
Darmawan (1994) dalam Iswanto et al. (2007) menjelaskan dalam
kaitannya dengan kerapatan, zat ekstraktif sangat berpengaruh terhadap
kematangan perekat. Penurunan jumlah zat ekstraktif akibat perendaman akan
meningkatkan daya ikat antara partikel dan perekat sehingga papan yang
dihasilkan berkerapatan tinggi, tetapi hasil pengujian menunjukkan terjadi
penurunan kerapatan pada papan dengan perlakuan perendaman asam asetat. Hal
ini diduga dengan perendaman asam asetat mengakibatkan terhidrolisisnya
sebagian komponen kimia dinding sel seperti hemiselulosa.
Selain itu, nilai kerapatan yang bervariasi diduga karena penggunaan
kondisi kempa yang kurang optimal, tidak meratanya penyebaran partikel pada
saat proses penaburan partikel dalam cetakan. Sutigno (1994) menyatakan bahwa
jumlah dan keadaan bahan pada hamparan bersama-sama dengan teknik
pengempaan mempengaruhi kerapatan papan partikel.
Kadar Air
KA merupakan sifat papan komposit yang mencerminkan kandungan air
papan komposit dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya
(Setyawati et al. 2008). KA papan partikel hasil pengujian berkisar 10.29-11.37%.
KA tertinggi terdapat pada papan partikel dengan perlakuan pencampuran
hardener dan terendah pada papan dengan perlakuan perendaman asam asetat 1%
(Gambar 5). KA papan pada semua perlakuan telah memenuhi standar JIS A
yang mensyaratkan KA papan 5-13% (JAS 2003).

JIS A

Gambar 5 Nilai KA papan partikel.
Berdasarkan analisis keragaman (anova), perlakuan mempengaruhi KA
papan secara nyata (α < 0.05). Uji Duncan menunjukkan pemberian hardener
meningkatkan KA secara nyata, tetapi perlakuan asam asetat sampai dengan 3%
tidak mempengaruhi KA papan partikel. Hal ini disebabkan Perendaman partikel

10
dalam asam asetat menyebabkan sebagian zat ekstraktif terlarut. Berkurangnya
kandungan zat ekstraktif tersebut maka dimungkinkan terbentuknya garis
perekatan yang lebih baik atau kontak antar partikel dengan perekatnya lebih
sempurna karena zat ekstraktif yang dapat menghambat proses perekatan
jumlahnya berkurang (Hadi 1991). Dengan demikian kontak antar partikel
semakin rapat sehingga uap air akan menjadi sulit masuk ke dalam papan partikel,
oleh sebab itu KA papan partikel dengan perlakuan perendaman asam asetat lebih
rendah dari perlakuan pencampuran hardener.
KA papan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan bahan baku
papan partikel. Ukuran partikel yang semakin besar dan tidak seragam
menyebabkan penyerapan air papan semakin tinggi. Selain itu, bambu merupakan
bahan berlignoselulosa bersifat higroskopis sehingga mampu menyerap dan
mengikat air.
Daya Serap Air
DSA merupakan kemampuan papan untuk menyerap air setelah direndam di
dalam air selama 24 jam (Muhdi et al. 2013). DSA papan hasil pengujian setelah
direndam 24 jam berkisar 76.28-114.70%. Standar JIS A tidak mensyaratkan
nilai untuk DSA (JSA 2003).

Gambar 6 Nilai DSA papan partikel.
Berdasarkan analisis keragaman (anova), perlakuan mempengaruhi DSA
papan sangat nyata (α < 0.01). Uji Duncan menunjukkan perlakuan pencampuran
hardener mempengaruhi DSA (α < 0.01), tetapi perlakuan asam asetat 1 dan 3%
tidak mempengaruhi DSA. Nilai DSA yang rendah pada papan perlakuan asam
disebabkan oleh beberapa kemungkinan seperti terlarutnya sebagian zat ekstraktif,
degradasi hemiselulosa, dan proses perekatan yang lebih baik. Fengel dan
Wegener (1984) menyatakan bahwa perlakuan asam dapat mendegradasi
polisakarida kayu terutama hemiselulosa. Menurut Sjostrom (1991), hemiselulosa
adalah fraksi poliskarida amorf yang mudah terdegradasi dan bersifat
polihidroksi. Oleh sebab itu terdegradasi dan terlarutnya hemiselulosa beserta
pati akan mengurangi bagian amorf dan kelimpahan gugus hidroksil yang
memiliki kemampuan mengikat air. Hal tersebut akan menghasilkan kapasitas
penyerapan air papan yang lebih rendah, walaupun bergantung pada konsentrasi

11
asam yang digunakan. Gambar 6 juga menunjukkan adanya indikasi peningkatan
DSA papan dengan semakin tingginya konsentrasi asam asetat yang digunakan
untuk perlakuan awal. Polisakarida penyusun dinding sel kayu, hemiselulosa dan
selulosa, dapat terhidrolisis oleh asam bergantung pada konsentrasi asam.
Semakin tinggi konsentrasi asam akan menyebabkan semakin tinggi tingkat
degradasi polisakarida.
Perlakuan asam juga dapat memfasilitasi terjadinya proses pematangan
perekat UF yang membutuhkan kondisi asam. Curing time perekat dan kekuatan
rekatnya meningkat dengan menurunnya pH bambu dan kapasitas penyangga.
Nilai pH bambu ampel awal 7.07 dan setelah perendaman dalam larutan asam
asetat, pH bambu menjadi 3.65 dan 3.25 masing-masing untuk perendaman asam
asetat 1 dan 3%. Perendaman asam asetat meningkatkan keasaman partikel
sehingga pengerasan perekat UF akan lebih baik. Ruhendi dan Hadi (1977)
menyatakan sifat dari resin UF akan cepat mengeras dengan meningkatnya
keasaman. Hal ini menyebabkan ikatan rekat antar partikel semakin kuat
sehingga mengurangi akses air ke dalam papan. Muharam (1995) mengemukakan
bahwa kontak antar partikel semakin rapat, maka uap air akan sulit masuk ke
dalam papan partikel.
Pengembangan Tebal
PT merupakan sifat fisis untuk mengetahui perubahan dimensi tebal
papan akibat perendaman dalam air. Berdasarkan hasil pengujian, nilai PT papan
partikel bambu ampel berkisar 18.08-27.59%. Nilai PT tertinggi terdapat pada
papan kontrol dan terendah pada perlakuan perendaman asam asetat 3% (Gambar
7). Berdasarkan standar JIS A yang mensyaratkan untuk PT papan partikel
maksimum 12% (JSA 2003), sehingga tidak ada papan yang memenuhi syarat
tersebut.

JIS A

Gambar 7 Nilai PT papan partikel.
Berdasarkan analisis keragaman (anova) perlakuan mempengaruhi PT
papan sangat nyata (α 1%). Uji Duncan menunjukkan perlakuan pencampuran
hardener mempengaruhi PT (α 1%), tetapi perlakuan asam asetat 1 dan 3% tidak
mempengaruhi PT. Sama halnya dengan DSA, nilai PT papan dengan perlakuan
asam lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan kemampuan

12
asam asetat yang dapat mendegradasi hemiselulosa pada bambu. Hemiselulosa
merupakan polimer pendek dengan percabangan memiliki sifat yang lebih mudah
terdegradasi dan terlarut (Sjostrom 1991). Dengan demikian terjadi penurunan
gugus OH yang menyebabkan berkurangnya kapasitas pengikatan air, oleh sebab
itu PT pada papan perlakuan perendaman asam asetat lebih rendah dari perlakuan
lain.
Perendaman asam asetat melarutkan zat ekstraktif dalam bambu terutama
pati yang bersifat polihidroksi atau bersifat higroskopis. Akibat kehilangan zat
ekstraktif tersebut maka sifat higroskopis papan rendah, sehingga PT juga
menjadi rendah. Selain itu, kelarutan zat ekstraktif menyebabakan perekat lebih
mudah masuk kedalam rongga partikel sehingga papan yang dihasilkan lebih
padat. Pasaribu (1987) menyatakan struktur papan yang lebih padat akan
menyerap air dari lingkungan lebih sedikit dibanding struktur lembaran yang
kurang padat, sehingga PT papan partikel, semen akan lebih rendah.
Sifat Mekanis Papan Partikel Bambu Ampel
Modulus of Rupture
MOR merupakan kemampuan papan untuk menahan beban hingga batas
maksimum (Wulandari 2012). Nilai MOR hasil pengujian berkisar
8.70–10.61 N mm-2.. Nilai MOR tertinggi terdapat pada papan dengan perlakuan
pencampuran hardener dan terendah pada kontrol (Gambar 8).

JIS A

Gambar 8 Nilai MOR papan partikel.
Berdasarkan analisis keragaman (anova) perlakuan mempengaruhi MOR
papan secara nyata (α 5%). Uji Duncan menunjukkan perlakuan hardener dan
perendaman asam asetat 1-3% mempengaruhi MOR secara nyata. Namun nilai
MOR ketiga perlakuan tersebut tidak berbeda nyata satu dengan lainnya (α 5%).
Hal ini disebabkan keberadaan hardener dapat mempercepat pematangan perekat
sehingga daya rekat antara partikel dengan perekat terjadi optimal. Dengan
demikian nilai MOR yang dihasilkan pada papan perlakuan hardener besar.
Wahyuningsih (1987) menyatakan semakin banyak hardener yang ditambahkan
maka perekat semakin asam dan semakin cepat matang.

13
Secara keseluruhan, perendaman partikel dalam larutan asam asetat
menghasilkan papan partikel dengan nilai MOR lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol, walaupun masih sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
perekatan dengan penambahan hardener. Perendaman partikel dalam larutan
asam asetat dapat melarutkan sebagian zat ekstraktif sehingga meningkatkan
penetrasi perekat kedalam bambu dan menghasilkan kekuatan rekat yang baik.
Selain itu, perendaman partikel dalam asam asetat menyebabkan partikel
berkondisi asam (pH 3.25-3.65) sehingga memfasilitasi pengerasan perekat UF
yang mengeras pada kondisi asam. Haygreen dan Bowyer (1982) menyatakan
bahwa resin urea sensitif terhadap pH bahan dan mengeras dengan baik pada
bahan yang memiliki pH 4-5. Mengacu pada standar JIS A, yang mensyaratkan
MOR papan partikel minimal yaitu 8.36 N mm-2 (JSA 2003), semua papan yang
dihasilkan memenuhi standar yang ditetapkan.
Rendahnya nilai MOR pada papan kontrol menunjukkan bahwa papan
yang hanya menggunakan perekat UF, tanpa disertai perlakuan pendahuluan
memiliki kekuatan yang rendah. Pizzi (1983) menjelaskan bahwa perekat UF
dapat mengeras dengan baik pada kondisi asam, oleh sebab itu perekatan pada
papan partikel kontrol diduga tidak optimal karena selain tanpa penambahan
hardener juga pH partikel bambu yang cukup tinggi (7.07). Selain itu, kandungan
bahan penghambat seperti pati, gula, dan ekstraktif lainnya masih terdapat pada
partikel bambu sehingga penetrasi perekat dan pengikatan antara partikel dan
perekat tidak terjadi secara optimal. Semakin tinggi kandungan zat ekstraktif
semakin lemah ikatan yang terjadi, sehingga kekuatan papan rendah. Kandungan
zat ekstraktif dalam kayu dapat menghambat proses perekatan (Pizzi 1983).
Modulus of Elasticity
MOE merupakan ukuran ketahanan papan untuk mempertahankan bentuk
yang berhubungan dengan kekakuan papan (Wulandari 2012). Nilai MOE papan
partikel yang dihasilkan berkisar 1275.81–1945.59 N mm-2.. Nilai MOE tertinggi
pada papan dengan perlakuan pencampuran hardener dan terendah pada kontrol
(Gambar 9).
JIS A

Gambar 9 Nilai MOE papan partikel.

14
Berdasarkan analisis keragaman (anova), perlakuan mempengaruhi MOE
papan secara nyata (α 5%). Uji Duncan menunjukkan perlakuan hardener
mempengaruhi MOE secara nyata, sedangkan perlakuan asam asetat 1-3% tidak
mempengaruhi MOE. Namun nilai MOE ketiga perlakuan tersebut tidak berbeda
nyata satu dengan lainnya (α 5%).
Nilai MOE papan partikel sejalan dengan nilai MOR. Papan partikel
berbahan baku partikel setelah perendaman asam asetat memiliki nilai MOE lebih
tinggi dibandingkan dengan kontrol. Perendaman asam asetat meyebabkan
terlarutnya zat ekstraktif dan membuat partikel berkondisi asam sehingga
memfasilitasi terjadinya pematangan perekat UF. Dengan demikian ikatan antara
partikel dengan perekat semakin efektif sehingga papan dengan perlakuan asam
memiliki kekuatan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Menurut Haygreen
dan Bowyer (1982) resin urea lebih peka terhadap pH kayu dari pada fenol dan
mengeras dengan baik pada kayu yang memiliki pH 4-5. Mengacu pada standar
JIS A, yang mensyaratkan MOE papan partikel minimal 2080.22 N mm-2 (JSA
2003), semua papan tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
Internal Bond
IB merupakan kekuatan ikatan antar partikel dalam setiap lembaran papan
partikel. Nilai IB hasil pengujian berkisar 0.16–0.34 N mm-2. Nilai IB tertinggi
pada papan perlakuan pencampuran hardener dan terendah pada kontrol
(Gambar 10).

JIS A

Gambar 10 Nilai IB papan partikel.
Berdasarkan analisis keragaman (anova) perlakuan mempengaruhi IB
secara nyata (α 5%). Uji Duncan menunjukkan perlakuan hardener dan asam
asetat 1-3% mempengaruhi IB secara nyata. Namun nilai IB ketiga perlakuan
tersebut tidak berbeda nyata satu dengan lainnya (α 5%). Hal ini disebabkan
perlakuan hardener dan asam asetat memfasilitasi terjadinya proses perekatan
yang lebih baik.
Gambar 10 menunjukkan papan perlakuan hardener menghasilkan nilai
IB lebih tinggi. Hal ini diduga karena pengaruh hardener yang diberikan pada
perekat, sehingga pengerasan perekat menjadi optimal. Hal ini menyebabkan
terbentuk ikatan yang baik antara perekat dengan partikel sehingga menghasilkan
kekuatan rekat yang tinggi.

15
Perendaman asam asetat menghasilkan papan partikel dengan nilai IB
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan perekat UF
mengeras dengan baik pada kondisi asam yang akan berpengaruh pada keteguhan
rekat papan partikel. Nilai pH partikel bambu setelah perendaman asam asetat 1
dan 3% masing-masing 3.65 dan 3.25, sehingga dapat mendukung terjadinya
pematangan yang baik untuk perekat UF. Dengan demikian kekuatan ikatan antar
partikel lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hasil penelitian Nawawi et al.
(2005) menunjukkan bahwa nilai keteguhan rekat kayu lapis dengan perekat UF
untuk kayu punak dengan pH 6.03 lebih rendah dibandingkan dengan kayu
gerunggang yang memiliki pH 4.68. Hal ini menunjukkan bahwa kematangan
perekat UF sangat baik dan lebih cepat pada kondisi pH yang asam.
Perendaman asam asetat juga dapat melarutkan sebagian zat ekstraktif
dari dalam partikel bambu. Hal tersebut dapat membuka pori atau ruang antar sel
dalam bambu sehingga penetrasi bahan perekat ke dalam partikel menjadi lebih
baik. Kondisi tersebut akan menyebabkan terjadinya mekanisme perekatan
mekanis dan kimia. Perekat yang berpenetrasi lebih banyak dan lebih dalam,
ketika mengeras akan berperan seperti pasak dan mendukung kekuatan secara
mekanis, sedangkan secara kimia akan meningkatkan kontak antara perekat
dengan permukaan partikel untuk memfasilitasi terjadinya interaksi kimia antara
perekat dengan komponen kimia bambu lebih banyak. Hadi (1991) menyatakan
dengan berkurangnya kandungan zat ekstraktif maka dimungkinkan terbentuknya
garis perekatan yang lebih baik atau kontak antar partikel dengan perekatnya
lebih sempurna karena zat ekstraktif yang dapat menghambat proses perekatan
jumlahnya berkurang.
Mengacu pada standar JIS A yang mensyaratkan nilai IB minimal
0.15 N mm-2 (JSA 2003), sehingga semua perlakuan telah memenuhi standar
tersebut.
Kuat Pegang Sekrup
KPS merupakan kemampuan papan partikel untuk menahan sekrup yang
ditanamkan pada papan partikel. Nilai KPS hasil pengujian berkisar 305.78–
785.94 N. Nilai KPS terendah terdapat pada papan kontrol dan tertinggi pada
perendaman asam asetat 3% (Gambar 11).

JIS A

Gambar 11 Nilai KPS papan partikel.

16
Berdasarkan analisis keragaman (anova), perlakuan mempengaruhi KPS
sangat nyata (α 1%). Uji Duncan menunjukkan perlakuan asam asetat 1 dan 3%
mempengaruhi KPS sangat nyata (α 1%), tetapi perlakuan hardener tidak
mempengaruhi KPS. Mengacu pada standar JIS A yang mensyaratkan nilai KPS
minimal 304 N (JSA 2003), sehingga semua papan partikel memenuhi syarat.
Seperti halnya MOE, MOR, dan IB, KPS papan partikel juga merupakan
parameter yang menunjukkan kekuatan papan. Terlarutnya zat ekstraktif dan
terbentuknya kondisi asam akibat perendaman partikel dalam larutan asam asetat
menyebabkan perekat lebih mudah masuk ke dalam partikel dan terjadinya
pematangan perekat yang baik sehingga ikatan partikel dengan perekat lebih kuat.
Dengan demikian sifat mekanis papan meningkat dan salah satunya kemampuan
papan partikel untuk menahan sekrup menjadi lebih tinggi.
Chow et al. (1971) menyatakan pH kayu erat kaitannya dengan
polimerisasi dan proses pengerasan bahan perekat, terutama yang menggunakan
bahan perekat UF. Perendaman asam asetat menaikkan tingkat keasaman bahan
sehingga pH bambu berada pada kondisi asam. Hal ini membuat perekat UF
dapat bekerja secara optimal dalam hal optimalisasi pematangan perekatnya

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kualitas papan partikel bambu ampel dengan perlakuan perendaman asam
asetat 1 dan 3% serta pencampuran hardener sebagian besar memiliki sifat fisis
dan mekanis lebih baik dibandingkan dengan papan kontrol, dan telah memenuhi
standar JIS A . Sifat fisis dan mekanis papan pada perlakuan asam asetat 1 dan
3% tidak berbeda nyata, sehingga lebih efisien pada penggunaan asam asetat 1%.
Kerapatan, KA, PT, MOR, IB, dan KPS papan partikel perlakuan perendaman
asam asetat dan pencampuran hardener telah memenuhi standar JIS A.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk penggunaan jenis bambu lain
atau bahan berlignoselulosa lainnya. Diharapkan ukuran partikel sebagai bahan
baku papan lebih seragam.
DAFTAR PUSTAKA
Choon KK, Roffael E. 1990. The acidity of five hardwood species.
Holzforschung 44(1):53–58.
Chow P, Walters CS, Gusher JK. 1971. pH measurement for pressure-refined
plant-fiber residues. Holzforschung (50): 50-53.
Fengel D, Wegener G. 1984. Kayu Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi.
Hardjono Sastrohamidjojo, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada

17
University. Press. Terjemahan dari: Wood, chemistry, ultrastructure,
reactions.
Haygreen JG, Bowyer JL. 1982. An Introduction. Forest Products and Wood
Science. Ames (US): The IOWA State University Press.
Iswanto AH, Coto Z, Effendi K. 2007. Pengaruh perendaman partikel terhadap
sifat fisis dan mekanis papan partikel dari ampas tebu (Saccharum
officinarum). J Perennial 4(1):6-9.
Iswanto AH, Sucipto T, Febrianto F. 2011. Acidity and buffering capacity of
some tropical woods. J Ilmu Teknologi Hasil Hutan 4(1):21-24.
Johns WE, Niazi KA. 1980. Effect of pH and buffering capacity of wood or the
gelation of urea formaldehyde resin. Wood and Fiber 12(4):256-263.
[JSA] Japanese Standard Association. 2003. JIS A 5908:2003. Particle Boards.
Tokyo (JP): Japanese Standard Association.
Marra AA. 1992. Technology of Wood Bonding: Principle in Practise. New York
(US): Van Nostrand Reinhold.
Muhdi, Risnasari I, Putri LAP. 2013. Studi pembuatan papan partikel dari limbah
pemanenan kayu akasia (Acacia mangium L). J Ilmu Hayati dan Fisika
15(1):14-19.
Nawawi DS, Rusman D, Febrianto F, Syafii W. 2005. Bonding properties of
some tropical woods in relation to woods acidity. J Teknologi Hasil Hutan.
18(2):47-52.
Pasaribu RA. 1987. Pengaruh campuran pulp dan semen terhadap sifat-sifat
papan semen pulp dari tiga jenis kayu [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Pizzi A. 1983. Wood Adhesives, Chemistry of Technology. Pretoria (tZA):
National Timber.
Ruhendi S, Hadi YS. 1977. Perekat dan Perekatan. Bogor (ID): IPB Pr.
Setyawati D, Hadi YS, Massijaya MY, Nugroho N. 2008. Karakteristik papan
komposit dan serat sabut kelapa dan plastik polipropilena daur ulang berlapis
anyaman bambu. J Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 1(1):18-26.
Sjostrom E. 1991. Wood Chemistry, Fundamental and Applications. New York
(US): Academic Press.
Subyakto, Hermiati E, Yanto DHY, Fitria, Budiman I, Ismadi, Masruchin N,
Subiyanto B. 2009. Proses pembuatan serat selulosa berukuran nano dari sisal
(Agave sisalana) dan bambu betung (Dendrocalamus asper). Berita Selulosa
2(44):57-65.
Sutigno P. 1994. Teknologi Papan Partikel Datar. Bogor (ID): Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan.
Wahyuningsih E. 1987. Pengaruh campuran sagu dan tangkil biji karet sebagai
ekstender perekat urea formaldehida terhadap keteguhan rekat kayu lapis
meranti merah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wulandari FT. 2012. Deskripsi sifat fisika dan mekanika papan partikel tangkai
daun nipah (Nypa fruticans. Wurmb) dan papan partikel batang bengle
(Zingiber cassumunar. Roxb) J Media Bina Ilmiah 6(6):1978-3787.

18
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tegal pada tanggal 26 Desember 1991 dari ayah
Sahroni dan Ibu Latifah. Penulis adalah putri kedua dari dua bersaudara. Tahun
2010 penulis lulus dari SMA 02 SLAWI dan pada tahun yang sama penulis lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB dan diterima di Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi
diantaranya anggota aktif Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan
(BEM) periode 2012/2013, anggota Divisi Biokomposit Himasiltan periode
2011/2012, dan anggota aktif Ikatan Mahasiswa Tegal IPB (IMT). Penulis juga
aktif dalam beberapa kepanitian diantaranya Forester Cup, Olimpiade
Mahasiswa IPB (OMI), KOMPAK, Upgrading Himasiltan pada tahun 2012, dan
Perkenalan IPB untuk siswa siswi SMA kota Tegal, dll. Penulis melakukan
kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) pada tahun 2012 di
Gunung Papandayan dan Sancang Timur, dan melakukan kegiatan Praktek
Pengolahan Hutan (PPH) pada tahun 2013 di Hutan Pendidikan Gunung Walat,
KPH Cianjur, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan PGT Sindangwangi.
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan pada tahun 2014 di PT.Estika
Tropika Lestari Jawa Tengah.

19

LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Keragaman dan Uji Duncan Sifat Fisis dan Mekanis Papan
Partikel
1. Kerapatan

Tabel analisis keragaman
Source

DF

Sum of
Squares

Mean
Square

F Value

Pr > F

Model

3

0.0231

0.0077

6.74

0.014*

8

0.0091

0.0011

11

0.0322

Error
Corrected
Total
*sangat nyata

Tabel uji Duncan
Means with the same letter
are not significantly different.
Duncan Grouping

B
B
B

Mean

N

A

A
A
A

0.7167

3

A2

0.69

3

A1

C
C
C

0.64

3

A3

0.6033

3

A4

2. Kadar Air

Tabel analisis keragaman
Source

DF

Sum of
Squares

Mean
Square

Model
Error
Corrected
Total

3
2

2.1875
0.0241

0.7292
0.012

5

2.2116

F Value

Pr > F

60.64

0.0163*

20
*nyata
Tabel uji Duncan
Means with the same letter
are not significantly different.
Duncan Grouping

Mean

N

A

A

11.88

1

A2

B
B
B
B
B

10.36

1

A4

10.28

2

A1

10.205

2

A3

3. Daya Serap Air

Tabel analisis keragaman
Source
Model
Error
Corrected
Total
*sangat nyata

DF

Sum of
Squares

Mean
Square

3
8

2373
560.95

791
70.118

11

2933.9

F Value

Pr > F

11.28

0.003*

Tabel uji Duncan
Means with the same letter
are not significantly different.
Duncan Grouping

B
B
B

A
A
A

C

Mean

N

A

76.277

3

A3

103.6

3

A1

94.707

3

A4

114.7

3

A2

21

4. Pengembangan Tebal

Tabel analisis keragaman
Source

DF

Sum of
Squares

Mean
Square

Model
Error
Corrected
Total
*sangat nyata

3
8

151.5
25.032

50.5
3.129

11

176.53

F Value

Pr > F

16.14

0.0009*

Tabel uji Duncan
Means with the same letter
are not significantly different.
Duncan Grouping
A
A
B
A
B
B
A
C
C

Mean
27.587

N A
3 A1

21.377

3 A3

18.083

3 A4

24.637

3 A2

5. Modulus of Rupture

Tabel analisis keragaman
Source
Model
Error
Corrected
Total
*nyata

DF

Sum of
Squares

Mean
Square

3
8

28.906
16.551

9.6353
2.0689

11

45.457

F Value

Pr > F

4.66

0.0364*

22

Tabel uji Duncan
Means with the same letter
are not significantly different.
Duncan Grouping
A
A
A
A
A

Mean

N

A

12.607

3

A2

12.277

3

A4

10.62

3

A3

8.7

3

A1

B
6. Modulus of Elasticity

Tabel analisis keragaman
Source
Model
Error
Corrected
Total
*nyata

DF

Sum of
Squares

Mean
Square

3
8

690871
438407

230290
54801

11

1E+06

F Value

Pr > F

4.2

0.0464*

Tabel uji Duncan
Means with the same letter
are not significantly different.
Duncan Grouping

B
B
B
B
B

A
A
A
A
A

Mean

N

A

1945.6

3

A2

1653.2

3

A4

1545

3

A3

1275.8

3

A1

23
7. Internal Bond

Tabel analisis keragaman
Source
Model
Error
Corrected
Total
*nyata

DF

Sum of
Squares

Mean
Square

3
8

0.0524
0.0321

0.0175
0.004

11

0.0845

F Value

Pr > F

4.35

0.0429*

Tabel uji Duncan
Means with the same letter
are not significantly different.
Duncan Grouping
A
A
A
A
A
B

Mean

N

A

0.34

3

A2

0.2933

3

A4

0.2667

3

A3

0.16

3

A1

8. Kuat Pegang Sekrup

Tabel analisis keragaman
Source

DF

Sum of
Squares

Mean
Square

Model
Error
Corrected
Total
*sangat nyata

3
8

425326
13658

141775
1707.2

11

438983

F Value

Pr > F

83.05