Stek Pucuk Binuang Bini (Octomeles Sumatrana Miq.) Dengan Perlakuan Media Tanam Dan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh

STEK PUCUK BINUANG BINI (Octomeles sumatrana Miq.)
DENGAN PERLAKUAN MEDIA TANAM DAN
PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

KARINA DEMASTITI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Stek Pucuk Binuang
Bini (Octomeles sumatrana Miq.) dengan Perlakuan Media Tanam dan Pemberian
Zat Pengatur Tumbuh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Karina Demastiti
NIM E44110060

ABSTRAK
KARINA DEMASTITI. Stek Pucuk Binuang Bini (Octomeles sumatrana Miq.)
dengan Perlakuan Media Tanam dan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh. Dibimbing
oleh IRDIKA MANSUR.
Octomeles sumatrana atau yang sering disebut binuang bini adalah jenis
tanaman cepat tumbuh yang berpotensi dalam pembangunan hutan tanaman.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui respon pemberian zat pengatur tumbuh
(ZPT) terhadap pertumbuhan stek pucuk O. sumatrana serta mendapatkan media
yang baik bagi pertumbuhan stek pucuk O. sumatrana. Penelitian berlangsung
selama satu bulan sejak Januari 2015 - Februari 2015, bertempat di rumah kaca
laboratorium ekologi, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Metode yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dua faktor yaitu faktor media tanam
dan ZPT. Hasil yang diperoleh menunjukkan rata-rata persen hidup sebesar
50.37% dan rata-rata persen berakar sebesar 25.19%. Pemberian zat pengatur

tumbuh rapid root 10 000 ppm menunjukkan hasil optimal terhadap persen
berakar dan penggunaan media tanam tanah berpengaruh nyata terhadap berat
kering akar stek pucuk O. sumatrana. Perlakuan ZPT rapid root 10 000 ppm
dapat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan akar.
Kata kunci: jenis cepat tumbuh, O. sumatrana, rapid root, stek pucuk.

ABSTRACT
KARINA DEMASTITI. Shoot Cutting of Binuang Bini (Octomeles sumatrana
Miq.) with Rooting Media and Hormone. Supervised by IRDIKA MANSUR.
Octomeles sumatrana or often called binuang bini is a fast-growing species
that can be potentially in forest plantation development. The purpose of this study
was to determine the response of growth hormone as well as getting a good
medium for the growth of O. sumatrana propagation effort (cuttings). The study
lasted for one month since January 2015 - February 2015, housed in a greenhouse
ecology laboratory, Department of Silviculture, Faculty of Forestry. The methods
that used in this research is Completely Randomized Design (CRD) two factors
(media and hormone). The results showed that percent live of the cuttings with an
average 50.37% and percent rooted with an average 25.19%. Rapid root growth
regulator 10 000 ppm showed optimal results towards percent rooted and the use
of land planting medium significantly affected the shoot cuttings root dry weight

O. sumatrana. Treatment hormone of rapid root 10 000 ppm can be used to
accelerate the growth of roots.
Key words: fast growing species, O. sumatrana, rapid root, shoot cuttings.

STEK PUCUK BINUANG BINI (Octomeles sumatrana Miq.)
DENGAN PERLAKUAN MEDIA TANAM DAN
PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH

KARINA DEMASTITI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

PRAKATA
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah yang berjudul “Stek Pucuk Binuang Bini (Octomeles
sumatrana Miq.) dengan Perlakuan Media Tanam dan Pemberian Zat Pengatur
Tumbuh” berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari
2015 hingga Februari 2015 bertempat di rumah kaca laboratorium ekologi,
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB.
Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Dr Ir Irdika Mansur, MForSc
selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran. Tidak lupa saya ucapkan
terima kasih kepada Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi selaku dosen penguji dan Dr Ir
Elis Nina Herliyana, MS selaku ketua sidang atas kritik dan sarannya. Ungkapan
terima kasih juga saya sampaikan kepada keluarga tercinta Ibu Essy Limastuti,
Bapak Budi Sudarmasto, kakak Karlita Darmastuti atas segala doa dan kasih
sayangnya, Saiful Kahfi, Wardah, Winda, Citra, Roisatuz, Ersya, Vivi, Fitri, Sulis,
Heni, Putri, Nadia dan keluarga besar Fahutan 48 serta teman-teman Silvikultur
48 serta pihak lain yang telah membantu memberikan dukungan dalam
penyelesaian studi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Agustus 2015
Karina Demastiti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2


Alat dan Bahan

2

Rancangan Percobaan

2

Analisis Data

3

Prosedur Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

6


HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Persentase Hidup

9

Persentase Berakar

10

Panjang Akar Primer

12

Jumlah Akar Primer dan Sekunder

12


Berat Kering Akar

14

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan

15

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

16


LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rancangan percobaan komposisi perlakuan yang diberikan
pada stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana)
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan
media tanam terhadap perakaran stek pucuk binuang bini
(Octomeles sumatrana)
Tabel 3 Persentase hidup stek binuang bini (Octomeles sumatrana)
pada setiap perlakuan dan media tanam
Tabel 4 Panjang akar primer stek pucuk binuang bini (Octomeles
sumatrana) dengan perlakuan media tanam dan ZPT
Tabel 5 Jumlah akar primer stek pucuk binuang bini (Octomeles

sumatrana) dengan perlakuan media tanam dan ZPT
Tabel 6 Jumlah akar sekunder stek pucuk binuang bini (Octomeles
sumatrana) dengan perlakuan media tanam dan ZPT

2

9
9
12
13
13

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bedeng bersungkup (2x0.5x0.5) m stek pucuk binuang bini
(Octomeles sumatrana)
Gambar 2 Kebun pangkas binuang bini (Octomeles sumatrana)
berumur 2 tahun di SEAMEO BIOTROP
Gambar 3 Hasil uji Duncan pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap
persentase berakar stek pucuk binuang bini (Octomeles
sumatrana)
Gambar 4 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian media tanam terhadap
berat kering akar stek pucuk binuang bini (Octomeles
sumatrana)
Gambar 5 Perkembangan akar stek pucuk binuang bini (Octomeles
sumatrana) pada media tanam (1) tanah, (2) arang
sekam+pasir dan (3) cocopeat+pasir

4
4

11

14

15

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan
terhadap panjang akar primer stek pucuk
(Octomeles sumatrana)
Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan
terhadap jumlah akar primer stek pucuk
(Octomeles sumatrana)

media tanam
binuang bini
18
media tanam
binuang bini
18

Lampiran 3 Sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam
terhadap jumlah akar sekunder stek pucuk binuang bini
(Octomeles sumatrana)
Lampiran 4 Sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam
terhadap berat kering akar stek pucuk binuang bini
(Octomeles sumatrana)
Lampiran 5 Sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam
terhadap persentase hidup stek pucuk binuang bini
(Octomeles sumatrana)
Lampiran 6 Sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam
terhadap persentase berakar stek pucuk binuang bini
(Octomeles sumatrana)

18

18

19

19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat terhadap bahan baku kayu semakin meningkat
diiringi dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk. Peningkatan kebutuhan
bahan baku kayu tersebut harus diiringi dengan ketersediaan produksi kayu yang
mencukupi tanpa mengesampingkan kelestarian alam. Pembangunan hutan
tanaman maupun hutan rakyat dirasa mampu mengatasi hal tersebut (Nababan
2009).
Pembangunan hutan tanaman maupun hutan rakyat dengan diversifikasi
jenis tanaman yang potensial diperlukan sebagai upaya memenuhi bahan baku
industri kehutanan terutama kayu. Menurut Fambayun (2014) salah satu jenis
potensial yang dapat dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman adalah
binuang bini (Octomeles sumatrana). O. sumatrana merupakan pohon pionir dan
termasuk dalam jenis cepat tumbuh (fast growing species) yang memiliki potensi
cukup besar dan penyebarannya di Indonesia cukup luas (Yudohartono 2013).
Batangnya yang lurus menjanjikan peluang besar bagi pembangunan hutan
tanaman dan hutan rakyat. Menurut Martawijaya et al. (1989), kayu O. sumatrana
digunakan untuk kayu lapis, kotak korek api, pengemasan, kayu konstruksi
ringan, perahu maupun sampan.
Sebagai upaya mendukung keberhasilan pembangunan hutan tanaman, maka
upaya perbanyakan jenis O. sumatrana perlu dilakukan. Salah satu cara teknik
perbanyakan yaitu stek pucuk. Stek pucuk adalah salah satu teknik perbanyakan
tanaman secara vegetatif yang memilki keunggulan sama dengan induknya.
Perbanyakan vegetatif melalui stek pucuk merupakan salah satu cara alternatif
yang dilakukan untuk memperoleh bibit unggul dengan jumlah yang memadai
dalam waktu yang cepat, selain itu hasil perbanyakan vegetatif khususnya stek
memiliki sifat yang sama dengan induknya (Prakasa 2011).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah (1) mengetahui respon pemberian
zat pengatur tumbuh (ZPT) terhadap pertumbuhan stek pucuk O. sumatrana, (2)
memperoleh komposisi media tanam yang tepat terhadap pertumbuhan stek pucuk
O. sumatrana.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah hasil penelitian dapat digunakan sebagai
referensi penelitian lanjutan mengenai O. sumatrana. Selain itu, bermanfaat dalam
perbanyakan tanaman secara vegetatif khususnya stek pucuk jenis O.sumatrana
sebagai usaha optimalisasi pembangunan hutan rakyat maupun hutan tanaman.

2

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah kaca Laboratorium Ekologi Departemen
Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Waktu Penelitian
dimulai dari bulan Januari 2015 sampai dengan Februari 2015.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain pot tray, cutter, sekop tanah, kompor gas,
tong, hand sprayer, ember, pinset, alat penyaring, bak, kotak sungkup, penggaris,
gunting, tally sheet, timbangan elektrik, kamera digital, alat tulis, serta software
Microsoft Excel dan SAS 9.1 untuk pengolahan data. Bahan yang digunakan
untuk penelitian antara lain bibit O. sumatrana berumur dua tahun yang diperoleh
dari kebun pangkas persemaian SEAMEO BIOTROP, Rapid root dan MSG
sebagai ZPT, bedeng bersungkup, aquades, tanah, arang sekam, cocopeat,
fungisida dan bakterisida.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktorial dengan dua faktor dan ulangan sebanyak lima kali. Jumlah unit ulangan
sebanyak tiga, sehingga jumlah seluruh kombinasi perlakuan sebanyak 135 bahan
vegetatif. Faktor penelitian tersebut antara lain:
1. Faktor jenis ZPT (A), yang terdiri atas:
A0 = Kontrol
A1 = Rapid root 1 gr dilarutkan dengan aquades 100 ml (10 000
ppm)
A2 = MSG 1 gr dilarutkan dengan aquades 100 ml (10 000 ppm)
2. Faktor jenis media tanam (B), yang terdiri atas:
B0 = Tanah
B1 = Arang sekam dengan pasir (1:2)
B2 = cocopeat dengan pasir (1:2)
Komposisi perlakuan dalam rancangan percobaan dapat dilihat dalam
Tabel 1.
Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang diberikan pada stek pucuk Octomeles
sumatrana
Perlakuan Media Tanam

Perlakuan
ZPT

B0

B1

B2

A0
A1
A2

A0B0
A1B0
A2B0

A0B1
A1B1
A2B1

A0B2
A1B2
A2B2

3

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan akhir pada saat panen
kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Model
matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ εijk
Keterangan :
: respon dari pengamatan pada faktor A (jenis ZPT) taraf ke-i, faktor B (
jenis media) taraf ke-j dan ulangan ke-k
µ
: nilai rataan umum
αi
: pengaruh faktor jenis ZPT ke-i
βj
: pengaruh faktor jenis media ke-j
(αβ)ij : pengaruh interaksi faktor jenis ZPT pada taraf ke-i dengan faktor jenis
media pada taraf ke-j
εijk : pengaruh acak faktor jenis ZPT pada taraf ke-i dengan faktor jenis media
pada taraf ke-j dan ulangan ke-k
i
: 1,2,3
j
: 1,2,3
k
: 1,2,3,4 dan 5
Yijk

Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari tiap perlakuan
terhadap variabel yang diukur pada penelitian ini melalui sidik ragam dengan uji
F. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan software SAS 9.1 dengan
ketentuan, jika :
a. P-value > α (0,05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar primer
dan sekunder, panjang akar primer, berat basah akar dan pucuk serta berat
kering akar dan pucuk.
b. P-value > α (0,05), maka perlakuan memberikan pengaruh berbeda nyata
terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar primer dan
sekunder, panjang akar primer, berat basah akar dan pucuk serta berat
kering akar dan pucuk kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan.
Prosedur Penelitian
Persiapan Bedeng Bersungkup
Pembuatan bedeng sungkup dilakukan sebelum mempersiapkan media
tanam. Bedeng dibuat menggunakan bambu dan plastik UV yang kemudian
disambungkan dengan kawat serta paku. Ukuran bedeng disesuaikan dengan box
tempat stek pucuk akan ditanam yaitu sebesar (2x0.5x0.5) m. Seperti terlihat pada
Gambar 1.

4

Gambar 1 Bedeng bersungkup (2x0.5x0.5) m stek pucuk binuang bini (Octomeles
sumatrana)
Persiapan Media Tanam
Media yang digunakan pada penilitian ini yaitu tanah, arang sekam dan pasir
(1:2), serta cocopeat dan pasir (1:2). Masing-masing media tersebut disterilisasi
dengan cara dimasukkan dalam drum yang dipanaskan dengan kompor selama 3
jam, kemudian didinginkan atau diaklimatisasi selama 24 jam. Setelah itu
dimasukkan ke dalam pot tray yang sebelumnya telah ditandai sesuai dengan
layout. Media kemudian diberi campuran fungisida Benomil 50% (dosis 1
gram/L) dan bakterisida untuk mencegah tumbuhnya cendawan.
Persiapan Bahan Vegetatif
Bahan vegetatif berasal dari kebun pangkas SEAMEO BIOTROP yakni
bibit O. sumatrana yang berumur dua tahun sebanyak 135 buah bahan. Kebun
pangkas bibit tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kebun pangkas binuang bini (Octomeles sumatrana) berumur 2 tahun
di SEAMEO BIOTROP
Persiapan ZPT
ZPT yang digunakan yaitu Rapid Root konsentrasi 10 000 ppm dan MSG
konsentrasi 10 000 ppm. Larutan Rapid Root 10 000 ppm diperoleh dengan cara
melarutkan 1 gr Rapid Root ke dalam 100 ml aquades, dan untuk MSG 10 000
ppm diperoleh dengan melarutkan MSG 1 gr ke dalam air sebanyak 100 ml
(Prakasa 2011).

5

Persiapan Bahan Stek
Bibit yang telah disiapkan dari kebun pangkas kemudian dipotong pada
bagian pucuk hingga nodum kedua atau kurang lebih 6-8 cm. Pemotongan bahan
stek harus memperhatikan kondisi bahan stek maupun alat pemotong. Bagian
pangkal pohon stek dipotong miring 45o tepat di bawah buku, agar luas pemukaan
lebih besar. Kemudian bahan stek dimasukkan kedalam ember berisi air agar tidak
cepat layu. Pengambilan bahan stek dilakukan pada pukul 07.00-09.00.
Pemberian ZPT
Pemberian Rapid Root 10 000 ppm dan MSG 10 000 ppm dilakukan
dengan perendaman bagian pangkal stek selama 15 menit, kemudian dianginkan
secara tebalik (pucuk berada di bawah). Sedangkan perlakuan kontrol dapat
langsung ditanam tanpa adanya perendaman ZPT terlebih dahulu.

Penanaman
Penanaman stek pucuk dilakukan pada pagi hari, yaitu pukul 07.00 - 09.00
WIB. Stek ditanam pada media tanam yang sudah tersedia. Media dilubangi
terlebih dahulu mencapai kedalaman 3.5 cm sebelum dilakukan penanaman untuk
menghindari pelukaan bahan stek khususnya bagian pangkal. Setelah stek
ditanam, lubang dirapatkan kembali agar stek dapat tertanam dengan baik dan
berdiri tegak. Kemudian setelah bahan stek ditanam, bak dimasukkan kedalam
plastic box yang selanjutnya dimasukkan pada bedeng sungkup.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan berkala setiap hari selama waktu pengamatan
yaitu dengan penyiraman dan pengendalian hama penyakit pada stek pucuk O.
sumatrana. Penyiraman disesuaikan dengan kondisi media, yang biasa dilakukan
pada pagi hari pukul 07.00 – 09.00 WIB atau sore hari pukul 15.00 – 17.00 WIB.
Penyemprotan campuran bakterisida dan fungisida dilakukan ketika stek terserang
jamur atau terlihat membusuk.
Pengamatan dan Pengambilan Data
Variabel yang diamati yaitu persentase hidup stek, persentase berakar stek,
jumlah akar primer, jumlah akar sekunder, panjang akar primer, berat serta berat
kering akar.
Persentase hidup dihitung berdasarkan pengamatan banyaknya stek yang
mati hingga akhir penelitian. Perhitungan persentase hidup yaitu dengan
menghitung jumlah stek yang mati dibandingkan dengan jumlah seluruh stek yang
ditanam. Rumus yang digunakan adalah :

Persentase berakar dihitung berdasarkan jumlah stek yang berakar dari
stek yang masih tersisa (hidup) pada akhir pengamatan. Perhitungan persentase
berakar dengan menghitung jumlah stek yang berakar dibandingkan dengan

6
jumlah keseluruhan stek yang ditanam. Rumus yang digunakan untuk menghitung
persentase berakar adalah :

Jumlah akar primer dan sekunder merupakan perhitungan akar dimana
akar primer merupakan akar yang muncul terlebih dahulu dan relatif lebih besar
ukurannya dibandingkan akar sekunder. Akar sekunder biasanya berbentuk
serabut halus yang menempel pada akar primer.
Panjang akar primer. Pengukuran panjang akar primer dilakukan pada
stek yang telah berakar saja dengan menggunakan penggaris pada saat panen atau
akhir pengamatan.
Berat kering akar. Pengukuran berat kering dilakukan dengan mengoven
akar terlebih dahulu selama 24 jam pada suhu 70 o C, kemudian ditimbang dengan
menggunakan timbangan digital secara terpisah.

TINJAUAN PUSTAKA
Binuang bini (Octomeles sumatrana Miq.)
Menurut Saktiyono (1989), klasifikasi botanis dari O. sumatrana adalah
sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotiyledonae
Famili
: Datiscaceae
Genus
: Octomeles
Spesies
: Octomeles sumatrana Miq.
O. sumatrana memiliki nama daerah antara lain benuang, binuang
(Sumatra), Binuang bini (Kalimantan), Erima (Papua Nugini) dan Bilus (Filipina).
Jenis ini tersebar secara alami di Indonesia mulai dari Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, Filipina hingga Irian Jaya (Soerjanegara and Lemmes 1995).
Tumbuh di daerah kering atau tanah-tanah lembab atau liat berpasir di pinggir
sungai pada ketinggian hingga 600 m dpl, umumnya jenis ini berada pada iklim
A-C (Siregar 2012). Memiliki penampakan tinggi hingga 75 m dengan tinggi
batang bebas cabang 40-30 m, diameter 250-400 cm, kayu jenis ini menjadi salah
satu jenis kayu potensial dalam pertukangan. Kulit luarnya yang tebal dengan
warna abu-abu dapat mencapai ketebalan hingga 5 mm. Pohon O. sumatrana
tumbuh di hutan hujan dataran rendah dan hutan sekunder atau tepi jalan logging.
Pada distribusi alaminya, tanaman ini tumbuh baik dengan rata-rata curah hujan
sekurangnya 1500 mm/tahun pada ketinggian 0-1000 m dpl. Pohon O. sumatrana
tumbuh pada tanah alluvial atau tanah lembab di tepi sungai, dengan tekstur tanah
liat atau liat berpasir (Soerianegara dan Lemmens 1995).

7
Perkembangbiakan Vegetatif Stek
Teknik perbanyakan vegetatif merupakan salah satu alternatif perbanyakan
tanaman tanpa melalui proses perkawinan (Nababan 2009). Pada teknik ini
diperoleh hasil anakan yang sama dengan induknya. Bagian tumbuhan yang
umumnya diperbanyak secara vegetatif yaitu akar, batang, dan daun. Menurut
Veronica (2005), berbeda dengan perbanyakan secara generatif, pada dasarnya
semua jenis tanaman dapat melakukan perbanyakan secara alami, namun pada
perbanyakan vegetatif diperlukan kondisi khusus untuk menunjang perbanyakan
alami tersebut. Keuntungan secara umum menggunakan teknik perbanyakan
vegetatif adalah ketersediaan bibit dalam hal jumlah dan waktu dapat ditentukan
sesuai keinginan, turunan relatif memiliki sifat yang sama dengan induk, dan
memiliki kemampuan tumbuh yang relatif seragam (Mangoendidjojo 2003).
Alasan digunakannya teknik perkembangan tanaman secara vegetatif yaitu: (1)
Biji yang dihasilkan tanaman sukar untuk berkecambah, (2) Dalam satu individu
tanaman, dapat dilakukan penggabungan beberapa karakter yang baik, (3) Segi
ekonomis dalam penggunaan teknik vegetatif dibandingkan teknik lainnya.
Stek merupakan pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian
tanaman yang dipisahkan dari induknya, apabila ditanam pada kondisi yang
menguntungkan untuk beregenerasi maka akan berkembang menjadi tanaman
baru yang sempurna (Soerianegara dan Djamhuri 1979). Terdapat masalah utama
pada pembiakan dengan cara stek yakni pembentukan akar. Pada stek, akar
merupakan suatu hal yang terpenting dalam keberhasilannya (Rochiman dan
Harjadi 1973).
Stek pucuk merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan terlebih dahulu
menumbuhkan tunas-tunas aksilar hingga tunas tersebut berakar (rooted cutting)
sebelum ditanam dilapangan (Nababan 2009). Terdapat faktor yang
mempengaruhi keberhasilan stek yaitu faktor internal dan eksternal. Pada stek
pucuk perlu diperhatikan bahan yang akan digunakan ketika pemangkasan untuk
tingkat keberhasilan yang baik sesuai dengan jenis tanaman.
Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa organik non nutrisi, yang
dalam konsentrasi rendah dapat menghambat, meningkatkan, atau secara
kualitatif dapat memodifikasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Overbeek dkk dalam Harjadi 2009). Pertumbuhan akar pada stek memerlukan zat
pengatur tumbuh yang memiliki sifat perangsang pembentukan akar pada jumlah
tertentu. Konsentrasi dari ZPT yang terlalu tinggi dapat merusak dasar stek,
dimana pembelahan sel dan kalus akan berlebihan dan dapat mencegah
tumbuhnya tunas dan akar, sedangkan pada konsentrasi di bawah optimum tidak
efektif (Rochiman dan Harjadi 1973).
Hormon merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Secara alami, tanaman telah memiliki hormon di
dalamnya, seperti misalnya rizokalin (merangsang pertumbuhan akar). Hormon
tersebut termasuk dalam golongan auksin yaitu IBA (Indole Butiric Acid), NAA
(Naphtalene Acetic Acid), dan IAA (Indole Acetic Acid). Namun ketersediaannya

8
pada tanaman sangat sedikit, sehingga perlu ditambah untuk mempercepat
pertumbuhan tanaman (Wudianto 2002).
Monosodium Glutamat (MSG) adalah salah satu bahan aditif sintesis yang
banyak digunakan oleh manusia sebagai penyedap rasa (Tranggono 1989). MSG
mengandung garam mono Na dan asam glutamate yang disebut accent. Bahan
utama pembuatan MSG adalah asam glutamat dan Natrium Karbonat. Selain itu,
MSG juga mengandung asam amino yang baik untuk pertumbuhan tanaman serta
merangsang pembentukan akar. Tidak terlalu banyak yang mengetahui kandungan
didalam MSG dapat digunakan sebagai hormon perangsang pertumbuhan
tanaman. Menurut Pearson (1980) monosodium glutamat mengandung unsur N
sebanyak 7,5%. Unsur N merupakan salah satu unsur yang dibutuhkan untuk
tanaman untuk tumbuh dan berkembang. MSG juga telah digunakan sebagai
pupuk bagi tanaman. Penelitian Ariyani (1997) mengatakan bahwa pemberian
MSG mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman sri rejeki.
Media Tanam
Media tanam pada stek digunakan untuk menopang tubuh stek serta
membantu dalam memberikan persediaan cadangan makanan untuk tumbuh.
Media yang digunakan sebaiknya memilki pH 4.5 – 7 yang terdiri dari bahanbahan longgar namun tetap dapat menjaga kelembapan serta memilki aerasi dan
drainase yang baik. Menurut Rochiman dan Haryadi (1973) sifat media yang
aerasinya baik sangat penting untuk pertumbuhan akar karena dalam pembentukan
suberin dan cambium dibutuhkan oksigen yang cukup banyak.
Pasir telah digunakan sebagai media tanam karena sifatnya yang bersih
serta memiliki porositas yang baik. Menurut Hartmann dan Ketser (1990), pasir
tidak menyimpan kelembapan sehingga dalam penyiraman dibutuhkan frekuensi
yang lebih banyak.
Cocopeat atau yang biasa disebut sabut kelapa merupakan hasil limbah
dari buah kelapa yang telah banyak digunakan sebagai campuran media tanam.
Ketaren dan Djatmiko (1981) dalam Romdiana (2001) menyatakan bahwa
cocopeat merupakan sumber kalium dan memiliki kemampuan dalam
mempertahankan kelembapan. Selain itu cocopeat memiliki tekstur yang
berongga sehingga menyebabkan porositasnya baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemberian ZPT dan jenis media
tanam terhadap pertumbuhan akar O. sumatrana disajikan pada Tabel 2. Faktor
tunggal perlakuan media tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat
kering akar. Perlakuan tunggal pemberian ZPT berpengaruh nyata terhadap berat
kering pucuk. Interaksi antara kedua perlakuan tidak memiliki pengaruh yang
nyata terhadap variabel yang diamati. Paramater yang diamati adalah panjang akar
primer, jumlah akar primer dan sekunder, berat kering akar, persen hidup dan
persen berakar.

9
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pemberian zpt dan media tanam
terhadap perakaran stek pucuk Octomeles sumatrana.
Variabel

Perlakuan
ZPT

Media tanam

ZPT x Media tanam

Panjang akar primer

0.4999tn

0.1196tn

0.7468tn

Jumlah akar primer

0.2316tn

0.0596tn

0.3015tn

Jumlah akar sekunder

0.8429tn

0.1162tn

0.7083tn

BK akar

0.3623tn

0.0005*

0.0955tn

% hidup

0.1318tn

0.7001tn

0.5570tn

% berakar

0.0061*

0.1834tn

0.5608tn

* = berpengaruh nyata, tn= tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai (Pvalue) < 0,05 (α).

Stek merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif
tanpa melalui adanya perkawinan terlebih dahulu. Sifatnya yang sama dengan
induknya, ekonomis dan mudah, menjadikan cara pembiakkan tanaman ini
menjadi alternatif yang digunakan oleh masyarakat pada umumnya. Stek sendiri
dibagi menjadi dua macam, yaitu stek pucuk dan batang. Terdapat beberapa
macam faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek, faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor internal adalah bahan stek yang digunakan harus sesuai dengan
umur siap stek sehingga keberhasilan dapat optimal. Faktor eksternal seperti
kelembapan, suhu lingkungan, kondisi media tanam, intenistas cahaya dan bahan
stek menjadi perhatian khusus.
Persentase hidup
Persentase hidup merupakan jumlah stek pucuk yang masih dapat bertahan
hidup hingga akhir pengamatan dibandingkan dengan jumlah keseluruhan stek
yang ditanam dalam persen. Stek pucuk dikatakan hidup ditunjukkan dengan
bahan stek yang masih segar dan berdiri kokoh pada media tanam. Hasil yang
diperoleh bahwa persen hidup stek pucuk O. sumatrana yaitu 50.37% dengan
persentase masing-masing perlakuan dapat dilihat di Tabel 3. Persentase hidup
mencapai 66.67% pada perlakuan pemberian rapid root 10 000 ppm dengan
media tanam tanah dan campuran cocopeat dengan pasir. Perlakuan kontrol pada
media cocopeat+pasir dan MSG 10 000 ppm pada media arang sekam+pasir
memilki persentase hidup yang kecil yaitu 33.33%.
Tabel 3 Persentase hidup stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana) pada
setiap perlakuan dan media tanam
Perlakuan

B0 (Tanah)

A0 (kontrol)
A1 (Rapid root 1000 ppm)
A2 (MSG 1000 ppm)

44.44
66.67
55.56

Media Tanam
B1 (Arang sekam
B2 (Cocopeat dan
dan pasir)
pasir)
55.56
33.33
55.56
66.67
33.33
44.44

10
Sidik ragam pengaruh perlakuan pemberian ZPT dan media tanam
terhadap pertumbuhan stek pucuk O. sumatrana, menunjukkan bahwa baik dari
faktor ZPT maupun media tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap
persentase hidup stek. Hal ini dapat dilihat dari nilai Pr > 0.05 (Lampiran 5) pada
setiap faktor maupun interaksi keduanya. Perlakuan pemberian ZPT dirasa kurang
efektif karena terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dengan tanpa
pemberian ZPT.
Keberadaan hormon endogen dan auksin diperlukan dalam pembentukan
akar dan sel lainnya (Kramer dan Kozlowski 1960 dalam Qurataayun 2011).
Pemberian hormon eksogen dilakukan apabila hormon endogen yang dimiliki
oleh tanaman itu sendiri tidak tercukupi. Dalam penelitian, stek pucuk O.
sumatrana tanpa perlakuan dapat bertahan hidup meskipun tidak sebaik dengan
perlakuan rapid root 10 000 ppm dan MSG 10 000 ppm. Selain faktor hormon,
faktor media tanam juga tidak menunjukkan perbedaan persentase hidup yang
signifikan. Tanah digunakan karena sifatnya yang mudah diperoleh dan
diaplikasikan dalam masyarakat. Tanah telah digunakan secara luas sebagai media
tanam karena relatif murah dan mudah tersedia, bersih serta memilki kemampuan
mengikat air yang tinggi. Menurut Purwowidodo (1999), tanah lapisan atas
mengandung bahan organik yang tinggi serta mampu menghisap dan memegang
air yang tinggi. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu Romdiana (2001)
penggunaan media pasir baik digunakan untuk pertumbuhan stek pucuk O.
sumatrana karena pasir merupakan tempat tumbuh asal tanaman ini. Penelitian ini
menunjukkan bahwa media tanam tanah mampu menghasilkan pertumbuhan akar
yang baik. Hal tersebut diduga karena kemampuan tanah yang dapat menyimpan
air dengan baik serta tingkat porositas yang tidak terlalu tinggi sehingga
kebutuhan tanaman akan air mampu tercukupi dengan baik.
Keberhasilan stek pucuk untuk dapat bertahan hidup pada media tanah
juga dipengaruhi oleh adanya cadangan makanan yang dimilki oleh stek pucuk O.
sumatrana. Rochiman dan Haryadi (1973) menyatakan bahwa faktor tanaman
yang mempengaruhi keberhasilan hidup dan berakar antara lain adalah macam
bahan stek, kandungan bahan makanan, umur bahan stek dan kandungan zat
tumbuh. Cadangan makanan yang dimilki oleh tanaman telah mencukupi untuk
pertumbuhan stek hingga mampu berakar. Hal ini pula dapat terjadi karena stek
pucuk masih menyisakan daun yang merupakan organ pembentuk karbohidrat
melalui proses fotosintesis.
Persentase Berakar
Persentase berakar merupakan peubah yang penting dalam menentukan
keberhasilan stek pucuk. Beberapa stek mampu bertahan hidup, namun tidak
menunjukkan adanya akar melainkan memperlihatkan kondisi yang masih
berkalus belum muncul akar. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian ZPT yang diberikan berpengaruh nyata terhadap variabel yang diamati.
Selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui ZPT yang berpengaruh
nyata terhadap persentase berakar.
Persentase berakar stek pucuk O. sumatrana menunjukkan hasil yang
cukup baik dengan rata-rata 25.19%. Perlakuan terbaik ditunjukkan oleh
perlakuan A1 (rapid root 10 000 ppm) dengan persentase berakar 51.85%.

11
Perlakuan A1 berbeda nyata dengan perlakuan A2 (33.33%), namun perlakuan A2
(MSG 10 000 ppm) tidak berbeda nyata dengan perlakuan A0 (11.11%). Menurut
Dwijoseputro (1990), pengaruh pemberian hormon pada stek sangat tergantung
dari dosis yang diberikan, jika dosisnya tepat maka akan sangat membantu dalam
pertumbuhan akar stek pucuk dan diperoleh sistem perakaran yang baik dalam
waktu relatif singkat.

Gambar 3 Hasil uji Duncan pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap persentase
berakar stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana). A0: kontrol,
A1 : rapid root 10 000 ppm, A2: MSG 10 000 ppm
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada
sekalang kepercayaan 95%

Rapid root adalah ZPT berbentuk tepung yang dapat larut dan berwarna
abu-abu. Kandungan dari rapid root adalah gabungan dari hormon IBA dan NAA
serta fungisida. IBA dan NAA merupakan senyawa organik yang terbukti aktif
dan digunakan sebagai ZPT perakaran pada stek pucuk. Tiga senyawa aktif yang
memiliki inti Naftalen berfungsi memperbanyak merangsang timbulnya perakaran
(Fanesa 2011). Selain itu, rapid root memiliki kekuatan menembus dinding sel
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan akar. Prawinata et al. (1981)
menyatakan bahwa apabila senyawa hormon dapat memasuki dinding sel dengan
baik, maka proses pembentukan primodia akar akan berlangsung cepat.
Proses pembentukan akar terjadi karena adanya pergerakan ke bawah dari
auksin, karbohidrat dan rooting cofactor (zat-zat yang berinteraksi dengan auksin
yang mengakibatkan terbentuknya akar) baik dari tunas maupun dari daun
(Rochiman dan Haryadi 1973). Akar yang keluar pada stek pucuk O. sumatrana
berasal dari kalus yang terbentuk (akar adventif) sehingga keberadaannya cukup
kuat. Akar yang terbentuk kemudian tumbuh menjadi akar sekunder. Faktor media
pada variabel persen berakar tidak berpengaruh nyata. Romdiana (2001)
menyatakan bahwa peranan media hanya berfungsi sebagai penegak tubuh stek
dan pensuplai air saja. Peranannya sebagai penyedia bahan makanan (hara) bagi
tanaman sangat kecil.

12
Panjang Akar Primer
Panjang akar primer stek pucuk O. sumatrana dihitung berdasarkan rata-rata
panjang akar primer yang tumbuh pada setiap stek. Akar primer pada perlakuan
MSG 10 000 ppm dengan media arang sekam+pasir (A1B2) sebesar 8.4 cm. Ratarata panjang akar primer berkisar antara 0 – 8.4 cm sehingga perbedaan panjang
akar pada setiap perlakuan tidak tampak berbeda secara signifikan. Oleh karena
itu, perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar
primer stek O. sumatrana.
Tabel 4 Rata-rata panjang akar primer stek pucuk binuang bini (Octomeles
sumatrana) dengan perlakuan media tanam dan ZPT
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A1B0
A1B1
A1B2
A2B0
A2B1
A2B2

Panjang Akar Primer (cm)
6.6
4.4
5.2
3.8
5.3
8.4
0
6
3.2

Perlakuan pemberian ZPT dan media tanam tidak berpengaruh nyata
terhadap panjang akar primer O. sumatrana, artinya pemberian ZPT dapat
dikatakan kurang efektif. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
tanaman sendiri telah memilki hormon endogen yang apabila telah mampu
mencukupi untuk pertumbuhan akar maka hormon eksogen tidak dibutuhkan lagi.
Wareing dan Philips (1970) dalam Adinugraha et al. (2006) menyatakan bahwa
auksin pada konsentrasi yang tepat sangat berperan aktif dalam diferensisasi sel,
namun konsentrasi diatas optimum malah mampu menghambat dan bersifat racun
sehingga tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan. Menurut Romdiana (2001),
perkembangan akar lebih ditentukan oleh cadangan makanan yang dimiliki dan
auksin yang terkandung di dalam bahan stek. Sama halnya seperti variabel persen
berakar, media tanam diduga tidak memilki pengaruh dalam pertumbuhan akar
primer stek pucuk O. sumatrana. Media tanam hanya berfungsi sebagai tempat
berdirinya stek pucuk sehingga mampu hidup hingga berakar.
Jumlah Akar Primer dan Sekunder
Variabel jumlah akar primer dan sekunder dihitung berdasarkan banyaknya
akar yang tumbuh dari setiap stek pucuk O. sumatrana yang berakar. Hasil
pengamatan saat panen menunjukkan bahwa jumlah akar primer yang muncul
berkisar antara 3 hingga 18 buah. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan
yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer. Jumlah akar
primer terbanyak terdapat pada perlakuan MSG 10 000 ppm dengan media tanam
cocopeat+pasir (A2B2) sebanyak 18 buah. Jumlah akar primer masing-masing
perlakuan dapat dilihat di Tabel 5.

13
Tabel 5 Jumlah akar primer stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana)
dengan perlakuan media tanam dan ZPT
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A1B0
A1B1
A1B2
A2B0
A2B1
A2B2

Jumlah Akar Primer
9
3
0
16
5
4
5
4
18

Hasil pengamatan jumlah akar sekunder stek pucuk O. sumatrana diperoleh
bahwa perlakuan yang diberikan tidak memilki pengaruh yang nyata terhadap
jumlah akar sekunder. Hal tersebut terlihat pada Tabel 6, kontrol memiliki jumlah
akar sekunder terbanyak yaitu sebesar 45 buah. Rata-rata jumlah akar sekunder
yang dimiliki pada masing-masing perlakuan berkisar antara 18 – 45 buah. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah akar sekunder stek pucuk O. sumatrana.

Tabel 6 Jumlah akar sekunder stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana)
dengan perlakuan media tanam dan ZPT
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perlakuan
A0B0
A0B1
A0B2
A1B0
A1B1
A1B2
A2B0
A2B1
A2B2

Jumlah Akar Sekunder
45
28
0
28
18
30
25
33
28

ZPT yang diberikan terbukti tidak memilki pengaruh terhadap jumlah akar
primer dan sekunder stek pucuk O. sumatrana. Hormon endogen yang telah
dimiliki tanaman diduga telah mencukupi kebutuhan tanaman terhadap
perkembangan akar. Jumlah akar baik primer maupun sekunder dapat dirangsang
dengan menambahkan hormon sesuai dengan kebutuhan. Apabila hormon yang
diberikan terlalu banyak maka dapat menjadi racun bagi tanaman itu sendiri.
Abdullah et al. (2006) menyatakan bahwa pemberian ZPT seperti IBA, IAA dan
NAA mampu membantu pertumbuhan akar. MSG memiliki zat yang mampu
merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada tanaman sehingga penggunaannya
mampu membantu pertumbuhan akar, namun dalam penelitian tidak diperoleh
hasil yang optimal dengan dosis 10 000 ppm.

14
Berat Kering Akar
Berat kering merupakan berat yang diukur setelah proses pengovenan baik
akar maupun pucuk pada akhir pengamatan. Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa jenis media tanam berpengaruh nyata terhadap berat kering akar stek pucuk
O. sumatrana, sehingga dilakukan uji Duncan yang hasilnya dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 4 Hasil uji Duncan pengaruh pemberian media tanam terhadap berat
kering akar stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana). B0:
tanah, B1: cocopeat+pasir, B2: arang sekam+pasir.
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada
sekalang kepercayaan 95%.

Perlakuan B0 (media tanam tanah) memberikan respon terbaik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan B0 berbeda nyata dengan
perlakuan B2 (media tanam cocopeat+pasir) dan perlakuan B1 (arang
sekam+pasir). Respon berat kering akar terendah diberikan oleh perlakuan B2
(media tanam cocopeat+pasir).
Berat kering dapat digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya
pertumbuhn suatu tanaman, karena variabel ini dapat menggambarkan efisiensi
proses fisiologis di dalam tanaman (Wulandari dan Susanti 2012). Putri dan
Nurhasby (2010), menyatakan bahwa berat kering tanaman mencerminkan
akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa
anorganik (unsur hara, air dan karbohidrat), semakin tinggi berat kering tanaman
maka semakin baik pertumbuhan bibit. Menurut Hardjowigeno (2003), semakin
padat suatu tanah, maka semakin tinggi tingkat bulk density yang dimiliki tanah
tersebut yang berarti semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar.
Penelitian ini menunjukkan penggunaan tanah sebagai media tanam
memiliki hasil yang baik dibandingkan dengan media arang sekam+pasir dan
cocopeat+pasir. Hal ini diduga karena perlakuan sterilisasi media tanam pasir,
arang sekam dan cocopeat kurang maksimal sehingga menyebabkan kematian

15
lebih cepat terjadi di media tanam tersebut. Kebusukan yang terjadi pada bahan
stek memang terjadi pada minggu kedua setelah tanam. Penggunaan fungisida dan
insektisida dalam penelitian kurang mampu memberikan pengaruh yang nyata
terhadap kebusukan pada bahan stek yang menyebabkan kematian.

1

2

3

Gambar 5 Perkembangan akar stek pucuk binuang bini (Octomeles sumatrana)
pada media tanam (1) cocopeat+pasir, (2) tanah dan (3) arang
sekam+pasir

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pohon O. sumatrana dapat diperbanyak secara vegetatif dengan stek pucuk
menggunakan ZPT rapid root dan MSG sebagai upaya optimasi hutan rakyat
maupun hutan tanaman. Pemberian ZPT dan jenis media tanam pada stek pucuk
O. sumatrana memberikan pengaruh nyata terhadap dua dari enam variabel yang
diamati. Pemberian ZPT rapid root 10 000 ppm memberikan pengaruh nyata
terhadap persen berakar dan jenis media tanam mampu memberikan pengaruh
nyata terhadap variabel berat kering akar stek pucuk O. sumatrana. Keberhasilan
stek berakar sebesar 25.19% dari jumlah stek yang ditanam. Pemberian rapid root
menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan MSG.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis penggunaan MSG
dan rapid root sebagai ZPT pada jenis O. sumatrana. Waktu pengamatan
sebaiknya lebih diperpanjang untuk melihat pengaruh perlakuan secara lebih
optimal, sekitar 2-3 bulan. Karena perbedaan persen hidup dan persen berakar
yang masih memiliki nilai yang kecil, maka perlu juga diperhatikan bahan stek
yang digunakan pada stek pucuk O. sumatrana. Perbanyakan O. sumatrana secara

16
vegetatif masih memerlukan optimasi untuk memperbaiki kondisi lingkungan dan
menemukan ZPT serta konsentrasi yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah ATM, Hossain MA, Bhuiyan MK. 2006. Clonal propagation of guava
(Psidium guajava Linn.) by stem cutting from mature stock plants. J of
Forestry Research. 17(4): 301−304.
Adinugraha HA, Moko H, Cepi. 2006. Perumbuhan stek pucuk sukun asal dari
populasi nusa tenggara barat dengan aplikasi zat pengatur tumbuh. J
Penelitian Hutan Tanaman 3(2):93-100.
Ariyani AD. 1997. Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat (MSG) Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sri Rejeki (Aglaonema commutatum L). [skripsi].
Semarang (ID): UNDIP.
Dwidjoseputro D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT.
Gramedia.
Fambayun RA. 2014. Budidaya binuang (Octomeles sumatrana Miq.) untuk
mendukung pembangunan hutan tanaman. J Informasi Teknis. 12(2):39-50.
Fanesa A. 2011. Pengaruh pemberian beberapa zat pengatur tumbuh terhadap
pertumbuhan stek pucuk jeruk kacang (citrusnobilis l) [skripsi]. Padang (ID):
Universitas Andalas.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Harjadi, Sri Setyati. 2009. Zat Pengatur Tumbuhan. Jakarta (ID) : Penebar
Swadaya.
Hartmann HT, DE Ketser, FT Davies. 1990. Plant Propagation Principles and
Practices. Englewood cliff. New Jersey (US) : Prantice-Hall Inc.
Kramer PJ, Kozlowski TT. 1960. Physiology of Trees. New York (US) : Mc
Graw-Hill Book Co. Inc.
Mangoendidjojo W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Mandang YI, Prawira SA. 1992. Atlas
Kayu Indonesia Jilid II. Bogor (ID): Badan Litbang Kehutanan, Departemen
Kehutanan.
Nababan D. 2009. Penggunaan hormon IBA terhadap pertumbuhan stek Ekaliptus
klon IND 48 [skripsi]. Medan (ID): USU Repository.
Nurhasby, Putri KP. 2010. Pengaruh jenis media organik terhadap kualitas bibit
takir (Duabanga moluccana). J Penelitian Hutan Tanaman. 7(3):141-146.
Pearson D. 1980. The Chemical Analysys of Foods: 6th Edition. London (UK): J&A
Churcill
Prakasa KE. 2011. Pengaruh Pemberian ZPT (Root-one F) Terhadap Pertumbuhan
Stek Duabanga moluccana, Blume [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Prawinata W, Said H, Tjondronegoro P. 1981. Dasar-dasar Fisologi Tumbuhan.
Bogor (ID): Departemen Botani.
Purwowidodo. 1999. Konservasi Tanah di Kawasan Hutan. Bogor (ID): IPB.
Qurataayun RA. 2011. Respon Pemangkasan dan Kemampuan Perakaran Stek
Pucuk Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.)Miq) dan Longkida (Nauclea
orientalis (L.) L.) [skripsi]. Bogor (ID): IPB.

17
Rochiman K, Harjadi SS. 1973. Pembiakan Vegetatif. Bogor (ID): Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian IPB.
Romdiana D. 2001. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh dan Jenis Media
Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Benuang Bini (Octomeles sumatrana
Miq.) [skripsi]. Bogor (ID): IPB.
Siregar N. 2012. Peluang benuang bini (Octomeles sumatrana Miq.) sebagai
bahan baku pulp. J Mitra Hutan Tanaman. 7(1):23-30.
Soerianegara I, Djamhuri E. 1979. Pemuliaan Pohon Hutan. Jurusan Manajemen
Hutan, Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Soerianegara I, Lemmens RHMJ (Eds). 1995. Plant Resources of South-East Asia
No. 5(1) Timber Trees: Major Commercials Timbers. PROSEA Bogor (ID):
Badan Litbang Kehutanan.
Tranggono. 1989. Bahan Tambahan Pangan ( Food additivies). Yogyakarta (ID):
PAU Pangan Gizi UGM.
Veronica I. 2005. Pengaruh Berbagai Media dan Jumlah Ruas Terhadap
Pertumbuhan stek Pucuk Eucalyptus grandis [skripsi]. Tidak dipublikasikan.
Wareing PF, Philips I I. 1970. Growth and Differentiation in Plant. Third Edition.
Oxford (UK): Pergamon Press.
Wudianto R. 2002. Membuat setek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Wulandari AS, Susanti S. 2012. Aplikasi pupuk daun organik untuk
meningkatkan pertumbuhan bibit jabon (Anthocephalus cadamba Roxb.
Miq). Jurnal Silvikultur Tropika. 3(2):137-142.
Yudohartono TP. 2013. Karakterisasi dan Evaluasi Plot Konservasi Ex Situ
Binuang (Octomeles sumatrana Miq.) dari Provenan Pasaman Sum. J Wana
Benih. 14(2):75-84.

18
Lampiran 1 Sidik ragam pengaruh pemberian ZPT dan media tanam terhadap
panjang akar primer stek pucuk Octomeles sumatrana.
Sumber
Keragaman
ZPT
Media tanam
Interaksi
Galat
Total

Derajat
Bebas
(db)
2
2
4
18
26

Jumlah
Kuadrat
(JK)
12.3755
41.1272
16.6455
154.5517
224.7000

Kuadrat
Tengah
(KT)
6.1877
20.5636
4.1613
8.5862

F-hitung

Pr>F

0.72
2.39
0.48

0.4999
0.1196
0.7468

Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh pemberian ZPT dan media tanam terhadap
jumlah akar primer stek pucuk Octomeles sumatrana.
Sumber
Keragaman

Derajat
Bebas (db)

ZPT
Media tanam
Interaksi
Galat
Total

2
2
4
18
26

Jumlah
Kuadrat
(JK)
104.0000
216.8889
172.4444
589.3333
1082.6667

Kuadrat
Tengah
(KT)
52.0000
108.4444
43.1111
32.7407

F-hitung

Pr>F

1.59
3.31
1.32

0.2316
0.0596
0.3015

Lampiran 3 Sidik ragam pengaruh pemberian ZPT dan media tanam terhadap
jumlah akar sekunder stek pucuk Octomeles sumatrana.
Sumber
Keragaman

Derajat
Bebas (db)

ZPT
Media tanam
Interaksi
Galat
Total

2
2
4
18
26

Jumlah
Kuadrat
(JK)
107.3889
1513.5000
672.4444
5602.8333
7896.1667

Kuadrat
Tengah
(KT)
53.6944
756.7500
168.1111
311.2685

F-hitung

Pr>F

0.17
2.43
0.54

0.8429
0.1162
0.7083

Lampiran 4 Sidik ragam pengaruh pemberian ZPT dan media tanam terhadap
berat kering akar stek pucuk Octomeles sumatrana.
Sumber
Keragaman

Derajat
Bebas (db)

ZPT
Media tanam
Interaksi
Galat
Total

2
2
4
18
26

Jumlah
Kuadrat
(JK)
0.0280
0.3099
0.1215
0.2349
0.6944

Kuadrat
Tengah
(KT)
0.0140
0.1549
0.0303
0.0130

F-hitung

Pr>F

1.07
11.87
2.33

0.3623
0.0005
0.0955

19
Lampiran 5 Sidik ragam pengaruh pemberian ZPT dan media tanam terhadap
persentase hidup stek pucuk Octomeles sumatrana.
Sumber
Keragaman
ZPT
Media
tanam
Interaksi
Galat
Total

Derajat
Jumlah
Bebas (db) Kuadrat (JK)
2
2

2057.9424
329.3004

4
18
26

1399.6379
8150.0742
11936.9550

Kuadrat
Tengah
(KT)
1028.9712
164.6502

F-hitung

Pr>F

2.27
0.36

0.1318
0.7001

349.9094
452.7819

0.77

0.5570

Lampiran 6 Sidik ragam pengaruh pemberian ZPT dan media tanam terhadap
persentase berakar stek pucuk Octomeles sumatrana.
Sumber
Keragaman
ZPT
Media
tanam
Interaksi
Galat
Total

Derajat
Bebas
(db)
2
2

Jumlah
Kuadrat (JK)

Kuadrat
Tengah (KT)

F-hitung

Pr>F

8477.818956
2304.510289

4238.909478
1152.255144

6.87
1.87

0.0061
0.1834

4
18
26

1892.921822
11112.44460
23787.69567

473.230456
617.35803

0.77

0.5608

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 21 Desember 1992 sebagai
anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Budi Sudarmasto dan Essy Limastuti.
Pendidikan penulis dimulai dari taman kanak-kanak di TK An-Nur III tahun 19981999, SD Negeri Babarsari pada tahun 1999-2005, SMP Taman Dewasa Ibu
Pawiyatan Yogyakarta pada tahun 2005-2008. Pada tahun 2011 Penulis lulus dari
SMAN 6 Yogyakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.
Selama perkuliahan, penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem
Hutan (PPEH) jalur Gunung Sawal - Pangandaran, Praktik Pengelolaan Hutan
(PPH) yang dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW),
Sukabumi, serta Praktik Kerja Profesi (PKP) yang dilaksanakan di PT Tunas Inti
Abadi, Kalimantan Selatan, pada Maret-Mei 2015. Selama kuliah, penulis juga
aktif dalam organisasi International Forestry Student Association (IFSA-LC IPB)
sebagai anggota divisi HRD tahun 2012/2013, Himpunan Profesi Mahasiswa
Silvikultur Tree Grower Community (TGC) periode tahun 2012/2013 sebagai
wakil sekertaris, dan sekertaris umum TGC pada periode tahun 2013/2014.
Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan Judul Stek Pucuk
Binuang Bini (Octomeles sumatrana Miq.) dengan Perlakuan Media Tanam dan
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh dibawah bimbingan Dr Ir Irdika Mansur, M
ForSc.