Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

(1)

PENGARUH TEKNIK APLIKASI ZPT DAN UMUR PINDAH TANAM BIBIT TSS (True Shallot Seeds) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASIL TANAMANBAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

TESIS

OLEH :

117001003/AET MARIANA

PROGRAM STUDI MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH TEKNIK APLIKASI ZPT DAN UMUR PINDAH TANAM BIBIT TSS (True Shallot Seeds) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASILTANAMANBAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

TESIS

DiajukanSebagai Salah SatuSyaratuntukMemperolehGelar Magister Pertaniandalam Program Studi Magister

AgroekoteknologiFakultasPertanianUniversitas Sumatera Utara

Oleh MARIANA 117001003/AET

PROGRAM STUDI MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(3)

JudulTesis :PENGARUH TEKNIK APLIKASI ZPT DAN UMUR PINDAH TANAMBIBIT TSS (True Shallot Seeds)

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASILTANAMANBAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

NamaMahasiswa : Mariana NomorPokok : 117001003

Program Studi : Magister Agroekoteknologi

Menyetujui KomisiPembimbing

(Dr. Ir. LollieAgustina P. Putri, M. Si)

Ketua Anggota

(Dr. Ir. HamidahHanum, MP)

Ketua Program Studi, Dekan,

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Prof. Dr. Ir. DarmaBakti, MS


(4)

PERNYATAAN JudulTesis

PENGARUH TEKNIK APLIKASI ZPT DAN UMUR PINDAH TANAM BIBIT TSS (True Shallot Seeds) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASILTANAMANBAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

Denganinipenulismenyatakanbahwatesisinidisusunsebagaisyaratuntukmem perolehgelar Magister Pertanianpada Program Studi Magister AgroekoteknologiFakultasPertanianUniversitas Sumatera Utara adalahbenarmerupakankaryapenulissendiri.

Adapunpengutipan-pengutipan yang

penulislakukanpadabagian-bagiantertentudarihasilkarya orang lain dalampenulisantesisini, telahpenuliscantumkansumbernyasecarajelassesuaidengannorma, kaidah, danetikapenulisanilmiah.

Apabila di kemudianhariternyataditemukanseluruhatausebagiantesisinibukanhasilkaryapenuli

ssendiriatauadanyaplagiatdalambagian-bagiantertentu,

penulisbersediamenerimasanksi-sanksilainnyasesuaidenganperaturanperundang-undangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2014 Penulis


(5)

Telahdiujipada

Tanggal : 26 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. LollieAgustina P. Putri, M.Si

Anggota : 1. Dr. Ir. HamidahHanum, M.P

2. Luthfi M.A Siregar, SP, M.Sc, Ph.D 3. Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc


(6)

ABSTRACT

Mariana, 2014. The Effects ofPlant Growth Regulator of ApplicationsTechniqueandAgetransplantingseedlingsTSS(True ShallotSeeds) on the Growthand Yieldof Shallot(Allium ascaloicumL.). Supervisedby Dr.Ir. LollieAgustinaP.Putri, M.SiandDr.Ir. HamidahHanum, MP.

The aim of this research was to know ofthe aplication techniques of PGR and age transplantingseedlings TSSongrowthand yieldof shallotseedorigin. The research wascarried out in September2013 toJanuary 2014intheGeulanggangGampongKota

Juang Sub districtBireuen District. The research

methodewasimplementedrandomized block design(RBD) factorialconsistingof2factorwith3replications. The first factoris the technique ofapplicationof PGR (Z) by using acombination ofauxinandcytokinin (50ppm NAA +50ppmBAP) whichconsistsof4levels namely : withoutthe application of PGR, Soakingthe seeds TSSfor 30minutesin a solution ofPGR,sprayingthe plantswitha solution ofPGRandsoakingseedsandsprayingthe plantswitha solution ofPGR. The second factoris theage transplanting seedlings TSS (T) consistingof 4 levels, namely age transplanting3, 4, 5 and 6 weeksafter sowing.The results showedthat the application technique of PGRdoes notsignificantly effect toincreaseplant growthbutsignificant effect onthe increase inthe number of rootsat

harvest, stoverdryweight, number of bulbsandharvest age.

Techniquesseedsoakingfor 30minutesin a solution ofPGR(Z1) giveshigher yieldsthan thetreatmentapplication techniquesseed soakinginplain water(Z0). Treatment ofseedlingswhentransplantingvery significant effect onplant growthandincreasecrop yieldsexcept forbulbdiameterandnumber of bulbs. The interactionbetweentreatmenttheapplication techniquesof PGR and agetransplantingseedlingsTSScanspeed upharvesting. Interactionsbest atharvest

timeafterplantingseedlingstransferredfound inalltreatmenttechniqueswith theapplicationof growth regulatorsseedling age4, 5and6weeksafter sowing. The

bestinteractionofharvestingaftersowingthe seedsfound inseedsoakingin watertreatmentandin the solutionof growth regulatorsat the age of3and4weeksafter sowing.


(7)

ABSTRAK

Mariana, 2014. Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.) dibawah bimbingan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si dan Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik aplikasi ZPT dan umur pindah tanam bibit TSS yang tepat terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah asal biji.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai Januari 2014 di Gampong Geulanggang Gampong Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen. Metode penelitian yang dilaksanakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah teknik aplikasi ZPT dengan menggunakan kombinasi auksin dan sitokinin (larutan NAA 50 ppm + BAP 50 ppm ) yang terdiri dari 4 taraf yaitu tanpa aplikasi ZPT, perendaman benih TSS selama 30 menit dalam larutan ZPT, penyemprotan tanaman dengan larutan ZPTdan perendaman benih dan penyemprotan tanaman dengan larutan ZPT. Faktor kedua adalah umur pindah tanam bibit yang terdiri dari 4 taraf yaitu pindah tanam umur bibit 3, 4, 5 dan 6 minggu setelah semai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik aplikasi ZPT berpengaruh tidak nyata

terhadap peningkatanpertumbuhan tanaman namun berpengaruhnyata

terhadappeningkatan jumlah akar saat panen, berat brangkasan kering, jumlah umbi dan umur panen. Teknik perendaman benih selama 30 menit dalam larutan ZPT (Z1) memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan teknik aplikasi perendaman benih dalam air biasa (Z0). Perlakuan umur bibit saat pindah tanam berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman kecuali terhadap diameter umbi dan jumlah umbi. Interaksiantara perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur pindah tanam bibit TSS dapat mempercepat umur panen. Interaksi terbaik pada umur panen setelah bibit dipindah tanam dijumpai pada semua perlakuan teknik aplikasi zat pengatur tumbuh dengan umur bibit 4, 5 dan 6 minggu setelah semai. Interaksi terbaik terhadap umur panen setelah benih disemai dijumpai pada perlakuan perendaman benih dalam air dan dalam larutan zat pengatur tumbuh pada umur 3 dan 4 minggu setelah semai.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT pencipta alam semesta yang dengan Qudrah dan Iradah-Nya penulis telah dapat menyusun dan menyelesaikan tesis ini yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak mungkin terlaksananya penelitian ini tanpa bantuan pihak lain, baik material maupun spiritual. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf., MP selaku Ketua Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Magister Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai pembimbing Utama penulis yang dengan susah payah telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP, selaku pembimbing anggota yang juga

telah banyak sekali membantu penulis dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.


(9)

5. Bapak Lutthfi M.A Siregar, SP, M. Sc, Ph.D dan ibu Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc serta kepada bapak Dr. Ir. Revandy Iskandar Damanik, M. Sc selaku komisi pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

6. Suamiku tercinta yang telah memberi izin dan kesempatan kepada penulis agar dapat menempuh pendidikan Program PascaSarjana (S2)

7. Dan kepada kedua orang tua alm. Abdullah dan ibu Mariah berkat doa – doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

8. Tidak lupa kepada anak-anakku tercinta Ikhwanul Muslim, Syahrul

Ramadhan dan Munna Salsabila. Maafkan bunda yang selalu sibuk dalam pekerjaan dan pendidikan sehingga mengurangi waktu untuk selalu bersama.

9. Kepada sahabat-sahabatku S2 yang seangkatan (2011), angkatan 2012 dan kakak-kakak calon doktor 2011 dan 2012.

10.Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya kepada Allah Jualah penulis serahkan semuanya dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang memerlukannya. Amin.

Medan, 26 Agustus 2014 Penulis,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Mariana, dilahirkan sebagai anak ke sepuluh dari duabelas bersaudara pada tanggal 1 Januari 1975 di Bireuen, Aceh dari pasangan Alm. Abdullah Ben dan Mariah. Pendidikan formal mulai ditempuh dari sekolah dasar di SD Inpres Geulanggang Teungoh Bireuen selesai pada tahun 1988, melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Bireuen dan selesai pada tahun 1991. Pendidikan pada Sekolah Menengah Atas ditempuh di SMA Negeri 2 Bireuen yang diselesaikan pada tahun 1994 dan kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri Universitas Syiah Kuala Banda Aceh pada Fakultas Pertanian Program Studi Agronomi dan lulus pada tanggal 26 Juli 1999.

Sejak tahun 2007 sampai saat ini penulis bekerja di Fakultas Pertanian Universitas Almuslim Matangglumpangdua Bireuen sebagai tenaga pengajar di Program Studi Agroteknologi. Sejak tahun 2009 sampai sekarang penulis juga bekerja sebagai penyuluh pertanian lapangan honorer di Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.

Pada tahun 2011, penulis memperoleh kesempatan menempuh pendidikan program magister dengan bantuan program BPPs pada program studi Agroekoteknologi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Hipotesis Penelitian ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 5

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1Botani Tanaman ... 6

2.2 Syarat Tumbuh ... 7

2.2.1 Iklim ... 7

2.2.2 Tanah ... 9

2.3Budidaya Tanaman Bawang Merah Asal Biji ... 10

2.4 Zat Pengatur Tumbuh dan Peranannya ... 12

2.5 Umur Pindah Tanam ... 19

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 22

3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.2Bahan dan Alat ... 22

3.3Metode Penelitian ... 23

3.4Metode Analisis Data ... 25

3.5Pelaksanaan Penelitian ... 26

3.5.1 Pembuatan Larutan Stok NAA BAP ... 25

3.5.2 Persiapan Benih ... 27

3.5.3 Persiapan Media Persemaian ... 27

3.5.4 Penyemaian ... 28

3.5.5 Pemeliharaan Persemaian ... 28

3.5.6 Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh ... 29

3.5.7 Naungan ... 30

3.5.8 Pengolahan Tanah dan Persiapan Lahan ... 30

3.5.9 Pemupukan ... 31


(12)

3.5.11 Penanaman ... 32

3.5.12 Penyulaman ... 32

3.5.13 Pemeliharaan Tanaman Setelah Pindah Tanam Bibit ... 32

3.5.14 Panen dan Pasca Panen ... 33

3.6Pengamatan ... 34

3.6.1 Persentase (%) Daya Kecambah ... 34

3.6.2 Tinggi Tanaman ... 34

3.6.3 Jumlah Daun ... 34

3.6.4 Jumlah Akar ... 35

3.6.5 Jumlah Khlorofil ... 35

3.6.6 Berat Berangkasan Basah ... 35

3.6.7 Berat Berangkasan Kering ... 36

3.6.8 Diameter Umbi ... 36

3.6.9 Jumlah Umbi ... 36

3.6.10 Umur Panen ... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1Persentase (%) Daya Kecambah ... 37

4.2Tinggi Tanaman ... 39

4.3Jumlah Daun ... 41

4.4Jumlah Akar ... 44

4.5Jumlah Khlorofil Daun ... 46

4.6Berat Berangkasan Basah ... 49

4.7Berat Berangkasan Kering ... 51

4.8Dimeter Umbi ... 54

4.9Jumlah Umbi ... 55

4.10Umur Panen ... 57

4.10.1. Umur Panen (Hari Setelah Pindah Tanam) ... 57

4.10.2. Umur Panen (Hari Setelah Semai)... 59

V.KESIMPULAN ... 61

5.1Kesimpulan ... 61

5.2Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

1. Susunan kombinasi perlakuan antara teknik aplikasi ZPT dan umur

bibit saat pindah tanam ... 24

2. Rata-rata persentase daya kecambah benih (%) akibat perlakuan

perendaman dalam air (Z0) dan perendaman dalam larutan ZPT (Z1) ... 37 3. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada saat tanam, umur 15,

30 dan 45 HSPT akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT (Z) dan umur

bibit saat pindah tanam (T) ... 40 4. Rata-rata jumlah daun tanaman bawang merah asal biji saat tanam,

umur 15, 30 dan 45 HSPT akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT (Z)

dan umur bibit saat pindah tanam (T) ... 42

5. Rata-rata jumlah akar tanaman bawang merah pada saat pindah

tanam dan saat panen akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT (Z) dan

umur bibit saat pindah tanam (T) ... 45

6. Rata-rata jumlah khlorofil daun bawang merah akibat perlakuan

teknik aplikasi ZPT (Z) dan umur bibit saat pindah tanam (T) ... 47

7. Rata-rata berat brangkasan basah bawang merah per tanaman

sampel dan per plot akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT (Z) dan

umur bibit saat pindah tanam (T) ... 50

8. Rata-rata berat brangkasan kering bawang merah per tanaman

sampel dan per plot akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT (Z) dan

umur bibit saat pindah tanam (T) ... 52

9. Rata-rata diameter umbi bawang merah akibat perlakuan teknik

aplikasi ZPT (Z) dan umur bibit saat pindah tanam (T) ... 54

10. Rata-rata jumlah umbi bawang merahakibat perlakuan teknik

aplikasi ZPT (Z) dan umur bibit saat pindah tanam (T) ... 55 11. Rata-rata umur panen bawang merah setelah bibit dipindah tanam

akibat pengaruh interaksi antara teknik aplikasi ZPT (Z) dan umur


(14)

12. Rata-rata umur panen bawang merah sejak benih disemaiakibat pengaruh interaksi antara teknik aplikasi ZPT (Z) dan umur bibit

saat pindah tanam (T) ... 59

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

1. Bagan percobaan ... 71 2. Skema Plot di Lapangan ... 72 3. Deskripsi Bawang Merah Asal Biji Varietas TUK TUK ... 73 4. Rata-rata persentase daya kecambah benih bawang merah asal biji (TSS)

varietas TUK TUK akibat perlakuan perendaman benih dalam air (Z0) dan dalam larutan zat pengatur tumbuh (Z1) pada persemaian minggu pertama (untuk pindah tanam umur bibit 6 MSS)……….. 74 5. Hasil uji T rata-rata persentase daya kecambah benih bawang merah asal

biji (TSS) varietas TUK TUK akibat perlakuan perendaman benih dalam air (Z0) dan dalam larutan zat pengatur tumbuh (Z1) pada persemaian minggu pertama (untuk pindah tanam umur bibit 6 MSS)…. 74 6. Rata-rata persentase daya kecambah benih bawang merah asal biji (TSS)

varietas TUK TUK akibat perlakuan perendaman benih dalam air (Z0) dan dalam larutan zat pengatur tumbuh (Z1) pada persemaian minggu

kedua (untuk pindah tanam umur bibit 5 MSS)………... 75

7. Hasil Uji T rata-rata persentase daya kecambah benih bawang merah

asal biji akibat perlakuan perendaman benih dalam air (Z0)dan dalam larutan zat pengatur tumbuh (Z1) pada persemaian minggu kedua (untuk pindah tanam umur bibit 5 MSS) ... 75 8. Rata-rata persentase daya kecambah benih bawang merah asal biji (TSS)

akibat perlakuan perendaman benih dalam air (Z0) dan dalam larutan zat pengatur tumbuh (Z1) pada persemaian minggu ketiga (untuk pindah

tanam umur bibit 4 MSS)………... 76

9. Hasil uji T rata-rata persentase daya kecambah benih bawang merah asal biji (TSS) akibat perlakuan perendaman benih dalam air (Z0)dan dalam larutan zat pengatur tumbuh (Z1) pada persemaian minggu ketiga (untuk


(15)

10. Rata-rata persentase daya kecambah benih bawang merah asal biji (TSS) akibat perlakuan perendaman benih dalam air (Z0) dan dalam larutan zat pengatur tumbuh (Z1) pada persemaian minggu keempat(untuk pindah

tanam umur bibit 3 MSS) ……….. 77

11. Hasil Uji T rata-rata persentase daya kecambah benih bawang merah

asal biji (TSS) varietas TUK TUK akibat perlakuan perendaman benih dalam air (Z0)dan dalam larutan zat pengatur tumbuh (Z1) pada persemaian minggu keempat (untuk pindah tanam umur bibit 3 MSS)… 77 12. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah asal biji saat pindah tanam

akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (cm) ……… 78 13. Analisis sidik ragam rata-rata tinggi tanaman bawang merah asal biji

pada saat pindah tanam akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam ………. 78 14. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah asal biji umur 15 hari setelah

pindah tanam (HSPT) akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (cm) ………... 79 15. Analisis sidik ragam rata-rata tinggi tanaman bawang merah asal biji

pada umur 15 Hari setelah pindah tanam (HSPT) akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam………. 79 16. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah asal biji umur 30 hari setelah

pindah tanam (HSPT) akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (cm)………. 80 17. Analisis sidik ragam rata-rata tinggi tanaman bawang merah asal biji

pada umur 30 hari setelah pindah tanam (HSPT) akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam………. 80 18. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah asal biji umur 45 hari setelah

pindah tanam (HSPT) akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (cm)………. 81 19. Analisis sidik ragam rata-rata tinggi tanaman bawang merah asal biji

pada umur 45 hari setelah pindah tanam (HSPT) akibat perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam………. 81 20. Rata-rata jumlah daun bawang merah saat pindah tanam akibat pengaruh

perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (helai) ……… 82


(16)

21. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah daun bawang merah saat pindah tanam akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam……….. 82

22. Rata-rata jumlah daun bawang merah umur 15 hari setelah pindah

tanam (HSPT) akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (helai) ... 83 23. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah daun bawang merah umur 15 hari

setelah pindah tanam (HSPT) akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saatpindah tanam ... 83

24. Rata-rata jumlah daun bawang merah umur 30 hari setelah pindah

tanam (HSPT) akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (helai) ... 84 25. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah daun bawang merah umur 30 hari

setelah pindah tanam (HSPT) akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saatpindah tanam ... 84

26. Rata-rata jumlah daun bawang merah umur 45 hari setelah pindah

tanam (HSPT) akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (helai) ... 85 27. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah daun bawang merah umur 45 hari

setelah pindah tanam (HSPT) akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saatpindah tanam ... 85 28. Rata-rata jumlah akar bawang merah saat pindah tanam akibat pengaruh

perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (buah) . 86 29. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah akar bawang merah saat pindah

tanam akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam ... 86

30. Rata-rata jumlah akar bawang merah saat panen akibat pengaruh

perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (buah) . 87 31. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah akar bawang merah saat panen

akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam... 87 32. Rata-rata jumlah khorofil daun bawang merah pada umur 50 hari setelah

pindah tanam (HSPT)akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (unit)... 88


(17)

33. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah khorofil daun bawang merah pada umur 50 hari setelah pindah tanam(HSPT)akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam ... 88 34. Transformasi data rata-rata jumlah khorofil daun bawang merah pada

umur 50 hari setelah pindah tanam (HSPT)akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (unit) ... 89 35. Analisis sidik ragam transformasi data rata-rata jumlah khorofil daun

bawang merah pada umur 50 hari setelah pindah tanam (HSPT)akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (unit) ... 89 36. Rata-rata berat brangkasan basah bawang merah asal biji per tanaman

sampel akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (gram) ... 90 37. Analisis sidik ragam rata-rata berat brangkasan basah bawang merah

asal biji per tanaman sampel akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam ... 90 38. Rata-rata berat brangkasan basah bawang merah asal biji per plot akibat

pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (gram)... 91 39. Analisis sidik ragam rata-rata berat brangkasan basah bawang merah

asal biji per plot akibat pengaruh teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam ... 91 40. Rata-rata berat brangkasan kering bawang merah asal biji per tanaman

sampel akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (gram) ... 92 41. Analisis sidik ragam rata-rata berat brangkasan kering bawang merah

asal biji per tanaman sampel akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam ... 92 42. Rata-rata berat brangkasan kering bawang merah asal biji per plot akibat

pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (gram)... 93 43. Analisis sidik ragam rata-rata berat brangkasan kering bawang merah

asal biji per plot akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam... 93


(18)

44. Transformasi data rata-rata berat brangkasan kering bawang merah asal biji per plot akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (gram) ... 94 45. Analisis sidik ragam transformasi data rata-rata berat brangkasan kering

bawang merah asal biji per plot akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam ... 94

46. Rata-rata diameter umbi bawang merah asal biji akibat pengaruh

perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (cm) ... 95 47. Analisis sidik ragam rata-rata diameter umbi bawang merah asal biji

akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam... 95

48. Rata-rata jumlah umbi bawang merah asal biji akibat pengaruh

perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (umbi) 96 49. Analisis sidik ragam rata-rata jumlah umbi bawang merah asal biji

akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam... 96 50. Rata-rata umur panen bawang merah asal biji setelah bibit dipindah

tanam akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (Hari Setelah Pindah Tanam/HSPT) ... 97

51. Analisis sidik ragam rata-rata umur panen bawang merah asal biji

setelah bibit dipindah tanam akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (Hari Setelah Pindah Tanam/HSPT) ... 97

52. Rata-rata umur panen bawang merah asal biji setelah benih disemai

akibat pengaruh perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam (Hari Setelah Semai/HSS) ... 98

53. Analisis sidik ragam rata-rata umur panen bawang merah asal biji

setelah benih disemai akibat pengaruh teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam Hari Setelah Semai/HSS)... 98


(19)

GAMBAR

1. Benih Bawang merah varietas TUK TUK ... 99

2. Perendaman benih dalam air dan dalam larutan ZPT ... 99

3. Persemaian benih bawang merah asal biji ... 99

4. Perawatan bibit 1 minggu setelah persemaian ... 99

5. Bibit bawang merah asal biji umur 6 MSS... 100

6. Bibit bawang merah asal biji umur 5 MSS... 100

7. Bibit bawang merah asal biji umur 4 MSS... 100

8. Bibit bawang merah asal biji umur 3 MSS... 100

9. Plot Percobaan setelah bibit dipindah tanam ... 101

10.Tanaman bawang merah yang mulai membelah menjadi 2-3 anakan (umur 30-35 HSPT) ... 101

11.Penyemprotan ZPT pada umur 5 MSPT ... 101

12.Pengukuran jumlah khlorofil daun dengan alat khlorofil meter ... 101

13.Salah satu gambar plot Z2T1 yang sudah berumbi ... 102

14.Salah satu gambar plot yang sudah berumur 5 MSPT ... 102

15.Bawang merah hanya berbunga pada Z0T4, Z1T4, Z2T4 dan Z3T4 ... 102

16.Umbi bawang merah yang siap panen ... 102

17.Bawang merah yang sudah dikeringkan (Brangkasan kering) ... 102

18.Umbi bawang merah 1 umbi ... 103


(20)

20.Umbi bawang merah 3 umbi ... 103

21.Umbi bawang merah 4 umbi ... 104

22.Umbi bawang merah 5 umbi ... 104

23.Umbi bawang merah 6 umbi ... 104


(21)

ABSTRACT

Mariana, 2014. The Effects ofPlant Growth Regulator of ApplicationsTechniqueandAgetransplantingseedlingsTSS(True ShallotSeeds) on the Growthand Yieldof Shallot(Allium ascaloicumL.). Supervisedby Dr.Ir. LollieAgustinaP.Putri, M.SiandDr.Ir. HamidahHanum, MP.

The aim of this research was to know ofthe aplication techniques of PGR and age transplantingseedlings TSSongrowthand yieldof shallotseedorigin. The research wascarried out in September2013 toJanuary 2014intheGeulanggangGampongKota

Juang Sub districtBireuen District. The research

methodewasimplementedrandomized block design(RBD) factorialconsistingof2factorwith3replications. The first factoris the technique ofapplicationof PGR (Z) by using acombination ofauxinandcytokinin (50ppm NAA +50ppmBAP) whichconsistsof4levels namely : withoutthe application of PGR, Soakingthe seeds TSSfor 30minutesin a solution ofPGR,sprayingthe plantswitha solution ofPGRandsoakingseedsandsprayingthe plantswitha solution ofPGR. The second factoris theage transplanting seedlings TSS (T) consistingof 4 levels, namely age transplanting3, 4, 5 and 6 weeksafter sowing.The results showedthat the application technique of PGRdoes notsignificantly effect toincreaseplant growthbutsignificant effect onthe increase inthe number of rootsat

harvest, stoverdryweight, number of bulbsandharvest age.

Techniquesseedsoakingfor 30minutesin a solution ofPGR(Z1) giveshigher yieldsthan thetreatmentapplication techniquesseed soakinginplain water(Z0). Treatment ofseedlingswhentransplantingvery significant effect onplant growthandincreasecrop yieldsexcept forbulbdiameterandnumber of bulbs. The interactionbetweentreatmenttheapplication techniquesof PGR and agetransplantingseedlingsTSScanspeed upharvesting. Interactionsbest atharvest

timeafterplantingseedlingstransferredfound inalltreatmenttechniqueswith theapplicationof growth regulatorsseedling age4, 5and6weeksafter sowing. The

bestinteractionofharvestingaftersowingthe seedsfound inseedsoakingin watertreatmentandin the solutionof growth regulatorsat the age of3and4weeksafter sowing.


(22)

ABSTRAK

Mariana, 2014. Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.) dibawah bimbingan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si dan Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik aplikasi ZPT dan umur pindah tanam bibit TSS yang tepat terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah asal biji.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai Januari 2014 di Gampong Geulanggang Gampong Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen. Metode penelitian yang dilaksanakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah teknik aplikasi ZPT dengan menggunakan kombinasi auksin dan sitokinin (larutan NAA 50 ppm + BAP 50 ppm ) yang terdiri dari 4 taraf yaitu tanpa aplikasi ZPT, perendaman benih TSS selama 30 menit dalam larutan ZPT, penyemprotan tanaman dengan larutan ZPTdan perendaman benih dan penyemprotan tanaman dengan larutan ZPT. Faktor kedua adalah umur pindah tanam bibit yang terdiri dari 4 taraf yaitu pindah tanam umur bibit 3, 4, 5 dan 6 minggu setelah semai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik aplikasi ZPT berpengaruh tidak nyata

terhadap peningkatanpertumbuhan tanaman namun berpengaruhnyata

terhadappeningkatan jumlah akar saat panen, berat brangkasan kering, jumlah umbi dan umur panen. Teknik perendaman benih selama 30 menit dalam larutan ZPT (Z1) memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan teknik aplikasi perendaman benih dalam air biasa (Z0). Perlakuan umur bibit saat pindah tanam berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman kecuali terhadap diameter umbi dan jumlah umbi. Interaksiantara perlakuan teknik aplikasi ZPT dan umur pindah tanam bibit TSS dapat mempercepat umur panen. Interaksi terbaik pada umur panen setelah bibit dipindah tanam dijumpai pada semua perlakuan teknik aplikasi zat pengatur tumbuh dengan umur bibit 4, 5 dan 6 minggu setelah semai. Interaksi terbaik terhadap umur panen setelah benih disemai dijumpai pada perlakuan perendaman benih dalam air dan dalam larutan zat pengatur tumbuh pada umur 3 dan 4 minggu setelah semai.


(23)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikulturayang penting baik ditingkat petani, masyarakat, maupun negara. Pada tahun 1970-anhingga tahun 1980-an komoditas bawang merah merupakan komoditas emas bagipetani. Namun demikian, pada era tahun 1990-an hingga sekarang perannya semakinmenurun. Hal ini disebabkan karena menurunnya hasil umbi di tingkat petani (Triharyanto et al., 2013).

Produktivitas bawang merah pada tahun 2009 sebesar 9,28 ton/ha dan tahun 2010 sebesar 9,37 ton/ha sementara kebutuhan tahun 2009 mencapai 936.103 tondan meningkat pada tahun 2010 yaitu 976.284 ton(BPS, 2011) dengan luas panen 93.667 ha tahun 2011 dan 99.315 ha pada tahun 2012 atau meningkat 6,03% (BPS dan Dirjen Hortikultura, 2013). Berdasarkan data BPS (2013) peningkatan luas panen, produksi dan produktivitas bawang merah di Indonesia selalu berfluktuasi. Peningkatan luas panen bawang merah tidak diikuti dengan peningkatan produksi bawang merah itu sendiri. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya produktivitas bawang merah.

Rendahnya produksi dan produktivitas bawang merah di Indonesia disebabkan antara lain oleh penggunaan bibit yang kurang bermutu, media tanam yang kurang baik, pengendalian hama dan penyakit yang kurang memadai, kelangkaan ketersediaan benih bermutu, berdaya hasil rendah, dan mahal.Untuk mendapatkan benih berdaya hasil tinggi semakin banyak jumlah petani yang menggunakan benih umbi dari bawang konsumsi asal impor yang harganya relatif


(24)

mahal. Penggunaan biji botani (True Shallot Seed/TSS) merupakan salah satu alternatif yang dapat dikembangkan untuk perbaikan kualitas bibit bawang merah (Permadi,1991; Raduicaet al., 2008; Sumarni et al., 2005; Sopha, 2010). Penanaman bawang merah dengan biji sangat potensial dikembangkan saat ini atau dengan kata lain memiliki prospek yang baik. Dibandingkan penanaman dengan umbi, penanaman dengan biji memiliki kelebihan antara lain menekan biaya produksi baik dalam penyediaan bahan tanam dan pengangkutan, potensi lebih besar yaitu 32 ton/ha sedangkan dari umbi hanya mencapai 18-20 ton/ha, bebas dari penyakit tular umbi dan penanganan lebih efisien (Permadi, 1993; Putrasamedja, 1995; Sumarni et al., 2001).

Teknologi pembibitan dan pembudidayaan bawang merah asal biji (TSS)juga memiliki kelemahan antara lain adalah memerlukan penambahan waktu untuk persemaian biji dan umur panen lebih lama (Liferdi, 2013). Persemaian benih TSS membutuhkan waktu antara 4-6 minggu dan telah tumbuh 2-4 helai daun sehingga baru siap dipindah ke lapangan untuk ditanam (Sopha, 2010). Setelah melalui tahap persemaian, bibit TSS harus dipindah tanam agar bibit lebih kuat dan tegar serta jumlah bibit lebih hemat dibandingkan dengan tanam langsung (Rosliani et al., 2002).

Pemindahan bibit sebaiknya dilakukan pada stadia tanaman yang tepat. Pindah tanam lebih dini akan mempercepat adaptasi tanaman terhadap lingkungan sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat dan dapat menghasilkan bagian vegetatif yang lebih baik, dan jika pindah tanam terlambat, maka tanaman tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan pertumbuhan vegetatifnya, tanaman lebih cepat menua dan cepat memasuki stadia generatif (Vavrina, 1998).


(25)

Dengan aplikasi zat pengatur tumbuh diharapkan dapat merangsang peningkatan pertumbuhan bibit dipersemaian sehingga waktu pemindahan bibit dapat dilakukan pada waktu yang tepat.

Ada 2 golongan ZPT penting yaitu sitokinin dan auksin. ZPT ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan atau kultur organ. Hormon NAA adalah senyawa kimia yang termasuk dalam golongan auksin sedangkan BAP termasuk golongan sitokinin (Karjadi dan Buchory, 2007). Menurut (Wetherel 1982 dalam Yunus 2007) sitokinin mempunyai dua peran penting yaitu merangsang pertumbuhan tunas dan daun sedangkan NAA tunggal hanya mampu menginduksi akar. Apabila kedua ZPT tersebut dikombinasikan, auksin dan sitokinin tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi kedua ZPT tersebut bekerja secara berinteraksi dalam mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Wareing dan Philips (1970), mengemukakan bahwa apabila sitokinin dan auksin berimbang maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula.

Teknik aplikasi zat pengatur tumbuh dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan perendaman benih dan dengan penyemprotan tanaman (Sumarniet al., 2013) serta penyiraman (Rosliani et al., 2012). Masing-masing cara tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda pada setiap pertumbuhan tanaman (Sumarni, et al., 2013)

Dengan melakukan teknik aplikasi ZPT dan umur pindah tanam bibit yang tepat diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah asal biji.


(26)

Perbanyakan bawang merah selain dengan menggunakan umbi sebagai bahan tanam dapat juga diperbanyak dengan menggunakan biji. Namun permasalahan utama dengan menggunakan biji adalah membutuhkan waktu yang lama untuk persemaian sehingga panen juga akan lebih lama. Disamping itu setelah persemaian membutuhkan waktu yang tepat untuk pindah tanam bibit ke lapangan. Umumnya pemindahan bibit bawang merah asal biji varietas TUK TUK dapat dilakukan antara 4- 6 Minggu Setelah Semai (MSS) dan apabila sudah memiliki 2-4 helai daun. Namun belum diketahui kapan waktupindah tanam yang tepat sehingga waktu pindah tanam tersebut tidak terlalu cepat dan tidak juga terlambat.

Salah satu strategi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah dengan aplikasi ZPT. Kombinasi ZPT auksin dan sitokinin dengan konsentrasi yang sama dapat menstimulir akar, daun dan tunas. Namun belum diketahui bagaimana teknik aplikasi yang tepatsehingga pertumbuhan akar dan daun lebih sempurna dan waktu pindah tanam dapat dipercepat serta dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik aplikasi ZPT dan umur pindah bibit TSS yang terbaikterhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah asal biji.

1.4.Hipotesis Penelitian

a. Terdapat perbedaan terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah asal


(27)

b. Terdapat perbedaanterhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah asal biji dengan perlakuan umur pindah tanam bibit TSS yang berbeda

c. Terdapat interaksi antara teknik aplikasi ZPT dan umur bibit saat pindah tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah asal biji.

1.5.Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang teknik

budidaya tanaman bawang merah asal biji melalui persemaian.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang teknik

aplikasi ZPT yang terbaik dalam budidaya tanaman bawang merah asal biji.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang waktu yang sesuai saat pindah tanam bibit TSS dari persemaian ke lahan.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman

Bawang merah (Allium ascalonicum Linn) merupakan tanaman sayuranyang diklasifikasikan dalam kelas Monocotyledonae, ordo Aspergales, familyAlliaceae dan genus Allium ( Brewster, 1979). Bawang merah termasuk kedalamgenus Allium yang terdiri lebih dari 500 spesies dengan 250 spesies tergolongjenis bawang-bawangan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Semua tanaman bawang membentuk daun dengan cara yang sama meskipun bentuk daun berbeda. Batang yang sebenarnya kita lihat dalam bentuk daun adalah batang palsu (false stem), batang yang sebenarnya adalah yang terletak pada pangkal batang tempat bergabungnya semua daun (true stem) yang bentuknya seperti cakram(Ranjitkar,1995)

Bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal danbercabang terpencar antara kedalaman antara 15-30 cm di dalam tanah. Bawangmerah memiliki batang sejati yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendeksebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), di atasnya terdapatbatang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semu yangberada di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (Brewster, 1979).

Daunberbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, bagian ujung daunnyameruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan


(29)

membengkak,sehingga jika dipotong melintang dibagian ini akan terlihat lapisan-lapisan yangberbentuk seperti cincin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai. Tangkai daun keluar dari titik tumbuh dan di ujungnya terdapat 50 – 200 kuntum bunga yang tersusun seolah-olah berbentuk payung (Ross, 2001). Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berkubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang mencapai 30-50 cm. Kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2-0,6 cm (Brewster, 1994).

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2 – 3 butir. Bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji – biji bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Umbi lapis bawang merah sangat bervariasi. Bentuknya ada yang bulat, bundar, sampai pipih, sedangkan ukuran umbi meliputi besar, sedang, dan kecil. Warna kulit umbi ada yang putih, kuning, merah muda sampai merah tua. Umbi bawang merah sudah umum digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman (Shrestha, H. 2007).

2.2. Syarat Tumbuh 2.2.1. Iklim

Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl, dengan ketinggian optimalnya pada 0–400 m dpl, dukungan iklim meliputi suhu udara 25-32ºC (iklim kering), curah


(30)

hujan 300-2500 mm/tahun, kelembaban udara 80-90 %, tempat terbuka tanpa naungandengan pencahayaan ± 70 %, intensitas sinar matahari penuh lebih dari 14 jam/harikarena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukuppanjang, tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap lajufotosintesis dan pembentukan umbi (Delahaut and Newenhouse, 2003).

Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman bawang merah berkisar antara 60-70°F (15-20°C) dan 70-80°F (20-27°C) untuk pertumbuhan dan perkembangan

umbi (Valenzuela, et al., 1999). Meskipun tanaman bawang merah dapat

membentuk umbi bila ditanam di daerah yang rata-rata suhu udaranya 22ºC, namun hasil umbinya tidak akan optimal seperti bila ditanam di daerah yang memiliki suhu udara yang lebih panas. Bawang merah akan membentuk umbi yang lebih besar bilamana ditanam di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam (12-13 jam). Di bawah suhu 22ºC, tanaman bawang merah tidak berumbi. Oleh karena itu, tanaman bawang merah lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah.

Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas permukaan laut. Pada dataran tinggi, bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi, namun demikian umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan serta hasil umbinya lebih rendah (Anshar, 2012).

Perbedaanketinggian tempat dari permukaan laut secara langsung menyebabkan perbedaanfaktor-faktor lingkungan, terutama suhu udara. Seperti dikemukakan Lockwood,(1974dalam Goldsworthy dan Fisher, 1984) bahwa tinggi tempat merupakan faktor utama yang mengubah keseragaman panas dan suhu


(31)

rata-rata berkurang denganpertambahan tinggi dengan laju rata-rata-rata-rata kira-kira 0,6ºC/100 m. Semakin tinggitempat dari permukaan laut, ada kecenderungan diikuti pula dengan curah hujan dankelembaban udara relatif lebih tinggi, namun intensitas sinar matahari dan suhu yangsemakin rendah; perubahan faktor lingkungan ini akan berpengaruh terhadappertumbuhan dan perkembangan, hasil dan kualitas umbi bawang merah (Anshar, 2012). Suhu udara dapat mempengaruhi semua aktivitas biologis tanaman dengan mengontrol reaksi-reaksi di dalam tanaman. Selain itu, suhu udara juga dapat mempengaruhi pembungaan dan viabilitas pollen, pembentukan umbi, keseimbangan hormonal, pematangan dan penuaan tanaman, kualitas dan hasil tanaman (Hartmann et al., 2004).

2.2.2. Tanah

Bawang merah tumbuh baik padatanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, jenis tanah lempungberpasir. Tanah dengan bahan organik dan pH yang rendah (5,6) akan berpengaruh negatif terhadap tanah dan pertumbuhan tanaman (Karim dan Ibrahim, 2013)

Tanah-tanah yang masam atau basa tidak baik untuk pertumbuhan bawang merah. Pada tanah alkalis (pH>7,0) tanaman bawang merah sering memperlihatkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dan daunnnya menguning, serta hasil umbinya kecil-kecil yang disebabkan kekurangan besi (Fe) dan Mangan (Mn). Sebaliknya pada tanah masam (pH<5,0) tanaman bawang merah juga tumbuh kerdil karena keracunan Aluminium (Al) atau Mangan (Mn). pH tanah yang sesuai adalah 6.2-6.8 (Karim dan Ibrahim, 2013). Valenzuela and Kratky (1999) menambahkan bahwa secara tidak langsung, pH tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. pH tanah berpengaruh terhadap kegiatan


(32)

organisme tanah terutama dalam penguraian bahan organik menjadi unsur hara bagi tanaman. Pengapuran pada tanah masam dapat memperbaiki pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah.

Bawang merah termasuk tanaman sayuran yang tidak tahan terhadap air hujan dan cuaca berkabut (Sumarni dan Achmad, 2005). Bawang merah jugadapat ditanam musim penghujan asal saja pembuangan airnya baik dan pemberantasan penyakit dilakukan secara teratur. Menurut Dorcas et al., (2012), budidaya bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan pengaturan air yang baik yaitu 6 hari sekali. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah 300 – 2500 mm per tahun, dengan intensitas sinar matahari penuh (Deptan, 2007).

2.3. Budidaya Tanaman Bawang Merah Asal biji

Bawang merah dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Teknik perbanyakan yang sering dilakukan petani adalah dengan menggunakan umbi. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan bibit dari biji botani (True Shallot Seed atau TSS). Biji bawang merah tidak dapat disimpan terlalu lama karena akan kehilangan vigoritasnya serta kemampuan biji semakin lemah (Putrasamedja, 1995).

Ketersediaan benih TSS dalam sistem produksi bawang merah sebagai alternatif dari penggunaan benih umbi adalah sangat strategis. Pada saat benih umbi terbatasketersediaannya atau sangat mahal, seperti yang terjadi pada bulan akhir Maret 2013 harga benih umbi bawang merah bisa mencapai harga yang ekstrim yaitu 65 riburupiah per kg, maka ketersediaan benih TSS dengan harga terjangkau sangatlahdibutuhkan petani (Liferdi, 2013).


(33)

Pada penggunaan bibit dari biji botani (TSS) mempunyai keunggulan dari bibit asal umbi diantaranya : (1) kebutuhan benih hanya sedikit, hanya sekitar 7,5 kg/ha dibandingkan umbi sekitar 1,5 ton/ha, (2) bebas virus dan penyakit tular benih, (3) menghasilkan tanaman yang lebih sehat, (4) daya hasil tinggi dan (5) hemat biaya produksi. Selain itu, hasil bawang merah asal biji memiliki ukuran umbi yang lebih besar dan lebih bulat dibandingkan bawang merah asal umbi (Permadi, 1993; Putrasamedja, 1995; Sumarni et al., 2005).

Menurut hasil penelitian Basuki (2009) bahwa penggunaan benih TSS layak secara teknis karena dapat meningkatkan hasil sampai 2 kali lipat dibanding penggunaan benih umbi tradisional dan layak secara ekonomi karena dapat meningkatkan pendapatan bersih antara 60-70 juta rupiah per hektar dibanding penggunaan benih umbi. Biaya bahan tanam asal TSS (biaya bibit jadi) lebih murah sekitar 50% dibanding benih umbi.

Benih bawang merah asal biji varietas Tuk Tuk juga mempunyai beberapa kelemahan seperti (1) tidak tahan hujan,hasilnya sangat rendah di musim hujan (2) kualitas umbinya (ukuran terlalu besar,aromanya kurang wangi, rasanya kurang enak) sehingga kurang laku dijual di pasardalam negeri/lokal, (3) umurnya panjang, dan (4) pengeringannya lama (Liferdi, 2013).

Menurut Rosliani et al., (2002) sedikitnya ada tiga teknik budidaya bawang merah menggunakan TSS yaitu (1) melalui persemaian, (2) ditanam langsung, dan (3) melalui pembentukan umbi mini. Teknik budidaya melalui persemaian memiliki beberapa kelebihan, diantaranya bibit atau bahan tanam lebih sehat dan tegar serta jumlah bibit yang diperlukan lebih hemat dibandingkan ditanam langsung atau melalui pembentukan umbi mini. Kultivar Manokaranmenunjukkan


(34)

bahwapenyemaian langsungtelah memberikanhasil tertinggidibandingkan dengantanam. Selain itu,tanam benih langsungbisamempercepatpanen3-4 minggu(Lesly, 2003), namun menurut Rosliani et al., (2002) dan Sumarnidan Rosliani, 2010) penanaman biji secara langsung membutuhkan benih yang lebih banyak.

3.4. Zat Pengatur Tumbuh dan Peranannya.

Zat pengatur tumbuh yang juga dikenal dengan sebutan hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan suatu respon fisiologis (Salisbury dan Ross, 1995). Istilah zat pengatur tumbuh lebih digunakan oleh umumnya ahli fisiologi tumbuhan karena zat pengatur tumbuh bersifat endogenous ("endogen"), dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan, maupun exogenous ("eksogen"), diberikan dari luar sistem individu. Zat pengatur tumbuh yang dihasilkan oleh tanaman disebut fitohormon sedangkan yang sintetik disebut zat pengatur tumbuh sintetik (Wattimena, 1987).

Zat pengatur tumbuh menentukan perkembangan tanaman, baik zat pengatur tumbuh alamiah maupun sintetik. Ada 6 golongan zat pengatur tumbuh yaitu auksin, sitokinin, giberelin, ethylen, abscisic acid dan retardan. Senyawa-senyawa lain seperti poliamin, polidenolik dan triakontanol juga digolongkan ke dalam zat pengatur tumbuh (Armini et al., 1992 dalam Widyaningrum, 2002).

Seperti halnya hewan, tumbuhan memproduksi ZPT dalam jumlah yang sangat sedikit, akan tetapi jumlah yang sedikit ini mampu mempengaruhi sel target. ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target


(35)

untuk membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan seperti halnya pada hewan, lintasan ini menyebabkan respon selular seperti mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim, atau mengubah membran (Wattimena, 1987).

Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (Dewi, 2008).

Pembentukan umbi bawang merah di lapangan pada tanaman bawang merah berlangsung sebagai akibat dari respon terhadap lamanya fotoperiodisme, temperatur yang relatif tinggi, dan perbedaan kultivar yang dapat dibedakan dari panjang hari minimal yang dibutuhkan untuk menginduksi setiap kultivar dalam membentuk umbi. Pembentukan umbi juga dipengaruhi oleh komposisi media dan zat penghambat tumbuh (Rabinowitch dan Kamenetsky, 2002).

Dalam kultur jaringan terdapat 2 golonganZPT yang sangat penting, yaitu auksin dansitokinin. Interaksi antara ZPT tersebut denganhormon yang diproduksi oleh sel secara endogenmenentukan arah perkembangan suatu kultur.Menurut Gunawan (1987) penambahan auksindan sitokinin eksogen mengubah level ZPTendogen sel. Level ZPT ini merupakanfaktor pemicu (triggeringfactor) untuk proses-proses yang tumbuh danmorfogenesis.


(36)

Pada umumnya auksin digunakan dalamkultur jaringan untuk merangsang pertumbuhankalus, suspensi sel, dan organ. Auksin berfungsiuntuk pembentukan akar dan kuncup sampingdalam konsentrasi tertentu.Menurut Wetherel (1982 dalam Yunus, 2007) sitokinin merupakan ZPT yang penting dalampengaturan pembelahan sel dan morfogenesis.Salah satu jenis sitokinin sintetik adalah BAP(benzil adenin atau benzil aminopurin). Fungsisitokinin bersama dengan auksin berpengaruhterhadap pembentukan batang dan akar.Perbandingan relatif konsentrasi ZPT golonganauksin dan sitokinin dapat mengatur prosesdiferensiasi secara in vitro. Perbandingankonsentrasi auksin yang lebih tinggi dari sitokinindapat menyebabkan terangsangnya pembentukanakar. Sebaliknya bila konsentrasi sitokinin lebihtinggi dari auksin, maka akan terbentuk pucuk. Wareing dan Philips (1970) menambahkan, apabila sitokinin dan auksin berimbang maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan berimbang pula.

Menurut Hasani et al., (2009) dan Subbiah and Reddy (2010), sitokinin (BAP, BA, dan kinetin) juga berperan dalam merangsang perkecambahan benih tanaman yang diaplikasikan langsung pada benih (seed treatment). Daya berkecambah benih TSS yang dihasilkan pada perlakuan BAP 50–100 ppm di atas standar sertifikasi mutu benih (75%) yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Perbenihan (2007), yaitu mencapai 77,87–78,13%. Data ini menunjukkan bahwa aplikasi BAP pada konsentrasi tersebut memberikan mutu benih yang baik.

Menurut Palmer dan Smith (1969), hormon tumbuh merupakan faktor penting dalam pembentukan umbi. Sitokinin berperan karena memacupembelahan sel, menghambat pemanjangan sel, dan memacu pembesaran sel. Mauk dan Langile (1978) menyatakan bahwa kinetin merangsang pembentukan umbi pada


(37)

stolon yang dikulturkan. Hayata dan Suzuki (1982) menyatakan bahwa kadar sitokinin naik dengan tajam sesaat sebelum inisiasi umbi. Kadar sitokinin tersebut tetap tinggi sampai umbi mendekati masak, kemudian turun (Okazawa, 1967). Sitokinin memacu pembentukan umbi dengan jalan menghambat aktivitas hidrolisis pati dan sebaliknya merangsang aktivitas sintesis pati (Smith dan Palmer, 1970). Ahmed dan Sagar (1981) menyatakan bahwa pemberian BA (sitokinin) dan NAA (auksin) melalui daun atau akar dapat menambah bobot dan jumlah umbi walaupun pemberiannya dilakukan setelah saatinisiasi umbi.

Auksin

Istilah auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Beberapa auksin dihasikan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (indoleacetic acid), PAA (Phenylacetic acid), 4-chloroIAA (4-chloroindole acetic acid) dan IBA (indolebutyric acid) dan beberapa lainnya merupakan auksin sintetik, misalnya NAA (Napthalene Acetic Acid), 2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic acid) dan MCPA (2-methyl-4 chlorophenoxyacetic acid) (Ratna, 2008).

Fungsi utama dari auksin antara lain adalah mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar; perkembangan buah; dominansi apikal; fototropisme dan geotropisme (Davies, 2004).Menurut Salisbury dan Ross (1995), NAA bekerja lebih efektif daripada IAA, tampaknya NAA tidak dirusak oleh IAA oksidase atau enzim lain sehingga bisa bertahan lebih lama.


(38)

Hasil penelitian Febrianti (2013) tentang peran vernalisasi dan zat pengatur tumbuh terhadap pembungaan dan produksi biji bawang merah di dataran rendah dan dataran tinggi dengan menggunakan GA3 dan NAA. NAA yang digunakan dengan konsentrasi 50 ppm dengan cara disemprot pada umur 3 dan 5 minggu setelah tanam dapat meningkatkan pembungaan dan produksi biji.

Sitokinin

Sitokinin ada dua macam, yaitu sitokinin alami (seperti zeatin) dan sintetik Bensil Adenin (BA), Bensil Amino Purin (BAP), dan kinetin. Sitokinin berperan dalam metabolisme asam nukleat dan sintesa protein. Sitokinin juga mencegah terjadinya penguningan daun yang umumnya timbul pada proses penuaan (senescence) (Wattimena, 1987).

Sitokinin merupakan ZPT yang penting dalampengaturan pembelahan sel dan morfogenesis.Salah satu jenis sitokinin sintetik adalah BAP(benzil adenin atau benzil aminopurin). Fungsisitokinin bersama dengan auksin berpengaruhterhadap pembentukan batang dan akar. Hasil terbaik dari masing-masing peubah yaitu perlakuan tanpa NAA dengan BAP 2,5-7,5 mg/l untuk jumlah daun, tanpa NAA dengan BAP 2,5 mg/l untuk tinggi plantlet dan NAA 2,5 mg/l dengan BAP 2,5 mg/l untuk jumlah akar (Karjadi dan Buchory, 2007).

Salisbury dan Ross (1995) menambahkan fungsi lain dari sitokinin adalah mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar; mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan; dan menunda penuaan.

Benzylaminopurine (BAP) merupakan sitokinin sintetik pertama yang dibentuk, dengan rumus kimia 6-benzylaminopurine (6-BA). Bentuk fisik BAP berupa kristal putih dengan kemurnian 99 % dan titik lebur 230-233 0C. Fungsi


(39)

BAP adalah menghambat degradasi klorofil, asam nukleat dan protein, merangsang pengiriman asam amino, garam anorganik dan zat pengatur tumbuh. Selain itu menyebabkan tanaman agar tetap hijau dan memperlambat proses penuaan. BAP ini dapat digunakan pada berbagai fase tumbuh mulai dari perkecambahan hingga panen (Salisbury dan Ross, 1995).

Konsentrasi sitokonin yang dibutuhkan untuk merangsang tunas tanaman di lapang umumnya lebih tinggi daripada konsentrasi sitokinin untuk perbanyakan invitro. Menurut Wetter dan Costabel (1991), sitokinin seperti kinetin atau Benzil Adenin (0.1-10 µM) kadang dibutuhkan bersama 2,4 D atau NAA untuk mendapatkan pembentukan kalus yang baik. George dan Sherrington (1984) menyatakan bahwa kinetin yang digunakan untuk membutuhkan kalus dari endosperm tanaman dikotil berkisar antara 0,5 – 5 mg/l. beberapa kenyataan menunjukkan bahwa sitokinin berperan dalam metabolisme asam nukleat dan sintesa protein. Sitokinin mempunyai cincin adenine, suatu basa purin yang terdapat pada DNA dan RNA. Sitokinin juga diekstrak dari jaringan-jaringan meristematik tanaman, daerah-daerah dimana terjadi pembentukan asam-asam nukleat dan protein dengan sangat aktif. Fosket et al., (1981 dalam Salisbury dan Ross.,1995) menyimpulkan bahwa sitokinin mendorong pembelahan sel dalam kultur jaringan dengan cara meningkatkan G2 ke fase mitosis. Hal tersebut terjadi karena sitokinin menaikkan laju sintesis protein. Beberapa protein itu berupa protein struktural atau enzim yang dibutuhkan untuk mitosis.

Pembentukan umbi merupakan peristiwa hormonal. Mauk dan Langille (1978) menyatakan bahwa sitokinin adalah salah satu hormon yang berperan


(40)

dalampembentukan umbi. Oleh karena itu pemberian sitokinin dengan konsentrasi dan teknik aplikasi yang tepat diharapkan akan meningkatkan pembentukan umbi.

Hasil penelitian Sumarni, et al.,(2005) menunjukkan bahwa aplikasi ZPT mepiquat klorida 50 AS tidak meningkatkan pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah asal biji (TSS), tetapi pada konsentrasi 6 ml/l air dapat meningkatkan persentase jumlah umbi berukuran besar (>7,5 g/umbi). Rosliani, et al., (2005) juga menyatakan bahwa ZPT mepiquat klorida tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif, pembungaan dan pembijian bawang merah asal biji (TSS) namun tanaman bawang merah yang disemprot dengan ZPT tersebut lebih hijau dan lebih tebal sehingga dapat meningkatkan 50-80% kandungan khlorofil dan kekuatan daun sebesar 30%.

Menurut Hasani et al.,(2009) dan Subbiah dan Reddy (2010), sitokinin (BAP, BA, dan kinetin) juga berperan dalam merangsang perkecambahan benih tanaman yang diaplikasikan langsung pada benih (Seed treatment). Daya kecambah benih TSS yang dihasilkan pada perlakuan BAP 50-100 ppm dengan cara disiram pada umur 1, 3 dan 5 MST (Rosliani et al., 2012) diatas standar sertifikasi mutu benih (75%) yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Perbenihan (2007), yaitu 77,87-78,13%. Data ini menunjukkan bahwa aplikasi BAP pada konsentrasi tersebut memberikan mutu benih yang baik.

Pemberian BAP sampai konsentrasi tertentu dapat meningkatkan pembungaan (persentase tanaman berbunga, jumlah bunga per umbel), viabilitas, dan jumlah serbuk sari, serta persentase benih bernas, tetapi tidak meningkatkan produksi benih TSS (Rosliani et al., 2012)


(41)

Teknik aplikasi ZPT dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu (1) perendaman; (2) penyemprotan; (3) perendaman dan penyemprotan. Hasil penelitian Sumarni et al., (2013) bahwa jumlah tanaman yang berbunga paling banyak (89,70%) dan jumlah umbel bunga paling banyak (672,75 umbel bunga per petak)diperoleh dengan cara kombinasi perendaman umbi bibit selama 30 menit pada larutan GA3 sebelum tanam + penyemprotan bagian tanaman dengan larutan GA3 pada umur 3 dan 5 minggu setelah tanam.

3.5. Umur Pindah Tanam

Pada tanaman yang diperbanyak dengan biji dan memerlukan persemaian, pindah tanam sebaiknya dilakukan pada stadia tanaman yang tepat. Pindah tanam lebih dini akan mempercepat adaptasi tanaman terhadap lingkungan sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat dan dapat menghasilkan bagian vegetatif yang lebih baik . dan jika pindah tanam terlambat, maka tanaman tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan pertumbuhan vegetatifnya, tanaman lebih cepat menua dan cepat memasuki stadia generatif. Waktu pindah tanam yang tepat ditentukan selain oleh jenis tanaman dan kultivar, juga ditentukan oleh kondisi lingkungan tempat tanaman dipindah tanamkan serta teknik budidayanya (Vavrina, 1998).

Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa kondisi bibit terutama perakaran harus diperhatikan dalam melakukan pemindahan bibit karena sistem perakaran sangat berhubungan dengan penyerapan air dan unsur hara. Menurut Sunanto (2006), proses pemindahan bibit meliputi dua cara yaitu adaptasi fisiologis dan adaptasi morfologis. Adapatasi fisiologis meliputi perubahan proses fisiologi tanaman secara perlahan-lahan ke arah yang lebih baik dan dapat


(42)

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini dapat berupa ketahanan terhadap hama dan penyakit, ketahanan terhadap kekeringan, absorbs hara dan pembatasan respirasi, ketahanan terhadap ketersediaan hara yang minim dan efisiensi asimilasi serta aktivitas enzim. Adapatasi morfologis berupa pertumbuhan dan perkembangan tanaman (akar, batang dan daun) pada saat tanaman dipindahkan dari persemaian ke lapangan

Menurut Rosliani dan Hilman (2002) Sedikitnya ada tiga teknik budidaya bawang merah menggunakan TSS yaitu melalui persemaian, ditanam langsung dan melalui pembentukan umbi mini. Teknik budidaya melalui persemaian memiliki beberapa kelebihan, diantaranya bibit atau bahan tanam lebih hemat dan tegar serta jumlah bibit yang diperlukan lebih hematdibandingkan ditanam langsung ataupun melalui pembentukan umbi mini. Namun demikian masih juga mempunyai kelemahan yaitu memerlukan waktu yang lama dipersemaian sehingga umur pindah tanam juga lebih lama yaitu pada umur 6 minggu setelah semai (Deptan, 2007).

Sopha (2010) menambahkan bibit siap dipindahkan ke lapangan untuk ditanam pada umur 4-6 minggu setelah semai, dimana bibit sudah mempunyai 2-4 helai daun. Menurut Sumanaratneet al., (2005), bibit dipersemaian umur 4 minggu setelah semai baru dapat dipindahkan ke lapangan untuk ditanam dengan standar jarak tanam 8 cm x 8 cm atau 10 cm x 10 cm. Sumarni, et al., (2005) menyatakan bahwa umur 3 MSS sudah memiliki 4 helai daun sehingga bibit sudah siap dipindah tanam ke lapangan.

Triharyanto et al., (2013) melakukan penelitian terhadap bawang merah asal biji varietas TUK TUK dengan melakukan persemaian. Pemindahan bibit dari


(43)

persemaian ke lahan penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 18 hari setelah persemaian, namun banyak tanaman yang mengalami kematian.

Persentase bibit tumbuh di lapang yangtertinggi terdapat pada bibit yang ditanam pada umur 5 MSS yaitu sebanyak72.83%. Hal ini disebabkan pada umur bibit 5 MSS mempunyai kesempatanuntuk tumbuh dan berkembang dengan struktur tanaman yang lebih kuat danperakaran yang cukup banyak sehingga sangatmemudahkan pelaksanaan transplanting dan memberikan ketahanan tanaman yangcukup terhadap perubahan kondisi lingkungan pertanaman. Bibit tanaman yangberumur 3 MSS dan 4 MSS persentasenya lebih rendah dibandingkan denganbibit yang berumur 5 MSS. Hal ini disebabkan bibit tanaman belum sempurnapertumbuhan fisiologisnya (Nurshanti, 2008). Splittstoesser (1990) menambahkan bahwa pemeliharaanbibit dilakukan untuk menyempurnakan proses fisiologis dimana pada saat initanaman dapat menyimpan karbohidrat dan memproduksi kutikula sehinggatanaman dapat membentuk formasi perakaran dan bertahan pada kondisilingkungan yang tidak menguntungkan.


(44)

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium FMIPA Universitas Almuslim Matangglumpandua Bireuen dan di lahan sawah milik petani di Gampong Geulanggang Gampong Kecamatan Kota Juang Kabupeten Bireuen Provinsi Aceh dengan ketinggian tempat 7 meter dpl. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2013 sampai Januari 2014.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bawang merah asal biji varietas TUK TUK dari PT. East West Indonesia Jakarta.ZPT yang digunakan adalah NAA (Napthalene Acetic Acid) dari golongan auksin dan BAP (Benzil Amino Purin) dari golongan sitokinin. Bahan pelarut yang digunakan untuk melarutkan zat pengatur tumbuh NAA dan BAP adalah air destilasi atau aquades, NaOH 1 N. Sebagai pupuk dasar diberikan pupuk organik berupa pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha dan PIM Organik (500 kg/ha) dan pupuk anorganik yang terdiri dari pupuk Urea400 kg/ha, TSP 125 kg/ha dan pupuk KCl 150 kg/ha. Pengendalian penyakit dilakukan dengan menggunakan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 g/liter air dan untuk pengendalain hama menggunakan insektisida Azodrin 15 MSC dengan konsentrasi 2 cc/liter air.

Alat-alat yang digunakan adalah baki persemaian, timbangan analitik, gelas ukur, erlenmeyer 1000 ml, hot plate, alat pengaduk larutan, gelas ukur, cawan Petridis dan cawan aluminium sertaalat-alat pertanian pada umumnya seperticangkul, garu, meteran, hand sprayer, gembor, plastik transparan sebagai


(45)

naungan, kayu tonggak untuk pemasangan naungan, tali dan papan nama untuk pacak sampel serta timbangan analitik.

3.3. Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu teknik aplikasi zat pengatur tumbuh (Z) dan umur pindah tanam bibit TSS (T).

1. Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh(Z) terdiri atas 4 perlakuan: Z0 : Tanpa aplikasi ZPT (Perendaman benih dalam air selama 30 menit).

Z1 : Perendaman benih selama 30 menit dalam larutanNAA (Napthalene

Acetic Acid) 50 ppm + BAP (Benzil Amino Purin)50 ppm dengan volume 25 ml/0.75 gram benih

Z2 : Penyemprotan denganlarutan NAA 50 ppm + BAP 50 ppm pada umur 1,

3dan 5MSPT (Minggu Setelah Pindah Tanam).

Z3 : Perendaman benih selama 30 menit dalam larutan NAA 50 ppm + BAP

50 ppm dan penyemprotan dengan larutan NAA 50 ppm + BAP 50 ppm pada 1, 3 dan 5 MSPT.

2. Umur pindah tanam bibit TSS ke bedengan(T) terdiri dari 4 taraf :

T1 : Pindah Tanam Umur Bibit 3 MSS (Minggu Setelah Semai)

T2 : Pindah Tanam Umur Bibit 4 MSS

T3 : Pindah Tanam Umur Bibit 5 MSS

T4 : Pindah Tanam Umur Bibit 6 MSS

Dengan demikian diperoleh 16 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 48 unit percobaan.Jumlah plot percobaan ada 48 plot, dengan luas masing-masing plot 1 m², dengan jarak


(46)

antar plot 50 cm dan jarak antar ulangan 70 cm. Jarak tanam bawang merah asal biji yang baik di dataran rendah adalah 10 x 10 cm (Sumanaratne,et al., 2005), dengan ukuran plot dan jarak tanam tersebut maka dalam satu plot terdapat 100 tanaman dengan jumlah tanaman sampel adalah 16 tanaman (Lampiran 3).

Setiap perlakuan diulang tiga kali dan masing-masing ulangan sebanyak 100 tanaman (16 sampel tetap) dan selebihnya untuk sampel destruktif kecuali tanaman pinggir.

Tabel 1.Susunan kombinasi perlakuan antara teknik aplikasizat pengatur tumbuhdan umur pindah tanam bibit TSS

Kombinasi

Perlakuan Teknik Aplikasi ZPT

Umur Pindah Tanam Bibit TSS

Z0T1 Tanpa Aplikasi ZPT Umur Bibit 3 MSS

Z0T2 Tanpa Aplikasi ZPT Umur Bibit 4 MSS

Z0T3 Tanpa Aplikasi ZPT Umur Bibit 5 MSS

Z0T4 Tanpa Aplikasi ZPT Umur Bibit 6 MSS

Z1T1 Perendaman Benih dalam larutan ZPT Umur Bibit 3 MSS

Z1T2 Perendaman Benih dalam larutan ZPT Umur Bibit 4 MSS

Z1T3 Perendaman Benih dalam larutan ZPT Umur Bibit 5 MSS

Z1T4 Perendaman Benih dalam larutan ZPT Umur Bibit 6 MSS

Z2T1 Penyemprotan Larutan ZPT pada umur 1,

3 dan 5 MSPT

Umur Bibit 3 MSS

Z2T2 Penyemprotan Larutan ZPT pada umur 1,

3 dan 5 MSPT Umur Bibit 4 MSS

Z2T3 Penyemprotan Larutan ZPT pada umur 1,

3 dan 5 MSPT

Umur Bibit 5 MSS

Z2T4 Penyemprotan Larutan ZPT pada umur 1,

3 dan 5 MSPT Umur Bibit 6 MSS

Z3T1 Perendaman Benih dan Penyemprotan

tanaman dengan ZPT Umur Bibit 3 MSS

Z3T2 Perendaman Benih dan Penyemprotan

tanaman dengan ZPT

Umur Bibit 4 MSS

Z3T3 Perendaman Benih dan Penyemprotan

tanaman dengan larutan ZPT

Umur Bibit 5 MSS

Z3T4 Perendaman Benih dan Penyemprotan

tanaman dengan larutan ZPT Umur Bibit 6 MSS

Keterangan : MSS : Minggu Setelah Semai MSPT : Minggu Setelah Pindah Tanam


(47)

3.4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan model matematika data statistik sebagai berikut :

Yijk = µ + βi + Zj + Tk + (ZT)jk + εijk Keterangan :

Yijk : Hasil pengamatan perlakuan Teknik aplikasi Zat Pengatur

Tumbuh (Z) pada taraf ke j dan Umur pindah tanam bibit TSS (T) pada taraf ke -k pada ulangan ke -i

µ : Nilai tengah umum

βi : Pengaruh ulangan pada taraf ke -i (I = 1, 2, 3))

Zj : Teknik AplikasiZat Pengatur Tumbuh (Z) taraf ke -j (j = 1, 2, 3, 4)

Tk : Pengaruh Umur pindah tanam bibit TSS (T) taraf ke -k (k = 1,

2, 3, 4)

(ZT)jk : Pengaruh interaksi antara faktor Z taraf ke –j dan faktor T taraf ke –k.

εijk : Galat Percobaan

Data hasil pengamatan dianalisis dalam anovauntuk masing-masing peubah dan dianalisa dengan uji F, apabila dalam Uji statistik data diperoleh hasil yang signifikan maka pengujian dilanjutkan dengan uji Tukey dengan menggunakan software minitab (Gomez dan Gomez. 1995).


(48)

3.5. Pelaksanaan Penelitian

3.5.1. Pembuatan Larutan Stok NAA dan BAP

Pembuatan larutan stok 50 ppm NAA dilakukan dengan cara melarutkan 50 mg NAA dengan NaOH1 N sebanyak 5-10 tetes kemudian dipenuhi volumenya dengan aquades hingga mencapai 1 liter.

Pembuatan larutan stok 50 ppm BAP dilakukan dengan cara melarutkan 50 mg BAP dengan NaOH 1 N sebanyak 5-10 tetes, kemudian dipenuhi volumenya dengan air aquades hingga mencapai 1 liter.

3.5.2.Persiapan Benih

Kebutuhan benih bawang merah asal biji (True Shallot Seed) adalah 7,5 kg/ha atau 0,75 gr/m² atau 0,75 g/plot. Dalam penelitian ini ada 48 plot, jadi benih yang dibutuhkan adalah 36 gram. Dalam 1 gram benih terdapat lebih kurang 350 biji TSS. Jadi dalam 36 gram terdapat 12.600 biji TSS.

Perendaman benih bawang merah dalam larutan 50 ppm NAA + 50 ppm BAP dilakukan dengan cara mencampurkan larutan 50 ppm NAA dengan 50 ppm BAP dalam tabung Erlenmeyer (1000 ml) dengan volume larutan sebanyak 25 ml/0.75 gram benih. Kemudian menyiapkan 12 cawan petridish untuk persemaian selama 6 minggu agar dapat dipindah tanam pada umur bibit 6 minggu setelah semai (T4). 12 cawan petridish yang digunakan meliputi 3 petridish untuk perendaman benih dalam air tanpa aplikasi ZPT, 3 petridish untuk perendaman dalam air karena akan dilakukan penyemprotan dengan larutan ZPT pada umur 1, 3 dan 5 MSS, 3 petridish untuk perendalam larutan ZPT dan 3 petridish lagi untuk perendalam dalam larutan ZPT dan penyemprotanan pada 1,3 dan 5 MSS.


(49)

Biji bawang merah (TSS) dimasukkan dalam masing-masing petridish sebanyak 0,75 gram. 6 petridish ditambahkan air masing-masing sebanyak 25 ml (sampai semua benih terendam) untuk perlakuan tanpa aplikasi ZPT (Z0) dan perlakuan penyemprotan saja pada umur 1, 3 dan 5 MSPT (Z2). Dan 6 petridish lagi ditambahkan larutan ZPT (50 ppm NAA + 50 ppm BAP). Masing-masing petridish diisi sebanyak 25 ml larutan kombinasi ZPT tersebut (Gambar 2).

Perendaman biji dilakukan selama 30 menit, baik dalam larutan ZPT atau dalam air. Setelah 30 menit kemudian, biji disaring selanjutnya dikeringanginkan selama 1 jam. Biji yang tidak basah lagi dimasukkan dalam petridish kering dan siap untuk disemai dalam masing-masing baki yang telah disiapkan.

3.5.3. Persiapan Media Persemaian

Sebelum melakukan persemaian terlebih dahulu menyiapkan media untuk persemaian. Media yang digunakan adalah campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Media tersebut diaduk sampai rata kemudian dimasukkan dalam baki persemaian. Baki persemaian yang digunakan berukuran 28 cm x 36 cm dengan tinggi 7,5 cm. Dalam satu baki persemaian tersebut disemai benih sebanyak 0,75 gram sesuai dengan kebutuhan untuk 1 plot percobaan. Jadi baki yang dibutuhkan adalah sebanyak 48 baki untuk keperluan 48 plot percobaan.

Dari 48 baki persemaian, 12 baki untuk persemaian pertama untuk pindah tanam umur 6 MSS (T4) dengan teknik aplikasi ZPT sesuai perlakuan. Selang waktu seminggu dilanjutkan dengan persemaian kedua


(50)

untuk pindah tanam umur 5 MSS dan begitu juga dengan persemaian untuk pindah tanam umur bibit 4 dan 3 MSS, sehingga waktu pindah tanam bibit ke lapangan dapat dilakukan serentak pada hari yang sama dengan umur bibit yang berbeda.

3.5.4. Penyemaian

Biji TSS dari masing-masing petridish disemai dalam masing-masing baki persemaian yang berisi media campuran tanah dan pupuk kandang (1:1). Penyemaian dilakukan secara larikan dengan jarak larikan 7 cm dengan kedalaman ± 1 cm. Setelah melakukan persemaian kemudianbaki persemaian diletakkan dilahan pembibitan yang sebelumnya telah dibuat naungan berupa plastik transparan. Semua baki persemaian ditutup dengan plastik hitam dan dibuka setelah 3 hari kemudian setelah semua biji telah berkecambah (Gambar 3 dan 4).

3.5.5. Pemeliharaan Persemaian

Pemeliharaan persemaian dilakukan meliputi penyiraman, pemupukan dan pengendalian hama, penyakit dan gulma. Penyiraman dilakukan pada hari keempat setelah persemaian karena media persemaian sudah mulai kering. Penyiraman dilakukan pada sore hari dengan menggunakan gembor.

Pupuk yang diberikan adalah pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 0,2 gram per liter air dan disiram ke baki persemaian setiap seminggu sekali sampai bibit siap dipindahkan ke lapangan. Untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman di pembibitan dapat diberikan insektisida Azodrin


(51)

MSC dengan konsentrasi 2 cc/liter air dan fungisida Dithane M 45 dengan konsentrasi 2 g/liter air. Sedangkan pengendalian gulma dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh disekitar bibit dengan menggunakan tangan.

3.5.6. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh

Pengaplikasian zat pengatur tumbuh dilakukan pada benih botani bawang merah (TSS) sesuai dengan perlakuan baik dengan perendaman benih seperti yang telah dijelaskan diatas maupun dengan teknik aplikasi dengan penyemprotan.

Penyemprotan dengan larutan zat pengatur tumbuh (NAA 50 ppm + BAP 50 ppm) dengan masing-masing volume sebanyak 1 liter dilakukan pada tanaman bawang merah umur 1, 3 dan 5 minggu setelah pindah tanam (MSPT). Penyemprotan dilakukan pada sore hari dengan menggunakan hand sprayer. Pada saat melakukan penyemprotan pada setiap perlakuan, pada setiapplot digunakan penutup plastik transparan sehingga tidak mempengaruhi plot yang lain (Gambar 11).

Volume penyemprotan dapat membasahi seluruh bagian daun dan seragam untuk setiapplot percobaan.Untuk setiap plot memerlukan dosis yang berbeda, hal ini disebabkan pemindahan tanaman dengan umur yang berbeda pertumbuhannya juga sangat berbeda. Perlakuan penyemprotanpada umur 1 MSPT (Minggu Setelah Pindah Tanam) memerlukan 25 ml ZPT per plot untuk setiap plot dengan umur bibit 3 MSS saat pindah tanam, 50 ml ZPT untuk plot 4 MSS, 75 ml ZPT untuk plot 5 MSS dan 100 ml ZPT untuk plot 6 MSS. Penyemprotan pada umur 3 MSPT memerlukan 50 ml ZPT per plot untuk plot 3 MSS, 75 ml untuk plot


(52)

4 MSS, 100 ml untuk plot 5 MSS dan 125 ml untuk plot 6 MSS. Pada perlakuan penyemprotan umur 5 MSPT memerlukan 50 ml untuk setiap plot umur 3 MSS saat pindah tanam, 125 ml untuk plot 4 MSS dan 150 ml untuk setiap plot 5 dan 6 MSS saat pindah tanam.

3.5.7. Naungan

Naungan diperlukan untuk melindungi bibit dari panas dan hujan, mengurangi evaporasi, serta menjaga kelembaban lingkungan mikro bibit TSS. Naungan yang digunakan berupa plastik fiber atau kasa plastik transparan dengan penyangga kayu. Dan naungan dibuka seminggu sebelum bibit dipindah tanam ke plot penanaman agar tanaman mendapatkan sinar matahari selama di pembibitan sehingga pada saat akan dipindahkan ke lapangan terbuka sudah dapat bertahan dan tanaman tidak langsung layu karena panas.

3.5.8. Pengolahan tanah dan Persiapan Lahan

Pengolahan tanah pada dasarnya dilakukan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya bawang merah. Pengolahan tanah diperlukan untuk menggemburkan tanah, memperbaiki drainase dan aerase tanah, meratakan permukaan tanah dan mengendalikan gulma.

Lahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah lahan kering sehingga perlu diolah dengan baik. Pengolahan tanah dilakukan dua kali, pengolahan tanah pertama dilakukan sebulan sebelum penanaman, dua minggu kemudian diolah kembali sekaligus membuat bedengan atau plot.


(53)

Bedengan atau plot penanaman dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m dengan jarak antar plot 50 cm dan jarak antar ulangan 70 cm dengan jumlah keseluruhannya ada 48 plot.

3.5.9. Pemupukan

Setelah plot siap dibuat maka pemupukan dengan menggunakan pupuk organik (PIM Organik) sebagai pupuk dasar disebarkan diatas bedengan sebanyak 500 kg/ha (5 gr/m²). Perlakuan pemupukan ini dilakukan 2 minggu sebelum penanaman.

Sedangkan aplikasi pupuk anorganik dilakukan sebelum pemasangan mulsa plastik hitam perak dengan dosis masing-masing sebagai berikut : Urea 400 kg/ha, TSP 125 kg/ha dan pupuk KCl 150 kg/ha.TSP diberikan sekaligus dengan setengah bagian Urea dan KCl dengan cara disebar dan diratakan kemudian baru dipasang mulsa plastik. Sisa Urea dan KCl diberikan pada saat tanaman berumur 2 MSPT dengan cara disiram ke tanaman dengan dosis yang sama untuk setiap rumpun tanaman

3.5.10.Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak

Pemasangan mulsa plastik hitam perak (MPHP) dilakukan sehari sebelum tanam dan setelah pemberian pupuk anorganik sebagai pupuk dasar. Pemasangan mulsa plastik dilakukan pada pukul 10. 00 – 14.00 WIB pada saat matahari bersinar cerah agar bahan mulsa memuai maksimal dan menutup tanah serapat mungkin sehingga permukaan plastik akan rata dan melekat sempurna pada permukaan tanah.


(54)

3.5.11.Penanaman

Sehari sebelum melakukan penanaman, pada mulsa plastik hitam perak dibuat lobang dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm sesuai dengan jarak tanam bawang merah asal biji (TSS). Bibit dipindahkan ke lapangan untuk ditanam sesuai dengan perlakuan yang sebelumnya telah ditancapkan papan nama perlakuan sesuai dengan bagan percobaan (Lampiran 2).Penanaman dilakukan pada hari yang sama sesuai dengan umur bibit yang telah disemai.

3.5.12.Penyulaman

Penyulaman dilakukan 1 sampai 3 hari setelah pindah tanam. Penyulaman ini dilakukan karena ada tanaman yang mati saat pemindahan ke bedengan, terutama pada plot dengan umur bibit 3 minggu setelah semai (MSS). Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah sisa bibit yang ada pada masing-masing baki persemaian yang sesuai dengan masing-masing-masing-masing plot.

3.5.13.Pemeliharan Tanaman Setelah Pindah Tanam Bibit ke Lapangan Sama halnya pada saat pemeliharaan persemaian, pemeliharaan tanaman dilapangan meliputi penyiraman, pengairan, pemupukan, dan pengendalian hama, penyakit dan gulma. Pengairan dalam saluran drainase dilakukan seminggu sekali apabila tidak ada hujan yang kegunaannya untuk menjaga tanah tetap lembab. Penyiraman dilakukan hanya satu kali sehari yaitu pada sore hari.


(55)

Pemupukan dilakukan sesuai dengan aplikasi pupuk seperti yang dijelaskan diatas. Penyiangan dilakukan apabila ada gulma yang dapat menembus mulsa plastik hitam perak dan gulma yang tumbuh disekitar lubang tanam. Pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman dilakukan secara terpadu. Apabila terjadi serangan berat boleh menggunakan pestisida. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida Dithane M.45 dengan konsentrasi 2 gr/l air. Sedangkan pengendalian hama dapat menggunakan insektisida Azodrin 15 MSC dengan konsentrasi 2 cc/l air. Insektisida tidak diberikan pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam.

3.5.14.Panen dan Pasca Panen

Umur panen bawang merah asal biji varietas TUK TUK menurut deskripsi varietas tersebut adalah 85 HST apabila ditanam di dataran rendah. Namun jika dilihat sekitar 75% daun sudah mulai rebah atau kuning dan mengering dan batang leher umbi terkulai (Gambar 12).

Panen sudah dapat dilakukan mulai pada umur 75 HSPT pada bibit umur 4, 5 dan 6 MSS. Namun pada bibit umur 3 MSS, panen baru dapat dilakukan pada umur 82 HSPT. Panen dilakukan dengan mencabut umbi beserta akarnya kemudian ditimbang berat berangkasan basah dengan timbangan analitik. Satu minggu sebelum melakukan pemanenan terjadi hujan terus-menerus sehingga beberapa umbi bawang merah ada yang membusuk.


(56)

Teknik pasca panen dilakukan dengan cara menjemur umbi beserta daun dan akarnya atau dikeringanginkan selama satu minggu kemudian ditimbang sebagai berat berangkasan kering.

3.6. Pengamatan

Pengamatan terhadap perlakuan benih dilakukan setiap hari sejak benih direndam kemudian dikecambahkan dan siap disemaikan dalam baki-baki persemaian. Pengamatan dan pengumpulan data dimulai pada saat keluarnya akar (radikula) dan daun (plumula) hingga akhir penelitian.

3.6.1. Persentase (%) Daya Kecambah

Persentase perkecambahan menunjukan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Persentase daya kecambah biji botani (TSS) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Perkecambahan = Jumlah Kecambah yang tumbuh x 100%

Total Jumlah Benih yang Diuji Total jumlah benih yang diuji adalah 100 benih.

3.6.2. Tinggi tanaman (cm)

Pengamatan terhadap tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur pangkal batang (false stem) sampai daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Tinggi tanaman diukur pada saat tanam, umur 15 , 30 dan 45 HSPT.


(57)

Jumlah daun per tanaman diperoleh dengan menghitung jumlah daun pada setiap tanaman sampel.Jumlah daun dihitung pada saat tanam, umur 15, 30 dan 45 HSPT.

3.6.4. Jumlah akar (buah)

Jumlah akar dihitung pada saatbibit dicabut dari baki persemaian pada saat hendak dipindah tanam ke plot dan pada waktu panen.

3.6.5. Jumlah Khlorofil Daun (unit)

Jumlah khlorofil daun bawang merah diukur dengan menggunakan alat Khlorofil meter.Klorofil meter SPAD adalah alat untuk mengukur khlorofil daun secara relatif yang dinyatakan dalam satuan unit.Cara menggunakan alat tersebut adalah dengan meletakkan alat khlorofil meter pada daun yang ke tiga dari daun yang baru muncul (dari daun paling atas) pada 3 tanaman sampel. Menggunakan garis pusat di kepala pengukur untuk meluruskan jendela kepala pengukur dan menempatkannya di atas daun untuk diukur. Kalau kepala ditutup di atas daun, meteran akan berbunyi, pengukuran digital akan muncul di layar, dan pembacaan akan disimpan dalam alat (Gambar 12). Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 50 hari setelah pindah tanam (HSPT).

3.6.6. Berat Brangkasan Basah (gram)

Berat brangkasan basah diukur dengan menimbang seluruh bagian tanaman termasuk daun, akar dan umbinya. Setelah panen, semua umbi bawang merah beserta daun dan akarnya dibawa ke laboratorium untuk ditimbang


(58)

berat brangkasan basah.Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik. Berat brangkasan basah yang diukur adalah berat berangkasah basah per tanaman sampel dan berat berangkasan basah per plot (keseluruhan tanaman yang ada dalam masing-masing plot).

3.6.7. Berat Brangkasan Kering (gram)

Berat Brangkasan Kering diukur dengan menimbang seluruh bagian tanaman (berat total umbi, daun dan akar) setelah dikeringkan selama satu

minggu setelah panen. Pengeringan dilakukan dengan cara

dikeringanginkan diluar ruangan dan tidak terkena sinar matahari langsung. Berat brangkasan kering yang diukur adalah berat brangkasah kering per tanaman sampel dan berat berangkasan kering per plot (keseluruhan tanaman yang ada dalam masing-masing plot).

3.6.8. Diameter Umbi (cm)

Diameter umbi diukur pada saat panen dengan menggunakan jangka sorong dengan cara jangka sorong diletakkan pada bagian umbi yang terbesar atau bagian tengah.

3.6.9. Jumlah umbi (umbi)

Jumlah umbi dihitung pada saat panen dengan menghitung jumlah umbi pada setiap tanaman sampel.

3.6.10.Umur Panen (hari)

Umur panen bawang merah dihitung sejak persemaian sampai panen dengan satuan hari setelah semai (HSS) dan setelah pindah tanam bibit dengan satuan hari setelah pindah tanam (HSPT)dengan melihat kriteria


(59)

panennya yaitu jika 70-75% daun sudah mulai rebah, kuning dan mengering. Panen pertama dilakukan pada umur 75 HSPT dan panen kedua pada umur 82 HSPT.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Persentase Daya Kecambah (%)

Data pengamatan terhadap persentase daya kecambah benih disajikan pada Lampiran 4, 6, 8 dan 10. Hasil uji T (Lampiran 5, 7, 9 dan 11)menunjukkan bahwa perendaman benih TSS dalam larutan ZPT (kombinasi 50 ppm NAA dan 50 ppm BAP) dan dalam air berbeda nyata. Hal ini diduga karena benih TSS yang digunakan adalah benih yang bermutu dengan daya kecambah 83%. Sesuai dengan keterangan yang ada pada label benih dan sesuai dengan diskripsi benih TSS varietas TUK TUK yang dikeluarkan oleh Departemen Kementerian Pertanian (Lampiran 3). Daya berkecambah benih TSS yang dihasilkan pada perlakuan BAP 50–100 ppm di atas standar sertifikasi mutu benih (75%) yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Perbenihan (2007), yaitu mencapai 85,04-86,75%. Data ini menunjukkan bahwa aplikasi ZPT pada konsentrasi tersebut memberikan mutu benih yang baik.

Rata-rata persentase daya kecambah dengan perlakuan perendaman dalam air (Z0) dan perendaman dalam larutan ZPT (kombinasi 50 ppm NAA dan 50 ppm BAP) (Z1) tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata persentase daya kecambah (%) dengan perlakuan perendaman dalam air (Z0) dan perendaman dalam larutan ZPT (Z1)

Perlakuan

% Daya Kecambah Minggu


(60)

Z0 (Perendaman

dalam air) 85.83 84.83 84.17 85.33

Z1(Perendaman dalam larutan ZPT)

86.67* 86.83* 86.67* 86.83*

Keterangan : * : Daya kecambah benihnya lebih tinggi

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa rata-rata persentase daya kecambah biji bawang merah akibat pengaruh perlakuan perendaman dalam larutan ZPT (NAA 50 ppm + BAP 50 ppm) (Z1) lebih tinggi dibandingkan dengan perendaman dalam air (Z0). Hal ini disebabkan karena zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin dapat meningkatkan daya kecambah benih. Sesuai dengan pendapat Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa fungsi lain dari sitokinin dan auksin adalah mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar; mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan; dan menunda penuaan. Wattimena (1998) menambahkan bahwa auksin secara eksogen akan mempengaruhi kadar auksin endogen, pemberian ZPT pada konsentrasi tertentu akanmenstimulasi pertumbuhan, karena merubah level hormon endogen. 2,4D dapat mempengaruhi hormon-hormon yang berperan dalam perkecambahan benih seperti auksin, giberralin dan sitokinin yang akan mempengaruhi aktivitas enzim sehingga membantu perkecambahan biji. Menurut Hassani et al., (2009), Subbiah dan Reddy (2010), sitokinin (BAP, BA, dan kinetin) juga berperan dalam merangsang perkecambahan benih tanaman yang diaplikasikan langsung pada benih (seed treatment).

Kemampuan biji berkecambah dipengaruhi oleh aktivitas metabolisme yang terjadi di dalam benih setelah imbibisi dan sangat ditentukan juga oleh peranan enzim.Biji tetap dapat tumbuh meskipun tanpa penambahan ZPT, hal


(1)

192


(2)

193


(3)

194


(4)

195


(5)

196


(6)

197


Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Dan Frekuensi Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Kinetin Terhadap Pemecahan Dormansi Pucuk Tanaman Teh (Camellia sinensis L.) Produksi

0 38 103

Pengaruh Berbagai Level Zat Pengatur Tumbuh Dekamon 22,43 L Dan Pupuk Kandang Domba Terhadap Produksi Dan Pertumbuhan Legum Stylo (Stylosanthes Gractlis)

0 34 66

Pengaruh Pemberian Pupuk Stadya Daun Dan Zat Pengatur Tumbuh Atonik 6,5 L Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.)

0 41 96

Pengarah campuran media tanam dan zat pengatur tumbuh Giberellin terhadap pertumbuhan bibit mengkudu (Morinda citrifolia L.)

0 27 84

Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (allium ascalonicum l.) Varietas Tuk-Tuk Terhadap Jarak Tanam Dan Dosis Pupuk KCl

12 76 55

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascolanicum L) Terhadap Pemberian Pupuk Kalium

2 40 88

Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos TKKS dan Jarak Tanam di Dataran Rendah

3 46 85

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 107

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 8

Pengaruh Teknik Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Umur Pindah Tanam Bibit TSS (True Shallot Seeds) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah (Allium ascaloicum L.)

0 0 20