WACANA MEDIA TENTANG KINERJA PEMERINTAH DALAM MENANGANI KASUS LUMPUR LAPINDO (Studi pada Harian Pagi Surya Edisi 1 27 September, 9 Oktober, 30 Nopember 2006 dan Jawa Pos Edisi 6 27 September, 9 Oktober, 30 Nopember 2006)
WACANA MEDIA TENTANG KINERJA PEMERINTAH
DALAMMENANGANI KASUS LUMPUR LAPINDO(Studi pada Harian Pagi
Surya Edisi 127 September, 9 Oktober, 30Nopember 2006 dan Jawa Pos
Edisi 627 September, 9 Oktober, 30Nopember 2006)
Oleh: Emi Christina ( 02220074 )
Communication Science
Dibuat: 20080206 , dengan 3 file(s).
Keywords: Wacana Media, Kinerja Pemerintah
Abstrak
Media massa, sebagai sarana persuasi dan alat penyampai informasi telah menyajikan berbagai
hal kepada khalayaknya, termasuk juga menginformasikan bagaimana upaya serta kinerja
pemerintah dan PT. Lapindo dalam mengatasi masalah lumpur panas serta bagaimana
perkembangan terahir akibat semburan tersebut. Hampir semua media massa baik cetak maupun
elektronik menyajikan informasi mengenai bencana Lapindo. Bahkan ada beberapa media yang
memblow up kasus Lapindo secara kontinue. Harian Pagi Surya dan Jawa Pos misalnya, kedua
media massa ini memiliki visi, misi dan tujuan yang berbeda, sehingga dalam hal pengemasan
dan penyajian berita pun berbeda. Kepentingankepentingan lain dari kedua surat kabar
tersebutlah yang menjadi latar belakang bagaimana teks berita itu diproduksi dan disajikan
kepada khalayak.
Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Pamela
J. Shoemaker dan Stephen D. Rese, seperti dikutip oleh Agus Sudibyo dalam bukunya “Politik
Media dan Pertarungan Wacana” (2001:710) mengidentifikasi ada lima faktor yang
mempengaruhi kebijakan redaksi: Pertama, faktor individual. Kedua, level rutinitas media
(media routine). Ketiga, level organisasi. Keempat, level ekstramedia. Kelima, level ideologi.
Dengan kata lain, jika media massa kehilangan hak independennya maka informasi yang
disajikanpun tidak akan objektif.
Penelitian yang berjudul “Wacana Media Tentang Kinerja Pemerintah dalam Menangani Kasus
Lumpur Lapindo” ini merupakan sebuah studi interpretatif dari metode analisis wacana kritis
(Critical Discourse Analysis), dan menggunakan kerangka analisis dari pemikiran Theo van
Leeuwen. Aliran dari analisis wacana kritis model Van Leeuwen ini adalah Analisis Bahasa
Kritis (Critical Linguistics). Critical Linguistics memusatkan analisis wacana pada bahasa dan
menghubungkannya dengan ideologi. Inti dari gagasan Critical Linguistics adalah melihat
bagaimana gramatika membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Dalam studi analisis teks
berita, paradigma kritis berpandangan bahwa berita bukanlah sesuatu yang netral, dan menjadi
ruang publik dari berbagai pandangan yang berseberangan dalam masyarakat. Penelitian ini
menggunakan surat kabar Harian Pagi Surya dan Jawa Pos, selain untuk melakukan
perbandingan peneliti juga ingin mengetahui bagaimana kedua media mewacanakan kinerja
pemerintah selama menangani kasus lumpur Lapindo.
Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa, surat kabar regional seperti Harian Pagi Surya
cenderung melihat fenomena luapan lumpur Lapindo secara politis, hal ini dikarenakan media
dipengaruhi oleh faktor individual yang berada dalam media. Sedangkan Jawa Pos yang juga
merupakan surat kabar nasional senantiasa menggunakan head line maupun judul berita yang
bombastis dan berbau sensasionalitas, lahirnya teksteks semacam ini dipengaruhi oleh faktor
ekstramedia dan faktor organisasi media. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa perbedaan
pewacanaan kedua media dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berada dibalik media itu sendiri.
Atas hasil tersebut, bisa direkomendasikan bahwa media maupun jurnalisnya harus lebih
mengutamakan profesionalisme dalam mengemas suatu informasi, dan jangan mengkonstruksi
suatu isu berdasarkan apa yang digemari oleh khalayak. Media juga hendaknya tidak melibatkan
ideologinya dalam pengemasan suatu informasi agar berita yang dihasilkan lebih objektif. Sebab
jika hal ini dibiarkan terusmenerus maka bangsa ini tidak akan bangkit dari apa yang disebut
kebodohan dan kemiskinan
Mass media as persuasive and deliver information tool, have presented a lot of things to the
audiences. Including inform how the government and PT. Lapindo struggle to solve the mud
problem, and also inform the latest news about the issue. Even there are some of mass media
such as Harian Surya and Jawa Pos blow up the issue continuously, but those media have
different vision, mission, and also different purpose. Those reason made media, using different
package to deliver their news. Another hidden agenda from those media become another factor
how news written, produce and deliver to the audiences.
News which is presented by media basically accumulation from vary influences. Shoemaker. J.
Pamela and Rese, D. Stephen quote by Sudibyo, Agus in his book “ Politik Media dan
Pertarungan Wacana” identify there are 5 factors influence the policy. First, individual factor,
Second, Media routine level, Third, Organization Level, Fourth, Ekstramedia Level, Fifth,
Ideology Level. In other word, when mass media loss its independency, then the information
which delivery would not objective any more.
This research with title “ Media Discourse about the Government Progress Solve The Lapindo
Mud Problem” is interpretative study from Critical Discourse Analysis and using framework
analyst from Theo Van Leeuwen. The main idea from Theo Van Leeuwen analyst model is
Critical Linguistic. These critics focus on the used language and relate it with the ideology. The
main idea of Critical Linguistic is interpret how grammatical could bring position and meaning
of certain ideology. In news text analyst, from the paradigm critics point of view, news wasn’t
something neutral and become place from any kind of opinions in society. This research using
Harian Surya and Jawa Pos newspaper, as research comparation, researcher wants to know how
these media discourse government solve the Lapindo mud problem.
The result of this research assess that regional news paper such as Harian Surya tend to analyst
the Lapindo mud phenomenon from political side, this thing happen cause of media influenced
by individual factor which is stay behind the desk. While Jawa Pos as national news paper often
to use headline in big title seems more bombastic and sensational. The born of these texts
influence by ekstramedia and media organization factor. In other word, it could be conclude that
the differences of media discourse, both of media influenced by a lot of factors behind the media
it self.
From the result, researcher recommended that media or journalist should put profesionalism in
first place, when packaging information, and do not reconstruct issue base on audiences favourite
interest. Media shouldn’t involved ideology to delivery information, and produce more abjective
news. If media kept doing this,then this country will kept stay in uneducate situation and poverty.
DALAMMENANGANI KASUS LUMPUR LAPINDO(Studi pada Harian Pagi
Surya Edisi 127 September, 9 Oktober, 30Nopember 2006 dan Jawa Pos
Edisi 627 September, 9 Oktober, 30Nopember 2006)
Oleh: Emi Christina ( 02220074 )
Communication Science
Dibuat: 20080206 , dengan 3 file(s).
Keywords: Wacana Media, Kinerja Pemerintah
Abstrak
Media massa, sebagai sarana persuasi dan alat penyampai informasi telah menyajikan berbagai
hal kepada khalayaknya, termasuk juga menginformasikan bagaimana upaya serta kinerja
pemerintah dan PT. Lapindo dalam mengatasi masalah lumpur panas serta bagaimana
perkembangan terahir akibat semburan tersebut. Hampir semua media massa baik cetak maupun
elektronik menyajikan informasi mengenai bencana Lapindo. Bahkan ada beberapa media yang
memblow up kasus Lapindo secara kontinue. Harian Pagi Surya dan Jawa Pos misalnya, kedua
media massa ini memiliki visi, misi dan tujuan yang berbeda, sehingga dalam hal pengemasan
dan penyajian berita pun berbeda. Kepentingankepentingan lain dari kedua surat kabar
tersebutlah yang menjadi latar belakang bagaimana teks berita itu diproduksi dan disajikan
kepada khalayak.
Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang beragam. Pamela
J. Shoemaker dan Stephen D. Rese, seperti dikutip oleh Agus Sudibyo dalam bukunya “Politik
Media dan Pertarungan Wacana” (2001:710) mengidentifikasi ada lima faktor yang
mempengaruhi kebijakan redaksi: Pertama, faktor individual. Kedua, level rutinitas media
(media routine). Ketiga, level organisasi. Keempat, level ekstramedia. Kelima, level ideologi.
Dengan kata lain, jika media massa kehilangan hak independennya maka informasi yang
disajikanpun tidak akan objektif.
Penelitian yang berjudul “Wacana Media Tentang Kinerja Pemerintah dalam Menangani Kasus
Lumpur Lapindo” ini merupakan sebuah studi interpretatif dari metode analisis wacana kritis
(Critical Discourse Analysis), dan menggunakan kerangka analisis dari pemikiran Theo van
Leeuwen. Aliran dari analisis wacana kritis model Van Leeuwen ini adalah Analisis Bahasa
Kritis (Critical Linguistics). Critical Linguistics memusatkan analisis wacana pada bahasa dan
menghubungkannya dengan ideologi. Inti dari gagasan Critical Linguistics adalah melihat
bagaimana gramatika membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Dalam studi analisis teks
berita, paradigma kritis berpandangan bahwa berita bukanlah sesuatu yang netral, dan menjadi
ruang publik dari berbagai pandangan yang berseberangan dalam masyarakat. Penelitian ini
menggunakan surat kabar Harian Pagi Surya dan Jawa Pos, selain untuk melakukan
perbandingan peneliti juga ingin mengetahui bagaimana kedua media mewacanakan kinerja
pemerintah selama menangani kasus lumpur Lapindo.
Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa, surat kabar regional seperti Harian Pagi Surya
cenderung melihat fenomena luapan lumpur Lapindo secara politis, hal ini dikarenakan media
dipengaruhi oleh faktor individual yang berada dalam media. Sedangkan Jawa Pos yang juga
merupakan surat kabar nasional senantiasa menggunakan head line maupun judul berita yang
bombastis dan berbau sensasionalitas, lahirnya teksteks semacam ini dipengaruhi oleh faktor
ekstramedia dan faktor organisasi media. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa perbedaan
pewacanaan kedua media dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berada dibalik media itu sendiri.
Atas hasil tersebut, bisa direkomendasikan bahwa media maupun jurnalisnya harus lebih
mengutamakan profesionalisme dalam mengemas suatu informasi, dan jangan mengkonstruksi
suatu isu berdasarkan apa yang digemari oleh khalayak. Media juga hendaknya tidak melibatkan
ideologinya dalam pengemasan suatu informasi agar berita yang dihasilkan lebih objektif. Sebab
jika hal ini dibiarkan terusmenerus maka bangsa ini tidak akan bangkit dari apa yang disebut
kebodohan dan kemiskinan
Mass media as persuasive and deliver information tool, have presented a lot of things to the
audiences. Including inform how the government and PT. Lapindo struggle to solve the mud
problem, and also inform the latest news about the issue. Even there are some of mass media
such as Harian Surya and Jawa Pos blow up the issue continuously, but those media have
different vision, mission, and also different purpose. Those reason made media, using different
package to deliver their news. Another hidden agenda from those media become another factor
how news written, produce and deliver to the audiences.
News which is presented by media basically accumulation from vary influences. Shoemaker. J.
Pamela and Rese, D. Stephen quote by Sudibyo, Agus in his book “ Politik Media dan
Pertarungan Wacana” identify there are 5 factors influence the policy. First, individual factor,
Second, Media routine level, Third, Organization Level, Fourth, Ekstramedia Level, Fifth,
Ideology Level. In other word, when mass media loss its independency, then the information
which delivery would not objective any more.
This research with title “ Media Discourse about the Government Progress Solve The Lapindo
Mud Problem” is interpretative study from Critical Discourse Analysis and using framework
analyst from Theo Van Leeuwen. The main idea from Theo Van Leeuwen analyst model is
Critical Linguistic. These critics focus on the used language and relate it with the ideology. The
main idea of Critical Linguistic is interpret how grammatical could bring position and meaning
of certain ideology. In news text analyst, from the paradigm critics point of view, news wasn’t
something neutral and become place from any kind of opinions in society. This research using
Harian Surya and Jawa Pos newspaper, as research comparation, researcher wants to know how
these media discourse government solve the Lapindo mud problem.
The result of this research assess that regional news paper such as Harian Surya tend to analyst
the Lapindo mud phenomenon from political side, this thing happen cause of media influenced
by individual factor which is stay behind the desk. While Jawa Pos as national news paper often
to use headline in big title seems more bombastic and sensational. The born of these texts
influence by ekstramedia and media organization factor. In other word, it could be conclude that
the differences of media discourse, both of media influenced by a lot of factors behind the media
it self.
From the result, researcher recommended that media or journalist should put profesionalism in
first place, when packaging information, and do not reconstruct issue base on audiences favourite
interest. Media shouldn’t involved ideology to delivery information, and produce more abjective
news. If media kept doing this,then this country will kept stay in uneducate situation and poverty.