memberikan makna dari beberapa peristiwa yang terjadi dengan berbagai bentuk dan kondisi sebagai reaksi yang muncul karena adanya sejumlah kepentingan karena merupakan interpretasi
subyektif. 2.2. Sumber dan Jenis Data
Menurut Moloeng 1998, sumber data paling utama dari penelitian pendekatan non- positivistikadalah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-
lain. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini diperoleh dari Key Person yaitu akuntan manajemen pada sebuah BUMN di Gresik yang ditentukan oleh penulis sebagai aktor dalam studi
ini. Dalam hal ini pengambilan sampel bersifat theoritikal sampling dan snowball sampling artinya penarikan sampel dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif ini dimaksudkan untuk memilih
responden yang benar-benar relevan dan kompeten dengan masalah yang diteliti dan dilakukan secara berulang-ulang.
3. REALITAS PRAKTIK AKUNTAN MANAJEMEN
Pada tahapan ini, penulis mengutarakan mengenai realitas yang dibangun oleh akuntan manajemen dalam menjalankan aktivitas profesinya. Akuntan manajemen dalam menjalankan
aktivitasnya selalu dihadapkan pada suatu keadaan yang dilematis. Tekanan organisasi sering menjadi pemicu dalam konflik internal. Hal ini disebabkan akuntan manajemen mempunyai
tanggung jawab baik internal maupun eksternal
Kondisi dilema sering menempatkan akuntan manajemen dalam pilihan yang sulit dan sering keluar dari koridor aturan, norma dan nilail yang telah ditetapkan. Penyimpangan aturan
inilah yang sering menimbulkan suatu gejolak dan berakibat pada proses penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan yang dihasilkan dalam suatu kondisi yang
dilematis akan mencerminlan ketidakakuratan laporan keuangan. Hal ini terjadi karena laporan keuangan tersebut dimungkinkan terdapat adanya sebuah konflik kepentingan dan kondisi ini
sering mengakibatkan timbulnya skandal akuntansi ataupun skandal korporasi.
3.1. Laporan Keuangan-Pengambilan Keputusan: Pandangan Praktis-Realistis
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan dan ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan dibuat
oleh akuntan manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan Baridwan, 2008.
Kualitas laporan keuangan yang disajikan kepada publik menjadi tolok ukur dalam melihat realitas yang ada pada perusahaan. Melalui laporan keuangan, pengguna dapat melihat
rekapitulasi transaksi atau kejadian ekonomis yang dicatat dalam jurnal dan diringkas menjadi suatu format pelaporan yang dinamakan laporan keuangan. Laporan keuangan ini diharapkan oleh
pengguna bisa memberikan informasi tentang badan usaha tersebut untuk pengambilan keputusan ekonomis.
Manajemen, pemimpin bahkan setiap orang selalu terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan memang harus dilakukan pada saat ini, namun dampak dan
akibatnya tidak dapat dinikmati saat ini juga, melainkan baru diketahui nanti. Oleh karena itu, pengambilan keputusan mempunyai resiko yang tinggi, karena jika salah dalam mengambil
keputusan maka kerugian akan di depan mata. Untuk itu, semakin tinggi kedudukan seseorang maka semakin besar dampak keputusan yang diambilnya bagi orang lain dan lembaga. Pada
umumnya pengambilan keputusan diserahkan kepada top manajemen. Pernyataan ini sesuai dengan informan Nurul
1
berikut ini:
1
Pseudonym adalah nama samaran yang biasanya dipakai penulis untuk nama nama di ceritanya
ISSN 2460-0784
Seminar Nasional dan The 2nd Call for Syariah Paper
Syariah Paper Accounting FEB UMS
580
“Di sini yang paling banyak mengambil keputusan memang mempunyai level setara dengan manajer ke atas bu... namun tidak menutup kemungkinan pengambilan keputusan
bisa dilakukan oleh pimpinan di bawahnya jika keadaannya memang mengharuskan seperti itu”.
Dalam proses pengambilan keputusan diperlukan informasi dan pengetahuan yang relevan. Pengetahuan dimaksud adalah pengetahuan menyangkut berbagai aspek masalah yang diputuskan.
Semakin luas informasi yang dimiliki pengambil keputusan semakin tepat keputusan yang diambilnya. Semakin banyak pengalaman seorang di bidang yang diputuskan, maka semakin tepat
keputusan yang diambilnya. Prespektif Pertama: Pengambilan keputusan pada salah satu BUMN dilakukan oleh
akuntan manajemen yang mempunyai kedudukan yang tinggi 3.2. Keputusan Etis Sang Aktor
Pengambilan keputusan penting yang dibuat oleh akuntan manajemen pada umumnya dilakukan pada level manajer ke atas atau level kepala bagian ke atas. Satu hal yang paling sulit
dan harus diambil oleh seorang manajer akuntansi adalah pada saat pengambilan keputusan untuk menentukan apakah keputusan tersebut etis ataukah tidak etis. Keputusan etis ethical decision
didefinisikan sebagai sebuah keputusan baik secara legal maupun moral yang dapat diterima oleh masyarakat luas Trevino, 1986; Jones, 1991.
Kemampuan dalam mengidentifikasi dan melakukan perilaku etis dan tidak etis adalah satu hal yang mendasar dalam profesi akuntan. Akuntan manajemen juga tidak terlepas dari
masalah bagaimana membuat keputusan etis. Akuntan manajemen sebagai karyawan mempunyai tanggung jawab kepada perusahaan di mana dia bekerja, namun sebagai seorang akuntan
profesional di mana dia bekerja harus bertanggungjawab kepada profesinya, kepada masyarakat dan dirinya untuk berperilaku etis.
Tanggungjawab yang diemban dan banyaknya konflik kepentingan yang ada menyebabkan adanya situasi dilematis. Situasi dilematis sering dialami oleh akuntan manajemen
memunculkan suatu perspektif bahwa akuntan manajemen membutuhkan suatu nilai atau aturan yang mengikat mereka dalam menjalankan aktivitas profesinya. Oleh sebab itu, beberapa
penelitian mengenai etika menjadi hal penting dalam rangka pengembangan dan peningkatan profesi akuntan terutama bila dikaitkan dengan rawannya profesi ini terhadap keputusan tidak etis
dalam bisnis. Berikut pernyataan beberapa informan yang berkaitan dengan hal ini. Pernyataan Ibu Nurul dan Bapak Hari Supardi berikut ini adalah informasi yang berkaitan dengan keputusan
etis.
“Keputusan etis memang harus diambil tanpa ada orang lain yang melihatnya. Dan jika perlu saya mengambil keputusan di bawah standar yang harus saya tetapkan walaupun
tidak sesuai dengan kata hati. Hal ini saya lakukan, asalkan ada manfaat yang diperoleh orang lain dari keputusan yang saya ambil tersebut...memang sering kali saya harus
mengambil keputusan etis pada saat orang-orang memaksakan mengikuti standar yang lebih rendah”.
Keterangan di atas ditindaklanjuti oleh Ibu Nurul, sebagai berikut:
“Lebih sulit mengambil keputusan etis ketika orang-orang memaksakan mengikuti standar yang lebih rendah daripada standar yang berlaku, karena pertanggungjawabannya lebih
berat”.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa keputusan etis selalu menimbulkan sebuah dilema jika keputusan tersebut harus berdasarkan standar yang lebih rendah. Artinya keputusan yanng diambil
sudah tidak berdasarkan kebijakan yang umum dan tindakan yang etis. Untuk itu keputusan yang diambil oleh aktor dalam studi ini pasti akan bertentangan dengan hati nurani. Penentuan
581
ISSN 2460-0784
Menakar Masa Depan Profesi Memasuki MEA 2015 Menuju Era Crypto Economic
Syariah Paper Accounting FEB UMS
keputusan etis yang harus diambil oleh akuntan manajemen merupakan suatu tantangan dan sering menyebabkan munculnya suatu konflik dalam perusahaan.
Jones 1991 menyatakan terdapat 3 unsur utama dalam pengambilan keputusan etis yaitu pertama, moral issue yaitu seberapa jauh ketika seseorang melakukan tindakan. Tindakan
pengambilan keputusan yang diambil oleh individu menunjukkan apakah dengan tindakan yang dilakukan secara bebas akan mengakibatkan kerugian harm atau keuntungan benefit bagi orang
lain. Artinya, suatu tindakan atau keputusan yang diambil akan mempunyai konsekuensi kepada orang lain. Kedua, moral agent yaitu seorang membuat keputusan moral moral decision. Ketiga,
keputusan etis ethical decision itu sendiri yaitu sebuah keputusan yang secara legal dan moral dapat diterima masyarakat luas Jones, 1991
Kemampuan akuntan manajemen untuk membuat keputusan yang diambil ketika menghadapi situasi dilema atau tekanan akan sangat bergantung kepada berbagai hal karena
keputusan yang diambil oleh akuntan manajemen juga akan berpengaruh pada organisasi di mana dia berada Arnold dan Ponemon, 1991. Oleh sebab itu, keputusan etis yang diambil oleh akuntan
manajemen juga harus dibarengi dengan tindakan etis. Tindakan etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan yang
bermanfaat Griffin dan Ebert, 1998, apa yang dianggap baik dan benar sebagai lawan dari buruk dan jelek mengenai aturan moral yang berlaku Schermerhorn, 2000.
Dalam praktik akuntansi, terdapat beberapa tekanan yang dialami akuntan manajemen secara psikologis dan kelelahan fisik, terutama berbagai dilema yang dihadapi oleh akuntan
manajemen. Ketika suatu perusahaan mengalami berbagai masalah dan terjadinya perubahan lingkungan organisasi di luar kendali mereka maka dibutuhkan kehadiran seorang manajer
akuntansi yang bisa bertindak untuk menghadapi persoalan-persoalan tersebut. Misalnya, penentuan batas penagihan piutang dalam keadaan pelanggan menghadapi masalah finansial. Di
sini peran manajer akuntansi ebagai disturbance handler sangat dibutuhkan. Berikut pernyataan informan yang menangani permasalahan hutang piutang pada salah satu BUMN di kota Gresik dan
bagaimana keputusan yang harus diambil oleh mereka:
“Biasanya distributor yang mengalami kesulitan likuiditas karena adanya keterlambatan pembayaran dari pelanggannya, yaitu langganan tetap LT dan toko. Hal ini disebabkan
karena perusahaan tidak menerapkan adanya denda atas keterlambatan pembayaran, sehinngga menyebabkan distributor tersebut tidak mempunyai keinginan untuk melakukan
pembayaran tepat waktu”.
Persoalan di atas menurut Bapak Ferry Irawan dapat diselesaikan dengan dua cara yaitu pertama, melalui mekanisme penyehatan piutang. Mekanisme penyehatan piutang ini berdasarkan hasil
survei ke distributor bersama dengan jajaran penjualan. Apabila distributor tersebut masih mempunyai kemauan itikad baik dan kemampuan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut,
maka dapat dilakukan melalui penjadualan pembayaran piutang dan stop order sementara sampai dengan seluruh hutangnya terselesaikan. Kedua, melalui eksekusi jaminan. Hal ini dilakukan
apabila distributor tersebut tetap tidak menunjukkan itikad baik untuk melakukan pembayaran piutang sesuai dengan kesepakatan.
Menurut informan lainnya, pada saat distributor mengalami kesulitan inilah, akuntan manajemen sering mengalami suatu dilema. Pada situasi seperti ini terkadang para distributor
meminta jalan pintas supaya tidak terjadi eksekusi jaminan.
“Biasalah kalo orang sudah terdesak maka banyak sekali permintaan untuk melakukan tindakan menyimpang dengan “iming-iming” bermacam-macam. Tapi kami sudah
berkomitmen untuk tidak mau melakukan hal tersebut”.
Menurut Pak Ferry kenyataan tersebut memang ada, tapi atasan mereka sudah menekankan untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Berikut pernyataan kepala bagian pengelolaan hutang piutang
mengeni hal ini:
ISSN 2460-0784
Seminar Nasional dan The 2nd Call for Syariah Paper
Syariah Paper Accounting FEB UMS
582
“Jangan pernah mau terbeli dengan apa pun. Sekali diri kita terbeli, maka kita tidak akan mempunyai arti lagi bagi orang lain”
Atau ilustrasi yang disampaikan oleh Pak Ferry Irawan berikut ini:
“Terkadang mereka menginginkan saya menggunakan jalan pintas, tapi saya tidak mau melakukan hal ini, karena mereka harus melewati aturan yang telah ditetapkan
perusahaan. Tentu saja saya menolak praktik seperti ini. Tugas saya di perusahaan adalah untuk memperlancar proses yang ada di perusahaan ini bukan untuk
menghancurkan perusahaan dan diri saya tentunya”.
Bertolak dari pernyataan Pak Ferry tersebut, peneliti mengutip pernyataan Agustian 2005 berikut:
Seringkali suara hati kita turut andil memberi informasi maha penting dalam mennetukan prioritas, tetapi seringkali suara hati tersebut diabaikan oleh nafsu sesaat atau
kepentingan tertentu dalam mencapai keuntungan jangka pendek, yang justru seringkali mengakibatkan kerugian jangka panjang.
Artinya, mengambil jalan pintas seringkali mengakibatkan kehancuran di kemudian hari dan Pak Ferry tidak mengambil jalan pintas tersebut untuk kepentingan dirinya. Berdasarkan realitas yang
ada, penulis melihat, dalam mengambil sebuah keputusan, Pak Ferry mempunyai kesadaaran etis dan keteguhan hati tidak mau mengorbankan dirinya independen hanya untuk sebuah
kepentingan. Pak Ferry mempunyai integritas yang tinggi, tidak memihak objektif, jujur honesty dan independen.
Integritas adalah sebuah kesungguhan, kejujuran dan komitmen. Integritas adalah melakukan sesuatu hal secara sungguh-sungguh karena kesadaran dari dalam dan merupakan
kejujuran terhadap diri sendiri Agustian, 2005 .
Integritas selalu bekerja karena adanya dorongan hati hurani, bukan sebuah paksaan dari orang lain. Integritas, jujur, independen dan objektif
adalah sikap yang harus dimiliki akuntan manajemen untuk memenuhi tanggung jawab profesionalnya Khomsiyah dan Indriantoro, 1997. Lebih lanjut, Khomsiyah dan Indriantoro
menyatakan bahwa dengan mempertahankan integritas, seorang akuntan akan bertindak jujur, tegas dan tanpa pretensi.
Perspektif kedua: Keputusan Etis selalu berdasarkan tindakan etis
3.3. Kekuatan Kesadaran Sang Aktor dalam Keputusan Etis